3974 7860 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27

ISSN 1412-6257

LAJU PENDINGINAN AIR DENGAN ICE ON COIL PADA MESIN


PENDINGIN TYPE CHILLER UNTUK COLD STORAGE
Irwandi Hidayat, Azridjal Aziz, Herisiswanto, Rahmat Iman Mainil

Laboratorium Rekayasa Termal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau,
Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru,28293,Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Es pada coil adalah teknologi penyimpanan es dimana pipa atau coil yang direndam didalam air. Es terbentuk diluar
tabung dengan sirkulasi pendingin sekunder atau pendingin didalam tabung terjadinya es. Mesin-mesin pendingin pada
saat ini telah banyak berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Umumnya mesin ini digunakan untuk
pengawetan makanan, sayuran dan buah. Mesin pendingin ini bertujuan mendinginkan air sebagai refrigeran sekunder
hingga bertemperatur 0oC untuk mengukur kemampuan mesin pendingin dalam mendinginkan ruangan dan kotak
penyimpanan dingin. Performansi mesin pendingin untuk kotak penyimpanan dingin dan ruangan mempunyai
perbedaan nilai. Nilai COP yang ke ruangan lebih besar dibanding dengan yang ke kotak penyimpanan dingin
disebabkan kerja yang diberikan ke ruangan lebih besar dari pada ke kotak penyimpanan dingin, perubahan entalpi
evaporator juga sangat mempengaruhi nilai COP, semakin besar perubahan entalpi evaporator maka akan semakin besar
pula nilai COP yang diberikan mesin tersebut.

Kata Kunci: mesin pendingin, cold storage, refrigeran

ABSTRACT
The Ice on coil is ice storage technology where a tube coil is immersed in water. Ice formed out of a tube with a
circulation of coolant in the secondary cooling tube generally the ice. The cooling machines at this time has evolved
along with advances in technology. Generally, this machines utilizet for preservation of foods, vegetables and fruits.
Interest cool water as secondary refrigerant temperature is 0 ° C to measure the ability of a coolant in the engine cool
down the room and cold storage box. Performance cooler for cold storage box and the rooms have different values.
COP value that all the rooms are larger than the storage box cold due to the labor supplied to the room is bigger than
the box of cold storage, the temperature changes in the evaporator also greatly affect the value of COP, the greater the
change in enthalpy evaporator, the greater the value of the COP given the machine

Keywords: refrigeration machine, cold storage, refrigerant

PENDAHULUAN pendingin adalah penyejuk ruangan, mendinginkan


minuman (beverage cooling), untuk membuat es
Pada temperatur biasa (temperatur kamar) batu, es mambo dan lain-lain, pada rumah tangga
makanan cepat menjadi busuk karena pada dapat kita lihat lemari es dapat menyimpan susu,
temperatur biasa bakteri akan berkembang cepat, sayuran, buah-buahan, daging dan lain-lain. Untuk
o
sedangkan pada temperatur 4,4 C atau 40 o F pengawetan dalam jumlah yang lebih besar dapat
dilihat pada tempat pemotongan ternak (butcher).
(temperatur yang biasa untuk mengawetkan
Dan juga pada kendaraan pengangkut daging,
makanan) bakteri berkembang sangat lambat
sayuran, dan ikan ketempat-tempat yang jauh agar
sehingga makanan akan lebih tahan lama. Dengan
tidak busuk sampai ditempat tujuan (Hanafi, 2006).
kata lain makanan tersebut diawetkan dengan cara
mendinginkanya. Kegunaan lain dari mesin

23
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257

Penelitian yang dilakukan tentang performansi


mesin pendingin telah banyak dilakukan. Komang
dkk, 2010, telah melakukan penelitian tentang
analisa performansi sistem pendingin ruangan dan
efisiensi energi listrik pada sistem water chiller
dengan penerapan metode cooled energy storage
didapat nilai performansi sistem pendingin dengan
penggunaan full sistem lebih rendah dari pada
performansi sistem pendingin pada penggunaan
half sistem. Hal ini dapat dilihat pada hasil
perhitungan kerja kompresi, dampak refrigrasi dan Gambar 1. Daur siklus kompresi uap standar
COP. dan diagram P-h (Stoecker, 1989)

