Ips-Semester7-Ayu Fikriyah Farda
Ips-Semester7-Ayu Fikriyah Farda
Ips-Semester7-Ayu Fikriyah Farda
NIM : 858673592
MAPEL : PDGK4107 / MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS DI SD
JAWAB :
1. Somantri mengemukakan bahwa PIPS sebagai disiplin ilmu terintegrasi adalah sebuah disip
lin ilmu hasil merger atau hasil rekayasa sinergistis antara dua atau lebih disiplin ilmu yang
setara (ilmu-limu sosial/IIS, ilmu pendidikan, dan humaniora) untuk tujuan PIPS (SD—PT)
PIPS sebagai disiplin ilmu terintegrasi ini merupakan identitas, jatidiri, ciri khas, dan facul
ty culture FPIPS dan pascasarjana PIPS. Dalam sejumlah kepustakaan, PIPS sebagai disipli
n ilmu terintegrasi juga disebut interdisciplinary integration (Barr dkk, 1978), integrated sub
ject (Lindquist, 1995), atau integrated study (NCSS, 1994, 2010). Konsep PIPS sebagai disi
plin ilmu terintegrasi diadaptasi Somantri dari pemikiran Welton and Mallan (1987) sebagai
antitesis dari analytic discipline. Perbedaan keduanya terletak pada “konten”. The major dif
ference between subjects like social studies and arithmetic, for example, is the content. PIP
S sebagai disiplin ilmu terintegrasi merupakan a composite subject area based on findings a
nd processes drawn [intermingled or merged) from history, and the social science discipline
s, suatu bidang kajian yang kontennya diturunkan dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial se
bagai bahan dasarnya. Konten tersebut dipilih, diorganisasi, dan digunakan berdasarkan pen
dekatan broad-field atau unified, untuk tujuan PIPS, tanpa melihat sekat-sekat keilmuannya
(tetapi tidak mengabaikan/ menghilangkannya). Sungguhpun konten PIPS bersumber dari
disiplin ilmu yang lain, PIPS adalah disiplin ilmu mandiri dan memiliki integritas. Ditegask
an oleh Somantri, bahwa konseptualisasi PIPS sebagai disiplin ilmu terintegras.
2. Hal ini disebabkan karena ada dua hal yang pertama, di Indonesia belum ada lembaga profe
sional bidang pendidikan IPS setua dan sekuat pengaruh NCSS atau SSEC . lembaga serupa
yang dimiliki indonesia, yakni HISPIPSI (himpunan sarjana pendidikan IPS indonesia) usia
nya masi sangat muda dan produktivitas akademisnya masi belum optimal karena masi terb
atas pada pertemuan tahunan dan komunikasi antar angota secara incidental. Kedua perkem
bangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan (disiplin) IPS sa
mpai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual dan atau kelompok pakar yang di
tugasi secara incidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui pusat pen
gembangan kurikulum dan sarana pendidikan balitbang dikbut (puskur).
3. Komponen utama pengelolaan adaptif sumberdaya alam adalah system masyarakat, sistem l
ingkungan dan sistem kebudayaaan sebagai satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan satu
dengan lainnya. Masyarakat tidak terlepas dari lingkungan dimana dia tinggal, terdapat hub
ungan system budaya membentuk tipologi masyarakat berdasarkan klasifikasi-klasifikasi ka
rakteristik lingkungan. Hubungan sebab-akibat (in causal terms) antara kebudayaan dan ling
kungan sumberdaya hutan selalu dikaitkan dengan peradaban budaya manusia melalui pros
es interaksi pemanfaatan hutan secara berkelanjutan (Naveh, 2007; Musacchio, 2009; Nurh
adi dkk., 2012; Fatem dkk., 2014). Sejak dahulu lingkungan hutan memiliki multi fungsi pe
nting bagi masyarakat di sekitarnya dan dijadikan tempat berinteraksi untuk memenuhi keb
utuhan dasar. Teori ini pertama kali diungkapkan secara utuh oleh Steward pada tahun 1955
dalam bukunya Theory of Culture Change, bahwa proses masyarakat mengadaptasi budaya
dipengaruhi oleh penyesuaian dasar yang dilakukan manusia dalam menggunakan lingkung
annya.
d. Keanekaragaman Hayati
Pulau-pulau di Indonesia bervariasi dari yang sempit sampai yang luas, dari datar sampai b
erbukit serta bergunung tinggi, sehingga mampu menunjang kehidupan flora, fauna dan mi
kroba yang beranekaragam. Ditambah lagi dengan kekayaan hayati yang ada di laut. Oleh
karena itu Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai mega diversity jenis hayati.
Namun demikian keanekaragaman hayati Indonesia cenderung menyusut karena lingkunga
n yang mendukung kehidupan mega diversity tersebut diperkirakan menyusut seluas 15 00
0-20 000 ha/tahun, karena konversi lahan, pertanian monokultur, perindustrial, dll.
f. Udara
Udara merupaka bagian atmosfer yang peka terhadap pengaruh lingkungan. Pencemaran u
dara akan mempengaruhi kualitas udara, cuaca dan iklim. Peningkatan konsentrasi gas-gas
akibat aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan menyebabkan menipisnya lap
isan ozon yang menyebabkan pemanasan global. 5