Juvenile Diabetes - Kep Anak Kelompok 4
Juvenile Diabetes - Kep Anak Kelompok 4
Juvenile Diabetes - Kep Anak Kelompok 4
KEPERAWATAN ANAK II
Patofisiologi Kelainan Pada Sistem Endokrin dan Asuhan
Keperawatan Anak: Juvenile Diabetes dan Dampak Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Dalam Konteks
Keluarga dan Sudut Pandang Islam)
Disusun Oleh :
Kelompok IV (Empat)
Felly Santhya Thriskadinanti 142012016005
Glennata Apriatama 142012016008
Dosen Pembimbing :
Ns. Shinta Maharani, M.Kep
Kelompok IV (Empat)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Sistem Endokrin........................................................................................4
2.2 Pengertian juvenile diabetes......................................................................5
2.3 Etiologi......................................................................................................5
2.4 Patofisiologi...............................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................10
2.6 Komplikasi..............................................................................................11
2.7 Pemeriksaan penunjang...........................................................................12
2.8 Penatalaksanaan medis............................................................................14
2.9 Asuhan Keperawatan Juvenile Diabates.................................................21
2.10 Dampak Juvenile Diabetes terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dalam konteks keluarga..............................................................................26
2.11 Dampak Juvenile Diabetes terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dalam Sudut Pandang Islam.......................................................................29
BAB III..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
3.1 Kesimpulan..............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai
mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri )
dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi
menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak
mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi.
2
1.3 Tujuan.
Adapun tujuan adanya dari rumusan masalah pada makalah ini ialah ;
1. Untuk mengetahui apa itu sistem Endokrin.
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari Juvenile Diabetes.
3. Untuk mengetahui apa etiologi dari Juvenile Diabetes.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Juvenile Diabetes.
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Juvenile Diabetes.
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari Juvenile Diabetes.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari Juvenile
Diabetes.
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dari Juvenile
Diabetes.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Juvenile Diabetes.
10. Untuk mengetahui bagaimana dampak Juvenile Diabetes terhadap
hubungan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Dalam konteks keluarga).
11. Untuk mengetahui bagaimana dampak Juvenile Diabetes terhadap
hubungan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Dalam sudut pandang
Islam).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin
mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa
menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus
diatur dalam batas-batas yang tepat.
2.3 Etiologi.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I),
gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar
glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini
(Brunner & Suddart, 2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes
tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
5
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada
individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang
diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan
penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab
DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui
reaksi toimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau-pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin.
3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata
pankreas.
2.4 Patofisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus
limpa diarah kronio-dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan
dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang
lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior
berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut
processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
6
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa
jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,
somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
7
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta
pulau langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar
basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah
puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl.
Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan
setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk
menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat
segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam
hati (Guyton & Hall)
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk
pemanfaatan glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Pada Diabetes tipe I terdapat
ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel
beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan hiperglikemia post prandial.
Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan
metabolisme, karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa
insulin Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam
kompartemen vaskular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan
demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya
hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian
menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam
rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik
menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria)
sehingga sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala
Polydipsia (kehausan).
Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan
potasium dan sodium dan terjadi ganggunag elektrolit. Dengan tidak
adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation”
(kekurangan makanan atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala
polyphagia, fatigue dan berat badan menurun.
8
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak
dapat difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal
sehingga menyebabkan lolos dalam urine yang disebut glikosuria.
Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan
sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton
yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya
ketoasidosis.
Pada DM tipe I terjadi suatu gangguan katabolisme yang
disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon
plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik.
Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara
genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun
yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang
diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan
oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan
antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi.
Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan
replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi
terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA
yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon
sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya
(islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah
autoregresi.
9
2.5 Manifestasi Klinis.
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang
klasik seperti ;
1. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
2. Poliuria (Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya
DM tipe 1 pada anak)
3. Polidipsia
4. Poliphagia
5. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
6. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
7. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
8. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
9. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran ( koma)
10
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu
observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau
keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau
orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.
2.6 Komplikasi.
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi
ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart).
1. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
a. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar,
keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu
kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering
membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat dingin,
pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi
organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi,
atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan
fisik yang berlebihan.
b. Koma Diabetik
11
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik
yang sering timbul adalah:
1) Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai
nafsu makan yang besar)
2) Minum banyak, kencing banyak
3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita
menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton
4) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah
sakit
2. Komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah
tahun ke-5) berupa :
a. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati
diabetik dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
b. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
1) Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2) Katarak
3) Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4) Hepatomegali
12
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
13
2.8 Penatalaksanaan medis.
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/ mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri.
Tabel Kriteria Pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
Puasa 80-109 110-139 >140
BMI/IMT
perempuan 18,9-23,9 23-25 >25 atau
<18,5
20 -24,9 25-27 >27 atau
laki-laki
<20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/
90- 95
>160/95
14
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin.
Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
15
d. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
e. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan
f. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal.
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada
diabetes.
c. Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosif maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa
menaikan glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin
16
pada saat makan atau tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin
turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk
ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar
yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya
jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah
kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntikan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai
secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem
tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :
a. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
b. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
c. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
d. Mixed Insulin
e. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
f. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
17
Insulatard, Humulin N, NPH
18
f. Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
19
c. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
d. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
e. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
3. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
Protein sebanyak 10 – 15 %
Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress
akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-
10%, sehingga didapatkan =
a. Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
b. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
c. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
d. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB,
20
kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja
berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk
menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi
dalam beberapa porsi yaitu :
a. Makanan pagi sebanyak 20%
b. Makanan siang sebanyak 30%
c. Makanan sore sebanyak 25%
d. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
4. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit
dan olah raga berat jogging.
5. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes
yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik.Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes (Bare & Suzanne)
21
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
1) Klien mengeluh sering kesemutan.
2) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan
(polifagia)
5) Klien mengeluh merasa lemah
6) Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
1) Klien tampak lemas.
2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi otot
5) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6) Tampak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
22
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda,
kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1,
klien cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
1) Pulse rate
2) Respiratory rate
3) Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering,
tampak adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak
pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati,
kekaburan pandangan.
2) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
3) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak
ada ( pada tipe1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)
g. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Keluarga (Adakah keluarga yang
menderita penyakit seperti klien ?)
2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya (Berapa
lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah
teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.)
23
h. Aktivitas/ Istirahat (Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram
otot, tonus otot menurun.)
i. Sirkulasi (Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah)
j. Integritas Ego (Stress, ansietas)
k. Eliminasi (Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ),
diare
l. Makanan / Cairan (Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik)
m. Pernapasan (Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung
adanya infeksi / tidak)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM
type 1 meliputi:
1) Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus
2) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien
tampak letargi/tidak bergairah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas,
berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat,
mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak
lemah, GDS >200 mg/dl
4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit).
5) Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
24
3. RENCANA INTERVENSI
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus
Intervensi
a) Monitor kadar gula darah
b) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
c) Berikan terapi insulin sesuai program
d) Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai
pencegahan dan pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan
hipoglikemia
e) Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap
diitnya
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat , klien
tampak letargi/tidak bergairah
Intervensi
a) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
b) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas
sehari-hari
c) Monitor TTV
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas,
berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat,
mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah,
GDS >200 mg/dl
Intervensi
a) kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit
b) Monitor berat badan tiap hari
c) libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan
sesuai dengan indikasi
25
d) Berikan terapi insulin sesuai dengan program
e) Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi
makanan
4. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit).
Intervensi
a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan
yang pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
termasuk pasien sendiri
c) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
d) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas
dalam
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
c. Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan
sensori
26
Klien dengan diabetes makan 3x sehari dengan makanan diet Diabetes dan
tidak dihabisakan ½ porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman yang
disediakan keluarga dengan jenis minuman teh tawar dan air putih.
3. Pola Eliminasi
Klien saat dirawat di rumah klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik
feces lunak berbentuk, bau khas BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik
urine kuning jernih, bau khas, jumlah 1400cc.
4. Pola Aktivitas
Selama sakit klien merasa lelah saat setelah melakukan aktifitas dan
melakukan aktifitas pun perlu dibantu keluarga dan seperti makan, minum,
pergi kekamar mandi dan beraktifitas di tempat tidur.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur 4-5 jam atau saat dirawat di rumah klien tidur lebih /hari karena
klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-pegal
pada daerah paha dan pingang. .
