1611031021-Bab 1 Pendahuluan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan SD atau sekolah dasar kini dijadikan sebagai jenjang pendidikan

formal yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan dalam proses

pendidikan selanjutnya. SD merupakan salah satu sumber pendidikan dasar bagi

anak untuk memperoleh ilmu setelah mereka dididik oleh orang tuanya. Pada

lingkungan SD mereka akan mendapat bimbingan berupa pendidikan formal dari

seorang guru, dan ilmu pengetahuan yang baru. Proses pembelajaran salah satu

metode pendewasaan peserta didik dalam menumbuhkan bakat serta keterampilan

yang dimiliki (Cahyani, dkk., 2015). Pembelajaran di SD yang berlangsung

selama 6 tahun akan membentuk karakter siswa untuk kedepannya, siswa

mendapat ilmu pengetahuan dan memperoleh nilai yang nantinya akan berguna

dalam kehidupan. Tiap siswa dalam proses belajar di sekolah akan berbeda karena

kemampuan mereka pasti berbeda dalam menerima pembelajaran yang diajarkan

guru.

1
2

Pembelajaran bermakna apabila proses belajar terjalin interaksi antara guru

dan siswa, pembelajaran merupakan hal interaksi antara komponen-komponen

yang terdapat dalam sistem pembelajaran (Daryanto & Rahardjo, 2012:30).

Pembelajaran dipergunakan sebagai petunjuk terjadinya hubungan antara guru dan

siswa, atau memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa itu sendiri. Ciri

dari pembelajaran yakni terdapat komponen yang berkaitan seperti tujuan, materi,

kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan merupakan

cara untuk memberikan pembelajaran bermakna.

Mutu pendidikan dijadikan upaya pemerintah untuk menjadikan pendidikan

di Indonesia agar menjadi lebih baik. Diperlakukannya pembaharuan dalam

pendidikan di Indonesia tentu terdapat peran penting untuk membentuk karakter

siswa, dan menambah wawasan pengetahuan siswa. Kurikulum diperuntukan

untuk anak didik, karena terdapat hubungan terhadap usaha pengembangkan

peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicapai (Sanjaya, 2011:3). Modal anak

dididik agar memiliki kecerdas secara terpelajar dalam pelajaran serta hubungan

individual salah satu fungsi seorang pendidik yang dilakukan disekolah. Pendidik

selaku pembimbing berperan terhadap siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Pendidik diarahkan menguasai penguasaan mengajar agar mampu

mengelola proses pembelajaran dengan baik, berimplementasi pada peningkatan

mutu pengajaran yang efektif.

Efektif dijadikan salah satu tolak ukur yang dapat mengukur hasil yang

sudah berhasil setelah dilaksanakan, salah satu rencana tersebut sudah ditentukan

sebelumnya serta kegiatan belajar yang efektif dapat sebagai pemahaman makna

belajar itu sendiri (Syarif, 2015). Siswa dituntut untuk belajar aktif dan mandiri
3

berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Siswa akan memperoleh pengalaman

belajar dari beberapa mata pelajaran yang wajib didapat di sekolah dasar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2006 untuk kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terdapat 8

pelajaran yakni muatan lokal, serta pengembangan diri. Pembelajaran pada kelas I

sampai kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan kelas IV

sampai kelas VI dilaksanakan melalui mata pelajaran. Pendekatan tematik

dijadikan pembelajaran yang wajib pada jenjang SD. Setelah dilakukan observasi

dilihat hasil belajar dari pendekatan tematik siswa di kelas III A masih kurang,

maka perlu dilakukan bimbingan dan diberikan perhatian terhadap siswa yang

masih kurang namun siswa yang nilainya bagus tetap diberikan perhatian.

Masalah rendahnya kualitas hasil belajar khususnya pendekatan tematik

terdapat faktor internal atau dari dalam yang kurang mendukung proses

pembelajaran siswa, seperti sedikit memiliki stimulus atau dorongan belajar pada

siswa itu sendiri, dan faktor eksternal atau dari luar yang kurang dalam penerapan

model dan teknik pembelajaran yang kreatif dan inofatif. Kreatifitas yang dimiliki

oleh guru akan mempengaruhi proses belajar siswa, apakah siswa akan lebih

banyak diam, rasa muak dan jenuh, dan sedikit bersungguh-sungguh dalam teknik

belajaran atau sebaliknya, jika guru menggunakan bantuan model dan teknik

pembelajaran siswa akan tidak merasa bosan. Siswa pada tahap ini berada pada

tahap operasional kongkrit, dimana harus dibarengi adanya bukti nyata agar yang

membantu siswa bisa berperan aktif dalam pengkajian materi.

