Wen Wu - Sampul Maut

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 626

Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.

com

Sampul Maut 1
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

SAMPUL MAUT
Oleh : Wen Wu

JILID I

BAB 1
PERSYARATAN TIGA SAMPUL SURAT

Gunung Tay-piet-san terletak di tapal batas propinsi-


propinsi An-hui, Ouw-lam dan Ho-pak. Gunung itu menjadi
terkenal karena lembah Yu-leng-kok nya yang seram dan
ajaib.
Pada waktu badai mengamuk di malam hari, di dalam
lembah tersebut seringkali tertampak sinar dari lampion
(lentera kertas) merah, dan para penduduk di dekat lembah
itu tak dapat menjelaskan siapakah pemilik lampion merah
itu. Lebih ajaib lagi di dalam lembah itu seringkali dijumpai
kerangka-kerangka manusia! Oleh karena itu Lembah Yu-leng-
kok sangat ditakuti oleh para penduduk dan pemburu.
Di suatu pinggir jalan kecil yang menuju ke lembah itu dan
tidak jauh dari lembah tersebut berdiri satu rumah gubuk
yang dibuat dari bambu, dan penghuninya adalah seorang
kakek penjual arak yang sudah berusia tujuhpuluh tahun
lebih, buta mata kirinya dan pincang sebelah kaki kirinya.
Disamping menjual arak dan barang hidangan lain, iapun
menyediakan tempat untuk orang bermalam.

Sampul Maut 2
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Diceritakan bahwa pada suatu waktu di dalam lembah itu


telah terjadi peristiwa yang seram dan ganjil dua malam
berturut-turut. Setelah lewat tengah malam terlihat beberapa
orang menenteng lampion, satu setelah yang lain, berjalan
masuk ke dalam lembah tersebut dan tidak tampak mereka
keluar lagi!
Si kakek yang melihatnya telah menghitung dan ternyata
telah ada tujuh orang yang membawa lampion masuk ke
dalam itu. Pada esok harinya para pemotong kayu dan
pemburu menceritakan bahwa mereka telah menjumpai tujuh
mayat manusia tanpa kepala di luar lembah Yu-leng-kok itu.
Dan pada hari keduanya dijumpai lagi empat mayat manusia
juga tanpa kepala!
Pada malam ketiga karena rasa ingin tahunya, si kakek
telah sengaja tidak tidur, ia memperhatikan dari rumah
gubuknya segala sesuatu yang terjadi di lembah itu. Setelah
lewat tengah malam, tiba-tiba ia melihat satu bayangan hitam
mendatangi dari sebelah tenggara. Bayangan itu rupanya juga
menenteng satu lampion yang berbentuk pesegi dan tengah
berjalan masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok!
Ketika ia sedang mencurahkan perhatiannya kepada
bayangan itu, ia ditegur oleh seorang tamu yang telah
bermalam di rumah gubuknya sejak kemarin malam.
"Ada apa lagi, kakek Ouw?” tegur, tamu yang masih muda
itu.
Si kakek berbalik, dan sambil bersenyum ia menjawab.
"Eh Tuan Hing, kau belum tidur? Aku ini Ouw Lo Si telah
membuka warung arak di sini selama lima tahun. Selama lima

Sampul Maut 3
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tahun. ini, pada tiap-tiap tanggal sepuluh sampai tanggal


limabelas bulan tujuh, aku senantiasa menemui mayat kawan-
kawan dari dunia Kang-ouw. Tahun ini rupanya lebih aneh
lagi.
Hari ini baru saja tanggal duabelas bulan tujuh, akan
tetapi yang menenteng lampion berbentuk delapan pesegi
dan masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok itu sudah ada
duabelas orang! Tuan Hing, aku melihat tuan bermuram durja
saja selama sehari semalam ini, dan bersikap gelisah sekali.
Apakah kedatangan Tuan ke sini juga ingin menyelidiki lembah
Yu-leng-kok yang ajaib itu?”
Tamu yang muda itu berusia lebih kurang sembilanbelas
tahun, berparas tampan dan tegap pengawakannya. Tetapi
ketika itu ia bermuram dan tampaknya iapun memperhatikan
juga segala sesuatu yang terjadi di lembah Yu-leng-kok di
depannya itu. Iapun telah melihat bayangan hitam yang
sedang menenteng lampion dan berjalan masuk ke dalam
lembah itu.
Pertanyaan si kakek hanya membikin ia menarik napas.
Lalu sambil mengerutkan keningnya ia berkata. "Kakek Ouw,
tak perlu kita memperbincangkan soal itu. Ayo, keluarkan lagi
dendeng daging sapi dan sebotol arak. Aku mengundang kau
minum!”
Si kakek melihat lagi ke arah lembah dan kini terlihat
olehnya cahaya dari dua lampion bergerak menuju ke lembah
itu. Ia menggeram. "Ditambah dengan dua itu sudah menjadi
limabelas! Memang betul, lebih baik kita minum arak dari
pada menghiraukan itu! Mereka yang menenteng lampion-

Sampul Maut 4
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

lampion itu semuanya orang-orang bodoh! Mereka tak datang


ke warungku untuk minum arak dulu. Besok pasti mereka
sudah menjadi mayat!”
Lalu ia mengambil dendeng sapi serta sebotol arak dan
duduk menyertai pemuda itu.
"Tuan Hing, kau telah menghamburkan banyak uang
membeli arak dan hidanganku. Nah, dendeng daging sapi dan
sebotol arak ini aku yang menyuguhkan,” kata si kakek sambil
tertawa lebar.
Pemuda itu bersenyum, ia mengeluarkan dari sakunya
sepotong mas yang beratnya sepuluh tail (kira-kira
empatratus gram). Sambil menatap si kakek ia berkata.
"Kakek Ouw, kau telah menebak jitu. Selambat-lambatnya
tanggal limabelas bulan tujuh ini, akupun ingin masuk ke
dalam lembah Yu-leng-kok itu. Dan akupun tidak dapat
mengetahui bagaimana nasibku nanti. Mungkin juga nasibku
akan serupa dengan nasib mereka yang harus mati kemudian
tulang-tulangku berserakan di kaki gunung Tay-piet-san ini!
Sepotong mas ini aku berikan dengan rela kepada kakek Ouw,
agar kakek Ouw dapat pindah dan mencari penghidupan di
kota, dan tak usah tinggal berdiam di tempat yang terpencil
ini.”
Si kakek menatap potongan mas yang berkilap-kilap itu,
lalu ia tampaknya kaget sekali waktu melihat cincin besi di
telunjuk tangan kanan pemuda itu. Sambil menerima
potongan mas itu ia berkata. "Tuan Hing baik sekali, terima
kasih untuk pemberian ini. Tetapi mengapa kau ingin masuk
ke dalam lembah Yu-leng-kok yang berbahaya itu?”

Sampul Maut 5
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si pemuda tertawa getir, tetapi tak menyahut.


"Tuan Hing, cincin besi itu bagus sekali. Dimanakah kau
membelinya?” tanya si kakek sambil menunjuk ke jari telunjuk
kanan si pemuda.
Si pemuda sambil memandang ke arah lembah lalu
menyahut. "Cincin ini adalah cincin pusaka!!”
Setelah minum secangkir arak si kakek berkata lagi sambil
tertawa. "Tuan Hing, meskipun usiamu masih muda, tetapi
aku rasa kau telah lama berkecimpungan di kalangan Kang-
ouw, dan aku yakin kau sebetulnya bukan dari keluarga Hing!”
Si pemuda menundukkan kepalanya dan tidak menyahut.
"Aku Ouw Lo Si telah mengalami segala sesuatu di
kalangan Kang-ouw. Mataku yang kiri ini telah dibikin buta
oleh musuh-musuhku. Setelah kaki kiriku dibikin pincang, aku
baru mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. Betul ilmu
silatku tidak lihay, tetapi pengalamanku banyak sekali. Cincin
besi di telunjuk tangan kananmu itu, jika aku tidak salah lihat,
adalah senjata ampuh dari Wei Tan Wi Tay-hiap yang terkenal
sebagai Hu-hoan-tie-kiam Ceng-tiong-cou, Cincin terbang
pedang ajaib yang menggetarkan daerah tengah. Setelah
melihat cincin itu aku segera dapat mengambil kesimpulan
bahwa kau pastilah bukan dari keluarga Hing!”
Mendengar ucapan itu si pemuda terkejut. Ia segera
berdiri tegak, tetapi pelahan-lahan lalu duduk kembali seolah-
olah mengingat sesuatu, dan sambil menghela napas ia
menyahut.

Sampul Maut 6
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kakek Ouw telah menebak jitu. Aku tak dapat menutup


rahasia lagi. Memang sebenarnya aku ini putera tunggal Wei
Tan Wi, namaku Wei Beng Yan. Sebelum ayahku menutup
mata, beliau telah mewariskan cincin baja ini......”
"Kapan Wei Tay-hiap meninggal dunia??” Ouw Lo Si
mendahului menanya si pemuda dengan gugup dan matanya
yang tinggal sebelah terbelalak.
Ditanya demikian Wei Beng Yan tak lagi dapat menahan
air matanya dan menyahut dengan suara dalam.
"Tiga bulan berselang!”
Ouw Lo Si menatap wajah si pemuda dengan tajam,
seolah-olah tidak percaya akan kata-kata pemuda itu, sesaat
lamanya baru ia berkata lagi.
"Mendengar nada Wei Lotee, aku yakin bahwa Wei Tay-
hiap tidak mati dengan wajar......”
Dengan suara gusar Wei Beng Yan menyahut. "Ya!
Kematiannya membuat aku sangat penasaran!”
Ouw Lo Si menanya lagi. "Siapakah musuhnya yang
demikian lihay? Dengan ilmu silatnya yang maha tinggi itu,
aku yakin tidak sembarang orang dapat mengalahkannya
apalagi membunuhnya......”
Wei Beng Yan menyahut. "Tentu saja musuh-musuh
ayahku bukan jago-jago silat kemarin dulu. Mereka adalah Eu-
yong Lo-koay (iblis gila) dari pegunungan Kun-lun dan Soat-
hay-siang-hiong (dua iblis yang haus darah) dari pegunungan
Pek-thian yang telah bergabung dan menghantam ayah.

Sampul Maut 7
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan pedang Ku-tie-kiam, ayah dapat menerobos keluar


dari kepungan jahanam itu, tetapi karena beliau terkena racun
Hian-peng-tok-bong dari senjata Soat-hay-siang-hiong, maka
beliau akhirnya tak dapat menahan racun tersebut yang
membakar jantungnya!”
"Eu-yong Lo-koay dari pegunungan Kun-lun dan Soat-hay-
siang-hiong dari pegunungan Pek-thian adalah jago-jago silat
yang sangat keji di kalangan Kang-ouw!” berkata Ouw Lo Si
dengan beringas. "Jago-jago silat yang kepalang tanggung
kepandaiannya sudah menjadi makanan yang empuk bagi
mereka. Apakah Wei Lootee datang ke sini ingin menjumpai
penghuni lembah Yu-leng-kok itu?”
Wei Beng Yan berpikir sejenak sebelum menyahut. "Betul.
Aku mohon Locianpwee dapat memberikan keterangan-
keterangan dan petunjuk-petunjuk kepadaku.”
Setelah minum dua cangkir arak si kakek berkata. "Karena
Wei Lotee berlaku terus terang, maka akupun harus berterus
terang pula. Setelah tinggal berdiam di sini sambil menjual
arak dan hidangan selama lima tahun, aku yakin aku
mengetahui juga tabiat penghuni lembah itu. Justru cincin
baja di jari telunjuk tangan kanan Lotee itulah erat sekali
hubungannya dengan penghuni lembah Yu-leng-kok! Tetapi
selama sepuluh tahun ini, karena suatu urusan yang
menyayatkan hatinya, maka penghuni lembah itu telah
berubah menjadi seorang yang aneh wataknya. Aku khawatir
tanpa mananyakan riwayat cincin baja itu, kau pasti menjadi
korban dari Thay-yang-sin-jiauw (cakaran sakti) penghuni itu!”

Sampul Maut 8
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan mengkerutkan keningnya dan menanya


lagi. "Apakah aku harus masuk ke dalam lembah itu dengan
menenteng lampion juga pada tanggal sepuluh sampai tanggal
limabelas bulan tujuh nanti?”
Ouw Lo Si mengangguk. "Betul. Kau harus masuk dengan
menenteng lampion pada waktu tersebut. Tetapi...... selama
beberapa tahun ini, orang-orang yang masuk ke dalam
lembah itu, meskipun mereka masuk dengan menenteng
lampion, namun tidak urung mereka tokh telah menjadi
mayat-mayat juga! Mereka seolah-olah menenteng lampion
maut!”
"Lampion yang bagaimana bentuknya yang aku harus
bawa.....?” menanya Wei Beng Yan.
Sambil mengangguk-angguk si kakek berkata. "Aku bukan
saja mengetahui lampion yang bagaimana bentuk dan
warnanya yang disukai oleh penghuni lembah itu, tetapi
akupun dapat membuat lampion yang pasti disukai olehnya!
Maukan aku membuatkan satu untukmu?”
Wei Beng Yan girang bukan main mendengar si kakek
mengajukan pertolongan, ia berdiri tegak, mengangkat kedua
tangannya memberi hormat dan berkata. "Terima kasih atas
kerelaan hati Locianpwee.”
Si kakek meneruskan. "Aku ini seorang dagang dan
seorang pedagang tentu selalu mengharapkan keuntungan
bukan? Aku......”
"Sebutkanlah upah yang Locianpwee minta, jika aku dapat
membalas dendam ayahku yang telah dibunuh, aku berjanji

Sampul Maut 9
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

akan memenuhi segala permintaanmu!” kata Wei Beng Yan


dengan bernapsu tanpa menunggu kata-kata si kakek
selanjutnya.
Sambil bersenyum Ouw Lo Si berkata dengan tenang.
"Jika lotee ingin juga masuk ke dalam lembah itu, aku akan
berikan petunjuk-petunjuk dan aku hanya minta kau berijanji
melaksanakan pesanku. Akan kuberikan kepadamu tiga
sampul surat. Setelah kau, atas petunjuk-petunjukku, berhasil
masuk dan belajar ilmu sakti dari orang aneh penghuni
lembah Yu-leng-kok itu dan setelah mahir tentu akan dapat
dengan mudah saja melaksanakan maksud membalas dendam
ayahmu, dan setiap kali kau berhasil membunuh mati Eu-yong
Lo-koay dari pegunungan Kun-lun dan kedua iblis Soat-hay-
siang-hiong dari pegunungan Pek-thian, kau harus buka satu
sampul suratku, dan laksanakan segala sesuatu yang tertera di
dalam surat itu. Sanggupkah kau terima syarat-syaratku ini?”
"Aku harus melaksanakan itu setelah aku berhasil
membunuh mati musuh-musuh ayahku,” pikir Wei Beng Yan,
"itu tak sukar dilaksanakan,” maka ia mengangguk
menyatakan setujunya.
Setelah memperoleh kesanggupan si pemuda, Ouw Lo Si
bersenyum lagi. Lalu ia mengajak Wei Beng Yan masuk tidur.
Pada keesokan harinya, di luar lembah orang menjumpai
lagi lima mayat-mayat!
Setelah bersantap, Ouw Lo Si mulai membuat lampion
yang sangat sederhana berwarna merah. Wei Beng Yan juga
telah menghitung bahwa pada malam-malam tanggal sepuluh,
sebelas, dan duabelas, tiga malam berturut-turut di bulan

Sampul Maut 10
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tujuh itu, orang-orang yang masuk ke dalam lembah itu telah


menenteng lampion-lampion yang bercorak ragam, tetapi
mereka semua yang berjumlah enambelas orang telah
menjadi mayat-mayat. Lalu ia menanya.
"Ouw Locianpwee, apakah kau yakin betul bahwa
penghuni lembah Yu-leng-kok itu menyukai lampion yang
sederhana ini?”
Ouw Lo Si mengangguk, sambil bersenyum ia lalu
menyahut.
"Jangan khawatir, kau pasti berhasil masuk ke dalam
lembah dalam keadaan hidup! Kau harus masuk ke dalam
lembah itu ketika hujan rintik-rintik, dan sambil menenteng
lampion merah yang sederhana ini, pelahan-lahan berjalan
masuk ke dalam lembah. Lagi pula kau harus menyanyi suatu
lagu yang sedih agar tak membikin penghuni lembah itu
menjadi uring-uringan. Dengan mempersembahkan cincin
baja itu kepadanya, aku yakin penghuni itu akan rela
mengajari kau ilmu silatnya yang maha tinggi!”
Setelah lampion merah itu selesai dibuat, si kakek sambil
bersenyum menulis dua huruf
"Cap Ni” Sepuluh Tahun
di atas kertas lampion itu.
Wie Beng Yan sudah tidak meragu-ragukan lagi ketulusan
hati si kakek untuk menolong dirinya, tetapi ia masih tetap
khawatir jika nanti pada malam tanggal duabelas, empatbelas
dan limabelas tidak turun hujan! Itu berarti ia harus menanti
lagi sampai lain tahun bulan tujuh untuk melaksanakan

Sampul Maut 11
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

maksudnya mencari ilmu sakti dari penghuni lembah yang


aneh itu.
Ouw Lo Si yang berpengalaman rupanya dapat membaca
isi hati Wei Beng Yan. Maka ia tertawa gelak-gelak seraya
berkata.
"Wei Lotee tak usah menjadi gelisah. Pepatah kuno
menyatakan bahwa orang yang tinggal di dekat pegunungan
mengetahui sifat burung-burung dan orang yang tinggal di
dekat sungai mengetahut sifat ikan-ikan. Aku telah tinggal di
pegunungan Tay-piet-san ini banyak tahun. maka dengan
sendirinya aku dapat mengetahui perubahan cuaca di daerah
sekitar sini. Kemarin lohor aku lihat pelangi di sebelah barat
daya, dan aku berani memastikan bahwa malam ini akan
turun hujan......”
Ucapan yang penuh keyakinan itu telah menenangkan
hati Wei Beng Yan. Lalu Ouw Lo Si masuk ke dalam kamarnya
untuk menulis tiga pucuk surat yang kemudian ditutup baik-
baik di dalam tiga sampul.
Angin barat meniup sepoi-sepoi, dan setelah mendekati
tengah malam, betul saja hujan turun rintik-rintik. Hati Wei
Beng Yan berdebar-debar menyaksikan keadaan yang tepat
benar sebagaimana telah dikatakan oleh si kakek pincang itu.
Tiba-tiba Ouw Lo Si menanya sambil bersenyum. "Wei
Lotee, pedang Ku-tie-kiam ayahmu mengapa tidak kau
bawa......?”
Pertanyaan itu membikin Wei Beng Yan menjadi merah
mukanya, "Aku datang kesini dengan maksud masuk ke dalam

Sampul Maut 12
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

lembah Yu-leng-kok mencari ilmu. Aku tak mengetahui


bagaimana nasibku nanti. Oleh karena itu aku telah
menitipkan pedang itu kepada seorang kawan karibku,”
katanya dengan gugup.
Ouw Lo Si mengangguk. Lalu menanti sampai waktu lewat
tengah malam. Ia menulis nomor urut di atas ketiga sampul
suratnya sebelum diserahkan kepada Wei Beng Yan seraya
barkata.
"Wei Lotee, di kalangan Kang-ouw, ‘janji’ seseorang
adalah ‘benda’ yang sangat berharga. Aku dapat melihat
bahwa kau adalah seorang muda yang berbakat baik sekali.
Jika kau berhasil diterima oleh penghuni lembah itu, maka
dengan ketekunan, keuletan dan perhatian penuh, dalam
jangka waktu lebih kurang dua tahun, kau pasti berhasil
mempelajari ilmu silatnya yang maha tinggi. Kemudian
kaudapat membalas dendam ayahmu. Tetapi aku minta kau
jangan lupakan janjimu kepadaku tentang tiga pucuk surat ini.
Tiap-tiap kau berhasil membunuh Eu-yong Lo-koay dan kedua
iblis Soat-hay-siang-hiong dari pegunungan Pek-thian......”
"Aku harus buka satu sampul suratmu dan laksanakan
segala sesuatu yang tertera di dalam surat itu!” Wei Beng Yan
meneruskan kata-kata Ouw Lo Si yang belum habis diucapkan
itu.
"Bagus!” Ouw Lo Si memuji. "Tidak kecewa Wei Tan Wi
Tay-hiap mempunyai seorang putera sebagaimu......!”
Dengan ikhmat dan tenang Wei Beng Yan, menyahut. "Lo-
cianpwee telah menolong banyak kepadaku. Budi yang hesar

Sampul Maut 13
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

itu tak dapat kulupakan, dan aku bukan seorang laki-laki jika
aku mengingkari janjiku!”
Sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya Ouw
Lo Si berkata. "Itulah yang aku harapkan. Aku lihat sudah
masuk empat orang yang menenteng lampion ke dalam
lembah itu. Di waktu hujan turun rintik-rintik ini adalah
kesempatan terbaik untuk kau masuk ke dalam lembah. Aku
mendoakan agar Lotee dapat masuk dan keluar dari lembah
Yu-leng-kok itu dengan selamat dan tidak kurang sesuatu
apapun! Nah, terimalah lampion ini dan sampai kita bertemu
lagi dua tahun yang akan datang......!”
Wei Beng Yan menerima lampion yang disodorkan si
kakek lalu dia memberi hormat kepadanya dan berjalan keluar
dari rumah gubuk itu menuju ke mulut lembah Yu-leng-kok.
Ketika hampir tiba di pinggir lembah itu, ia membaui darah
yang amis sekali dari empat mayat manusia yang pada menit-
menit yang lalu masih merupakan manusia segar bugar! Ia
mengkirik melihat mayat-mayat itu, namun dengan keteguhan
hati ia berjalan terus. Iapun tak lupakan pesan si kakek
pincang untuk bernyanyi sedih ketika mulai memasuki lembah
maut itu.
"Di dalam dunia yang besar dan luas ini,
Nasib manusia bersaling ganti,
Suka-ria atau duka cita,
Tak dapat diminta menurut kehendak kita!”
Demikian ia bernyanyi terus menerus tanpa mengetahui
jika Ouw Lo Si mengikutinya dari belakang.

Sampul Maut 14
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si kakek juga melihat empat mayat-mayat di pinggir


lembah itu, dan dengan gesit ia lari kembali ke rumah
gubuknya.
◄Y►
Setelah minum secangkir arak, Ouw Lo Si melihat ke arah
lembah Yu-leng-kok lagi dan masih dapat melihat cahaya dari
lampion merah yang ditenteng Wei Beng Yan dalam suasana
yang gelap itu.
"Baru kali ini aku dapat manyaksikan cahaya dari lampion
merah tergantung di......” kata Ouw Lo Si kepada dirinya
sendiri, tetapi belum lagi selesai ia mengeluarkan isi hatinya,
dengan tiba-tiba ia menggeram dan keremuk cangkir arak di
dalam tangannya, lalu dengan ilmu To-sai-ban-thian-sing
(Menyebar bintang di angkasa) ia menyambit pecahan cangkir
arak keluar jendela sambil membentak dengan gusar.
"Siapa yang begitu kurang ajar mengganggu aku di malam
buta begini?!”
Bentakan itu dijawab dengan suara tertawa, dan sekejap
kemudian, dari jendela yang terbuka meloncat masuk cepat
laksana kilat, seorang yang berpengawakan kurus, berusia
lebih kurang limapuluh tahun dan bersenjata sepasang gaitan
baja.
Setelah berada di dalam, sambil mengangkat kedua
tangannya memberikan hormat, orang itu berkata. "Ouw Si-
ko! Meskipun sudah lewat sepuluh tahun, akan tetapi
ternyata ilmu To-sai-ban-thian-sing mu itu masih tetap lihay
seperti waktu-waktu yang lampau! Jika aku tidak waspada,

Sampul Maut 15
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

akupun takkan luput dilukai oleh pecahan cangkir arak yang


kau sambitkan tadi!”
Ouw Lo Si segera mengenali bahwa orang itu adalah
kawan akrabnya yang bernama Khouw Kong Hu dengan
julukan Sin-kou-tie-ciang (Gaitan ajaib tinju baja).
"Khouw Hiantee, angin apakah yang telah meniup kau ke
sini?” tanyanya sambil tertawa berkakakan.
Dengan nada yang ikhmat Khouw Kong Hu menanya.
"Ouw Si-ko, apakah kau telah mengetahui bahwa Tong-coan-
sam-ok (Jahanam-jahanam dari daerah timur) telah
memperoleh mustika milik Thian-hiang-sian-cu dan segera
mereka akan datang dan masuk ke dalam lembah Yu-leng-
kok?”
Si kakek dengan tenang-tenang saja menyahut. "Tong-
coan-sam-ok telah memperoleh mustika milik Thian-hiang-
sian-cu dengan susah payah. Tetapi Khouw Hiantee, kau dapat
melihat dengan mata sendiri bahwa mereka telah datang
sedikit terlambat! Lembah Yu-leng-kok sudah tertutup. Jika
jahanam-jahanam itu masih juga berani masuk ke dalam
lembah itu, aku yakin bahwa mereka kelak akan menjadi
mayat-mayat tanpa kepala!”
Setelah berhenti sejenak lalu meneruskan. "Khouw
Hiantee, aku telah dapat suatu akal untuk membasmi
jahanam itu yang aku sangat benci. Meskipun mereka telah
berhasil memperoleh mustika milik Thian-hiang-sian-cu dan
telah datang dari tempat yang jauh, namun mereka semua
akan mati konyol dibunuh oleh Thay-yang-sin-jiauw (Cakaran
sakti}.”

Sampul Maut 16
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lalu sambil mengajak Khouw Kong Hu ia loncat keluar


untuk pergi ke mulut lembah Yu-leng-kok.
––––––––

BAB 2
SIASAT KEJI TIE-SAN-SAI-CU-KAT

Khouw Kong Hu tidak mengerti maksud Ouw Lo Si tetapi


mengikuti juga jejak si kakek. Ketika sudah tiba dekat Lembah,
si kakek berbisik di telinganya. "Khouw Hiantee, kita harus
masuk ke dalam lembah itu dengan waspada. Jika kita sudah
berada di mulut lembah, maka kau harus menggunakan ilmu
Bo-hong-yan-bie-tin (Jarum terbang) untuk memadamkan lilin
dari lampion merah yang terlihat tergantung itu!” sambil
menunjuk lampion yang tergantung di dalam lembah.
Khouw Kong Hu sudah mengetahui arti daripada lampion
yang tergantung itu. Artinya lembah itu sudah tertutup, dan
barang siapa berani masuk tentu akan dibunuh oleh penghuni
lembah itu! Ouw Lo Si telah menyuruh adik angkatnya
memadamkan lilin dari lampion yang tergantung itu dengan
maksud membiarkan ketiga jahanam-jahanam Tong-coan-
sam-ok masuk ke dalam lembah tanpa mengetahui bahwa
lembah itu telah tertutup, dan akhirnya akan dibunuh mati
oleh penghuni lembah itu, meskipun mereka telah datang
untuk menyerahkan mustika milik Thian-hiang-sian-cu, yang
sangat dicintai oleh si penghuni lembah!
Khouw Kong Hu mengangguk dan mengeluarkan tiga
batang jarum dari sakunya, lalu dengan ilmu Bo-hong-yan-bie-

Sampul Maut 17
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tin ia melontarkan jarum-jarum tersebut ke arah lampion yang


terlihat tergantung, dan secepat kilat lilin lampion tersebut
padam diterjang senjata ampuh si gaitan ajaib tinju baja!
Tak lama kemudian terlihat di jalan pegunungan yang
menuju ke lembah itu, cahaya dari tiga lampion merah yang
bergerak-gerak. Khouw Kong Hu dan Ouw Lo Si lekas-lekas
meloncat ke atas satu pohon besar dan berdiri di atas satu
dahan untuk bersembunyi sambil menantikan terjadinya
sesuatu yang seram!
Tiga orang yang mendatangi itu sangat pesat larinya, dan
sekejapan saja sudah tiba di pinggir lembah. Mereka adalah
ketiga jahanam Tong-coan-sam-ok yang berpengawakan kurus
dan menenteng lampion-lampion merah. Satu persatu mereka
masuk ke dalam lembah, dan sejenak kemudian dari dalam
lembah terdengar jeritan yang memiluhkan hati, dan
kemudian terlihat tiga bayangan hitam terlempar keluar dari
dalam lembah itu!
Tiga bayangan hitam yang terlempar itu adalah bangkai-
bangkai manusia yang sudah tercakar tak keruan rupanya!
Khouw Kong Hu ingin segera meloncat turun dari pohon,
tetapi ditahan oleh Ouw Lo Si. Betul saja dari dalam lembah
meloncat keluar satu bayangan hitam yang menenteng
lampion merah. Bayangan hitam itu berlari-lari mengitari
mayat-mayat tadi lalu lari masuk ke dalam lembah lagi!
Setelah lewat kira-kira lima menit, Ouw Lo Si meloncat
turun dari pohon, lalu menghampiri mayat-mayat ketiga
jahanam-jahanam itu, dan setelah menggeledah ia dapati satu

Sampul Maut 18
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

selubung kuningan dan satu kotak kecil dari batu giok dari
tubuh mayat-mayat itu.
Ketika itu sudah jam lima pagi, dan hujan pun sudah
berhenti.
Setelah suasana mulai menjadi terang, maka di pinggir
jurang yang merupakan pintu masuk ke dalam lembah Yu-
leng-kok yang sempit itu terlihat delapan huruf yang digores
oleh seorang yang pasti memiliki ilmu silat yang sakti sekali.
Adapun delapan huruf itu berbunyi.
"Lembah ini sudah tertutup. Barang siapa lancang
masuk, tentu mati!”
"Setelah melihat delapan huruf tersebut, Ouw Lo Si
bersenyum, lalu mengajak Khouw Kong Hu kembali ke rumah
gubuknya.
"Ouw Si-ko,” kata si saudara angkat sambil menyertai
kakak angkatnya berjalan pulang. "Aku tidak heran jika kau
sangat gembira meskipun kau tidak tidur semalam suntuk.
Tanpa turun tangan, kau telah berhasil membunuh mati
ketiga jahanam Tong-coan-sam-ok yang kau sangat benci, dan
sekaligus kau telah memperoleh mustika milik Thian-hiang-
sian-cu......”
Ouw Lo Si hanya bersenyum, dan setelah mereka tiba
kembali di rumah gubuk, segera menyiapkan minuman dan
hidangan untuk kawan akrabnya itu. Sambil makan dan
minum Ouw Lo Si lalu mulai percakapannya.
"Khouw Hiantee, kau telah tebak jitu kegembiraanku.
Tetapi aku menjadi gembira bukan karena hasil yang kau telah

Sampul Maut 19
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sebutkan tadi. Masih ada dua urusan yang membikin aku


sangat gembira. Apakah kau dapat menebak?”
Khouw Kong Hu berusaha memikir dan menebak, tetapi
akhirnya ia menggeleng-geleng kepala seraya menyahut.
"Ouw Si-ko terkenal sebagai Tie-san-sai-cu-kat (Ahli nujum
dengan kipas baja). Urusan yang menggembirakan aku tak
dapat menebaknya!”
"Urusan pertama kau dapat tebak dengan mudah. Aku
tinggal berdiam di pegunungan ini sudah hampir sepuluh
tahun, kini aku telah menjumpai kawan akrabku, bukankah itu
menggembirakan?” kata si kakek.
"Urusan kedua agak rumit. Hiantee mungkin masih ingat
akan mataku yang kiri dan betis kiriku yang telah menjadi
cacat ini.”
Khouw Kong Hu minum habis secangkir arak, lalu
menatap Ouw Lo Si dan mengenangkan peristiwa-peristiwa
yang lampau ketika si kakek itu menggetarkan dunia Kang-
ouw.
"Ouw Si-ko,” katanya, "Kita berkawan sangat akrabnya.
Peristiwa-peristiwa yang lampau tak mudah aku lupakan.
Mata kirimu telah dibikin buta oleh ketiga jahanam Tong-
coan-sam-ok, yang menyambit dengan abu kapur ke arah
kedua matamu! Betis kirimu telah dibikin cacad oleh Hu-hoan-
tie-kiam Ceng-tiong-cou (Cincin terbang pedang ajaib yang
menggetarkan daerah tengah) Wei Tan Wi dengan pedang Ku-
tie-kiam nya!”

Sampul Maut 20
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau itu, Ouw Lo Si


merasa masgul. Ia menarik napas panjang menyatakan
kekecewaannya.
"Khouw Hiantee,” kata si kakek "Apakah kau dapat
mengetahui mengapa di mulut lembah Yu-leng-kok telah
digantungkan lampion merah?”
Khouw Kong Hu mengangguk.
"Soal ini aku juga telah mengetahui,” kata Khouw Kong
Hu. "Penghuni lembah Yu-leng-kok itu sangat ganjil wataknya.
Semenjak istrinya, Thian-hiang-sian-cu yang sangat ia sayang
jatuh sakit pada tanggal sepuluh bulan tujuh sepuluh tahun
yang lalu, dan meninggal dunia setelah menderita sakit hanya
selama enam hari, ia telah menjadi demikian sedihnya
sehingga ia tak ingin hidup lagi!”
Khouw Kong Hu berhenti sejenak untuk mengeringkan isi
cangkirnya, setelah itu ia melanjutkan lagi.
"Tetapi berhubung ilmu silatnya yang sakti belum dapat ia
wariskan kepada orang lain, maka ia telah tinggal terpencil di
dalam lembah itu sambil menanti-nanti orang yang dapat ia
wariskan ilmunya itu. Sekarang terlihat tergantung satu
lampion merah, bukankah tanda itu menyatakan bahwa dia
telah menjumpai seorang murid?”
Ouw Lo Si mendengari penuturan itu sambil mengangguk-
angguk
"Hiantee telah menuturkan dengan betul,” kata si kakek.
"Dan....., setelah usaha tersebut selesai dilaksanakan, iapun
akan menyusul istri kesayangannya di alam baka!”

Sampul Maut 21
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Khouw Kong Hu menyengir mendengar kata-kata itu, yang


dianggapnya bodoh.
"Bodoh! Mengapa orang yang hidup harus mengikuti jejak
orang yang sudah mati!” katanya.
Tampak si kakek pun turut tersenyum menyaksikan
saudara angkatnya itu, yang tidak mengenal urusan asmara.
"Apakah kau tahu bahwa murid yang telah dijumpainya
itu adalah orang yang aku telah berikan petunjuk-petunjuk
cara masuknya ke dalam lembah?” kata si kakek.
"Dan orang itu adalah putera satu-satunya Wei Tan Wi,
orang yang telah membikin cacad betis kiriku!”
Khouw Kong Hu terperanjat mendengar penjelasan itu.
"Aku tak dapat mengerti akan tindakan Si-ko itu. Ketika
jahanam Teng-coan-sam-ok yang telah membikin buta mata
kirimu telah mati konyol di luar lembah Yu-leng-kok karena
tipu muslihatmu. Tetapi kau telah membantu puteranya orang
yang membikin kakimu pincang sebelah, agar pemuda itu
dapat menjadi ahli waris ilmu silat yang sakti! Sebetulnya,
bagaimana maksudmu?” tanya Khouw Kong Hu dengan heran.
Dengan nada yang agak keras Ouw Lo Si menyahut.
"Ketiga jahanam Tong-coan-sam-ok adalah jago-jago silat
yang jahat dan busuk,” kata si kakek sambil mementang
matanya yang tinggal sebelah.
"Mereka telah mati konyol dan akupun merasa puas!
Tetapi Wei Tan Wi Tay-hiap yang telah binasa dibokong oleh
Eu-yong Lo-koay dan kedua iblis Soat-hay-siang-hiong adalah

Sampul Maut 22
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

seorang jago silat yang luhur. Aku tak dapat membalas


dendam terhadap puteranya. Aku hanya dapat membikin
pembalasan dengan cara yang lain, yalah yang lebih
bijaksana!”
Lalu ia menceritakan peristiwa tiga pucuk surat yang
diberikan kepada Wei Beng Yan sebelum pemuda itu masuk
ke dalam lembah.
Khouw Kong Hu menjadi ternganga setelah mendengar
bisikan si kakek.
"Jika aku tidak membunuh putera Wei Tan Wi, aku
senantiasa merasa kecewa melihat betis kiriku yang pincang
ini,” Ouw Lo Si melanjutkan.
"Tetapi jika aku membunuhnya juga, aku pasti akan dicaci
maki oleh orang-orang di kalangan Kang-ouw. Maka aku telah
mengambil keputusan dan bertekad membantu putera
musuhku agar dia dapat mempelajari ilmu silat dan dapat
membalas dendam ayahnya dengan syarat. Setiap kali ia
berhasil membunuh musuh-musuh ayahnya yaitu Eu-yong lo-
koay dan kedua iblis Soat-hay-siang-hiong, dia harus
membuka satu sampul suratku,” berkata sampai di sini Ouw
Lo Si berhenti untuk memperhatikan sikap Khouw Kong Hu
yang tengah tersenyum simpul mengetahui siasat si kakek
yang penuh dengan akal bulus itu.
"Setelah Wei Beng Yan berhasil membunuh mati
jahanam-jahanam itu, akupun turut berjasa dalam dunia
Kang-ouw, karena dengan rencanaku, ketiga iblis yang kejam
dan jahat itu habis terbasmi. Disamping itu, akupun dapat
memulihkan namaku yang tercemar karena telah

Sampul Maut 23
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dipencundangi oleh Wei Tan Wi. Coba pikir, apakah itu bukan
suatu rencana yang baik sekali?” tanya si kakek sambil
tertawa lebar.
Khouw Kong Hu menunjukan ibu jarinya sambil memuji.
"Ouw Si-ko, julukan Tie-san-sai-cu-kat tidaklah kecewa
orang telah berikan kepadamu!”
"Tetapi apakah senjatamu Cit-kauw-tie-san, masih tetap
ampuh seperti sediakala?” tanyanya lagi.
Ouw Lo Si masih terus tertawa gelak-gelak. Dari saku
dibalik jubahnya ia keluarkan satu kipas baja yang dapat
dilipat. Lalu ia berkata dengan bangga.
"Aku telah dipecundangi Wei Tan Wi dengan pedang Ku-
tie-kiam nya dan dianiaya oleh ketiga iblis Tong-coan-sam-ok,
tetapi...... semenjak itu aku jadi tambah giat berlatih, dengan
senjata Cit-kauw-tie-san ini aku yakin dapat menggempur jago
silat yang manapun!”
“Akupun yakin bahwa Ouw Si-ko takkan merasa puas jika
tidak memulihkan nama. Maka aku ingin memberitahukan
satu rahasia dari kalangan Bu-lim kepada Si-ko,” kata Khouw
Kong Hu dengan wajah sungguh-sungguh.
"O...... Khouw Hiantee datang ke sini dengan suatu
maksud.......” kata si kakek. "Mengapa tidak segera
menyatakan maksud itu?”
Khouw Kong Hu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ouw Si-ko jangan terburu napsu!” katanya. "Rahasia ini
berkenaan dengan mustika Thian-hiang-sian-cu, Cu-gan-tan

Sampul Maut 24
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

(Pil remaja) dan Tok-beng-oey-hong (Tawon merenggut jiwa)


telah diperoleh Tong-coan-sam-ok dan kini berada di
tanganmu. Tetapi Ciam-hua-giok-siu (Sarung tangan sakti
merenggut jiwa) berada di tangan Kong-ya Coat, si dewa
sakti!”
Bukan main terkejutnya Ouw Lo Si mendengar berita itu,
sehingga ia berseru.
"Hai! Tanpa Ciam-hua-giok-siu, Kong-ya Coat sudah
merupakan satu lawan yang berat. Apalagi dengan senjata
yang ampuh itu......, hai......”
Khouw Kong Hu tampaknya putus asa mendengar ucapan
kakak angkatnya itu.
"Kong-ya Coat itu sangat congkak dan tamak sifatnya, dan
ingin memiliki semua mustika milik Thian-hiang-sian-cu! Ia
telah mengundang Tong-coan-sam-ok untuk datang ke
tempatnya pada pertengahan musim gugur untuk turut serta
dalam pertemuan para jago silat, dan kemudian bermaksud
merebut mustika Cu-gan-tan dan Tok-beng-oey-hong
sehingga ia dapat memiliki ketiga mustika itu dan menjagoi di
kalangan Kang-ouw!”
Ouw Lo Si menjadi heran mendengar keterangan itu.
"Tetapi mengapa Tong-coan-sam-ok membawa kedua
mustika Thian-hiang-sian-cu itu ke lembah Yu-leng-kok di
pegunungan Tay-piet-san ini?” tanya si kakek.
"Itu mudah dimengerti,” sahut Kouw Kong Hu. "Tong-
coan-sam-ok yakin betul bahwa mereka tak dapat melawan
Kong-ya Coat. Jika menolak undangan tersebut, mereka tentu

Sampul Maut 25
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

diejek oleh jago-jago silat lain. Lagipula hilangnya mustika


Thian-hiang-sian-cu pasti takkan ditinggal diam begitu saja
oleh penghuni lembah Yu-leng-kok itu,” sambil menunjuk ke
arah lembah.
Ouw Lo Si yang mendengari dengan penuh perhatian
mendongak sambil manggut-manggut.
"Dari pada dihajar, ketiga jahanam itu telah mengambil
keputusan untuk mengembalikan kedua mustika itu kepada si
penghuni lembah,” kata lagi Khouw Kong Hu. "Mungkin saja
mereka dapat pertolongan dari jasa mereka itu!”
"Jadi kedatangan Khouw Hiantee ke tempatku ini dengan
maksud mengajak aku pergi ke tempat Kong-ya Coat untuk
mengadu silat melawan para jago silat yang telah
diundangnya itu?” si kakek menanya lagi.
Khouw Kong Hu mengangguk, dan berkata lebih lanjut.
"Setelah kita tiba di tempat itu, kita dapat mengumumkan
bahwa ketiga jahanam Tong-coan-sam-ok telah binasa di
tangan penghuni lembah Yu-leng-kok, dan mustika Cu-gan-tan
dan Tok-beng-oey-hong telah dikembalikan kepada pemilik
asalnya. Dengan demikian para jago silat akan memperhatikan
mustika Ciam-hua-giok-siu yang berada dalam tangan Kong-ya
Coat!”
Ouw Lo Si tampaknya sangat tertarik oleh keterangan-
keterangan Khow Kong Hu.
"Nanti dalam suasana yang pasti akan panas itu, kita
berdua dapat mencari kesempatan untuk merebut mustika
itu. Lagi pula lampion merah yang tergantung di mulut lembah

Sampul Maut 26
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

telah menyatakan bahwa penghuninya takkan keluar lagi dari


lembah itu. Jika ke tiga mustika itu sudah berada dalam
tangan kita, Si-ko dapat menjagoi lagi di kalangan Bu-lim!”
DUA
Ouw Lo Si, si ahli nujum kipas baja, betul-betul terbujuk
oleh kata-kata Khouw Kong Hu itu.
Tiba-tiba ia mengeluarkan kipas bajanya dan secepat kilat
menyerang udara kosong! Setelah itu ia tertawa gelak-gelak
seraya berkata.
"Baik! Aku akan turut melaksanakan rencana Hiantee
untuk pergi ke tempat Kong-ya Coat!”
Khouw Kong Hu menjadi girang sekali.
Lalu terdengar si kakek berkata lagi.
"Hm......, Wei Tan Wi sudah mati. Penghuni lembah Yu-
leng-kok takkan keluar lagi dari lembahnya, maka jago-jago
silat yang dapat mengimbangi ilmu silatku hanya ketinggalan
lima orang saja. Yalah Kong-ya Coat, si dewa sakti, Eu-yong Lo-
koay Si Iblis jahat, Kedua jahanam Soat-hay-siang-hiong, iblis-
iblis yang haus darah. Dan Ceng Sim Lo-ni, si rahib wanita dari
pegunungan Go-bi-san yang sudah lama tidak keluar dari
tempat pertapaannya!”
Khouw Kong Hu tampaknya tidak sependapat dengan
saudara angkatnya itu.
"Si-ko, rupanya kau tidak mengikuti perkembangan di
kalangan Kang-ouw!” kata si gaitan baja tinju besi. "Si-ko telah
tinggal terpencil di pegunungan ini selama hampir sepuluh

Sampul Maut 27
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tahun lamanya, sehingga kau tidak mengetahui bahwa di


kalangan Kang-ouw telah muncul beberapa jago-jago silat
yang tak dapat diremehkan! Misalnya Kim Lam It Hong, Sai
Pak Song Liong dan Ciu Kai Si Lam.... mereka semua memiliki
ilmu silat yang sangat tinggi......”
Khouw Kong Hu menjadi agak menyesal setelah
mengucapkan kata-katanya itu, karena ia mengetahui watak
Ouw Lo Si agak congkak dan khawatir kata-katanya itu
menyinggung si kakek, maka lekas-lekas ia menambahkan,
"Namun aku yakin Ouw Si-ko dapat melawan mereka
semua dengan kipas bajamu itu, ......! Ha, ha, ha!”
Tertawanyanya itu disertai juga oleh Ouw Lo Si yang
sudah bertekad menutup warung araknya, mengakhiri
penghidupannya sebagai seorang pertapaan di pegunungan
Tay-piet-san yang terpencil dan kembali berkecimpungan lagi
di daerah TAK BERTUAN Rimba persilatan!
Mereka meninggalkan pegunungan itu untuk langsung
menuju ke tempat Kong-ya Coat, yang terletak di kaki gunung
Hoa-san di propinsi An-hui.
◄Y►
Pertemuan para jago silat yang diselenggarakan oleh
Kong-ya Coat pada pertengahan musim gugur masih satu
bulan lagi.
Setelah berunding, mereka akhirnya mengambil
keputusan untuk pergi ke kota Bo-pao di sebelah selatan
propinsi Ho-peh, untuk mencari seorang kawan karib mereka,

Sampul Maut 28
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dan mengajaknya bersama-sama pergi menghadiri pertemuan


adu silat tersebut.
Baru saja tiba di kota Bo-pao, mereka telah disambut olah
suatu kejadian yang aneh.
Meskipun sudah bulan tujuh, namun keadaan di daerah
sekitar kota Bo-pao yang terletak di sebelah selatan sungai
Tiang-kang itu, masih seperti di musim panas saja tampaknya.
"Khouw Hiantee,” kata Ouw Lo Si, ketika mereka berada
di suatu warung arak di luar kota Bo-pao. "Perhatikan tempat
ini. Apakah kau dapat melihat suatu yang agak luar biasa?”
Khouw Kong Hu menoleh ke kanan dan ke kiri sambil
memperhatikan.
"Menurut pandanganku,” sahutnya, "warung arak ini
hampir mirip dengan warung kepunyaan Ouw Si-ko yang
terletak dekat lembah Yu-leng-kok!”
Ouw Lo Si tampaknya mendongkol dan sambil
menggeleng-geleng kepalanya ia berkata lagi.
"Hiantee kurang memperhatikan! Di kalangan Kang-ouw
segala sesuatu harus diperhatikan dengan seksama. Aku yakin
telah datang banyak jago-jago silat di daerah sekitar kota Bo-
pao ini. Warung arak yang terpencil ini telah menyuguhknn
makanan yang lezat, ini berarti bahwa dalam beberapa hari
ini, ke warung arak ini telah datang banyak tamu-tamu?”
Khouw Kong Hu sambil bersenyum berkata.
"Tidak salah jika Si-ko dapat julukan Cu-kat (seorang Nabi
yang berpandangan luas)!”

