Laporan Praktikum Listrik Dinamis
Laporan Praktikum Listrik Dinamis
Laporan Praktikum Listrik Dinamis
(HUKUM OHM)
KELOMPOK 11
Oleh:
Kadek Sri Fredy Sanggrama Wijaya (10)
Kadek Surya Andika Putri (11)
Made Dila Ryanda Putri (21)
XII MIPA 2
V. Hipotesis
1) Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besar beda potensial
(tegangan), serta perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu
bilangan konstan yang disebut hambatan listrik.
I ~ V, dengan R = konstan
2) Grafik hubungan antara kuat arus dan tegangan merupakan grafik linear ke atas.
Q
I=
t
Keterangan :
I = arus listrik (A)
Q = jumlah muatan (C)
t = waktu (s)
Pengukuran kuat arus listrik dapat dilakukan dengan menggunakan amperemeter
yang berfungsi untuk mengukur arus listrik dan harus di pasang seri pada suatu
rangkaian listrik. Pembacaan jarum penunjuk pada amperemeter harus tegak
lurus. Penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan arus yang melewatinya.
Kuat arus yang terukur dihitung sebagai berikut.
nilai pembacaan
Nilai yang terukur= ×range
skala penuh
Pengukuran beda potensial dapat dilakukan dengan voltmeter dimana alat ini
berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Alat ini dipasang secara paralel pada
suatu rangkaian listrik. Untuk menggunakannya, terminal negatif meter harus
dihubungkan ke sisi negatif dari rangkaian dan terminal positif voltmeter harus
dihubungkan ke sisi positif rangkaian. Sama halnya dengan pembacaan nilai ukur
pada kuat arus, tegangan yang terukur dihitung sebagai berikut.
nilai pembacaan
Nilai yang terukur= ×range
skala penuh
C. Rangkaian Seri
Rangkaian seri merupakan rangkaian yang listrik hambatannya disusun secara
bersebelahan/sejajar. Pada rangkaian seri, kuat arus (1) akan mengalir dari sumber
energi yang ada dari satu hambatan ke hambatan lain melewati satu kabel. Jika
terdapat aliran listrik yang mengalir mulai dari sumber energi, menuju
hambatan/resistor 1, ke hambatan 2, lalu berputar dan kembali ke sumber energi,
maka arus listrik yang melewati hambatan 1 nilainya akan sama besar dengan arus
yang melewati hambatan 2. Jadi kuat arus total sama dengan kuat arus yang ada di
hambatan 1, maupun hambatan 2. Secara matematis dapat ditulis menjadi :
I total=I 1=I 2=...
Di sisi lain, tegangan yang mengalir di hambatan 1, tidak sama dengan yang ada
di hambatan 2. Tetapi, apabila seluruh tegangan yang ada di hambatan pada
rangkaian itu dijumlahkan, hasilnya akan sama dengan tegangan yang ada di
sumber. Atau dengan kata lain:
V total=V 1+ V 2+.. .
Sehingga, hambatan totalnya sama dengan jumlah dari seluruh hambatan yang
ada di rangkaian itu dirumuskan:
R total=R 1+ R 2+.. .
D. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang tersusun menjadi beberapa cabang
terpisah secara berjajar atau berdampingan dan terhubung melalui sebuah titik
node. Apabila hambatan yang disusun secara paralel dihubungkan dengan sebuah
sumber tegangan maka tegangan pada ujung-ujung hambatan ialah sama.
Arus total yang dihasilkan sumber GGL terbagi menjadi tiga dengan arus yang
menuju ttitik cabang adalah sama dengan arus yang keluar dari setiap titik cabang
yaitu :
I =I 1+ I 2+ I 3+.. .
Oleh karena masing-masing hambatan memiliki tegangan yang sama, yaitu:
V =Vs=V 1+V 2+ V 3+.. .
maka sebagai persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
Vs V 1 V 2 V 3
= + + +…
Rs R 1 R 2 R 3
Dengan melihat syarat-syarat pada persamaan tersebut secara umum untuk
hambatan yang tersusun secara paralel dirumuskan sebagai berikut :
1 1 1 1
= + + +…
Rp R 1 R 2 R 3
Di samping itu, fungsi rangkaian paralel yaitu untuk memperkecil hambatan
dikarenakan hambatan pengganti nilainya akan lebih kecil dibanding nilai dari
tiap hambatan. Selain itu rangkaian paralel ini juga berfungsi untuk membagi
arus.
E. Hukum Ohm
Pada tahun 1827, seorang fisikawan asal Jerman, George Simon Ohm berhasil
merumuskan suatu hukum kelistrikan yang disebut hukum Ohm. Hukum tersebut
termuat dalam Paper hasil penelitiannya yang berjudul "The Galvanic Circuit
Investigated Mathematically".
Pada zaman itu, hukum inilah yang berhasil menjelaskan hubungan antara kuat
arus listrik dan beda potensial di ujung ujungnya. Jika terdapat beda potensial
antara dua titik lalu dihubungkan dengan perangkat, maka akan muncul arus
listrik.
Ohm menyatakan bahwa arus akan naik menjadi dua kali semula saat beda
potensial di ujung hambatan dinaikkan dua kali semula. Artinya, kenaikan arus
listrik sebanding dengan kenaikan beda potensial. Secara matematis, pernyataan
Ohm ini bisa dituliskan sebagai berikut.
i V
Besarnya kuat arus yang mengalir pada penghantar, ternyata tidak hanya
dipengaruhi oleh beda potensial. Melainkan ada besaran lain yang mampu
menghambat aliran elektron pada penghantar. Besaran itu kemudian disebut
sebagai hambatan listrik.
