Makalah Etika Kel 4
Makalah Etika Kel 4
Makalah Etika Kel 4
Dosen Pengampuh :
Dra. Susilawati M.Pd
Kelompok 4 :
1. Riya Febriyanti (21591183)
2. Viki Sasnika (21591225)
Lokal : MI 5C
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-nya sehinggah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakansebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi teman-teman.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi secara keseluruhan, mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis.untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan syukur dan berterimakasih kepada Ibu Dra Susilawati M.Pd
karena telah memberikan tugas dan materi “Berbagai Peran Guru Dalam Pembelajaran” yang
memberikan dampak baik baik kepada kami sehingga kami dapat mengerti apa yang dimaksud
dengan materi tersebut.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I ........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
PENUTUP.................................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak semua tindakan yang dilakukan guru di kelas merupakan tindakan
pengajaran. Sebagaimana halnya dalam belajar indikator bagi tindakan pengajaran adalah
terjadinya perubahan tingkah laku. Jadi, tindakan-tindakan yang tidak membawa efek
pada perubahan tingkah laku, tidak dapat diterjemahkan sebagai tindakan pengajaran.
Tindakan pengajaran hendaknya dapat menciptakan terjadinya proses belajar. Proses
belajar dapat dikatakan terjadi apabila subjek didik tidak hanya mata melihat dan
telinganya mendengarkan apa yang diinformasikan oleh guru, tetapi pikirannya harus
beraksi. Dalam kegiatan pengajaran, proses belajar dapat berlangsung tanpa partisipasi
aktif guru secara langsung. Kemudian tindakan yang manakah yang dimaksud dengan
tindakan pengajaran?
Untuk mengukur kualitas guru setidaknya dapat ditinjau dari dua aspek yaitu dari
aspek proses dan aspek hasil. Dari aspek proses guru dikatakan berhasil apabila mampu
melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif baik fisik, mental maupun, sosial
dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat
menjulur serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari aspek hasil, guru dikatakan
4
berhasil apabila pembelajarnya yang diberikannya mampu mental perilaku peserta didik
ke arah penguasaan kompetensi dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Guru dalam perannya dalam proses pembelajaran ?
2. Apa saja peran-peran guru dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui Pengertian Guru dalam perannya dalam proses pembelajran.
2. Dapat Mengetahui apa saja peran-peran gurur dalam Proses pembelajaran.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Dalam Perannya Dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Guru
Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena guru adalah orang
yang langsung berinteraksi dengan anak didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan
inspirasi untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan berprestasi. 1
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.2
Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak
hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja, tetapi
juga berdimensi ranah rasadan karsa. Sebgai guru, seseorang harus memiliki ilmu yang
akan diajarkan. Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang lain kalau
ia sendiri tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang akan diajarkan harus dikuasai
oleh pendidik terlebih dahulu, kemudian baru diajarkan kepada orang lain. 3
Istilah pendidik dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istilah
murabbi, mu’allim, atau muaddib. Di samping istilah tersebut, pendidik juga sering
diistilahkan dengan menyebuy gelarnya, alUstadz atau al-Syekh. Menurut ahli bahasa,
kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti membimbing mengurus,
mengasuh dan mendidik. Kata mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari’allama,
yu’allimu, yang biasa diterjemahkan ”mengajar” atau “mengajarkan”. Sementara istilah
muaddib berasal dari akar kata addaba, yuaddibu, yang biasa diartikan mendidik.4
1 Jamal Ma‟ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Diva Press,
Jogjakarta, 2009, hlm. 58..
2 Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1
3 Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2016, hlm. 30
4 Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014,
hlm. 163.
6
Hakikat pendidik dalam Islam Menurut Ramayulis dan Zayadi sebagaimana
dikutip Heri Gunawan adalah orang-orang yang bertanggung jawabterhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi mereka, baik
afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Selain mengupayakan potensi peserta didik,
pendidik juga bertanggung jawab untuk memberi pertolongan pada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan sebagai
pribadi yang memenuhi tugasnya sebagai ‘abdullah dan khalifatullah.5
Tanpa guru, pendidikan akan berjalan timpang, karena guru merupakan juru kunci
(key person) dalam proses pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh peranan guru dalam proses pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu,
guru harus selalu berkembang dan dikembangkan, agar peroleh subjek didik terhadap
pengethuan, keterampilan, sikap dan nilai dapat maksimal. Tujuan akhir pendidikan
adalah terbentuknya kepribadian subjek didik secara utuh lahir dan batin, fisik dan
mental, jasmani dan rohani. Tujuan ini hanya bisa tercapai jika subjek didik ditenpa
kepribadiannya melalui pendidikan yang terprogram, terencana, tersusun, sistematis dan
dinamis oleh lembaga pendidikan. Tentu lembaga pendidikan membutuhkan guru yang
berkompetensi agar bisa menyusun perencanaan pendidikan yang demikian sehingga
bisa bermuara pada kualitas pribadi subjek didik yang sesuai dengan cita-cita
pendidikan.6
Dan dari 19 peran diatas, dibawah ini hanya akan dijelaskan 10 peran saja, yang
menurut penulis memiliki relevansi langsung dengan proses pembelajaran.
7
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawah, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma
moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajara.
Guru merupakan pendidik, tokoh, panutan serta identifikasi bagi para murid yang
di didiknya serta lingkungannya. Oleh sebab itu, tentunya menjadi seorang guru harus
memiliki standar serta kualitas tertentu yang harus dipenuhi. Sebagai seorang guru, wajib
untuk memiliki rasa tanggung jawab, mandiri, wibawa, serta kedisiplinan yang dapat
dijadikan contoh bagi peserta didik.di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan
nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki
kelebihan dalam pemahaman ilmu. pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan
bidang yang dikembangkan.8
2. Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran,
dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan
utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar
yang dipelajari.
