Ramgkuman PPKN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

NAMA: RAHMATU SOLEHA

KELAS: XI TITL B
ABSEN: 21

TAHAP-TAHAP PEMBINAAN PERSATUAN INDONESIA

1. perasaan senasib sebagai bangsa terjajah


2. menjadikan bangsa indonesia mengesampingkan perbedaan dalam melawan penjajahan.
3. kebangkitan nasional ditandai dengan berdirinya budi utomo (1908) menjadi awal
gerakan untuk mencapai indonesia merdeka.
4. sumpah pemuda (1928) sebagai kebulatan
5. Tekad untuk bersatu
6. proklamasi kemerdekaan.hakikat negara kesatuan republik indonesia

LANDASAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KESATUAN

1. ALINEA IV PEMBUKAAN UUD 1945


2. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945, "Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik".
3. Pasal 18 ayat 1, "Negara kesatuan RI dibagi atas..".
4. Pasal 18B ayat 2, "Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masi hidup dan sesuai dengan perkembangan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang".

HAKEKAT NEGARA KESATUAN KEDAULATAN

Tidak terbagi-bagi baik ke luar maupun ke dalam dan kekuasaan pemerintah pusat tidak
dibatasi. c.f. strong negara kesatuan :

1. wewenang legislatif tertinggi ada pada badan legislatif nasional


2. kekuasaan negara ada pada pemerintah pusat
3. pemerintah dapat menyerahkan kekuas kepada daerah berdasarkan hak otonomi

Negara kesatuan adalah negara bersusun tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh
daerahnya berada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan
sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar.

Negara kesatuan memiliki dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi yang akan


dijabarkan di bawah ini.

1. Sentralisasi
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari
pemerintah pusat.
2. Desentralisasi
Sementara itu, negara kesatuan bersistem desentralisasi memberi kekuasaan kepada pemerintah
daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Bahkan terdapat parlemen
daerah untuk menampung aspirasi rakyat di daerah.

Indonesia adalah Negara kesatuan yang menganut sistem desentralisasi melalui mekanisme
otonomi daerah. Oleh karena itu pemerintah pusat memberikan sebagian kewenangan
pemerintahan kepada daerah otonom (provinsi dan kabupaten kota).

Akan tetapi, ada kewenangan yang tidak diberikan kepada daerah otonom, yaitu kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, agama, yustisi, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal
nasional.

Karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 97-99) karakteristik Negara kesatuan republic
Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sejalan dengan paham negara integralistik
yang melihat bangsa sebagai suatu organisme.
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia bertujuan untuk menyatukan seluruh wilayah
Nusantara agar menjadi negara yang besar dan kukuh dengan kekuasaan negara yang
bersifat sentralistik. Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik.

Karakteristik Negara Kesatuan Indonesia juga dapat dipandang dari segi kewilayahan. Pasal
25A UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang”. Lalu apa yang dimaksud dengan nusantara?

Dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang disusun oleh Tim Kemdikbud
(2017, hlm. 99) di jelaskan karakteristik negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan
konsep wawasan nusantara maksudnya adalah menggambarkan kesatuan wilayah perairan
dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra
Indonesia serta di antara Benua Asia dan Benua Australia.

Kesatuan tersebut juga dibalut oleh 5 karakteristik bentuk negara kesatuan republik Indonesia
yang mencakup:
1. kesatuan politik;
2. kesatuan hukum;
3. kesatuan sosial budaya;
4. kesatuan ekonomi; dan
5. kesatuan pertahanan dan keamanan.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa meskipun wilayah Indonesia terdiri atas ribuan
pulau, tetapi semuanya terikat dalam satu kesatuan negara yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Dinamika Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa


ke Masa

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia wujudnya sangatlah dinamis. Adakalanya


persatuan dan kesatuan bangsa itu begitu kuat, seperti pada masa Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945. Namun ada juga masa ketika kita mendapat ujian oleh gerakan
pemberontakan seperti APRA, RMS, dan DI/TII yang ingin memecah belah NKRI. Bangsa
Indonesia juga pernah menganut sistem tata Negara yang berbeda pada tahun 1949-1950
sebagai Republik Indonesia Serikat. Kita juga pernah mengalami demokrasi terpimpin yang
mengekang kebebasan rakyat di Masa Orde Baru pada tahun 1966-1998. Namun kita patut
bersyukur karena berbagai dinamika tersebut membuat NKRI semakin kokoh bersatu dan
menunjukkan eksistensinya kepada dunia seperti masa sekarang.