Sampul Maut 29
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si kakek tampaknya puas mendapat pujian itu.


"Aku belum dapat mengatakan dengan pasti,” kata Ouw
Lo Si. "Coba dengar suara ringkikan kuda di pekarangan
belakang warung ini. Apakah warung yang terpencil ini dapat
menyediakan tempat untuk orang memelihara kuda?”
Khouw Kong Hu memasang kedua kupingnya mendengari
dangan penuh perhatian,
"Betul! Akupun dapat mendengar ringkikkan kuda itu,”
sahutnya.
"Perhatikan lagi meja di sebelah kiri itu,” kata Ouw Lo Si
sambil menunjuk ke arah meja tersebut. "Dan lihat bekas
bacokan di atas meja. Meja itu penuh dengan minyak dan
lemak, tetapi tak ada minyak atau lemak dibekas bacokan itu.
Ini suatu bukti yang terang bahwa bacokan tersebut dilakukan
belum lama berselang. Lagi pula bekas bacokan tersebut
dapat membuktikan bahwa senjata yang dipergunakan untuk
membacok bukan senjata biasa!”
Khouw Kong Hu menjadi terbengong mendengar
keterangan itu, dan dengan kaget ia menanya.
"Apakah Ouw Si-ko menganggap banyak jago-jago silat
telah datang dan telah terjadi perkelahian hebat di warung
arak ini?”
––––––––

BAB 2
KEHANCURAN DESA HUI-ING-SAN-CONG

Sampul Maut 30
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si memperhatikan keadaan di sekitarnya, lalu ia


berkata.
"Itu aku tak dapat memastikan, tetapi sudah terang
bahwa banyak jago-jago silat telah datang ke sini. Di daerah
ini selainnya saudara angkat kita, Kiu It, yang dihormati karena
ilmu silatnya, siapakah lagi yang memiliki ilmu silat terlebih
lihay?”
Khouw Kong Hu berpikir sejenak, kemudian berkata.
"Tujuhbelas tahun yang lalu Kiu Ji-ko dengan ilmu silat
tinju Hui-ing-cit-cap-ji-sut-bo-ti-shin-ciang (Ilmu silat burung
garuda merenggut maut dengan tujuhpuluh dua perubahan)
dan senjatanya yang hebat dan cengkeraman Hui-ing-shin-
jiauw (Cengkeraman burung garuda) telah mengusir tujuh
jahanam dari daerah Ho-peh, aku tak pernah mendengar jago
silat lain dapat melawan Kiu Ji-ko!”
"Hm......” si kakek menggeram, "jika demikian, para jago
silat datang ke sini dengan dua maksud. Mencari Kiu Ji-tee dan
memohon bantuannya, atau mencari kepadanya dengan
maksud membikin perhitungan dan membalas dendam! Ini
sukar ditebak......”
Setelah itu tampak si kakek menundukkan kepalanya dan
mengenangkan sesuatu.
Lalu ia herpaling lagi kepada Khouw Kong Hu seraya
berkata.
"Semenjak kaki kiriku dibikin cacad dekat telaga Tong-
teng dan mata kiriku menjadi picek di pegunungan Go-bi-san,

Sampul Maut 31
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

aku selalu menjadi lebih waspada. Sebetulnya tempat


kediaman Kiu Ji-tee sudah tidak jauh lagi dari sini. Ayo! kita
lekas-lekas menjumpainya untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya pada dewasa ini......”
"Akupun sudah ingin mengajak Si-ko lekas-lekas mencari
Ji-ko,” kata Khouw Kong Hu, "mungkin kita masih keburu
menikmati hidangan lezat dan arak yang harum......”
Setelah membayar, maka mereka segera berangkat
menuju ke tempat saudara mereka itu.
Perjalanan itu harus melalui lembah-lembah yang sempit,
semak belukar yang lebat dan mendaki beberapa jurang yang
curam.
Kiu Ji-ko menamakan tempatnya Hui-ing-san-cong
(Tempat garuda bernaung). Dulunya tempat itu adalah
markasnya tujuh iblis propinsi Ho-peh yang banyak dosanya.
Mereka sengaja mendirikan markas di sini agar sukar dicari.
Namun, Kiu Ji-ko berhasil mencarinya dan membasmi mereka
semua! Sekarang kita sudah tiba di tempat belukar ini, apakah
Ouw Si-ko mengetahui di mana letak pintu masuknya?” tanya
Khouw Kong Hu.
Ouw Lo Si mendongak dan memandang jurang curam di
hadapannya.
Tanah di atas jurang itu rata dan banyak pohon tumbuh
dengan lebatnya.
Sejenak kemudian terdengar si kakek berkata.

Sampul Maut 32
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Pada limabelas tahun yang lalu, pada bulan tujuh Kiu Ji-
tee merayakan hari ulang tahun kesatu puteri kesayangannya,
dan ia telah mengundang banyak tamu ke pesta tersebut.
Akupun telah datang. Aku sudah lanjut usia, namun otakku
masih sehat, dan aku masih ingat jalan ke Hui-ing-san-cong.
Tu! Sisi gunung itu adalah pintu masuknya!”
Secepat kilat dengan ilmu It-hok-cong-thian (Bangau sakti
menerjang ke angkasa) ia telah meloncat ke atas birai yang
lebih kurang tiga meter tingginya.
Bukan main kagumnya Khouw Kong Hu menyaksikan si
kakek pincang yang seolah-olah terbang ke atas.
"Ouw Si-ko! Hebat betul loncatanmu itu!” serunya
memuji.
Lalu iapun meloncat dengan gesitnya ke atas birai itu!
"Loncatan Hiantee lebih lihay dari pada loncatanku!” kata
si kakek, "seolah-olah Hiantee melakukannya tanpa
mengeluarkan tenaga......”
Khouw Kong Hu bersenyum girang mendengar pujian itu.
Setelah mendaki lereng gunung, akhirnya mereka tiba di
atas jurang yang tanahnya agak rata.
Tidak berapa jauh di hadapan mereka, tampak satu goa
gunung yang tingginya kira-kira satu meter dan lebarnya kira-
kira tiga meter.
Mulut goa itu gelap sekali dan mungkin juga menjadi
sarangnya binatang-binatang, ular-ular atau serangga yang
berbahaya.

Sampul Maut 33
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika aku belum pernah datang ke sini, akupun takkan


mengetahui bahwa goa ini adalah pintu masuk ke tempat Kiu
Ji-tee. Ayo ikuti aku yang memimpin jalan,” seru si kakek.
Dari saku jubahnya ia mengambil dua batang lilin, yang
segera disulutnya dan memberikan satu kepada kawannya
sebelum mereka berjalan masuk ke dalam goa yang gelap itu.
Baru saja si kakek melangkah beberapa tindak, tiba-tiba ia
merandek dan berbisik.
"Apakah itu??”
Kira-kira sepuluh meter jauhnya di hadapan mereka,
tampak empat lanpion yang besar yang sudah rusak,
bergelantungan di udara. Si kakek meloncat dan menyambret
ke atas sambil mengambil satu.
Kertas dari pada lampion itu masih bagus warnanya,
rupanya lampion-lampion tersebut belum lama digantung di
atas goa itu.
Setelah meneliti si kakek memberikan pendapatnya.
"Menurut hematku, lampion-lampion ini baru digantung
pada dua hari berselang. Tetapi heran keadaannya sudah
rusak. Aku kira lampion-lampion ini telah dirusak oleh......
hembusan angin tenaga dalam yang dahsyat! Aku yakin di
Hui-ing-san-cong pun sudah terjadi suatu perubahan. Kita
harus berhati-hati!”
Ia lemparkan lampion itu dan berjalan maju dengan lilin di
tangan.

Sampul Maut 34
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan cahaya lilin yang remang-remang itu mereka


dapat melihat lagi lampion-lampion yang tergantung di atas,
yang juga sudah dirusak.
"Melihat keadaannya akupun yakin sudah terjadi
perubahan di sini. Lebih baik kita keluarkan senjata untuk
menjaga diri,” kata Khouw Kong Hu sambil mengeluarkan
sepasang gaitan bajanya dan pegang senjata tersebut di satu
tangan, dengan tangan yang lainnya memegang lilin.
Mereka berjalan maju dengan hati-hati sekali dan tiap-
tiap jarak lima meter, mereka menyaksikan lampion-lampion
yang telah dirusak!
"Ketika aku datang ke sini limabelas tahun yang lalu, aku
tidak melihat lampion-lampion merah serupa ini,” kata Khouw
Kong Hu.
"Tetapi hari ini tanggal berapa dan bulan apa?” tanya si
kakek.
"Betul, hari ini adalah tanggal sembilan bulan tujuh,”
sahut Khouw Kong Hu. "Tetapi hari lahir puteri kesayangan Kiu
Ji-ko adalah tanggal tujuh. Lampion-lampion tersebut
tentunya di pasang pada dua hari berselang.”
Tetapi dengan tiba-tiba Ouw Lo Si membentak
memperingati Khouw Kong Hu.
"Awas angin hebat!”
Khouw Kong Hu segera mengegos untuk mengelakkan
hembusan angin sebelum mengawasi keadaan di depannya.

Sampul Maut 35
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Di bawah cahaya lilin di kedua pinggir tembok goa


tersebut tampak berdiri tegak dan berbaris orang-orang yang
mengenakan pakaian serba hitam!
Khouw Kong Hu yang berangasan segera membentak.
"Yang berdiri di depan, kawan atau lawan?! Namun kita
mohon memberitahukan bahwa si kipas baja Ouw Lo Si dan si
gaetan ajaib Khouw Kong Hu telah datang untuk menjumpai
pemimpin Hui-ing-san-cong, Kiu It!”
Seruan itu tidak mempengaruhi kedua baris orang-orang
yang tetap berdiri tegak di kedua pinggir tembok goa itu,
tetapi gema dari seruan Khouw Kong Hu terus mendengung.
"Hui-ing-san-cong, Kiu It...... Hui-ing-san-cong, Kiu It......”
Senjata di tangannya sudah siap sedia, maka jika orang-
orang yang berpakaian serba hitam itu bergerak, Khouw Kong
Hu akan segera menyerang lebih dahulu.
"Hei! Kamu kawan atau lawan?! Jika tak menjawab, aku
terpaksa harus menggunakan kekerasan!” Khouw Kong Hu
membentak lagi.
"Hm......” kata si kakek sambil bersenyum getir. "Kau tak
dapat memaksa mereka bicara......”
"Mengapa? Apakah mereka bisu sehingga tak dapat
menyahut??” tanya Khouw Kong Hu dengan heran.
"Mereka memang bisu dan tak dapat menyahut......
karena mereka telah jadi mayat......!” si kakek menegaskan.

Sampul Maut 36
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dan tanpa menghiraukan lagi kawannya, ia sudah


meloncat ke depan orang-orang yang berpakaian serba hitam
itu.
Khouw Kong Hu tidak mau ketinggalan, iapun meloncat
dengan gesitnya.
Tetapi setelah berada dekat sekali dengan orang-orang
yang tengah berdiri dengan tegak itu, meskipun sudah lama
berkecimpungan di kalangan Bu-lim dan juga melihat
pembunuhan banyak kali, namun pada waktu itu mereka
bergidik ngeri melihat orang-orang itu, karena mereka semua
telah lama menjadi mayat!
Tiap-tiap orang itu terpantek di tembok goa dengan
sebilah pisau pendek menusuk tenggorokan masing-masing!
Darahnya telah menjadi kental, biji mata mayat-mayat itu
melotot keluar dengan mulut terbuka, seolah-olah mereka
ingin mengatakan bahwa mereka mati dibunuh secara kejam
sekali!
Yang lebih ganjil lagi yalah keempatbelas orang itu telah
binasa dalam keadaan hampir serupa, seolah-olah mereka
mati serentak tanpa kesempatan untuk melawan ataupun
berontak!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu berdiri terpesona
menyaksikan nasib orang-orang itu.
Lalu si kakek cabut satu pisau dari tenggorokan seorang
korban, dan dengan cepat Khouw Kong Hu menahan mayat
itu dengan gaitan bajanya untuk diletakkan di atas tanah.

Sampul Maut 37
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hm!” si kakek menggeram. "Coan-yo-shin-ji (Belati


menembusi tenggorokan)! Apakah mungkin semua ini adalah
perbuatan Yo Tie Ko si lengan delapan??”
Khouw Kong Hu terkejut mendengar ucapan itu, dan
melihat pisau belati yang dipegang oleh si kakek. Ia mengenali
bahwa pisau belati itu betul saja senjata Coan-yo-shin-ji milik
Yo Tie Ko.
"Aku tidak nyana ia begitu keji dan tidak sungkan
melakukan kekejaman ini meskipun ia sudah mengenal Kiu Ji-
ko berpuluh-puluh tahun lamanya!” kata Khouw Kong Hu.
Ouw Lo Si menancapkan pisau belati itu di tembok goa
dengan mengebatkan tangannya.
"Aku kenal nama Yo Tie Ko, si lengan delapan, tetapi aku
tak kenal orangnya dan belum pernah berhubungan
dengannya. Akupun telah mengetahui senjata rahasianya,
Coan-yo-shin-ji yang lihay, yang ia dapat lontarkan dengan
kedua tangannya pesat sekali seolah-olah ia mempunyai
delapan lengan......” kata Ouw Lo Si dengan nada agak gusar,
lalu ia melanjutkan.
"Coba lihat pisau belati yang aku tancapkan tadi. Daun
pisaunya hanya masuk limabelas sentimeter, tetapi pisau yang
nancap melalui tenggorokan keenambelas korban ini telah
nancap sampai ke gagangnya! Bayangkanlah, betapa hebat
ilmu si lengan delapan itu!”
Khouw Kong Hu mengerutkan keningnya sejenak, lalu ia
lari menuju ke ujung goa gunung itu.

Sampul Maut 38
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tampak olehnya pohon-pohon Liu tumbuh di suatu taman


bunga, rumput tebal di tanah serta pohon-pohon bunga dari
berbagai-bagai macam.
Iapun menghadapi tembok jurang yang tebing dengan
beberapa panjang di atasnya.
Ouw Lo Si senantiasa mengikutinya dari belakang.
Ketika mendaki jurang yang tebing itu, mereka melihat
sebuah rumah yang dikurung oleh tembok. Itulah Hui-ing-san-
cong, tempat tinggal Kiu It, yang pada saat itu menyiarkan bau
amis darah yang menusuk hidung!
Ketika itu sudah senja, dan sinar matahari masih
memancarkan cahaya merah kekuning-kuningan sehingga
membuat keadaan di sekitar tempat itu menjadi tambah
seram kelihatannya!
Di depan rumah itu, di atas tanah yang penuh dengan
batu gunung tampak empat huruf yang besar yang berbunyi.
"Kematian bagi orang yang menipu!”
Lalu Khouw Kong Hu memanggil-manggil dengan suara
keras.
"Kiu Ji-ko! Kiu Ji-ko!”
Setelah itu seperti seekor harimau gila ia berlari ke kiri
dan ke kanan di dalam pekarangan luar rumah itu sambil terus
memanggil-manggil.
Ouw Lo Si berdiri terpaku mengawasi gerak-gerik adik
angkatnya itu.

Sampul Maut 39
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Apakah masih ada orang yang tinggal di dalam rumah


itu?” ia menanya dirinya sendiri.
Dan alangkah terkejutnya ketika ia mengalihkan
pandangannya ke arah batu-batu gunung yang berserakkan di
tanah. Sambil mencurahkan perhatiannya ia meneliti dengan
tajam.
Diantara batu-batu gunung itu terlihat kepala manusia!
Khouw Kong Hu pun telah dapat melihat dan segera
menghampirkan ke arah tergeletaknya kepala manusia itu,
dan dengan tiba-tiba terdengar ia berseru keras.
"Kiu Ji-ko...... Kiu Ji-ko......! Masakan Ji-ko menemui ajalmu
demikian menyedihkan......???!”
Sambil berlutut di hadapan kepala manusia itu, yang
ternyata benar kepala Kiu It yang sudah terpisah dari
badannya, Khouw Kong Hu berkata kepada Ouw Lo Si.
"Si-ko, kita telah mengangkat saudara dengan Kiu Ji-ko,
dan dendam ini kitalah yang harus membalasnya!”
Ouw Lo Si menyahut sambil menggertak gigi.
"Ilmu silat Kiu Ji-tee lihay sekali, dan semua anggota
keluarganya juga pandai silat. Masakan Yo Tie ko, si Lengan
delapan, demikian lihaynya, sehingga ia dapat membunuh
sepuluh orang sekaligus?!”
Tetapi baru saja si kakek selesai berkata, terdengar
Khouw Kong Hu berseru kaget.
"Pembunuhan ini bukan dilakukan oleh Yo Tie ko! Orang-
orang yang telah dibunuhpun bukan keluarga Kiu Ji-ko saja!”

Sampul Maut 40
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan mata terbelalak, Ouw Lo Si menanya.


"Apa kata Hiantee? Aku tak mengerti......”
Sambil menunjuk ke arah satu kepala manusia lain,
Khouw Kong Hu menyahut.
"Kepala itu di sebelah kepala Kiu Ji-ko adalah kepalanya
Yo Tie ko, si Lengan delapan! Dan itu kepalanya Bee Cu Peng,
si Pedang terbang. Hai....., Bee Cu Peng yang sudah lanyut
usianya dan putih rambutnya! Nah! itu kepalanya Tong To Tit,
si Kepala berandal dari propinsi Hok-kian. Ciam Bun, si Bangau
terbang, dan dua saudara Ciok, yang bersenjata sepasang
golok. Mereka lahir pada waktu yang hampir sama, dan mati
pada waktu yang sama. Tu disana adalah kepalanya Pang
Thian Kie, si Macan belang......, dia..., dia......”
Tiap-tiap Khouw Kong Hu menunjuk satu kepala manusia,
ia menarik napas, dan kali ini ia berkata agak keras.
"Bekas bacokan di warung arak dibuat oleh Pang Thian Kie
karena aku mengenali senjatanya. Ai...... nasib manusia
siapapun tak dapat meramalkan. Setengah tahun yang lalu
aku masih menjumpainya naik perahu pesiar di telaga Tong-
teng bersama-sama kedua saudara Ciok. Tetapi kini......
mereka hanya ketinggalan kepalanya saja!”
Selama itu Ouw Lo Si hanya menggeleng-geleng kepala
sambil menarik napas.
Lalu ia menghampiri Khouw Kong Hu dan berkata.
"Semua jago-jago silat ini, meskipun aku tidak kenal,
namun mereka adalah orang-orang yang telah membikin

Sampul Maut 41
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

nama di kalangan Bu-lim. Aku sungguh tak mengerti mengapa


di kalangan Bu-lim masih ada orang yang demikian kejamnya.
Mereka dibunuh sekaligus. Apakah maksud si pembunuh
kejam itu? Tadinya aku kira dia itu Yo Tie ko adanya...... tetapi
sekarang, akupun tak dapat memecahkan kejadian yang aneh
ini. Sayang...... sayang kita datang agak terlambat, sekarang
sukar bagi kita mencari pembunuh saudara Kiu itu!”
Gedung itu masih terhias dengan lampion-lampion yang
beraneka warna, akan tetapi dengan kepala manusia
berserakan dan bau darah yang memuakkan sekali, mereka
menjadi bergidik dan emoh tinggal lama-lama di situ.
––––––––

BAB 4
ANALISIS KEMATIAN GARUDA SAKTI

Kiu It, si garuda sakti, telah membikin namanya tenar


karena ilmu silatnya yang hebat.
Tetapi ia harus menemui ajalnya dengan menyedihkan
sekali, yalah di waktu ia merayakan hari ulang tahun puteri
kesayangannya, dan semua anggota keluarganya berikut
kawan-kawan dan tamu-tamunya yang datang merayakan
telah dibunuh.
Suasana pelahan-lahan sudah mulai menjadi gelap.
Gedung, yang mungkin ramai dalam suasana perayaan
beberapa hari berselang, kini menjadi sunyi senyap, dan

Sampul Maut 42
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

seram karena sudah terjadi jagal dengan kepala-kepala


manusia berserakan dan bau darah yang amis sekali!
TIGA
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu berdiri berpandangan
tanpa bicara.
Biarpun pintar dan beraninya mereka, tetapi di tengah-
tengah keadaan yang membikin bulu roma berdiri itu, mereka
tak dapat berbuat sesuatu apapun.
Entah berapa lama mereka berdiri terpaku di situ, dan
suasana sudah menjadi tambah gelap.
Akhirnya, terdengar Ouw Lo Si berkata.
"Kiu Ji-tee telah binasa dalam keadaan yang menyedihkan
sekali! Dan membikin pembalasan adalah kewajiban kita
sebagai saudara-saudara angkatnya. Sekarang marilah kita
kubur dulu mayatnya, dengan layak, agar tidak diganggu oleh
binatang-binatang.......”
Tetapi baru saja selesai kata-kata itu diucapkan, tiba-tiba
terdengar sayup-sayup suara orang mengejek.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu jadi merandek.
Lalu terdengar lagi suara yang diucapkan dengan tegas
dan keras.
"Manusia kejam? Perbuatan yang keji sekali!”
Suara itu rupanya datang dari luar tembok, dan setelah
ucapan itu berhenti, terlihat kembang api berhamburan

Sampul Maut 43
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

seperti air hujan tumpah dari langit, disertai dengan


hembusan angin keras datang mendampar mereka!
Secepat kilat Ouw Lo Si kebut kipas bajanya melindungi
dirinya dan tinju kanannya menonjok keluar.
Khouw Kong Hu juga mengayun kedua tinjunya seolah-
olah menyerang kembang api yang datang mendampar itu.
Bukan main hebatnya jotosan-jotosan dan kebutan kipas
baja itu dan seketika itu juga tampak beberapa puluh
kembang api terdorong mundur jauh ke belakang!
Tanpa menanti datangnya musuh, si kakek segera
membentak.
"Kawan! Berhenti dulu!”
Dan dengan satu loncatan, tubuhnya sudah melayang
keluar tembok untuk mengejar serta menghajar musuh gelap
itu dengan kipas bajanya.
Tetapi pada saat yang bersamaan tampak meloncat
masuk satu bayangan seraya membentak.
"Siapa yang dapat lolos dari sini?!”
Bentakan itu disertai dengan serangan dua tinju. Tinju kiri
bayangan itu menyodok perut Ouw Lo Si dan tiba-tiba kedua
jotosan itu segera berubah mencengkeram pergelangan
tangan kanan dan menotok jalan darah di dekat jantung si
kakek!
Sungguh hebat gerakan bayangan itu, karena menyerang
sambil meloncat tak dapat dilakukan oleh sembarang jago
silat.

Sampul Maut 44
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si kakek yang dapat melihat bahaya maut, secepat kilat


menyapu serangan-serangan tersebut dengan kipas bajanya
sekuat tenaga. Demikianlah pertarungan tiga jurus itu dengan
sekejapan saja telah selesai, tetapi setelah kedua pihak
menginjak tanah lagi, dengan hampir barbareng mereka
masing-masing berseru.
"Kau......?!”
Khouw Kong Hu memperoleh kesempatan untuk melihat
bahwa musuh yang telah menyerang itu panjang rambutnya,
berpakaian jubah kuning dan berpengawakan kurus kering.
Saking kagetnya tanpa terasa ia berseru.
"Eu-yong Lo-koay!!”
Dalam suasana yang agak gelap, jago silat dari
pegunungan Kun-lun yang terkenal kejam dan jahat itu tiba-
tiba tertawa berkakakan dan berkata.
"Ohoo......! Aku kira kau ini siapa! Tidak dinyana aku
menggempur Ouw Lo Si, si ahli nujum kipas baja! Sudah
hampir duapuluh tahun kita tak berjumpa, apakah kau baik-
baik saja? Aku merasa sangat gembira dapat menguji ilmu
silatmu...... Ha ha ha!”
Tetapi setelah itu sikapnya tiba-tiba berubah beringas dan
berkata.
"Selain kau Ouw Lo Si, aku yakin jago silat lain tak dapat
melakukan pembunuhan demikian kejamnya!”
Ouw Lo Si baru saja pulih semangatnya setelah
mengetahui ia telah bertarung melawan Eu-yong Lo-koay, dan

Sampul Maut 45
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ketika mendengar tuduhan itu ia menjadi gusar dan balas


membentak.
"Selain aku, Ouw Lo Si, masih ada satu orang yang
demikian kejamnya!”
"Ha, ha, ha! Betul! Betul, selain Ouw Lo Si, masih ada aku,
Eu-yong Lo-koay yang tidak kalah kejamnya!” sahut Eu-yong
Lo-koay dengan tertawa dibikin-bikin, sehingga menimbulkan
perasaan cemas Khouw Kong Hu yang sudah siap saja
memberi bantuan kepada kakak angkatnya.
Dengan nada mengejak, si kakek berkata lagi.
"Perbuatan yang kejam dan keji itu, hanya aku atau kau
saja yang dapat melakukannya!”
Eu-yong Lo-koay menatap si kakek, lalu ia berkata
sungguh-sungguh.
"Aku tak mengetahui siapa pembunuh Kiu It! Percayalah
bukan aku yang melakukan perbuatan kejam itu! Aku dan
saudara angkatmu tak manyimpan dendam, hanya...... tersiar
kabar di kalangan Kang-ouw bahwa kau, Ouw Lo Si, telah
memiliki mustika Ciam-hua-giok-siu! Jika betul demikian, aku
minta pinjam benda ajaib itu, dan aku segera akan berlalu dari
sini. Aku berjanji akan mengembalikannya setelah lewat satu
tahun. Jika tidak......”
"Jika tidak bagaimana?!” Ouw Lo Si mendahului menanya
dengan gusar.

Sampul Maut 46
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika tidak...... kita terpaksa harus melanjutkan


pertarungan yang tidak terjadi pada duapuluh tahun yang
lampau!” kata Eu-yong Lo-koay.
Ouw Lo Si merasa heran mengapa Eu-yong Lo-koay yang
jarang keluar dari tempat pertapaannya telah datang juga ke
tempat Kiu It itu.
"Apakah dia yang telah melakukan pembunuhan?” ia
menduga-duga di dalam hati.
"O...... kau datang ke sini dengan maksud mengambil
Ciam-hua-giok-siu?” akhirnya ia menanya.
Eu-yong Lo-koay tertawa gelak-gelak dan menyahut.
"Betul!”
"Benda yang kau ingini itu memang ada, tetapi kau telah
datang ke tempat yang salah,” kata Ouw Lo Si. "Kau mengaku
bahwa kau tidak melakukan pembunuhan ini, dan mengingat
kedudukanmu, aku percaya. Tetapi Ciam-hua-giok-siu berada
di kampung Tan-kwi-san-cong di pegunungan Hoa-san. Kau
barusan bilang ingin menguji ilmu silatku, aku Ouw L.o Si akan
memenuhi permintaanmu itu sekarang!”
Eu-yong Lo-koay masih terus tertawa dan berkata lagi.
"Benda itu bagus sekali! Dan aku tidak pergi ke tempat
yang keliru. Hanya kau yang bicara salah!”
"Apakah perkataanku salah?” tanya Ouw Lo Si.
"Di kalangan Kang-ouw, semua orang berkata bahwa
Ciam-hua-giok-siu telah diperoleh Kong-ya Coat yang, telah
mengundang para jago silat untuk mengadu ilmu silat di

Sampul Maut 47
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tempatnya nanti pada pertengahan musim gugur. Ha, ha, ha,


sungguh lucu sekali, dikatakan bahwa Kong-ya Coat akan
menghadiahkan Ciam-hua-giok-siu kepada pemenang dari
pada pertemuan yang ia selenggarakan itu. Tetapi beberapa
orang telah juga mengetahui bahwa Kong-ya Coat telah
tertipu......”
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu, menjadi terperanjat
mendengar keterangan itu.
"Apakah Kong-ya Coat tertipu oleh Kiu It?” tanya si kakek.
Eu-yong Lo-koay tampaknya mendongkol sekali.
"Kiu It dapat menipu Kong-ya Coat, tetapi dia tak dapat
menipu aku! Hanya sayang aku telah datang terlambat.
Sekarang aku mengerti.”
"Akupun sudah mengerti!” kata Ouw Lo Si.
"Kau mengerti apa?” tanya Eu-yong Lo-koay dengan
heran.
"Aku mengerti bahwa pembunuhan yang kejam ini bukan
dilakukan olehku, maupun olehmu......” kata Ouw Lo Si, lalu
dengan beringas dan nada yang keras ia berseru.
"Kejam! Betul-betul kejam! Jika Kiu It bersalah atau
berdosa, mengapa semua anggota keluarganya dibunuh juga?
Dan mengapa kawan-kawan dan tamu-tamunya, juga
dibunuh?! Kiu Ji-tee! Kiu Ji-tee! Jika kelak aku tidak membikin
pembalasan, aku ini sesungguhnya bukan satu laki-laki!”
Setelah keadaan agak reda, Eu-yong Lo-koay lalu
menanya.

Sampul Maut 48
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Siapakah pembunuhnya? Masakan Kong-ya Coat??”


"Tidak salah! pembunuh yang maha kejam itu yalah Kong-
ya Coat yang selalu sesumbar, menjalankan kebajikan!” sahut
si kakek.
Dan sambil menunjuk kepada huruf-huruf yang berbunyi.
"Kematian bagi orang yang menipu!”
Ouw Lo Si melanjutkan. "Kong-ya Coat selalu sesumbar ia
tak ingin menjagoi di kalangan Bu-lim dan tak ingin mencari
keuntungan untuk diri sendiri. Tetapi semua jago-jago silat di
seluruh negeri telah mengetahui bahwa daerah di kedua
pinggir sungai Tiang-kang ini adalah di bawah kekuasaannya
orang-orang Kong-ya Coat yang bermarkas di Tan-kwi-san-
cong di pegunungan Hoa-san. Setelah mengetahui bahwa ia
telah tertipu, ia segera datang ke Hui-ing-san-cong ini dan
membikin perhitungan. Dan sebelum berlalu ia menulis huruf-
huruf tersebut dengan darah manusia untuk mengunjuk gigi!”
Eu-yong Lo-koay mendengari sambil manggut-manggut
"Betul! Tidak percuma kau dijuluki Sai-cu-kat!” katanya.
"Pemandanganmu tidak di bawah Cu-kat Kong Beng dahulu.
Mungkin benar apa katamu bahwa Ciam-hua-giok-siu kini
berada di tangan Kong-ya Coat. Jika demikian pertemuan Tan-
kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee pada pertengahan
musim gugur, akupun ingin turut hadir!”
Perkataan tersebut diakhiri dengan kebutan lengan baju
jubah kuningnya, dalam sekejapan saja ia telah meloncat
melalui tembok dan pergi entah ke mana!

Sampul Maut 49
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah Eu-yong Lo-koay pergi, si kakek meraba-raba dua


mustika yang ia simpan baik-baik dalam saku di dada
jubahnya.
Lalu ia berkata kepada Khouw Kong Hu yang masih belum
sadar akan kejadian-kejadian yang ganjil lagi kejam di
sekitarnya itu.
"Ciam-hua-giok-siu telah tersembunyi banyak tahun.
Bagaimana dapat diperoleh Kong-ya Coat? Dan ada hubungan
apakah benda itu dengan Kiu Ji-tee? Apakah Khouw Hiantee
dapat memberi keterangan kepadaku?”
Khouw Kong Hu menundukkan kepalanya, berpikir
sebentar lalu menyahut.
"Semenjak Thian-hiang-sian-cu meninggal dunia, soal tiga
mustika itu tidak lagi diketahui orang. Hanya tersiar kabar Cu-
gan-tan dan Tok-beng-oey-hong berada di tangan ketiga
jahanam Tong-coan-sam-ok. Cara diperolehnya benda-benda
tersebut tiada seorangpun yang mengetahui. Namun cara
Kong-ya Coat memperoleh Ciam-hua-giok-siu, hampir tiap-
tiap orang di kalangan Bu-lim telah mengetahuinya.
Sebetulnya sarung tangan ajaib itu tersembunyi dalam tangan
Cia It Hok, si pedang sakti, yang sekarang jarang muncul di
kalangan Bu-lim.”
"Setelah memperoleh mustika itu, tentu Cia It Hok tidak
sesumbar. Bagaimana Kong-ya Coa dapat mengetahuinya?”
tanya Ouw Lo Si.
Mendengar pertanyaan itu Khouw Kong Hu bersenyum,
lalu menjelaskan bahwa partai Tiang-pek-kiam yang dipimpin

Sampul Maut 50
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

oleh Cia It Hok kini pamornya sudah mulai turun. Dahulu


partai itu tergolong sebagai salah satu kesembilan partai silat
yang sangat dimalui. Partai yang dulunya tenar itu tahun yang
lalu telah menghadapi tiga soal yang sulit.
Cia It Hok sebagai pemimpin partai tersetut tak dapat
memecahkan soal-soal itu, dan dengan terpaksa ia harus
meminta pertolongan orang lain.
Maka diumumkan agar diketahui oleh semua partai silat
atau jago-jago silat bahwa barang siapa yang dapat
membantu partai Tiang-pek-kiam mengatasi ketiga kesulitan
tersebut, akan diberi hadiah mustika Ciam-hua-giok-siu.
Cia It Hok tidak menjelaskan apa ketiga soal yang sulit itu,
namun daya tarik Ciam-hua-giok-siu terlampau kuat, sehingga
telah membuat banyak sekali orang-orang di kalangan Bu-lim
pergi menawarkan pertolongan mereka kepada partai itu.
"Dan ketika banyak jago-jago silat datang ke partai Tiang-
pek-kiam, Cia It Hok mengumumkan bahwa kesulitan-
kesulitan partaynya telah dapat pertolongan Kong-ya Coat
yang telah berhasil membereskan kesulitan-kesulitan itu,
dengan demikian mustika itu telah jatuh ke dalam tangan si
orang she Kong-ya yang segera membawa hadiahnya itu ke
pegunungan Hoa-san,” kata Ouw Lo Si.
Khouw Kong Hu lalu mengerutkan keningnya seraya
menanya.
"Setelah Kong-ya Coat memiliki mustika itu, ia
merencanakan segala sesuatu untuk menyelenggarakan

Sampul Maut 51
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee. Soal ini


ada hubungannya apa dengan Kiu Ji-ko??
Ouw Lo Si berpikir sejenak.
Tiba-tiba ia mengangkat kedua alisnya dan berkata.
"Bukankah Cia It Hok mempunyai sutee (saudara
seperguruan) dan terkenal sebagai si garuda putih yang
bernama Pek Tiong Thian?”
Seperti orang yang baru sadar, Khouw Kong Hu
menyahut.
"Betul! pada limabelas tahun yang lalu Pek Tiong Thian
telah dibikin pincang oleh ketiga saudara dari partai Kong-
tong-sa-kiam, dan setelah kejadian itu, namanya pelahan-
lahan lenyap dari kalangan Kang-ouw, namun aku yakin ia
belum meninggal dan kini tinggal bernaung di bawah
perlindungan saudara seperguruannya Cia It Hok. Akupun
yakin ia mengetahui seluk beluknya Ciam-hua-giok-siu.”
"Dan Pek Tiong Thian sebelum dia menjadi cacad, sangat
erat hubungannya dengan Kiu Ji-tee,” kata Ouw Lo Si. “Lagi
pula di kalangan Kang-ouw mereka berdua terkenal sebagai
sepasang garuda dari utara dan selatan. Mungkin Kiu Ji-tee
mengetahui kesulitan partai Tiang-pek-kiam dari Pek Tiong
Thian karena ia sendiri tak dapat membantu maka ia minta
bantuan Kong-ya Coat, yang mau juga datang membantu
karena mengingat hadiahnya saja. Setelah itu mungkin timbul
salah mengerti, Kong-ya Coat jadi gusar karena merasa
tertipu......”
Si kakek menarik napas, lalu meratap.

Sampul Maut 52
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kiu Ji-tee...... Kiu Ji-tee..... jika kau ingin sekali mustika


itu, mengapa tidak berunding dulu dengan aku? Sekarang kau
sudah menjadi mayat dan tak dapat berunding lagi......”
Cara si kakek menarik kesimpulan dari peristiwa-peristiwa
yang telah lampau sangat dikagumi oleh saudaranya itu,
memuji.
"Ouw Si-ko, kau betul-betul Cu-kat Kong Beng, Akupun
kira peristiwa ini demikian jalannya, hanya......”
"Hanya apa, Khouw Hiantee?” tanya Ouw Lo Si.
"Hanya tidak terduga jalannya peristiwa begitu rumit dan
akibatnya menyedihkan sekali. Disamping Eu-yong Lo-koay,
aku yakin masih banyak jago-jago silat yang akan datang ke
tempat Kong-ya Coat untuk memperebutkan Ciam-hua-giak-
siu. Maka kitapun tak mudah memperolehnya!” kata Khouw
Kong Hu.
Si kakek tampak bersenyum dan menghibur saudaranya,
"Hiantee, kau salah dalam hal ini,” katanya "Tugas kita
sekarang yalah mengubur Kiu Ji-tee dulu dengan layak, lalu
kita harus pergi ke pegunungan Hoa-san sebelum
pertengahan bulan depan. Asal tidak terbit perubahan, maka
Ciam-hua-giok-siu sudah berada di dalam kantong kita dalam
waktu satu bulan ini!”
Khouw Kong Hu menjadi terbengong menyaksikan sikap
kakak angkatnya itu.

Sampul Maut 53
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Soal yang rumit serta sulit itu telah dianggapnya remeh


sekali, seolah-olah usaha merebut Ciam-hua-giok-siu nanti di
pegunungan Hoa-san sangat mudahnya!
Setelah mayat Kiu It itu dikubur, pada esok harinya di
waktu fajar, mereka memperhatikan bahwa di antara kepala-
kepala dari mayat-mayat itu tidak satupun dapat dikenali
sebagai puteri kesayangan Kiu It. Tetapi mereka tak terlalu
menghiraukan akan hal ini.
◄Y►
Satu bulan lewat dengan pesatnya, tatkala itu Ouw Lo Si
dan Khouw Kong Hu sudah berada di atas suatu perahu
menuju ke tempat Kong-ya Coat.
Di atas dek di haluan perahu, terdengar Ouw Lo Si berkata
kepada saudaranya.
"Pada waktu matahari baru terbit pemandangan di kedua
tepi sungai ini lebih permai kelihatannya. Hiantee untuk
sementara ini kau tak usah memikiri sesuatu, kau harus
membuka kedua matamu menikmati pemandangan yang
indah ini!”
Selama satu bulan itu Khouw Kong Hu! Senantiasa
memikiri kawan-kawannya yang telah mati dibunuh di tempat
kediaman Kiu It, dan ia menjadi gelisah menghadapi
pertemuan yang diselenggarakan oleh Kong-ya Coat
Tetapi waktu mengingat si kakek sudah membikin
persiapan untuk menghadapi segala sesuatu, maka ia sebagai
saudara angkatnya harus juga ikut semua dengan hati tabah.

