Ushul Fiqh
Ushul Fiqh
Ushul Fiqh
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alquran diturunkan dalam keadaan berbahasa Arab sementara makna
yang dikehendaki tuhan sangat samar, namun demikian keberadaan rasulullah
mampu menjelaskan ayat-ayat al-qur’an yang tidak jelas yang populer disebut
hadis (sabda, perbuatan, dan ketetapan Nabi), selanjutnya pada gilirannya
penjelasan rasulullah pun juga ada yang tidak jelas arti yang dimaksudnya.
dalam al-qur’an.
Macam-macam lafad dari segi kejelasan maknanya dibagi menjadi
dua,yaitu: lafad jelas dan lafad yang tidak jelas. Oleh karena itu pada makalah
ini akan membahas sedikit lebih lanjut tentang lafad yang jelas dan lafad yang
tidak jelas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian lafad jelas?
2. Apa macam-macam lafad jelas?
3. Apa pengertian lafad tidak jelas?
4. Apa macam-macam lafad tidak jelas?
C. TUJUAN PENULISAN
1. mengetahui pengetian lafad jelas
2. mengetahui macam-macam lafad jelas
3. mengetahui pengertian lafad tidak jelas
4. mengetahui macam-macam lafad tidak jelas
BAB II
ushul fiqh 2 1
PEMBAHASAN
1
Khairul Uman dan Achyar Aminudin,Ushul fiqih II,(Bandung: cv pustaka setia,2001),13
ushul fiqh 2 2
3. Mufassar
Lafal yang petunjuknya jelas untuk makna yang dimaksud dari
rangkaian lafal tersebut serta masih mungkin dimansukh. 2Atau dapat juga
di artikan nash itu sendiri sudah bisa menunjukkan arti yang sangat rinci.
Contoh:
firman Allah QS. An-Nur:24
.... …
“Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera.”
Dimana bilangan tertentu itu tidak mengandung bilangan yang lebih
ataupun kurang.3
4. Muhkam
Lafal yang petunjuknya untuk pengertian yang jelas sesuai dengan
susunan lafal itu dan tidak mungkin menerima sesuatu yang lain, baik
ta’wil dan takhsis.4 Dalam artian, ia tidak membutuhkan arti lain yang
mana bukan arti yang sebenarnya. seperti sabda Rasulullah SAW:
الجها د ما ض الي يوم القيامة
“Jihad itu berlangsung sampai hari kiamat.” 5
C. Pengertian lafad tidak jelas
Lafadz yang tidak jelas adalah lafadz yang belum jelas makna yang
dimaksud kecuali dengan membutuhkan penjelasan dari luar.
ushul fiqh 2 3
samar dan tidak jelas. Hal tersebut terjadi karena faktor kasus tersebut
tidak sama persis dengan kasus yang dibicarakan oleh dalil yang ada.
Sebagai contoh pencuri pada ayat 38 surah al-Maidah :
“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
Jika kita amati makna pencuri ( )والسارقdalam ayat di atas, sangat jelas
maknanya yaitu setiap orang yang mengambil harta milik orang lain
secara tersembunyi dari tempat yang layak seperti umumnya orang
menyimpan harta antara lain lemari, kotak, penyimpan harta. Namun jika
ayat di atas dibenturkan dengan kasus yang lain, seperti pencopet ()الطرار
yang melakukan pencurian secara terang-terangan dan pencuri kafan
mayat ()النباشdi kuburan yang tidak jelas pemiliknya, hal ini disebabkan
mayat tidak punya hak memiliki harta benda. Oleh karena itu kedua
istilah baru ini berdampak kesamaran bagi sebagian jenis pencuri dalam
mengeneralkan penyebutan istilah pencuri. Untuk mengetahui hal ini
masih membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Ulama telah berpandangan dalam kasus di atas bahwa pencuri (
)والس__ارقmencuri harta benda secara tersembunyi sementara pencopet
mencuri secara terang-terangan. Karena hal ini mereka berkonsensus
bahwa pencopet dihukumi sama dengan pencuri, artinya wajib memotong
tangan pencopet, bahkan ia lebih berhak untuk dipotong. Sementara untuk
kasus pencuri kain kafan mayoritas Ulama Hanafiyyah sepakat bahwa
pencuri kafan tidak dikatagorikan sebagai pencuri pada umumnya karena
sesuatu yang terdapat dalam kuburan tidak terhitung sebagai harta benda
ushul fiqh 2 4
dan kafan tidak termasuk harta yang disenangi masyarakat pada
umumnya, sehingga si pelaku tidak dikategorikan sebagai pencuri yang
dapat menyebabkan kewajiban potong tangan tetapi hanya dita’zir.