Sementara itu, uraian lini masa dinamika persatuan dan kesatuan bangsa dari masa ke masa
yang difokuskan kepada kondisi politik ketatanegaraan menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm.
100-115) adalah sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Masa Revolusi Kemerdekaan terjadi pada 18 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949.
Dalam periode ini, bentuk NRI adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan Republik, di
mana presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala
Negara (presidensial).

Pegangan ketatanegaraan pada periode ini adalah Undang-Undang Dasar 1945. Namun
pelaksanaannya belum dapat dijalankan secara murni dan konsekuen. Hal tersebut karena
bangsa Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Sehingga pemerintah
masih fokus terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan dari kekuatan asing yang
berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.

Periode ini juga ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan separatis dari dalam dengan
tujuan mendirikan negara baru yang memisahkan diri dari NKRI. Adapun gerakan-
gerakan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948
2. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Daerah Jawa Barat

2. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia Serikat


Federalisme pernah diterapkan di Indonesia pada rentang 27 Desember 1949 hingg 17
Agustus 1950. Pada masa ini, pegangan negara adalah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat tahun 1949. Berdasarkan konstitusi tersebut, bentuk negara kita adalah serikat atau
federasi dengan 15 negara bagian. Sistem pemerintahan yang dianut pada periode ini
adalah sistem parlementer kabinet semu (quasi parlementer), dengan karakteristik sebagai
berikut.

1. Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh Presiden, bukan oleh parlemen


sebagaimana lazimnya.
2. Kekuasaan perdana menteri masih dicampurtangani oleh Presiden. Hal itu tampak
pada ketentuan bahwa Presiden dan menteri-menteri bersama-sama merupakan
pemerintah. Seharusnya, Presiden hanya sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahannya dipegang oleh Perdana Menteri.
3. Pembentukan kabinet dilakukan oleh Presiden bukan oleh parlemen.
4. Pertanggungjawaban kabinet adalah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), namun
harus melalui keputusan pemerintah.
5. Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah sehingga DPR tidak
punya pengaruh besar terhadap pemerintah. DPR tidak dapat menggunakan mosi tidak
percaya kepada kabinet.
6. Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap, yaitu sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.

Pada masa Republik Indonesia Serikat juga terjadi beberapa gerakan separatis yang di
antaranya adalah sebagai berikut.

1. Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)


2. Pemberontakan Andi Azis di Makassar
3. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)

3. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal

Pada periode ini, Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik


Indonesia Tahun 1950 (UUDS 1950) yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950. UUDS
RI 1950 merupakan perubahan dari Konstitusi RIS yang diselenggarakan sesuai dengan
Piagam Persetujuan antara pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950.

Sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer dengan


menggunakan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Praktik
sistem pemerintahan ini ternyata tidak membawa bangsa Indonesia ke arah kemakmuran,
keteraturan dan kestabilan politik.
Hal itu tercermin dari jatuh bangunnya kabinet dalam kurun waktu antara 1950-1959 telah
terjadi 7 kali pergantian kabinet Terjadi perdebatan yang tiada ujung pangkal sementara di
sisi lain kondisi negara makin gawat dan tidak terkendali yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.

1. Kondisi tersebut mendorong presiden untuk menggunakan wewenangnya yakni


mengeluarkan Dekret Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959, yang berisi di antaranya
sebagai berikut.
2. Pembubaran konstituante.
3. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
4. Pembentukan MPR dan DPA sementara.

Di tambah lagi, pada periode ini juga terjadi beberapa gerakan separatis yang di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
2. Pemberontakan PRRI/Permesta (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta)

4. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Lama

Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959 telah membawa kepastian di negara. Indonesia
kembali menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang berkedudukan sebagai
asas penyelenggaraan negara.

Sejak berlakunya kembali UUD 1945, Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan. Kabinet yang dibentuk pada tanggal 9 Juli 1959 dinamakan Kabinet
Kerja yang terdiri atas:

1. Kabinet Inti, yang terdiri atas seorang perdana menteri yang dijabat oleh Presiden dan
10 orang menteri.
2. Menteri-menteri ex officio, yaitu pejabat-pejabat negara yang karena jabatannya
diangkat menjadi menteri. Pejabat tersebut adalah Kepala Staf Angkatan Darat, Laut,
Udara, Kepolisian Negara, Jaksa Agung, Ketua Dewan Perancang Nasional dan Wakil
Ketua Dewan Pertimbangan Agung
3. Menteri-menteri muda sebanyak 60 orang.