Sampul Maut 54
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mendengar permintaan si kakek, mau tak mau ia harus


menghampiri dan turut menikmati pemandangan di sekitar
sungai itu yang memang indah dan permai.
Si kakek bersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Khouw
Kong Hu.
"Sebetulnya pegunungan Hoa-san ini tidak terkenal,”
katanya. "Tetapi semenjak pelajar Li Pek membuat sajak
memuji-muji, maka Hoa-san menjadi termasyur. Selama
sepuluh tahun ini aku telah tinggal terpencil di pegunungan
Tay-piet-san. dan banyak waktu aku lewatkan dengan
membaca buku-buku sastra dan syair-syair kuno, dan banyak
pula petunjuk-petunjuk yang aku peroleh dari buku-buku itu.
Tetapi aku ini adalah seorang dari dunia Kang-ouw dan aku
yakin akupun harus mati sebagai seorang Kang-ouw juga!”
Khouw Kong Hu menjadi bermuram durja tatkala
mendengar ucapan terakhir itu, karena kata-kata Ouw Lo Si
itu seolah-olah menentukan juga nasibnya sendiri sebagai
orang yang berkecimpungan di dunia Kang-ouw.
Ouw Lo Si tertawa geli menyaksikan sikap saudaranya itu.
"Hiantee, jangan khawatir, kita masih akan lama hidup di
dunia ini!” katanya.
––––––––

BAB 5
RAHASIA KETANGGUHAN CIAM-HUA-GIOK-SIU

Sampul Maut 55
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Dan selama kita masih hidup, yang terpenting yalah kita


harus melaksanakan idam-idaman kita. Jika mungkin harus
dapat membuat sesuatu yang dapat kita wariskan......,
bukankah pepatah kuno mengatakan.

"Macan mati meninggalkan kulit,


manusia mati meninggalkan nama?”

Tetapi Khouw Kong Hu masih tetap membisu.


Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi dari kejauhan.

"Secangkir arak ini tak dapat ditolak,


Karena hari ini adalah hari libur,
Jika merasa penghidupan akan menjadi rusak,
Mungkin secangkir arak ini dapat menghibur......”

Ouw Lo Si merandek mendengar nyanyian itu, dan


menatap Khouw Kong Hu.
Di hadapannya berlayar satu perahu nelayan, di atas
perahu itu tampak satu orang duduk di haluan perahu sambil
minum arak dan memegangi satu guci.
Meskipun kedua perahu tersebut terpisah agak jauh,
namun Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu dapat melihat tegas
bahwa yang tengah duduk di haluan perahu itu adalah
seorang Tojin (pendeta).
Tidak lama kemudian, tampak satu perahu lain yang
bertiang layar dua, yang agaknya tengah mengejar perahu si

Sampul Maut 56
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tojin, dan ketika perahu tersebut sudah berendeng dengan


perahu nelayan, tampak seorang laki-laki yang mengenakan
pakaian berwarna ungu meloncat ke atas perahu nelayan itu.
Setelah berada di atas perahu yang dikejarnya, orang itu
segera menghampiri si tojin dan membungkukkan tubuhnya
menghaturkan hormat.
Karena jaraknya cukup dekat maka Ouw Lo Si dan Khouw
Kong Hu dapat mendengar si tojin yang mendahului berkata
sambil tertawa.
"Sun ji-ya, kau salah. Aku hanya sedang menikmati
pemandangan di sepanjang sungai ini. Jago-jago silat yang
kamu nantikan berada di atas perahu di depan kita......”
Orang yang berpakaian ungu itu mengalihkan
pandangannya dan menatap Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu,
dan kemudian terdengar ia berseru.
"Ouw Locianpwee! Khouw Tay-hiap!”
Segera ia meloncat dengan gesit ke perahunya sendiri,
dan segera mengejar perahu si kakek.
"Kedua Locianpwee mungkin masih ingat kepadaku,”
katanya nyaring.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu merasa heran bahwa
orang itu yang berpengawakan tinggi besar, hidung dan
mulutnya lebar, besar kedua matanya, mengenal dan bersikap
sangat hormat terhadap mereka.

Sampul Maut 57
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku Sun Ceng menghaturkan hormat dan selamat datang


serta menyambut kedatangan kedua Locianpwee,” kata lagi
orang itu.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu membalas memberikan
hormat, tetapi masih juga tidak ingat akan orang itu.
Sun Ceng dapat melihat keraguan kedua tamunya itu,
maka ia lekas berkata.
"Beberapa belas tahun berselang, aku mengikuti guruku
pergi ke Gak-yo, dan pernah menjumpai kedua Locianpwee.
Hari ini aku merasa beruntung sekali dapat menjumpai lagi!”
Ouw Lo Si terharu dan mulai ingat akan peristiwa di Gak-
yo itu. "Apakah gurumu bukan Yen Tay-hiap?” tanyanya.
"Sudah lama kita tak bertemu, apakah beliau baik-baik saja?”
Sun Ceng menundukkan kepalanya, dan menyahut
dengan suara sedih.
"Guruku sudah tujuh tahun meninggal dunia!”
Ouw Lo Si menjadi terkejut.
"Aku ini sudah sepuluh tahun tidak berkelana di kalangan
Kang-ouw, maka aku tidak mengetahui jika Yen Tay-hiap telah
meninggal dunia. Ketika di Gak-yo, kau masih kecil, tetapi
sekarang kau sudah menjadi besar dan gagah lagi!”
Khouw Kong Hu juga mulai ingat akan peristiwa di Gak-yo
dan ia mengetahui bahwa Sun Ceng ini adalah murid satu-
satunya yang dapat mewariskan ilmu silat Yen Tay-hiap.
Dari percakapan mereka yang dilanjutkan kemudian,
diketahui bahwa setelah Yen Tay-hiap meninggal dunia, Sun

Sampul Maut 58
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ceng telah diterima oleh Kong-ya Coat sebagai muridnya, dan


pada waktu itu ia ditugaskan untuk menyambut para tamu
yang akan menghadiri pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-
gwat-ta-hwee.
Khouw Kong Hu dan Ouw Lo Si memang sedang menuju
ke pertemuan tersebut, maka mereka telah menerima
tawaran Sun Ceng untuk naik ke perahunya yang bertiang
layar dua itu.
Dari Sun Ceng mereka mengetahui bahwa Tojin yang
doyan arak itu, yang baru saja berjumpa, bernama Si Lam, si
pemabok.
Kong-ya Coat telah menyiapkan tempat-tempat untuk
menyambut para tamu berkenaan dengan pertemuan Tan-
kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee nya. Siapa saja yang
telah mencatat nama di tempat tersebut tentu akan disambut
dengan selayaknya.
Si pemabok Si Lam, meskipun tidak mencatat nama,
namun ia kebetulan tiba di tempat pencatatan itu.
Sun Ceng yang ketika itu kebetulan ditugasi menerima
tamu, dan melihat bahwa Si Lam itu juga seorang jago silat,
telah mengundangnya.
Undangan itu tidak ditolak oleh si pemabok, ia masuk dan
dijamu dengan hidangan yang lezat dan arak yang telah
disimpan lama, sehingga mabok dan tertidur di tempat
tersebut. Dan sikap demikian dianggap biasa oleh Sun Ceng.
Tetapi pada esok harinya Si Lam telah berlalu tanpa pamit
lagi, maka Sun Ceng yang merasa heran telah mengejarnya di

Sampul Maut 59
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sungai itu, sebagaimana telah dituturkan di atas, di mana si


pemabok telah menjumpai Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu
yang sedang menuju ke tempat pertemuan.
Perahu yang bertiang layar dua itu meluncur pesat sekali,
sesaat kemudian tibalah mereka di satu pinggiran.
Sun Ceng dengan hormat menyilahkan kedua tamunya
turun untuk kemudian dipimpinnya mendaki perjalanan
pegunungan yang menuju ke markas Kong-ya Coat.
Sam-kiat-sian-seng (si dewa sakti) Kong-ya Coat adalah
seorang terpelajar berbareng menjadi seorang ahli pedang
yang lihay di ibu kota Kauw-seng semasa mudanya.
Kemudian ia membangun markas besarnya di puncak Pit-
ka-hong di pegunungan Hoa-san, yang diberi nama Tan-kwi-
san-cong.
Dengan Sun Ceng sebagai pemimpin jalan, maka
perjalanan itu dapat ditempuh dengan lancar.
Sun Ceng yang melihat si kakek Ouw dapat meneruskan
perjalanan di pegunungan itu dengan mudah meskipun
kakinya pincang sebelah, merasa kagum sekali akan ilmu
meringankan tubuh kakek itu.
Setelah menempuh banyak jalan-jalan yang sempit,
jurang dan tebing yang melalui lobang-lobang yang dalam,
akhirnya tibalah mereka di puncak Pit-ka-hong.
Dari jauh sudah terlihat punjung-punjung dan bangunan-
bangunan yang indah di atas tanah datar puncak tersebut.
Dan itulah Tan-kwi-san-cong, markas besar Kong-ya Coat.

Sampul Maut 60
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Melihat bangunan-bangunan yang indah dengan


pemandangan yang permai sebagai latar belakangnya, Ouw Lo
Si dan Khouw Kong Hu menjadi kagum sekali akan ketekunan
dan perhatian Kong-ya Coat membangun markasnya itu.
Ketika hampir tiba di depan markas tersebut, mereka
melihat beberapa puluh batu gunung yang besar-besar
berserakan. Dan batu-batu terebut merupakan jebakan-
jebakan bagi orang-orang yang hendak masuk tanpa idzin.
Betul saja ketika sudah dekat pintu masuk, terdengar Sun
Ceng berseru.
"Aku Sun Ceng melaporkan kepada pemimpin markas
muda, bahwa Ouw Locianpwee dan Khouw Tay-hiap sudah
tiba!”
Sejenak kemudian terdengar dari dalam gedung itu, suara
gembreng berbunyi gaduh sekali.
Sambil bersenyum Sun Ceng berkata kepada kedua
tamunya. "Pemimpin markas kita akan segera keluar
menyambut kedua Locianpwee!”
Belum selesai pemberitahuannya, ketika terdengar suara
orang tertawa berkakakan dari dalam gedung itu.
Lalu pintu tembok yang melingkari bangunan-bangunan
itu terbuka, dan seorang yang berperawakan kurus jangkung,
berparas pucat pasi, berjenggot panjang dan berjubah kain
sutra yang indah berjalan pelahan-lahan melalui batu-batu
gunung yang besar-besar dan berserakan di depan markas itu.

Sampul Maut 61
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ouw Tay-hiap,” kata orang itu. "Sudah lama kita tidak


berjumpa di kalangan Kang-ouw, selama sepuluh tahun ini
tay-hiap tentu sudah menikmati penghidupan yang tenang.
Aku Kong-ya Coat merasa beruntung sekali memperoleh
kesempatan menjumpaimu lagi!”
Sambutan yang diucapkan dengan suara yang nyaring dan
susunan kata-kata yang rapi itu membikin Ouw Lo Si, si ahli
nujum kipas baja, terperanjat.
"Aku Ouw Lo Si telah bersembunyi karena banyak
dosaku!” kata si kakek. "Aku tak dapat dipersamakan dengan
saudara Kong-ya yang sangat beruntung dapat tinggal di-
istana serupa ini, dan menikmati penghidupan dengan
tenang!”
Setelah membungkukkan tubuhnya memberi hormat, lalu
Kong-ya Coat mempersilahkan kedua tamunya masuk ke
dalam markasnya yang kokoh dan indah itu.
Meskipun ruangan depan itu besar sekali, tetapi
perabotannya seperti kursi, meja dan sebagainya sangat
terbatas.
Suasana di dalam ruangan itu seperti suasana di dalam
suatu hall saja tampaknya!
Ouw Lo Si mengenal Kong-ya Coat cukup lama, tetapi
markas besarnya, Tan-kwi-san-cong, adalah untuk pertama
kali inilah dikunjunginya, dan kekagumannya tak terhingga
setelah menyaksikan kemegahan tempat tersebut!
EMPAT

Sampul Maut 62
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tanpa ditanya Kong-ya Coat sudah mulai menjelaskan dan


berbareng mengajukan pertanyaan.
"Pertemuan Tan-kwi-piauw-song-gwat-ta-hwee masih ada
delapan hari lagi dilangsungkannya. Kedua saudara sudah
datang lebih dulu dari yang lain-lain, apakah ada urusan yang
harus kita rundingkan dulu?”
"Ada!” suhut Khouw Kong Hu yang berwatak berangasan.
"Ha, ha, ha!” tertawa Kong-ya Coat. "Aku kira kedua
saudara ini datang ke sini, jika bukannya ingin turut serta
dalam pertemuan mengadu silat, tentu karena tertarik oleh
Ciam-hua-giok-siu!”
Ouw Lo Si bersenyum getir dan menyahut.
"Aku sudah lama mendengar tentang Ciam-hua-giok-siu.
Oleh karena tertarik dengan mustika yang dikatakan sangat
mujizat maka kita telah datang ke sini lebih dulu dari yang
lain-lain.”
Ia berhenti sejenak untuk kemudian melanjutkan dengan
nada lemah lembut.
"Apakah saudara Kong-ya tidak berkeberatan untuk
memperlihatkan mustika itu kepada kita berdua?”
"Ha, ha, ha!” Kong-ya Coat tertawa lagi. "Jika orang lain
yang mengajukan permintaan demikian, aku harus berpikir-
pikir dulu, tetapi sekarang Ouw Tay-hiap yang minta...... Ha,
ha, ha! ......Tentu, tentu boleh......”
Lalu ia menoleh ke belakang, menepuk kedua tangannya
seraya berkata dengan keras.

Sampul Maut 63
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Lekas-lekas beritahukan pemimpin markas muda untuk


lekas-lekas keluarkan Ciam-hua-giok-siu!”
Perintah itu segera dilaksanakan oleh seorang muridnya.
Sejenak komudian, dari belakang ruangan itu berjalan
keluar seorang pemuda yang berpakaian sutra halus. berparas
putih bersih, kedua alisnya hitam dan tebal, matanya bersinar
tajam, dan kedua tangannya memegang satu kotak yang
dibuat dari batu giok, lebih kurang duapuluh lima sentimeter
pesegi.
Khouw Kong Hu segera dapat mengenali bahwa pemuda
itu adalah jago silat yang belum lama membikin nama di
kalangan Kang-ouw, putera angkat Kong-ya Coat yang
bernama Kong-ya Kim alias si burung walet perak penghalau
roh!
Begitu berdiri di hadapan kedua tamu ayah angkatnya,
Kong-ya Kim segera membungkukkan tubuhnya
menghaturkan hormat.
Lalu Kong-ya Coat berkata.
"Banyak orang di kalangan Kang-ouw telah mengetahui
kemujizatan Ciam-hua-giok-siu, Ouw Tay-hiap yang terkenal
sekali di kalangan tersebut tentu juga sudah mengetahuinya!”
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu menatap kotak itu dengan
hati berdebar-debar.
Jika kita memiliki suatu mustika yang dapat menghalau air
dan api, memunahkan racun binatang, ular atau serangga

Sampul Maut 64
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang berbisa dan mengelakan senjata rahasia, maka kita


dapat manjagoi di kalangan Bu-lim!” kata Ouw Lo Si.
Sambil mengelus-elus jenggotnya yang panjang, Kong-ya
Coat berkata.
"Tay-hiap betul berpengetahuan luas!”
Lalu ia mengambil kotak batu giok itu dari tangan Kong-ya
Kim, yang segera berlalu dari ruangan itu.
Dengan tenang Kong-ya Coat membuka kotak itu, dan
mengulur tangannya yang lain untuk merogoh ke dalam kotak
itu.
Sejenak kemudian tangannya yang dipakai merogoh itu
telah memegang satu sarung tangan yang putihnya laksana
batu pualam.
Adapun jempol dan telunjuk sarung tangan itu
membengkok, sedangkan keempat jari yang lain lurus.
Bagus sekali sarung tangan itu, entah dari bahan apa
dibuatnya. Itulah Ciam-hua-giok-siu yang dibuat rebutan oleh
orang-orang di kalangan Bu-lim!
Pada saat yang sama Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu dapat
mengendus suatu harum yang ganjil, yang keluar dari kotak
itu!
Berselang beberapa saat lamanya, tampak Kong-ya Kim
masuk lagi ke ruangan itu sambil membawa satu kantong
yang dibuat dari pada kulit macan tutul dan di belakangnya
tampak empat orang laki-laki yang berpengawakan tegap dan
berpakaian serba hitam.

Sampul Maut 65
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kedua pengikut itu menggotong satu anglo dengan api


yang menyala-nyala dan kedua yang lain membawa satu
tahang air bening. Anglo dan tahang air tersebut diletakkan di
tengah-tengah ruangan.
"Saudara Ouw dan saudara Khouw yang terhormat,” kata
Kong-ya Coat sambil bersenyum, "Saksikanlah kemujizatan
Ciam-hua-giok-siu ini!”
Lalu dengan sarung tangan ajaib itu di tangannya, ia
bertindak pelahan-lahan menghampiri anglo yang apinya
berkobar dan menjilat-jilat.
Yang aneh yalah, tiap-tiap tindak ia mendekati anglo itu,
api dalam anglo agaknya berkurang berkobar dan panasnya!
Ketika ia melonjorkan sarung tangan itu ke atas anglo
tersebut, maka api yang sedang menyala-nyala itu terpisah
menjadi dua bagian, seolah-olah sebilah pisau tajam
membelah agar-agar saja tampaknya dan sejenak kemudian
api itupun padam sama sekali!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu jadi terpesona
menyaksikan adegan yang hebat itu.
Kong-ya Coat tampak sudah berjalan lagi, kali ini ia
menghampiri tahang air.
Air di dalam tahang tampak tenang-tenang saja, tetapi
setelah Kong-ya Coat menyemplungkan sarung tangannya ke
dalam tahang air yang tadinya tenang itu menjadi bergolak-
golak untuk kemudian meluap dari tahang, namun tangan
atau pakaian Kong-ya Coat tidak basah atau terkena setetes
airpun!

Sampul Maut 66
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Mujizat! Mujizat sekali!” teriak si kakek. "Selama hidupku


belum pernah aku menyaksikan benda mujizat serupa itu!”
Kong-ya Coat tampak puas sekali, ia lalu berkata dengan
tenang.
"Memadamkan api dan menghalau air adalah hasil yang
menakjubkan, namun di samping itu semua Ciam-hua-giok-siu
masih memiliki sifat kemujizatan lain! Yalah merampas
senjata rahasia yang biasa atau yang sangat beracun sama
mudahnya seperti kita membalikan telapak tangan!”
Dan sambil menoleh kepada Kong-ya Kim ia berkata lagi.
"Kim-ji, Ouw Locianpwee, si kipas baja, dan Khouw
Locianpwee, si gaetan baja, adalah ahli-ahli melepaskan
senjata-senjata rahasia. Misalnya ilmu To-sai-ban-thian-sing
(Menyebar bintang di angkasa) dari Ouw Locianpwee dan
senjata rahasia Bo-hong-yan-bie-tin (Jarum sakti) dari Khouw
Locianpwee. Ilmu-ilmu tersebut telah menggetarkan kalangan
Kang-ouw pada waktu-waktu yang lampau. Kau dapat
mempertunjukkan semua senjata rahasiamu, lalu minta kedua
Locianpwee ini memberikan petunjuk-petunjuk yang berharga
kepadamu......”
Setelah berkata demikian, Kong-ya Coat lalu memegang
Ciam-hua-giok-siu di depan dadanya,
Kong-ya Kim membungkukkan tubuhnya memberi hormat
sambil berkata.
"Kedua Loijianpwee yang terhormat, harap Locianpwee
suka memberi petunjuk-petunjuk, aku akan segera

Sampul Maut 67
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mempertunjukkan kepandaian melontarkan senjata rahasiaku


yang tidak seberapa ini!”
Setelah itu, dari kantong kulit macan tutul ia mengambil
sesuatu dan secepat kilat tampak kembang api seperti
bintang-bintang menyemprot keluar dari telapak tangannya.
Lontaran ini disertai dengan gerak-gerik kedua tangan dan
langkah ke kiri dan ke kanan.
Bintang-bintang perak itu menyerang seluruh tubuh Kong-
ya Coat, yang tampak hanya berdiri tenang-tenang bahkan
sambil bersenyum, dan semua bintang-bintang perak itu
tertarik ke arah telapak sarung tangan ajaibnya, setelah itu
dengan satu kebatan saja semua senjata rahasia yang
dilontarkan oleh Kong-ya Kim jatuh berarakan di lantai.
Cara Kong-ya Kim melepaskan senjata-senjata rahasia
cepat dan dahsyat sekali tetapi sarung tangan ajaib itu dapat
menarik semua senjata-senjata itu dengan lebih cepat lagi!
Bukan main terperanjatnya Ouw Lo Si dan Khouw Kong
Hu setelah menyaksikan kemujizatan itu!
Kong-ya Coat menaruh kembali sarung tangan ajaibnya ke
dalam kotak.
"Ciam-hua-giok-siu adalah mustika yang sukar diperoleh,”
katanya. "Tetapi siapa saja yang dapat menjagoi di pertemuan
Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee nanti, akan
kupersembahkan Ciam-hua-giok-siu sebagai hadiah!”
"Perbuatan demikian harus dipuji,” kata Ouw Lo Si.
"Tetapi...... bukankah mustika itu telah kau peroleh dengan

Sampul Maut 68
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

susah payah dan mungkin juga setelah membunuh banyak


jiwa?! Jika kau rela menghadiahkan mustika itu kepada
pemenang dari pertemuan adu silat yang kau selenggarakan
itu, aku betul-betul tidak dapat mengerti sikapmu ini!”
"Akupun tak dapat mengerti ucapanmu itu!” kata Kong-ya
Coat dengan gusar.
Khouw Kong Hu yang berangasan tiba-tiba berdiri tegak
dari tempat duduknya dan membentak.
"Maksud kedatanganku di sini bukan untuk menghadiri
pertemuan adu silat seperti mungkin yang kau duga! Dan juga
bukan untuk merebut Ciam-hua-giok-siu! Kita telah datang
untuk menanyakan tentang dibunuhnya saudara angkat kita,
Kiu It beserta keluarga dan beberapa puluh jiwa lain di tempat
kediamannya, Hui-ing-san-cong!!”
Kong-ya Coat jadi merandek mendengar kata-kata itu,
yang seolah-olah menuduhnya telah melakukan pembunuhan.
"Kouw Tay-hiap! Kau telah datang dari tempat yang jauh,
dan aku telah menyambut dengan hormat. Tetapi jika Khouw
Tay-hiap menyebut-nyebut urusan yang aku sendiri tidak
mengetahui sama sekali, dan seolah-olah menuduh aku yang
melakukan pembunuhan itu, aku terpaksa harus mengusirmu
keluar dari sini!” bentaknya dengan gusar.
Belum lagi Khouw Kong Hu menyahut, Kong-ya Coat telah
berkata lagi.
––––––––

Sampul Maut 69
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 6
KERUMITAN PARTAI TIANG-PEK-KIAM

"Aku Kong-ya Coat sudah beberapa bulan TIDAK keluar


dari Tan-kwi-san-cong ku ini, dan aku tak mengetahui sama
sekali tentang pembunuhan di markasnya saudara Kiu It.
Maka jika Khouw Tay-hiap tanpa menyelidiki terlebih dulu dan
tanpa bukti-bukti yang nyata menuduh aku, akupun minta
penjelasan!”
"Aku Khouw Kong Hu takkan menuduh orang dengan
membabi-buta!” bentak si gaitan baja. "Sebagai seorang
kesatria, kau harus mengakui perbuatanmu itu. Kau tak dapat
menyangkal begitu saja!”
"Hah! Menyangkal?!! Perbuatanku?!!” tanya Kong-ya
Coat dengan gugup. "Khouw Tay-hiap! Aku minta penjelasan,
atau kau takkan keluar dari ruang ini dalam keadaan hidup!”
Dengan sikap siap sedia dan geregetan, Khouw Kong Hu
ingin menuturkan pembunuhan di tempat Kiu It, tetapi Ouw
Lo Si meredakan suasana dengan berkata.
"Banyak orang telah mengetahui bahwa Kong-ya Tay-hiap
tidak pernah berbuat keji semenjak berkecimpungan di
kalangan rimba persilatan. Tetapi hari ini aku sungguh merasa
kecewa sekali karena mengira Kiu It telah menipumu
berkenan dengan Ciam-hua-giok-siu, kau telah membunuhnya
beserta semua anggota keluarganya!
"Kau juga telah membunuh Yo Tie ko, Tong To Tit, Ciam
Bun, dan Lo-san Song Kiam. Mereka itu tak ada sangkut-
pautnya dengan Ciam-hua-giok-siu, tetapi kau telah juga

Sampul Maut 70
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membunuh mati mereka! Apakah kau tidak takut jika kawan-


kawan atau saudara-saudaranya nanti datang untuk membikin
pembalasan terhadapmu?! Kong-ya Coat! Kau mungkin kuat
dan berpengaruh sekali, tetapi aku yakin kau tak dapat
melawan banyak orang!”
Tetapi Kong-ya Coat mendengari tuduhan-tuduhan itu
dengan agak tenang, bahkan kemudian sambil bersenyum ia
menyahut.
"Kedua Tay-hiap kira aku ini telah tertipu oleh Kiu It
sehingga aku membunuhnya dan semua anggota
keluarganya? Mengingat akan tali persahabatan kita di
kalangan Rimba persilatan dan agar tidak menerbitkan salah
paham di antara kita, aku mohon kedua Tay-hiap bersabar
sedikit untuk mendengari penjelasanku.
"Aku sudah berusia limapuluh tahun lebih, dan selama
jangka waktu yang agak lama itu, aku yakin aku pernah juga
menolong orang. Aku belum pernah menipu orang, tetapi jika
orang ingin juga menipu aku, akupun takkan tinggal diam
perbuatannya itu!” berbareng dengan selesainya kata-katanya
itu ia menabas udara kosong dengan telapak tangannya
menunjukan rasa gusarnya.
"Mustika yang aku bawa dari pegunungan Tiang-pek-san
adalah Ciam-hua-giok-siu yang tulen!” ia melanjutkan. “Tetapi
yang dibawa oleh Kiu It ke tempatnya adalah mustika yang
palsu! Tentang membantu partai silat Cia It Hok, aku
mengetahui bahwa Kiu It memang bermaksud menipu aku,
tetapi aku tak menghiraukan itu. Barusan kedua Tay-hiap

Sampul Maut 71
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mengatakan bahwa Kiu It telah mati terbunuh. Aku merasa


sangat sedih hati mendengar berita itu.
"Percayalah pembunuhan tersebut tidak ada sangkut
pautnya dengan aku. Aku mengira orang yang membunuh itu
menganggap bahwa Kiu It betul-betul telah memiliki Ciam-
hua-giok-siu, dan orang itu telah pergi ke tempatnya dengan
maksud merampas mustika itu. Akupun yakin orang itulah si
pembunuh saudara angkat kalian!
"Di kalangan Rimba persilatan, ia dapat melakukan
pembunuhan sekejam itu terbatas sekali jumlahnya. Jika
kedua Tayhiap berhasrat membikin pembalasan atas
kematian Kiu It, maka kalian harus menyelidiki dengan teliti
dan cermat. Tadi kalian telah menuduh serta mencaci maki
aku habis-habisan tanpa mempunyai bukti-bukti yang kuat.
Tetapi karena yakin kalian salah paham, akupun tidak
mengambil pusing. Hanya sayang sekali kalian telah bertindak
terlampau ceroboh......”
Peringatan itu merupakan juga suatu ejekan pedas
terhadap Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu, namun penjelasan
itu telah membuat mereka jadi sadar, bingung dan tak lagi
berani menebak-nebak sembarangan siapa adanya pembunuh
Kiu It itu!
Untuk sementara waktu suasana di ruangan itu menjadi
sunyi senyap, hanya terdengar suara orang bernapas saja.
Kong-ya Coat segera mengambil tempat duduk setelah
memberi penjelasannya, sambil mengawasi kedua tamunya.

Sampul Maut 72
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tiba-tiba terdengar Ouw Lo Si tertawa berkakakan dan


berkata.
"Orang-orang di kalangan Rimba persilatan telah
menyatakan bahwa Kong-ya Tay-hiap sangat bijaksana, dan
sekarang terbukti memang demikian! Kiu It hanya seorang
jago silat dan aku yakin dia tak dapat menipu orang apalagi
Kong-ya Tay-hiap yang cerdik pandai! Aku minta maaf atas
kecerobohanku tadi. Namun aku masih juga belum dapat
memecahkan teka-teki pembunuhan besar-besaran itu.”
Kong-ya Coat bersenyum lebar mendengar ucapan itu,
"Kedua Tay-hiap telah datang dari tempat yang jauh,”
katanya. "Aku harus menjamu kalian,” sambil meneriakkan
orang-orangnya menyiapkan hidangan dan arak.
"Barusan Kong-ya Tay-hiap telah menceritakan peristiwa
partai Tiang-pek-kiam,” kata Ouw Lo Si, "dan cara bagaimana
pemimpin partai tersebut memperoleh mustika mujizat itu?
Apakah kita dapat mengetahui seluk beluknya?”
Sambil bersenyum dan mempersilahkan tamu-tamunya
makan dan minum, Kong-ya Coat berkata.
"Cerita ini agak panjang, tetapi jika kalian ingin
mengetahui aku rela menceritakan segala sesuatu.
Sebagaimana kalian telah mengetahui, partai silat Tiang-pek-
kiam dulunya tergolong sebagai salah satu partai silat yang
sangat dimalui. Namun dalam beberapa tahun ini, partai itu
telah mengalami kemerosotan hebat sekali dan aku rasa
kalianpun tentu sudah mengetahui juga akan hal ini bukan?”

Sampul Maut 73
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan hampir berbareng Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu


mengangguk.
Maka mulailah Kong-ya Coat dengan kisahnya.
Semasa mudanya Kong-ya Coat tak pernah mempunyai
hubungan dengan partai Tiang-pek-kiam. Baru pada tahun
yang lalu Kiu It datang ke tempatnya dan memberitahukan
bahwa partai Tiang-pek-kiam tengah menghadapi krisis dan
memintanya datang membantu.
Semula Kong-ya Coat menolak permintaan itu, karena
sungkan mencampuri urusan orang lain, tetapi Kiu It
memberitahukan bahwa partai Tiang-pek-kiam akan
memberikan hadiah yang tak ternilai harganya, yalah Ciam-
hua-giok-siu kepada siapa saja yang dapat membantu
mengatasi kesulitan partai tersabut.
Setelah mempertimbangkan masak-masak, Kong-ya Coat
jadi sangat tertarik oleh benda ajaib yang akan diberikan
sebagai hadiah itu. Maka segera ia menanyakan kesulitan-
kesulitan partai itu.
Dari Kiu It ia mengetahui bahwa kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh partai silat itu rumit sekali.
Kesulitan kesatu.
Saudara seperguruan Cia It Hok, Pek Tiong Thian, telah
bermusuhan dengan ketiga jago silat pedang dari partay Kong-
tong-sa-kiam, dan ketika Pek Tiong Thian bertarung melawan
ketiga jago silat pedang itu, ia telah terluka di kakinya, tetapi
Kim Cin Hu, salah satu ketiga jago silat pedang itu, juga kena
jotosannya.

Sampul Maut 74
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mula-mula jotosan tersebut tidak mengakibatkan apa-


apa. Tetapi kemudian setelah Kim Cin Hu menikah dan istrinya
melahirkan anak, luka bekas jotosan Pek Tiong Thian itu
merupakan luka di dalam tubuh yang tak dapat disembuhkan
lagi! Oleh karena itu, partai silat Kong-tong-sa-kiam ingin
membalas dendam dan segera mengumpulkan orang-
orangnya dan menantang partai silat Tiang-pek-kiam
bertarung pada tanggal satu bulan tiga!
Kesulitan kedua.
Belum selang beberapa lama ini partai silat Ang-si-pang
yang senantiasa bermusuhan terhadap partai Tiang-pek-kiam,
setelah mengetahui kemerosotan partai lawannya lalu
mendesak supaya partai tersebut pindah dari pegunungan
Tiang-pek dalam jangka waktu dua bulan, dan jika tidak
mereka akan disapu bersih oleh partai silat Ang-si-pang!
Kesulitan ketiga.
Kuil Cit-po-si di pegunungan Ngo-tay-san telah kehilangan
suatu mustika, dan pencurinya telah meninggalkan sajak yang
berbunyi.
Angin meniup LAMA (Tiang) sekali,
Ombak PUTIH (Pek) bergolak-golak dan menari,
Yang MENGAMBIL mustika ini.
Telah MELARIKAN DIRI! (Ki)
Pemimpin kuil Cit-po-si itu, Bak Kiam Taysu, telah
memetik tiap-tiap huruf kepala dari sajak dan
menggabungkannya menjadi satu.
TIANG PEK MENGAMBIL DAN MELARIKAN DIRI!!!

Sampul Maut 75
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Bak Kiam Taysu mengambil kesimpulan bahwa partai


Tiang-pek-kiam lah yang mencuri mustika itu!
Maka ia menulis surat kepada partai itu, menuntut agar
mustika tersebut dikembalikan dalam jangka waktu satu
bulan.
Demikianlah tiga soal yang sulit sekaligus telah menimpa
partai Tiang-pek-kiam, dan Cia It Hok tidak berdaya!
Kiu It yang mengetahui kesulitan-kesulitan itu tetapi
karena tak mampu membantu, ia lalu minta bantuan Kong-ya
Coat dengan maksud memancing di air keruh! Disamping itu
karena ia mengetahui bahwa Kong-ya Coat mengenal baik
partai Ang-si-pang dan juga Bak Kiam Taysu dari Ngo-tay-san,
maka menurut anggapannya si orang she Kong-ya itulah orang
yang paling tepat untuk diminta pertolongannya.
Maka setelah meninggalkan pesan kepada orang-
orangnya, berangkatlah Kong-ya Coat bersama-sama Kiu It,
putera angkatnya Kong-ya Kim dan dua orang muridnya ke
pegunungan Tiang-pek.
Pada pertengahan bulan dua itu suasana sebelah selatan
sungai Tiang-kang sudah menunjukkan musim semi, tetapi di
sebelah utara masih terlihat salju menutupi jalan.
Kong-ya Coat tampaknya sedih melihat keadaan alam
yang tidak adil itu, tetapi tidak demikian halnya dengan Kiu It,
yang ingin lekas-lekas sampai di pegunungan tersebut.
Mereka semua memiliki ilmu silat yang tinggi, maka
betapapun sukarnya perjalanan itu dapat mereka tempuh
dalam waktu yang singkat sekali, dan mungkin juga

Sampul Maut 76
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kedatangan mereka yang cepat itu telah berhasil menolong


partai yang tengah ditimpa bahaya keruntuhan itu.
Ketika hampir tiba di markas besar partai itu, yang
terletak di¬ lereng pegunungan Tiang-pek yang bernama
Leng-tiang-koan, mereka dibikin kaget oleh jeritan yang
menyayatkan hati!
Kong-ya Coat mendongak dan menatap keadaan sekitar
pegunungan itu.
"Kiu Tay-hiap! Mungkin telah terjadi sesuatu yang tidak
beres!” kata Kong-ya Coat sambil menyuruh putera angkatnya
memimpin dua orang muridnya masuk ke markas itu dari
pintu belakang ia sendiri bersama-sama Kiu It segera
memburu ke muka.
Cahaya lampu masih bersinar dari Leng-tiang-koan, tetapi
suara jeritan sudah tidak terdengar lagi. Kiu It jadi tidak
sabaran dan berseru keras.
"Hei kalian yang berada di Leng-tiang-koan, Sam-kiat-sian-
seng dari Tan-kwi-san-cong sudah berada di sini!”
Lalu dari dalam markas itu tampak loncat keluar seorang
yang berjubah warna abu-abu dan bersenjata pedang panjang
sambil berseru.
"Kong-ya dan Kiu Tay-hiap berada dimana? Kong-tong-sa-
kiam ingin membunuh pemimpin. kami, Cia It Hok!”
Tatkala itu betul saja keadaan di partai Tiang-pek-kiam
sudah kacau tiga orang murid dari empat yang dapat diandeli
sudah terluka. Yang berlari dan berseru tadi adalah seorang

Sampul Maut 77
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

murid partai Tiang-pek-kiam yang telah dilukai oleh Tong


Peng, seorang jago silat sewaan yang istimewa diundang oleh
partai Kong-tong-sa-kiam!
Cia It Hok melihat murid kesayangannya dibunuh mati,
dan penolong yang diharap-harap belum juga tiba, maka ia
terpaksa melawan dengan nekad, dan ketika ia melawan Kim
Cin Jie, salah satu dari pemimpin partai Kong-tong-sa-kiam, ia
merasa bahwa ia masih dapat bertahan.
Dalam kegelisahannya, ia menjadi sangat gembira ketika
mendengar seruan Kiu It, dan segera meloncat menghampiri
Kong-ya Coat seraya berkata.
"Aku girang sekali Kong-ya Tay-hiap telah tiba!”
Sementara itu pertempuran pun dengan tiba-tiba jadi
terhenti.
Kong-ya Coat memperhatikan bahwa di pekarangan
depan Leng-liang-koan telah ditancapkan banyak obor,
beberapa Tojin (pendeta) berdiri di sebelah kanan, dan di
bawah atap gedung tampak duduk di atas bangku panjang,
empat jago silat yang berusia lebih kurang setengah abad.
Kong-ya Coat segera yakin bahwa mereka itu adalah tampuk
pimpinan dari partai Kong-tong-sam-kiam yang telah datang
hendak membikin perhitungan terhadap partai Tiang-pek-
kiam. Karena belum pernah ada hubungan dengan partai itu,
maka sambil mengangkat kedua tangannya Kong-ya Coat
memberi hormat seraya berkata dengan nada keras.
"Aku Kong-ya Coat malam ini......”

Sampul Maut 78
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Belum selesai ucapannya itu ketika Kim Cin Jie, salah satu
pemimpin partai Kong-tong-sam-kiam mengejek.
"Sam-kiat-sian-seng sudah terkenal di kolong langit, dan
kita juga sangat menghormatinya!”
Betul nada ucapan itu sangat hormat, namun Kong-ya
Coat harus menghadapi musuh-musuh partai Tiang-pek-kiam
itu. Dengan sikap yang tenang ia menyahut.
"Aku Kong-ya Coat hanya seorang Bu-beng-siauw-cu
(orang yang tak terkenal) dan tak dapat dipersamakan dengan
para Tay-hiap dari partai Kong-tong-sam-kiam!”
Ketika itu sambil menatap Kim Cin Jie, Kiu It berkata.
"Kong-ya Tay-hiap, yang bicara itu adalah Kim Cin Jie tay-
hiap, si tujuh keistimewaan!”
Kiu It sengaja menyebut ‘si tujuh keistimewaan’ itu keras-
keras untuk membangkitkan amarah Kong-ya Coat, tetapi ia
menjadi kecele, karena ternyata si dewa sakti tak dapat
‘dibakar’! Tampak ia berdiri tenang sambil menatap Kim Cin
Jie yang terdengar berkata.
"Betul aku mempunyai julukan tujuh keistimewaan,
namun aku tak dapat melawan Kong-ya Tay-hiap yang
memiliki ilmu silat maha tinggi......”
LIMA
Kong-ya Coat masih berdiri tenang, hanya matanya
menatap tajam bakal lawannya itu.
Kemudian terdengar Kim Cin Jie berkata lagi.

Sampul Maut 79
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Apakah Kong-ya Tay-hiap datang ke sini pada malam ini


dengan maksud pesiar atau ingin membantu partai Tiang-pek-
kiam?!”
"Akupun ingin bertanya, apakah Kim Tay-hiap beramai-
ramai datang ke sini pada malam ini dengan maksud pesiar
atau memang sengaja ingin mencari musuh?!” kata si dewa
sakti sambil mengelus-elus jenggotnya.
Kim Cin Jie tercengang melihat ketabahan lawannya itu,
namun ia tertawa gelak-gelak seraya menyahut.
"Pertanyaan jitu! Pertanyaan jitu! Tetapi Kong-ya Tay-hiap
tak usah menanya mengapa aku Kim bersaudara telah datang
ke sini, karena tentu kau telah mengetahui bahwa kita datang
untuk membalas dendam. Membalas dendam adik kita yang
tewas! Apakah langkah kita ini salah?!”
Dalam Rimba persilatan, budi dan dendam jelas sekali
perbedaannya. Yang pertama harus dibalas, sedangkan yang
kedua harus dibikin perhitungan!
Pertanyaan Kim Cin Jien sangat jitu, namun Kong-ya Coat
yang telah mengetahui jelas duduknya perkara menyahut.
"Aku betul-betul seperti kodok di dalam sumur, tidak
mengetahui bahwa adikmu telah tewas. Aku mohon
menanya. Cara bagaimanakah tewasnya adikmu di tangan Cia
Tay-hiap? Menurut pengetahuanku, selama sepuluh tahun
belakangan ini dia belum pernah menginjak daerahmu, malah
sebaliknya kalian ketiga saudara dari partai Kong-tong-sa-kiam
yang sering mundar mandir di daerah pertengahan, bahkan di
daerah pegunungan Tiang-pek-san ini. Apa maksudnya ini?!”

Sampul Maut 80
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kim Cin Jie menjadi gusar ditanya begitu, sambil menahan


amarahnya ia menyahut.
"Adikku bukan tewas di tangan Cia It Hok, tetapi dia mati
akibat totokan Pek Tiong Thian yang menjadi saudara
angkatnya orang she Cia itu! Kita mengetahui bahwa Pek
Tiong Thian bersembunyi di sini, jika kita datang ke sini untuk
membikin perhitungan, apakah tindakan kita ini harus
disesalkan dan salah?!”
"Hm...... tidak mungkin!” kata Kong-ya Coat. "Menurut
pengetahuanku, Pek Tiong Thian telah lumpuh kedua kakinya
dan telah menjadi orang cacad, sedangkan ketiga sandara Kim
terkenal lihay ilmu silatnya. Jika kau bilang adikmu tewas di
tangan Pek Tiong Thian, aku betul-betul tak dapat mengerti
kata-katamu itu!”
Bukan main gusarnya Kim Cin Jie, tampaknya ia sudah
hilang sabar.
"Aku sudah lama menaruh hormat kepadamu yang
senantiasa bertindak bijaksana. Tetapi sekarang kau telah
mempermainkan aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang
ganjil. Apa maksudmu?!!” bentaknya.
"Hah......! Aku mempermainkanmu?” Kong-ya Coat balik
menanya. "Dengan cara apakah aku mempermainkanmu? Aku
hanya ajukan pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan
kenyataan atau kejadian!”
Kim Cin Jie yang memang kurang pandai bicara itu jadi
menggigil dadanya saking gusar.

