LP Kejang Demam Tahun Terbaru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM


DI RUANG ANAK ( GALUH ) RSUD GAMBIRAN
KOTA KEDIRI

Disusun Oleh :
WAHYU EKA WULANDARI
NIM. A3R22078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pada Anak Dengan “Kejang Demam”


Di Ruang Galuh
RSUD Gambiran Kota Kediri

Nama Mahasiswa : Wahyu Eka Wulandari


NIM : A3R22078

Laporan pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Kediri,.........................2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan / CE

Poppy Farasari, S. Tr.Keb.,M.Kes Salis Ichtiaroh, S.Kep.,Ners


NIDN. 07 – 1601 – 9202 NIP. 19770501 200501 2 013

Mengetahui,
Kepala Ruang Galuh

Sumariyati, S.Kep.,Ners
NIP. 19691222 199603 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan,
(Betz & Sowden,2021). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam
(Ngastiyah, 2021). Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Kejang demam
merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan
demam.Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak.Pada setiap anak
memiliki ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta
rendahnya ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang dapat
terjadi pada suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru
akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih (Sodikin, 2019). Kejang Demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Widodo, 2019).
2. Etiologi

Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2017) diantaranya
sebagai berikut.

a. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50 %
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
b. Infeksi
1) Bakteri diantaranya penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis media
(infeksi telinga).
2) Virus diantaranya varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah ).
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam atau pada waktu demam tinggi.
d. Gangguan Metabolisme
Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.
e. Trauma
Kejang demam dapat terjadi karena trauma lahir dan trauma kepala.

3. Fatofisiologi
Menurut Staff pengajar FKUI( 2019 ) sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang
terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

kalium(K+) yang sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (CL-). Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi natrium rendah, dan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada,usia 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Sehingga kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan terjadi difusi ion kalium maupun natrium melalui
membran, akibatnya terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran
sekitarnya dan dengan bantuan neurotrans mitter mengakibatkan terjadinya kejang.
Pathway

4. Klasifikasi

Menurut Prichard dan Mc Greal (Lumbantobing,2020)kejang demam dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kejang demam sederhana.
Ciri-ciri kejang demam sederhana adalah:
1) Kejang bersifat simetris.
2) Usia penderita antara 6 bulan sampai 4 tahun.
3) Suhu 100°F(37,78°C)atau lebih.
4) Lamanya kejang berlangsung kurang dari 3 menit.
5) Keadaan neurologi (fungsi syaraf) normal dan setelah kejang juga normal.
6) EEG yang dibuat setelah tidak demam adalah normal.
b. Kejang demam tidak khas.
Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas digolongkan
sebagai kejang demam tidak khas.
Menurut Livingston (Lumbantobing,2021) mengklasifikasikan kejang demam
sebagai berikut.
a. Kejang demam sederhana.
Ciri-ciri kejang demam sederhana adalah:
1) Kejang bersifat umum.
2) Lama nya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit).
3) Usia waktu kejang pertama muncul kurang dari 6 tahun.
4) Frekuensi bangkitan kejang 1-4 kali dalam 1 tahun.
5) EEG normal.
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh kejang.
Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas disebut oleh
Livingston sebagai epilepsi yang dicetuskan kejang.
Menurut Fukuyama(Lumbantobing, 2017) menggolongkan kejang demam
sebagai berikut.
a. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut.
1) Keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi.
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun.
3) Serangan kejang yang pertama terjadi antara usia 6 bulan sampai6tahun.
4) Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit. e. Kejang tidak
bersifat lokal.
5) Tidak di dapat gangangguan atau abnormalitas pasca kejang.
6) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologic atau
abnormalitas perkembangan.
7) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
b. Kejang demam kompleks
Bila ciri-ciri kejang demam tidak memenuhi kriteria diatas maka
digolongkan kejang demam kompleks.
5. Gelaja Klinis

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,


berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal,
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.Setelah kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun
dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap.Bangkitan kejang
yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut.Sedangkan frekuensinya dapat
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari.Pada kejang demam
kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung
lebih dari 30 menit. 
Adapun gejala kejang demam diantaranya sebagai berikut.
a. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara
tiba-tiba)
b. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
c. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
d. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
e. Lidah atau pipinya tergigit
f. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
g. Inkontinensia (mengompol)
h. Gangguan pernafasan
i. Apneu (henti nafas)
j. Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya akan terjadi beberapa hal diantaranya sebagai
berikut :
a. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau
lebih
b. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c. Mengantuk
d. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali. Adakah dispersi bentuk kepala.
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
c. Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, strimus. Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung. Polip yang menyumbat jalan napas.
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus. Adakah cynosis. Bagaimana keadaan lidah.
Adakah stomatitis. Berapa jumlah gigi yang tumbuh. Apakah ada caries gigi .
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil. Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid. Adakah
pembesaran vena jugulans.
j. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale. Pada auskultasi,
adakah suara napas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya. Adakah bunyi
tambahan . Adakah bradicardi atau tachycardia.

l. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen . Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus. Adakah tanda meteorismus. Adakah pembesaran
lien dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya. Apakah
terdapat oedema, hemangioma. Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang.
Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi.
7. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pada anak menurut Ngastiyah
(2019) meliputi:
a. Glukosa puasa: Batas normalnya lebih dari 10g/dl. Hipoglikemia dapat menjadi
faktor presipitasi kejang.
b. Kalium: Batas normal kalium laki-laki1,0-1,2mmol/L. Bila ada kerusakan
jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk kedalam cairan ekstraseluler.
Jika penurunan kalium dalam urine dapat menunjukan hiperkalemia (serum
kalium meningkat) dan sebaliknya.
c. Natrium: Batas normal natrium laki-laki 135-145 mmol/L. Pada cairan
ekstraseluler kadar natrium urine biasanya rendah dan kadar natrium serum
rendah tidak normal/normal akibat memodilusi atau kadar meningkat.
d. EEG (Elektroensefalografi) adalah suatu cara untuk melokalisasi daerah serebral
yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak. Gelombang otak
untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-masing tipe dari
aktifitas kejang.
e. Pemeriksaan scan CT adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
8. Diagnose Keperawatan

Berdasarkan perjalanan patofisiologi dan manifestasi klinik yang muncul maka


diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang demam adalah:
a. Hipertermi
b. Pola napas tidak efektif
c. Risiko cedera
9. Tindakan Penangannan

Dalam penanggulangan kejang demam menurut IKA-FKUI (2018) ada 4 faktor


yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Memberantas kejang secepat mungkin.
Bila pasien datang dalam keadaan konvulsi, obat pilihan utama adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Pemberian dosis sesuai dengan BB.
Kurang dari 10 kg pemberiannya 0,5 -0,75 mg / kg BB dengan minimal
dalam spuit 0,75 mg. Bila BB diatas 20 kg pemberiannya 0,5 mg / kg
BB. Bila kejang belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
poraldehid 4 % per I.V.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang sebagai berikut:
1) Semua pakaian ketat di buka.
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan untuk jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
5) Fungsi vital harus di awasi secara ketat,jika suhu meningkat sampai
hiperpireksia dilakukan libernasi dengan kompres alkohol danaires.
c. Pengobatan rumat.
Setelah kejang diatasi harus di susul pengobatan rumat, daya kerjadi
azepam sangat singkat yang berkisar antara 45-60 menit. Oleh karena itu
harus di berikan obat anti epilepsi dengan daya kerja lebih lama, misalnya
fenobarbital yang diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dengan
diazepam dosis awal pada neonatus 30mg, umur 1 bulan-1 tahun 50 mg dan
umur1 tahun keatas 75 mg,sedangkan cara pemberian secara IM.
d. Mencari dan mengobati penyebab.
Penyebab kejang demam sederhana dan epilepsi yang diprovokasi oleh
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang pertama kali
sebaiknya dilakukan fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan ada
nya faktor infeksi didalam otak,misalnya meningitis.
10. Komplikasi
a. Aspirasi
b. Asfiksi
c. Retardasi mental
d. Komplikasi tergantung pada :
1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
demam kejang.
3) Kejang berlangsung lama atau kejang tikal.

1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan perjalanan patofisiologi dan manifestasi klinik yang muncul maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang demam adalah:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit teraba
panas.
b. Pola napas tidak efektif behubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan dispnea, penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang, pola
napas abnormal, ortopnea, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun, dan ekskursi dada berubah.
c. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Meliputi Tujuan Keperawatan, Intervensi Dan