Pada periode ini muncul pemikiran di kalangan para pemimpin bangsa Indonesia, yang
dipelopori Presiden Soekarno, yang memandang bahwa pelaksanaan demokrasi liberal
pada periode yang lalu hasilnya sangat mengecewakan.
Sebagai akibat dari kekecewaan tersebut, presiden Soekarno mencetuskan konsep
demokrasi terpimpin. Pada mulanya, ide demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Namun, lama kelamaan, bergeser menjadi dipimpin oleh Presiden/Pemimpin Besar


Revolusi. Maka, akhirnya segala sesuatunya didasarkan kepada kepemimpinan penguasa
dalam hal ini pemerintah.

5. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Orde Baru

Kepemimpinan Presiden Soekarno akhirnya jatuh pada tahun 1966. Jatuhnya Soekarno
menandai berakhirnya masa Orde Lama dan digantikan oleh kekuatan baru, yang dikenal
dengan sebutan Orde Baru yang dipimpin Soeharto.Selama memegang kekuasaan negara,
pemerintahan Orde Baru tetap menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Adapun
kelebihan dari sistem pemerintahan Orde Baru adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968
hanya 70 dolar Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1.000 dolar
Amerika Serikat.
2. Suksesnya program transmigrasi.
3. Berhasil menyukseskan program Keluarga Berencana.
4. Sukses memerangi buta huruf.

a) Penyimpangan Order Baru

Akan tetapi dalam perjalanan pemerintahannya, Orde Baru melakukan beberapa


penyimpangan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa
penyimpangan konstitusional yang paling menonjol adalah sebagai berikut.

b) Penyimpangan Bidang ekonomi

1. Penyelengaraan ekonomi tidak didasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar


1945.
2. Terjadinya praktik monopoli ekonomi.
3. Pembangunan ekonomi bersifat sentralistik, sehingga terjadi jurang pemisah
antara pusat dan daerah.
4. Pembangunan ekonomi dilandasi oleh tekad untuk kepentingan individu.
c) Penyimpangan Bidang Politik

1. Kekuasaan berada di tangan lembaga eksekutif.


2. Presiden sebagai pelaksana undang-undang kedudukannya lebih dominan
dibandingkan dengan lembaga legislatif.
3. Pemerintahan bersifat sentralistik, berbagai keputusan disosialisasikan dengan
sistem komando. Tidak ada kebebasan untuk mengkritik jalannya pemerintahan.
4. Praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) biasa terjadi yang tentunya
merugikan perekonomian negara dan kepercayaan masyarakat.

d) Penyimpangan Bidang Hukum

1. Perundang-undangan yang mempunyai fungsi untuk membatasi kekuasaan


presiden kurang memadai, sehingga kesempatan ini memberi peluang terjadinya
praktik KKN dalam pemerintahan.
2. Supremasi hukum tidak dapat ditegakan karena banyaknya oknum penegak hukum
yang cenderung memihak pada orang tertentu sesuai kepentingan.
3. Hukum bersifat kebal terhadap penguasa dan konglomerat yang dekat dengan
penguasa.

6. Persatuan dan Kesatuan pada Masa Reformasi

Memasuki masa reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem


pemerintahan yang demokratis. Agar tercipta sistem pemerintahan yang diharapkan, perlu
disusun pemerintahan yang konstitusional. Pemerintah konstitusional bercirikan sebagai
berikut.

1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif, dan


2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu bentuk reformasi yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia adalah melakukan perubahan atau amandemen atas Undang-Undang Dasar
1945. Langkahnya adalah dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, sehingga diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang
lebih baik dari yang sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan perubahan-perubahan mendasar dalam


ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UndangUndang Dasar 1945 pada masa
reformasi yakni sebagai berikut.

1. Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 1


ayat (2)).
2. MPR merupakan lembaga bikameral, yaitu terdiri dari anggota DPR dan anggota
DPD (Pasal 2 ayat (1)).
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat (1)).
4. Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7).
5. Pencantuman hak asasi manusia (Pasal 28A-28J).
6. Penghapusan DPA sebagai lembaga tinggi negara.
7. Presiden bukan mandataris MPR.
8. MPR tidak lagi menyusun GBHN.
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY) (Pasal 24B dan
24C).
10. Anggaran pendidikan minimal 20% (Pasal 31 ayat (4)).
11. Negara kesatuan tidak boleh diubah (Pasal 37 ayat (5)).
12. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dihapus.

Anda mungkin juga menyukai