Laporan Praktikum Identifikasi Zat Kimia
Laporan Praktikum Identifikasi Zat Kimia
Laporan Praktikum Identifikasi Zat Kimia
LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA
Ali Sodiqin
LAPORAN RESMI
Nofera Ayu Hapsari
KIMIA DASAR I
OLEH :
SHIFT :D
FAKULTAS BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI INTERNASIONAL
i
IDENTIFIKASI ZAT KIMIA
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi adanya logam K, Na, dan Ca dalam 3 macam
larutan bahan dengan cara reaksi nyala api bunsen.
2. Melihat dan mengenal spektrum emisi dari K, Na, dan Ca.
3. Mengidentifikasi ion-ion logam Ag+, Pb2+, Hg2+, Fe2+, Ba2+,
Na2+ dalam larutan dengan menggunakan pereaksi pembentukkan
endapan, warna, gas dan bau yang dapat diamati.
4. Mengidentifikasi anion-anion Br-, SO42-, Fe(CN)64-, Cr42-, SO32-
dengan pereaksi atas dasar perbedaan kelarutan garam peraknya dan
Bariumnya.
1
2
Secara garis besar, kimia analisis dibagi dalam dua bidang yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang
identifikasi zat-zat. Analisis ini mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa yang
terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada intinya tujuan analisis kualitatif
adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah atau beberapa unsur.
Sedangkan analisis kuantitatif yaitu menetapkan banyaknya suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel. Untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui biasanya
menggunakan prosedur, yang pertama membuat sampel (contoh) yang
dianalisis dalam bentuk cair atau larutan. Selanjutnya larutan yang dihasilkan
dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Pada saat mengidentifikasi berbagai
konsentrasi untuk ion dalam suatu campuran terkadang menjumpai kesulitan
yang besar, biasanya pemisahan ion diutamakan terlebih dulu melalui proses
pengendapan, berikutnya melarutkan kembali endapan tersebut. Kemudian
melakukan uji spesifik ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik tersebut
dilakukan dengan menambahkan reagen tertentu yang akan menghasilkan
larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik ion tertentu
(Underwood, 1992).
Kation dapat didefinisikan ion yang memiliki muatan positif. Ada pun
pengertian yang lain yaitu atom yang bermutan positif apabila kekurangan
elektron. Untuk analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan atau
dikelompokkan menjadi lima golongan berdasarkan sifat kation itu terhadap
beberapa pereagen. Dengan memakai pereagen golongan secara spesifik, dapat
menentukan ada tidaknya golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini dengan menganalisis lebih lanjut. Selain cara dasar
untuk menyajikan bahan, pengurutan juga dapat memudahkan mempelajari
berbagai reaksi. Golongan pereagen yang digunakan dalam klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
pereagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat disimpulkan
3
4
5
9
10
4.2 Pembahasan
Identifikasi adalah suatu langkah atau prosedur yang dipilih dan
dicocokan dengan ciri - ciri yang akan ditemukan dan diselaraskan dengan
program yang akan dikembangkan. Proses identifikasi yang dipilih haruslah
memiliki dasar tujuan yang ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah
berdasarkan berbagai hal dan tujuan program yang bisa dipertahankan
(Banfatin, 2014). Pengertian identifikasi secara umum merupakan
memberikan tanda yang sesuai golongan pada benda, barang, atau
sesuatu, dengan tujuan membedakan komponen yangsatu dengan yang
lainnya (Nalole, 2014).
Reaksi kering adalah sebuah uji yang dilakukan dalam keadaan kering
yakni tanpa melarutkan. Contoh reaksi kering dapat dilakukan dengan cara
pemanasan, uji nyala bunsen, uji manik boraks. Agar reaksi - reaksi
semacam ini dapat berlangsung maka harus menggunakan nyala
api yang tidak berjelaga yaitu nyala api bunsen. Reaksi kering umumnya
dipakai untuk pengujian pendahuluan tergadap kemurnian endapan dan
pengujian adanya mineral dalam suatu bahan (Azharman, 2010). Zat yang
akan diidentifikasi melalui reaksi kering harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut : dapat lebur, mampu menghasilkan warna yang berbeda
dengan nyala Bunsen, volatil (mudah menguap), bertingkah laku redoks
(Kartika dan Vaulina, 2017).
Reaksi basah merupakan jenis reaksi yang mencakup pembentukan
endapan atau perubahan warna melalui reaksi yang mengandung media atau
bahan air, seperti reaksi pada larutan. Terjadinya endapan dapat diakibatkan
oleh berbagai macam sebab, seperti pencampuran larutan dengan kation dan
anion berbeda sehingga ada pengendapan, menambahkan konsentrasi zat dan
senyawa hingga melewati batas kelarutannya, atau menurunkan suhu larutan.
Ekstraksi untuk endapan juga dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti filtrasidan evaporasi (Dian, 2015). Adapun keuntungan reaksi basah
terutama dalam analisis kualitatif adalah sebagian besar jalannya reaksi
kimia mudah dilihat dari perubahan warna atau timbulnya endapan. Bau
gas yang timbul juga membantu dalam mengidentifikasi beberapa
substansinya (Petrucci, 1992).