Hasil wawancara, observasi dan pencatatan dokumen dilakukan pada

tanggal 04 November 2019. Wawancara, observasi dan pencatatan dokumen


4

dilakukan untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran di kelas. Hasil

wawancara terhadap 28 siswa kelas III A, didapat 17 siswa menyukai PPKn, 13

siswa tidak menyukai PPKn, 10 siswa menyukai matematika, 7 siswa tidak

menyukai matematika dan 3 siswa menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia,

dan 10 siswa menyatakan kurang menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Salah satu hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas III A menyatakan

kurang menyukai salah satu mata pelajaran karena dalam proses pembelajaran di

kelas dirasanya membosankan apalagi pada jam terakhir yang membuat dirinya

merasa mengantuk. Sedangkan tiga siswa mengaku menyukai salah satu mata

pelajaran karena menurut mereka pelajaran tersebut terdapat cerita-cerita yang

menarik yang membuat mereka menjadi suka membaca dan terdapat pelajaran

yang berhubungan dengan kehidupan sekitar.

Observasi yang dilakukan, memperoleh hasil siswa terlihat kurang

bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan memilih mengganggu

teman sebangkunya untuk diajak bermain, apalagi pada jam-jam terakhir beberapa

siswa terlihat mengganggu teman sebangkunya, karena minat siswa dalam

menerima pembelajar sudah berkurang, dan siswa kurang termotivasi. Hasil yang

didapat saat observasi pada saat guru melakukan teknik pengkajian terhadap siswa

di kelas yaitu: (1) Teknik yang dilaksanakan pendidik di kelas sedang terlihat

menggunakan teknik berpusat pada pendidik (teacher centered), yakni masih

memperlakukan teknik bicara yang berlebihan. (2) media pembelajaran yang

digunakan kurang beragam maka siswa merasa bosan serta kurang bersemangat

menuruti pembelajaran saat berlangsung. (3) Guru kurang mengaitkan materi


5

pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut berpengaruh pada

hasil belajar di kelas.

Wawancara yang dilakukan bersama wali kelas III A, didapat siswa

sebagian besar menunjukkan perilaku belajar sangat tinggi, namun memiliki hasil

PTS sangat rendah, dan dari hasil pencatatan dokumen yang diperoleh nilai rata-

rata PTS siswa kelas III A yaitu, PPKn rata-rata PTS siswa 84,75 Matematika

rata-rata PTS siswa 70, mata pelajaran Bahasa Indonesia rata-rata PTS siswa

69,79 dan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya nilai rata-rata siswa 53.

Masih terdapat siswa yang dibawah KKM seperti mata pelajaran PPKn yang

belum mencapai KKM 70 sejumlah 4 siswa, mata pelajaran matematika dengan

KKM 68 sejumlah 12 siswa masih di bawah KKM, mata pelajaran Bahasa

Indoesia dengan KKM 68 sejumlah 11 siswa masih di bawah KKM, dan mata

pelajaran SBdP dengan KKM 70 terdapat 18 siswa masih dibawah KKM.

Sesuai dengan data pemerolehan hasil belajar siswa yang masih berada

dalam kategori kurang, dirujuk berdasarkan hasil wawancara yang diduga sebagai

penyebab rendahnya hasil belajar siswa yakni tahapan pembelajaran yang

diberikan masih banyak berpusat ke guru dan kurang memanfaatkan strategi,

model dan teknik pembelajaran yang bervariasi. Terjadinya proses pembelajaran

efektif akan menimbulkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa serta terjadi

indikator seperti menyelesaikan sesuatu dengan baik dan berhasil, menyelesaikan

tugas yang dibarengi dengan usaha dan mampu menyelesaikan sesuatu yang

penting serta lebih baik dari siapapun (Azhar, dkk., 2019:59). Agar peserta dapat

menyerap mata pelajaran secara optimal guru perlu menetapkan teknik belajar

yang tepat dan tentunya didukung adanya media pembelajaran yang memadai
6

dalam mengajar. Teknik pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam

belajar yakni teknik picture and picture serta teknik make a match. Untuk

mengetahui seberapa pencapaian yang diperoleh oleh siswa maka dilakukan

kegiatan evaluasi.

Evaluasi dilakukan agar mengetahui seberapa ukuran tujuan pembelajaran

dapat dicapai oleh siswa itu sendiri, dan guru melakukan evaluasi untuk mengukur

kemampuan siswa (Murtinugraha & Arthur, 2014). Evaluasi adalah proses

memperoleh, merencanakan, dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk

alternatif dalam membuat keputusan (Purwanto, 2004). Evaluasi tidak hanya

dijadikan kegiatan akhir namun juga dapat dilakukan pada awal kegiatan untuk

mengetahui seberapa pengetahuan awal yang dimiliki siswa itu sendiri. Hasil

evaluasi yang diperoleh akan digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa,

atau biasanya hasil evaluasi digunakan untuk kenaikan kelas atau dijadikan

sebagai penentu lulus atau tidak lulusnya siswa dari suatu lembaga pendidikan

tertentu. (Dharsana, 2018) Kegiatan akhir akan memberitahu intelegensi siswa

yang dimiliki serta dapat memberikan penilaian mengenai cerdes atau tidak siswa

tersebut.

