Preelamsi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN KOMPREHENSIF

PADA NY “N” G3P1102AB000 UK 34 MINGGU 3 HARI JANIN T/H/I,


LETKEP, PUKI, DENGAN PEB HELLP SYNDROM

DI IGD RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

Disusun oleh:

Nikmatul Khoiriyah

NIM : P17311193014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2022

Jalan Besar Ijen No. 77C, Malang. Telepon (0341) 56607


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN KOMPREHENSIF

PADA NY “N” G3P1102AB000 UK 34 MINGGU 3 HARI JANIN T/H/I,


LETKEP, PUKI, DENGAN PEB HELLP SYNDROM

DI IGD RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

Mahasiswa

Nikmatul Khoiriyah
NIM. P17311193014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Klinik

Ari Kusmiwiyati, SST., M.Keb Hana

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayat-Nya serta nikmat sehat kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan
Kehamilan Komprehensif pada Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin
T/H/I, Letkep, Puki, dengan PEB Hellp Syndrom di IGD RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang” guna memenuhi tugas praktik klinik kebidanan komprehensif
di RSUD Kanjuruhan.

Keberhasilan penyusunan laporan komprehensif ini tentunya tak luput dari


bantuan segala pihak yang terlibat. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala kemurahan dan kemudahan yang diberikan


sehingga saya dapat menyelesaikan laporan komprehensif ini tepat waktu,
2. Nabi Muhammad SAW karena telah membawa kita dari zaman yang
gelap menuju zaman yang terang,
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan, dan
4. Ibu Ari Kusmiwiyati, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing di RSUD
Kanjuruhan.
5. Bidan Hana selaku CI di IGD Maternal Neonatal di RSUD Kanjuruhan.

Saya selaku penyusun laporan komprehensif sadar bahwa masih banyak


kekurangan maupun kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu, saya
berharap Bapak/Ibu dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya berharap laporan komprehensif ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Malang, 12 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................2

1.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................................3

1.4 Sistematika Penulisan................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................5

2.1 Konsep Preeklampsia................................................................................5

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan...............................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................20

3.2 Identifikasi Masalah Aktual....................................................................23

3.3 Identifikasi Masalah Potensial.................................................................24

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera................................................................24

3.5 Intervensi.................................................................................................24

3.6 Implementasi...........................................................................................26

3.7 Evaluasi...................................................................................................27

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................35

BAB V PENUTUP................................................................................................38

5.1 Kesimpulan..............................................................................................38

5.2 Saran........................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) Angka kematian ibu
(AKI) masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita meninggal di seluruh dunia
akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan, dan wanita meninggal
sekitar 462/100.000 kelahiran hidup di negara berkembang. Tingginya angka
kematian ibu dan angka kematian bayi disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti perdarahan hebat, infeksi, komplikasi dari persalinan, aborsi tidak
aman dan salah satunya adalah preeklampsia dan eklampsia (Pratiwi, 2020).
Seluruh kematian ibu tersebut 99% terjadi di negara berkembang termasuk
Indonesia.
Angka Kematian Ibu (AKI) pada lima tahun terakhir menurut Laporan
Kematian Ibu (LKI) kabupaten/kota se-Jawa Timur dalam Dewiyana (2010)
dari tahun 2007–2011 juga cenderung meningkat. Angka Kematian Ibu
tersebut masih melampaui dari target Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu
di Jawa Timur tahun 2011 yaitu: pendarahan sebesar 29,35%,
preeklamsi/eklamsia sebesar 27,27%, jantung 15,47%, infeksi 6,06%, dan
lain– lain sebesar 21,85% (Profi Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011).
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
ibu selain pendarahan dan infeksi. Preeklampsia merupakan suatu sindrom
yang ditandai dengan hipertensi disertai proteinuria pada trimester kedua
kehamilan atau pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Meskipun dalam
mendefinisikan preeklampsia selalu menimbulkan kontroversi karena
penyebab pasti gangguan ini masih belum jelas, akan tetapi untuk tujuan klinis
beberapa gejala yang dapat diterima, antara lain: gangguan hati (adanya mual
dan nyeri dikuadran kanan atas), kegagalan koagulasi (trombositopenia dan
gangguan pembekuan darah), gangguan neorologis (sakit kepala dan
gangguan penglihatan), dan gangguan pertumbuhan janin penting dalam
mengidentifikasi ibu dengan penyakit ini (Robson dan Jason, 2012).

1
Preeklampsia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi lain,
diantaranya: faktor usia ibu yang ekstrem saat hamil (< 20 atau > 35 tahun),
kehamilan kembar, riwayat preeklampsia sebelumnya, kehamilan pertama dan
penyakit ginjal, hipertensi serta diabetes mellitus yang sudah ada sebelum
kehamilan. Preeklampsia dapat terjadi pada semua fase kehamilan dan sering
kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal masalah sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat menimbulkan preeklampsia berat bahkan
eklampsia. (Woodward, Karen dan Nicki, 2012). Banyak faktor risiko yang
mempredisposisi terjadinya preeklampsia. Dalam Robson dan Jason (2012)
menyatakan bahwa risiko-risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya
preeklampsia pada wanita hamil, diantaranya: sindrom antifosfolipid, riwayat
preeklampsia sebelumnya, riwayat diabetes, kehamilan kembar, riwayat
keluarga; dan usia lebih dari 40 tahun. Preeklampsia dapat mengakibatkan
komplikasi pada ibu. Komplikasi yang paling berat adalah kematian ibu dan
janin.
Pencegahan atau diagnosis dini preeklampsia pada wanita hamil sangat
penting dilakukan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Untuk
dapat menegakkan diagnosis dini tersebut diperlukan pengawasan kehamilan
yang teratur. Salah satu cara yang telah dianjurkan oleh dinas kesehatan yaitu
dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti, karena hal itu dapat
menemukan tanda–tanda dini preeklampsia sehingga dapat segera diberikan
penanganan yang semestinya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan, menganalisa, dan
memberikan asuhan kebidanan komprehensif melalui pendekatan
manajemen kebidanan sesuai dengan kewenangan bidan secara nyata
pada ibu nifas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami konsep kehamilan.

2
2. Melakukan pengkajian/pengumpulan data subjektif dan objektif
pada Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I,
Letkep, Puki, dengan PEB Hellp Syndrom.
3. Melakukan identifikasi terhadap data yang sudah dikumpulkan
serta menganalisa data tersebut untuk menegakkan diagnosa pada
Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep,
Puki, dengan PEB Hellp Syndrom.
4. Melakukan identifikasi masalah potensial yang dapat terjadi pada
Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep,
Puki, dengan PEB Hellp Syndrom.
5. Memberikan intervensi kebutuhan segera berdasarkan diagnosa
dan masalah yang sudah dirumuskan pada Ny “N” G3P1102Ab000
UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki, dengan PEB
Hellp Syndrom.
6. Mampu melaksanakan intervensi atau rencana tindakan asuhan
kebidanan sesuai kebutuhan Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3
hari Janin T/H/I, Letkep, Puki, dengan PEB Hellp Syndrom
7. Melakukan evaluasi terhadap penatalaksanaan masalah atau
keluhan yang sudah diberikan kepada Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34
minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki, dengan PEB Hellp
Syndrom.
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.3.1 Wawancara
Asuhan kebidanan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara
wawancara. Wawancara dilakukan melalui anamnesa kepada klien
atau keluarga klien agar didapatkan data yang berhubungan dengan
kasus atau keluhan yang dialami klien sehingga didapatkan hasil yang
akurat.
1.3.2 Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada klien,
keluarga, dan bidan/tenaga kesehatan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan ibu.