Pertentangan tentang mengajar berdasar pada suatu unsur kebenaran yang
berangkat dari pendapat kuno yang menekankan bahwa mengajar berarti memberitahu
atau menyampaikan materi pembelajaran. Dalam hal ini, konsep lama yang cenderung
membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton wajar jika mendapat tantangan, tetapi
tidak dapat didiskreditkan untuk semua pembelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
8 Ibid,
8
rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil
dalam memecahkan masalah.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Guide), yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bcrtanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan
waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk
perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi
guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing,
guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang
direncanakan dan dilaksanakannya. 9
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing
perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang untuk melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik
sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang
mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta
didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang
akan mengantar mereka mencapai tujuan. Dalam setiap hal peserta didik harus belajar,
untuk itu mereka harus memiliki pengalaman dan kompetensi yang dapat menimbulkan
kegiatan belajar.
9 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hal 8-10
9
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas
yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti
terhadap kegiatan belajar. Bisa jadi pembelajaran direncanakan dengan baik,
dilaksanakan secara tuntas dan rind, tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang
bermakna, kurang menantang rasa ingin tahu, dan kurang imaginative.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam
pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta
didik mencapai tujuan? Jika berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa? Apa
yang bisa dilakukan di masa mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah perjalanan
yang lebih baik?
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal
ini lebih ditekankan lagin karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tida akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru
harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan
materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan
lingkungannya.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa
hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap
bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakanakan berusaha mengatur
kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini.
Padahal menjadi guru pada tingkatmanapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang
kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam
10
prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara
mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan
mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani
setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya
untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.10
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru.
Secara teoretis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,
sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan.
Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila
menolak berarti menolak profesi itu. Pertanyaan yang timbul adalah apakah guru harus
menjadi teladan baik di dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam seluruh
kehidupannya? Dalam beberapa hal memang benar bahwa guru harus bisa menjadi
teladan di kedua posisi itu, tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan guru tidak
memiliki kebebasan sama sekali. Dalam batas-batas tertentu, sebagai manusia biasa tentu
saja guru memiliki berbagai kelemahan, dan kekurangan.
7. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang
universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan
oleh kesadaran itu. la sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat
proses pendidikan.
8. Guru Sebagai Aktor
10 Marimba Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hal 69.
11
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang
telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada
penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton
tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh
penampilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus
menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki
kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan, mempergunakan
pakaian, tata rias sebagaimana yang diminta, dan kondisinya sendiri untuk menghadapi
ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang harus
ditampilkan.
Sang aktor harus siap mental terhadap pernyataan senang dan tidak senang dari
para penonton dan kritik yang diberikan oleh media massa. Emosi harus dikuasai karena
kalau seseorang telah mencintai atau membenci sesuatu akan berlaku tidak objektif,
perilakunya menjadi distorsi dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi aktor yang
mampu membuat para penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan
yang disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan fisik. 11
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha mengurangi
respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar. Demikianlah, guru
memiliki kemampuan menunjukkan penampilannya di depan kelas. 12
9. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan "budak"
stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta
didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman,
pengakuan dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan
seringkali membebaskan peserta didik dari "self image" yang tidak menyenangkan,
kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru harus mampu
11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 56.
12 Ibid
12
melihat sesuatu yang tersirat di samping yang tersurat, serta mencari kemungkinan
pengembangannya.
Untuk memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tersirat, perlu memanfaatkan
pengalaman selama bekerja, ketekunan, kesabaran dan tentu saja kemampuan
menganalisis fakta yang dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah keadaan peserta
didik dari status "terbuang" menjadi "dipertimbangkan" oleh masyarakat. Guru telah
melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai
dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu
diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali
menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan
ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit
kembali harapannya.
10. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena
penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. 13
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan
teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Dari 10 peran guru tersebut di atas dalam implementasinya diharapakan
memperhatikan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Apa tujuan dan materi pembelajarannya (What)
b. Siapa pendidik dan peserta didiknya (Who)
c. Dimana proses pembelajaranya itu berlangsung (Where)
d. Kapan saat berlangsungnya proses pembelajaran (When)
e. Bagaimana proses pembelajaranya berlangsung (How/Why)
13 Nurudin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), hal 143.
13
Dengan kata lain 10 peranan guru tersebut implementasinya bersifat situsional dan
kondisional serta fungsional disesuaikan dengan materi, tujuan, pendidik dan peserta
didik dan seterusnya.
14Gary Flewelling and William Higginson. 2003. Teaching with Rich Learning Tasks. Adelaide: The Australian
Association of Mathematic Teacher. Page. 189.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak
hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja, tetapi
juga berdimensi ranah rasa dan karsa.
B. Saran
Kami berharap teman-teman dapat memberikan saran agar kami dapat
memperbaiki kesalahan yang terdapat didalam Makala yang telah dibuat, dan terima
kasih atas semua partisipasi teman- teman dalam persentasi kelompok ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 ayat 1
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2016.
Gunawan, Heri. Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014.
Sieberman, Mal, 1996. Active Learning: 101 Strategies To Teach The Subject, Massa
Chusset, A Simon and Schuster Company. Syafrudin,
Nurudin, 2002, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta, Ciputat Press
Zaini, Hisyam, dkk, 2002, Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan
Kalijaga.
Flewelling and William Higginson, Gary. 2003. Teaching with Rich Learning Tasks.
Adelaide: The Australian Association of Mathematic Teacher. Page. 189
16