3974 7860 1 SM
3974 7860 1 SM
3974 7860 1 SM
ISSN 1412-6257
Laboratorium Rekayasa Termal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau,
Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru,28293,Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Es pada coil adalah teknologi penyimpanan es dimana pipa atau coil yang direndam didalam air. Es terbentuk diluar
tabung dengan sirkulasi pendingin sekunder atau pendingin didalam tabung terjadinya es. Mesin-mesin pendingin pada
saat ini telah banyak berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Umumnya mesin ini digunakan untuk
pengawetan makanan, sayuran dan buah. Mesin pendingin ini bertujuan mendinginkan air sebagai refrigeran sekunder
hingga bertemperatur 0oC untuk mengukur kemampuan mesin pendingin dalam mendinginkan ruangan dan kotak
penyimpanan dingin. Performansi mesin pendingin untuk kotak penyimpanan dingin dan ruangan mempunyai
perbedaan nilai. Nilai COP yang ke ruangan lebih besar dibanding dengan yang ke kotak penyimpanan dingin
disebabkan kerja yang diberikan ke ruangan lebih besar dari pada ke kotak penyimpanan dingin, perubahan entalpi
evaporator juga sangat mempengaruhi nilai COP, semakin besar perubahan entalpi evaporator maka akan semakin besar
pula nilai COP yang diberikan mesin tersebut.
ABSTRACT
The Ice on coil is ice storage technology where a tube coil is immersed in water. Ice formed out of a tube with a
circulation of coolant in the secondary cooling tube generally the ice. The cooling machines at this time has evolved
along with advances in technology. Generally, this machines utilizet for preservation of foods, vegetables and fruits.
Interest cool water as secondary refrigerant temperature is 0 ° C to measure the ability of a coolant in the engine cool
down the room and cold storage box. Performance cooler for cold storage box and the rooms have different values.
COP value that all the rooms are larger than the storage box cold due to the labor supplied to the room is bigger than
the box of cold storage, the temperature changes in the evaporator also greatly affect the value of COP, the greater the
change in enthalpy evaporator, the greater the value of the COP given the machine
23
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257
24
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257
bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat 2. Laju aliran massa refrigeran ( m ref )
masuk evaporator sebenarnya adalah Laju aliran massa refrigerant dapat dihitung
campuran cair dan uap. dengan membagi kerja kompresi dengan
perubahan entalpi masuk dan keluar kompresor.
Daur siklus Kompresi Uap Aktual (Nyata)
Wc
mref = (kg/s) (2)
Daur kompresi uap yang sebenarnya (aktual), (h 2 - h1)
berbeda dari siklus standar (teoritis). Perbedaan ini
muncul karena asumsi–asumsi yang ditetapkan 3. Kapasitas Kondensor (Qkond)
dalam siklus standar. Pada siklus aktual terjadi Kapasitas kondensor adalah besarnya panas
superheat atau pemanasan lanjut uap refrigeran yang dilepaskan persatuan massa refrigeran.
yang meninggalkan evaporator sebelum masuk ke
kondensor. Pemanasan lanjut ini terjadi akibat tipe Qkond = mref (h 2 - h3 ) (kW) (3)
peralatan ekspansi yang digunakan atau dapat juga
karena penyerapan panas dijalur masuk (suction
line) antara evaporator dan kompresor. Pemanasan 4. Kapasitas Evaporator (Qeva)
lanjut yang terjadi pada evaporator juga merupakan Kapasitas evaporator adalah besarnya panas
sesuatu yang menguntungkan karena peristiwa ini yang diserap persatuan massa refrigeran.
dapat mencegah refrigeran yang masih dalam fase
cair memasuki kompresor. Begitu juga dengan Qeva = mref (h1 - h 4 ) (kW) (4)
refrigeran cair mengalami subcooling pendinginan
lanjut atau bawah dingin sebelum masuk katup
5. Laju pendinginan
ekspansi atau pipa kapiler, daur siklus kompresi
Laju pendinginan adalah kecepatan penurunan
uap aktual diagram P-h dapat dilihat pada Gambar
temperatur oleh sistem pendingin terhadap
2 (Stoecker dkk, 1989, Muchammad 2006).
ruangan per satuan waktu atau selang waktu
tertentu.
Q = m × Cp × ΔT (kJ/s) (5)
Kualitas air
25
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257
T. air oC
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, 15
dengan melakukan pengambilan data dilapangan
dan pengolahan data secara matematis. 10
Menggunakan 1 unit alat mesin pendingin type 5
chiller untuk cold storage, menggunakan R134a,
dengan memanfaatkan evaporator dari box 0
0 30 60 90 120 150 180 210 240
refrigerasi sebagai sumber pendinginnya, dimana
Waktu (Menit)
pada evaporator dipasang saluran menuju cold
storage sebagai kotak penyimpanan dingin,
pengujian dilakukan selama 6 jam, 4 jam pertama Gambar 4. Grafik temperatur air didalam box
itu untuk mendinginkan air sehinggan air menjadi refrigerasi terhadap waktu selama 4 jam sebelum
es pada coil, dan setelah 4 jam temperatur air akan disirkulasikan ke cold storage
mencapai lebih kurang 2 oC maka disalurkan
kecold storage selama 2 jam, kemudian
pengambilan data dengan interpal waktu 10 menit. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perubahan
temperatur air berangsur meningkat, pada menit ke
Skema mesin pendingin type chiller untuk cold 10 temperaturnya mencapai 28,4 oC, dan setelah
storage dapat ditunjukkan pada Gambar 4. menit ke 120 menjadi 22,9 oC, hal ini disebabkan
karena adanya beban yang diserap oleh air,
semakin besar beban yang diserap maka
temperatur air juga akan semakin meningkat.
30 cold storage
25
T.Air oC
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120
Waktu (menit)
26
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257
cold storage
30 Stoecker, W.J dan Jerold, J.W., 1989, refrigerasi dan
pengkondisian udara, erlangga, Jakarta.
25
Yudisworo, W. Djoko.Heri, Junial dan Wibowo
20 Hadi.Cooling Unit Performance Analysisof Fish
15 (Cold Storage) To Improve Quality In
FishermencatchCirebon, Faculty Of
10 Engineering, UNTAG Cirebon.
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
waktu (menit)
KESIMPULAN
27