Yudisworo dkk, 2014, juga telah melakukan


penelitian tentang cooling unit performance Proses pada siklus kompresi uap seserti Gambar 1
analysis of fish (cold storage) to Improve quality in adalah sebagai berikut (Stoecker, 1989) :
fishermen catch cirebon didapat nilai COP actual
a. Proses kompresi (1-2)
yang dicapai oleh cold storage tersebut adalah
Proses ini dilakukan oleh kompresor dan
sekitar 2,24 lebih kecil dari COP Carnot nya yang
berlangsung secara isentropik. Kondisi awal
sebesar 4,13.
refrigeran pada saat masuk ke dalam
kompresor adalah uap jenuh bertekanan
Daur siklus Kompresi Uap Standar (Teoritis)
rendah, setelah mengalami kompresi
Daur kompresi uap standar merupakan siklus refrigeran akan menjadi uap bertekanan
teoritis, Siklus kompresi uap disebut sebagai siklus tinggi. Karena proses ini berlangsung secara
yang dioperasikan oleh kerja (work operated isentropik, maka temperatur ke luar
system), karena kenaikan tekanan refrigeran kompresor pun meningkat.
dilakukan oleh kompresor yang memerlukan kerja
b. Proses kondensasi (2-3)
dari luar. Mesin pendingin dengan siklus kompresi
Proses ini berlangsung di dalam kondensor.
uap (Vapour Compression Cycle) merupakan
Refrigeran yang bertekanan tinggi dan
mesin yang paling banyak digunakan pada
bertemperatur tinggi yang berasal dari
refrigerasi. Pada siklus ini uap ditekan, kemudian
kompresor akan membuang kalor sehingga
diembunkan menjadi cairan, kemudian tekanannya
fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti
diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap
bahwa di dalam kondensor terjadi pertukaran
kembali. Penyerapan panas pada siklus kompresi
kalor antara refrigeran dengan lingkungannya
uap dilakukan dalam evaporator dengan temperatur
(udara), sehingga panas berpindah dari
dan tekanan rendah.
refrigeran ke udara pendingin yang
menyebabkan uap refrigeran mengembun
Di dalam evaporator, refrigeran berubah dari fase
menjadi cair.
cair menjadi fasa gas, lalu masuk ke kompresor.
Karena kerja kompresor, refrigeran menjadi gas c. Proses ekspansi (3-4)
bertemperatur dan bertekanan tinggi. Untuk Proses ekspansi ini berlangsung secara
melepaskan panas yang diserap oleh evaporator, isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi
refrigeran diembunkan di dalam kondensor perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan
sehingga refrigeran menjadi cair. Sebelum dan penurunan temperatur, proses penurunan
refrigeran memasuki evaporator, refrigeran tekanan terjadi pada katup ekspansi yang
diekspansikan terlebih dahulu oleh katup ekspansi. berbentuk pipa kapiler atau orifice yang
Pada alat ini tekanan refrigeran yang masuk ke berfungsi untuk mengatur laju aliran
evaporator diturunkan. Penurunan tekanan ini refrigeran dan menurunkan tekanan.
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan,
sehingga refrigeran tersebut dapat menyerap cukup d. Proses evaporasi (4-1)
banyak kalor dari evaporator. Komponen utama Proses ini berlangsung secara isobar
dari siklus kompresi uap adalah kompresor, isothermal (tekanan konstan, temperatur
evaporator, kondensor dan katup ekspansi. konstan) di dalam evaporator. Panas dari
Instalasi mesin pendingin siklus kompresi uap dalam ruangan akan diserap oleh cairan
ditunjukkan pada Gambar 1. refrigeran yang bertekanan rendah sehingga
refrigeran berubah fasa menjadi uap