Sementara Ulama lain dan Abu Yusuf berpendapat sebaliknya yaitu ia
terhitung sebagai pencuri pada umumnya dan wajib dipotong tangannya.6
2. Musykil
7
المشكل هو اللفظ الذي خفي معناه المراد بسبب فى النفس اللفظ
Adalah lafadz yang samar karena lafadz itu sendiri.
Dengan kata lain, bahwa lafadz ini tidak menunjukkan maksud apa-
apa, maka diperlukan sebuah qarinah atau indikasi untuk menjelaskan
maksud dari lafadz tersebut. Perbedaan musykil dan khafi , apabila
musykil kesamarannya bersumber dari lafadz itu sendiri. Sedangkan khofi
kesamarannya bersumber dari faktor luar bukan dari shigat atau lafadz itu
sendiri dan tidak membutuhkan qarinah atau indikasi untuk mengetahui
maksudnya.
Salah satu sebab kesamaran lafadz adalah lafadz musytarak yaitu satu
lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih yang berlawanan tanpa adanya
petunjuk mengarah kepada makna yang dimaksud. Seperti lafaz quru’ (
) قروءdalam surat al-Baqarah (2) : 228
.…
Lafadz quru’ disini adalah lafadz musytarak yang mempunyai dua arti
yang berlawanan, suci dan haid. Dan artinya akan menghasilkan hukum
yang berbeda, apakah iddah dihitung dengan suci atau haid? Untuk
6
https://elmisbah.wordpress.com/lafadz-dipandang-dari-ketidak-jelasannya/ diakses pada tanggal 22
agustus 2016
7
Wahbah Zuhaily, Ushul Fiqh al-Islamiy,(Damaskus: Dar-Fikri,1986) jilid 1,337
ushul fiqh 2 5
mengetahuinya harus ada qarinah yang menjelaskannya. Dalam masalah
ini ulama berbeda pendapat:
ushul fiqh 2 6
menggunakan haid bukan suci. Disini tidak ada perbedaan antara
hamba sahaya dan perempuan merdeka.
ushul fiqh 2 7
sebagainya. Kemudian diterangkan oleh sunnah maksud dari kata-kata
ini.
Hukum lafadz mujmal, pada zaman Rasulullah cara menentukan
maksud dari lafadz mujmal dengan menanyakan langsung kepada
Rasulullah dikarenakan tidak ada qarinah yang mampu menjelaskan
kecuali penjelasan dari pembuat hukum itu sendiri. Jika kemujmalan
ada di dalam al-Quran maka dikembalikan kepada al-Quran itu sendiri.
Lafadz mujmal yang telah mendapatkan penjelasan bisa berubah
menjadi dhohir, kadang juga bisa menjadi mufassar bahkan jika
penjelasannya sangat detail bisa berubah menjadi muhkam. Semua itu
tergantung kepada penjelasan yang didapatkan, apakah kuat atau tidak
terlalu kuat.
4. Mutasyabih
“Lafadz mutasyabih adalah lafadz yang samar artinya dan tidak ada cara
yang dapat digunakan untuk mencapai artinya. “
Ketidakjelasan lafadz mutasyabih karena sighatnya sendiri tidak
memberikan arti yang dimaksud, tidak ada qarinah yang menjelaskannya.
Lafadz ini adalah tingkatan paling tinggi dalam kesamaran. Bertentangan
dengan lafadz muhkam yang memiliki nilai paling tinggi dalam kejelasan
sebuah lafadz.
Telah diteliti tidak ada ayat al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan
hukum syar’i tentang perbuatan manusia yang berupa dari lafadz
mutasyabih, Dikarenakan ketidakmampuan manusia mencapai makna yang
dimaksud ,dan mengembalikan pemaknaan semuanya kepada Allah.
Lafaz mutasyabih mempunyai dua bentuk :
a. Huruf- huruf hijaiyah yang menjadi pembuka surat . misalnya المر, الم.
b. Ayat-ayat yang secara dhohirnya mempersamakan Allah dengan
makhluknya sehingga tidak bisa dipahami secara bahasa.Allah. Maha
ushul fiqh 2 8
Suci dari yang demikian. Misalnya ( ) يدdalam ayat al-Quran surat al-
fath 48:10
… ….
“Yang arti secara bahasanya adalah, tangan Allah diatas tangan-tangan
mereka.”
Cara mengetahui hukum lafadz mutasyabih dalam bentuk yang
kedua, dalam artinya menyamakan Alah dengan sifat-sifat makhluk ada
dua macam :
1. Metode ulama salaf, ini adalah metode yang digunakan kebanyakan
ulama ahlussunah wal jama’ah dan ahli ushul fiqh. Dengan cara
menolak sebuah ta’wil dan membiarkan. Memahami ayat apadanya
dan menyerahkan kepada Allah tanpa berusaha untuk mencari dan
meneliti.