6. Pola koping dan stress
Saat ada masalah pastikan didiskusikan dengan keluarga dan maupun
saudara saudara terdekatnya dan menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah. Klien terlihat cemas dan stress akan penyakit yang di
deritanya. Maka dari itu perlu perhatian dan dukungan dari keluarganya.
27
1) Lemak 20%
2) Protein 20%
3) Karbohidrat 60%
2. Latihan atau Olahraga
Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh tingginya
penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi.
3. Pemantauan Glukosa
4. Terapi atau Obat-obatan
Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien yang belum
pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien
gemuk dan pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi
insulin 2 x/hari atau bahkan lebih sering lagi dalam sehari.
5. Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus belajar
keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga
harus memiliki perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah
komplikasi sehingga memerlukan pendidikan atau informasi. Keluarga
juga harus perlu mendukung untuk perawatan lebih optimal terhadap
pasien diabetes agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup sehat
dalam keluarga.
28
2.11 Dampak Juvenile Diabetes terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam Sudut Pandang Islam.
29
3. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, tentu klien anak sulit
menerima kenyataan akan sakitnya. Maka dari itu bisa diberikan rasa kasih
sayang yang mendalam agar dirinya mampu menerima kenyataannya
meski memerlukan waktu yang cukup lama.
Rasulullah SAW pun bersabda, 'Apakah (dayaku) yang aku miliki jika
Allah telah mencabut rasa kasih-sayang dari hatimu?' Betapa luasnya kasih
sayang yang Allah berikan kepada segenap makhluk-Nya. Maka dari itu,
hendaknya kaum beriman menebarkannya, bukan justru bersikap masa
bodoh.”
صلى هللا عليه- سمعت رسول هللا: قال-رضي هللا عنه- عن أبي هريرة
، َ فََأ ْم َسكَ ِع ْن َدهُ تِ ْس َعةً َوتِ ْس ِعين، َج َع َل هللاُ الرحمةَ مائة ج ُْز ٍء: يقول-وسلم
حتى،ق ُ ك الج ُْز ِء يَتَ َرا َح ُم ال َخاَل ِئ ِ ْوَأ ْن َز َل في اَألر
ِ ض ج ُْز ًءا َو
َ ِ فَ ِم ْن َذل،احدًا
ِ ُتَرْ فَ َع ال َّدابَّةُ َحافِ َرهَا ع َْن َولَ ِدهَا خَ ْشيَةَ َأ ْن ت
ُصيبَه
Abu Hurairah berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
”Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian. Maka Dia menahan di
sisi-Nya 99 bagian, dan menurunkannya di bumi satu bagian. Maka dari
satu bagian itu, mahkluk saling berkasih sayang, hingga seekor kuda
mengangkat kakinya karena khawatir akan menginjak anaknya.”
4. Kebutuhan akan harga diri, pada kebutuhan ini orang tua mampu untuk
meningkatkan harga diri dari sang anak, pada dasarnya penyakit yang ia
derita menyebabkan ia amat tersiksa batin dan juga fisik namun dengan
meningkatkan harga diri sang anak, maka dapat diharapkan semangat anak
untuk melanjutkan hidup masih terbilang panjang.
Contoh kecil yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kebutuhan akan
harga diri anak ialah dengan memberikan anak kepercayaan dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk meminum obat tanpa harus
diawasi, kepercayaan yang diberikan itu akan membuat anak masih
30
memiliki harapan serta anak masih merasa bahwasannya anak masih
dipercaya oleh orang tuanya.
Surat Al-Anfal Ayat 27:
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, adapun pada kebutuhan ini anak diajarkan
dalam hal-hal kebaikan sembari berjalannya proses pengobatan, pada
kebutuhan ini juga anak akan memanfaatkan potensi yang ada didalam
dirinya untuk mencapai tujuannya (Kesembuhan)nya. Peran orang tua
disini ialah memberikan semangat yang tak pernah pudar serta membantu
anak untuk melakukan hal yang bermanfaat.
Contohnya dengan menemani anak dalam mendengarkan murottal al-
qur’an disela-sela kegiatan olahraga.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini ialah ;
1. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem
persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.
2. Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun
komplikasi yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis.
Keterlambatan dalam diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa
penderita DM tipe 1.
3. Peran orang tua dan dukungan dari keluarga sangatlah mempengaruhi
penyembuhan dan proses perawatan dari penyakit klien.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 (Edisi
8). Jakarta: ECG
33