12
Percobaan 4
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan
FeSO4 1% ditambah dengan 1 mL larutan NaOH 1%. Hasil larutan yang
diperoleh setelah dikocok yaitu berwarna kekuningan dan terbentuk endapan
kuning. Percobaan ini tidak sesuai dengan referensi (Dini, 2016) yang
mengatakan larutan menjadi berwarna kecoklatan. Hal itu dikarenakan
senyawa NaOH yang terlalu banyak dan Na adalah yang dapat menghasilkan
warna kuning.
FeSO4 + 2NaOH → Fe(CH)2 + Na2SO4 (Harjadi, 1990).
Gambar 4.2.1.7
FeSO4 dan NaOH, dikocok
Percobaan 5
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sebanyak 1 mL larutan BaCl2
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan (NH4)2CO3 1%. Hasil larutan yang
diperoleh yaitu tidak berwarna atau bening.
BaCl2 + (NH4)2CO3 → BaCO3 + 2NH4Cl (Svehla, 1985).
Setelah ditambahkan larutan HNO3 1% larutan tetap tidak berwarna. Ba2+
sebagai kation. Ba2+ menggunakan larutan BaCl2 untuk diidentifikasi
kemudian ditambah (NH4)2CO3 menghasilkan larutan yang larut dan
homogen.
BaCO3 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2O + CO2 ( Svehla, 1985).
Percobaan tidak sesuai dengan referensi, seharusnya larutan menjadi
berwarna putih keruh (Svehla, 1985). Itu dikarenakan Ba2+ sebagai kation
sangat mudah menguap pada oksidasi di udara dan tabung reaksi harus
ditutup dengan rapat agar tidak cepat menghilang.
15
Gambar 4.2.1.12
Lakmus menjadi kebiruan
16
Gambar 4.2.2.1
NaBr dan AgNO3
17
Percobaan 2
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan 1 mL larutan Na2SO4
1% ditambah dengan 0,1 mL larutan BaCl2 1%. Jika SO42- direaksikan
dengan larutan BaCl2 akan terbentuk endapan BaSO4 warna larutan putih
keruh (Harjadi, 1990). Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna putih
keruh. Data hasil pengamatan sudah sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990).
Na2SO4 + BaCl2 → BaSO4 + 2NaCl (Harjadi, 1990).
Gambar 4.2.2.2
Na2SO4 dan BaCl2
Percobaan 3
Percobaan ini dilakukan dengan cara mereaksikan1 mL larutan
K4 Fe(CN)6 1% ditambah dengan 0,1 mL larutan H2SO4. Hasilnya tidak
terjadi perubahan warna dimana larutan tetap berwarna kuning seperti
semula (Ena, 2009). Hasil pengamatan larutan berwarna hijau pucat, tidak
ada endapan serta tidak berbau. Data pengamatan tidak sesuai dengan
referensi. Hal itu disebabkan oleh ion Fe(CN)6- pada K4Fe(CN)6 merupakan
anion aktif pada logam sehingga saat berikatan dengan hidrogen ion tersebut
tetap ada dan menghasilkan warna hijau.
K4Fe(CN)6 + H2SO4 → H4Fe(CN)6 + 2K2SO4 (Ena, 2009).
Gambar 4.2.2.3
K4Fe(CN)6 dan H2SO4
18
Percobaan 4
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 1 mL larutan H3PO4 1%
ditambah dengan 1 mL larutan (NH4)2MoO4 1% dan 1 mL larutan HNO3
1%. Jika PO43- direaksikan dengan larutan (NH4)2MoO4 akan menghasilkan
warna kuning jernih (Wahyuni, 2011).
H3PO4 + 3(NH4)2MoO4→ 2(NH4)3PO4 + 3H2MoO3.
H3PO4 + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3 → (NH4)3PO4 + 12MoO4+ 12NH4O + 12H2O
(Svehla, 1985).
Hasil yang diperoleh yaitu larutan tidak berwarna. Data hasil pengamatan
tidak sesuai dengan referensi (Harjadi, 1990). Hal tersebut disebabkan
penambahan larutan HNO3 yang melebihi 1 mL.
Gambar 4.2.2.6
Na2C2O4 dan H2SO4
Percobaan 6
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan 0,1 mL larutan Na2S2O3
ditambah dengan 1 mL larutan AgNO3 1%. Hasil larutan yang diperoleh
yaitu tidak berwarna. Data hasil pengamatan sesuai dengan referensi
(Svehla, 1985).
Na2S2O3 + 2 AgNO3 → 2NaNO3 + Ag2S2O3 (Svehla, 1985).
Data hasil pengamatan tidak sesuai dengan referensi yaitu berwarna coklat
keruh, ada endapan dan berbau. Itu karena AgNO3 dan 2NaNO3 berbeda
kepolaran.
Gambar 4.2.2.7
Na2SO4 dan AgNO3
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari identifikasi zat kimia
ini adalah :
1. Identifikasi kation dengan reaksi basah dapat menghasilkam
beberapa warna dan endapan pada tiap-tiap larutan yang tercampur
atau direaksikan.
2. Identifikasi anion dengan reaksi basah dapat menghasilkan beberapa
warna, endapan, dan ada yang mengeluarkan bau sebagai cara untuk
mengetahui ada tidaknya anion dalam larutan yang diuji.
5.2 Saran
Pada percobaan identifikasi zat kimia perlu diperhatikan
kemurnian bahan, kebersihan alat, serta kepekaan indra praktikan dan
juga kecocokan data senyawa pada video materi. Penglihatan dan
penciuman untuk mengenali perubahan reaksi zat tertentu juga perlu
diperhatikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21