Laporan Praktikum Listrik Dinamis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DINAMIS

(HUKUM OHM)
KELOMPOK 11

Oleh:
Kadek Sri Fredy Sanggrama Wijaya (10)
Kadek Surya Andika Putri (11)
Made Dila Ryanda Putri (21)
XII MIPA 2

SMA NEGERI 1 SINGARAJA


TAHUN AJARAN 2022/2023
I. Judul
“Laporan Praktikum Listrik Dinamis (Hukum Ohm)”

II. Latar Belakang


Setiap alat elektronik pada masa ini tentu menggunakan listrik dengan nilai arus
dan tegangan yang berbeda - beda . Nilai tegangan input pada sebuah alat elektronik agar
sebuah alat dapat berjalan dengan optimal , pada umumnya berkisar pada angka yang
tidak bulat . Tegangan pada catu daya umumnya akan lebih besar dari dari tegangan input
yang dibutuhkan . Namun agar alat tidak terjadi breakdown , maka nilai tegangan yang
akan masuk akan diberi resistor . Resistor sebagai hambatan berperan untuk memotong
tegangan yang masuk . Cara kerja resistor dan penerapan hukum ohm inilah yang akan
menjadi bahan percobaan dalam praktikum ini . Oleh karena itu praktikan akan
memperagakan pengukuran arus dan tegangan pada suatu tahanan.

Untuk menemukan hubungan di antara istilah-istilah yang ada dalam sebuah


rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum yang dapat membuktikannya. Dengan
melakukan praktikum yang berjudul Hukum Ohm ini kita dapat mengetahui dan
mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dan dapat
digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa harus menggunakan alat yang
dinamakan ohmmeter. Selain itu materi tentang Hukum Ohm ini sangat berguna
khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan adanya Hukum Ohm kita dapat
mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu, kita harus mempelajari lebih dalam tentang
Hukum Ohm dengan cara mempraktekkannya dalam praktikum ini.

III. Rumusan Masalah


1) Bagaimana hubungan antara tegangan, arus dan hambatan dalam suatu
penghantar?
2) Bagaimana bentuk grafik hubungan kuat arus dan tegangan?

IV. Tujuan Praktikum


1) Untuk memahami dan mengetahui hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan
dalam suatu penghantar
2) Untuk memahami dan mengetahui bentuk grafik hubungan kuat arus dan
tegangan.

V. Hipotesis
1) Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besar beda potensial
(tegangan), serta perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu
bilangan konstan yang disebut hambatan listrik.
I ~ V, dengan R = konstan

2) Grafik hubungan antara kuat arus dan tegangan merupakan grafik linear ke atas.

VI. Kajian Teoritis

A. Kuat Arus Listrik


Kuat arus merupakan banyaknya muatan listrik yang mengalir pada sebuah
penghantar dalam satuan waktu satu sekon. Kuat arus memiliki satuan yaitu
Ampere diberi simbol (A). Secara matematis arus listrik dinyatakan sebagai
berikut

Q
I=
t
Keterangan :
I = arus listrik (A)
Q = jumlah muatan (C)
t = waktu (s)
Pengukuran kuat arus listrik dapat dilakukan dengan menggunakan amperemeter
yang berfungsi untuk mengukur arus listrik dan harus di pasang seri pada suatu
rangkaian listrik. Pembacaan jarum penunjuk pada amperemeter harus tegak
lurus. Penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan arus yang melewatinya.
Kuat arus yang terukur dihitung sebagai berikut.
nilai pembacaan
Nilai yang terukur= ×range
skala penuh

B. Beda potensial (tegangan)


Beda Potensial yaitu beda suatu tegangan antara ujung-ujung penghantar yang
diberi arus listrik. Volume beda potensial yang ada di rangkaian listrik akan
berpengaruh terhadap kuat arus listrik yang mengalir. Secara matematis, beda
potensial dapat dituliskan:
W
V=
Q
Keterangan:
V = beda potensial (volt atau V)
W = energi (joule atau J)
Q = muatan listrik (coulomb atau C)

Pengukuran beda potensial dapat dilakukan dengan voltmeter dimana alat ini
berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Alat ini dipasang secara paralel pada
suatu rangkaian listrik. Untuk menggunakannya, terminal negatif meter harus
dihubungkan ke sisi negatif dari rangkaian dan terminal positif voltmeter harus
dihubungkan ke sisi positif rangkaian. Sama halnya dengan pembacaan nilai ukur
pada kuat arus, tegangan yang terukur dihitung sebagai berikut.