Rasional Tindakan.
Tgl
Tujuan & kriteria Nama
No & Dx Kep Intervensi Rasional
hasil /TTD
Jam
1 01- Hipertermi Tujuan: SIKI lable:
11- berhubungan Setelah dilakukan Manajemen
2022 dengan proses tindakan asuhan hipertermia
penyakit keperawatan 1. Identifikasi penyebab 1. Identifikasi penyebab
ditandai selama 2x8 jam hipertermia. hipertermia
dengan suhu hipertermi teratasi mempermudah
tubuh 39,2 dengan kriteria memberi asuhan yang
C, kulit hasil: tepat untuk klien
tampak SLKI lable: 2. Monitor suhu tubuh. 2. Suhu tubuh
kemerahan, Termoregulasi merupakan acuan
dan kulit 1. Penurunan suhu dalam mengetahui
teraba panas. tubuh status termoregulasi
1. Suhu pada pasien.
rentang (36,5- 3. Longgarkan atau 3. Pakaian yang tidak
37,5 C) lepaskan pakaian. ketat dan nyaman
2. Warna kulit membantu pasien
normal lebih rileks.
3. Tidak teradi 4. Berikan cairan oral 4. Permberian cairan
kejang oral memenuhi
kebutuhan cairan dan
menurunkan demam.
5. Ganti linen setiap 5. Lingkungan yang
hari atau lebih sering bersih memberikan
jika mengalami kenyamanan bagi
hyperhidrosis. pasien.
6. Anjurkan tirah 6. Tirah baring
baring. memberikan
kesempatan pada
pasien untuk
beristirahat dan
memulihkan kondisi.
7. Kolaborasikan 7. Cairan dan elektrolit
pemberian cairan dan menjaga status
elektrolit intravena. hidrasi pasien tetap
baik.
2 01- Pola napas Tujuan: SIKI label
11- tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan
2022 berhubungan tindakan asuhan Napas
dengan keperawatan 1. Monitor pola napas. 1. Mengetahui pola
hambatan selama 2x8 napas pasien.
upaua napas jammasalah pola 2. Monitor bunyi napas 2. Untuk mengetahui
ditandai napas tidak efektif tambahan. ada tidaknya bunyi
dengan dapat teratasi napas tambahan.
dispnea, dengan kriteria 3. Pertahankan 3. Agar tidak
penggunaan hasil : kepatenan jalan terhambatnya jalan
otot bantu SLKI label : napas. napas.
napas, fase Pola Napas 4. Posisikan semi- 4. Agar pasien dalam
ekspresi 1. Dispnea fowler posisi nyaman.
memanjang, menurun. 5. Berikan oksigen. 5. Untuk membantu
pola napas 2. Penggunaan pernapasan pasien.
abnormal, otot bantu 6. Anjurkan asupan 6. Cairan membantu
ortopnea, napas cairan 200ml/hari. untuk proses
tekanan menurun. penyembuhan.
ekspirasi 3. Ortopnea 7. Kolaborasikan 7. Dengan diberikan
menurun, menurun pemberian bronkodilator akan
tekanan 4. Pemanjangan bronkodilator jika mempercepat proses
inspirasi fase ekspirasi. perlu. penyembuhan.
menurun, dan 5. Ekskursi dada
ekskursi dada membaik.
berubah. 6. Tekanan
ekspirasi
meningkat.
7. Tekanan
inspirasi
meningkat.
3. 01- Risiko cedera Tujuan: SIKI lable:
11- berhubungan Setelah dilakukan Manajemen kejang
2022 dengan tindakan asuhan 1. Monitor terjadinya 1. Membantu mengetahui
hipoksia keperawatan kejang berulang. tindakan yang tepat
jaringan. selama 2x24 jam untuk perawatan
pasien terhindar 2. Monitor kerakteristik pasien
dari cedera dengan kejang. 2. Membantu mengetahui
kriteria hasil: pemberian perawatan
SLKI lable: yang tepat untuk
Tingkat Cedera 3. Monitor tanda-tanda pasien.
1. Klien bebas dari vital. 3. Tanda-tanda vital
kejadian cedera. merupakan acuan
untuk mengetahui
keadaan umum
4. Baringkan pasien pasien.
agar tidak terjatuh. 4. Posisi berbaring
membuat pasien lebih
5. Jauhkan benda-benda aman.
berbahaya terutama 5. Menjaga keamanan
benda tajam. pasien, keluarga, dan
6. Anjurkan keluarga petugas.
menghindari 6. Mencegah terjadinya
memasukkan apapun cedera.
ke dalam mulut
pasien saat periode
kejang.
7. Kolaborasikan
pemberian 7. Pemberian
antikonvulsan. antikonvulsan
mengambalikan
kestabilan sel saraf
sehingga dapat
mencegah atau
mengatasi kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2021). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Sacharin Rosa M. (2018). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta :
EGC.
Arjatmo T.(2019). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru

Anda mungkin juga menyukai