3
1.3.3 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan agar dapat memahami konsep dan
asuhan kebidanan nifas serta untuk menentukan ada atau tidaknya
kesenjangan antara teori dengan praktik atau kasus yang ada di
lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca dan
memahami teori-teori yang berkaitan dengan masalah atau kasus yang
ditemukan.
1.3.4 Studi kasus
Dilakukan dengan melihat dan mempelajari kasus yang
diambil/ditemukan.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan komprehensif ini berisi:
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Teori
2.1 Konsep Teori
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
BAB III : Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Masalah Aktual
3.3 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
1.5 Kesimpulan
1.6 Saran

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pre-Eklampsia
Preeklampsia/Eklampsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada
seorang wanita hamil dan umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu dan menghilang saat 12 minggu pasca persalinan. Preeklampsia ini
biasanya ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi
protein dalam urin dengan kadar ≥300 mg/dl dalam urin tampung 24 jam. Pre-
eklampsia adalah penyakit multisistemik yang dicirikan dengan terjadinya
kenaikan pada tekanan darah (hipertensi) setelah kehamilan berusia 20 minggu
masa gestasi yang sebelumnya normotensive (memiliki tekanan darah
normal), ditandai dengan munculnya proteinuria dan atau dapat
mengakibatkan komplikasi yang menunjukkan gejala klinis terjadinya cedera
organ, diantaranya hati, jantung, ginjal, paru-paru, otak, dan pankreas
(Moussa, 2014). Komplikasi ini dapat membahayakan kondisi ibu dan janin
yang mengarah pada IGR (Intrauterine Growth Restriction), hipoperfusi
(kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan oleh organ atau jaringan tubuh)
plasenta, dan kemungkinan terburuk yang terjadi adalah terminasi kehamilan
bahkan kematian ibu dan janin (Chaiworapongsa, 2014). Telah diketahui sejak
lama apabila preeklampsia berkaitan dengan hemolisis, peningkatan enzim
pada liver, dan trombositopenia. Weinstein menghubungkan tanda dan gejala
tersebut menjadi suatu kesatuan sebagai bentuk komplikasi yang parah dari
pre-eklampsia dinamakan dengan HELLP syndrome (H= haemolysis, EL=
Elevated Liver Enzyme, LP= Low Platelets) (Weinstein L, 2005).
2.2 Etiologi Eklampsia
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Ditandai dengan perubahan pembuluh darah plasenta dengan cepat
menyebabkan gangguan fungsi plasenta, diduga yang berperan menyebabkan
hal ini adalah tiga faktor yaitu maladaptasi imunologi, genetik predisposisi,
dan faktor media-vaskular (Gilbert, 2011).

5
Faktor yang pertama yaitu maladaptasi imunologi. Pengaruh imunologi
ini didukung oleh penelitian epidemiologi mengenai kegagalan respon imun
maternal yang secara langsung menyebabkan invansi tromboplastik dan
gangguan fungsi plasenta. Kegagalan respon imun ini menjadi postulat yang
menyebabkan berkurangnya Human leukocyte antigent (HLA) G protein yang
normalnya diproduksi untuk membantu ibu mengenal komponen imunologi
asing plasenta atau berkurangnya formasi dari bloking antibody untuk
menekan atau imunoprotec dari imun asing plasenta (Gilbert, 2011).

Faktor yang kedua yaitu genetik predisposisi. Preeklampsi diduga


berhubungan dengan sigle recesives gen, dominant gen dengan incomplete
penetrance atau multifakrorial. Penelitian lain mengatakan pasien dengan
riwayat mempunyai anak intra uterine growth retardation (IUGR)
dipertimbangkan mempunyai resiko untuk terjadi hipertensi pada kehamilan
(Gilbert, 2011).

Faktor yang terakhir yaitu faktor media-vaskular. Adanya defek


vaskuler menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi kronik,
penyakit gangguan vaskuler, resistensi insulin dan obesitas menyebabkan
perfusi plasenta yang berkurang sehingga meningkatkan resiko preeklampsia.
Hal ini menjadi postulat berkembangnya preeklampsia menjadi tiga cara,
yaitu: defective plasentation, plasental ischemia, endothelial cell dysfunction.
Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori
“iskemia plasenta”. Teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang
bertalian dengan penyakit ini (Gilbert, 2011)

2.3 Predisposisi Pre-Eklampsia


Adapun faktor predisposisi yang berhubungan dengan peningkatan
angka kejadian preeklampsia dan eklampsia adalah sebagai berikut.

a. Paritas

Primigravida lebih sering mengalami pre-eklampsi, hal ini berkaitan


dengan stess menghadapi persalinan yang memicu hipertensi dalam
kehamilan, blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang terbentuk

6
pada kehamilan pertama menjadi penyebab pre-eklampsi. Primigravida
memiliki insidensi hipertensi hampir 2x lipat dibandingkan multigravida.
Multigravida dapat mengalami pre-eklampsi yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal.

b. Usia

Usia yang berisiko terkena pre-eklampsi adalah usia <20 tahun atau >35
tahun. Kehamilan <20 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk
menerima kehamilan sehingga akan meningkatkan terjadinya keracunan
kehamilan dalam bentuk eklampsi. Kehamilan >35 tahun, terjadi
perubahan pada jaringan dan alat kandungan disertai penyakit degeneratif
yang dapat memicu terjadinya pre-eklampsi.

c. Obesitas

Obesitas dalam kehamilan ikut berperan untuk terjadinya pre-eklampsi


melalui hubungannya dengan resistensi insulin, sindroma metabolik
dengan karakteristik hiperinsulinemia, hiperlipidemia, hipertensi, dan
disfungsi endotel serta akibat proses inflamasi sistemik. Hiperlipidemia
akan mendukung produksi dari lipid peroksidase yang mengarah ke
terjadinya disfungsi endotel dan vasokonstriksi. Disfungsi endotel ini telah
diyakini sebagai pemicu respon inflamasi sistemik maternal dalam
kehamilan yang ada kaitannya dalam patogenesis terjadinya pre-eklampsi.