nilai pembacaan
Nilai yang terukur= ×range
skala penuh

C. Rangkaian Seri
Rangkaian seri merupakan rangkaian yang listrik hambatannya disusun secara
bersebelahan/sejajar. Pada rangkaian seri, kuat arus (1) akan mengalir dari sumber
energi yang ada dari satu hambatan ke hambatan lain melewati satu kabel. Jika
terdapat aliran listrik yang mengalir mulai dari sumber energi, menuju
hambatan/resistor 1, ke hambatan 2, lalu berputar dan kembali ke sumber energi,
maka arus listrik yang melewati hambatan 1 nilainya akan sama besar dengan arus
yang melewati hambatan 2. Jadi kuat arus total sama dengan kuat arus yang ada di
hambatan 1, maupun hambatan 2. Secara matematis dapat ditulis menjadi :
I total=I 1=I 2=...
Di sisi lain, tegangan yang mengalir di hambatan 1, tidak sama dengan yang ada
di hambatan 2. Tetapi, apabila seluruh tegangan yang ada di hambatan pada
rangkaian itu dijumlahkan, hasilnya akan sama dengan tegangan yang ada di
sumber. Atau dengan kata lain:
V total=V 1+ V 2+.. .
Sehingga, hambatan totalnya sama dengan jumlah dari seluruh hambatan yang
ada di rangkaian itu dirumuskan:
R total=R 1+ R 2+.. .

D. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang tersusun menjadi beberapa cabang
terpisah secara berjajar atau berdampingan dan terhubung melalui sebuah titik
node. Apabila hambatan yang disusun secara paralel dihubungkan dengan sebuah
sumber tegangan maka tegangan pada ujung-ujung hambatan ialah sama.
Arus total yang dihasilkan sumber GGL terbagi menjadi tiga dengan arus yang
menuju ttitik cabang adalah sama dengan arus yang keluar dari setiap titik cabang
yaitu :
I =I 1+ I 2+ I 3+.. .
Oleh karena masing-masing hambatan memiliki tegangan yang sama, yaitu:
V =Vs=V 1+V 2+ V 3+.. .
maka sebagai persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
Vs V 1 V 2 V 3
= + + +…
Rs R 1 R 2 R 3
Dengan melihat syarat-syarat pada persamaan tersebut secara umum untuk
hambatan yang tersusun secara paralel dirumuskan sebagai berikut :
1 1 1 1
= + + +…
Rp R 1 R 2 R 3
Di samping itu, fungsi rangkaian paralel yaitu untuk memperkecil hambatan
dikarenakan hambatan pengganti nilainya akan lebih kecil dibanding nilai dari
tiap hambatan. Selain itu rangkaian paralel ini juga berfungsi untuk membagi
arus.

E. Hukum Ohm
Pada tahun 1827, seorang fisikawan asal Jerman, George Simon Ohm berhasil
merumuskan suatu hukum kelistrikan yang disebut hukum Ohm. Hukum tersebut
termuat dalam Paper hasil penelitiannya yang berjudul "The Galvanic Circuit
Investigated Mathematically".
Pada zaman itu, hukum inilah yang berhasil menjelaskan hubungan antara kuat
arus listrik dan beda potensial di ujung ujungnya. Jika terdapat beda potensial
antara dua titik lalu dihubungkan dengan perangkat, maka akan muncul arus
listrik.
Ohm menyatakan bahwa arus akan naik menjadi dua kali semula saat beda
potensial di ujung hambatan dinaikkan dua kali semula. Artinya, kenaikan arus
listrik sebanding dengan kenaikan beda potensial. Secara matematis, pernyataan
Ohm ini bisa dituliskan sebagai berikut.
i V
Besarnya kuat arus yang mengalir pada penghantar, ternyata tidak hanya
dipengaruhi oleh beda potensial. Melainkan ada besaran lain yang mampu
menghambat aliran elektron pada penghantar. Besaran itu kemudian disebut
sebagai hambatan listrik.
Keberadaan hambatan ini mampu memperlambat aliran elektron karena adanya
interaksi dengan atom-atom pada penghantar. Oleh karena itu, semakin besar
hambatan listriknya, semakin kecil arus yang akan mengalir. Hal itu menunjukkan
bahwa hambatan listrik berbanding terbalik dengan arus listrik.
Dari dua kesimpulan yang berhasil ia peroleh, Ohm berhasil merumuskan
persamaan berikut.
i V
1
i
R
V
i= V =iR
R

Dengan ketentuan sebagai berikut:


i = kuat arus listrik (A);
V = tegangan listrik (volt); dan
R = hambatan listrik/resistivitas (Ohm).