Sampul Maut 81
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Adikku telah ditotok oleh Pek Tiong Thian banyak tahun


yang lalu, dan luka di dalam tubuhnya itu tak dapat
disembuhkan sehingga ia meninggal dunia. Sekarang kita
datang ke sini dengan maksud mengambil batok kepala orang
she Pek itu, agar dapat aku taruh kepalanya di depan kuburan
adikku. Dan siapapun tak dapat merintangi tindakan kita ini!”
Demikianlah tanya jawab itu berlangsung dengan sengit,
sehingga orang lain tak berkesempatan bicara.
Ketika itu empat orang yang duduk di bangku panjang, di
bawah atap rumah, sudah siap sedia untuk menyerang Kong-
ya Coat. Suasana yang semula gaduh dengan perdebatan itu
menjadi sunyi dan tegang! Angin sepoi-sepoi meniup api obor
yang menerangi tempat itu, dan tampak tiap-tiap orang yang
berada di situ bersikap waspada sambil bersiap-siap
menghadapi segala sesuatu!
Tetapi si dewa sakti Kong-ya Coat tetap mengelus-elus
jenggotnya dan dengan sikap serta nada yang tenang berkata.
"Kim Tayhiap, kau sudah lama berkecimpungan di
kalangan Rimba persilatan, mengapa kau bicara demikian
kasarnya?”
Kim Cin Jie menghunus pedangnya dan membentak.
"Apa yang aku katakan tadi bukan isapan jempol! Apakah
aku telah bicara salah?!”
"Aku yakin, kau seperti juga aku, telah bertempur
melawan musuh beratus kali! Kita tidak mengetahui apakah di
dalam tubuh kita ada luka-luka, dan jika ada kitapun tak dapat
mengetahui luka-luka itu siapa yang buat!” si Dewa sakti

Sampul Maut 82
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

memberi pembelaan kepada saudara seperguruan Cia It Hok,


Pek Tiong Thian.
"Tetapi dalam hal ini aku mengetahui bahwa luka adikku
itu akibat totokan Pek Tiong Thian!” sahut Kim Cin Jie. "Aku
sudah periksa dan yakin. Kita takkan bertindak jika tidak
mengetahui betul!”
"Dengan cara apakah Kim Tay-hiap menentukan bahwa
luka tersebut dibuat oleh Pek Tiong Thian?” Kong-ya Coat
menekani terus lawannya.
Perdebatan yang makin lama makin sengit itu agaknya
akan habis sampai di situ, karena tampak Kim Cin Jie sudah
tak lagi dapat menahan amarahnya, sambil mengacung-
acungkan pedangnya ia membentak.
"Hei, Kong-ya Tay-hiap, aku sudah banyak mengalah, jika
kau tetap ingin turut campur dalam urusan ini, aku
terpaksa......”
Belum selesai bentakan itu diucapkan, seketika dari
samping berkelebat satu bayangan yang segera mencekal
pergelangan tangan Kim Cin Jie, yang sudah siap menyerang,
seraya berkata.
"Twako! Tahan dulu. Tidak salahnya jika kita menjelaskan
dan membuktikan bahwa luka adik kita dibuat oleh Pek Tiong
Thian. Dengan demikian kita dapat membuktikan bahwa kita
bertindak berdasarkan bukti-bukti yang nyata!”
Lalu sambil menghadap kepada Kong-ya Coat orang itu
berkata lagi.

Sampul Maut 83
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kong-ya Tayhiap, aku Kim Cin Lam akan menjelaskan


bahwa adikku mati karena totokan Pek Tiong Thian!”
Kemudian dengan nada yang agak keras agar dapat
didengar jelas, Kim Cin Lam mulai.
––––––––

JILID II

BAB 7
TIGA PASANG SARUNG TANGAN SAKTI

"Delapan tahun yang lalu, adikku telah memberi


kesempatan untuk Pek Tiong Thian membebaskan diri dari
pedangnya, tetapi di waktu adikku kurang waspada, ia telah
menotok jalan darah di bagian ginjalnya. Oleh karena itu
adikku terpaksa menabas urat kedua kakinya. Betul ketika itu
adikku tidak merasai akibat totokan maut itu, namun akhirnya
ternyata adikku tewas juga karenanya! Aku yakin betul,
karena luka itu adalah akibat daripada totokan Soat-leng-
ciang (totokan ajaib) dari partai silat Tiang-pek-kiam!”
Kong-ya Coat mengangguk-angguk seolah-olah setuju dan
sependapat dengan Kim Cin Lam, kemudian ia berkata.
"Aku jarang keluar, dari itu aku tak mengetahui kematian
adik kalian. Aku menyatakan turut duka cita......”
Kedua saudara Kim yang meskipun sudah banyak
pengalamannya, tak dapat mentafsirkan tipu muslihat
lawannya yang licin itu.

Sampul Maut 84
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Delapan tahun yang lalu!” kata si dewa sakti.


"Sebetulnya luka yang terjadi pada delapan tahun berselang
tak mungkin mengakibatkan matinya seseorang! Maka mau
tak mau aku terpaksa harus turut campur dalam urusan ini!”
Kim Cin Lam yang senantiasa bersikap sabar selama
pertengkaran tadi berlangsung, kini diapun tak lagi dapat
menahan kesabarannya, sambil tertawa berkakakan ia
berseru.
"Di kalangan Kang-ouw, yang ilmu silatnya tinggi, dialah
yang kuat! Dan omongannya selalu dibenarkan. Kau mengapa
bicara panjang lebar, jika berhasrat menggempur kita, kau
boleh segera mulai, kita sudah siap!”
"Aku sebetulnya tidak ingin melihat pengucuran darah,”
sahut Kong-ya Coat dengan tenang, "maka aku akan berusaha
membujuk kalian agar pertarungan atau saling bunuh ini
dapat dielakkan. Tetapi kini ternyata usahaku ini hampa saja!
Aku telah berlatih beberapa jurus ilmu silat, jika kedua
saudara Kim dan ketiga kawan-kawan kalian itu dapat
melayani jurus-jurusku, aku segera angkat kaki dari sini!”
"Ha, ha, ha!” Kim Cin Lam tertawa, "kita sudah lama
mendengar nama Sam-kiat-sian-seng yang sangat tenar itu.
Jika kau dapat mengajari kita jurus-jurus meringankan tubuh,
mengerahkan tenaga dalam dan ilmu silat pedang, maka
kitapun takkan tinggal lama-lama di sini!”
Pada saat itu Kim Cin Jie sudah mulai melangkah mundur
satu tumbak.

Sampul Maut 85
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tampak Cia It Hok menghampiri Kong-ya Coat dan


membungkukkan tubuhnya memberi hormat. Kiu It pun
menghampiri dan berbisik di telinganya Kong-ya Coat.
"Kong-ya Tay-hiap, jatuh bangunnya partai silat Tiang-
pek-kiam ini terletak dalam tangan Tay-hiap......”
Kong-ya Coat bersenyum dan menyahut dengan suara
rendah. "Jangan khawatir! Kiu Tay-hiap harus menaruh
kepercayaan kepadaku......”
Lalu sambil mengepal keras tinjunya ia berseru.
"Aku Kong-ya Coat akan segera mulai mempertunjukkan
ilmu silatku!”
Belum lagi suaranya lenyap segera tampak tubuhnya
mencelat ke udara untuk kemudian turun di dalam ruangan
depan gedung dengan ilmu Giok-li-tok-so (Gadis cantik
melemparkan anak torak).
Orang-orang yang berada di situ jadi terperanjat
menyaksikan gerak-gerik secepat kilat itu!
Selagi orang-orang terbengong, Kong-ya Coat sudah
keluar dari gedung itu sambil memegang empat lilin yang
menyala, dengan satu teriakan "Hai!” ia melempar empat lilin-
lilin itu ke atas atap gedung.
Keempat lilin tersebut tertancap tegak dan berbaris di
atas atap gedung itu.
Lawan maupun kawan setelah menyaksikan kelihayan
ilmu silat Kong-ya Coat itu, menjadi kagum tak terhingga.
Belum habis keheranan mereka ketika Kong-ya Coat

Sampul Maut 86
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mengebatkan lengan jubahnya dan hembusan angin lengan


jubahnya itu telah meniup padam tiga lilin. Kini hanya
tertinggal satu lilin saja yang masih menyala.
Kemudian dengan tiba-tiba Kong-ya Coat menjotos
dengan tinju kirinya. “Bek!” lilin kedua menyala lagi, setelah
itu berturut-turut ia telah menjotos dua kali lagi dan keempat
lilin tampak menyala lagi seperti semula. Demikianlah dengan
mempergunakan api lilin yang masih menyala itu Kong-ya
Coat telah berhasil membuat api lilin meloncat dan menyulut
lilin-lilin yang lain!
Pertunjukan itu belum habis sampai di situ. Cepat sekali ia
telah mengambil pedang dari tangan Cia It Hok dan meloncat
melalui lilin-lilin yang menyala di atas atap gedung untuk
turun lagi di tanah dengan tak menerbitkan suara apapun,
disertai dengan jatuhnya empat lilin-lilin yang menyala itu,
yang kini telah terpotong menjadi 4 X 7 = 28 potongan! Entah
bagaimana ia menabasnya hanya terlihat ia loncat dan
keempat lilin itu telah menjadi potong-potongan!
Kiu It yang terkenal karena ilmu silat pedangnya pun
terpesona menyaksikan ilmu silat Kong-ya Coat itu.
Ternyata Kong-ya Coat tidak berhenti hingga di situ. Ia
menjumput duapuluh delapan potongan-potongan lilin tadi,
lalu melemparkannya di pekarangan. "Sst......! sst.....!”
Tampak lilin-lilin itu tetap menyala dan menyala dan
menancap di tanah merupakan satu lingkaran! Dalam hal ini
Kong-ya Coat bukan saja telah mampertunjukkan tiga rupa
ilmu silat, yalah ilmu meringankan tubuh, mengerahkan

Sampul Maut 87
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tenaga dalam dan ilmu silat pedang, tetapi iapun telah


mempertunjukkan juga ilmu melontarkan senjata rahasia!
Kim Cin Jie dan Kim Cin Lam, begitu juga tiga jago-jago
silat yang mereka ajak datang, setelah melihat kelihayan itu,
segera mengangkat kaki keluar dari pekarangan tanpa
menggerutu atau mengucapkan apapun!
Sejenak kemudian terdengar sayup-sayup Kim Cin Lam
berseru. "Ilmu silat Kong-ya Tay-hiap memang tiada
taranya......”
"Kita masih dapat berjumpa lagi,” sahut Kong-ya Coat,
"Karena jika kalian tak berhalangan, aku ingin mengundang
kalian ke tempatku, Tan-kwi-san-cong......”
Di jalan pegunungan yang gelap gulita itu tidak terdengar
suara sahutan, hanya terdengar tindakan kaki rombongan Kim
bersaudara yang meninggalkan tempat tersebut dengan
tergesa-gesa.
Kong-ya Coat telah berhasil membereskan pertikaian itu
bahkan tanpa pengucuran darah setetespun!
Cia It Hok, yang tidak kawin seumur hidupnya, pemimpin
partai Tiang-pek-kiam, merasa malu tak dapat memecahkan
soalnya sendiri, maka setelah musuh-musuhnya berlalu ia
segera menghampiri penolongnya itu, memberikan
hormatnya dan berkata.
"Kong-ya Tay-hiap telah datang pada waktu yang tepat,
dan bukan saja telah menolong jiwa Sutee ku, Pek Tiong
Thian, tetapi juga beberapa puluh jiwa orang-orang dari partai

Sampul Maut 88
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kami, Tiang-pek-kiam. Budi yang maha besar ini, aku takkan


lupakan!”
Kong-ya Coat merasa jengah menerima pujian itu, tetapi
Kiu It tertawa sambil berkata.
"Mereka dari Kong-tong-sa-kiam sebetulnya berjanji
datang pada tanggal satu bulan tiga, tetapi mereka telah
datang setengah bulan lebih cepat. Aku yakin mereka
khawatir Cia Heng mendatangi pembantu-pembantu!”
"Akupun takkan lupakan Kiu Heng yang sudah sangat
perlu datang dan menolong kawan di dalam susah!” kata lagi
Cia It Hok.
Baru saja ia berkata begitu, tiba-tiba ia dibikin kaget oleh
suara di atas atap gedung.
"Siapa?!” tegurnya.
Kong-ya Coat menyahut sambil bersenyum. "Itulah murid-
muridku yang sedang menjaga-jaga di atas atap gedung ini.”
Betul saja sejenak kemudian dari atas atap gedung loncat
turun Kong-ya Kim dan dua orang murid dari Tan-kwi-san-
cong.
Setelah mereka berkumpul lagi, Kiu It lalu berkata.
"Orang-orang dari Kong-tong-sa-kiam sudah pergi, dan
musuh-musuh dari dua tempat lain adalah berkawan sangat
akrab dengan Kong-ya Tay-hiap. Kini aku kira bahaya bagi
partai Tiang-pek-kiam sudah lewat. Saudara Cia sekarang
tentunya harus menjamu Kong-ya Tay-hiap bukan......? Ha, ha,
ha!”

Sampul Maut 89
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Demikianlah Kong-ya Coat telah mengisahkan


kepergiannya ke tempat Cia It Hok untuk menolong partai
Tiang-pek-kiam dari keruntuhan.
Kemudian sambil menjamu kedua tamunya ia
meneruskan.
"Perlu kiranya aku jelaskan kepada Tay-hiap bahwa kedua
Kim bersaudara dari partai Kong-tong-sa-kiam telah
memegang janji, dan dapat dikatakan mereka adalah jago-
jago silat yang luhur juga wataknya. Tetapi tidak demikian
dengan Cia It Hok dan Pek Tiong Thian, aku lihat mereka
berwatak palsu! Sebab musabab perselisihan Pek Tiong Thian
dengan partai Kong-tong-sa-kiam sampai sekarang aku masih
belum mengetahui jelas, dan aku merasa sedikit menyesal
telah menolong partai tersebut, meskipun Cia It Hok telah
memberikan Ciam-hua-giok-siu kepadaku sebagai hadiah!”
Ouw Lo Si yang mendengari dengan penuh perhatian
kisah Kong-ya Coat itu, berkata dalam hatinya. Hm! Berlagak
menyesal! Yang kau pentingkan yalah memperoleh Ciam-hua-
giok-siu!
Tetapi sambil bersenyum ia lalu berkata.
"Menurut pandanganku, hanya Kong-ya Tay-hiap seorang
saja yang dapat menolong partai silat Tiang-pek-kiam dan
mengusir orang-orang dari partai Kong-tong-sa-kiam yang
congkak itu dengan mudah!”
Kong-ya Coat bersenyum dipuji demikian. Setelah
menghirup araknya ia lalu melanjutkan kisahnya.

Sampul Maut 90
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Maka perjamuan disediakan, dan setelah selesai


bersantap, Cia It Hok mengambil dari dalam kamarnya sebuah
kotak yang tersulam indah.
Dengan kedua tangannya ia mempersembahkan kotak itu
seraya berkata.
"Dari tempat yang jauh Kong-ya Tay-hiap telah datang
untuk menolong kita semua dari kemusnahan. Perbuatan
yang luhur itu pasti akan dipuji oleh orang-orang dari kalangan
Rimba persilatan. Seperti telah kujanjikan, aku akan
memberikan Ciam-hua-giok-siu sebagai hadiah kepada orang
yang dapat menolong kesulitan-kesulitan partaiku. Tetapi
ketika aku memperoleh mustika ini, aku memperoleh tiga
benda dua yang palsu dan satu yang tulen, dan ditaruh di
dalam kotak yang indah bentuknya. Aku yang bodoh tak dapat
membedakan yang tulen dari yang palsu! Oleh karena itu, aku
mohon Kong-ya Tay-hiap memilih sendiri satu, dan setelah
ketiga kesulitan partai kita di atasi tay-hiap dapat
mengambilnya semua......”
Kong-ya Coat bersenyum dan yakin bahwa Cia It Hok
khawatir sebelum ketiga kesulitan partainya itu di atasi, ia
sudah berlalu.
Iapun memperhatikan perubahan wajah Kiu It yang
mendadak itu. Lalu ia berkata dengan tenang.
"Aku datang ke sini dengan perjanjian yang layaknya
dibuat di kalangan Rimba persilatan untuk membantu partai
Tiang-pek-kiam. Cara Cia Tay-hiap membalas budi yang tidak
berarti ini, aku tentu pasrahkan kepada Cia Tay-hiap!”

Sampul Maut 91
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Meskipun perkataannya itu demikian merendah dan


manisnya, tetapi dalam hati Kong-ya Coat berkata. Jangan
coba menipu aku......!
Pada malam itu mereka menginap di tempat partai Tiang-
pek-kiam, tetapi Kong-ya Coat dan Kiu It diberi kamar-kamar
yang terpisah. Sebelum masuk tidur Kong-ya Coat berkata
kepada Kiu It.
"Kali ini dengan mengeluarkan sedikit tenaga aku berhasil
memperoleh Ciam-hua-giok-siu. Aku mengetahui bahwa Cia
Tay-hiap sangat murah hati. Jasa Kiu Tay-hiap pun aku tak bisa
lupakan, karena Kiu Tay-hiap telah memberitahukan juga
semua ini kepada aku meskipun kau harus menempuh
perjalanan yang jauh. Jika Kiu Tay-hiap ada sesuatu yang aku
dapat menolong, sebutkanlah dan jangan sungkan-
sungkan......!”
Tampak Kiu It menjadi girang sekali mendengar tawaran
itu,
"Sebetulnya...... aku memang ingin meminta sesuatu dari
Kong-ya Tay-hiap......” katanya sambil menyengir paksaan.
"Sebutkanlah, jika aku dapat menolong, aku pasti akan
menolong!” kata Kong-ya Coat.
"Permintaanku ini jika diajukan kepada orang lain
mungkin tak layak,” kata Kiu It. "Tetapi diajukan kepada Kong-
ya Tay-hiap yang luhur dan budiman, aku yakin tidak janggal!
Cia Tay-hiap telah menaruh tiga Ciam-hua-giok-siu, dua yang
palsu dan satu lagi yang tulen. Orang lain tak dapat melihat
perbedaannya, tetapi bagi Kong-ya Tay-hiap aku yakin tentu

Sampul Maut 92
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tidak sukar untuk memilih satu yang tulen!” ia berhenti


sejenak dan berpikir, lalu sambil bersenyum ia melanjutkan.
"Aku minta setelah terlebih dulu Kong-ya Tay-hiap
memilih satu, yang dua lagi harap Tay-hiap suka berikan
kepadaku sebagai kenang-kenangan.”
Kong-ya Coat terperanjat mendengar permintaan itu,
karena ia sudah merasa bahwa dengan permintaannya itu, Kiu
It bermaksud menipunya!
Namun ia tetap bersikap tenang bahkan sambil tertawa ia
menyahut.
"Kiu Tay-hiap telah berusaha menolong partai Tiang-pek-
kiam dari kemusnahan, jasa itu besar sekali, seratus kali lebih
besar dari pada jasaku sendiri! Misalnya Cia Tay-hiap
menghadiahkan Kiu Tayhiap Ciam-hua-giok-siu, akupun
anggap itu pantas dan wajar. Tetapi atas permintaan Kiu Tay-
hiap agar aku mengambil satu lebih dulu, aku merasa lebih
baik jika Kiu Tay-hiap saja yang berbuat demikian terlebih
dulu!”
Kiu It berlagak menolak, padahal itulah yang ditunggu-
tunggu olehnya.
"Selama hidupku,” Kong-ya Coat mendesak, "apa yang
aku telah ucapkan, aku takkan menarik kembali. Aku harap Kiu
Tay-hiap tidak menolak permintaanku ini!” Lalu dengan
berlagak ngantuk Kong-ya Coat meneruskan.
"Kita telah menempuh perjalanan satu hari penuh dan
aku merasa letih sekali, harap Kiu Tay-hiap suka memaafkan,
aku harus pergi tidur......”

Sampul Maut 93
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Silahkan!” kata Kiu It dengan wajah gembira. "Aku


mengucap banyak-banyak terima kasih atas kerelaan Kong-ya
Tay-hiap!” lalu ia pun berlalu untuk beristirahat.
Demikianlah penuturan Kong-ya Coat kepada Ouw Lo Si
dan Khouw Kong Hu, bagaimana ia ingin ditipu oleh Kiu It.
Setelah minum satu cangkir arak lagi, ia berkata seolah-
olah berada seorang diri saja di ruangan itu.
"Hm! Kiu It menganggap aku sebagai anak kecil yang
dapat ia permainkan dengan mudah. Ia sudah sengaja
membuat dua lagi Ciam-hua-giok-siu yang ditaruhnya di
dalam kotak. Akupun sengaja menyuruh dia mengambil satu
terlebih dulu, dan ia tentu akan mengambil yang tulen,
meninggalkan dua yang palsu untuk aku. Tetapi......”
"Kiu It tidak dapat menipu Kong-ya Tay-hiap bukan?” Ouw
Lo Si meneruskan kata-kata Kong-ya Coat itu.
"Ha, ha, ha!” Kong-ya Coat tertawa keras, "ketika aku
menyuruhnya mengambil satu lebih dulu, akupun sudah
memasang perangkap. Aku memperhatikan tiap-tiap
geraknya, tampak ia keluar dari kamarnya untuk kemudian
balik kembali dengan wajah gembira sekali. Kemudian tampak
ia keluar lagi melalui jendela, aku tetap menguntit tanpa
diketahui olehnya......”
Kemudian Kong-ya Coat masih dapat melihat Kiu It
meloncat ke atas atap rumah, dari atas ia meloncat lagi
melalui tembok yang melingkari pekarangan depan rumah itu.
Kong-ya Coat tetap membayangi dengan cermat.

Sampul Maut 94
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan ilmu meringankan tubuh yang mahir tampak Kiu


It berhati-hati ke suatu rumah gubuk kecil yang terletak tidak
jauh dari jalan yang gelap di situ, lalu terdengar ia mengetok
pintu rumah tersebut, dan tak lama kemudian terdengar
suara dari dalam rumah.
"Siapa?”
Sebelum menyahut Kiu It menoleh ke kanan ke kiri
khawatir ada yang menguntitnya.
"Aku Kiu It!” sahutnya dengan suara rendah.
Pintu tampak terbuka, dan ia segera masuk ke dalam
rumah gubuk itu.
Tempat itu telah ditelantarkan, rumput liar tumbuh di
sana-sini dan keadaan di sekitarnya gelap serta menjijikan.
Kong-ya Coat menjadi heran, siapakah gerangan yang tinggal
dalam rumah reyot itu?
Dari belakang satu pohon besar, tidak jauh dari rumah itu,
Kong-ya Coat dapat melihat melalui jendela yang kebetulan
terbuka. Tampak Kiu It sedang menghadapi seorang laki-laki
yang terbaring di tempat tidur. Disamping tempat tidur itu
tampak sepasang tongkat ketiak. Kong-ya Coat jadi terkejut
sekali tatkala dapat mengenali wajah orang yang sedang
rebah itu, karena dia itu bukan lain daripada Pek Tiong Thian,
si garuda putih yang pernah menggemparkan dunia Kang-
ouw!
Agar dapat melihat lebih jelas, Kong-ya Coat segera
mencelat ke atas sebuah dahan satu pohon yang lebat

Sampul Maut 95
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

daunnya, tak lama kemudian ia mendengar orang di dalam


kamar itu berkata.
"Kiu Heng, apakah kau yakin tiada orang yang
menguntitmu datang di sini?”
"Harap Pek Heng tidak menjadi khawatir, urusan itu aku
tentu dapat melaksanakan dengan baik.”
"Hai......, Kiu Heng jika kau terpaksa berbaring di tempat
tidur ini, dan harus senantiasa dibantu dalam segala hal, kau
juga tentu akan menjadi mudah gelisah seperti aku!”
"Pek Heng, aku yakin kedua kakimu itu masih dapat
disembuhkan!”
Pek Tiong Thian menarik napas lagi, lalu ia menatap Kiu It
seraya berkata.
"Urusan kemarin malam aku sudah mengetahui. Tetapi
apakah Kiu Heng sudah ajukan usul kepada Kong-ya Coat agar
dia menyerahkan hadiah itu setelah dia sendiri lebih dulu
memilih satu hadiah?”
"Urusan itu telah berjalan dengan lancar dan baik. Kong-
ya Coat bukan saja setuju akan usul-usul yang kuajukan,
bahkan dia rela memberikan kepadaku satu Ciam-hua-giok-
siu!”
Pek Tiong Thian pun tampaknya gembira sekali dengan
jawaban itu.
"Bagus, bagus! Jika tidak, mungkin jiwaku tak dapat
dipertahankan lagi! Di bawah tempat tidurku ini aku telah
siapkan kotak berikut Ciam-hua-giok-siu yang palsu. Kau dapat

Sampul Maut 96
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

segera membawa dan menukarnya dengan yang tulen.


Kemudian......”
"Tak usah aku berbuat demikian,” Kiu It memotong
perkataan Pek Tiong Thian sambil menggoyang-goyangkan
tangan kanannya, "kita telah menjadi beruntung sekali, dan
tak usah menukar-nukar lagi. Kong-ya Coat sangat bermurah
hati, dan dia telah minta aku mengambil satu lebih dulu
sebagai hadiahku. Dan jika ia pulang ketempatnya lalu
mengetahui bahwa yang dibawanya pulang itu adalah Ciam-
hua-giok-siu yang palsu, paling banyak ia akan menarik napas
mengeluh!” ia berhenti sejenak untuk menuang arak, setelah
diminumnya ia lalu melanjutkan.
––––––––

BAB 8
AKAL MUSLIHAT BERBALAS TIPU

"Aku yakin Kong-ya Coat takkan menyalahkan kau dari


partai Tiang-pek-kiam ataupun aku, lagipula ia takkan menarik
kembali apa yang telah dikatakannya itu. Jika aku telah
mengambil Ciam-hua-giok-siu yang tulen, itulah salahnya
sendiri, yang telah menyuruh aku memilih satu lebih dulu, dan
pasti ia malu untuk meminta kembali di kemudian hari. Tipu
muslihat yang kau telah rencanakan itu betul-betul hebat!”
Mereka jadi tertawa terbahak-bahak karena girangnya.
"Misalnya dikemudian hari Kong-ya Coat berhasrat minta
juga yang tulen,” Kiu It melanjutkan, "mustika itu telah tidak

Sampul Maut 97
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

di tanganku lagi! Pek Heng, bagaimana pendapatmu tentang


rencanaku ini?”
"Aku telah menjadi seorang cacad selama delapan tahun,
makan di sini, tidur di sini, aku sebetulnya hanya menanti
mati! Tetapi jika aku masih panjang umur dan dapat
membalas dendam, itu semua aku pasrahkan kepada Kiu
Heng!”
"Pek Heng, kita berkawan sudah puluhan tahun lamanya,
urusan kau seperti juga urusanku sendiri. Setelah Ciam-hua-
giok-siu berada dalam tanganku, aku akan segera pergi ke goa
Long-ya untuk mencari orang sakti yang kau bilang, dan
dengan mustika itu, aku akan minta obat yang mustajab untuk
menyembuhkan kedua betismu yang cacad itu!”
"Jika aku dapat menggunakan lagi kedua betisku ini, aku
rela berbuat segala apa untuk membalas budi Kiu Heng itu,
dan akan kuberikan kepada Kiu Heng sebagian benda yang
mujizat!”
Kiu It tertawa, lalu menceritakan kejadian kemarin malam
ketika Kong-tong-sa-kiam datang untuk membalas dendam.
Setelah mendengar sampai di situ, Kong-ya Coat segera
lari kembali ke gedung Leng-tiang-koan, dan merubah pita
sutera yang mengikat ketiga kotak Ciam-hua-giok-siu sebelum
ia pergi tidur.
Kejadian tersebut lewat dengan tenang saja, karena Kiu It
dan Pek Tiong Thian tidak sadar bahwa mereka telah ‘diingusi’
oleh Kong-ya Coat, mereka telah memperoleh mustika yang
palsu!

Sampul Maut 98
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kong-ya Coat harus tinggal lagi beberapa waktu lamanya


untuk menanti kedatangan dua musuh lain dari partai Tiang-
pek-kiam.
Dan...... belum lewat sepuluh hari musuh kedua partai itu
telah datang. Adapun pemimpin rombongan itu adalah
seorang anak piatu yang justru pernah ditolong oleh Kong-ya
Coat di propinsi Ki-rin dahulu. Bahkan namanya Ji Hee adalah
Kong-ya Coat sendiri yang telah memberikannya.
Maka begitu Ji Hee melihat Kong-ya Coat, ia segera angkat
kaki dari markas partai Tiang-pek-kiam tanpa menimbulkan
sesuatu kerusuhan. Bahkan Jie Hee mohon sungguh-sungguh
agar Kong-ya Coat menginap di markasnya sendiri, setelah
membereskan uruan partai itu.
ENAM
Kong-ya Coat masih harus menunggu lagi datangnya pihak
kuil Cit-po-sie dari pegunungan Ngo-tay-san yang dikepalai
oleh Bak Kiam Taysu.
Seperti halnya dengan partai Ang-si-pang, Bak Kiam Taysu
pun meninggalkan markas partai Tiang-pek-kiam tanpa
berkelahi karena Kong-ya Coat telah herhasil meyakinkan
pemimpin kuil tersebut yang ia kenal baik, bahwa pihak kuil
Cit-po-sie telah salah paham atau salah menterjemahkan jejak
yang tertera di tembok kuil Cit-po-sie itu.
Demikianlah Kong-ya Coat telah menceritakan kepada
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu.
Ouw Lo Si menatap Khouw Kong Hu, kemudian ia
menoleh kepada Kong-ya Coat seraya bertanya.

Sampul Maut 99
Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kong-ya Tay-hiap, apakah dua mustika yang lainnya


bukan Tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan adanya?”
"Betul! Kedua mustika itu sangat mujizat, maka Bak Kiam
Taysu telah perlu datang dari tempat yang jauh untuk mencari
pencurinya. Sebelum berlalu dari markas partai Tiang-pek-
kiam, Bak Kiam Taysu pernah berkata bahwa jika ia berhasil
membekuk pencuri mustikanya, ia akan menyeret pencuri itu
kehadapan Cia It Hok untuk menebus kesalahan terkanya!”
"Pencuri itu mungkin tak dapat dibekuk,” kata Ouw Lo Si
dalam hati.
Tapi setelah itu ia menoleh kepada Kong-ya Coat dan
berkata.
"Aku sudah lama dengar tentang kelihayan Bak Kiam
Taysu. Meskipun pencuri itu mempunyai tiga kepala dan
enam tangan sekalipun, niscaya ia takkan luput dari bekukan
orang suci itu!”
"Aku pun berpendapat demikian,” kata Kong-ya Coat.
"aku mendoakan agar Bak Kiam Taysu berhasil membekuk
pencuri itu.......”
"Kong-ya Tay-hiap waktu kau meninggalkan markas partai
Tiang-pek-kiam, apakah ada sesuatu yang mencurigakan?”
tanya Khouw Kong Hu.
Kong-ya Coat bersenyum sambil mengurut-urut
jenggotnya.

Sampul Maut 100


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ada baiknya jika Khouw Tay-hiap mengambil kesimpulan


sendiri dari cerita yang akan kututurkan di bawah ini,”
sahutnya.
"Pada keesokan harinya, karena ketiga kesulitan dari
partai Tiang-pek-kiam sudah beres, maka aku lalu minta diri.
Cia It Hok mengadakan pesta makan-makan untuk
menghormati aku. Akupun merasa yakin bahwa Cia It Hok
tidak bermaksud menipu.
Kiu It segera mengambil satu Ciam-hua-giok-siu dari kotak
sutera tersulam, tentu setelah itu ia terus pergi mencari orang
tua yang sakti di goa Long-ya, melihat sikapnya yang tergesa-
gesa itu, akupun menjadi geli di dalam hati!”
Berkata sampai di situ, dengan tiba-tiba Kong-ya Coat
menepuk kedua tangannya seraya berseru. "Kematian bagi
yang menipu! Apakah pembunuhan yang kejam di markas Kiu
It itu dilakukan oleh orang tua yang sakti dari goa Long-ya
itu?”
"Tidak salah lagi!” kata Ouw Lo Si. "Mungkin karena
merasa bahwa obatnya yang mustajab telah ditukar dengan
Ciam-hua-giok-siu yang palsu maka orang sakti itu merasa
telah ditipu oleh Kiu It, lalu......”
"Ia membunuh Kiu Ji-ko dan menulis "Kematian bagi yang
menipu!” kata Khouw Kong Hu.
Tetapi siapakah orang sakti dari goa Long-ya di daerah Sit-
mi itu?” tanya Ouw Lo Si. "Aku belum pernah dengar
namanya.”

Sampul Maut 101


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Di waktu aku masih muda,” kata Kong-ya Coat, "aku


pernah berkelana ke mana-mana, namun goa Long-ya di
daerah Sit-mi ini aku tidak mengetahui dimana letaknya. Jika
kedua Tay-hiap ingin membalas dendam Kiu Tay-hiap,
jalannya tidak sukar!”
"Ya!” sahut Ouw Lo Si. "Kita hanya perlu menanyakan Pek
Tiong Thian di mana letak goa Long-ya itu!”
"Cocok. Dialah alamat yang paling tepat!” kata Kong-ya
Coat.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu bermalam di tempat si
Dewa sakti malam itu. Esok harinya, dengan alasan bahwa
mereka ingin pergi ke pegunungan Tiang-pek-kiam, mereka
ingin segera berlalu dari Tan-kwi-san-cong, tetapi Kong-ya
Coat mendesak agar mereka dapat menunggu sampai hari
berlangsungnya pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-
ta-hwee yang sudah hampir tiba. Demikianlah mereka jadi
menginap lagi.
Beberapa hari telah lewat, dan ke Tan-kwi-san-cong itu
berturut-turut telah datang banyak jago-jago silat dari
kalangan Kang-ouw, dan Kong-ya Coat menyambut mereka
semua dengan seksama dan ramah-tamah.
Selama berdiam di situ, Ouw Lo Si dapat melihat atau
sedikitnya mengerti watak tuan rumahnya, dan ia menjadi
lebih heran tentang diselenggarakannya pertemuan tersebut.
Jika Kong-ya Coat betul-betul ingin memberikan Ciam-hua-
giok-siu sebagai hadiah kepada pemenang dari pertandingan
ilmu silat itu, ia sungguh tidak dapat mengerti tindakan tuan
rumahnya itu.

Sampul Maut 102


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dan jika Kong-ya Coat sengaja mengumpulkan para jago


silat untuk kemudian dibunuh, perbuatan itu tak perlu
baginya, karena ilmu silatnya sangat lihay, maka ia mampu
mencari dan membunuh mereka di tempatnya masing-
masing!
Tetapi jika Kong-ya Coat ingin memikat pencuri benda
ajaib Tong-beng-oey-hong dan pil mujizat Cu-gan-tan, itupun
tidak masuk diakal, karena pencuri itu pasti akan datang tanpa
membawa kedua mustikanya yang ajaib itu!
Demikianlah Ouw Lo Si berusaha menebak maksud
daripada pertemuan adu ilmu silat itu. Dan dia hanya dapat
menanti saja tanggal mainnya.
Pada tanggal empatbelas bulan delapan di Tan-kwi-san-
cong telah berkumpul banyak jago-jago silat. Selama itu Ouw
Lo Si memperhatikan bahwa Kong-ya Coat seolah-olah sedang
menantikan kedatangannya satu orang tertentu.
Siapakah gerangan orang yang ditunggu-tunggu itu......??
Ouw Lo Si tak dapat menebak, dan untuk menanyakan ia
merasa sungkan!
Pada bulan delapan menurut perhitungan Imlek itu,
pohon-pohon Tan-kwi sudah berbuah dengan suburnya di
pegunungan Hoa-san. Tatkala itu adalah tanggal empatbelas,
di bawah sebuah pohon Tan-kwi tampak Ouw Lo Si tengah
berdiri sambil menikmati malam bulan purnama. Ia
mengharap malam yang terang benderang itu lekas-lekas
berlalu, karena segala keraguannya mungkin akan lenyap dan
kesempatan untuk ia berlalu segera akan datang. Tetapi apa

Sampul Maut 103


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang kemudian terjadi? Sungguh di luar dugaamnya bahwa


dia akan meninggalkan tempat itu dengan perasaan takut
yang hebat serta penasaran!
Kejadian tersebut secara sepintas lalu dapat dituturkan
sebagai berikut.
Pada waktu itu, yang datang hadir di pertemuan adu silat
Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee sudah berjumlah
kira-kira tujuhpuluh orang lebih, dan mereka semua adalah
tokoh-tokoh yang terkenal dalam dunia Kang-ouw.
Antara yang hadir tampak pemimpin partai silat dari ibu
kota Lee Beng Yan, jago silat pedang dari propinsi Hok-kian
Lim Ceng Yao, si Raja naga dari telaga Tong-teng Siauw Cu Gie,
si burung elang dari propinsi San-tung Song Thian Hui dan
banyak yang lain-lainnya lagi.
Yang ganjil yalah semua tokoh-tokoh persilatan tersebut,
sekembalinya dari pertemuan itu, bukan saja telah menjadi
pecundang, malah mereka tampaknya tak ingin, atau merasa
takut untuk merebut kembali nama serta kedudukan mereka
sebagai tokoh-tokoh persilatan yang tenar di kalangan Kang-
ouw!
Lebih heran lagi, setelah kembali dari pertemuan itu,
mereka tak berani menceritakan jalannya pertemuan
tersebut. Jika ada yang menanyakan, mereka hanya dapat
menghela napas panjang sambil bersenyum getir. Bahkan ada
diantara mereka bersembunyi untuk mengelakkan
pertanyaan-pertanyaan!

Sampul Maut 104


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ada beberapa orang yang karena rasa penasarannya,


telah pergi ke pegunungan Hoa-san, untuk menanyakan
langsung kepada Kong-ya Coat, tetapi setibanya di sana,
mereka telah dinasehatkan oleh murid-murid Kong-ya Coat
untuk pulang saja, karena katanya, pemimpin mereka
menolak untuk menerima tamu atau siapapun!
Sang waktu memang ganjil, lambat sekali bagi orang yang
sedang menunggu, tetapi pesat laksana angin bagi orang yang
sedang berpesta.
Pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee yang
telah membawa malapetaka itu, dengan pesat pula telah
berlalu dua tahun. Dan selama dua tahun itu, gelombang di
kalangan Kang-ouw telah mengamuk entah betapa
dahsyatnya!
Peristiwa-peristiwa yang penting antaranya adalah.
Sai-pak-siang-liong (dua naga dari daerah utara) telah
berkelana dan mengganas ke daerah timur.
Sepasang pedang Kim-si-liong-sat-kiam telah menyapu
delapan markas partai silat Tai-hu.
Si Ahli nujum kipas baja Ouw Lo Si yang pernah
menggetarkan Rimba persilatan, setelah mata kirinya dan kaki
kirinya di bikin cacad, ia telah bersembunyi di suatu daerah
dekat lembah Yu-leng-kok, tetapi kemudian didapat kabar
bahwa dia telah kembali berkecimpungan di kalangan Kang-
ouw.

Sampul Maut 105


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ketiga mustika milik Thian-hiang-sian-cu telah muncul lagi


dan membuat heboh kalangan Rimba persilatan, tetapi tiada
seorang pun mengetahui siapa pemiliknya sekarang!
Pintu untuk masuk ke lembah Yu-leng-kok telah tertutup,
karena penghuninya telah menjumpai seorang yang akan
diwariskan ilmu silatnya yang maha tinggi.
Si pemabok Si Lam telah keluar dari partai silat Kiong-ka-
pang dan telah memperoleh ilmu dari pendeta sakti Sam Cong
Tojin. Tetapi tabiat dan sifatnya tak berubah yalah dia masih
berkelana dan minum arak sesukanya, dan sewaktu-waktu
dilihat orang di kalangan Bu-lim!
Disamping itu semua, yang terhebat dan mysterius adalah
pembunuhan kejam ditempatmja Kiu It -- Hui-ing-san-cong.
Tiada seorang pun yang mengetahui siapa pembunuhnya dan
dengan maksud apakah si pembunuh telah melakukan
perbuatan yang kejam itu??
Semua peristiwa-peristiwa itu telah menjadi buah
pembicaraan orang, namun pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-
song-gwat-ta-hwee yang diselenggarakan oleh Kong-ya Coat
tetap menarik sekali perhatian orang banyak. Dan seperti
telah disebutkan di atas, akibat daripada pertemuan adu silat
tersebut telah membuat semua tokoh-tokoh persilatan yang
ikut serta, mengalami suatu ancaman hebat!!
Demikianlah peristiwa-peristiwa penting yang telah
terjadi selama dua tahun itu.
◄Y►

Sampul Maut 106


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Untuk menyingkap tabir rahasia semua ini, marilah kita


ikuti ketua partai silat Tong-teng yang bernama Siauw Cu Gie,
si Raja naga dari telaga Tong-teng, yang hendak mengadakan
pemilihan seorang ketua untuk memimpin semua jago-jago
silat yang hidup di daerah perairan.
Pertengahan bulan delapan sudah tiba lagi, dan
pemandangan di atas maupun di sekitar telaga Tong-teng
yang biasanya ramai dengan perahu-perahu pelancong yang
simpang siur, kini suasana di sekitar telaga tersebut telah
menjadi sunyi-senyap, gawat!
Nyanyian para nelayan yang biasanya berkumandang dan
merayu-rayu kini tidak terdengar lagi. Hanya suara kodok-
kodok atau tonggeret-tonggeret sajalah yang terdengar saling
sahut, yang telah membuat suasana di situ bertambah tegang!
Di bawah sinar bulan purnama yang terang benderang itu,
di suatu tempat yang luas, tampak sejumlah perahu yang
besar atau yang kecil, lebih banyak dari pada biasanya, tengah
mengambang di atas permukaan air telaga itu.
Dari suatu pantai kemudian tampak sebuah perahu
nelayan kecil meluncur dengan tenang sekali. Seorang nelayan
yang bertudung lebar sedang duduk di buritan sambil
mengayuh perahu itu. Di hadapannya tampak seorang
pemuda yang berhalis tebal, bersorot mata tajam, berparas
tampan serta berpakaian baju hijau sedang berdiri di haluan
perahu seraya bernyanyi dengan nada yang rendah dan sedih.
"Bulan purnama kapan keluarnya?
Bersinar di langit sangat megahnya,

Sampul Maut 107


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Berapa luas adanya langit?


Adalah suatu pertanyaan yang sangat sulit.
Aku ingin pulang mengikuti angin,
Namun khawatir suasana menjadi dingin.
Bersikap sabar menanti kesempatan,
Mungkin maksud hatiku akan kesampaian!”
Setelah si pemuda selesai bernyanyi, maka dari itu pantai
tampak sebuah perahu yang besar meluncur di atas telaga
mengejar perahu nelayan si pemuda yang kecil, yang lalu
berhenti untuk menanti kedatangannya perahu yang besar
itu.
Di atas perahu itu tampak dua orang laki-laki yang
berpengawakan besar dan mengenakan pakaian serba hitam
tengah berdiri tegak di haluan perahu. Ketika perahu itu
sudah berada beberapa belas tombak lagi dari perahu
nelayan, terdengar si pemuda bernyanyi lagi.
"Bulan yang bundar dan besar di langit,
Dapat berubah bentuknya.
Meskipun banyak rintangan dan soalnya sulit,
Aku harap dapat lekas mengatasinya!”
Kedua perahu sudah berada dekat sekali satu sama lain,
seorang yang berpakaian serba hitam, itu segera membentak.
"Hei bung! Di sini bukan tempat untuk orang bernyanyi-
nyanyi! Lebih baik kau lekas pulang!”
Tetapi si pemuda terus memandang bulan dan tak
menghiraukan sama sekali bentakan itu.