24
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257

bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat 2. Laju aliran massa refrigeran ( m ref )
masuk evaporator sebenarnya adalah Laju aliran massa refrigerant dapat dihitung
campuran cair dan uap. dengan membagi kerja kompresi dengan
perubahan entalpi masuk dan keluar kompresor.
Daur siklus Kompresi Uap Aktual (Nyata)
Wc
mref = (kg/s) (2)
Daur kompresi uap yang sebenarnya (aktual), (h 2 - h1)
berbeda dari siklus standar (teoritis). Perbedaan ini
muncul karena asumsi–asumsi yang ditetapkan 3. Kapasitas Kondensor (Qkond)
dalam siklus standar. Pada siklus aktual terjadi Kapasitas kondensor adalah besarnya panas
superheat atau pemanasan lanjut uap refrigeran yang dilepaskan persatuan massa refrigeran.
yang meninggalkan evaporator sebelum masuk ke
kondensor. Pemanasan lanjut ini terjadi akibat tipe Qkond = mref (h 2 - h3 ) (kW) (3)
peralatan ekspansi yang digunakan atau dapat juga
karena penyerapan panas dijalur masuk (suction
line) antara evaporator dan kompresor. Pemanasan 4. Kapasitas Evaporator (Qeva)
lanjut yang terjadi pada evaporator juga merupakan Kapasitas evaporator adalah besarnya panas
sesuatu yang menguntungkan karena peristiwa ini yang diserap persatuan massa refrigeran.
dapat mencegah refrigeran yang masih dalam fase
cair memasuki kompresor. Begitu juga dengan Qeva = mref (h1 - h 4 ) (kW) (4)
refrigeran cair mengalami subcooling pendinginan
lanjut atau bawah dingin sebelum masuk katup
5. Laju pendinginan
ekspansi atau pipa kapiler, daur siklus kompresi
Laju pendinginan adalah kecepatan penurunan
uap aktual diagram P-h dapat dilihat pada Gambar
temperatur oleh sistem pendingin terhadap
2 (Stoecker dkk, 1989, Muchammad 2006).
ruangan per satuan waktu atau selang waktu
tertentu.

Q = m × Cp × ΔT (kJ/s) (5)

Kualitas air

Air yang digunakan untuk mencairkan mesin


pendingin konsentrat untuk digunakan harus
berkualitas tinggi, bersih dan rendah klorida.
Hindari menggunakan air yang payau atau tidak
bisa diminum. Sulingan air sangat ideal digunakan
untuk mesin pendingin yang akan digunakan.
Persyaratan air yang bisa dipakai pada mesin
Gambar 2. Daur kompresi uap aktual diagram P-h pendingin yang dianggap cocok untuk digunakan
(Stoecker dkk, 1989, Muchammad 2006) dapat dilihat pada Tabel 1 (Lima, 1989). Air
melebihi tingkat ini dapat menyebabkan skala yang
berlebihan, endapan lumpur dan potensi korosi
Untuk menyatakan unjuk kerja suatu siklus meningkat.
kompresi uap, yang ditinjau adalah kerja kompresi,
laju aliran massa refrigeran, kapasitas kondensor, Tabel 1. Kualitas air (Lima, 1989)
kapasitas evaporator, dan laju pendinginan Property Requirement
(Cengel, 2005) : Total solids,maximum 340 ppm (20 grains/gal)
Total hardeness,maximum 170 ppm (10 grains/gal)
1. Kerja Kompresi(Wc) Chloride (as 40 ppm (2.5 grains/gal)
Adalah kerja yang diperlukan kompresor untuk CL),maximum
Sulfate (as SO4) 100 ppm (5.8 grains/gal)
menekan refrigeran agar besirkulasi ke sistem
tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui performansi mesin pendingin type
V × I × Cos θ
W = (kW) (1) chiller dengan ice on coil untuk cold storage
c 1000 dan indoor menggunakan air sebagai
refrigeran sekunder.

25
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257

2. Mengetahui perbedaan temperatur dari box


30 Cold storage (°C)
refrigerasi yang dipompakan ke cold storage
dan dari kotak refrigerasi dialirkan ke ruangan 25
(indoor).
20

T. air oC
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, 15
dengan melakukan pengambilan data dilapangan
dan pengolahan data secara matematis. 10
Menggunakan 1 unit alat mesin pendingin type 5
chiller untuk cold storage, menggunakan R134a,
dengan memanfaatkan evaporator dari box 0
0 30 60 90 120 150 180 210 240
refrigerasi sebagai sumber pendinginnya, dimana
Waktu (Menit)
pada evaporator dipasang saluran menuju cold
storage sebagai kotak penyimpanan dingin,
pengujian dilakukan selama 6 jam, 4 jam pertama Gambar 4. Grafik temperatur air didalam box
itu untuk mendinginkan air sehinggan air menjadi refrigerasi terhadap waktu selama 4 jam sebelum
es pada coil, dan setelah 4 jam temperatur air akan disirkulasikan ke cold storage
mencapai lebih kurang 2 oC maka disalurkan
kecold storage selama 2 jam, kemudian
pengambilan data dengan interpal waktu 10 menit. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perubahan
temperatur air berangsur meningkat, pada menit ke
Skema mesin pendingin type chiller untuk cold 10 temperaturnya mencapai 28,4 oC, dan setelah
storage dapat ditunjukkan pada Gambar 4. menit ke 120 menjadi 22,9 oC, hal ini disebabkan
karena adanya beban yang diserap oleh air,
semakin besar beban yang diserap maka
temperatur air juga akan semakin meningkat.