Persamaan di atas menunjukkan bahwa jika hambatan listriknya dibuat tetap,


maka tegangan listrik akan sebanding dengan arus. Persamaan itulah yang
nantinya dikenal sebagai persamaan hukum Ohm. Rangkaian listrik yang
hambatannya memenuhi hukum Ohm,

F. Hambatan
Menurut persamaan Hukum Ohm, hambatan listrik bisa diartikan sebagai hasil
bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar dengan kuat arus yang
mengalir pada penghantar itu sendiri. Untuk mengenang jasa Georg Simon Ohm,
namanya digunakan sebagai satuan hambatan listrik yang kita kenal dengan Ohm
atau (Ω) atau penghantar tersebut dikatakan memiliki hambatan satu ohm jika di
dalam penghantar mengalir sebuah arus listrik sebesar satu ampere. Dimana hal
itu disebabkan adanya beda potensial antara ujung-ujung penghantar sebesar satu
volt. Hambatan memiliki 2 jenis yakni resistor tetap dan resistor variabel.
Untuk mengukur hambatan listrik ada dua cara yang bisa kita gunakan, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran hambatan secara langsung dapat
menggunakan multimeter. Untuk mengukur hambatan menggunakan multimeter,
maka kita harus lebih dulu memutar saklar yang ada di dalam multimeter ke arah
yang bertanda R. Dengan begitu, multimeter sudah berfungsi sebagai ohm meter
atau pengukur hambatan. Hubungkan ujung-ujung terminal multimeter dengan
ujung benda yang akan diukur hambatannya, Lalu perhatikan skala yang
ditampilkan pada multimeter. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung bisa
menggabungkan voltmeter dan amperemeter secara bersamaan pada rangkaian
listrik yang akan diukur hambatannya. Voltmeter dipasang secara paralel,
sementara amperemeter dipasang secara seri dengan benda yang akan diukur
hambatannya.

VII. Alat dan Bahan


 Catu daya
 Kabel penghubung
 Kabel jepit
 Hambatan geser (rheostat)
 Amperemeter
 Voltmeter
 Lampu dan fittingnya

VIII. Langkah – langkah percobaan


1) Siapkan semua alat dan bahan. Pastikan saklar catu daya dan saklar rangkaian
dalam keadaan terbuka.
2) Susunlah rangkaian dengan satu buah lampu dan fittingnya dan kabel yang
dihubungkan pada catu daya dan hambatan geser. Atur posisi hambatan geser
(rheostat) pada hambatan maksimum.
3) Pasangkan amperemeter dan voltmeter pada rangkaian.
Amperemeter dihubungkan seri dengan batas ukur 1A, sedangkan voltmeter
dihubungkan paralel dengan batas ukur 10V.
4) Pilih 3 V sebagai tegangan keluaran catu daya. Kemudian, nyalakan catu daya dan
tutup saklar rangkaian.
5) Catatlah kuat arus listrik yang mengalir pada hambatan tetap dan catat pula beda
potensial di antara 2 terminal hambatan tersebut pada tabel sebagai data 1.
6) Ubah posisi hambatan geser untuk mengatur arus listrik yang mengalir.
Kemudian, catatlah hasil pengukuran kuat arus listrik dan tegangan tersebut ke
dalam tabel. Ulangi proses tersebut hingga mendapat 5 data untuk dianalisis.
7) Setelah memperoleh 5 data, tutuplah rangkaian dan matikan catu daya.
8) Dari data yang diperoleh, buatlah grafik hubungan tegangan (V) dan kuat arus
listrik (I) yang mengalir pada hambatan.