Sampul Maut 108


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hei bung! Apakah kau tidak mengerti teguranku? Apakah


kau sengaja ingin mengantarkan jiwamu?!” kata lagi orang
yang berpakaian serba hitam dengan gusar.
Si pemuda jadi mendongkol mendengar kata-kata yang
kasar itu dan berbalik menanya dengan sikap yang tenang.
"Hei bung! Kan menegur siapa?”
Si baju hitam menjadi makin gusar, dan membentak lagi.
"Jika bukan menegurmu siapa lagi?!”
Tetapi setelah memperhatikan bahwa pemuda itu bukan
orang yang ia dapat perlakukan sesukanya saja, dengan nada
yang agak sabar ia lalu berkata.
"Malam ini adalah malam yang baik sekali. Kau
seharusnya bersenang-senang. Mengapa justru kau datang ke
sini mencari penyakit?! Aku menasihatkan agar kau lekas-
lekas pulang!”
Si pemuda menoleh kepada tukang perahu diburitan
seraya berkata .
"Ayoh, kita menuju kesana!” Sambil menunjuk ke suatu
arah.
"Hei bung! Jangan kesitu! Aku nasihatkan agar kau lekas-
lekas pulang......”
"Telaga Tong-teng yang luas ini adalah untuk orang pesiar
di atas perahu pada malam bulan purnama ini menikmati
keindahan alam. Jika aku dilarang berbuat begitu, aku betul-
betul menjadi heran! Hei bung! Aku ingin menanya, mengapa

Sampul Maut 109


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

aku dilarang pesiar di telaga ini? Apakah kau ingin


mengangkangi telaga yang indah ini......?!”
"Pui Lo-ji! Jangan hiraukan pertanyaan itu. Coba kau
tengok siapa yang lagi mendatangi! Celaka! Kita telah
membiarkan orang pesiar di atas telaga pada malam ini!” kata
orang yang kedua.
Betul saja pada waktu itu tengah mendatangi sebuah
kapal dengan tiga tiang layar dengan pesat sekali. Kedua
orang yang berpakaian serba hitam nampaknya gemetaran,
seolah-olah menantikan hukuman akibat kelalaian mereka itu!
Di bawah sinar bulan purnama, si pemuda dapat juga
melihat bahwa kapal yang sedang mendatangi itu dicat merah
muda, bahkan ketiga layarnya juga dicat merah muda. Yang
lebih aneh lagi orang yalah yang mengemudikan kapal itu
adalah seorang gadis yang cantik jelita dengan berpakaian
serba merah muda. Di atas dek haluan kapal itu tampak duduk
seorang gadis yang luar biasa cantiknya. Yang juga berpakaian
serba merah muda!
Kapal itu dicat merah muda, anak buah dan pemimpinnya
adalah gadis-gadis yang mengenakan pakaian merah muda,
dan ‘teng’ di atas kapal itu juga berwarna merah muda, maka
di atas telaga yang sunyi dan luas itu, di bawah sinar bulan
purnama, terwujudlah suatu pemandangan yang seolah-olah
keadaan di dalam dunia impian!
Begitu kapal tersebut berendeng dengan perahu yang
besar, maka kedua orang yang berpakaian serba hitam itu
berseru.

Sampul Maut 110


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jie siocia! Apakah kau baik-baik saja?” Sambil


membungkukkan tubuh mereka memberi hormat.
Gadis yang duduk di haluan kapal menyahut. “Hm!” Lalu
memutar kedua matanya yang bundar dan bening ke atas
tubuh si pemuda yang mengenakan baju hijau.
––––––––

BAB 9
PERTEMUAN BESAR JAGO PERAIRAN

"Siapa orang itu?!” tanyanya kepada si baju hitam.


"Apakah kamu tidak memberitahukan kepadanya bahwa
malam ini telaga Tong-teng menjadi daerah yang terlarang
untuk umum?!”
"Aku telah memberitahukannya,” sahut si baju hitam.
"Tetapi ia bilang telaga yang luas ini adalah terbuka untuk
orang menikmati keindahan alam! Jika Jie siocia tidak pernah
menasehatkan agar jangan turun tangan sebelum membikin
persiapan, akupun pasti sudah menghajar dia itu!”
Si gadis hanya menggeram. "Hm!” Lalu ia mengawasi si
pemuda yang tetap berdiri tegak mendengari percakapan
mereka tadi, dan sama sekali ia tidak menunjukkan sikap
ketakutan atau khawatir.
"Kau ini siapa dan datang ke sini hendak berbuat apa?”
tanya si gadis.
"Pada malam pertengahan bulan delapan ini, adalah
waktu yang baik untuk pesiar di atas telaga, mendayung

Sampul Maut 111


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

perahu sambil menik¬mati suasana yang indah permai, dan


itulah maksud kedatanganku di sini......”
"Telaga Tong-teng pada malam ini memang sebetulnya
baik sekali dinikmati. Tetapi telaga ini telah menjadi daerah
yang terlarang untuk umum malam ini. Jika kau tidak
mengetahuinya, kitapun tak dapat mempersalahkanmu......!”
"Mengapa daerah telaga ini menjadi terlarang pada
malam ini? Aku mohon siocia sudi memberi penjelasan
kepadaku!”
"Jika kau bukan dari kalangan Kang-ouw, meskipun aku
menjelaskan kepadamu, kau takkan mengerti!”
"Tetapi...... jika siocia tidak berkeberatan, tolonglah
jelaskan juga kepadaku......”
"Baiklah! Agar kau tidak jadi penasaran, aku akan
mencoba menjelaskan dengan singkat! Malam ini banyak
jago-jago silat telah berkumpul di telaga ini. Kita telah
melarang orang pesiar di atas telaga, itu bukan berarti kita
ingin mengangkangi telaga ini, tetapi kita ingin mencegah agar
orang-orang yang telah pesiar di sini, karena tidak
mengetahui, diserang oleh senjata jago-jago silat yang akan
bertarung nanti!”
Kedua orang yang berpakaian serba hitam merasa heran
atas sikap gadis itu, karena mereka sudah dapat menentukan
bahwa pemuda itu akan pasti didamprat atau mungkin
diserang oleh siocia mereka yang terkenal ketus itu!
Tetapi kenyataan......

Sampul Maut 112


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si pemuda bersenyum dan berkata lagi.


"Betul! Senjata tajam tiada matanya dan dapat melukai
sembarang orang! Tetapi...... jika orang berani datang ke sini
untuk pesiar, maka iapun harus berani dan rela menerima
resiko dari segala kecelakaan! Aku sebetulnya seorang yang
gemar belajar sastra, yah, boleh dikatakan ‘kutu buku’, tetapi
aku selalu mengagumi jago-jago silat dari kalangan Kang-
ouw!”
Si gadis jadi bersenyum manis mendengar penjelasan itu,
ia mengawasi si pemuda sambil membereskan rambutnya
yang terurai tertiup angin.
Sejenak kemudian terdengar si pemuda menanya lagi.
"Aku ada satu permintaan, apakah siocia dapat
mengabulkan?”
"Apakah kau ingin menonton keramaian?”
"Tepat! Siocia telah menebak jitu. Aku yang selalu
menjunjung tinggi jago-jago silat yang luhur, tetapi belum
pernah melihat dengan mata kepala sendiri mereka itu
bertarung! Jika siocia memperkenankan aku menyaksikan
mereka malam ini, aku sungguh merasa beruntung sekali!”
Si gadis bangun dari kursinya lalu berjalan memutari dek
kapal sambil berpikir.
"Jika kau hanya ingin melihat keramaian dan duduk di
pinggiran sambil menonton, sebetulnya tidak menjadi
halangan......” sahutnya. Lalu ia menatap si pemuda dan
berkata lagi.

Sampul Maut 113


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ya! Tidak menjadi halangan sama sekali!”


Salah seorang yang berpakaian serba-hitam tadi, setelah
melihat si pemuda masih berdiri diam saja, menegur.
"Hei bung! Jie siocia sudah mengabulkan permintaanmu!
Mengapa kau diam saja seperti orang gelo dan tidak lekas-
lekas menghaturkan terima kasih?!
Tetapi yang ditegur tetap berdiri tegak, seolah-olah tidak
mendengar tegurannya, bahkan sambil menoleh ke buritan
perahu ia berkata kepada tukang perahu yang bertudung
lebar.
"Hei Pak! Rupanya malam ini kita beruntung sekali. Ayo
ikut kapal Jie siocia untuk menonton keramaian!”
Si baju hitam menjadi mendongkol terhadap si pemuda
karena ia tidak dipandang mata, namun ia tak berani berbuat
apa-apa! Ia hanya merasa heran melihat Jie siocia mereka
yang lain dari pada biasanya! Biasanya gadis itu sangat
berangasan dan ketus karena selalu dimanjakan oleh kakak
laki-lakinya, Siauw Cu Gie yang bernama julukan si Raja naga
dari lima telaga.
Si baju hitam lalu membungkukkan badannya dan
berkata.
"Jie siocia, jika tiada suruhan, aku akan segera kembali ke
tempat penjagaan!”
Si gadis kebat tangannya sebagai tanda memperkenankan
orangnya itu berlalu. Kemudian tanpa menoleh kepada si
pemuda ia berkata.

Sampul Maut 114


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika kau ingin menonton keramaian dengan jelas, lebih


baik kau pindah saja ke atas kapalku......”
Meskipun si gadis mengundang dengan suara yang agak
rendah, tetapi undangan lisan itu tokh dapat juga didengar
terang oleh si pemuda yang segera menyahut.
"Terima kasih banyak siocia! Aku akan segera datang!”
Tukang perahu lalu merendengi perahunya dengan kapal
sungai itu. Empat gadis yang cantik jelita berdiri berbaris di
atas geladak kapal sambil bersenyum mendengari percakapan
antara Ji siocia mereka dengan si pemuda.
Keempat gadis itu lalu menurunkan sebuah tangga tali
agar si pemuda dapat naik ke kapal.
"Kau jangan banyak bicara,” kata Jie siocia sambil
menyilahkan tamunya duduk di atas kursi yang tertutup
dengan kain sutera merah muda. "Dan jangan bertindak
sembarangan. Jika kau duduk diam di kursi ini, aku jamin
keselamatan dirimu!”
Si pemuda hanya bersenyum dan mengangguk, lalu duduk
di atas kursi yang berada di samping kursi si siocia. Maka kapal
sungai itupun lalu berlayar lagi ke jurusan lain.
Selama itu suasana di atas telaga masih sunyi senyap.
Tetapi kemudian dengan tiba-tiba terdengar terompet
berbunyi panjang dan lama, memecahkan suasana yang
hening itu. Berhentinya suara terompet dibarengi dengan
terlihatnya cahaya lampu dan obor yang sinarnya membikin
sebagian telaga menjadi terang benderang. Lalu menjadi sepi
lagi.

Sampul Maut 115


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Baru saja si pemuda ingin menanya si gadis dimana


pertemuan akan diselenggarakan, segera tampak beberapa
puluh lampu dan obor menerangi telaga. Suara terompet
terdengar lagi.
Dari sebelah timur, sebelah selatan dan sebelah utara
terlihat barisan-barisan kapal sungai yang bertiang layar tiga
meluncur dengan tenang sekali. Barisan kapal sungai dari
sebelah timur terdiri dari tujuh buah kapal, dan di atas tiang
layar tengah dari kapal terdepan berkibar-kibar dengan
megahnya bendera kuning yang bertulisan,
"SIAUW dari telaga Tong-teng.”
Barisan kapal sungai dari sebelah barat juga terdiri dari
tujuh buah kapal dengan kain layar putih, dan di atas tiap-tiap
kain layar tersebut tampak gambar seekor naga biru tengah
mengunjuk giginya yang tajam dan membuka kukunya seolah-
olah hendak menerkam mangsanya! Orang-orang di kalangan
Bu-lim pasti mengenali bahwa barisan itu adalah dari Liong
Cin Thian, si Naga biru dari partai silat Tai-hu!
Barisan kapal sungai dari sebelah selatan terdiri dari
banyak buah kapal-kapal dengan lambang dari berbagai-bagai
corak dan warna. Di atas kain layar masing-masing, ada yang
menggambarkan dua tulang lengan tersilang dengan kepala
tengkorak manusia, dan ada juga yang menggantungkan pita-
pita panjang yang beraneka warna dan lain sebagainya.
Barisan kapal-kapal sungai dari sebelah utara terdiri dari
lima buah yang luar biasa, karena ke lima buah kapal itu diikat
menjadi satu erat-erat dengan rantai besi yang besar dan
kuat, di atas geladak kapal tersebut ditutupi oleh papan kayu

Sampul Maut 116


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sehingga merupakan lapangan yang luas sekali. Tampak


enambelas orang yang tinggi besar dan mengenakan pakaian
serba hitam terbagi berdiri dengan tegak di empat sudut
geladak tersebut.
Empat barisan kapal-kapal sungai tersebut dengan
berbareng meluncur menuju ke tengah-tengah telaga.
Jie siocia mengebat lengan bajunya, maka kapalnya itu
lalu dikemudikan ke barisan kapal di sebelah timur, diikuti
oleh perahu nelayan si pemuda.
Tidak lama kemudian empat barisan tersebut sudah
bertemu di tengah-tengah telaga.
Tiba-tiba terdengar bunyi terompet yang memekakkan
telinga.
Di atas geladak kapal terdepan dari barisan kapal di
sebelah timur, tampak duduk seorang yang berpakaian jubah
kuning, para mukanya putih, tetapi berewokan. Kedua
matanya bersinar tajam dan sangat mulia kelihatannya. Di
belakangnya berdiri dua baris orang-orangnya yang
berpengawakan kuat tegap. Pemimpin itu adalah Siauw Cu
Gie.
Di atas geladak kapal terdepan dari barisan di sebelah
barat, tampak duduk seorang pemuda yang mengenakan
pakaian kulit pelindung tubuh berwarna biru. Kedua matanya
yang besar senantiasa melirik ke kanan dan ke kiri.
Tetapi di atas geladak kapal terdepan dari barisan di
sebelah selatan tampak semua orang duduk diam seolah-olah

Sampul Maut 117


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menanti sesuatu yang gawat! Pada saat itu pula suasana di


atas telaga menjadi sunyi-senyap!
Si pemuda baju hijau duduk diam dan merasa kagum
menyaksikan semua persiapan tersebut, tetapi tampaknya ia
tak merasa takut sedikitpun.
Sesaat kemudian dari belakang barisan kapal-kapal di
sebelah timur tampak kembang api meluncur ke atas dan
terdengar suara peletikan lelatu api, dan suasana di situ
menjadi menakjubkan sekali dengan memantulnya bayangan
kapal-kapal di permukaan air telaga itu.
Si gadis bersenyum dan berkata kepada si pemuda.
"Jago-jago silat yang biasa hidup di perairan telah
berkumpul pada malam ini. Mungkin kau tidak menduga
bahwa pada malam ini kau dapat melihat mereka semua!”
Si pemuda bersenyum, sambil menghela napas ia lalu
berkata dengan nada yang agak sedih.
"Nasib manusia sukar diramalkan, dan kejadian-kejadian
di dunia yang luas ini tidak mungkin diduga!”
"Apakah kau tengah mengalami sesuatu yang
menyedihkan?”
"Banyak soal-soal rumit di dunia ini, dan umur kita tidak
panjang. Jika urusanku diperbandingkan dengan soal-soal di
atas, agaknya tidak ada artinya lagi!”
"Apa kau......”
Ucapan itu belum selesai ketika terdengar suatu
pengumuman yang diucapkan dengan keras dan jelas.

Sampul Maut 118


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kalian telah datang di sini dari tempat-tempat yang jauh.


Jika aku tidak melayani sebagaimana mestinya, aku minta
maaf, tetapi aku yakin bahwa kalian sebagai jago-jago silat
takkan menghiraukan soal yang sekecil itu! -- Pada
kesempatan yang baik ini, aku minta kalian dapat mengikuti
acara yang telah ditetapkan untuk membereskan soal-soal
kita sendiri yang mencari hidup di perairan, karena soal-soal
itu belum dapat dibereskan selama beberapa ratus tahun ini!”
Pengumuman itu disambut dengan suara gegap gembira
oleh para hadirin,
"Siapakah yang telah mengumumkan pembukaan itu?”
tanya si pemuda kepada si gadis. "Dan soal apakah yang
belum dibereskan selama beberapa ratus tahun itu?”
"Dia itu adalah Siauw Cu Gie, kakak laki-lakiku!”
"O......”
Kemudian terdengar lagi suara pengumuman.
"Dalam beberapa ratus tahun ini, pengaruh jago-jago silat
di perairan tidak sebesar pengaruh jago-jago silat di daratan.
Kenyataan ini tidak dapat disangkal oleh siapapun! Jika kita
meneliti sebab-musababnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kita terlalu tercerai-berai, malah kadang kala kitapun
saling cakar antara kita sendiri! Setelah mempertimbangkan
bolak-balik, aku jadi bertekad mencari seorang pemimpin
untuk memimpin kita semua, karena dengan jalan ini kita
pasti menjadi kuat dan dapat menangkis segala serangan dari
manapun datangnya! Kita takkan mengalami lagi apa yang

Sampul Maut 119


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

disebut peristiwa Pan-yo, yang sangat memalukan serta


menyedihkan itu!”
"Apa itu peristiwa Pan-yo?” tanya si pemuda.
"Betul-betul kau ini ‘kutu buku’, sehingga peristiwa yang
sangat menggemparkan itu kau tidak perhatikan sama sekali!”
"Jie siocia, aku yang hidup di darat mana bisa mengetahui
peristiwa yang terjadi di perairan?”
Si gadis makin menaruh simpati terhadap pemuda itu
yang di samping tampan sopan santun juga kata-katanya
sering penuh dengan humor!
"Pada pertemuan orang-orang dari kalangan Bu-lim di
masa lampau telah dikeluarkan suatu peraturan, yalah, para
jago-jago silat yang hidup di daratan dilarang untuk
menerobos masuk ke daerah perairan, begitupun sebaliknya
para jago-jago silat di perairan dilarang menerobos masuk ke
daerah daratan,” sahut si gadis. "Tetapi pada dua tahun yang
lampau, orang-orang dari Pek-bee-cit-hiong dari pegunungan
Pek-bee telah merampok para saudagar di telaga Pan-yo.
Jago-jago silat di telaga tersebut berusaha menolong, tetapi
mereka telah digempur oleh orang-orang dari pegunungan
Pek-bee itu, dengan alasan bahwa para jago silat di telaga
Pan-yo lah yang hendak merampok saudagar-saudagar itu!
Coba pikir, apakah itu bukan suatu peristiwa yang sangat
memalukan bagi kita yang hidup di daerah perairan?”
Si pemuda mengangguk-angguk sambil bersenyum getir.
Kemudian terdengar lagi suara pengumuman.

Sampul Maut 120


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku merasa girang bahwa usulku dapat diterima oleh


kalian. Namun...... aku tidak ingin merebut kedudukan
pemimpin yang aku maksudkan itu......! Aku telah
mengundang kalian ke sini untuk menetapkan langkah yang
kita harus ambil karena mau tak mau kita harus melawan
dengan kekerasan karena pula, lain jalan tidak ada!”
Berbareng dengan selesainya amanat itu terdengarlah
tepukan tangan yang riuh rendah menyatakan setuju akan
usul si Raja naga dari lima telaga, yang tengah berdiri di
haluan kapalnya menantikan berhentinya suara sambutan
yang hangat itu.
Adapun syarat-syarat yang dibutuhkan untuk dapat
menjadi ketua dari seluruh partai-partai silat perairan itu
adalah.
Harus memiliki ilmu silat yang maha tinggi, dan agar
pemilihan itu dapat dilakukan seadil-adilnya telah ditetapkan
bahwa tiap-tiap partai silat, yang banyak maupun yang sedikit
anggota-anggotanya, dapat mengajukan lima orang wakil
untuk bertarung di atas Lui-tay terapung, yalah di atas ke lima
buah kapal yang diikat erat-erat, yang berada di barisan kapal
di sebelah utara itu.
Tiap-tiap pemenang memperoleh satu bendera sebagai
angka untuk partai silatnya, dan partai silat yang berhasil
memperoleh sepuluh bendera paling dulu, maka pemimpin
partai tersebut dengan mutlak telah terpilih menjadi
pemimpin dari seluruh partai-partai silat perairan itu, dengan
perjanjian bahwa jika kemudian hari ada yang membangkang
akan perintah-perintah pemimpin tersebut, maka mereka itu

Sampul Maut 121


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

akan ditumpas oleh seluruh partai yang berada di bawah


kekuasaan pemimpin partai itu.
"Sebetulnya syarat-syarat ini telah diumumkan beberapa
waktu yang lalu, dan aku yakin kalian telah maklum.” Siauw
Cu Gie melanjutkan amanatnya. "Tetapi demi kelancaran
pertemuan ini, aku telah mengumumkannya sekali lagi! --
Maka untuk tidak membuang-buang waktu, aku persilahkan
masing-masing partai mengajukan lima orang wakil untuk
maju ke atas geladak kapal gabungan yang merupakan Lui-tay
kita!”
Setelah selesai memberikan amanat, ia mengebat lengan
bajunya, dan dengan tiba-tiba tampak kembang api meluncur
lagi ke angkasa.
Sebagaimana telah dituturkan di atas, masing-masing
partai yang hadir di situ telah diberitahukan maksud dari pada
pertemuan itu, maka sudah tentu masing-masing partai telah
membikin persiapan dengan tekun. Mereka ingin partai
merekalah yang terpilih menjadi tampuk pimpinan dari semua
partai-partai tersebut, karena di kalangan Kang-ouw, nama
dan kedudukan yang tinggi adalah yang lebih diutamakan dari
pada harta benda yang berlimpah-limpah atau jiwa sekalipun!
Sejenak kemudian, dari salah satu barisan kapal sungai di
sebelah selatan meluncur sebuah perahu kecil, di atas haluan
perahu itu, berdiri dengan tegak seorang yang berperawakan
jangkung, bermuka kuning dan kedua matanya besar sekali. Ia
mengangkat kedua tangannya yang dirapatkan sebagai tanda
pemberian hormat kepada para hadirin seraya berkata.

Sampul Maut 122


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Batu harus dibelah untuk mengetahui mutunya. Aku Kim


Khin sudah mengetahui bahwa ilmu silatku masih rendah,
namun...... aku mohon diperkenankan untuk
mempertunjukkan juga ilmu silatku!”
Setelah berkata demikian. ia lalu mendayung perahunya
menuju ke Lui-tay.
Kemudian tampak sebuah perahu lain yang didayung
langsung ke Lui-tay. Dengan satu loncatan yang lincah orang
yang berada di atas perahu itu sudah berada di atas Lui-tay
seraya berkata.
"Aku Kang Tek Jin mohon diperkenankan untuk
mempertunjukkan kepandaianku!”
Setelah memberi hormat kepada Kim Khin, Kong Tek Jin
lalu mencabut seutas rantai baja, yang panjangnya kira-kira
dua meter dan berujung sebilah pisau yang tajam.
Kim Khin pun segera mengeluarkan sepasang goloknya,
lalu sambil bersenyum ia berkata.
"Aku harap saudara tidak mentertawakan jika aku
membuat kesalahan!”
"Akupun harap saudara akan berbuat serupa!”
Setelah itu, secepat kilat ia telah menyerang Kim Khin
dengan menyambitkan rantainya ke arah dada lawannya.
Kim Khin melangkah mundur satu tindak sambil
mengegos ujung pisau, lalu dengan tidak kalah cepatnya ia
meloncat dan menotok ketiak lawannya yang tengah
mengangkat tangan menyambitkan rantai!

Sampul Maut 123


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Demikianlah pertarungan untuk memilih seorang


pemimpin telah dimulai. Sebentar-sebentar terdenger suara
"Crek! Tang!” karena beradunya kedua senjata jago-jago silat
yang tengah bertarung itu.
Serangan-serangan Kang Tek Jin dilancarkan laksana badai
mengamuk, tetapi Kim Khin dengan kelincahan dan ilmu
meringankan tubuh yang baik telah berhasil mendekati
lawannya sambil mencari kesempatan menusukan atau
membabatkan goloknya!
––––––––

BAB 10
PEREBUTAN KETUA JAGO PERAIRAN

"Menurut pandanganku,” si gadis memberikan


pendapatnya kepada si pemuda. "Kim Khin, si ikan mas dari
partai Ngo-heng-pang di tepi sungai Oey-ho, akan menang!”
Baru saja si gadis selesai mengucapkan kata-katanya itu
tampak kedua golok Kim Khin terpentang, lalu menjepit rantai
lawannya, yang kemudian diteruskan dengan kebutan Pek-
hong-ciu-san (Angin utara meniup gunung). Maka
terdengarlah satu suara "Treng!” yang keras, tampak rantai
baja Kang Tek Jin terlepas dari tangannya dan jatuh di geladak
Lui-tay!
"Aku Kang Tek Jin mengaku kalah!” katanya dengan paras
jengah.

Sampul Maut 124


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Siocia, betul-betul tajam pandanganmu!” si pemuda baju


hijau memuji si gadis.
"Jika kau mengerti silat, kaupun dapat meramalkan siapa-
siapa yang akan menang atau kalah dalam suatu
pertarungan!” sahut yang dipuji.
Si pemuda hanya bersenyum dan menoleh ke arah
barisan kapal sungai yang tiang layarnya digantungi pita dari
berbagai-bagai warna, dan ia dapat melihat satu bendera
merah telah dikibarkan pada tiang layar yang terdepan, kapal
partai Ngo-heng-pang.
Setelah empatbelas pertarungan atau aduan silat selesai,
maka Kong Sun Sen dari partai silat Hong-tok dan Ji-tay dari
partai silat Kao-yu masing-masing telah memperoleh satu
bendera merah. Duabelas bendera merah lainnya telah
direbut oleh jago-jago silat dari partai Tong-teng, Tai-hu dan
tiga partai di daerah sepanjang sungai Oey-ho.
Adapun partai silat Tong-teng yang dipimpin oleh Siauw
Cu Gie, telah memperoleh empat bendera merah, partai silat
Tai-hu yang dipimpin oleh Liong Cin Thian juga telah
memperoleh empat bendera merah, dan tiga partai silat di
daerah lembah sungai Oey-ho yang menggabungkan diri
menjadi satu, telah juga memperoleh empat bendera merah!
Jika partai silat Tong-teng dan partai silat Tai-hu
mempunyai banyak jago silat yang lihay, itu tidak
mengherankan, tetapi jika partai-partai silat di lembah sungai
Oey-ho yang menggabungkan diri dan memakai nama Ngo-
heng-pang juga berhasil memperoleh empat bendera merah --
sama banyaknya seperti jumlah bendera merah yang telah

Sampul Maut 125


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

diperoleh oleh kedua partai silat tersebut di atas, ini betul-


betul di luar dugaan banyak orang yang hadir!
TUJUH
Demikianlah tiga partai silat telah memperoleh bendera-
bendera merah sama banyaknya. Sebetulnya partai silat Tong-
teng berada di dalam kedudukan yang lebih unggul, karena
Siauw Cu Gie hanya baru mengirim dua orang wakilnya, dan
kedua orang itu telah berhasil memenangkan empat
pertandingan!
Partai-partai sikat Kao-yu dan Hong-tok setelah
mengetahui bahwa mereka tak dapat melawan jago-jago dari
partai-partai lainnya, maka merekapun telah berhenti turut
serta, dan lebih suka jadi penonton saja!
Partai silat Ngo-heng-pang dari daerah lembah sungai
Oey-ho, meskipun telah berhasil memperoleh empat bendera
merah, tetapi mereka telah kehilangan empat orang jago-jago
silatnya karena terluka. Sedangkan Kim Khin, yang paling
jempol ilmu silatnya juga sudah dirobohkan oleh Nio Ce It dari
partai silat Tai-hu. Mengingat itu semua, partai inipun telah
bertekad takkan mengikuti lagi pertarungan itu.
Dengan demikian, maka pertarungan akan dilangsungkan
oleh partai-partai, dari Tong-teng dan Tai-hu saja.
Pada saat itu seorang dari partai Tai-hu baru saja berhasil
merobohkan Yap Teng dari partai Tong-teng, dengan jurus
Liong-sang-hong-bu (Naga melonjak cenderawasih menari-
nari), sehingga Yap Teng terpental keluar dari Lui-tay dan
tergelincir ke dalam telaga.

Sampul Maut 126


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Perlu kiranya dijelaskan di sini bahwa Yap Teng adalah


seorang jago yang telah berturut-turut memenangkan tiga
pertempuran. Di kalangan Bu-lim ia terkenal sebagai Hay-tee-
lo-gwat (Iblis menyerok bulan dari dasar laut). Jika sampai ia
dapat dikalahkan, dapat diukur betapa lihay ilmu silat orang
yang telah merobohkannya itu! Namun Siauw Cu Gie tetap
bersikap tenang, rupanya ia sudah mempunyai rencana, dan
merasa yakin betul bahwa partai silatnya akan menggondol
piala kemenangan pada akhirnya!
Tidak demikian halnya dengan si gadis, adik Siauw Cu Gie.
Ia menjadi agak gelisah menyaksikan kekalahan Yap Teng itu.
Pertarungan makin lama makin menjadi seru dan hebat
karena saat yang menentukan makin mendekati. Enam
pertarungan telah selesai, dan kedua partai silat tersebut
tetap membagi bendera-bendera dengan jumlah yang sama!!
Liong Cin Thian, pemimpin partai silat Tai-hu mulai
menunjukkan kegelisahannya ketika dari barisan Tong-teng
meluncur sebuah perahu kecil yang ditumpangi oleh Ku Pak
Su, si naga kecil murid kesayangan Siauw Cu Gie.
Ketika perahu itu sudah dekat Lui-tay, dengan jurus Ceng-
teng-tiam-cui (Capung menyentuh air). Ssssst! Ku Pak Su
sudah mencelat seperti kilat cepatnya menuju ke atas Lui-tay!
"Luar biasa!” terdengur pujian dari beberapa penonton
dalam suasana yang sangat tegang itu!
Thio Beng, seorang jago silat dari partai Tai-hu, yang telah
diakui memiliki kepandaian tertinggi di antara rekan-
rekannya, menjadi cemas menyaksikan ilmu Ku Pak Su yang

Sampul Maut 127


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dahsyat itu, karena kali ini dialah yang harus naik ke atas Lui-
tay untuk mempertahankan nama baik partainya.
Sebagai kepala dari salah satu cabang partai Tai-hu, ia
harus memberikan bukti bahwa ia juga memiliki kepandaian
yang tidak boleh dipandang ringan. Maka dengan tekad
berusaha mempertahankan nama serta kedudukannya,
dengan sikap yang agak gelisah, iapun lalu mendayung
perahunya menuju ke Lui-tay, kemudian dengan jurus Han-
san-sin-tit (jangkrik muda meloncat di rumput), tampak ia
menotok pinggir perahu dengan ujung jari kakinya dan
sejenak kemudian ia sudah berdiri berhadapan dengan Ku Pak
Su.
Mereka akan bertarung tanpa mempergunakan senjata,
tampak si naga kecil sudah mulai menyerang dengan jurus
Ciok-po-thian-kheng (Menghancurkan batu mengejutkan
lawan). Ia memekik seperti burung hantu sambil mencelat di
udara dan melepaskan tendangan ke arah dada lawannya!
Thio Beng dengan cepat melangkah ke samping
mengelakkan tendangan maut itu. Egosannya yang dilakukan
dengan cepat dan tenang itu telah memperoleh tampik sorak
dari para hadirin. Tiba-tiba ia berbalik dan menerkam Ku Pak
Su yang baru saja tiba di atas geladak, dengan jurus Beng-
houw-kim-to (Harimau ganas menerkam kelinci).
Tidak percuma Ku Pak Su menjadi murid kesayangan
Siauw Cu Gie, dengan jurus Ouw-bong-sim-ciu (Lindung hitam
menyelam ke dalam air), entah dengan cara apa ia melejit,
hanya tampak Thio Beng terhuyung-huyung menerkam angin!

Sampul Maut 128


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Justru pada waktu lawannya terhuyung itulah, ia


mengirim tinju bajanya ke atas punggung yang tidak
terlindung itu!
Thio Beng jadi terkejut bukan main berbareng merasakan
hembusan angin tinju yang menerjang dari arah belakang,
maka dengan tergesah-gesah pula ia membuang dirinya ke
depan, menukik dan bergulingan di geladak Lui-tay, karena
dengan jalan itu sajalah ia dapat menghindarkan bahaya
maut!
Setelah dapat berdiri lagi, Thio Beng dengan wajah merah
padam telah mendahului menyerang dengan jurus Tok-coa-
touw-tok (Ular berbisa menyemburkan racun). menotok dada
lawannya.
Ku Pak Su mengegos sambil menepuk tangan lawannya
yang hendak menotok itu, dan dengan tinju yang lain ia
menyerang lambung Thio Beng.
Thio Beng mundur secepat kilat, tetapi Ku Pak Su tidak
memberikan ketika kepadanya, ia menggeser dan menghujani
jotosan dengan jurus Kong-ciang-sang-kong (Dua palu baja
menghujani tembok). Thio Beng terdesak dan tak berdaya
sehingga akhirnya ia kecebur ke dalam telaga!
Melihat kekalahan orangnya, Liong Cin Thian tak dapat
menahan napsunya lagi dan membentak.
"Ilmu silat Ku Tay-hiap betul lihay! Apakah aku Liong Cin
Thian boleh menguji ilmu melontarkan senjata rahasianya?”
Lalu ia meloncat turun ke dalam sebuah perahu kecil dan
dengan cepat perahu itu di dayungnya ke Lui-tay.

Sampul Maut 129


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ku Pak Su yakin bahwa Liong Cin Thian sebagai ketua dari


partai silat Tai-hu pasti berkepandaian tinggi, maka ia jadi
bersikap sangat waspada, apalagi setelah mendengar ia ingin
diuji kepandaian melepaskan senjata rahasianya.
"Ku Tay-hiap!” kata Liong Cin Thian setelah berhadapan
dengan lawannya itu. "Seperti telah kukatakan tadi bahwa aku
hendak menguji ilmu melepaskan senjata rahasiamu. Perlu
kiranya aku jelaskan di sini bahwa ilmu melepaskan senjata
rahasia memerlukan juga mata yang tajam!”
Ucapan tersebut sebetulnya suatu sindiran untuk
menyerang urat syaraf dan berbareng mengejek Ku Pak Su,
karena bila Ku Pak Su menjadi gusar ia akan bertarung dengan
hati yang tidak tenteram. Dan betul saja setelah mendengar
sindiran itu, yang seolah-olah menganggapnya bermata lamur,
ia menjadi gusar dan membisu menahan amarahnya.
"Aku tentu tidak mempunyai kepandaian apa-apa,
terutama kepandaian bicara untuk mengimbangi kelihayan
bicara Locianpwee!” sahutnya. "Maka dengan ini aku mohon
mengundurkan diri dari Lui-tay ini!”
Ia membungkukkan tubuhnya menghaturkan hormat, lalu
turun ke dalam perahu dan kembali ke barisannya!
Perbuatan tersebut sungguh di luar dugaan Liong Cin
Thian, dan mungkin juga di luar dugaan orang banyak. Mereka
jadi saling menatap wajah masing-masing sambil bertanya.
"mengapa Ku Pak Su mengaku kalah sebelum bertempur?”
"Dia seorang Siauw-cut (orang tak ternama) yang bernyali
tikus!” Demikianlah ada sebagian orang yang seenaknya saja

Sampul Maut 130


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

telah melontarkan ejekannya. Tetapi ada juga sebagian orang


yang malah memuji di dalam hati dan mengatakan bahwa
sikap Ku Pak Su itu sangat bijaksana. Bahkan ada jago silat
yang merasa kasihan terhadap Liong Cin Thian yang telah
ditinggalkan mentah-mentah, seolah-olah lawannya itu segan
meladeni orang yang kurang sehat otaknya!!
Meskipun Liong Cin Thian pernah memimpin orang-
orangnya berkelana ke utara dan selatan, tetapi ia masih
merupakan seorang pemimpin yang kurang pandai
mengendalikan sikap dan kewibawaannya sendiri, ia tertawa
berkakakan dan berkata dengan suara yang keras sekali.
"Kedua mata Ku Tay-hiap ternyata memang kurang tajam,
dan sikapnya pun kurang tenang! Tetapi aku harus mengakui
bahwa sangat cerdik. Ia mengetahui bahwa ia bukan
tandinganku yang sepadan, dan telah menarik diri dari
pertarungan ini. Jika banyak jago-jago muda lainnya sepintar
Ku Tay-hiap, bukankah mereka akan lebih selamat? Ha, ha,
ha!!”
Kata-kata itu bukan saja telah mengejek Ku Pak Su, tetapi
juga semua anggota dari partai Tong-teng, terhitung
pemimpinnya sekali, Siauw Cu Gie!
Sebagai pemimpin dari partai yang boleh dikatakan
terbesar, Siauw Cu Gie masih dapat mengendalikan hawa
amarahnya, tetapi baru saja ia ingin menjawab, tiba-tiba dari
tempat yang tidak jauh dari kapal sungainya terdengar suara
tertawanya seorang wanita. Ia menoleh ke belakang dan
tersenyum setelah mengenali bahwa orang yang tertawa itu

Sampul Maut 131


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

adalah adik perempuannya, Siauw Bie alias Jie siocia, yang


cerdik luar biasa dan selalu dimanjakannya itu.
Kemudian sambil tertawa manis Siauw Bie menyahut.
"Pemimpin Liong betul-betul pandai bicara. Jika
kepandaian bicara orang-orang di kalangan Bu-lim setaraf
dengan kepandaian pemimpin Liong itu, sungguh sangat
disayangkan bahwa ilmu silat akan musnah dari muka bumi
ini, karena tiada lagi orang yang ingin mempelajarinya!”
Di bawah sinar lampu dan obor Liong Cin Thian dapat
melihat seorang gadis yang mengenakan pakaian serba merah
muda, yang cantik luar biasa tengah mentertawakan dirinya.
Ia menjadi serba salah dan tak dapat berkata-kata untuk
sementara waktu. Sahutan yang tajam itu telah menggores
sanubarinya, dan ia menjadi masgul ketika mengetahui harus
berhadapan dengan seorang gadis!
Dalam suasana yang mendadak sunyi itu, terdengar Siauw
Bie berkata lagi.
"Jika pemimpin Liong lebih pintar bicara daripada
bertempur, akupun tak dapat mengadu lidah terhadapnya.
Tetapi jika Pemimpin Liong lebih pintar bertarung daripada
bicara, aku minta kerelaan hatinya untuk mengajarkanku satu-
dua jurus ilmu silat!”
Perkataan itu semata-mata adalah suatu tantangan.
Mengingat kedudukannya sebagai seorang pemimpin dari
satu partai silat yang besar, Liong Cin Thian harus menerima
tantangan itu. Hanya jika ia menang dalam pertempuran itu,
ia menang melawan seorang gadis, tetapi sebaliknya jika dia

Sampul Maut 132


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang dirobohkan oleh gadis itu dimanakah ia harus menaruh


mukanya?! Liong Cin Thian jadi ber¬diri menjublek sambil
menggaruk-garuk kepalanya yang sebetulnya tidak gatal!
Sejenak kemudian tampak Siauw Bie berjalan ke depan
haluan kapal sungainya agar ia dapat dilihat tegas oleh para
hadirin dan berkata lagi.
"Aku tidak dapat memaksa jika pemimpin Liong tidak
bersedia melawan aku, karena mungkin aku tidak terhitung
sebagai seorang jago silat yang terkenal sebagai pemimpin
Liong, si Naga biru!”
Ejekan yang bertubi-tubi datangnya itu telah membikin si
pemuda baju hijau yang mendampingi Siauw Bie jadi tertawa
terpingkal-pingkal meskipun tampaknya ia berusaha keras
menahan rasa gelinya itu.
Melihat demikian, Liong Cin Thian yang berada dalam
kedudukan serba-sulit itu menjadi gusar bukan main.
"Hei monyet! apa yang kau tertawakan?!” bentaknya
dengan mata melotot.
Si pemuda belum dapat menahan tertawanya, dengan
sikap acuh tak acuh ia tertawa terus.
"Apakah orang tak diperbolehkan tertawa di sini?” tanya
Siauw Bie. "Lagipula jika kau mampu membikin seekor
monyet tertawa, sesungguhnya kau ini seorang badut
terbesar!”
Liong Cin Thian jadi berjingkrak karena gusarnya
dikatakan sebagai seorang badut, tetapi terhadap seorang

Sampul Maut 133


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

gadis cantik sebagai Siauw Bie, ia seolah-olah kehilangan


pegangan dan tiap-tiap jawaban Siauw Bie hanya
menjerumusnya lebih dalam saja ke jurang lelucon! Ia
menundukan kepala untuk berpikir dan mempertimbangkan
langkah yang harus diambil. Lalu bagaikan orang sinting ia
tertawa gelak-gelak dan berkata.
"Aku menanya pemuda itu, tetapi siocia yang menyahut.
Sekarang aku ingin menanya, siocia dan dia itu ada hubungan
apa, sehingga kau mengeloninya mati-matian?!”
Ditanya demikian, dengan tiba-tiba paras Siauw Bie
menjadi merah, tetapi tidak salah jika gadis itu terkenal
cerdik, karena tanpa menjadi bingung terdengar ia menyahut.
"Orang yang pertama-tama bicara denganmu adalah aku,
mengapa kau menanyakan dia yang tidak ada hubungannnya
samasekali? Apa barang kali kau memang sudah linglung?!”
Liong Cin Thian menjadi hijau mukanya serta gemetaran
seluruh tubuhnya karena terlampau menahan gusar. Pertama
ia dikatakan sebagai seorang badut, kini ia dianggap sudah
linglung!
◄Y►
Ketika tanya jawab itu berlangsung dengan sengitnya,
sekonyong-konyong terdengar seruan kaget dari beberapa
hadirin, dan seketika itu juga tampak sebuah kapal sungai
dengan tiang layar hitam dan kain layar putih tengah
mendatangi ke arah Lui-tay. Di atas lajar yang putih itu tertulis
tiga huruf,
Soat-hay-tu!

Sampul Maut 134


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Di bawah sinar bulan dan bintang-bintang, bukan saja tiga


huruf yang tertulis di atas layar itu terlihat sangat jelas,
bahkan seorang yang kurus jangkung, berambut panjang yang
menutupi kedua bahunya, mengikat kepalanya dengan sehelai
kain, dan mengenakan jubah serba putih juga tampak berdiri
tegak di haluan kapal sungai itu.
Ketika sudah mendekati kapal sungai Siauw Cu Gie,
manusia ganjil itu menanya dengan suara keras.
"Pemimpin Siauw! Kau sudah mengundang seluruh jago
silat perairan, mengapa aku tidak turut diundang? Apakah
barangkali kau sudah lupa kepadaku?!”
Baru saja selesai mengucapkan kata-katanya itu, tampak
tubuhnya yang kurus jangkung laksana sebatang bambu itu
berdiri tegak, kedua lututnya membengkok sejenak, dan
dengan satu loncatan, secepat kilat ia sudah berada di atas
Lui-tay!
Manusia ganjil itu bukan saja pakaiannya sembarangan,
bahkan wajahnya pun jelek sekali. Kedua tulang pipinya
menonjol keluar, hidungnya melengkung seperti patok burung
betet, mulutnya monyong seperti mulut ikan hiu, tubuhnya
kurus jangkung seperti sebatang bambu dan suara tertawanya
nyaring seperti kuntilanak!
Para hadirin adalah jago-jago silat yang banyak berkelana
dan lama berkecimpungan di kalangan Kang-ouw, namun
delapanpuluh persen dari mereka tidak mengenal siapa
manusia ganjil itu. Hanya si pemuda baju hijau terperanjat
ketika melihat tiga huruf Soat-hay-tu, yang tertera di atas
layar!