Perlu adanya alternatif untuk mengatasi masalah terkait pembahasan di atas,

seperti perlu diterapkannya berbagai jenis pendekatan, strategi, dan model atau

teknik dalam proses pembelajaran. Disamping itu perlu juga untuk menerapkan

teori belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. (Dharsana, dkk., 2019)

kondisi atau keadaan belajar dilingkungan dapat diubah melalui penerapan

beragam teknik, salah satu teori belajar yang cocok digunakan adalah teori belajar

konstruktivis. Lahir dari gagasan Peaget dan Vigotsky, konstruktivis menekankan


7

perubahan kognitif yang telah dipahami sebelumnya lalu diolah melalui proses

pemahaman baru (Suwatra, 2007:128). Konstruktivis dalam pembelajaran

menekankan siswa pada belajar untuk menciptakan pemahaman baru yang

menuntut siswa menjadi aktif, kreatif, dan produktif dalam hal nyata, sehingga

mendorong siswa untuk berpikir dan berpikir ulang dalam

mendemonstrasikannya. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivis yang

menekankan siswa terhadap peran utama dalam proses belajar yang memperoleh

kesempatan untuk menyusun pengetahuannya sendiri sesuai dengan kemampuan

dan lingkungannya sendiri (Margunayasa, dkk., 2014:7). Terjadinya teknik

pembelajaran yang efisien akan menimbulkan pembelajaran bermakna terhadap

siswa melalui rasa senang dan sifat emati yang dimiliki siswa akan menuntun sifat

secara natural (Dharsana, 2014). Terdapat beberapa model dalam teori belajar

konstruktivis, salah satu model pembelajaran yang mampu digunakan dalam

menangani permasalahan kurang aktif dan hasil belajar yang rendah adalah

melalui pembelajaran model kooperatif teknik picture and picture dan teknik

make a match.

Kooperatif, mengarah ke teknik yang memungkinkan siswa berbuat secara

bersama dalam kelompok yang kecil untuk dapat mendukung antar kelompok

(Suwatra, 2007:134). Rangkaian pembelajaran secara kelompok akan

mengantarkan tujuan pembelajaran akan tercapai, kelompok dapat diartikan dua

orang atau lebih berinteraksi dengan tatap muka serta tiap individu sadar dirinya

merupakan bagian dari kelompok dan meninmbulkan rasa saling ketergatungan

secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan (Putra, dkk., 2015).

Tentunya pada pengkajian kooperatif siswa tidak hanya diarahkan untuk peduli
8

secara individu dalam mencapai kesuksesan atau berusaha mengalahkan rekannya,

melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama. Dalam hal

ini aspek sosial sangat terlihat dan siswa dituntut untuk berpikir kritis, dan belajar

bertanggung jawab terhadap kelompoknya, maka peran guru sangat penting dalam

mengarahkan siswa. Penelitian ini fokus untuk menerapkan model pembelajaran

model kooperatif karena, salah satu pendekatan pembelajaran melalui kelompok

kecil yang memfokus mengajarkan siswa saling bekerjasama untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat

diterapkan dikelas yakni teknik picture and picture dan teknik make a match yang

mampu mengaktifkan siswa mencari ilmu di kelas.

Teknik yang terjadi dalam ruang kelas bersifat implementatif, maka teknik

dapat sebagi cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode

secara spesifik (Mukrimah, 2014). Salah satu teknik yang dapat diterapkan di

kelas agar siswa menjadi aktif adalah pertama, teknik picture and picture yang

merupakan teknik mengajar dengan bantuan media gambar sebagai pendukung

dalam mengajar agar siswa menjadi aktif dan mudah mengerti. Teknik ini dapat

mengembangka imajinasi anak yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.

Kedua, teknik make a match mampu dijadikan pilihan selama menjadikan siswa

aktif dalam belajar apabila siswa sudah mulai bosan. Teknik ini dapat

meningkatkan aktivitas dalam hasil belajar siswa melalui kelompok kecil dengan

bantuan kartu soal dan kartu jawaban. Kedua teknik tersebut tentu harus dirancang

terlebih dahulu oleh guru dalam bentuk RPP agar sesuai dengan materi dan tujuan

pembelajaran yang akan diajarkan.