Keberadaan hambatan ini mampu memperlambat aliran elektron karena adanya
interaksi dengan atom-atom pada penghantar. Oleh karena itu, semakin besar
hambatan listriknya, semakin kecil arus yang akan mengalir. Hal itu menunjukkan
bahwa hambatan listrik berbanding terbalik dengan arus listrik.
Dari dua kesimpulan yang berhasil ia peroleh, Ohm berhasil merumuskan
persamaan berikut.
i V
1
i
R
V
i= V =iR
R
F. Hambatan
Menurut persamaan Hukum Ohm, hambatan listrik bisa diartikan sebagai hasil
bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar dengan kuat arus yang
mengalir pada penghantar itu sendiri. Untuk mengenang jasa Georg Simon Ohm,
namanya digunakan sebagai satuan hambatan listrik yang kita kenal dengan Ohm
atau (Ω) atau penghantar tersebut dikatakan memiliki hambatan satu ohm jika di
dalam penghantar mengalir sebuah arus listrik sebesar satu ampere. Dimana hal
itu disebabkan adanya beda potensial antara ujung-ujung penghantar sebesar satu
volt. Hambatan memiliki 2 jenis yakni resistor tetap dan resistor variabel.
Untuk mengukur hambatan listrik ada dua cara yang bisa kita gunakan, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran hambatan secara langsung dapat
menggunakan multimeter. Untuk mengukur hambatan menggunakan multimeter,
maka kita harus lebih dulu memutar saklar yang ada di dalam multimeter ke arah
yang bertanda R. Dengan begitu, multimeter sudah berfungsi sebagai ohm meter
atau pengukur hambatan. Hubungkan ujung-ujung terminal multimeter dengan
ujung benda yang akan diukur hambatannya, Lalu perhatikan skala yang
ditampilkan pada multimeter. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung bisa
menggabungkan voltmeter dan amperemeter secara bersamaan pada rangkaian
listrik yang akan diukur hambatannya. Voltmeter dipasang secara paralel,
sementara amperemeter dipasang secara seri dengan benda yang akan diukur
hambatannya.
No. I V V/1
(Ampere) (Volt) (Ω)
1. 0,14 1 7,142
2. 0,16 1,2 7500
3. 0,18 1,4 7,777
4. 0,2 1,6 8000
5. 0,24 2,2 9,166
Dari data dalam tabel diperoleh grafik sebagai berikut:
1.5
Tegangan (V)
0.5
0
0 0,14 0,16 0,18 0,2 0,24
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,14 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1 V.
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,16 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,2 v.
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,18 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,4 V.
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,2 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 1,6 V.
• Ketika kuat arus yang mengalir adalah 0,24 A, tegangan yang dialami oleh
hambatan adalah 2,2 V
Terlihat bahwa semakin besar kuat arus listrik yang mengalir, maka tegangan yang
dialami hambatan juga semakin besar, maka kuat arus listrik (I) yang mengalir sebanding
dengan tegangan (V) yang dialami.
Kemudian, untuk analisis data mengenai hambatan, kita menggunakan metode kuantitatif.
Dalam percobaan ini dicari nilai hambatan, sebagai berikut.
√
2 2 2 2 2
(−0,775) +(−0,417) +(−0,14) +(0,083) +(1,249)
=
4
=
√ 0,6+0,173+0,0196+ 0,0068+1,56
4
=
√ 2,395
4
= √ 0,598
= 0,773
R=7,917−0,773
= 7,144
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka hambatan bisa dianggap konstan apabila
berada pada rentangan 7,144 < R < 8,690. Dari keempat data yang diperoleh, hanya data ,
2,3, dan 4 yang memenuhi standar deviasi, sedangkan pada data 1 dan 5 tidak memenuhi
standar deviasi. Hal ini berarti terdapat kesalahan ketika melakukan praktikum Hukum
Ohm pada data ke 1 dan 5 . Adapun faktor yang menyebabkan terjadi kesalahan tersebut
adalah kurangnya ketelitian atau kesalahan membaca angka yang ditunjuk pada
pengukuran voltmeter dan amperemeter, karena perspektif mata setiap orang ketika
melihat skala yang ditunjuk oleh alat ukur berbeda. Karena kurangnya ketelitian saat
membaca hasil pengukuran pada data ke 4, grafik yang terbentuk juga tidak sesuai
dengan hipotesis. Dimana seharusnya, secara konsep bentuk dari grafik hubungan antara
tegangan dan kuat arus adalah linear ke atas.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara tegangan, arus dan hambatan dalam suatu penghantar sesuai
dengan hipotesis, yakni kuat arus listrik (I) yang mengalir sebanding dengan tegangan
(V) yang dialami. Namun, untuk hambatan (R), berdasarkan hasil pengukuran hambatan
bisa dianggap konstan apabila berada pada rentangan 7,144 < R < 8,690. Setelah dihitung
ternyata hanya data 2,3 dan 4 yang memenuhi rentangan tersebut, sedangkan data ke-1
dan 5 tidak memenuhi rentangan karena kurangnya ketelitian pengamat dalam membaca
hasil pengukuran. Maka, dapat dikatakan bahwa hambatan merupakan nilai yang konstan,
sesuai dengan hipotesis, apabila tidak terjadi kesalahan dalam melihat skala yang
ditunjuk oleh alat ukur.
Begitu pula dengan grafik hubungan antara kuat arus listrik (I) dan tegangan (V), apabila
karena kurangnya ketelitian saat membaca hasil pengukuran pada data ke 1 dan 5, grafik
yang terbentuk juga tidak sesuai dengan hipotesis. Dimana seharusnya, secara konsep
bentuk dari grafik hubungan antara tegangan dan kuat arus adalah linear ke atas. Maka,
dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut akan berbentuk linear ke atas secara sempurna
apabila tidak terjadi kesalahan pengukuran pada data ke-1 dan 5.