Sampul Maut 135


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Liong Cin Thian yang sedang gusar, juga telah terperanjat


dengan tibanya si jangkung itu.
"Hari ini adalah hari pertemuan para jago silat perairan,”
bentaknya. "Saudara datang di sini atas undangan siapa??
Mengapa naik ke Lui-tay ini tanpa permisi dulu? Apakah kau
menganggap kita semua patung-patung batu?!”
Si jangkung mengawasi Liong Cin Thian dengan tajam,
sambil tertawa berkikikan, lalu ia menyahut.
"Jadi kau menganggap aku ini bukan seorang jago silat
perairan, dan tak berhak turut serta dalam pertemuan ini?!”
Liong Cin Thian yang berwatak berangasan dan sedang
mendongkol telah ‘dikocok’ pulang pergi oleh Siauw Bie,
menjadi kalap.
"Aku sudah lama berkecimpungan di kalangan Kang-ouw
dan mengenal banyak jago-jago silat perairan, tetapi aku tidak
mengenal orang yang berparas seburuk kau ini!” bentaknya
seraya melangkah maju beberapa tindak.
"Jika kau tidak menganggap aku ini sebagai jago silat,
yah......! Aku tidak berkeberatan sedikitpun. Tetapi...... aku
sudah berada di atas Lui-tay ini, apa yang hendak kau perbuat
terhadapku?!”
"Kau harus lekas-lekas enyah dari sini, dan jika kau masih
ingin membangkang......”
Belum lagi selesai mengucapkan bentakannya itu, Liong
Cin Thian sudah tidak lagi dapat menahan hawa amarahnya,

Sampul Maut 136


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dan dengan dua jari tangan kanannya ia menyerang dengan


maksud menotok dada si jangkung!
Totokan itu kelihatannya tidak luar biasa, tetapi
sebetulnya mengandung banyak perubahan dan tipu-tipu
yang membingungkan bagi orang yang diserangnya. Orang
yang mengenal Liong Cin Thian, terutama orang-orang dari
partai silat Tai-hu, sudah mengetahui kelihayan totokan
tersebut, dan mereka menduga bahwa si jangkung itu pasti
menjadi korban.
Tetapi...... yang diserang tetap tertawa, seolah-olah tak
membikin persiapan untuk menerima serangan lawannya itu.
Ia hanya membengkokkan tubuhnya ke belakang ketika kedua
jari tangan Liong Cin Thian yang hendak menotok dadanya itu
sudah dekat sekali!
Liong Cin Thian yang sudah yakin betul bahwa totokan
mautnya itu takkan gagal telah mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya, malah karena napsunya ia telah menjadi lalai untuk
membikin perubahan dan menyerang bagian lain dari
lawannya, jika serangannya yang pertama itu tidak membawa
hasil. Ia jadi terkesiap ketika merasakan telinganya ditiup oleh
lawannya, maka dengan jurus Kim-li-to-cwan-po (Ikan hiu
menembusi gelombang), ia meloncat ke belakang satu
tombak dengan hati berdebar-debar!
Si jangkung gembira sekali telah dapat mempermainkan
lawannya itu, lalu sambil nyengir ia berkata.
"Kau telah berbuat curang! Kau sama sekali tidak
memberikan ketika untuk aku bersiap-siap, tetapi dengan
tiba-tiba kau telah menyerang!”

Sampul Maut 137


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Sekarang kau sudah siap, maka mulailah!!”


––––––––

BAB 11
JAGO-JAGO PERAIRAN LAINNYA

Bentakan yang keras itu disertai dengan satu loncatan


untuk menerkam si jangkung. Tampak kedua tinju Liong Cin
Thian melancarkan pukulan-pukulan dengan jurus-jurus Ban-
li-hui-hong (Pelangi membentang di seluruh angkasa) dan
Ouw-hong-cui-hong (Tawon mengamuk menyengat beruang),
ke atas kepala dan pundak si jangkung!
Bukan main pesatnya hujan tinju itu, yang telah
dilancarkan dengan maksud mengunjuk kewibawaan dan
mencuci malu!
Tetapi...... hujan tinju secepat kilat itu hanya ditangkis
oleh si jangkung dengan menyalibkan kedua lengan di atas
kepalanya, dan pukulan-pukulan maut Liong Cin Thian itu
seolah-olah ditumbukkan ke atas batu gunung yang besar!
Kemudian dengan jurus Nu-long-pa-san (Gelombang
raksasa menggempur gunung), si jangkung menolak ke depan
dengan lengannya yang disalibkan tadi, dan dengan satu
jeritan yang membikin bulu roma berdiri, ia mencelat ke
belakang melalui kepala lawannya!
"Hei kerbau gila!” bentaknya. "Serangan yang dilakukan
dengan jurus Ouw-hong-cui-hong itu boleh juga...... hanya
sayang sebelum tinju dilancarkan kau sudah terlampau

Sampul Maut 138


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

banyak mengeluarkan tenaga. Jika kau menyerang musuh


begitu caranya, mana kau dapat menang?! Menurut
pandanganku, kau harus belajar silat lagi dua tahun! -- Ya! dua
tahun lagi lamanya. Hee, hee, hee!”
Sebetulnya para hadirin sudah tidak senang melihat wajah
si jangkung yang jelek, yang telah datang di situ tanpa
diundang itu. Tetapi setelah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri cara ia melayani Liong Cin Thian seperti kucing
mempermainkan seekor tikus, perasaan jemu dan masgul
mereka segera berubah menjadi perasaan kagum!
Siauw Bie yang kini tengah duduk di samping si pemuda
baju hijau, ingin menanyakan kalau si pemuda kenal manusia
ganjil itu, tetapi ketika melihat sikap si pemuda tidak setenang
semula, ia membatalkan maksudnya.
Dan pada saat itu pula di atas Lui-tay telah terjadi suatu
pertempuran yang dahsyat sekali. Di bawah sinar bulan yang
terang benderang, ditambah dengan sinar lampu dan obor,
tampak si jangkung berlari dan berloncat-loncat dengan gesit
sekali mengurung Liong Cin Thian yang jadi sibuk menangkis
atau mengegosi tiap-tiap serangan lawannya yang aneh itu.
Pertempuran baru saja berjalan lebih kurang tigapuluh
jurus, Liong Cin Thian sudah tampak terdesak. Ia yang
berwatak berangasan tengah memberi perlawanan dengan
sikap kurang waspada serta hati kurang tenang, maka ia telah
melanggar sila-sila pokok atau pantangan-pantangan utama
dalam ilmu silat!
Ilmu silat yang maha tinggi, gerak-gerik yang lincah
laksana seekor kera, cara menangkis sesuatu serangan yang

Sampul Maut 139


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sulit yang dipamerkan oleh si jangkung, telah membikin para


hadirin menjadi kagum tak terhingga.
Siauw Cu Gie yang tadinya ingin bertarung dan
mengalahkan Liong Cin Thian, kini jadi berbalik mengharap
agar Liong Cin Thian berhasil mengalahkan si jangkung itu! Ia
hanya dapat mengharap, tetapi kenyataan tidak dapat
dipungkir!
Semua hadirin telah dapat melihat bahwa Liong Cin Thian
merupakan lawan yang empuk bagi si jangkung. Liong Cin
Thian pun menyadari hal ini, namun demi nama baik
partainya, ia mela¬wan terus dan bertekad memberikan apa
saja yang dimilikinya untuk merobohkan lawannya itu!
Tiba-tiba terdengar satu jeritan yang amat nyaring, dan
tampak Liong Cin Thian melonjak ke atas, lalu dari atas
dengan kedua lengannya terpental lebar, ia menukik dan
menerkam dahsyat sekali! Itulah jurus Yun-liong-sin-jiauw
(Cakaran maut naga sakti), yang tidak dapat dipersamakan
dengan jurus-jurus lainnya.
Si jangkung mengawasi lawannya yang sudah terapung di
udara itu, ia menanti sebentar lalu sambil mengebatkan
lengan jubahnya tampak tubuhnya yang kurus itu menerjang
ke atas, dan pada saat kedua lawan itu saling lewat melewati
itulah, tiba-tiba terdengar satu jeritan seram dan tampak
tubuh Liong Cin Thian terkulai serta terlempar ke permukaan
geladak Lui-tay, untuk kemudian terjerumus masuk ke dalam
telaga!
Terpecahlah suasana yang hening dan tegang itu oleh
suara gemuruh para hadirin yang jadi terperanjat bukan main

Sampul Maut 140


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menyaksikan adegan yang ganas itu. Orang-orang dari partai


silat Tai-hu segera menceburkan diri mereka ke dalam telaga
untuk menolong ketua partai tersebut, tetapi setelah sekian
lamanya mereka mencari, tubuh atau mayat Liong Cin Thian
tidak berhasil diketemukan!!
Setelah menyapukan matanya ke seluruh anggota-
anggota partai silat Tai-hu, si jangkung lalu menoleh kepada
Siauw Cu Gie dan berkata dengan suara yang lantang.
"Pemimpin Siauw! Pertemuan kali ini telah dihadiri oleh
semua jago-jago silat dari daerah dekat telaga dekat sungai
atau dekat sungai kecil. Akupun telah mengetahui bahwa yang
ilmu silatnya tertinggi akan dipilih menjadi pemimpin. Aku
sebetulnya tidak bermaksud dipilih, namun aku ingin juga
coba-coba! Karena jika aku tidak mencoba, mungkin aku
takkan enak tidur dan makan!”
Ia berhenti sejenak untuk melihat reaksi para hadirin atas
ucapannya itu, lalu sambil tertawa ia melanjutkan.
"Partai silat Kao-yu, Hong-tok, Tong-teng, Tai-hu, yang
dari daerah lembah sungai Tiang-kang dan sungai Oey-ho
telah hadir di sini, ditambah dengan aku dari partai soat-hay
maka bolehlah dikatakan bahwa pertemuan ini betul-betul
telah komplit dihadiri oleh semua partai-partai silat perairan!
Hai! Alangkah baiknya jika kita berhasil memilih seorang
pemimpin sekarang ini!”
Setelah berkata demikian ia terus tertawa berkikikan
seolah-olah tiada manusia lain di sekitarnya.

Sampul Maut 141


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Saudara datang dari partai Soat-hay, apakah saudara ini


murid Soat-hay Song Gie Locianpwee?” tanya Siauw Cu Gie
dengan heran.
"Betul! Sungguh luas pengetahuan pemimpin Siauw. Aku
bernama To Leng dan Soat-hay Song Gie Locianpwee adalah
guruku!”
Ketika mengetahui si jangkung bernama To Leng semua
hadirin menjadi terkejut. Karena dia itulah yang bernama
julukan Bo-song-pek-hi, Cui-hun-siau-bin (Si baju putih
menghalau roh)!
"Kalian telah menetapkan sendiri syarat dan caranya
untuk memilih pemimpin,” kata To Leng. "Dan syarat serta
cara pemilihan itu aku tentu harus menyetujui! -- Tadi aku
telah bertarung satu kali dan seperti kalian telah saksikan
bahwa aku yang menang. Sekarang aku sudah siap untuk
bertarung lagi melawan siapa saja!”
Para jago silat yang telah dipecundangi tentu tidak akan
berani maju lagi, sedangkan yang belum dikalahkan merasa
gentar untuk berhadapan dengan To Leng yang telah dengan
mudah melemparkan Liong Cin Thian ke dalam telaga!
Siauw Cu Gie menundukkan kepalanya berpikir keras dan
mempertimbangkan tantangan itu. Sebetulnya maksud dari
pada pertemuan tersebut adalah untuk mempersatukan jago-
jago silat perairan di bawah satu pimpinan, dan siapapun tak
dapat menyangkal manfaat atau faedahnya jika perhimpunan
itu telah terwujud.

Sampul Maut 142


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Orang yang mencetuskan gagasan yang revolusioner itu


adalah si Raja naga dari lima telaga sendiri, yang pun diam-
diam berhasrat besar untuk terpilih menjadi pemimpin yang
dimaksud itu. Ia tengah menilai apakah To Leng itu dapat ia
robohkan. Tetapi sebelum herhasil mengambil keputusan,
Siauw Bie sudah menantang bakal lawannya itu.
"Hei kau si jangkung jelek! Menurut pendapatmu Soat-
hay dapat digolongkan sebagai daerah perairan. Jika
demikian, ikan kayu juga dapat digolongkan sebagai ikan
tulen! Hah! Aku menasehatkan agar kau pergi sekolah dulu,
dan baru datang lagi setelah ikan kayu betul-betul boleh
digolongkan sebagai ikan tulen!”
"Aku kira pada dewasa ini, pria dan wanita sama
derajatnya. Karena wanita atau pria adalah manusia juga dan
tak boleh dibeda-bedakan! Bagaimana pendapat siocia?”
tanya To Leng sambil nyengir dan menantikan jawaban Siauw
Bie. Tetapi si gadis tidak menyawab, maka ia meneruskan.
"Maksud dari pada ucapan tadi yalah, jika siocia ingin
maju bertarung melawan aku, aku merasa girang sekali, tetapi
itu tak usah aku sebut-sebut lagi. Sekarang mari kita kembali
kepada pertanyaanmu tadi. apakah Soat-hay boleh
digolongkan sebagai daerah perairan? -- Soat-hay adalah
lautan es. Jika air sungai Oey-ho telah membeku dan menjadi
es, apakah sungai tersebut masih tetap diakui sebagai
sungai?!”
Semua hadirin merasa tertarik sekali dengan pertanyaan-
pertanyaan yang aneh itu, mereka hanya cemas si gadis akan
menjadi ‘makanan empuk’ bagi si jangkung itu.

Sampul Maut 143


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Sejenak kemudian mereka telah dibikin terkejut oleh


munculnya sebuah bola kayu yang bergaris lintang lebih
kurang dua meter dan dicat sangat indah dengan lima warna
yang menyolok. Benda itu tengah meluncur di permukaan air
telaga sambil terputar-putar pelahan.
Debat antara Siauw Bie dan To Leng jadi berhenti dengan
tiba-tiba. Para hadirin mengalihkan perhatian mereka ke
benda yang berbentuk aneh itu. Mereka saling bertanya-tanya
dari manakah datangnya bola kayu itu? Apakah maksud dan
gunanya?
Sejenak kemudian, setelah datang lebih dekat, tampak
benda bundar itu terbuka bagian atasnya, lalu dari dalam
keluar seorang yang badannya gemuk seperti seekor babi,
rambutnya terurai, mukanya brewokan dan mengenakan baju
yang banyak warnanya! Begitu keluar dari dalam bola itu,
orang itu segera mendongak ke atas dan menyemburkan
napasnya keluar dari mulut.
Setelah itu, tampak tubuhnya yang gemuk itu berputar
dan menggulung seperti asap, lalu membal ke atas dengan
lincahnya, dalam beberapa saat saja ia sudah berada di atas
Lui-tay. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan tertawa
cekikikan.
"Siapakah yang dipanggil si Raja naga dari lima telaga?”
tanyanya dengan nada suara seorang wanita. "Lekas minta
maaf kepadaku, jika tidak aku akan meniup semua kapal-kapal
layar ini ke lautan utara! -- Camkanlah bahwa aku ini bernama
Tong-kwee-sin-hi!”

Sampul Maut 144


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pertemuan itu yang semula berjalan dengan lancar dan


hampir berakhir, telah terganggu dengan datangnya To Leng.
Itulah saja sudah membikin Siauw Cu Gie pusing kepala.
Sekarang muncul lagi makhluk yang ajaib ini, yang telah
datang dan mengancam tanpa alasan!
"Aku Siauw Cu Gie, yang terkenal sebagai si Raja naga dari
lima telaga!” sahut ketua partai Tong-teng, ia sengaja
memperkenalkan nama julukannya sekali saking gusarnya.
"Aku telah berbuat apakah yang kiranya menyinggung
perasaanmu sehingga aku perlu minta maaf? -- Aku menuntut
penjelasan!”
"Oooo......! Tidak kunyana nama julukan setenar itu
dimiliki oleh orang semacam kau ini! Kau telah mengundang
semua jago-jago silat perairan, mengapa kau tidak
mengundang aku dari dasar sebuah sumur?! Apakah di dasar
sumur tidak ada air, sehingga aku Ceng-tai-leng-wa (si kodok
sakti dari dalam sumur) tidak terhitung sebagai jago silat
perairan?!”
Jawaban yang tidak keruan itu, yang diucapkan dengan
nada suara seorang wanita, telah membikin semua orang tak
dapat menahan tertawanya.
Tetapi tidak demikian halnya dengan Siauw Cu Gie,
penyelenggara pertemuan itu, ia menjadi tambah pusing.
Betapa tidak, pertama To Leng datang dan mengaku berasal
dari Lautan es, kini lagi makhluk ganjil yang mengaku telah
datang dari dasar sebuah sumur!
"Bukankah yang dapat hidup di dasar sumur hanya ikan-
ikan saja?” ia bertanya di dalam hati.

Sampul Maut 145


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Selagi ia berpikir mencari jalan keluar dari


kebingungannya, tiba-tiba dari kejauhan tampak dua buah
perahu, satu besar dan yang satunya lagi kecil, yang terpisah
kira-kira beberapa puluh meter saja, seolah-olah segan
melalui perahu besar yang tengah meluncur pesat sekali.
Ketika perahu itu sudah datang dekat, tampak seorang
kakek yang berambut putih seluruhnya, mengenakan jubah
kain kasar dan bertudung lebar, tengah berdiri tegak di haluan
dengan sikap yang garang sekali.
Kemudian secepat kilat ia telah meloncat ke atas dan
tanpa menunggu sampai ditanya, ia segera berkata.
"Aku minta maaf, aku minta maaf! Pertemuan yang
diselenggarakan oleh pemimpin Siauw tadinya tidak
kuketahui, maka aku jadi terlambat datang, aku minta maaf
kepada kalian yang telah menunggu lama! Aku bernama Tang
Ceng Hong, sudah lama tinggal di tepi anak sungai dan kawan-
kawan memanggilku Hua-kee-yun-hiap (Pertapa dari desa
Hua-kee). Aku mengetahui bahwa pertemuan ini adalah untuk
jago-jago silat perairan, dan karena aku dapat digolongkan
sebagai satu di antara mereka, maka akupun datang untuk
turut serta. Tentang apakah aku dapat dipilih sebagai
pemimpin atau tidak, aku sungguh tak berani tekebur!”
Perahu kecilpun sudah mendekat. Orang yang mendayung
rupanya bukan orang yang biasa mencari penghidupan di
perairan, ini dapat dilihat jelas dari caranya dia mendayung,
sehingga perahunya kelihatan seolah-olah orang yang mabok
arak sedang berjalan! Tetapi cara dia meloncat dari perahunya
ke atas Lui-tay, sungguh sangat mengagumkan!

Sampul Maut 146


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Iapun tidak menunggu sampai ditanya. Setelah berada di


atas Lui-tay, sambil mengangguk-angguk terhadap para
hadirin, ia tertawa dan berkata.
"Telaga, lautan, sungai, kali, anak kali. bahkan sumur......
semuanya tergolong sebagai daerah perairan. Aku ini Hee-tok-
cui-kee (Jago silat dari rawa), juga tergolong sebagai satu di
antara mereka itu, oleh karena itu aku terpaksa harus hadir.
Jika aku telah terlambat datang, aku mohon kalian memberi
maaf kepadaku.....!”
Dua manusia ganjil telah hadir pula di situ. Yang satu
mengaku telah datang dari Hua-tee (sungai bunga) dan yang
satunya lagi mengaku telah datang dari Hee-tok (jambangan
kecil) tetapi di manakah Hee-tok itu?!
Hee-tok-cui-kee rupanya yakin akan keraguan orang-
orang yang hadir, maka dengan suara lantang ia segera
berkata.
"Para hadirin yang terhormat, mungkin ada yang ingin
menanyakan di mana letaknya Hee-tok itu? -- Memang tiada
seorang pun yang tahu, karena Hee-tok berada di badanku
ini!” sambil menunjuk jubah di bagian dadanya.
Penjelasan itu sangat membingungkan, orang-orang
sudah mengetahui bahwa.
1) sumur, 2) rawa, 3) telaga, 4) kali, 5) anak kali, 6) Sungai
dan 7) lautan, tergolong sebagai daerah perairan. Apakah ada
daerah perairan yang kedelapan??!
Nio Ce It yang berangasan dari partai Tai-hu menanya.

Sampul Maut 147


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku tidak mengerti jika Hee-tok, yang menurut


penjelasanmu berada ditubuhmu itu, tergolong sebagai
daerah perairan juga! Jangan kira di sini tidak ada orang-orang
gagah untuk memelintir batang lehermu, sehingga kau berani
berlaku kurang ajar dan mempermainkan kita!”
Hee-tok-cui-kee tertawa terpingkal-pingkal ditegur
demikian, lalu sambil menunjuk ke arah Tong-kwee-sin-hi, ia
menyahut.
"Saudara itu mengaku bahwa dia datang dari dasar
sumur, namun pengetahuannya ternyata lebih luas dari
padamu! Hee-tok, meskipun daerah perairan kecil tetapi
manfaatnya besar sekali!”
Setelah berkata demikian, ia mengeluarkan dari dalam
jubahnya, sebuah kotak berukuran 15 cm x 9 cm, yang
ternyata sebuah bakhi (batu alas untuk membuat tinta
Tionghoa). Di tempat yang cegelok di ujung bakhi itu tampak
air bak yang hitam dan kental. Karena kotak itu baik
dibuatnya, maka air bak di dalam bakhi tersebut tidak
mengetel keluar.
Tetapi setelah bakhi itu dipegang terbalik dan air yang
hitam dan kental itu masih tidak tumpah ke bawah, para
hadirin jadi terperanjat sekali dan yakin bahwa Hee-tok-cui-
kee ini bukan orang sembarangan, karena dengan tenaga
dalamnya yang sakti, ia telah berhasil menahan air bak itu
sehingga tidak jatuh ke bawah!
"Hai kalian, dengarlah!” kata Hee-tok-cui-kee. "Air hitam
ini tidak banyak, namun air ini takkan menjadi kering di musim
kemarau, atau beku di musim dingin. Dengan air bak ini aku

Sampul Maut 148


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dapat menyapu laskar musuh. Bukankah dengan demikian aku


juga dapat digolongkan sebagai jago silat perairan?”
Penjelasan yang mirip seperti penjelasan dari seorang
yang miring otaknya itu membikin para hadirin heran dan geli
bukan main. Siauw Cu Gie pun menjadi terpaksa nyengir dan
berkata.
"Saudara telah memberikan penjelasan yang bagus sekali.
Tetapi untuk terpilih menjadi pemimpin yang kita maksudkan
itu, tiap-tiap partai silat harus mengajukan lima orang wakil
untuk bertempur di atas Lui-tay. Saudara datang hanya
seorang diri saja, bukankah itu sangat merugikan pihakmn
sendiri?”
"Tetapi yang diutamakan adalah kemenangan, bukan
jumlah orang, bukankah begitu......?” tanya Hee-tok-cui-kee
sambil tertawa.
Siauw Cu Gie menjadi bungkam mendengar jawaban itu,
yang seolah-olah menganggap semua orang dan dirinya
sendiri akan dikalahkan dengan mudah.
Ketika itu, di atas Lui-tay sudah berdiri To Leng (si
jangkung), Tong-kwee-sin-hi (si kodok). Tang Ceng Hong (si
pertapa tua) dan Hee-tok-cui-kee (si jago silat dari rawa), yang
semuanya pasti memiliki kepandaian yang tinggi.
"Aku yakin betul bahwa mereka berempat tidak saling
mengenal satu sama lain,” pikir Siauw Cu Gie sambil
mengawasi ke atas Lui-tay. "Jika mereka saling tempur,
bukankah ini suatu ketika yang baik untuk mereka saling
bunuh?” Maka lekas-lekas ia menyahut.

Sampul Maut 149


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Betul, betul! Yang diutamakan adalah kemenangan,


bukan jumlah orang! Sekarang kita dapat melangsungkan
usaha pemilihan kita ini. Tadi saudara To Leng telah
mengalahkan Liong Cin Thian, maka aku minta kepada
saudara-saudara yang baru datang, agar satu per satu maju
menurut urutan untuk bertempur melawan pemenang tadi!”
Usul itu segera dimengerti oleh orang banyak, karena
Soat-hay-hua-kee, Ceng-tai dan Hee-tok...... itu semua tidak
dapat digolongkan sebagai daerah perairan. Jika sampai salah
satu dari antara mereka terpilih menjadi pemimpin, maka
akibatnya tak dapat digambarkan lagi!
Orang-orang dari partai Tai-hu, Oey-ho dan Kao-yu semua
menyetujui usul Siauw Cu Gie agar pengacau-pengacau itu
bertarung lebih dulu, dengan harapan mereka saling bunuh
antara mereka sendiri!
Kemudian terdengar Siauw Cu Gie bersiul nyaring dan
tampak seorang memberikan kepadanya satu bendera merah.
"Barusan saudara To Leng telah memenangkan satu
pertempuran,” katanya setelah menerima bendera itu. "Maka
bendera merah ini menjadi miliknya!”
Lalu seperti orang memegang pena di tangan kanan,
dengan ibu jari dan dua jari lainnya menjepit gagang bendera
itu, ia menyambit ke arah layar kapal sungai To Leng. Maka
meluncurlah bendera merah itu di udara untuk kemudian
dengan cepat sekali telah nancap di atas layar hitam yang
dimaksud. Jarak dari kapal sungai Siauw Cu Gie ke kapal
sungai To Leng terpisah kira-kira tigapuluh meter jauhnya,
namun sambitan itu jitu sekali sehingga menimbulkan

Sampul Maut 150


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

perasaan kagum para hadirin, berikut keempat manusia-


manusia ganjil yang berada di atas Lui-tay sekalipun!
DELAPAN
"Terima kasih atas tanda kemenangan itu!” sahut To Leng.
"Aku sudah memperoleh satu angka kemenangan..... sekarang
apakah saudara Tong-kwee-sin-hi sudah siap untuk melawan
aku?”
Tong-kwee-sin-hi yang ditantang secara terbuka segera
melangkah mundur satu tindak sambil tertawa berkikikan, lalu
ia berdiri jejak siap sedia untuk bertempur.
"Saudara To, kau dapat segera mulai aku sudah siap!”
sahutnya pendek.
Suasana sudah mulai menjadi tegang lagi. Semua partai
silat yang diundang merasa girang bahwa tipu muslihat yang
dilancarkan Siauw Cu Gie agaknya akan berhasil dan mereka
ingin sekali menyaksikan ilmu-ilmu silat manusia-manusia
ganjil itu yang tentunya hebat sekali.
Melihat bakal lawannya itu bertubuh buntek dan bulat
seperti seekor kodok dan mendengar suaranya yang seperti
suara seorang wanita, To Leng merasa geli sekali, tetapi ia tak
berani berlaku lengah. Sambil menahan napasnya sejenak dan
mengeluarkan suatu siulan yang panjang serta nyaring, ia
mengambil ancang-ancang untuk menyerang lawannya.
Tong-kwee-sin-hi mundur lagi satu langkah seraya
menggeram dan tampak gerakannya itu lamban sekali. Gerak
gerik yang lamban itu telah diperhatikan oleh para penonton,
dan mereka merasa heran, karena di waktu meloncat dari

Sampul Maut 151


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

bola kayu di permukaan air telaga ke Lui-tay, si kodok ini telah


melakukan loncatan yang luar biasa lincahnya.
Dalam suasana yang tegang itu, tiba-tiba terdengar suara
siulan jung tidak kalah nyaring dan panjangnya dengan siulan
To Leng tadi.
––––––––

BAB 12
KEDATANGAN DENGAN NAMA PALSU

Siauw Cu Gie terkejut dan mengepal-ngepal tinjunya yang


sudah basah dengan keringat kegelisahan. Ia tak menduga
sama sekali bahwa pertemuan itu akan dikacau demikian rupa
oleh manusia-manusia aneh itu.
Siulan itu terdengar lagi, kemudian dari kejauhan tampak
seorang yang mengenakan baju hijau, menutupi mukanya
dengan kain hijau yang jarang sehingga tak dapat dilihat
bentuk wajahnya dan berperawakan sedang, tengah
mendatangi. Yang aneh ialah dia dapat berlari-lari di atas air
telaga sama pesat serta lincahnya seperti orang lain berlari di
atas tanah! Belum lagi hilang perasaan heran para hadirin,
tampak orang itu telah melakukan satu loncatan yang indah
sekali, sesaat kemudian ia sudah derada di atas Lui-tay.
"Menakjubkan, mempesonakan sekali!” seru para hadirin
yang menyaksikan gerak-gerik orang yang baru datang itu,
mereka merasa beruntung sekali telah dapat melihat dengan
mata kepala sendiri ilmu meringankan tubuh yang
dipamerkan oleh orang itu, yalah jurus Tui-hong-hoa-tian

Sampul Maut 152


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

(Mengejar angin memburu kilat), yang hanya pernah mereka


dengar.
"Betu-betul lucu, betul-betul lucu!” kata tamu yang baru
datang itu.
Sebagai ketua pertemuan, Siauw Cu Gie harus melayani
dengan cermat semua orang yang hadir di situ, maka ia lalu
berkata.
"Saudara datang dari mana? Dan apakah yang telah
membuat saudara merasa lucu.....?”
Baru saja selesai Siauw Cu Gie menanya, dengan tiba-tiba
si tamu baju hijau berbalik dan menghadap kepadanya sambil
menatap tajam. Dari balik kain hijau yang jarang yang
menutupi muka tamu itu, tampak dua titik sinar terang yang
menyala-nyala!
Siauw Cu Gie boleh dikatakan telah mengalami segala
sesuatu semenjak ia berkecimpungan di kalang Kang-ouw.
Pertempuran dahsyat, pembunuhan kejam,
pembokongan keji, peracunan dan sebagainya. Tetapi baru
kali ini ia menjadi gemetar ketakutan hanya ditatap oleh tamu
yang ganjil itu!
"Hei kau!” bentak si tamu baju hijau. "Tentulah kau
orangnya yang telah menyelenggarakan pertemuan ini......
bukankah?!”
"Betul...... betul!” sahut Siauw Cu Gie gugup. “......aku...
Siauw......”

Sampul Maut 153


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tetapi si tamu baju hijau tidak menunggu lagi hingga si


Raja naga dari lima telaga menyebutkan namanya, ia tertawa
keras laksana guntur sehingga sahutan si Raja naga dari lima
telaga tak terdengar karena ‘ditelan’ suara tertawanya yang
seram!
Para hadirin menjadi cemas menyaksikan sikap si tamu
baju hijau yang tak mengenal aturan itu. Bahkan Siauw Cu Gie
yang terkenal tabah dan gagah juga telah merasa gentar dan
tak berani menatap lagi wajah yang ditutupi kain itu!
Tetapi siauw Bie menjadi gusar menyaksikan kakak laki-
lakinya dihina demikian kasarnya. Ia berdiri dan ingin
membentak, namun si tamu baju hijau rupanya tidak sudi
memberikan kesempatan untuk orang lain berbicara, setelah
tertawa berkakakan, ia berkata lagi.
"Aku ingin menanya! Darimanakah datangnya air di dunia
ini?!” Pertanyaan yang sederhana tetapi aneh itu membikin
semua orang tercengang.
"Siapakah dia ini?” pikir Siauw Cu Gie. "Namun
darimanakah datangnya air dunia ini?!”
Tiada seorangpun dapat menjawab pertanyaan itu.
Suasana tambah sunyi, hanya terdengar suara ejekan yang
diucapkan dengan suara rendah oleh si tamu baju hijau.
Tiba-tiba terdengar Siauw Bie menyahut dengan suara
yang lantang.
"Saudara telah ajukan suatu pertanyaan yang baik sekali!
Bagiku pertanyaan itu tidak sukar. Air di dunia ini...... yang di
dalam sungai, di dalam kali, di dalam lautan, di dalam telaga,

Sampul Maut 154


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

di dalam rawa, bahkan yang di dalam sumur dan lain


sebagainya......, semuanya berasal dari air hujan yang jatuh
dari langit!”
Jawaban yang tepat itu membikin semua orang jadi
ternganga.
"Adikku telah menyawab betul,” kata Siauw Cu Gie
setelah dapat mengumpulkan lagi semangatnya. “tetapi
mengapa saudara menanya demikian?”
"Hee, hee, hee! Jika kau telah mengetahui bahwa air di
dunia ini semuanya datang dari atas, mengapa kau masih
ingin membentuk suatu gabungan dan memilih seorang ketua
untuk memimpin semua partai-partai silat perairan?”
"Apa salahnya jika kita ingin berbuat demikian?”
"Kau adalah orang yang mencetuskan gagasan itu,
mengapa kau tidak mengundang aku, aku yang juga tergolong
sebagai jago silat perairan?”
"Siapakah gerangan nama saudara yang mulia dan
dimanakah saudara bertempat tinggal jika aku boleh
bertanya?”
"Aku tinggal di atas puncak pegunungan Kun-lun-san, dan
oleh karena tiap-tiap hari di atas puncak itu turun hujan, maka
bolehlah dikatakan bahwa akupun tergolong sebagai jago silat
perairan! Aku harus turut serta dalam pertemuan ini!”
Jawaban si tamu baju hijau telah membikin Siauw Cu Gie
tak dapat tertawa bahkan menangis pun sukar baginya!

Sampul Maut 155


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Benar, saja, seperti telah ia duga, seorang yang terlebih


ganjil telah datang untuk mengacau.
"Karena dia selalu kehujanan di atas puncak pegunungan
Kun-lun-san,” kata Siauw Cu Gie di dalam hati. “Maka iapun
ingin tergolong sebagai seorang jago silat perairan! Bukankah
ini suatu lelucon yang besar?!”
"Hee, hee, hee!” tamu itu tertawa lagi, "Aku bernama
Thian-ji-sang-jin (Orang sakti yang selalu kehujanan), dan aku
bertapa di atas puncak Thian-ji-hong!”
"Apakah orang yang mandi tiap-tiap hari harus dianggap
sebagai penduduk daerah perairan juga?” tanya Siauw Bie
saking mendongkolnya.
Thian-hi-sang-jin berbalik dan menatap si gadis seraya
membentak.
"Hei kau......”
"Cianpwee! Nanti dulu......!” kata Siauw Cu Gie sambil
mencegah adiknya berlaku kasar terhadap tamunya itu ia
telah membahasakan si tamu baju hijau dengan sebutan
Cianpwee atau paman. "Karena Cianpwee telah datang di sini
dan mengaku tergolong sebagai jago silat perairan juga, maka
kitapun tak dapat menolak. Tentu Cianpwee telah mengetahui
bahwa untuk terpilih menjadi seorang pemimpin, Cianpwee
harus bertarung melawan jago-jago silat lainnya dan
membuktikan bahwa Cianpwee memiliki kepandaian lebih
tinggi dari kita semua!”

Sampul Maut 156


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Thian-ji-sang-jin tertawa gelak-gelak dan melirik tajam ke


arah To Leng, Tong-kwee-sin-hi, Tang Ceng Hong dan Hee-tok-
cui-kee.
"Sudah tentu aku rela bertempur melawan siapapun!”
sahutnya pendek.
Ketika itu ia tengah berdiri di tengah-tengah Lui-tay,
setelah memberikan jawabannya itu, tampak tubuhnya segera
bergerak. Semua orang hanya melihat tubuhnya seolah-olah
menjadi gumpalan asap hijau, yang bergerak berputar-putar
dari tengah ke sepanjang empat pinggiran Lui-tay dengan
pesat sekali, sesaat kemudian terdengar suara "Blung!
Bluung!” empat kali berturut-turut!
Selama kejadian itu berlangsung, semua orang hanya
melihat bergeraknya suatu benda hijau yang mengurung ke
empat manusia ganjil tadi. Setelah beberapa saat saja di atas
Lui-tay hanya tampak Thian-ji-sang-jin seorang. Sedang To
Leng, Tong-kwee-sin-hi, Tan Ceng Hong dan Hee-tok-cui-kee,
sudah terapung-apung di atas permukaan air telaga! Mereka
semua setelah menaiki perahu masing-masing, segera
meninggalkan tempat itu tanpa mengucapkan sesuatu
apapun!
Siauw Cu Gie menghela napas panjang dan berpikir.
Keempat manusia ganjil itu memiliki kepandaian yang lihay
terutama To Leng yang telah menggemparkan dunia Kang-
ouw. Tetapi mereka telah dibikin keok dalam satu gebrakan
saja, tanpa dapat kesempatan untuk melakukan perlawanan
sama sekali. Bagaimana nasib kita jika ia akhirnya terpilih
menjadi pemimpin kita?

Sampul Maut 157


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku sudah mengetahui,” kata Thian-ji-sang-jin,” bahwa


menurut peraturan yang telah ditetapkan, barang siapa telah
memenangkan sepuluh pertarungan akan diberi sepuluh
angka dan dengan mutlak terpilih menjadi pemimpin. Tadi aku
telah memperoleh empat angka, dan aku yakin bahwa aku
akan berhasil memperoleh enam angka lagi terlebih dulu
daripada kalian!”
Sebelum ke lima manusia ganjil hadir di situ, Siauw Cu Gie
sudah merasa yakin betul bahwa partainya akan menggondol
piala kemenangan. Kini dengan munculnya Thian-ji-sang-jin di
situ ia menjadi gelisah dan tak mempunyai pegangan lagi.
Apakah adik perempuannya Siauw Bie atau dia sendiri dapat
merobohkan Thian-ji-sang-jin? Ia berbalik dan melihat ke arah
Siauw Bie yang tengah berdiri dengan tenang dan tetap
beriang gembira.
Lalu terdengar Siauw Bie berkata.
"Jago-jago silat di kolong langit banyak jumlahnya dan
tiap-tiap jago silat ingin merebut kedudukan serta nama
harum. Apakah kau kira, setelah memperoleh empat angka,
kau tentu akan memperoleh lagi enam angka dengan sama
mudahnya?”
"Siocia tentu dari partai silat Tong-teng, bukankah?
Apakah kau tertidur waktu aku bertempur tadi sehingga kau
berani pentang bacot demikian besar?”
"Aku Siauw Bie, adik perempuan Siauw Cu Gie dari partai
silat Tong-teng! Dan aku tidak tertidur waktu kau bertempur
barusan, aku telah melihat dengan jelas tiap gerakanmu.
Apakah kau menantang aku bertempur......? Hei bung! Jangan

Sampul Maut 158


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kau menghina kepada kaum hawa, karena belum tentu kau


dapat mengalahkanku!”
Thian-ji-sang-jin kelihatannya gusar sekali diejek oleh
gadis itu, dengan tiba-tiba ia mengebat lengan bajunya dan
memukul ke arah air telaga, dan dengan tiba-tiba pula tampak
air di sekitar Liu-tay terdampar keras, lalu melonjak ke atas
untuk kemudian jatuh kembali seperti turunnya air hujan dari
langit!
Ilmu tenaga dalam yang demikian dahsyatnya itu
membikin semua orang menahan napas.
"Celaka!” pikir Siauw Cu Gie. "Adikku pasti menjadi lawan
yang ringan bagi dia itu!”
Siauw Bie pun terkejut melihat ilmu tenaga dalam yang
luar biasa itu, tetapi ia tetap bersikap tenang. Baru saja ia
ingin meloncat ke atas Lui-tay, ketika si pemuda baju hijau
yang berada di sampingnya menahan.
"Siauw siocia, kau seorang gadis yang cantik jelita dengan
kulit putih seperti batu pualam. Janganlah pergi ke Lui-tay dan
bertarung melawan dia yang lihay itu, aku merasa sayang jika
sampai kulit tubuhmu itu dilukai olehnya......”
Beberapa ratus pasang mata senantiasa mengikuti tiap
gerak gerik Siauw Bie yang telah menyatakan ingin melawan
Thian-ji-sang-jin. Gadis-gadis cantik, pelayan-pelayan Siauw
Bie berbisik-bisik berdoa agar datang atau terjadi suatu
kemujizatan yang dapat mencegah gadis majikan mereka itu
pergi ke Lui-tay, karena mereka khawatir air telaga kelak
dibikin noda oleh merahnya darah gadis itu!