d. Diabetes Mellitus

Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini


akan menyebabkan perubahan metabolik dan hormonal pada penderita
yang dipengaruhi oleh kehamilan. Pengaruh terhadap kehamilan
diantaranya adalah pre-eklampsi. Selama trimester kedua dan ketiga kadar
lactogent plasental, progesterone, estrogen, kortisol, prolaktin dan insulin
meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya sebagai antagonis yaitu
suatu peningkatan produksi glukosa untuk memastikan suplai glukosa
yang lebih untuk janin. Proses ini akan memperlambat kerja ginjal

7
sehingga terjadi kerusakan system ginjal dan akan terjadi proteinuria dan
peningkatan tekanan darah.

e. Gemelli/Kehamilan Kembar

Frekuensi eklampsi meningkat pada kehamilan kembar dengan penjelasan


bahwa keregangan uterus yang berlebihan menyebabkan iskemia uteri
yang didahului oleh hipoksia sehingga aliran darah ke dalam ruangan
intervilus plasenta berkurang, terjadi pengeluaran zat toksin dan kerusakan
endotel, diikuti ketidakseimbangan produksi zat yang bertindak sebagai
vasokonstriktor dan vasodilator akibatnya terjadi hipertensi, proteinurin,
edema, disfungsi dan kegagalan organ (Manuaba, 2007).

f. Usia kehamilan

Teori mengemukakan bahwa pre eklampsia/eklampsia cenderung terjadi


pada trimester tiga sampai dengan masa persalinan. Ada banyak faktor
atau sebab yang menimbulkan pre eklampsia antara lain salah satunya
yaitu pre eklampsia akan semakin bertambah frekuensinya dengan
semakin tuanya kehamilan.b

2.4 Patofisiologi Pre-Eklampsia

Kendati patofisiologi pre-eklampsi belum diketahui secara pasti,


berbagai penjelasan dikemukakan. Vasospasme dan vasokonstriksi otak dapat
mengakibatkan penurunan perfusi yang mengakibatkan iskemia serebral,
mengganggu sawar darah otak, dan mengakibatkan edema serebral. Proses ini
dapat mengakibatkan aktivitas listrik abnormal yang mengakibatkan konvulsi.
Vasokonstriksi dan intensitas tekanan darah dapat menyebabkan ruptur
pembuluh darah yang mengakibatkan perdarahan otak.

2.5 Klasifikasi Pre-Eklampsia

a. Hipertensi Kronis
Hipertensi yang terjadi sebelum kehamilan atau didapatkan pada
usia kehamilan <20 minggu dan hipertensi menetap hingga >12 minggu
setelah persalinan.

8
b. Hipertensi Kronis Superimposed Preeklampsia
Didapatkan kondisi hipertensi kronis yang memberat dengan
tanda–tanda preeklampsia setelah usia kehamilan ≥20 minggu.
c. Hipertensi Gestasional
Hipertensi yang baru terjadi pada usia kehamilan ≥20 minggu
tanpa disertai gangguan organ dan tidak menetap >12 minggu setelah
persalinan.
d. Preeklampsia
Hipertensi yang baru terjadi pada usia kehamilan ≥20 minggu
disertai adanya gangguan organ. Tidak didapatkan gejala dan atau
gangguan organ yang berat pada klasifikasi ini. Kriteria diagnosis dapat
ditegakkan bila Tekanan Darah (TD) ≥140/90 mmHg sampai dengan
<160/110 dan Proteinuria ≥300mg/24 jam atau ≥1+ dipstick.
e. Preeklampsia Berat
Preeklampsia disertai dengan adanya gejala dan/atau gangguan
organ berat. Kriteria diagnosis dapat ditegakkan dengan penjelasan
sebagai berikut:
- Tekanan Darah (TD) ≥140/90 mmHg dan salah satu gangguan organ
dibawah ini:
1) Serum kreatinin >1,1 mg/dl
2) Peningkatan fungsi liver (>2x dan atau disertai nyeri
epigastrial/kuadran kanan atas)
3) Trombosit <100.000
4) Nyeri kepala dan gangguan penglihatan
5) Gangguan pertumbuhan janin
- Tekanan Darah (TD) ≥160/110 mmHg dan Proteinuria ≥300mg/24 jam
atau ≥1+ dipstick
f. Eklampsia
Kejang yang terjadi pada preeklampsia.

9
2.6 Diagnosis Pre-Eklampsia
Adapun diagnosis dari preeklampsia berat adalah preeklampsia yang disertai
satu atau lebih dari gejala berikut:
1) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥110
mmHg pada dua keadaan dengan jangka waktu paling sedikit 6 jam
dengan pasien dalam posisi bedrest
2) Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥3+
dengan carik celup pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak
waktu 4 jam atau lebih
3) Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
4) Gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma, pandangan kabur
5) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat
regangan pada kapsula glisson
6) Edema paru atau sianosis
7) Hemolisis mikroangiopatik
8) Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan serum transaminase
9) Kenaikan kadar kreatinin plasma
10) Trombositopenia (<100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat)
11) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
12) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver enzymes; Low
platelet)

2.7 Komplikasi Pre-Eklampsia


Komplikasi yang terjadi pada ibu antara lain:

1) Eklamsia
2) Solusio plasenta

3) Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati

4) Stroke hemoragik

5) Penyakit jantung

10
6) Gangguan pembekuan darah

7) Sindrom HELLP

Sedangkan komplikasi pada janin, antara lain:


 Pertumbuhan janin terhambat
 Lahir prematur

 Lahir dengan berat badan rendah

 Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS)

2.8 Konsep Manajemen Kebidanan


No Register :

Hari/Tanggal Pemeriksaan:

Tempat :

Nama Pengkaji :

2.8.1 Langkah I: Pengkajian Data


Data Subjektif
1) Identitas Pribadi
Nama : Nama istri/suami perlu diketahui dengan jelas dan lengkap
untuk menghindari kekeliruan dalam membedakan pasien
yang satu dengan yang lain
Umur : Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita
dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun dan di
atas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah
komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan insiden
preeklampsia dan usia diatas 35 tahun meningkatkan
insiden terjadinya hipertensi kronis dan atau eklamsia.
Agama : Agama pasien juga perlu dikaji untuk mempermudah
bidan dalam melakukan pendekatan saat melakukan atau
memberikan asuhan kebidanan.

11
Pendidikan : Pengkajian pendidikan terakhir pasien digunakan
untuk mengetahui tingkat intelektual. Hal ini dilakukan
karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku
kesehatan seseorang.
Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya. Hal ini dapat dikaitkan antara
asupan nutrisi ibu dengan tumbung kembang janin dalam
kandungan.
Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Alasan datang : Untuk menjelaskan alasan kedatangan ibu.
3) Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan oleh pasien
sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke rumah sakit.

4) Riwayat menstruasi : Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid


ibu sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk
menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal taksiran
persalinannya (Prawirohardjo, 2010).

5) Riwayat kontrasepsi/Keluarga Berencana (KB) : Hal yang


dikaji antara lain metode, lama pemakaian, alasan menggunakan,
keluhan dan alasan berhenti (jika ada).

6) Riwayat pernikahan : Status pernikahan, pernikahan ke-,


usia awal menikah, lama pernikahan.