9

Guru dapat meningkatkan perannya di kelas dalam mencapai tujuan

pembelajaran dengan menguasai keterampilan mengajar untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dan meningkatkan keprofesionalan. Kecakapan mengajar

dengan produktif akan mendampakkan tingkat pengetahuan dan partisipasi siswa,

maka dapat dikatakan fungsi keterampilan memberikan penguatan penting yang

diberikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Posisi guru lebih berjiwa

sebagai penyedia dan memiliki tugas dalam hal meningkatkan pembelajaran,

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dapat melakukan kegiatan yang

dapat mendorong terbentuknya sebuah komunikasi untuk melakukan perbaikan

diri baik dari individu maupun manajerial yaknik melalui setting lesson study, ini

merupakan aktivitas hal yang mampu memotivasi terbentuknya hal komunikasi

learning society secara tetap dan teratur yang dapat mengarah pada perbaikan diri,

baik pada jenjang individu maupun manajerial, serta melalui setting lesson study

akan banyak mendapat saran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya (Daryanto

& Rahardjo, 2012). Kunci pelaksanaan setting lesson study adalah aktivitas siswa

di kelas dengan anggapan siswa terikat dengan aktivitas guru selama proses

mengajar (Laila, dkk., 2019:88).

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, alternatif yang dapat

diterapkan yaitu suatu penelitian eksperimen dengan judul “Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Picture and Picture dan Teknik Make a

Match dalam Setting Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”.
10

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Bersumber pada latar belakang masalah penelitian yang diuraikan di atas,

dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan hasil belajar siswa, sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran kurang dapat memotivasi siswa dan pengkajian

masih terlihat teacher center.

2. Ketika guru mengajar dikelas tedapat siswa yang kurang memahami

pembelajaran yang dijelaskan oleh guru, karena guru kurang

memvariasikan model dan teknik pembelajaran yang dapat menjadikan

siswa saling membantu, bekerjasama dalam kelompok, aktif, dan

mampu mengajak siswa untuk berpikir kritis dalam belajar. Sehingga

masih terdapat hasil belajar yang masih rendah dengan kurang

memvariasikan model atau teknik pembelajaran.

3. Siswa masih kesulitan dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa

menunjukkan sikap pasif dan tidak terjadi interaksi saat pelajaran karena

guru kurang mengaitkan pembelajran dengan kehidupan sehari-hari

anak.

1.3 Pembatasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang serta identifikasi masalah, dan karena

terbatasnya waktu dan biaya maka pembatasan masalah “Efektivitas Pembelajaran

Kooperatif dengan Teknik Picture and Picture dan Teknik Make a Match dalam

Setting Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” adalah sebagai

berikut. Rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari ranah kognitif karena

pembelajaran yang diterapkan masih banyak berpusat pada guru, dan kurang
11

memvariasikan teknik pembelajaran dalam mengajar yang akan membuat siswa

menjadi aktif, berpikir kritis serta belajar untuk bekerjasama dalam kelompok.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Bersumber pada latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan

masalah. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada kelompok eksperimen

yang dibelajarkan melalui teknik picture and picture dan teknik make a match

dalam setting lesson study pada hasil belajar kelas III A di SD Negeri 1

Baktiseraga?

1.5 Tujuan Penelitian

Berlandaskan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak berarti pada kelompok eksperimen

yang dibelajarakan melaluin teknik picture and picture dan teknik make a match

dalam setting lesson study pada hasil belajar kelas III A di SD Negeri 1

Baktiseraga.

1.6 Manfaat Penelitian

Mengenai manfaat dalam melakukan penelitian ini, dapat dilihat dari segi

teoretis dengan segi praktis, yakni sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis
12

Manfaat secara teoretis, penelitian ini dapat menambah ilmu dalam

dunia pendidikan dan dapat dijadikan sebagai kajian dalam upaya

meningkatkan proses pembelajaran di kelas III A SD Negeri 1 Baktiseraga.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

Melalui teknik picture and picture serta teknik make a match dalam

proses pembelajaran khususnya tematik diharapkan membantu siswa

dalam meningkatkan hasil belajar.

2) Bagi Guru

Melalui penelitian ini diharapkan menjadi motivator serta fasilitator

dalam proses pembelajaran, mengemas proses pembelajaran agar

menjadi lebh menarik dan tidak membosankan. Salah satu cara yang

dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan teknik-teknik pembelajaran.

3) Bagi Kepala Sekolah

Eksperimen, dilakukan bagi Kepala Sekolah sebagai acuan dalam

menerapkan proses pembelajaran secara maksimal atau yang diinginkan

dan dapat dikembangkan untuk mata pelajaran lainnya agar lebih

menarik sehingga siswa menjadi aktif.

4) Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dijadikan refrensi bagi peneliti lain dalam meneliti teknik

pembelajaran lainnya yang dapat digunakan di sekolah dasar (SD).

Anda mungkin juga menyukai