IX. Hasil dan Data Praktikum

No. I V V/1
(Ampere) (Volt) (Ω)
1. 0,14 1 7,142
2. 0,16 1,2 7500
3. 0,18 1,4 7,777
4. 0,2 1,6 8000
5. 0,24 2,2 9,166
Dari data dalam tabel diperoleh grafik sebagai berikut:

Grafi k hubungan Antara tegangan dan kuat


arus
2.5

1.5
Tegangan (V)

0.5

0
0 0,14 0,16 0,18 0,2 0,24

Kuat Arus (I)

X. Analisis Data dan Pembahasan


Berdasarkan data pada tabel dan grafik yang diperoleh, dapat kita analisis sebagai berikut.

• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,14 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1 V.

• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,16 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,2 v.

• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,18 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,4 V.
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,2 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,6 V.

• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,24 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 2,2 V

Terlihat bahwa semakin besar kuat arus listrik yang mengalir, maka tegangan yang
dialami hambatan juga semakin besar, maka kuat arus listrik (I) yang mengalir sebanding
dengan tegangan (V) yang dialami.

Kemudian, untuk analisis data mengenai hambatan, kita menggunakan metode kuantitatif.
Dalam percobaan ini dicari nilai hambatan, sebagai berikut.

1) Mencari rata – rata nilai resistor


Rata – rata nilai resistor
jumlah hambatan dari data1−5
=
banyaknya data percobaan
7,142+7,500+ 7,777+8000+9166
=
5
39,585
=
5
= 7,917

2) Menentukan besar kesalahan pengukuran dengan simpangan baku atau standar


deviasi

√ (7,142−7,917)2 +(7500−7,917)2+(7,777−7,917)2 +(8,000−7,917)2 +(9,166−7,917)2


5−1


2 2 2 2 2
(−0,775) +(−0,417) +(−0,14) +(0,083) +(1,249)
=
4

=
√ 0,6+0,173+0,0196+ 0,0068+1,56
4
=
√ 2,395
4

= √ 0,598

= 0,773

3) Menentukan rentang nilai hambatan yang konstan


R = 𝑅̅ S
 R=7,917+0,773
= 8,69

 R=7,917−0,773
= 7,144

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka hambatan bisa dianggap konstan apabila
berada pada rentangan 7,144 < R < 8,690. Dari keempat data yang diperoleh, hanya data ,
2,3, dan 4 yang memenuhi standar deviasi, sedangkan pada data 1 dan 5 tidak memenuhi
standar deviasi. Hal ini berarti terdapat kesalahan ketika melakukan praktikum Hukum
Ohm pada data ke 1 dan 5 . Adapun faktor yang menyebabkan terjadi kesalahan tersebut
adalah kurangnya ketelitian atau kesalahan membaca angka yang ditunjuk pada
pengukuran voltmeter dan amperemeter, karena perspektif mata setiap orang ketika
melihat skala yang ditunjuk oleh alat ukur berbeda. Karena kurangnya ketelitian saat
membaca hasil pengukuran pada data ke 4, grafik yang terbentuk juga tidak sesuai
dengan hipotesis. Dimana seharusnya, secara konsep bentuk dari grafik hubungan antara
tegangan dan kuat arus adalah linear ke atas.

XI. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara tegangan, arus dan hambatan dalam suatu penghantar sesuai
dengan hipotesis, yakni kuat arus listrik (I) yang mengalir sebanding dengan tegangan
(V) yang dialami. Namun, untuk hambatan (R), berdasarkan hasil pengukuran hambatan
bisa dianggap konstan apabila berada pada rentangan 7,144 < R < 8,690. Setelah dihitung
ternyata hanya data 2,3 dan 4 yang memenuhi rentangan tersebut, sedangkan data ke-1
dan 5 tidak memenuhi rentangan karena kurangnya ketelitian pengamat dalam membaca
hasil pengukuran. Maka, dapat dikatakan bahwa hambatan merupakan nilai yang konstan,
sesuai dengan hipotesis, apabila tidak terjadi kesalahan dalam melihat skala yang
ditunjuk oleh alat ukur.
Begitu pula dengan grafik hubungan antara kuat arus listrik (I) dan tegangan (V), apabila
karena kurangnya ketelitian saat membaca hasil pengukuran pada data ke 1 dan 5, grafik
yang terbentuk juga tidak sesuai dengan hipotesis. Dimana seharusnya, secara konsep
bentuk dari grafik hubungan antara tegangan dan kuat arus adalah linear ke atas. Maka,
dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut akan berbentuk linear ke atas secara sempurna
apabila tidak terjadi kesalahan pengukuran pada data ke-1 dan 5.

Anda mungkin juga menyukai