7) Riwayat kesehatan ibu : Merupakan riwayat kesehatan dan


penyakit, baik yang pernah ataupun yang sedang diderita oleh ibu
hamil. Penyakit yang dimaksud adalah hipertensi, DM, asma,
jantung, paru, hati, dan HIV/AIDS.

8) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat kesehatan keluarga adalah


riwayat kesehatan baik yang sedang atau yang pernah diderita oleh
keluarga ibu, seperti jantung, asma, hipertensi, DM, gemeli,
kanker, ginjal, TB, dan epilepsi.

12
9) Riwayat obstetri yang lalu : Untuk mengetahui kejadian masa
lalu ibu mengenai masa kehamilan, persalinan dan masa nifasnya.
Komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas dikaji untuk
mengidentifikasi masalah potensial yang kemungkinan akan
muncul pada kehamilan, persalinan dan nifas kali ini.

10) Riwayat kehamilan sekarang : Untuk mengetahui beberapa


kejadian maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang

11) Riwayat kebutuhan sehari-hari:

a. Pola Nutrisi : Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil


antara lain daging tidak berlemak, ikan, telur, tahu, tempe,
susu, brokoli, sayuran berdaun hijau tua, kacangan-kacangan,
buah dan hasil laut seperti udang. Selain itu, menu makanan
dan pengolahannya harus sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (Mochtar, 2011).
b. Pola Eliminasi : Pada kehamilan trimester III, ibu hamil
menjadi sering buang air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat
dicegah dengan konsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih hangat ketika lambung dalam keadaan kosong
untuk merangsang gerakan peristaltik usus (Mochtar, 2011).
c. Pola Istirahat : Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun)
kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam.
d. Psikososial : Pada setiap trimester kehamilan ibu
mengalami perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang
terjadi pada trimester 3 yaitu periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan
dukungan pada ibu tersebut akan memberikan kenyamanan
sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan lancar
(Varney, dkk, 2006).

Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum

13
- Keadaan umum: Pemeriksaan umum dilakukan untuk menilai kesadaran
umum pasien. Apabila pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan, pasien tidak bergantung pada orang lain ketika berjalan, dan
lemah, maka dikategorikan baik.
- Kesadaran : Pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai status
kesadaran pasien. Dilakukan dengan mengkaji dan menentukan derajat
keadaan pasien mulai dari composmentis (sadar sepenuhnya) sampai koma
- TTV : Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
Dalam keadaan normal tekanan darah dalam kehamilan
trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan
diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah
melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklamsia
(Marmi dkk, 2011)
- Pemeriksaan antropometri : BB, TB, LILA
Pada trimester terakhir pertambahan berat badan normal kurang
lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap
minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan
preeklamsia (Marmi,2011)
b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Wajah : Memeriksa kesimetrisan muka, ada tidaknya chloasma


gravidarum, dan oedem.

Mata : Memeriksa kesimetrisan mata kanan kiri, konjungtiva dan


sklera.

Hidung: Memeriksa ada tidaknya polip.

Mulut : Memeriksa apakah bibir pucat, kering, sariawan, karies,


warna gusi serta bengkak atau tidak.

Telinga: Memeriksa kebersihan dan serumen.

Leher : Memeriksa pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan


vena jugularis.

14
Paru : Memeriksa retraksi intercostal, rintihan, dan wheezing.

Payudara: Memeriksa kesimetrisan kanan kiri, hyperpigmentasi


pada areola mammae, putting susu menonjol atau tidak,
serta adanya benjolan atau nyeri tekan.

Abdomen: Memeriksa linea nigra, bekas luka operasi, striae livida,


striae albicans, Leopold, TFU, DJJ, dan TBJ.

Genetalia: Memeriksa kebersihan, pengeluaran darah dan cairan


(keputihan).

Ekstremitas : Memeriksa varises, cyanosis, oedem, dan refleks


patella.

Palpasi

1) Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian


janin dalam fundus serta konsistensi uterus.

2) Leopold II : untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada


perut ibu.

3) Leopold III : untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di


bagian bawah perut dan apakah bagian bawah tersebut sudah
atau belum masuk pintu atas panggul.

4) Leopold IV : untuk mengetahui seberapa masuknya bagian


bawah janin ke dalam rongga panggul.

Auskultasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya DJJ,


terdengarnya DJJ menunjukkan bahwa janin dalam keadaan hidup
(Manuaba, 2007). Pada ibu hamil dengan preeklamsia, auskultasi
dikaji untuk mengetahui bunyi denyut jantung janin (DJJ) sehingga
diketahui kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009).

Perkusi

15
Dilakukan dengan pemeriksaan refleks patela. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya refleks patela pada
ibu hamil karena hasil positif dari refleks patela merupakan salah
satu syarat dalam pemberian terapi anti kejang (MgSO4),
hilangnya refleks tendon merupakan salah satu tanda intoksikasi
MgSO4 (Sujiyatini, 2009)

c. Data Penunjang
Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan preeklamsia
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan
proteinuria serta pengambilan sampel darah untuk pemeriksaa
trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan fungsi hati (SGPT/
SGOT). Pada ibu hamil dengan preeklamsia berat dan pemeriksaan
fungsi ginjal untuk mengetahui serum kreatinin dan serum asam
urat (Varney, 2007). Pemeriksaan USG lebih awal (25-28 minggu)
juga diperlukan untuk menilai pertumbuhan janin serta mengetahui
kesejahteraan janin (Kurniawati, 2009)

2.8.2 Langkah II : Identifikasi Masalah dan Diagnosa Aktual


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan. Diagnosis dapat ditegakkan dari
data-data yang diperoleh saat pengumpulan data.
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian, Masalah yang
muncul pada ibu hamil dengan pre-eklampsia berkaitan dengan:

16
- Kecemasan pasien terhadap keadaan yang dialami Kecemasan
tentang keadaan janin akibat penyakit yang diderita. Hal ini
bisa muncul apabila pengetahuan ibu tentang Pre-eklampsia
kurang (Salmah dkk., 2006)
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang di butuhkan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya, sebagai contoh pada kasus
Preeklamsi Berat adalah Kebutuhan ibu hamil dengan pre-
eklampsia berdasarkan penjelasan Varney (2007) adalah:
- Rasa nyaman, yaitu bedrest total dengan posisi tidur miring ke
kiri.
- Mengobservasi tekanan darah ibu.
- Mengobservasi keseimbangan cairan.
- Motivasi untuk tetap tenang.
- Informasi tentang pre-eklampsia dan penatalaksanaannya.
2.8.3 Langkah III: Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi (Sulistyawati, 2012). Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada kasus ibu
hamil dengan pre-eklampsia diagnosis potensial yang didapat adalah
kemungkinan terjadinya eklampsia. Antisipasi yang dilakukan oleh
bidan adalah observasi tekanan darah setiap satu jam serta
menganjurkan ibu untuk bedrest dengan posisi tidur miring ke kiri
(Varney, 2007).