2. Metode ulama khalaf, ini adalah yang dipakai kelompok mu’tazilah.
Berusaha mencapai maksud dari sebuah lafadz dengan cara
mena’wilkan dari makna bahasa ke makna yang lain. Agar
menghindarkan diri dari menyamakan Allah dengan sifat-sifat
makhlukNya. Contoh mena’wilkan lafadz ه ربك99 وجyang artinya
muka Tuhanmu menjadi Dzat Tuhanmu.
Sumber perbedaan pendapat antara ulama shalaf dan ulama
khalaf berasal dari pemahaman dari firman Allah pada surat ali
Imran (3) : 7
....
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
ushul fiqh 2 9
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui
ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal.”
Ulama Salaf membaca ayat tersebut dengan meletakkan tanda
berhenti setelah kata “ Allah “ dan mengartikan ayat tersebut, Tiada
yang dapat mengetahui ta’wilnya kecuali Allah. Maka dari itu
ulama Salaf menyerahkan semuanya kepada Allah. Dan tidak
mencoba mena’wilkannya .
Ulama Khalaf membaca ayat tersebut dengan meletakkan tanda
berhenti setelah kata “ و الراسخون فى العلم. Yang artinya tidak ada
orang yang bisa memahami lafadz-lafadz mutasyabihat ini kecuali
Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Ulama Khalaf
disini masih mencoba mena’wilkan ayat-ayat mutasyabihat agar
terhindar dari penyamaan Allah dengan sifat-sifat makhluk.
Lafaz mutasyabih ini paling tinggi nilai kesamaraannya, bertentangan
dengan lafadz muhkam yang mempunyai nilai tertinggi dalam sebuah
kejelasan sebuah lafadz. Lafadz mutasyabih dan lafadz yang tidak jelas
lainnya pemahamannya hanya zhanni yaitu tidak secara pasti.8
8
https://www.academia.edu/11829809/ushul_fiqh_-_Lafadz_tidak_jelas?auto=download diakses pada
tanggal 22 agustus 2016
ushul fiqh 2 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dzahir
Lafal yang petunjuknya jelas untuk pengertian yang dimaksudkan, dan
masih mungkin menerima makna lain.
2. Nash
lafal yang menunjukkan suatu pengertian yang tidak menerima makna
lain.
3. Mufassar
Lafal yang petunjuknya jelas untuk makna yang dimaksud dari rangkaian
lafal tersebut serta masih mungkin dimansukh. Atau dapat juga di artikan
nash itu sendiri sudah bisa menunjukkan arti yang sangat rinci.
4. Muhkam
ushul fiqh 2 11
Lafal yang petunjuknya untuk pengertian yang jelas sesuai dengan
susunan lafal itu dan tidak mungkin menerima sesuatu yang lain, baik
ta’wil dan takhsis.
5. Khafi
lafadz yang dapat menunjukkan kepada artinya secara jelas, namun ketika
arti tersebut diaplikasikan kepada kasus tertentu, maka ia menjadi samar
dan tidak jelas.
6. Musykil
lafadz yang samar karena lafadz itu sendiri.
7. Mujmal
Lafadz yang tersembunyi maksudnya dari segi lafadz itu sendiri dan tidak
akan diketahui maksudnya kecuali dengan penjelasan dari pembuat hukum
sendiri.
8. Mutayabih
lafadz yang samar artinya dan tidak ada cara yang dapat digunakan untuk
mencapai artinya.
B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penulis. Penulis menyaran kepada pembaca agar menambah wawasannya
mengenai muqoronah madzahib al-ushul dengan membaca lebih lanjut buku
rujukan yang dipakai oleh penulis dan buku rujukan lainnya. Sehingga
Pembaca lebih mengerti dan paham mengenai pembahasan yang dibahas
dalam makalah ini.
ushul fiqh 2 12
DAFTAR PUSTAKA
Uman, Khairul dan Achyar Aminudin. Ushul fiqih II. Bandung: cv pustaka setia,2001
https://www.academia.edu/11829809/ushul_fiqh_Lafadz_tidak_jelas?auto=download
diakses pada tanggal 22 agustus 2016
https://elmisbah.wordpress.com/lafadz-dipandang-dari-ketidak-jelasannya/ diakses
pada tanggal 22 agustus 2016
http://nafisahworld.blogspot.co.id/2014/01/macam-macam-lafadz-ushul-
fiqh_5226.html diakses pada tanggal 22 agustus 2016
ushul fiqh 2 13