Bab 1 Dharmaśastra Sebagai Sumber Hukum Hindu
Bab 1 Dharmaśastra Sebagai Sumber Hukum Hindu
Bab 1 Dharmaśastra Sebagai Sumber Hukum Hindu
2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021
Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X
Apersepsi
Setelah kalian mempelajari bab sebelumnya tentang mengaplikasikan Dharmaśastra
sebagai sumber hukum Hindu yang menguraikan tentang hukum Hindu yang
berlaku pada setiap zaman, yaitu Dharmaśastra-nya Manu untuk zaman Krtayuga,
Dharmaśastra-nya Gautama untuk zaman Tretayuga, Dharmaśastra-nya Sankha-
likhita untuk zaman Dwapara, dan Dharmaśastra-nya Parasara untuk zaman Kaliyuga.
Selanjutnya pada bab ini kalian akan mempelajari cara menerapkan prinsip-prinsip
ajaran punarbhawa sebagai aspek untuk memperbaiki kualitas diri guna melatih diri
dalam memahami akan kecintaannya kepada Hyang Widhi Wasa dan
menerapkannya dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan
negara. Katakan pada diri kalian “Saya Bisa”.
Kata Kunci:
Karma Phala, Punarbhawa, kualitas diri, kecintaanya kepada Hyang Widhi, kehidupan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara.
Rahasia kelahiran yang berulang-ulang ke dunia disebabkan oleh karma wasana dari
suatu kehidupan yang lain, sebelum seseorang mengetahui hakikat sang diri.
Pengetahuan tersebut diuraikan pada bhagawadgita sebagai berikut.
Janma Karma ca me divyam evaṁ yo vetti tatvataḥ, tyaktvā deham purnarjanma naiti
mām eti so rjuna.
Terjemahannya:
Ia yang mengetahui sebenarnya kelahiran suci dan karya-Ku, ia tidak lahir lagi, jika
meninggalkan badannya, ia datang padaku, O Arjuna.
(Bhagawadgita. IV. 9)
Uraian sloka tersebut menjelaskan bahwa manusia tetap memiliki tujuan untuk
mencapai kesempurnaan menyatu dengan Hyang Widhi Wasa. Kelahiran tersebut
merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.
Selain itu guna mengatasi kesengsaraan dan suka duka dengan cara terus berusaha
meningkatkan kualitas diri demi mencapai kesempurnaan agar bisa melepaskan diri
dari keterikatan duniawi yang selanjutnya menyatu dengan Hyang Widhi Wasa
dengan selalu berkarma yang baik. Karena karma dan phala menjadi satu bagian
yang tidak pernah terpisah.
Di dalam Weda disebutkan Karma phala ngaran ika palaning gawe hala hayu.
Terjemahanya, karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau
karma (Slokantara 68). Hukum karma ini sesungguhnya sangat berpengaruh
terhadap baik buruknya segala makhluk sesuai dengan perbuatan baik dan
perbuatan buruk yang dilakukan semasa hidup. Hukum karma dapat menentukan
seseorang hidup bahagia atau menderita. Jadi, setiap orang berbuat baik (subha
karma), pasti akan menerima hasil dari perbuatan baiknya, demikian pula sebaliknya
(Tim Penyusun, 2012).
Mari Menganalisis
Berikan analisis kalian tentang isi dari Bhagawadgita. IV. 9 dan dihubungkan dengan
Pengertian punarbhawa dan subha karma!
Tuliskan hasil analisis kalian pada buku tugas!
Aktivitas
2. Hakikat Punarbhawa
Kehidupan ini sangat rahasia, kita sebagai manusia hanya diberi kesempatan untuk
menggunakan waktu hidup ini sebaik-baiknya dengan cara selalu berpikir, berkata,
dan berperilaku yang baik dan benar. Karena apapun yang dialami oleh manusia
dalam kehidupannya itu semua adalah hasil karma sebelumnya. Jika semua itu bisa
disadari dan mampu mengetahui bahwa hidup
ini sebagai kesempatan untuk berbuat baik dan mengendalikan perilaku yang tidak
baik menjadi baik, maka itu sesungguhnya hakikat dari punarbhawa.
Dalam hubungannya, secara rasio umat Hindu sangat percaya akan adanya
punarbhawa, karena di luar batas kemampuan pikiran manusia. Oleh karena itu,
adanya punarbhawa itu harus diterima melalui keimanan atau keyakinan. Hal ini
sesuai dengan yang diuraikan pada Bhagawadgita. VII.27 dan Bhagawadgita. VII.28
berikut ini.
Icchā dveṣasamutthena dvandvamohena bhārata, Sarvabhūtāni saṁmohaṁ sarge
yānti parantapa.
Terjemahannya:
Semua makhluk lahir dalam keadaan tertipu, o Bharata, disebabkan oleh kedua sifat
yang timbul dari keinginan dan kemarahan, o penakluk musuh. (Bhagawadgita.
VII.27)
Yesam tv antugatam papam jananam punyaKarmanam, Te dvandva moha nirmukta
bhajante mam drdha vratah.
Terjemahannya:
Akan tetapi, bagi mereka yang salah, yang dosanya sudah bebas dari tipuan kedua
sifat tadi, menyembah Aku dengan penuh ketekunan dan keyakinan. (Bhagawadgita.