2.8.4 Langkah IV: Identifikasi dan Menetapkan kebutuhan segera


Tanda-tanda dini pre-eklampsia membutuhkan konsultasi
dokter dokter danolaborasi laboratorium. Konsultasi dokter diperlukan
untuk terminasi kehamilan jika usia kehamilan telah cukup dan janin
mungkin hidup di luar kandungan, serta pemberian antihipertensi dan

17
anti kejang untuk mencegah terjadinya eklampsia. Sedangkan
kolaborasi laboratorium dilakukan untuk memantau perkembangan
penyakit yaitu dengan pemeriksaan kreatinin 24 jam (Sujiyatini, 2009).

2.8.5 Langkah V: Perencanaan


Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2004).
Saifuddin (2006) menjelaskan rencana asuhan untuk ibu hamil dengan
Pre-Eklamsia antara lain:

a. Observasi Keadaan Umum dan produksi urine ibu.

b. Observasi Vital Sign ibu, terutama tekanan darah tiap jam.

c. Posisikan ibu yang nyaman, yaitu tidur miring ke kiri.

d. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang pre-eklampsia berat


dan cara mengatasinya.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antihipertensi,


anti kejang dan infus RL.

f. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap


dan proteinuria.

g. Kolaborasi dengan bagian radiologi untuk dilakukan USG.

h. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet makanan

18
2.8.6 Langkah VI: Pelaksanaan (Implementasi)
Menurut Varney, pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara
efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar terlaksana) (Varney,
2004). Untuk menghilangkan gejala pre-eklampsia yaitu sesuai dengan
perencanaan (Saifuddin, 2006).
2.8.7 Langkah VII : Evaluasi
Evalusi adalah tindakan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien (Sulistyawati,
2012). Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2004). Evaluasi atau
hasil yang diharapkan dari asuhan ibu hamil dengan preeklamsia
adalah tekanan darah menurun, pemeriksaan laboratorium
mengindikasikan perbaikan penyakit, dan janin dalam keadaan baik
(Varney, 2007).

19
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif

pada Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki,


dengan PEB Hellp Syndrom di IGD RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang

Tanggal : 11 Oktober 2022


Jam : 14.45 WIB
Tempat : IGD RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
Pengkaji : Nikmatul Khoiriyah

Langkah I : Pengkajian Data


Data Subjektif
a. Identitas Klien dan Suami
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. A
Usia : 34 tahun Usia : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Genengan Pakisaji Kabupaten Malang
b. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin minta rujukan ke RS Ben Mari
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak ke-3 tekanan darah tinggi, kedua kaki bengkak
sejak 1 minggu terakhir
d. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 3 hari
HPHT : 12-02-2022
HPL : 19-11-2022

20
e. Riwayat Pernikahan
Pernikahan ke- :1
Usia menikah : 19 tahun
Lama perkawinan : 14 tahun
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil ke :3
Gerakan janin : Aktif
Jumlah periksa : 2x
Tempat : PMB dan PKM
Pemeriksa : Bidan
Terapi : B6 3x1, Folarin 1x1

Jenis Keadaan
Hami Tempat Keadaan
UK Persalin Penolong Penyulit Anak
l ke Bersalin BBL
an Sekarang

39-40 Spontan Laki-laki, Hidup/12


1 RS Bidan -
mg BB 3500 gr tahun

Hidup/4
35-36 Perempuan,
2 RS SC Dokter - tahun 10
mg BB 2650 gr
bulan

g. Riwayat Obstetri

h. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik 3
bulan dan setelah kelahiran anak kedua menggunakan KB pil.
i. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak kehamilan anak
kedua dan pilek sejak 2 hari yang lalu.
j. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit DM
dan hipertensi.
k. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

21
1) Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari porsi sedang dengan menu
makanan nasi, lauk pauk, sayur, dan kadang buah, dan minum 8 gelas
dalam sehari.
2) Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1x sehari setiap hari dan BAK sering sekitar 5-6x
sehari
3) Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan sudah 2 hari sulit tidur saat malam
4) Pola Aktifitas
Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga dan mengerjakan pekerjaan rumah dibantu oleh suami.
5) Pola Kebiasaan
Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu, merokok, dan minum-
minuman beralkohol.

Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 192/125 mmHg TB : 155 cm
Nadi : 98 x/menit BB : 80 kg
R : 20 x/menit LILA : 30 cm
Suhu : 36,5 C
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1. Muka : Tidak pucat, tidak ada chloasma, tidak ada oedem
2. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera merah,
pandangan tidak kabur
3. Abdomen : Tampak bekas operasi SC 5 tahun yang lalu, tidak
terdapat nyeri tekan, dan tidak tampak linea nigra
4. Ekstremitas : Tampak oedem pada kaki dan tangan
Palpasi

22
- Leopold I : teraba kurang bulat, lunak, dan kurang melenting
(bokong), TFU 24 cm, TBJ 1860 gr
- Leopold II : teraba keras, datar seperti papan pada sebelah kiri
(punggung) dan teraba bagian kecil pada sebelah kiri (ekstremitas)
- Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala), masih bisa
digoyangkan
- Leopold IV : tidak dikaji
Auskultasi
- DJJ : 151 x/menit
c.Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 11 Oktober 2022
- Hb : 13,1 g/dL
- Albumin : 2,90 g/dL
- Ureum : 33 mg/dL
- Kreatinin : 0.80 mg/dL
- Trombosit : 52,800
- HbsAg : Non Reaktif

Langkah II : Identifikasi Masalah dan Diagnosa Aktual


Dx : G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki, dengan Pre-
Eklampsia Berat Hellp Syndrom
Ds : - Ibu mengatakan bernama Ny “N” berumur 34 tahun
- Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ke-3, anak pertama aterm,
anak kedua preterm, dan tidak pernah abortus
- Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 12 Februari 2022
- Ibu mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi
Do : Kesadaran : composmentis
TD : 192/125 mhHg BB : 80 kg
Pernapasan : 20 x/menit TB : 155 cm
Nadi : 98 x/menit LILA : 30 cm
Suhu : 36,5 C
Ekstremitas : Tampak oedem pada kaki dan tangan

23
Leopold I : teraba kurang bulat, lunak, dan kurang melenting
(bokong), TFU 24 cm
Leopold II : teraba keras, datar seperti papan pada sebelah kiri
(punggung) dan teraba bagian kecil pada sebelah kiri (ekstremitas)
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala), masih bisa
digoyangkan
DJJ : 151 x/menit

Langkah III : Identifiasi Masalah dan Diagnosa Potensial


Bagi ibu : resiko terjadi eklampsia
Bagi janin : resiko premature, IUGR

Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera


1. Pemantauan ketat TTV
2. Melakukan laboratorium lengkap
3. Melakukan USG

Langkah V : Intervensi
Dx : G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki, dengan
Pre-Eklampsia Berat Hellp Syndrom
Intervensi
1. Melakukan perkenalan diri dan menjelaskan tujuan serta prosedur yang
akan dilakukan kepada pasien
R/ perkenalan diri dapat menumbuhkan rasa percaya antara tenaga
kesehatan dan pasien sehingga dapat mempermudah dalam melakukan
pengkajian dan perawatan pada pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada ibu
R/ pemeriksaan sangat penting dilakukan pada pasien guna memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk pasien