30 cold storage
25
T.Air oC

20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120

Waktu (menit)

Gambar 5. Grafik temperatur air didalam box


refrigerasi terhadap waktu selama 2 jam setelah
Gambar 3. Siklus mesin pendingin type chiller disirkulasikan kecold storage
untuk cold storage dan indoor

Pada Gambar 6 dapat dilihat laju pendinginan pada


HASIL DAN PEMBAHASAN cold storage pada menit ke 10 adalah 0,165 oC,
dan pada menit ke 120 mencapai 0,016oC, terjadi
Hasil dibawah ini merupakan Gambar yang penurunan laju pendinginan. Hal ini disebabkan
menunjukkan grafik hubungan waktu terhadap oleh temperatur masuk dan keluar pada cold
lama pengujian selama 4 jam untuk mendinginkan storage.
cold storage, dan selama 2 jam disirkulasikan ke
cold storage. Semakin besar temperatur pada cold storage maka
Dari Gambar 4 terlihat bahwa temperatur air pada akan semakin besar pula laju pendinginannya.
menit ke 240 mencapai 4,60 oC sebelum Pada cold storage terjadi penurunan laju
disirkulasikan ke cold storage, penurunan pendinginan karena beban kalor yang diserap air
temperatur ini terjadi karena belum ada beban semakin kecil.
yang diserapoleh air.

26
Jurnal Sains dan Teknologi 14 (1), Maret 2015: 23-27
ISSN 1412-6257

UCAPAN TERIMA KASIH


0,1800 cold storage Ucapan terima kasih disampaikan kepada DRPM
laju pendinginan L/s

0,1500 dan LPPM Universitas Riau yang telah membiayai


0,1200 penelitian ini melalui dana Penelitian Hibah
Bersaing tahun 2015.
0,0900

0,0600 DAFTAR PUSTAKA


0,0300
Cengel, A Yunus., 2005. Heat transfer A practical
0,0000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
approach second edition. Mc Graw Hill. Boston.
waktu (menit) Hanafi, Nuri. 2006. Mencari dan memperbaiki
kerusakan lemari ES, Edisi pertama, PT kawan
pustaka, Jakarta.
Gambar 6. Grafik laju pendinginan cold storage
terhadap waktu selama 2 jam Komang, Hendra. , dan Nengah, Made., 2010. Analisa
Performansi sistem pendingin ruangan dan
efisiensi energy listrik pada sistem water chiller
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa temperatur dengan penerapan metode cooled energy storage.
pada cold storage konstan menurun, pada menit ke Kampus Bukit Jimbaran. Bandung.
10 adalah 28,4oC, dan setelah menit ke 120 Lima, A. Josep dan Otterman, George., 1989. Manual
mencapai 22,9 oC, penurunan ini terjadi karena On Selection And Use Of Engine Coolants And
beban pada cold storage ini semakin kecil, Cooling System Chemicals 4th Edition. American
sehingga temperatur juga akan semakin turun. Muchammad. 2006. Pengujian performance dan analisa
pressure drop sistem water cooled chiller
menggunakan refrigerant R22 dan HCR 22.
UNDIP.
temperatur cold storage L/s

cold storage
30 Stoecker, W.J dan Jerold, J.W., 1989, refrigerasi dan
pengkondisian udara, erlangga, Jakarta.
25
Yudisworo, W. Djoko.Heri, Junial dan Wibowo
20 Hadi.Cooling Unit Performance Analysisof Fish
15 (Cold Storage) To Improve Quality In
FishermencatchCirebon, Faculty Of
10 Engineering, UNTAG Cirebon.
5

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
waktu (menit)

Gambar 7. Temperatur pada ruangan cold storage


terhadap waktu selama 2 jam

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil


beberapa kesimpulan : temperatur air pada box
refrigerasi selama 4 jam sebelum disirkulasikan
cenderung turun mencapai 4,60 oC, temperatur air
pada box refrigerasi selama 2 jam setelah
disirkulasikan juga konstan turun mencapai 22,9
o
C, temperatur yang dapat dihasilkan cold storage
selama 2 jam mencapai 22,9 oC.

27

Anda mungkin juga menyukai