VII.28)
Berdasarkan isi sloka tersebut, dijelaskan bahwa terdapat dua sifat, yaitu
“keinginan dan kemarahan” yang menjadi penyebab kelahiran kembali.
Akan tetapi, bagi mereka yang mampu mengendalikan kedua sifat tersebut dan
tekun melakukan pemujaan dengan penuh keyakinan, maka kualitas diri akan
semakin meningkat.
Manusia memiliki lima lapisan badan yang wajib diketahui dalam upaya
meningkatkan kualitas diri melalui panca maya kosa, yaitu
1. annamaya kosa, terbuat dari makanan dan minuman;
2. pranamaya kosa, terbuat dari prana atau energi;
3. manomaya kosa, terbuat dari alam pikiran;
4. wijnanamaya kosa, terbuat dari pengetahuan; dan 5. anandamaya kosa, terbuat
dari rasa kebahagiaan.
Gambar 2.2 Panca maya kosa
Anandamaya Kosa Wijnanamaya Kosa Manomaya Kosa Pranamaya Kosa Annamaya Kosa
Dalam pengetahuan panca maya kosa dijelaskan bahwa dalam lapisan-lapisan badan
inilah karma wasana yang menyebabkan punarbhawa. Dengan demikian,
punarbhawa merupakan kelahiran badan astral atau badan (bukan kelahiran atman),
karena atman memiliki sifat-sifat istimewa dan tidak pernah lahir.
Kelahiran kita ke dunia, sesungguhnya telah terjadi secara berulang-ulang dan
dialami oleh semua orang, tetapi mereka tidak mengetahuinya.
Seperti yang dijelaskan pada Bhagawadgita IV. 5 berikut ini.
Sri Bhagawan Uvaca:
Bahuni me vyantitani janmani tava ca Arjuna, tanya aham veda sarvani na tvam vttha
paramtapa.
Terjemahannya:
Sri Bhagawan bersabda: Banyak kehidupan yang Ku telah jalani dan demikian pula
engkau, O Arjuna. Semua kelahiran itu aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat
mengetahuinya, O Arjuna.
(Bhagawadgita. IV. 5)
Adapun penjelasan dari Sloka Bhagawadgita. IV. 5 tersebut, bahwa punarbhawa atau
kelahiran secara berulang-ulang menjadi sangat rahasia dan tidak dapat diketahui
oleh manusia karena sifatnya sangat rahasia.
Mari Menganalisis
Manusia memiliki lima lapisan badan yang wajib diketahui dalam upaya
meningkatkan kualitas diri melalui panca maya kosa, yaitu
1. annamaya kosa, terbuat dari makanan dan minuman;
2. pranamaya kosa, terbuat dari prana atau energi;
3. manomaya kosa, terbuat dari alam pikiran;
4. wijnanamaya kosa, terbuat dari pengetahuan; dan 5. anandamaya kosa, terbuat
dari rasa kebahagiaan.
Berikan analisis kalian tentang cara meningkatkan kualitas diri melalui unsur-unsur
panca maya kosa pada ajaran punarbhawa!
Aktivitas
Rahasia tentang kelahiran hanya diketahui oleh Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia terlahir ke dunia secara berulang-ulang adalah untuk
memperbaiki karmanya, maka itu tampaklah ia dalam keadaan yang berbeda-beda
dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya.
Seperti diuraikan pada Swetaswaiara Upanisad, V.12 (Tim Penyusun, 2012) berikut ini.
Sthulani suksmani bahuni caiwa, nipani dehi swagunais wrnoti krya-gunair Atma
gunai ca tesam samyoga hetur aparo ’pidrstah.
Terjemahannya:
Atman yang berinkarnasi sesuai dengan sifat dan Karma-nya, memilih sebagai
tubuhnya wujud yang kasar atau halus. Dia menjadi tampak berkeadaan berbeda dari
satu inkarnasi ke inkarnasi berikutnya.
(Swetaswatara Upanisad, V.12)
Berdasarkan isi sloka tersebut, punarbhawa wajib dimaknai sebagai kesempatan
untuk memperbaiki karma dengan cara berbuat baik, bukan sebaliknya, yang
dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud
kesadaran untuk selalu berbuat baik. Karena sudah menyadari hal tersebut sehingga
dapat memperbaiki karma buruk pada kehidupan sebelumnya, dan selalu berbuat
baik dalam kehidupan yang
sekarang. Maka itu hendaknya seseorang selalu berbuat baik, misalnya dengan cara
selalu berpikir yang baik, berkata yang baik, berperilaku yang baik, dan menjaga
kebersamaan melalui gotong royong. Semua karma tersebut memiliki phala sesuai
dengan ajaran hukum karma.
sekarang. Maka itu hendaknya seseorang selalu berbuat baik, misalnya dengan cara
selalu berpikir yang baik, berkata yang baik, berperilaku yang baik, dan menjaga
kebersamaan melalui gotong royong. Semua karma tersebut memiliki phala sesuai
dengan ajaran hukum karma.
Dalam dokumen Pendidikan Agama Hindu. dan Budi Pekerti. Ketut Budiawan
SMA/SMK KELAS X KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 2021 (Halaman 36-0)