24
3. Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi yang dialami ibu bahwa tekanan
darahnya 192/125 mhHg, nadi 20 x/menit, suhu 36,5 C, pernapasan 98
x/menit, berat badan 80 kg, dan DJJ 151 x/menit.
R/ memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, salah satu hak ibu sebagai
pasien adalah ibu mengetahui bagaimana kondisi dirinya dan janin
4. Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan.
R/ adanya informed consent sebagai kekuatan hukum atas tindakan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan
5. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
lengkap
R/ untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan ibu dan apakah ada
penyakit lain yang menyertai.
6. Berikan infus RL 500 cc
R/ Pada penatalaksanaan pasien gawat darurat obstetri, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan, salah satunya pemberian cairan infus
intravena dan pemberian obat-obatan. Hal ini dilakukan untuk stabilisasi
pasien, menjaga kondisi dan posisi pasien agar tetap stabil selama
dilakukan pertolongan pertama.
7. Berikan SM loading dose, MgSO4 20 % 20 cc bolus IV dalam waktu 5
menit.
R/ Tatalaksana secara komprehensif pada pasien preeklampsia dapat
dilakukan dengan pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4). Magnesium
sulfat telah digunakan sebagai antikonvulsan sejak lama dan terbukti
memiliki efikasi yang lebih baik dari antikejang lainnya. Magnesium
sulfat juga dapat menurunkan penggunaan antihipertensi pada pasien
preeklampsia, menurunkan angka kematian dan berperan sebagai agen
neuroprotektif pada bayi prematur.
8. Melakukan pemasangan O2
R/ untuk mencegah terjadinya hipoksemia (rendahnya kadar oksigen
dalam darah) pada pasien.
9. Dilakukan pemasangan kateter.

25
R/ Pemasangan kateter pada pasien preeklampsia bertujuan untuk
memantau jumlah pengeluaran produksi urine ibu. Saat pemberian
antikonvulsan, bidan harus memperhatikan jumlah produksi urine, karena
jika produksi urine kurang dari 30 ml dalam 4 jam terakhir, pemberian
antikonvulsan tidak dapat dilakukan
10. Pemberian dexametason 24 mg secara IV 3x1
R/ pemberian dexametason bertujuan untuk mematangkan paru yang
belum matang pada bayi prematur, sehingga mengurangi kematian akibat
gangguan nafas pada bayi prematur
11. Pemberian nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV dengan menjelaskan
prosedur tindakan dan tujuan dari pemberian obat tersebut
R/ Nicardipin merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah pada hipertensi
12. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat
R/ Istirahat akan membuat ibu merasa lebih tenang sehingga keadaan
tubuhnya akan stabil
13. Rencana USG
R/ USG (ultrasonography) adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menampilkan gambaran bagian
dalam tubuh, sehingga bisa mengetahui kondisi dan tumbuh kembang
janin dalam kandungan.
14. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada rekam medis.
R/ Rekam Medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien
yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada
sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap

Langkah VI : Implementasi
Hari/Tanggal : 11 Oktober 2022
1. Melakukan perkenalan diri dan menjelaskan tujuan serta prosedur yang
akan dilakukan kepada pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada ibu

26
3. Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi yang dialami ibu bahwa tekanan
darahnya 192/125 mhHg, nadi 20 x/menit, suhu 36,5 C, pernapasan 80
x/menit, berat badan 80 kg, dan DJJ 151 x/menit.
4. Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan.
5. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
lengkap
6. Berikan infus RL 500 cc
7. Berikan SM loading dose, MgSO4 20 % 20 cc bolus IV dalam waktu 5
menit.
8. Melakukan pemasangan oksigen
9. Dilakukan pemasangan kateter.
10. Pemberian dexametason 24 mg secara IV 3x1
11. Pemberian nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV
12. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat
13. Rencana USG
14. Mencatat hasil pemeriksaan di rekam medik

Langkah VII : Evaluasi


Hari/tanggal : 11 Oktober 2022
1. Ibu mengerti dan paham atas penjelasan dari petugas mengenai tindakan
yang akan dilakukan, serta memercayakan semuanya kepada petugas
2. Pemeriksaan fisik dan TTV berjalan lancar
3. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan yang dialaminya
4. Ibu dan keluarga mengerti keadaanya dan setuju atas tindakan yang akan
dilakukan.
5. Telah dilakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah
lengkap
6. Ibu bersedia dipasang infus dan tindakan dapat dilakukan secara cepat dan
tepat sesuai SOP.
7. Pemberian magnesium sulfat diberikan secara IV perlahan-lahan selama 5
menit oleh bidan dengan tepat dan sesuai dosis.

27
8. Oksigen terpasang dengan baik
9. Kateter dapat terpasang dengan baik dan urine tertampung dalam urine
bag.
10. Pemberian dexametason 24 mg secara IV 3x1 oleh bidan dengan tepat dan
sesuai dosis.
11. Pemberian nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV oleh bidan dengan tepat
dan sesuai dosis.
12. Ibu istirahat dengan tenang
13. Ibu mau dilakukan USG untuk mengetahui kondisi bayinya

28
CATATAN PERKEMBANGAN I

Hari/tanggal : Rabu, 12 Oktober 2022

Tempat : Kamar Bersalin

Pukul : 14.30 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan pusing yang dirasakan sudah mulai berkurang
B. Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 200/100 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Pernapasan : 21x/ menit
Suhu : 36 C
DJJ : 136x/ menit
His : tidak ada (-)
C. Analisis
G3P1102Ab000 UK 34 minggu 4 hari dengan PEB hellp syndrome
D. Penatalaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 12 Oktober 2022
Pukul : 09.05 WIB
1. Meminta izin pada ibu untuk melakukan observasi
E/ Ibu mengizinkan dan mau untuk dilakukan observasi
2. Melakukan pemeriksaan pada ibu seperti tanda-tanda vital, dan
pemeriksaan fisik, serta meminta persetujuan tindakan pemeriksaan
yang akan dilakukan
E/ ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan hasil pemerikaan yang telah dilakukan pada ibu seperti
tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik
E/ Ibu mengerti akan kondisinya saat ini
4. Monitoring infus RL 500 cc drip SM 1-4 dengan 28 tpm secara IV
ditangan kiri ibu

29
E/ Infus RL terpasang di tangan kiri ibu dan berjalan dengan lancar
5. Monitoring kembali oksigen dan DC (Dower cathether)
E/ Oksigen dan kateter terpasang dengan baik
6. Pemberikan dexametason 24 mg secara IV 3x1
E/ Pemberian dexametason 24 mg secara IV 3x1 oleh bidan dengan
tepat dan sesuai dosis
7. Pemberikan drip nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV
E/ Pemberian drip nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV oleh bidan
dengan tepat dan sesuai dosis
8. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat
E/ ibu bersedia mengikuti anjuran dan kembali beristirahat