Sampul Maut 159


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kau diundang untuk menonton bukan? Dari itu kau harus


duduk diam dan menonton saja!”
"Siauw siocia, perkenankanlah aku yang pergi ke atas Lui-
tay untuk bicara dengan dia, aku harap dapat membujuknya
agar dia jangan bertarung melawan Siauw-siocia.”
Melihat cara dan sikapnya, orang akan mengambil
kesimpulan bahwa pemuda itu seolah-olah tidak mengerti
peraturan Bu-lim. Ketika itu ia sedang berhadapan dekat
sekali dengan si gadis, maka empat mata beradu sehingga dua
jantung remaja jadi berdebar-debar. Wajah Siauw Bie berubah
merah ditatap demikian, ia lekas-lekas tundukkan kepalanya
dan berpikir.
"Ai! Aneh betul, dia ini. Ia tak gentar sedikitpun
menyaksikan pertempuran yang dahsyat!”
"Baiklah!” akhirnya si gadis menyahut. "Mungkin dia akan
mendengar dan menuruti nasehatmu!”
Siauw Cu Gie tidak mengerti akan tindakan adiknya itu,
yang telah meluluskan permintaan si pemuda, meskipun ia
mengetahui resiko besar yang harus dipikul oleh Siauw Bie
yang seharusnya pergi ke Lui-tay dan bertempur melawan
Thian-ji-sang-jin. Tetapi ia sendiri harus mentaati peraturan
Bu-lim, ia ingin Siauw Bie yang pergi ke Lui-tay!
"Dik, kau harus mempertimbangkan perbuatanmu itu!”
tegurnya, "kau sudah menantang, maka kaulah yang harus
bertempur!”
"Koko,” sahut Siauw Bie yang sudah menaruh simpati
kepada si pemuda yang berada di sampingnya itu. "Dia telah

Sampul Maut 160


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dengan baik hati ingin membantu kita, masakah harus kita


tolak?”
"Betul, betul, Siocia berpikiran luas!” kata si pemuda, lalu
ia berjalan di atas geladak haluan kapal sungai itu dengan
kedua tangannya digendong di belakang untuk turun ke dalam
perahu lalu pergi ke Lui-tay. Tetapi tiba-tiba tampak ia
tergelincir dan jatuh ke bawah!
Meskipun suasana pada saat itu sangat tegang, tetapi
semua orang tertawa geli melihat lagak pemuda yang
canggung itu!
Jarak dari atas haluan kapal sungai ke permukaan air
telaga kira-kira empat mater jauhnya. Suara tertawa belum
lenyap, dan ketika tubuh si pemuda hampir menyentuh
permukaan air telaga, sekonyong-konyong tampak dia
meronta dan lekas-lekas berbalik untuk kemudian berdiri
tegak di atas permukaan air!
Suara gelak tertawa dengan tiba-tiba jadi terhenti.
Barusan setelah menyaksikan Thian-ji-sang-jin dapat berlari-
lari di atas permukaan air, mereka sudah sangat terpesona
menyaksikan ilmu yang luar biasa itu. Tetapi Thian-ji-sang-jin
melakukan itu sambil berlari-lari dengan mempergunakan
ilmu Leng-po-hui-pu (Langkah sakti menginjak ombak), yang
terhitung sebagai ilmu meringankan tubuh yang luar biasa.
Sedangkan si pemuda dapat berdiri tegak di atas air telaga!
Ilmu apakah yang telah dipergunakan oleh pemuda itu??
Pemuda itu sama sekali tidak mirip orang yang mengerti
ilmu silat. Gerak-geriknya lemah-lembut, air mukanya putih
bersih, nada suaranya mendebarkan hati yang mendengarnya

Sampul Maut 161


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dan sikapnya sopan santun. Dengan sifat-sifat yang tersebut di


atas ditambah dengan kepandaiannya yang mengagumkan
itu, ia telah berhasil merebut simpati para hadirin.
Siauw Bie yang pintar dan cerdik, baru saja mengenal
pemuda itu beberapa jam yang lalu, namun ia sudah dapat
menduga bahwa pemuda itu mengerti ilmu silat, hanya ia
tidak mengetahui jika pemuda itu memiliki ilmu yang
demikian saktinya!
Keadaan di sekitar telaga itu sunyi senyap, semua
perhatian dicurahkan kepada pemuda itu. Thian-ji-sang-jin
yang tadinya congkak bukan main, kini jadi berdiri terpekur
dengan mulut ternganga!
Kemudian, seolah-olah tidak terjadi apa-apa, dengan ilmu
meringankan tubuh yang sakti, si pemuda lalu berjalan di atas
permukaan air menuju ke Lui-tay sambil bernyanyi.
"Rumput hijau menutupi lembah,
Sinar matahari menerangi dunia,
Aku akan menyesal jika tak menunaikan sumpah.
Untuk membalas dendam ibu dan ayah!”
Dan ketika hampir tiba di Lui-tay, sambil mengangkat
kedua tangan ke atas, tampak tubuhnya mencelat seperti
seekor rajawali menerjang ke angkasa, sesaat kemudian ia
sudah berdiri berhadapan dengan Thian-ji-sang-jin.
Tak dapat disangkal lagi bahwa Thian-ji-sang-jin adalah
seorang yang berkepandaian sangat tinggi. Karena ia
menyelubungi mukanya dengan kain jarang yang hijau, maka
orang tak dapat melihat mukanya dan mengenal dia itu

Sampul Maut 162


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sebenarnya siapa, menurut pengakuannya sendiri bahwa dia


adalah Thian-ji-sang-jin dari pegunungan Kun-lun-san.
Ia telah bertapa di tempat yang terpencil dan telah
berlatih silat beberapa puluh tahun lamanya untuk
menyempurnakan ilmu meringankan tubuh yang telah ia
pamerkan tadi, yalah ilmu Leng-po-hui-pu. Mungkin juga ilmu
tersebut hanya ia saja yang dapat lancarkannya.
Tetapi setelah melihat pemuda yang usianya baru kira-
kira duapuluh tahun dapat mempertunjukkan ilmu
meringankan tubuh yang jauh lebih hebat daripada ilmunya
sendiri, ia menjadi cemas sekali!
Menurut pendapatnya ilmu meringankan tubuh yang
lebih lihay daripada ilmu Leng-po-hui-pu nya, baru dapat
dimiliki oleh seseorang setelah berlatih dengan tekun serta
ulet selama empatpuluh tahun. Tetapi ternyata pemuda itu
baru berusia paling banyak duapuluh tahun..... ia betul-betul
tidak mengerti!
Ia terkenang akan suatu urusan pada masa yang lampau.
Tiga benda mujizat yang diwariskan oleh Thian-hiang-sian-
cu. Ketiga benda mujizat itu telah menjadi teka-teki di
kalangan Bu-lim selama dua tahun yang terakhir. Siapakah
pemilik ketiga benda mujizat tersebut??
Pemuda itu memiliki ilmu silat yang harus dipelajari
selama paling sedikit empatpuluh tahun. Apakah ia telah
makan pil Cu-gan-tan? Sehingga ia tetap muda belia! Tersiar
kabar bahwa orang hanya memerlukan makan tiga butir Cu-
gan-tan, maka orang itu akan selalu muda!

Sampul Maut 163


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Jika pemuda itu telah beruntung memperoleh pil mujizat


itu, siapakah dia itu sebenarnya? Apakah ia juga mengetahui
di mana tersimpannya kedua benda mujizat yang lainnya?
Demikianlah tanya jawab yang berlangsung di dalam hati
Thian-ji-sang-jin.
Kini ia menjadi cemas menghadapi si pemuda, ia sudah
siap menyerang dan membunuh lawannya itu.
Si pemuda mengangkat kedua tangannya menghaturkan
hormat. Tetapi gerak itu disalah artikan oleh Thian-ji-sang.jin
yang mengira si pemuda melancarkan suatu serangan, maka
lekas-lekas ia melangkah mundur beberapa tombak jauhnya.
Si pemuda hanya bersenyum melihat kegelisahan
lawannya, lalu dengan tenang ia berkata.
"Saudara telah mengatakan bahwa saudara datang dari
atas puncak Thian-ji-hong di pegunungan Kun-lun-san. Aku
yakin tiada satu orangpun di sini yang mengenal dimana
letaknya puncak tersebut yang pasti merupakan suatu sorga di
dunia ini!!”
Perkataan itu diucapkan dengan lantang sekali dan telah
membuka mata para hadirin bahwa mereka tengah
menghadapi suatu iblis telengas!
"Tetapi......” terdengar si pemuda melanjutkan kata-
katanya. "Tetapi mengapa saudara berlaku begitu tolol untuk
datang di sini dan bermaksud dipilih menjadi pemimpin para
jago silat perairan? ─ Misalnya saudara bukan dari Thian-ji-
hong, itu akan lain soalnya!”

Sampul Maut 164


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Siauw Cu Gie yang merasa telah ‘mendapat angin’ lalu


nambahkan.
"Rupanya saudara datang ke sini dengan nama palsu dan
telah memberikan keterangan-keterangan palsu pula!” ia
tidak lagi membahasakan Thian-ji-sang-jin dengan Cianpwee!
Pemimpin partai silat Kao-yu pun turut berkata.
"Aku yakin saudara datang ke sini dengan maksud yang
keji.! Jika perlu, kita semua akan mengempurmu!”
Thian-ji-sang-jin tidak memprotes tuduhan-tuduhan itu, ia
berbalik dan menatap si pemuda.
"Aku juga ingin mengetahui saudara sebetulnya siapa?”
tanyanya.
Dengan pertanyaan itu jelaslah terbukti bahwa Thian-ji-
sang-jin bukan seperti apa yang telah ia terangkan tentang
dirinya. Dalam dunia Kang-ouw tiap-tiap perbuatan yang
nyeleweng di suatu pertemuan harus diberi hukuman yang
setimpal.
Maka Siauw Cu Gie segera memberi isyarat kepada orang-
orangnya dan dalam sekejapan saja, empatpuluh perahu telah
datang mengurung Lui-tay itu!
Si pemuda bersikap tenang sekali, seolah-olah tidak
menghiraukan segala kejadian di sekitarnya. Ia hanya
menjawab pertanyaan lawan.
––––––––

JILID III

Sampul Maut 165


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 13
PERTARUNGAN DENGAN PEMBUNUH AYAH

"Aku ini adalah seorang yang bebas berkelana ke mana-


mana. Aku tidak mempunyai nama dan tidak punya tempat
tinggal yang tetap. Saudara, jika kau sudi mendengar
nasehatku, lebih baik kau segera tinggalkan tempat ini dan
kita dapat tetap menjadi sahabat! Jika tidak...... akupun tidak
bisa memaksa bukan?”
Si pemuda telah mengusir Thian-ji-sang-jin dengan cara
yang lunak, tetapi cara itu tidak dapat diterima oleh orang
yang bersangkutan.
"Kau berani mengusir aku dari telaga Tong-teng ini?”
bentaknya gusar. "Aku ingin melihat apakah benar kau
mampu berbuat demikian?!”
“Jika kau masih juga ingin membangkang, aku
terpaksa......”
Belum lagi selesai ucapan pemuda itu, sekonyong-
konyong Thian-jisang-jin yang sudah tidak dapat menahan
amarahnya, telah menyerang dengan kedua tinjunya.
Tetapi aneh Thian-ji-sang-jin tidak menyerang langsung
kepada si pemuda, ia menyerang ke arah telaga dan
hembusan angin serangan kedua tinjunya itu membikin air di
sekitar Lui-tay bergolak dahsyat dan melonjak ke atas lalu
tumpah di atas lantai Lui-tay berbareng menyerang si
pemuda!

Sampul Maut 166


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tiba-tiba tampak air yang tengah menggulung-gulung itu


terdampar oleh suatu tenaga ajaib dan berbalik menyerang
Thian-ji-sang-jin!
Thian-ji-san-jin mengegos ke samping sambil menyerang
ke arah telaga dan hembusan angin tinju yang dikerahkan
dengan tenaga dalam itu, lagi-lagi membikin air telaga
melonjak lalu menyerang si pemuda. Namun seperti terjadi
tadi, air tersebut terdampar balik untuk menggempur si
penyerang!
Si pemuda pun tidak bersedia diserang terus menerus, ia
bergerak sambil melancarkan serangan dengan jurus Cin-
thian-cian-jin-sin-lit (Tenaga sakti menggetarkan bumi).
"Celaka!” kata Thian-ji-sang-jin di dalam hati sambil
mengegos dari hembusan angin tinju lawannya.
Tadinya, Thian-ji-sang-jin sudah merasa yakin betul
bahwa ia dapat mempecundangi semua jago-jago silat yang
hadir di situ, tetapi setelah menyaksikan ilmu meringankan
tubuh dan sekarang jurus Cin-thian-cian-jin-sin-lit yang baru
dilancarkan oleh si pemuda, ia merasa jalan yang terbaik
untuk dirinya yalah, kabur!
"Hei! Aku tidak menduga bahwa jurus Tenaga sakti
menggetarkan bumi, yang pernah menggetarkan dunia Kang-
ouw di jaman lampau dapat aku saksikan lagi hari ini!”
katanya sambil mundur beberapa langkah. "Kau sebetulnya
siapa? Pernah apakah kau dengan orang yang dapat
melancarkan jurus yang terkenal itu?”

Sampul Maut 167


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si pemuda yang senantiasa bersikap tenang dan acuh tak


acuh, menjadi gusar tatkala ditanya demikian.
"Bagus jika kau masih dapat mengenal jurusku itu.
Sekarang perkenalkanlah dirimu, karena akupun sependapat
dengan pemimpin Siauw bahwa kau telah memberikan
keterangan palsu kepada kita!”
Para hadirin mengikuti jalannya pertempuran dengan hati
berdebar-debar, mereka telah menyaksikan pertempuran dua
jurus yang betul-betul mempesonakan mereka.
"Orang yang mengetahui jurus Cin-thian-cian-jin-sin-lit
tidak banyak jumlahnya,” pikir Thian-ji-sang-jin. Tetapi karena
didesak ia lalu menyahut.
"Apakah kau kenal Ouw Lo Si, si Ahli nujum kipas baja?”
Ditanya demikian si pemuda jadi berpikir.
"Mungkin aku kenal siapa sebetulnya dia ini. Orang yang
dapat menahan atau mengegosi jurusku tadi hanya tiga orang
saja, yalah Ouw Lo Si, tetapi dia ini pasti bukan kakek itu, dan
dua orang lainnya adalah orang-orang yang membunuh
ayahku!”
"Kaki yang pincang mungkin dapat disembuhkan oleh
seorang tabib yang pandai,” sahutnya, "tetapi tiada satupun
tabib yang dapat menyembuhkan mata yang picek!”
"Darimana kau kenal si pincang itu?”
"Itu bukan urusanmu!”
"Tetapi aku harus mengetahui!”.

Sampul Maut 168


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika aku tidak bersedia memberitahukan bagaimana?!”


"Kau harus menanggung sendiri akibat daripada
keangkuhanmu itu!”
"Ha, ha, ha! Akibat diripada keangkuhanku! Sebetulnya
kau harus mengatakan akibat daripada ketololanmu sendiri!”
Tiba-tiba Thian-ji-sang-jin maju dua langkah sambil
mengirim satu jotosan dan segera tampak benda-benda kecil
yang berkilau-kilau menyemprot dari tinjunya yang
menyerang kepala si pemuda!
"Celaka!” teriak Siauw Bie. "Iblis itu menggunakan senjata
rahasia, mungkin juga racun hebat!”
"Aai!” teriak para hadirin. "Itulah senjata beracun Hian-
peng-tok-bong Suto Eng Lok!”
Perlu dijelaskan di sini bahwa kedua iblis Soat-hay-siang-
hiong (yang pernah menggabungkan diri dengan Eu-yong Lo-
koay dan membunuh Wei Tan Wi) -- yang tua bernama Suto
Eng Lok, dan yang lebih muda bernama Hua Ceng Kin. Mereka
memiliki kepandaian sangat tinggi, tetapi berwatak sangat
kejam, ganas serta keji. Banyak korban telah mereka ganyang
dan banyak pula bencana yang mereka terbitkan, namun
mereka masih mujur belum menjumpai lawan yang setimpal
sehingga mereka jadi besar kepala dan mengganas terus!
Tatkala mengetahui bahwa Suto Eng Lok telah muncul di
daerahnya itu, sekonyong-konyong Siauw Cu Gie jadi gemetar
dan merasakan kedua lututnya lemas!

Sampul Maut 169


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Untuk sesaat lamanya si pemuda pun agaknya terkejut


mendengar nama Suto Eng Lok disebut-sebut. Benda-benda
kecil itu meluncur pesat sekali. Para hadirin menahan napas
menantikan akibatnya, tetapi si pemuda tampak tenang-
tenang saja bahkan sambil mengulur tangannya ia lalu
meraup benda-benda kecil yang berbahaya itu lalu
melemparkan ke dalam telaga!
Serangan Suto Eng Lok yang menyamar sebagai Thian-ji-
sang-jin telah digagalkan oleh si pemuda dengan
mempergunakan sarung tangan yang putih laksana salju. Para
hadirin menjadi terperanjat melihat sarung tangan tersebut
dan berbareng girang melihat si pemuda berhasil
memunahkan senjata yang sangat beracun iblis itu yang telah
sengaja datang dari pegunungan Pek-thian hanya untuk
mengacau-balaukan pertemuan itu! Siauw Cu Gie menjadi
heran sarung tangan itu berada di tangan si pemuda baju
hijau.
"Tidak salah lagi, itulah Ciam-hua-giok-siu yang dapat
menghalau api dan memunahkan senjata beracun!” katanya
di dalam hati.
Waktu Kong-ya Coat mengadakan pertemuan Tan-kwi-
piauw-hiang-song-gwat-in-hwee, dua tahun yang lalu, Siauw
Cu Gie pun turut serta, tetapi kesudahan daripada pertemuan
itu ia tidak mengetahui sama sekali. Pertemuan telah menjadi
suatu teka teki atau suatu tanda tanya yang besar di kalangan
Bu-lim. Tiada satu orangpun yang mengetahui siapakah yang
telah beruntung memperoleh Ciam-hua-giok-siu pada waktu
itu?

Sampul Maut 170


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tetapi...... sekarang sarung tangan ajaib itu berada di


tangan seorang pemuda tampan yang gerak-geriknya sama
sekali tidak menunjukkan bahwa dia itu mengerti ilmu silat!
Dalam suasana yang gaduh itu, tampak Suto Eng Lok
berdiri menjublek dengan muka pucat saking terkejutnya
menyaksikan senjata rahasianya yang sangat diandalkannya
itu dapat dipunahkan demikian mudah.
"Aku tidak menduga,” katanya. "bahwa pusaka Thian-
hiang-sian-cu telah jatuh ke dalam tanganmu!”
Setelah berkata begitu, seperti seekor kucing hutan yang
terdesak, ia meloncat menerkam lawannya yang masih sangat
muda itu, dengan lima jari tangannya kuku yang tajam seperti
pisau baja.
Si pemuda sudah siap ketika lima jari si iblis hampir
merampas Ciam-hua-giok-siu yang berada di tangan
kanannya, dengan tiba-tiba ia menggentak tangannya itu ke
atas!
Suto Eng Lok lekas-lekas menarik kembali cengkeraman
lima jarinya dan sebagai gantinya ia mengirim tinju kirinya ke
arah dada si pemuda dengan jurus Tui-san-to-hay
(Mendorong gunung menterbalikkan lautan)!
Si pemuda melangkah mundur satu tindak mengelakan
jotosan maut itu seraya menggait serta membuka kain hijau
yang menyelubungi muka lawannya dengan cakaran sarung
tangan ajaibnya..... dan apa yang terlihat......?!
Dua baris alis yang tebal dan hitam, muka yang panjang
dan tidak normal yang seperti muka kuda dengan kedua mata

Sampul Maut 171


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang juling. Ia terkejut bukan main, karena itulah ciri-ciri yang


dimiliki oleh musuh-musuh besarnya, yang pernah
didengarnya dari mendiang ayahnya.
"Jahanam!” bentaknya. "Tidak diduga bahwa aku tak usah
pergi ke pegunungan Pek-thian untuk mencabut nyawa
iblismu!”
“Hah! Jangan bergirang dulu, kau telah kena tinju Hian-
peng-sin-ciang ku atau Tinju maut! Kau pasti akan merasai
akibatnya kelak!”
Ucapan itu membikin Siauw Bie terkejut, meskipun si
pemuda tidak menderita apapun setelah menerima serangan
maut itu, namun ia khawatir si pemuda dilukai juga oleh
hembusan angin tinju jurus Tinju maut yang termashur itu!
Hatinya berdebar-debar memikiri keselamatan si pemuda. Di
kalangan Bu-lim telah lama tersiar kabar bahwa barang siapa
terkena hembusan angin Tinju Maut tersebut hanya dapat
bertahan hidup sampai duabelas jam saja!
Kemudian tampak si pemuda mengeluarkan dari dalam
sakunya sebuah cincin seraya berkata.
"Hei jahanam! Apakah kau masih mengenali benda
pusaka ini?”
"Hah! Apakah kau......”
"Betul! Memang aku! Saatnya sudah tiba untuk kau
bersenang-senang di...... neraka!”
Lalu dari tangan kirinya si pemuda mengacungkan sebilah
pedang baja yang tua sekali yang berwarna hitam.

Sampul Maut 172


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Suto Eng Lok meloncat ke belakang tanpa menunggu


diserang dan berkata.
“Hei anak kemarin dulu! Lihat siapa yang berada di
belakangmu kini!”
"Soat-hay-siang-hiong selalu berada berdua,” pikir si
pemuda. "Apakah iblis yang lebih muda sudah berada di
belakangku!”
Ia berbalik dengan cepat atas peringatan lawannya itu
dan menyabetkan Ciam-hua-giok-siu berbareng menusuk
dengan pedangnya ke depan!
Segera terdengar suara tertawa yang ganjil dan tampak
seorang wanita yang terurai rambutnya tengah memegang
sebatang toya yang telah dipergunakannya untuk menangkis
sabetan si pemuda tadi.
"Hei kamu yang tak mengenal malu!” bentak Siauw Bie
seraya menghampiri ke Lui-tay dengan perahu kecil. "Masa
dua orang mengerubuti seorang?!”
Tetapi dengan tiba-tiba sebelum Siauw Bie tiba di Lui-tay,
awan hitam menggulung dan menutupi awan. Dan dengan
tiba-tiba pula lampu-lampu dan obor-obor menjadi padam
seketika, sehingga keadaan di telaga menjadi gelap gulita!
Kejadian tersebut sungguh aneh sekali. Jika awan hitam
menutupi bulan, itu wajar dan tidak mengherankan. Tetapi
jika lampu-lampu dan obor-obor mendadak padam, itu
sungguh suatu kemujizatan yang belum pernah terjadi!
Orang-orang yang memegang lampu dan obor hanya

Sampul Maut 173


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

merasakan suatu hembusan angin santar, setelah itu keadaan


di sekitar telaga menjadi gelap gulita!
Suasana menjadi gaduh dan kacau, terdengar Siauw Cu
Gie berteriak-teriak memerintahkan orang-orangnya
memasang lampu-lampu dan obor-obor lagi
Beberapa menit telah lewat cepat sekali, kegaduhan
mulai lenyap ketika lampu-lampu dan obor-obor sudah
dipasang lagi, awan hitampun sudah berlalu dan suasana
sudah pulih seperti sediakala.
Tetapi...... apakah yang telah terjadi selama dalam
keadaan gelap gulita itu??
Lui-tay yang dibuat dengan mengikat erat-erat lima buah
kapal sungai telah lenyap entah ke mana! Di tempat bekas Lui-
tay tadi terapung tampak beberapa papan serta balok
mengambang. Dan tidak tampak si pemuda, Siauw Bie dan
kedua iblis Soat-hay-siang-hiong berada di situ!
Dengan melihat papan-papan dan balok-balok yang
mengambang di sekitar tempat bekas Lui-tay tadi terapung,
dapat diambil kesimpulan bahwa Lui-tay yang kokoh kuat itu
telah dirombak orang! Yang membikin semua orang tidak
mengerti yalah usaha perombakan itu telah dilakukan
demikian cepatnya!
Siauw Cu Gie menggeleng-geleng kepalanya memikiri
kejadian tersebut, karena dialah orangnya yang telah
mengawasi pekerjaan pembuatan Lui-tay terapung itu, mana
dapat ia percaya perombakan itu dapat dilakukan dalam
jangka waktu yang demikian singkatnya. Ia menjadi tambah

Sampul Maut 174


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

gelisah ketika mengingat adik perempuannya, Siauw Bie telah


menghilang tanpa meninggalkan bekas!
"Lekas siapkan limapuluh perahu dan kerahkan seratus
orang untuk menyelam! Cari adik perempuanku dan jangan
berhenti mencari sebelum kalian berhasil!” serunya dengan
wajah putus asa.
Perintah itu segera ditaati oleh orang-orang dari partai
Tong-teng yang sangat berdisiplin. Limapuluh perahu kecil dan
seratus ahli menyelam segera siap melakukan tugas masing-
masing.
Mereka mencari...... mencari..... dan mencari sehingga
keesokan paginya, tetapi mereka tidak berhasil menemukan
apa yang mereka cari itu!
Mereka mencari juga di daratan sekitar telaga Tong-teng
yang sangat luas, di suatu tepi telaga mereka hanya
menjumpai Hee-tok-cui-kee yang sedang tidur tertiarap
dengan nyenyaknya.
Ketika Siauw Cu Gie diberitahukan hal ini, ia hanya dapat
menghela napas panjang menyatakan kekecewaan atas
kegagalan usahanya menyelenggarakan pertemuan tersebut.
Sungguh sayang maksudnya yang mulia itu telah menarik
banyak orang yang terkenal jahat dan kejam di kalangan Kang-
ouw.
Ketika mengingat si pemuda baju hijau, ia tampaknya
kagum sekali.
"Tetapi,” katanya kepada dirinya sendiri, "Darimana ia
memperoleh sarung tangan ajaib itu? Apakah dia yang telah

Sampul Maut 175


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

berhasil merebut pusaka itu dalam pertemuan yang


diselenggarakan oleh Kong-ya Coat dua tahun yang lalu?”
Peristiwa seram dan berbelit-belit itu, sekejappun tak
dapat dilupakan oleh para jago silat yang telah turut serta
dalam pertemuan di telaga Tong-teng itu.
SEMBILAN
Beberapa hari kemudian setelah terjadinya peristiwa di
atas, ketika matahari baru muncul di sebelah timur dan
memancarkan sinarnya kepermukaan bumi ini, di telaga Tong-
teng yang luas itu tampak sebuah kapal sungai yang besar.
Seorang yang mengenakan pakaian indah dan berusia
setengah abad, tengah duduk di buritan kapal sambil
menundukkan kepalanya.
Dialah Siauw Cu Gie, si Raja naga dari lima telaga, yang
bermaksud melaksanakan suatu perjalanan jauh. Karena
kehilangan adik perempuannya dan setelah menunggu lama
tidak juga dapat berita tentang adiknya itu, ia jadi terkenang
akan peristiwa di pertemuan yang diselenggarakan oleh Kong-
ya Coat. Justru perjalanannya itu adalah untuk menanyakan si
orang she Kong-ya tentang kesudahannya pertemuan itu.
"Meskipun bagaimana aku akan berusaha mengorek
keterangan dari Kong-ya Coat,” terdengar ia berkata kepada
dirinya sendiri. "Karena adikku sendiri tidak percaya jika aku,
sebagai orang yang turut serta dalam pertemuan itu, tidak
mengetahui apa yang telah terjadi dalam pertemuan itu!”

Sampul Maut 176


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Demikianlah Siauw Cu Gie telah mengambil keputusan


sambil berdiri di atas haluan kapal sungainya dan
menggendong kedua tangannya ke belakang.
Bagaimana mungkin sebagai orang yang telah turut serta
dalam pertemuan Kong-ya Coat, Siauw Cu Gie tidak
mengetahui apa yang terjadi dalam pertemuan itu??
Marilah kita ikuti pengalamannya, yang akan diceritakan
di bawah ini.
Hari itu adalah tanggal limabelas bulan delapan --
pertengahan musim gugur.
Orang-orang yang diundang dari berbagai tempat telah
datang ke Tan-kwi-san-cong -- markas Kong-ya Coat di
pegunungan Hoa-san, sehingga suasana di tempat tersebut
jadi Ramai sekali. Bahkan Ouw Lo Si, si Ahli nujum kipas baja
pun sudah berada di situ.
Dari luar, mereka semua tampak lemah lembut, tetapi
masing-masing telah datang di situ dengan suatu maksud
yang hina dan keji! Dan untuk menjagoi dalam pertemuan adu
silat itu tidaklah mudah, karena tiap-tiap orang harus
bertempur melawan saingan-saingan yang berkaliber berat!
Namun daya tarik Ciam-hua-giok-siu sangat besar,
meskipun mengetahui Resiko akan kehilangan nama serta
kedudukan di kalangan Kang-ouw besar sekali, sedangkan
harapan untuk dapat merebut pusaka tersebut sangat kecil,
tetapi tokh tidak kurang dari pada beberapa ratus orang telah
rela hadir di situ!

Sampul Maut 177


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mereka hanya merasa heran mengapa Kong-ya Coat mau


memusingkan diri menyelenggarakan pertemuan itu dan rela
melepaskan sarung tangan ajaib itu? Apakah Kong-ya Coat
mempunyai maksud lain?
Tamu-tamu yang telah datang ditampung di Ruangan
besar yang khusus untuk menerima para tamu. Pertemuan
akan dimulai pada waktu bulan purnama mulai naik di sebelah
timur kaki langit – yalah kira-kira pada jam delapan malam.
Tempatnya di atas lapangan rumput yang luas, yang dilingkari
oleh pohon-pohon Tan-kwi. Lentera-lentera kertas yang
beraneka warna menghias pohon-pohon tersebut dan
memeriahkan suasana pertemuan itu.
Karena masih jauh malam, maka Siauw Cu Gie lalu keluar
dari Ruangan tamu dan berjalan-jalan seorang diri di
pegunungan Hoa-san.
Pemandangan ketika itu sangat indah, karena asyiknya,
Siauw Cu Gie telah berjalan turun dari Pit-ka-hong dan tak
terasa lagi ia sudah berjalan di lereng gunung jauh dari Tan-
kwi-san-cong.
Matahari yang sedang terbenam memancarkan sinar
merah kemerahan ke seluruh angkasa raya dan beberapa
gumpalan awan hitam melayang-layang tertiup angin senja.
Karena suasana makin lama makin gelap, maka Siauw Cu
Gie lekas-lekas berbalik dan mulai mendaki lereng gunung
untuk balik ke puncak Pit-ka-hong.

Sampul Maut 178


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Baru saja ia bertindak beberapa langkah, ketika dengan


tiba-tiba mendengar suara orang bersenandung, suara itu
keluar dari hutan pohon-pohon yang berdekatan.
"Awan hitam terapung-apung di langit,
Angin gunung meniup santar dan gaduh,
Jika saudara menghadapi soal yang sulit,
Tindakan apakah yang akan ditempuh?
Hujan lebat turun deras ke bumi,
Membasahi permukaan dunia yang luas,
Hutang benda mudah dihadapi,
Hutang budi sukar dibalas!”
Siauw Cu Gie bukan saja seorang jago silat tetapi ternyata
ia juga seorang terpelajar tinggi tentang sastra kuno, ia
mendengari dengan penuh perhatian dan menanti sampai
nyanyian itu selesai seluruhnya. Lalu ia menoleh ke arah celah
pohon-pohon yang gelap dan berkata.
"Kawan dari manakah yang bernyanyi di tempat yang
terpencil ini? Apakah aku, Siauw Cu Gie, dapat belajar kenal?”
Tidak ada suara jawaban apapun dari dalam hutan itu,
hanya terdengar berkereseknya ranting-ranting pohon yang
menunjukkan bahwa orang yang ditanya itu terkejut dan
berusaha lari menjauhkan diri.
"Hei kawan! Apakah kau tidak ingin berkenalan dengan
aku?” Siauw Cu Gie menanya lagi sambil loncat masuk ke
dalam hutan dan mengejar ke arah suara berkereseknya
ranting pohon tadi.

Sampul Maut 179


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Keadaan di dalam hutan itu sunyi dan gelap, ia tidak


melihat ada orang di situ. Ia jadi merandek ketika dengan
samar-samar dapat melihat di batang dua pohon cemara
tertera tanda telapak tangan manusia!
Tiba-tiba suara berkeresek ranting pohon terdengar lagi,
ia menengadah dan dapat melihat satu bayangan berkelebat
melarikan diri!
––––––––

BAB 14
CIAM-HUA-GIOK-SIU SUDAH LENYAP!

"Kawan berhenti dulu!” ia berseru dengan hati berdebar-


debar.
Bayangan itu melayang dan turun di luar hutan.
"Kawan tunggu sebentar, aku ingin sekali berkenalan
denganmu!” Siauw Cu Gie berkata lagi sambil mengejar.
Bayangan itu lari terus dan agaknya bukan ingin
menggelakkan diri dari kejaran si Raja naga dari lima telaga,
tetapi untuk suatu maksud tertentu!
Siauw Cu Gie jadi penasaran dan mempercepat larinya. Ia
berhasil mendekati bayangan itu dan berkata sambil tertawa.
"Kawan! Aku telah beberapa kali memanggil, mengapa
tidak.......”
Belum lagi selesai kata-kata itu diucapkan, ketika dengan
tiba-tiba bayangan itu berbalik dan menerkam!

Sampul Maut 180


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Di suasana senja itu Siauw Cu Gie tidak dapat melihat


tegas wajah orang itu, meskipun ia hanya terpisah lebih
kurang delapan meter saja jauhnya. Ia hanya melihat orang itu
tiba-tiba berbalik dan mendorong kedua tinjunya. Seketika itu
juga ia merasakan suatu hembusan angin santer mendampar
tubuhnya sehingga terdorong ke belakang dan jatuh
terlentang! Meskipun ia berusaha menangkis hembusan angin
itu dengan kedua tinjunya, namun ternyata tangkisan yang
dikerahkan dengan tenaga dalam itu tiada artinya sedikitpun!
"Aai!” pikirnya. "hebat betul tenaga dalam orang itu! Jika
aku tidak keburu menangkis, mungkin tulang di dalam
tubuhku akan remuk!”
Orang itu lari terus lalu membelok di suatu batu gunung
yang besar.
Siauw Cu Gie tidak berani mengejar lebih jauh, ia
berbangkit dan mengawasi gerak-gerik orang itu dari
kejauhan.
Tiba-tiba tampak orang itu melonjak ke atas batu gunung
yang besar tadi, lalu dengan kuku jarinya yang runcing ia
menggores batu tersebut. Tangan yang tengah menggores itu
berwarna merah, kuku kelima jari tangan itu kira-kira sepuluh
centimeter panjangnya dan runcing sekali. Bentuk
keseluruhan tangan itu mirip benar dengan bekas tanda
telapak tangan yang tertera di atas batang dua pohon cemara
di dalam hutan.
"Sret! Sret! Sret!”

Sampul Maut 181


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Begitulah terdengar orang itu menggores-gores batu


gunung! Tetapi berbareng dengan terdengarnya suara "Sret!”
yang keempat kali, Siauw Cu Gie menjadi terkejut sekali,
karena dengan tiba-tiba sebuah batu kecil pecahan batu
gunung yang digores itu telah meluncur ke arah jalan darah di
pundaknya!
Baru saja ia berbangkit dari damparan angin tinju orang
itu dan pulih semangatnya, lagi-lagi ia telah diserang! Dan
serangan batu kecil itu demikian pesatnya sehingga ia tidak
keburu mengelak, ia hanya merasa dengan tiba-tiba seluruh
tubuhnya menjadi panas sekali!
Siauw Cu Gie mengetahui bahwa ilmu silat orang itu lihay
sekali -- jauh lebih lihay daripada ilmu silatnya sendiri, tetapi
ia tak pernah menduga bahwa ia dapat ditotok demikian
mudah dan cepatnya oleh sambitan batu sekecil itu!
"Apakah aku akan mati konyol di lereng pegunungan Hoa-
san ini?” tanyanya yang sudah rebah terlentang dekat batu
gunung.
Orang itu tampaknya yakin betul bahwa totokannya itu
akan mengambil korban, karena ia sama sekali tidak pergi
memeriksa akibat dari perbuatannya itu, malah secepat kilat
ia meloncat turun dari atas batu gunung dan meninggalkan
tempat itu!
Tidaklah cuma-cuma Siauw Cu Gie memperoleh nama
julukan si Raja naga dari lima telaga, karena di samping
memiliki ilmu silat yang tinggi, iapun mengerti juga cara untuk
membebaskan diri dari totokan maut tadi. Sambil menahan
napas dan memejamkan matanya, ia mengerahkan tenaga

Sampul Maut 182


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dalamnya dengan maksud mempercepat peredaran darah di


seluruh tubuhnya. Namun jalan darahnya yang tersumbat
oleh totokan tadi baru bebas setelah ia berusaha keras
menolong jiwanya selama dua jam!
Setelah dapat berdiri lagi, dengan tindakan terhuyung ia
mengamati batu gunung bekas orang yang menotoknya tadi
berdiri. Di situ tampak empat lobang bekas congkelan jari
orang itu, dan dengan tiba-tiba bulu romanya berdiri tegak
ketika menggambarkan nasibnya barusan, jika orang itu
menotok jantungnya! Karena betapapun lihaynya seseorang,
jika jantungnya kena ditotok, orang itu pasti tak dapat
ditolong oleh orang sakti manapun!
Rembulan yang besar dan bundar sudah berada di
tengah-tengah langit ketika ia herhasil memunahkan totokan
maut itu dan memulihkan tenaga serta semangatnya. Ia masih
terpisah jauh sekali dari Tan-kwi-san-cong.
"Mungkin aku akan terlambat tiba di tempat pertemuan,”
pikirnya. Maka dengan susah payah lekas-lekas menuju ke
markas Kong-ya Coat dengan perasaan gelisah.
Benar saja, kegelisahannya itu beralasan! Ketika tiba di
Tan-kwi-san-cong, Siauw Cu Gie dibikin tercengang oleh
pemandangan yang dilihatnya!
Lentera-lentera kertas yang tergantung di ranting-ranting
pohon Tan-kwi sudah dirusak orang. Meja yang berbentuk
delapan persegi yang diletakkan di tengah-tengah lapangan
rumput telah bolong bagian tengahnya, seolah-olah terpukul
oleh palu yang berat sekali! Semua orang yang berada di situ
tengah berdiri tegak dengan mata tidak berkesip! Diantara

Sampul Maut 183


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mereka itu tampak Ouw Lo Si, si Ahli nujum kipas baja, yang
pun tengah berdiri terlongong-longong sambil memegangi
obor yang hampir padam apinya! Mereka semua lebih mirip
patung-patung batu dari pada orang yang berkepandaian
tinggi!
Siauw Cu Gie mengetahui bahwa suatu bencana besar
telah menimpa pertemuan itu, tetapi bencana apakah? Ia
sendiri berdiri terpaku menyaksikan akibat bencana itu!
Obor kecil di tangan Ouw Lo Si akhirnya padam juga.
Maka hanya sinar rembulan sajalah yang masih menerangi
lapangan rumput, lentera-lentera kertas yang sudah rusak dan
wajah para jago silat yang pucat pasi!
Suasana di sekitarnya sepi, sepi sekali, sepi seperti juga
dunia ini telah berhenti berputar dan mati......
Orang pertama yang memecahkan kesunyian itu adalah
ketua pertemuan itu sendiri, Kong-ya Coat.
"Ciam-hua-giok-siu sudah lenyap! Maka pertemuan Tan-
kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-hwee inipun berakhirlah
sudah! Para tamu yang terhormat diminta kembali ke kamar
masing-masing untuk bermalam. Besok pagi aku akan
mengantar kalian meninggalkan tempat yang telah membikin
kalian penasaran ini!”
Siauw Cu Gie jadi makin bingung, karena hanya dia
sendirilah yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi di
pertemuan itu.
Tiba-tiba ia dibikin terkejut oleh suara nyanyian yang
pernah didengarnya di hutan. Suara itu hanya terdengar

Sampul Maut 184


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sayup-sayup dan agaknya datang dari tempat yang jauh,


namun ia bergidik dan lekas-lekas berjalan ke ruang tamu. Ia
menghampiri Kong-ya Coat dan berniat menanyakan apa yang
telah terjadi, tetapi baru saja ia bertindak, Kong-ya Coat sudah
berbalik dan berjalan dengan cepat ke tempat kediamannya.
Semua orang juga berturut-turut meninggalkan ruangan itu
dengan tergesa-gesa, sehingga akhirnya tertinggal dia
seorang!
Keesokan harinya Siauw Cu Gie bangun terlambat, semua
tamu-tamu lain telah meninggalkan Tan-kwi-san-cong sejak
pagi-pagi sekali. Ia ingin minta diri sebelum berlalu, tetapi
Kong-ya Coat tidak keluar menjumpainya dengan alasan sakit!
Demikianlah peristiwa yang telah terjadi di Tan-kwi-san-
cong pada dua tahun yang lampau, sehingga Siauw Cu Gie
tidak mengetahui apa yang telah terjadi di pertemuan yang
diselenggarakan oleh Kong-ya Coat itu, meskipun ia telah
turut serta dalam pertemuan tersebut!
◄Y►
Siauw Cu Gie berdiri di atas geladak haluan kapal
sungainya sampai matahari hampir berada di tengah angkasa
sambil mengenangkan peristiwa itu.
"Aku harus menemui Kong-ya Coat,” pikirnya. "Karena
pertemuan di telaga Tong-teng juga telah menjadi
berantakan, serupa benar dengan pertemuan yang
diselenggarakan olehnya itu. Apakah kedua peristiwa ini ada
hubungannya satu sama lain? Lagi pula aku harus mencari
adikku, aku yakin Kong-ya Coat dapat membantu aku
memecahkan teka-teki ini!”

Sampul Maut 185


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kapal sungainya berlayar dengan laju di sepanjang sungai


Tiang-kang, setelah lewat empat hari, pegunungan Hoa-san
sudah mulai kelihatan.
Penyair Li Pek yang termashur pernah menulis sajak
tentang sungai yang panjang itu.
"Sepanjang sungai yang panjangnya tigaribu lie (1=lie kira-
kira setengah kilometer) ini, dari hulu menjulur sampai ke
muara, banyak pemandangan indah yang dapat dinikmati!”
Namun pemandangan yang memang indah itu, tidak
dihiraukan sama sekali oleh Siauw Cu Gie yang sedang kalut
pikirannya.
Berselang beberapa saat lamanya, dari kejauhan tampak
sebuah perahu kecil meluncur dan mengejar kapal sungai
Siauw Cu Gie. Di atas perahu kecil itu tampak seorang Tojin
(pendeta) yang tengah duduk di haluan perahu sambil
memegangi satu guci arak. Perahu Tojin itu berlayar pesat
sekali, dalam waktu yang pendek saja perahunya sudah
melewati kapal sungai Siauw Cu Gie.
Si Tojin menoleh ke belakang seraya bernyanyi.
"Dengan dua tinju yang kuat,
kita dapat berkuasa.
Namun lambat-laun,
kita pun akan menderita.
Karena Tuhan berkuasa,
dan manusia hanya dapat berusaha,
Maka sungguh bodoh,
jika kita senantiasa bergelisah!”

Sampul Maut 186


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mendengar sjair yang bagus itu orang dapat mengambil


kesimpulan bahwa Tojin itu adalah seorang yang selalu
beriang gembira dan nyanyiannya itu merayu sekali.
Siauw Cu Gie bersenyum mendengar nyanyian itu dan
memerintahkan anak buahnya untuk mengejar perahu si Tojin
yang telah meninggalkan kapal sungainya sejauh lebih kurang
empatpuluh meter. Ketika baru saja beberapa menit saling
kejar mengejar itu berlangsung, tiba-tiba di bagian depan
tampak sebuah kapal sungai lain, yang meluncur cepat sekali
ke arah perahu si Tojin. Di atas kapal itu berdiri seorang yang
mengenakan baju ungu, setelah berada cukup dekat
terdengar ia berkata.
"Kong-ya Tay-hiap masih belum bersedia menerima tamu!
Si Locianpwee diminta dengan hormat agar kembali saja dari
tempat ini!”
Nama depan yang disebut orang itu membikin Siauw Cu
Gie mengingat sesuatu.
"Ai! Aku hampir lupa. Tojin itu adalah si pemabok Si Lam.
Ia ingin menjumpai Kong-ya Coat dengan maksud apa?”
pikirnya.
Ketika itu kapal sungainya pun sudah mendekati perahu Si
Lam Tojin.
"Sun Jie-ya, jangan khawatir,” kata si pemabok sambil
tertawa. "Aku ini hanya memperhatikan arak, lain tidak. Jika
tiap-tiap hari aku dapat arak, aku sudah merasa puas sekali.
Persetan dengan ketiga benda ajaib Thian-hiang-sian-cu! Aku

Sampul Maut 187


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

datang di sini bukan ingin menjumpai Kong-ya Tay-hiap, kau


salah duga! Ha, ha, ha!”
Setelah berkata ia menoleh ke belakang, seolah-olah
jawabannya itu dimaksudkan juga untuk Siauw Cu Gie.
Kini ketiga kendaraan air itu sudah berendengan. Siauw
Cu Gie mengenali bahwa orang yang mengenakan baju ungu
itu adalah Sun Ceng, yang pada dua tahun yang lampau
ditugaskan menyambut para tamu ke pertemuan Tan-kwi-
piauw-hiang-song.gwat-ta-hwee.
"Saudara Sun! Apakah Kong-ya Tay-hiap berada di Tan-
kwi-san-cong?” tanyanya.
Sun Ceng yang sedang sibuk melayani Si Lam Tojin bicara
jadi terkejut mendengar suara teguran itu, ia menoleh dan
membungkukkan tubuhnya setelah mengenali, seraya
berkata.
"Siauw Tay-hiap pun sudah datang di sini? -- Tetapi
sayang sekali guruku belum bersedia menerima tamu!”
Siauw Cu Gie jadi melotot mendengar jawaban itu, karena
ia sudah mengambil ketetapan, walaupun bagaimana ia harus
menjumpai Kong-ya Coat! Maka jawaban tersebut tak dapat
diterimanya begitu saja.
"Kong-ya Tay-hiap mungkin sungkan menerima tamu lain,
tetapi pasti ia sudi menerima aku, Siauw Cu Gie!” katanya
dengan suara keras.
"Tetapi...... tetapi...... Kong-ya Tay-hiap bilang bahwa dia
takkan menerima siapapun!”