30
CATATAN PERKEMBANGAN II

Hari/tanggal : Jum’at, 14 Oktober 2022

Tempat : Ruang ICU

Pukul : 08.00 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan terasa nyeri pada daerah luka SC dan sudah tidak pusing
B. Objektif
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 196/104 mmHg
Nadi : 74x/ menit
Pernapasan : 20x/ menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 98 %
Luka SC : basah
C. Analisis
P1102Ab000 post partum dengan PEB hellp syndrome dengan keluhan
nyeri luka SC
D. Penatalaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 12 Oktober 2022
Pukul : 09.05 WIB
1. Meminta izin pada ibu untuk melakukan observasi
E/ ibu menginzinkan untuk dilakukan observasi
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada ibu
E/ pemeriksaan tanda-tanda vital telah dilakukan
3. Menanyakan keluhan yang ibu rasakan
E/ ibu mengatakan nyeri pada daerah luka SC
4. Memeriksa kembali infus RL 500 cc ditangan kiri ibu yang telah
terpasang
E/ infus yang terpasang telah diperiksa
5. Monitoring hemodinamika yang telah terpasang

31
E/ pemeriksaan monitoring hemodinamika yang terpasang
6. Memeriksa kembali Oksigen dan DC (Dower cathether) yang telah
terpasang
E/ Oksigen dan DC (Dower cathether) terpasang dengan baik
7. Memeriksa kembali NGT yang telah terpasang
E/ NGT terpasang dengan baik
8. Mengajarkan ibu relaksasi distraksi
E/ ibu paham dan akan melakukan relaksasi distraksi
9. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat
E/ ibu bersedia mengikuti anjuran

32
CATATAN PERKEMBANGAN III

Hari/tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2022

Tempat : Ruang ICU

Pukul : 09.35 WIB

A. Subjektif
Ibu mengatakan sudah tidak nyeri pada daerah luka SC dan tidak pusing
B. Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 194/103 mmHg
Nadi : 77x/ menit
Pernapasan : 20x/ menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 98 %
C. Analisis
P1102Ab000 post partum dengan PEB hellp syndrome
D. Penatalaksanaan
1. Meminta izin pada ibu untuk melakukan observasi
E/ ibu mengizinkan untuk dilakukan observasi
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada ibu
E/ pemeriksaan tanda-tanda vital telah dilakukan
3. Menanyakan keluhan yang ibu rasakan
E/ ibu mengatakan sudah tidak nyeri pada daerah luka SC dan tidak
pusing
4. Memeriksa kembali infus RL 500 cc drip secara IV ditangan kiri ibu
yang telah terpasang
E/ infus RL 500 cc drip secara IV terpasang dengan baik
5. Monitoring hemodinamika yang telah terpaang
E/ Monitoring hemodinamika terpasang dengan baik

33
6. Monitoring kembali oksigen dan DC (Dower cathether)
E/ oksigen dan DC (Dower cathether) terpasang dengan baik
7. Memeriksa kembali NGT yang telah terpasang
E/ NGT terpasang dengan baik
8. Mengingatkan kembali ibu untuk melakukan relaksasi distraksi
E/ ibu telah melakukan relaksasi distraksi
9. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat
E/ ibu bersedia mengikuti anjuran dan kembali beristiahat

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Manajemen kebidanan dilakukan mulai dari pengkajian data, identifikasi


masalah, identifikasi diagnose potensial, identifikasi kebutuhan segera,
perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi. Pada pengkajian didapatkan
hasil pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, tekanan darah ibu 192/125 mmHg
yang menunjukkan terjadi peningkatan pada tekanan darah ibu. Pada teori
dipaparkan bahwa tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (WHO, 1987).
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa ibu mengalami hipertensi berat
pada masa kehamilan. Suhu tubuh Ny. N adalah 36,5°C dan masih dalam batas
normal suhu ibu hamil, yaitu kurang dari 37,2°C. Sehingga, suhu tubuh Ny. N
masih tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Nadi Ny. N adalah
96x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa nadi Ny.N masih dalam batas normal
karena nadi normal berkisar antara 60-100 x/menit (Asih dan Risneni, 2016).
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa 16-24 x/menit. Pada hasil
pemeriksaan, pernapasan Ny. N adalah 20x/menit sehingga masih tergolong
normal. Pada Ny. N juga dilakukan pengukuran saturasi oksigen untuk melihat
presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri dan hasilnya
adalah 97%. Hal ini menunjukkan bahwa saturasi oksigen Ny. N masih dalam
batas normal karena rentang saturasi oksigen yang normal adalah 95-100%
(Zuriati dkk, 2017).

Pada riwayat obstetrik Ny. N kehamilan kedua terjadi komplikasi


hipertensi dan harus melakukan SC pada usia kehamilan 35-36 minggu dengan
jenis kelamin perempuan dan berat badan 2500 gram. Hal ini sesuai dengan teori
menjelaskan bahwa ibu hamil dengan riwayat hipertensi beresiko janin IUGR,
bayi premature, kematian janin, dan ibu mengalami odema (bengkak) (Emlia,
2010). Pada bagian kedua ekstremitas atas dan bawah Ny. N terdapat odema, ibu
mengeluh pusing, dan ibu memiliki riwayat keturunan hipertensi pada
keluarganya. Pada teori menjelaskan bahwa odema merupakan salah satu tanda
dan gejala dari preeklamsia (Toker dan Komurcu, 2017). Dilihat dari tekanan
darah dan oedem didapatkan diagnose bahwa ibu mengalami preeklamsia berat.

35
Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik untuk menentukan diagnosa aktual. Dari diagnosa potensial ini selanjutnya
dapat ditentukan masalah potensial yang dapat terjadi pada Ny. N diagnosa yang
ditegakkan pada kasus ini adalah G3P1102Ab000 dengan preeklamsia berat help
syndrome. G3P1102Ab000, huruf G menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah
dialami, lalu untuk P menunjukkan jumlah paritas, angka yang pertama diisi
dengan anak yang lahir dengan cukup bulan, lalu angka kedua diisi dengan jumlah
anak yang lahir prematur, angka ketiga diisi dengan jumlah anak yang lahir
imatur, dan angka terakhir diisi dengan jumlah anak hidup. Ab diisi dengan
jumlah abortus, kehamilan mola, dan KET. Ny. N memiliki 1 anak yang lahir
aterm dan 1 preterm dengan jumlah anak hidup 2 dan tidak pernah abortus.
Preeklamsia didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah Ny. yaitu 192/125
mmHg. Masalah potensial pada Ny. N adalah preeklampsi selama kehamilan. Hal
ini dapat terjadi karena terdapat tanda-tanda lain dari preeklampsi seperti tangan
dan kaki bengkak, dan pusing kepala.
Dari diagnosa aktual dan masalah potensial tersebut dapat dirumuskan
kebutuhan segera yang dapat dilakukan. Kebutuhan tersebut antara lain adalah
monitoring tanda-tanda vital sampai target tensi tercapai, melakukan pemeriksaan
laboratorium untuk protein urin dan darah. Selain untuk mencegah terjadinya
masalah potensial, adanya kebutuhan segera juga digunakan untuk menentukan
intervensi atau rencana tindakan. Perencanaan ini juga dirumuskan berdasarkan
diagnosis atau kondisi pasien, termasuk tindakan pencegahan atau pedoman
antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi sebelumnya (Yuliani,
Musdalifah, dan Suparmi, 2017). Pada kasus ini, intervensi yang diberikan adalah
periksa dan pantau tanda-tanda vital ibu, dilakukan untuk mengobservasi kondisi
ibu, melakukan pemasangan infus RL 500 cc drip SM 1-4 dengan 28 tpm secara
IV ditangan kiri ibu, melakukan pemasangan oksigen, melakukan pemasangan
DC (Dower cathether), memberikan ibu dexametason 24 mg secara IV 3x1,
memberikan ibu drip nicardipin 1 mg/KgBB/jam secara IV dengan menjelaskan
prosedur tindakan dan tujuan dari pemberian obat tersebut, menganjurkan ibu
untuk tetap istirahat

36
Implementasi yang diberikan sesuai dengan intervensi atau rencana
tindakan yang sudah dibuat dan ditambah dengan beberapa penatalaksanaan yang
sudah disesuaikan dengan kebutuhan ibu. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan
mengenai manajemen kebidanan, yaitu langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan
sesuai dengan rencana tindakan yang sudah dibuat (Heni, 2018). Implementasi ini
diupayakan untuk dapat dilakukan dalam waktu singkat/cepat, efektif, efisien,
hemat, dan berkualitas.

Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan


kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagaimana
belum efektif (Ulfah, 2020).

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengkajian dan Asuhan Kebidanan Kehamilan


Komprehensif pada Ny “N” G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin
T/H/I, Letkep, Puki, dengan PEB Hellp Syndrom di IGD RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Pada data subjektif dan objektif didapatkan tanda-tanda yang


menunjang diagnosa, yaitu ibu mengatakan ini merupakan kehamilan
ke-3, anak pertama aterm, anak kedua preterm, dan tidak pernah
abortus, hari pertama haid terakhir 12 Februari 2022 dan memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan
hasil bahwa TD 192/125 mhHg, BB 80 kg, pernapasan 20 x/menit, TB
155 cm, nadi 98 x/menit, LILA : 30 cm, suhu 36,5 C. Ekstremitas
tampak oedem pada kaki dan tangan.

2) Dari data subjektif dan objektif di atas, dapat ditegakkan diagnosa


berupa G3P1102Ab000 UK 34 minggu 3 hari Janin T/H/I, Letkep, Puki,
dengan Pre-Eklampsia Berat Hellp Syndrom.

3) Dari pengkajian, didapatkan hasil masalah potensial, yaitu

Bagi ibu : resiko terjadi eklampsia

Bagi janin : resiko premature, IUGR

4) Dari masalah atau keluhan yang dialami Ny. N, tindakan segera yang
harus dilakukan adalah pemantauan ketat TTV, melakukan
laboratorium lengkap, melakukan USG.
5) Intervensi dilakukan sesuai dengan tindakan dan hal yang dibutuhkan
ibu hamil. Pada kasus ini, intervensi yang dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada ibu, menjelaskan hasil
pemeriksaan dan kondisi yang dialami, makukan informed consent
pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.,

38
berkolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
lengkap, memberikan infus RL 500 cc, memberikan SM loading dose,
MgSO4 20 % 20 cc bolus IV dalam waktu 5 menit, melakukan
pemasangan O2, melakukan pemasangan kateter, pemberian
dexametason 24 mg secara IV 3x1, pemberian nicardipin 1
mg/KgBB/jam secara IV dengan menjelaskan prosedur tindakan dan
tujuan dari pemberian obat tersebut, menganjurkan ibu untuk tetap
istirahat, merencanakan USG, serta mendokumentasikan hasil
pemeriksaan pada rekam medis.
6) Implementasi atau tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang
terdapat pada intervensi atau rencana kegiatan.
7) Evaluasi dari implementasi tindakan pada asuhan kebidanan yang
dilakukan pada Ny. N adalah tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pasien sehingga keadaan umum pasien
membaik dan dapat dipindahkan dari IGD Maternal ke kamar bersalin.
5.2 Saran
1) Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya laporan komprehensif ini diharapkan dapat
meningkatkan interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan CI dalam
melakukan bimbingan pembuatan laporan asuhan kebidanan sehingga
mahasiswa dapat lebih mampu dan memiliki keterampilan/skill yang
baik dalam melakukan praktik kebidanan.
2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan teori yang sudah dimiliki
dengan baik, benar, dan sesuai dengan kebijakan dan kewenangan
profesi bidan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang
dilakukan pada asuhan kebidanan.
3) Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya ibu hamil, suami, dan keluarga
dapat kooperatif dalam menerapkan asuhan kebidanan yang telah
diberikan. Selain itu, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan
pentingnya kesehatan ibu hamil, dan janin ataupun bayi sehingga mau

39
melakukan periksa kehamilan (ANC) sesuai dengan standar kunjungan
atau sewaktu-waktu bila ada keluhan sehingga dapat membantu dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu hamil dan menghindari terjadinya
komplikasi dalam kehamilan dan masa nifas yang tidak diharapkan.
4) Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dan keterampilan profesional dalam memberikan asuhan
kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

40
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Fitri Farhana. 2020. Pengaruh Penggunaan MgSO4, Sebagai Terapi


Pencegahan Kejang Eklampsia. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 7,
No 1, Januari 2020. Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung: Lampung.

Setyarini, Didien Ika. Suprapti, 2017. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: BPPSDMK-Kemkes.

Gasnier, Rose. 2016. Eclampsia: An Overview Clinical Presentation, Diagnosis


and Management. Review Article MedCrave Vol. 3 issues 2. Department of
Obstetrics and Gynecology, Universidade Federal do Rio Grande do Sul: Brasil.

Gilbert ES, Harmon JS. Manual of HighRisk Pregnancy and Delivery. (Fifth
Edition). St. Louis: Mosby. 2011.

Imaralu, et al. 2018. Evolution of Magnesium Sulphate for Eclampsia. Obstetric


and Gynecology International Journal 2018;9(6);483-486. DOI:
10.15406/ogij.2018.09.00391 https://medcraveonline.com/OGIJ/evolution of-
magnesium-sulphate-for-eclampsia.html [Accessed March, 19th 2021]

Peres, Gonçalo Miguel. 2018. Pre-Eclampsia and Eclampsia: An Update on the


Pharmacological Treatment Applied in Portugal. Journal of Cardiovascular
Development and Disease. CICS-UBI, Health Sciences Research Centre,
University of Beira Interior: Portugal.

41

Anda mungkin juga menyukai