Sampul Maut 188


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ha, ha, ha! Tidak sekalipun orang yang akan


memberitahukan kepadanya tentang Ciam-hua-giok-siu?!”
"Harap Siauw Tay-hiap sudi memberi maaf kepadaku, aku
hanya mentaati perintah guruku!”
"Saudara Sun! Apakah Kong-ya Tay-hiap sudi menerima
aku atau tidak, itu tidak penting dan bukan urusanmu!
Tugasmu sekarang yalah pergi melaporkan bahwa aku, Siauw
Cu Gie dari telaga Tong-teng, telah datang untuk menemui
Kong-ya Tay-hiap, dan tak bisa kau banyak rewel lagi!”
"Tetapi......”
"Masih bilang ‘tetapi’. Ha, ha, ha!”
"Tetapi Kong-ya Tay-hiap telah bilang siapa saja yang
berani mengajak tamu menemui dia, akan dihukum mati!
Maka aku harap Siauw Tay-hiap tidak terlalu mendesak.
"Jika kau takut menanggung segala akibat kedatanganku
di sana, aku akan menjumpainya sendiri!”
"Jika demikian halnya...... adalah kewajibanku untuk
mencegah dan menahan!!”
"Cobalah! Cobalah tahan aku!”
Dengan cepat Sun Ceng telah menerkam, tetapi ia
menjadi kaget dan penasaran sekali, karena ia telah
menerkam angin berbareng merasakan tengkuknya ditepuk
orang! Ia lekas-lekas berbalik dan hendak menyerang lagi,
tetapi Siauw Cu Gie telah mengirim jotosan ke arah dadanya.
Sodokan itu ditangkis dengan lengan kiri dan tampak jelas
sekali bahwa Sun Ceng bukan tandingan Siauw Cu Gie yang

Sampul Maut 189


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sepadan, karena tangkisannya itu membikin dia sendiri


terpental ke belakang dan ketika Siauw Cu Gie mengirim tinju
kiri ke atas pundaknya, tanpa ampun lagi ia jadi terlempar dan
jatuh di atas geladak kapalnya!
Demikian sengit perasaan Siauw Cu Gie sehingga ia ingin
menerkam lawannya itu, tetapi tiba-tiba ia terhuyung karena
terdampar oleh suatu hembusan angin pukulan yang entah
dari mana datangnya!
Melihat lawannya terhuyung-huyung, Sun Ceng lekas-
lekas berbangkit dan menoleh ke arah dalam kapal sungainya.
"Hei orang yang berada di dalam kapal!” bentak Siauw Cu
Gie. "Mengapa begitu lancang mencegah aku pergi
menjumpai Kong-ya Tayhiap?”
"Saudara Siauw!” terdengar sahutan dari dalam. "Saudara
telah datang dari tempat yang jauh, aku sebetulnya harus
keluar menyambut. Tetapi sayang sekali aku sudah
mengambil keputusan untuk tidak menjumpai siapapun juga!
Oleh karena itu, aku minta agar saudara Siauw pulang
saja......”
Suara itu tidak salah lagi adalah suara Kong-ya Coat!
SEPULUH
"Kong-ya Tay-hiap!” kata Siauw Cu Gie. "Aku datang untuk
memberitahukan tentang Ciam-hua-giok-siu kepadamu!”
Ucapan itu tidak lantas dijawab, rupanya Kong-ya Coat
tengah mempertimbangkan. Beberapa saat kemudian
terdengar ia menyahut.

Sampul Maut 190


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku sudah tidak lagi mau memusingkan urusan Bu-lim,


saudara Siauw tidak perlu banyak bicara!”
Siauw Cu Gie jadi heran dengan sikap Kong-ya Coat itu
yang mendadak berubah demikian kasarnya, disamping itu ia
tidak dapat menerima alasan yang demikian sederhananya.
Tiba-tiba ia mencelat melalui kepala Sun Ceng dan menerobos
masuk ke dalam kapal. Ia menyingkap kere bambu yang
menutupi satu ruangan kecil di dalam kapal itu dan alangkah
terkejutnya ketika melihat wajah maupun bentuk tubuh Kong-
ya Coat yang sudah banyak berubah, meskipun di saat itu
Kong-ya Coat mengenakan jubah dari kain yang tebal dan
membungkus kepalanya dengan kain sutera biru.
Wajahnya pucat pasi, kedua matanya tidak lagi bersinar
sebagaimana biasa. Dia kelihatannya jauh lebih tua dari pada
umurnya yang sejati! Di belakang kursi di mana ia duduk,
tampak seorang yang ganjil rupa dan bentuknya, yang
mengenakan jubah kuning, bertubuh jangkung kurus dengan
rambut yang panjang menutupi kedua bahunya, mukanya
beringas dan sinar matanya yang tajam senantiasa di arahkan
kepada Siauw Cu Gie!
Untuk beberapa saat lamanya Siauw Cu Gie jadi
terbengong, melihat keadaan Kong-ya Coat yang tidak keruan
dan orang ganjil yang sedang berdiri di belakangnya itu. Ia jadi
terkejut bukan main ketika melihat bahwa orang ganjil itu
memegang satu gaitan baja yang ditempelkan di leher Kong-
ya Coat.
"Tidak heran jika Kong-ya Coat bersikap demikian
kasarnya terhadapku tadi!” pikir Siauw Cu Gie. "Karena jika ia

Sampul Maut 191


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membangkang terhadap perintah orang ganjil itu, gaitan baja


itu akan pasti membikin batok kepalanya tergelincir
meninggalkan lehernya!”
Siauw Cu Gie tidak mengerti mengapa Kong-ya Coat yang
berkepandaian sangat tinggi itu dapat dibikin tidak berkutik
demikian mudahnya. Iapun segera mengeluarkan senjata yang
agak aneh kelihatannya, karena senjata itu terdiri dari
sembilan potong baja -- empat potong panjang dan lima
potong lainnya pendek-pendek -- tersambung menjadi satu
dengan rantai baja. Panjang keseluruhannya kira-kira tujuh
kaki (lebih kurang dua meter), di kedua ujung rantai tersebut
terdapat potongan baja yang tajam sekali.
Senjata itulah yang bernama Kauw-ciat-kun, yang telah
membikin Siauw Cu Gie terkenal sebagai si Raja naga dari lima
telaga, yang dapat dipergunakan sebagai pecut, tali lasso,
pentungan, pedang, belati dan lain sebagainya.
Tanpa banyak bicara pula Siauw Cu Gie secepat kilat telah
menyerang orang itu dengan maksud menusuk jalan darah di
bagian leher!
"Hee, hee, hee!” orang itu tertawa sambil mengulur
tangannya untuk merampas ujung rantai yang tajam itu, yang
telah dilancarkan dengan jurus Sam-kuk-hoan-ciu (Tiga
totokan maut).
Siauw Cu Gie kaget sekali melihat senjatanya yang sangat
diandalkan dan selalu berhasil mengambil korban itu, berani
‘dijumput’ oleh orang itu. Jurus silat yang diperlihatkan oleh
lawannya membikin ia teringat akan satu iblis yang ilmu
silatnya hebat sekali, dan tanpa terasa ia berseru.

Sampul Maut 192


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Eu-yong Lo-koay......!”
"Hee, hee, hee! Kau masih kenal kepadaku? Aku merasa
girang dan bangga sekali!”
"Kenapa dia berada di sini?” tanya Siauw Cu Gie di dalam
hati. "Aku datang untuk memberitahukan Kong-ya Coat
tentang Ciam-hua-giok-siu dan menanyakan apa yang telah
terjadi di pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-
hwee. Iblis ini tidak boleh turut campur urusanku itu!” Ia
segera hendak berlalu dari ruangan itu, ketika Eu-yong Lo-
koay berkata.
"Duduk dulu saudara Siauw! Mengapa ingin lekas-lekas
berlalu setelah kau berhasil menjumpai saudara Kong-ya!”
"Jika aku sekarang berlalu bagaimana?”
"Kau akan menjumpai ajalmu di telaga Tong-teng!”
"Apa perlunya kau menahan aku, aku yang tidak
berurusan denganmu?”
"Hee, hee, hee! Mungkin kau sudah linglung saudara
Siauw! Bukankah barusan kau sendiri yang mengatakan
bahwa kau ingin memberitahukan saudara Kong-ya tentang
Ciam-hua-giok-siu?”
"Apakah dengan kata-kataku itu aku harus berurusan
denganmu?”
"Betul! Seperti dapat kau lihat sekarang ini bahwa
saudara Kong-ya telah menjadi orang tawananku, maka jika
kau ingin memberikan keterangan kepada saudara Kong-ya,

Sampul Maut 193


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

pertama-tama kau harus memberikan keterangan itu


kepadaku!”
Siauw Cu Gie tidak dapat berbuat lain dari pada menuruti
perintah Eu-yong Lo-koay. Ia jadi teringat akan pembunuhan
besar-besaran di markas Kiu It, yang menurut kabar
menyatakan bahwa Eu-yong Lo-koay pun turut campur tangan
dalam pembunuhan itu.
“Mungkin iblis ini akan menunaikan ancamannya jika aku
membangkang perintahnya itu!” pikirnya.
––––––––

BAB 15
RAHASIA HILANGNYA SARUNG TANGAN SAKTI

Maka ia segera selipkan kembali senjata Kauw-ciat-kun


pinggangnya, lalu mengambil tempat duduk yang terpisah
kira-kira empat meter dari Eu-yong Lo-koay.
"Saudara Kong-ya,” kata si iblis. "Kita telah bicara sampai
dimana tadi?”
Kong-ya Coat agaknya penasaran sekali, tetapi di bawah
ancaman gaitan Kauw-tok-kou yang jika menggores kulit
lehernya sedikit saja, maka dalam jangka waktu tiga jam, jika
tidak makan daun obat Cian-soat-som, ia pasti akan menjadi
mayat!
"Kita tengah membicarakan soal pertemuan yang aku
telah selenggarakan,” sahutnya.

Sampul Maut 194


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hee, hee, hee! Betul! Teruskanlah kisah itu!”


"Ketika bulan purnama bersembul di angkasa tinggi, para
jago silat sudah berkumpul di sekitar lapangan rumput, tetapi
tidak nampak Ngo-ouw-liong-ong (si Raja naga dari lima
telaga) Siauw Cu Gie berada di situ!”
Eu-yong Lo-koay menoleh kepada Siauw Cu Gie dan
bersenyum.
"Saudara Siauw, apakah betul pada waktu itu kau tidak
berada di tempat pertemuan?” tanyanya.
"...................”
"Saudara Kong-ya, persilahkan kau lanjutkan kisah yang
sangat menarik itu!”
"Ketika itu tiada satu orangpun mengusulkan untuk
menantikan saudara Siauw, maka aku segera keluarkan Ciam-
hua-giok-siu dan taruh benda itu di atas meja delapan persegi
yang diletakkan di tengah-tengah lapangan rumput. Tetapi
para hadirin terus menerus memuji-muji kelihayan sarung
tangan ajaib itu, maka selama lebih kurang satu jam tiada
satupun jago silat yang tampil ke muka untuk mulai mengadu
ilmu silat!”
"Apakah para jago silat ingin menahan harga?” tanya Eu-
yong Lo-koay.
"Tidak!”
"Apakah mereka merasa takut?”
"Betul! Mereka telah dapat menduga bahwa sesuatu yang
tidak diinginkan akan terjadi dalam pertemuan itu! Jika kau

Sampul Maut 195


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

berada di situ pada waktu itu, aku yakin kau pun pasti tidak
dapat tampil ke muka untuk mulai mengadu silat!”
"Ha, ha, ha! Aku tidak berani mulai? Apakah kau baru
mengenal aku? Dengan senjata Kauw-tok-kou ini, aku pasti
dapat mengalahkan semua jago-jago silat yang hadir di
lapangan rumput itu dan merebut Ciam-hua-giok-siu!”
"Hm! Aku betul-betul merasa ragu jika pada waktu itu kau
dapat merebut benda mujizat itu!”
"Hah! Apakah dalam pertemuan itu di samping kau
sendiri masih jago silat lain yang terlatih lihay?”
"Betul! Jika kau pun hadir pada waktu itu, belum tentu
kau dapat mengalahkan semua orang yang hadir, tetapi
sekalipun kau berhasil mengalahkan mereka semua, kau pun
pasti tidak dapat merebut Ciam-hua-giok-siu!”
"O...... kalau begitu kau menyelenggarakan pertemuan itu
hanya untuk menipu dan mempermainkan orang-orang gagah
yang telah kau undang itu, kau mempunyai maksud tertentu
maksud yang keji!”
Tiba-tiba dari luar ruangan kapal sungai itu terdengar
orang ketiga turut berkata.
"Apakah yang tengah dirundingkan dengan demikian
gaduh? Aku ingin mendengar juga!”
"Apakah itu bukan suara seorang Tojin yang terkenal
sebagai si pemabuk?” tanya Eu-yong Lo-koay.
"Betul,” sahut orang itu sambil menyingkap kere bambu
dan melangkah masuk ke dalam ruangan itu.

Sampul Maut 196


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kong-ya Coat dan dua tamunya mengawasi orang yang


baru datang itu, yang menyebarkan bau arak.
."Aha!” seru orang itu yang ternyata memang Si Lam Tojin
adanya, “Eu-yong Lo-koay yang termashur dari pegunungan
Kun-lun-san kiranya sudah mengganti pekerjaan sebagai
pembegal?”
"Hei pemabuk yang tidak tahu diri! Jangan sembarangan
kau menfitnah orang!”
"Menurut pahamku, tiap-tiap pembegal mengancam
dengan senjata ditempelkan di leher korbannya, tepat
sebagaimana tengah kau lakukan sekarang! Bukankah
perbuatanmu itu serupa benar dengan perbuatan satu
pembegal ulung?”
“Aku telah minta saudara Kong-ya menceritakan peristiwa
di pertemuannya pada tahun yang lampau, tetapi dia
menolak, maka aku terpaksa mengancamnya dengan cara
ini!”
"Akupun ingin mengetahui kesudahan pertemuan itu!
Karena...... meskipun aku turut serta dalam pertemuan itu,
aku tidak mengetahui apa yang telah terjadi!”
"Kau tentunya telah minum terlalu banyak arak sehingga
menjadi mabuk dan tidak mengetahui apa yang terjadi?”
“Ya! -- Tetapi ayolah simpan senjatamu itu, aku tidak sudi
melihat kau mengancam korbanmu terus menerus!”
“Oho! Tanpa senjata ini berada dekat leher saudara Kong-
ya kau tidak akan mendengar kisah pertemuan itu.”

Sampul Maut 197


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hari ini ada arak, hari ini kita minum sampai mabuk!
Persetan dengan hari esok!”
Setelah berkata begitu, Si Lam Tojin lalu mengangkat guci
arak dan menenggak isinya, tetapi dengan tiba-tiba ia
menyemprotkan arak yang berada di mulutnya ke arah muka
Eu-yong Lo-koay.
Eu-yong Lo-koay mundur dua langkah sambil menyerang
dengan tinjunya dan terdengarlah suatu ledakan hebat akibat
daripada pertemuan kedua serangan tenaga dalam itu, dan
tampak arak itu terdampar kembali dan muncrat di ruangan
dalam kapal itu.
Dengan serangannya Si Lam Tojin hendak membebaskan
Kong-ya Coat berbareng membikin buta kedua mata Eu-yong
Lo-koay. Dua orang yang berkepandaian tinggi telah bertemu,
yang satu ingin membasmi seorang iblis, sedangkan yang
lainnya memang terkenal kejam dan keji!
Dengan mundurnya Eu-yong Lo-koay menggelakkan
serangan Si Lam Tojin, maka terbebaslah Kong-ya Coat dari
ancaman iblis dari pegunungan Kun-lun-san itu.
Mengapa Kong-ya Coat dapat demikian mudah dibikin
tidak berkutik oleh Eu-yong Lo-koay?
Eu-yong Lo-koay yang keranjingan ketiga mustika Thian-
hiang-sian-cu, telah dengar bahwa Ciam-hua-giok-siu berada
di tangan Kong-ya Coat. Maka dengan tekad bulat merampas
mustika itu ia telah berangkat dari pegunungan Kun-lun-san
dengan perahu.

Sampul Maut 198


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pada suatu hari ketika perahunya hampir tiba di tempat


Kong-ya Coat, ia telah menjumpai sebuah kapal sungai yang
menarik perhatiannya, maka dengan ilmu Ceng-teng-tok-cui
(Capung menotok air), ia telah berhasil naik ke atas buritan
kapal itu tanpa menarik perhatian orang. Kebetulan sekali di
atas kapal itu ia telah mendengar orang menarik napas di
dalam kamar, ia terkejut dan akhirnya bergirang ketika
mengenali bahwa suara itu adalah helaan napas Kong-ya Coat
yang memang sedang ia cari.
Dengan tindakan enteng ia segera menghampiri pintu
kamar tersebut, lalu sambil menghunus gaitan beracunnya
dengan tiba-tiba ia menolak daun pintu yang ternyata tidak
dikunci. Di dalam Kong-ya Coat yang sedang rebahan jadi
terkejut bukan main dan segera hendak berbangkit, tetapi Eu-
yong Lo-koay sudah berada di belakang sambil mengancam
lehernya dengan gaitan beracun Kauw-tok-kou!
Sebetulnya, Eu-yong Lo-koay sudah datang di tempat
Kong-ya Coat beberapa waktu yang lalu, bahkan ia telah
datang sehingga tujuh kali berturut-turut, tetapi ia tidak
menjumpai orang yang dicarinya itu. Karena semenjak
kegagalannya menyelenggarakan pertemuan Tan-kwi-piauw-
hiang-song-gwat-ta-hwee, Kong-ya Coat menjadi masgul
sekali senantiasa didatangi banyak orang yang ingin
menanyakan kesudahan pertemuan itu, maka ia telah
mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan tempat
kediamannya, dan hidup lebih tenteram di dalam sebuah
kapal sungai. Oleh karena itu tidak heran Eu-yong Lo-koay
selalu gagal menjumpainya. Tetapi dengan sangat kebetulan si
iblis dari pegunungan Kun-lun-san telah membuka rahasianya!

Sampul Maut 199


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hei Lo-koay! Jika kau menganggap di dalam kamar kapal


sungaiku ini tidak cukup luas tempatnya, bagaimana jika kita
keluar dan bertarung di atas geladak?” tanya Kong-ya Coat.
"Silahkan!” sahut Eu-yong Lo-koay sambil mendahului
melangkah keluar dari ruangan itu.
Kong-ya Coat sudah siap dengan pedangnya, setelah
berada di atas geladak, ia segera putar-putar pedang itu
sehingga seluruh tubuhnya diselubungi oleh sinar pedang
yang berkilau-kilau.
"Ai! llmu silat pedang yang dahsyat sekali!” Eu-yong Lo-
koay diam-diam memuji dalam hati, tetapi tanpa banyak
bicara lagi ia segera menyerang dengan gaitan bajanya!
Kedua orang ini adalah jago-jago silat berkaliber berat,
maka begitu mereka bergebrak segera tampak keluar biasaan
ilmu silat masing-masing, sinar pedang dan gaitan
berseliweran hebat sekali! Setelah pertempuran berlangsung
lebih kurang sepuluh jurus lamanya, tiba-tiba tampak kedua
orang itu mundur beberapa langkah!
Kong-ya Coat telah melancarkan jurus Tai-soat-hun-hui
(Salju turun berhamburan), yalah jurus yang ia telah
pertunjukkan di pegunungan Tiang-pek-san dengan
membabat empat lilin menjadi 4 x 7 atau sama dengan
duapuluh delapan potong. Tetapi ia tidak berhasil melukai
lawannya!
Sedangkan Eu-yong Lo-koay telah melawan jurus yang
dahsyat itu dengan melancarkan jurus Thian-yao-tee-tong
(Menggoyahkan langit menggoncangkan bumi), tetapi iapun

Sampul Maut 200


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tidak berhasil melepaskan pedang yang dipegang oleh


lawannya!
Selama pertempuran sepuluh jurus itu berlangsung, Siauw
Cu Gie dan Si Lam Tojin jadi terpaku menyaksikan jurus-jurus
yang dilancarkan oleh kedua orang itu. Mendesingnya senjata-
senjata itu yang diiringi oleh suara ‘Ting Tang Ting Tang’ dan
beradunya senjata-senjata tersebut telah menciptakan suatu
irama musik yang pasti tidak merdu bagi telinga!
Untuk sekian lamanya kedua orang yang sedang
bertempur itu mengawasi masing-masing harus waspada dan
pandai mencari kesempatan terbaik untuk melancarkan suatu
pukulan yang menentukan!
"Hei saudara Kong-ya! Semua ini adalah salahmu sendiri!”
tiba-tiba terdengar Si Lam Tojin berkata dengan suara lantang.
"Kesalahanku? Mengapa Tay-su mengatakan demikian?”
"Tadi gaitan beracun mengancam lehermu, aku telah
membantu sehingga kau terbebas dari ancaman tersebut!
Tetapi.... maksud daripada perbuatanku tadi adalah agar kau
dapat lebih leluasa menceritakan kesudahan pertemuan yang
kau selenggarakan dua tahun yang lalu dan aku tidak
bermaksud agar kamu berdua bertempur di atas geladak ini.
Jika maksudku tidak kau hiraukan, maka aku terpaksa harus
minta saudara Eu-yong menempelkan lagi gaitan beracunnya
di lehermu!”
"Hei pemabuk! Kehadiranmu di sini telah membikin
saudara Kong-ya berhenti bercerita. Umpama tadi kau

Sampul Maut 201


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mendengarkan saja dari luar, bukankah kisah itu telah selesai


diceritakan?!” kata Eu-yong Lo-koay.
"Hei iblis! Jika kau tidak senang dengan kehadiranku di
sini, akupun sudah siap melayanimu!”
"Saudara-saudara sabar dulu!” kata Kong-ya Coat. "Jika
kalian ingin juga mendengar kisah itu, aku akan menceritakan!
Tetapi sebelumnya aku berpesan wanti-wanti agar setelah
mengetahui kisah itu kalian tidak menyesali aku......”
"Lanjutkanlah kisahmu itu,” sahut Si Lam Tojin. "Dan
setelah kau selesai menceritakan, “Kau dapat menyerang lagi
saudara Eu-yong, aku tentu akan memuji yang menang! Ha,
ha, ha!”
Meskipun si pemabuk bertepuk-tepuk tangan dan
tertawa, tetapi sebetulnya ia sedang bermain sandiwara.
Karena Kong-ya Coat maupun Eu-yong Lo-koay adalah
saingan-saingan beratnya di kalangan Bu-lim maka dengan
ucapannya itu ia bermaksud mengadu dombakan kedua orang
itu dengan harapan kedua orang itu saling bunuh.
Kong-ya Coat dan Eu-yong Lo-koay pun telah mengetahui
akan akal bulus si pemabuk, tetapi mereka tak dapat berbuat
lain dari pada bertempur dan berusaha mengalahkan lawan.
Setelah semua pihak setuju, maka ketiga orang itu lalu
mengambil tempat duduk untuk mendengari kisah Kong-ya
Coat lebih lanjut.
Lalu dengan wajah yang seram Kong-ya Coat melanjutkan
seperti dikisahkan di bawah ini.

Sampul Maut 202


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pada waktu melihat tiada satu orangpun bersedia tampil


ke muka untuk mulai bertarung, Kong-ya Coat lalu berkata.
"Ciam-hua-giok-siu adalah benda mujizat Thian-hiang-
sian-cu almarhum, isteri kesayangan Yu Leng yang kini tinggal
di lembah Yu-leng-kok di pegunungan Tay-piet-san. Aku telah
memperoleh benda mujizat itu dari partai Tiang-pek-kiam,
tetapi setelah mempertimbangkan dalam-dalam, aku
berpendapat bahwa benda itu harus dan pantas dimiliki oleh
seorang yang betul-betul sakti kepandaiannya. Untuk
mewujudkan cita-citaku itu, maka aku telah mengundang
kalian ke tempatku ini. Tetapi kalian rupanya saling mengalah
sehingga maksud semula daripada pertemuan ini sukar
terpenuhi..... maka aku ter......”
Penjelasan itu belum selesai, ketika tiba-tiba terdengar
suara meraung.
"Ooooooogh.....! Ooooooohhhh .....!”
Sekejapan saja suara yang menegakkan bulu roma itu
sudah dekat sekali terdengarnya. Berbareng dengan
terdengarnya suara itu, segumulan awan hitam di langit yang
tinggi, mendadak menutupi bulan. Sejenak kemudian tampak
sesosok bayangan hitam berlari-lari mengitari lapangan
rumput di mana para jago silat berkumpul. Dan aneh sekali
semua lampu yang menerangi lapangan tersebut menjadi
padam dengan mendadak!
Siauw Cu Gie bergidik mendengar penjelasan itu, karena
mengingat suara yang dilukiskan oleh Kong-ya Coat itu sama
benar dengan suara yang didengarnya di lereng gunung Hoa-

Sampul Maut 203


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

san, ketika ia berjalan-jalan di pegunungan tersebut dua tahun


yang lalu!
Kong-ya Coat menatap ketiga tamunya dengan tajam.
Kemudia ia melanjutkan.
Setelah lampu-lampu padam, bayangan itu tertawa
berkakakan seperti orang yang kurang waras ingatannya. Lalu
tampak ia menghampiri meja dimana Ciam-hua-giok-siu
diletakkan. Dalam suasana yang remang-remang masih dapat
dilihat bahwa orang itu bertubuh kurus jangkung, rambutnya
panjang menutupi bahunya dan jari-jari kedua tangannya
panjang sekali. Dengan tiba-tiba tampak ia menjambret Ciam-
hua-giok-siu berbareng dengan itu tampak tiga atau empat
bayangan lain menerkam orang itu. Tetapi dengan tiba-tiba
pula tampak ketiga bayangan itu terpental balik sejauh empat
meter!
"Aku kira yang menerkam hanya tiga orang,” kata Si Lam
Tojin. "Karena mereka itu adalah tiga saudara Tie, jago-jago
silat kenamaan dari daerah sebelah selatan sungai Tiang-kang!
Mereka semua tewas setelah kembali dari pertemuan itu.
Kemungkinan besar bahwa mereka telah kena serangan
tenaga sakti Lui-ka-kong-kie (Tenaga sakti) orang itu!”
"Betul! Itulah ketiga saudara Tie yang telah menerkam,
mereka semua tewas setelah kembali dari Tan-kwi-san-cong!
Mereka mengira dengan ilmu silat tangan kosong yang
disebut Thian-tee-jin (Menggempur langit, bumi dan
manusia), mereka pasti berhasil merebut Ciam-hua-giok-siu
dari tangan orang itu, tetapi ternyata......”

Sampul Maut 204


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Saudara Kong-ya, siapakah gerangan orang yang memiliki


ilmu Lui-ka-kong-kie itu?” tanya Eu-yong Lo-koay.
"Lui-ka-kong-kie bukan saja telah menewaskan ketiga
saudara Tie,” kata Kong-ya Coat tanpa menghiraukan
pertanyaan Eu-yong Lo-koay. "Tetapi kita semua pun
merasakan hembusan angin pukulan yang dahsyat itu,
meskipun kita telah berpegangan kepada meja atau kursi,
tidak urung kita semua terdorong ke belakang dan jatuh di
tanah!”
"Ai!” seru Si Lam Tojin, "ilmu silat yang begitu tidak ada
taranya di dunia!”
"Orang itu tentunya suami Thian-hiang-sian-cu,
bukankah?” tanya Siauw Cu Gie.
"Betul! Dialah Yu Leng dari lembah Yu-leng-kok!” sahut
Kong-ya Coat. "Tetapi mengapa dia yang sudah lama bertapa
dalam lembah, tiba-tiba muncul di Tan-kwi-san-cong?”
Setelah menyatakan keheranannya Kong-ya Coat lalu
melanjutkan.
Dengan suara lantang orang itu berkata seram.
"Ciam-hua-giok-siu adalah mustika warisan. Apakah kalian
kira mustika ini dapat dibuat perebutan?”
"Aku tidak bermaksud merebut mustika itu,” sahut Kong-
ya Coat. "Sekarang Tay-hiap sudah datang, aku rela
mengembalikannya.”

Sampul Maut 205


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Masih ada dua mustika lagi, Cu-gan-tan dan Tok-beng-


oey-hong, dimana mustika-mustika itu sekarang?” tanya Yu
Leng.
Meskipun suasana agak gelap, namun semua orang
bergidik melihat sinar mata Yu Leng yang seolah-olah
menyala! Mereka berdiri ketakutan dan tidak berani
menyahut. Tiba-tiba tampak Yu Leng mengangkat tangannya,
sejenak kemudian terdengar satu suara yang keras sekali dan
meja di mana Ciam-hua-giok-siu tadi diletakkan telah bolong
di bagian tengahnya!
"Hari ini!” tiba-tiba Yu Leng berkata dengan suara keras,
"hari ini aku baru memperoleh kembali satu, di antara tiga
mustika isteriku, oleh karena kedua mustika yang lainnya
tidak berada di sini, maka aku akan meninggalkan tempat ini
tanpa mengganggu kalian pula. Tetapi......, barang siapa
berani menceritakan atau mendengar apa yang yang telah
terjadi di tempat ini...... akan mati dari cakaran Tay-yang-sin-
jiauw ku!”
Bercerita sampai di sini, Kong-ya Coat berhenti dan
bersenyum seram kepada ketiga tamunya itu.
Eu-yong Lo-koay, Si Lam Tojin dan Siauw Cu Gie, meskipun
mereka bertiga berkepandaian tinggi, tetapi setelah
‘mendengar’ kisah Kong-ya Coat yang seram itu, mereka jadi
bergidik memikiri nasib mereka, karena mereka tidak
menduga sama sekali bahwa hanya dengan mendengari kisah
pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-tee, mereka
kini sudah menjadi musuh-musuh besar Yu Leng!
––––––––

Sampul Maut 206


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 16
KEGELISAHAN MEMBAWA BARANG CURIAN

Bagaimana dengan nasib Kong-ya Coat sendiri yang telah


dipaksa untuk menceritakan kisahnya itu?
"Setelah Yu Leng mengancam,” katanya lagi. "Dengan
satu gerak yang mempesonakan sekali ia telah menghilang
entah ke mana!”
"Kalau saja aku tidak datang ke sini......” kata Siauw Cu Gie
sambil bersenyum getir.
"Saudara Siauw!!” kata Kong-ya Coat. "Aku telah
berpesan wanti-wanti barusan......”
"Kita akan menanggung sendiri akibat itu......” sahut Eu-
yong Lo-koay.
"Aku sudah melanggar perintahnya, maka kita berempat
kini bernasib serupa, yalah akan mati dari cakaran Tay-yang-
sin-jiauw!”
"Saudara Kong-ya, mungkin ada kesalahan paham dalam
soal ini!”
"Kesalahan paham?! -- Kesalahan paham apakah? Aku
persilahkan saudara Siauw menjelaskan!!
"Aku telah mendengar kabar bahwa semenjak isteri yang
sangat dicintainya meninggal dunia, Yu Leng lalu hidup
terpencil di pegunungan Tay-piet-san. Jika ia pada suatu hari
berhasil mewariskan ilmu silatnya yang maha tinggi itu, ia

Sampul Maut 207


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

akan menyusul isterinya di alam baka. Ia telah berjanji takkan


keluar lagi dari lembah Yu-leng-kok. Jika kau katakan ia telah
datang di Tan-kwi-san-cong, aku betul-betul tidak
mengerti......”
"Jadi saudara Siauw menganggap orang yang datang itu
bukan Yu Leng sendiri?”
"Ya!”
"Tetapi siapakah di kolong langit ini yang memiliki ilmu
Tay-yang-sin-jiauw?”
Pertanyaan itu membikin Siauw Cu Gie membungkam.
Apalagi waktu mengingat akan peristiwa totokan di
pundaknya oleh sambitan batu pada dua tahun yang lalu,
tangan yang merah, telapak tangan yang tertera di atas
batang pohon cemara, ia jadi bergidik.
"Aku tidak tahu!” sahutnya pendek.
Kong-ya Coat tertawa melihat ketiga pendengarnya
menjadi pucat seolah-olah dikejar hantu jahat
"Hei Lo-koay!” katanya sambil mengejek. "Apakah kau
masih ingin merebut Ciam-hua-giok-siu?”
Eu-yong Lo-koay hanya menundukan kepalanya dan
menggeram. "Hm......!”
"Saudara Siauw, bukankah kau ingin menceritakan
tentang Ciam-hua-giok-siu?” tanya Kong-ya Coat.
"Ya,” sahut Si Lam Tojin. "akupun ingin mendengar cerita
itu.”

Sampul Maut 208


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kesudahan dari pertemuan yang aku selenggarakan itu,”


sahut Siauw Cu Gie. "Sama benar dengan kesudahan dari
pertemuan di Tan-kwi-san-cong!”
"Bagaimana? Aku tidak mengerti!” kata Kong-ya Coat.
"Awan hitam tiba-tiba menggulung dan menutupi
Rembulan!” sahut Siauw Cu Gie. "Dan dengan tiba-tiba pula
lampu-lampu dan obor-obor padam!”
"Apakah kau mendengar ada orang mengatakan
sesuatu?” tanya Kong-ya Coat.
“Tidak! Tetapi sebelum itu, aku dibikin terkejut oleh
munculnya seorang pemuda yang membawa-bawa Ciam-hua-
giok-siu!” kata lagi Siauw Cu Gie.
"Tentu pemuda itu murid Yu Leng,” Si Lam Tojin ikut
bicara.
"Jika Yu Leng telah mewariskan ilmunya yang maha tinggi
itu,” kata Kong-ya Coat. "Dia tentu sudah membunuh diri dan
aku yang telah melanggar perintahnya, tak usah khawatirkan
lagi Tay-yang-sin-jiauw!”
"Jika Yu Leng telah membunuh diri, siapakah yang mampu
memadamkan semua lampu dan obor demikian cepatnya!”
tanya Eu-yong Lo-koay.
"Apa boleh buat!” kata Siauw Cu Gie. "Aku tidak ingin
memusingkan apakah Yu Leng masih hidup atau sudah mati!
Yang penting yalah cara bagaimana aku dapat menghindarkan
diri dari cakaran Tay-yang-sin-jiauw!”

Sampul Maut 209


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah berkata begitu ia segera berbangkit dan


meninggalkan kapal sungai itu tanpa menoleh lagi kepada
Kong-ya Coat.
Eu-yong Lo-koay juga sudah tawar perasaannya dan tak
lagi ingin melanjutkan pertempurannya melawan Kong-ya
Coat, tanpa pamit lagi iapun berlalu dengan tergesa-gesa!
Hanya si pemabuk yang kelihatannya agak tenang dan
masih dapat tertawa gelak-gelak.
"Mati atau hidup itu semua berada di tangan Tuhan.
Aku hanya khawatir tak dapat minum arak!
Jika kita menderita dan tak dapat bertahan.
Janganlah bermuram durja, tetapi bersorak!”
Demikianlah Si Lam Tojin bernyanyi, lalu dengan satu
gerakan lincah ia berloncat dari kapal sungai itu ke dalam
perahunya yang kemudian di dayungnya dengan tenang pula!
SEBELAS
Waktu pesat sekali jalannya, tanpa terasa musim dingin
telah datang lagi.
Di atas sungai Tiang-kang, yang letaknya dekat daerah
kota Bu-ouw, di propinsi Kang-su, tampak sebuah perahu
tengah berlayar dengan tenang.
Di dalam perahu tampak duduk dua orang, yang satu
seorang laki-laki yang berperawakan tegap dan berusia kira-
kira setengah abad. Sedangkan orang yang kedua adalah
seorang kakek yang matanya picak satu dan kakinya pincang
sebelah.

Sampul Maut 210


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Laki-laki yang berperawakan tegap lalu berkata setelah


menarik napas panjang.
"Ouw Si-ko, selama dua tahun ini kita telah lari ke timur,
ngiprit ke barat menyembunyikan diri dari kejaran yang tak
kunjung datang, boleh dikatakan tiada satu tempatpun yang
kita tidak jelajahi, dan selama jangka waktu itu kita tidak
mendengar berita tentang munculnya Yu Leng di kalangan
Kang-ouw!”
"Hiantee,” sahut si Ahli nujum kipas baja. "Yu Leng sedang
mencari Cu-gan-tan dan Tok-beng-oey-hong, dia tidak
mengetahui bahwa kedua mustika itu berada di dalam
tanganku! Ha, ha, ha!”
Setelah tertawa berkakakan, sekonyong-konyong ia
berhenti dengan rupa kaget sambil menyapukan matanya
yang tinggal sebelah itu ke kanan dan ke kiri.
"Ha, ha, ha!” kata Khouw Kong Hu, "kita berada di atas
perahu, masa takut ada yang dengar kata-kata Ouw Si-ko itu?”
"Memang Hiantee, jika kau membawa-bawa barang yang
berharga apalagi barang-barang berharga itu kau peroleh
secara tidak halal kau tentu akan menjadi gelisah!”
"Ouw Si-ko, siapa namanya si pemuda yang pernah kau
tolong masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok?”
"Ai! Akupun baru ingat kepada pemuda itu, dia bernama
Wei Beng Yan. Menurut perhitunganku, Yu Leng telah
mewariskan ilmu silatnya kepada pemuda itu dan telah
membunuh dirinya sendiri, tetapi...... katanya ia sudah muncul
lagi di kalangan Kang-ouw!”

Sampul Maut 211


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku selalu berada di samping Ouw Si-ko selama dua


tahun ini, mengapa aku tidak mengetahui bahwa Yu Leng
telah muncul lagi di kalangan Kang-ouw?”
"Apakah kau masih ingat pada setengah bulan yang lalu,
ketika kita berada di telaga Kao-yu, beberapa nelayan telah
menceritakan tentang pertemuan di telaga Tong-teng?”
"Aku masih ingat.”
“Kesudahan daripada pertemuan tersebut, seperti
Hiantee telah dengar sendiri, adalah sama misteriusnya
seperti pertemuan yang diadakan oleh Kong-ya Coat!”
"Apakah menurut hemat Ouw Si-ko orang yang
memadamkan lampu-lampu dan obor-obor bahkan
merombak Lui-tay, adalah Yu Leng juga?”
"Menurut pendapatku memang demikian, tetapi masih
ada soal yang ganjil berkenaan dengan sepak terjangnya
sehingga aku tak berani mengatakan dengan pasti.”
"Rupanya peristiwa itu telah membikin si Ahli nujum kipas
baja menjadi pusing juga, ya? Ha, ha, ha!”
"Betapa tidak! Dua tahun yang lalu Yu Leng telah merebut
Ciam-hua-giok-siu, mengapa sekarang mustika itu berada di
tangan si pemuda baju hijau? Dan..... siapakah gerangan
pemuda itu?”
"Pemuda itu tentu saja putera Wei Tan Wi, siapa lagi?”
"Baik! pemuda itu Wei Beng Yan. Tetapi setelah Yu Leng
mewariskan ilmu silatnya, mengapa dia sendiri tidak
membunuh diri? Dan mengapa ketika Wei Beng Yan ingin

Sampul Maut 212


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menempur kedua iblis Soat-hay-siang-hiong tiba-tiba suasana


jadi gelap dan mereka yang sudah bersiap-siap bertempur
akhirnya lenyap tanpa bekas?!”
". . . . . . . . . . .??”
Tak lama kemudian perahu mereka sudah tiba di kota Bu-
ouw, sebuah kota besar yang terletak di sebelah selatan
sungai Tiang-kang. Setelah mendarat mereka segera menuju
ke suatu gedung yang besar dan indah, yang tiang-tiangnya
terukir seekor naga besar. Pekarangan depan gedung tersebut
sangat kotor, pintu-pintu dan jendela-jendela penuh dengan
debu dan tertutup rapat. Rupanya gedung itu sudah lama
diterbengkalaikan.
Setelah meneliti gedung itu sekian lamanya, terdengar
Khouw Kong Hu berkata dengan suara rendah.
"Ouw Si-ko, kota ini rupanya pusat perdagangan yang
ramai sekali, jika kita terus menerus mundar-mandir di depan
gedung ini, mungkin kita akan dicurigai ingin berbuat sesuatu
yang tidak baik......”
“Jangan gelisah Khouw Hiantee, aku datang ke sini tentu
dengan rencana yang cermat, dan aku berani memastikan
bahwa nanti malam gedung ini kita dapat menyaksikan suatu
pertunjukan. Maka sebelum masuk, kita harus menyelidiki
betul keadaan di sekitarnya!”
Setelah itu Ouw Lo Si segera mengajak Khouw Kong Hu
menuju ke suatu rumah penginapan. Begitu melangkah
masuk, mereka jadi terperanjat, karena berpapasan dengan

Sampul Maut 213


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

seorang gadis yang cantik jelita, muda belia yang mengenakan


pakaian merah muda.
"Apakah gadis cantik berbaju merah muda, yang barusan
saja keluar, ingin menyewa kamar di sini?” tanya Ouw Lo Si
kepada pengurus hotel.
Si pengurus hotel menoleh dan sambil bersenyum ia
menyahut.
“Ya, bukan saja ia berparas cantik, tetapi iapun sangat
murah hati telah sudi membayar terlebih dulu uang sewa
kamarnya,” sambil menunjukkan sepotong mas murni di
tangannya dan meneruskan.
"Tetapi aneh, setelah ia melemparkan sepotong mas ini,
tanpa menunggu aku menjawab ia segera berjalan keluar.”
Ouw Lo Si bukan tertarik oleh kecantikan wanita itu,
tetapi pakaiannya yang merah mudalah yang telah membikin
ia terperanjat, karena dari cerita yang didengarnya tentang
pertemuan di telaga Tong-teng, orang yang menceritakan
telah berulang-ulang menyebut, gadis yang mengenakan
pakaian merah muda, kapal sungai merah muda yang
digantungi lentera kertas merah muda juga.
"Apakah mungkin gadis inilah yang dimaksud oleh orang
itu?” tanyanya di dalam hati.
"Kita berdua pun ingin menyewa kamar,” kata Khouw
Kong Hu.

Sampul Maut 214


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Baiklah,” kata si pengurus hotel. "Hei Lo-sam, tujukki


kedua Locianpwee ini kamar yang di samping pekarangan
tengah!”
Setelah berada di dalam kamar Ouw Lo Si segera
menutup pintu. Tiba-tiba mereka mendengar suara si
pengurus hotel di luar.
"Kamar di sebelah dua tamu kita ini adalah untuk seorang
gadis, dan kau harus melayaninya dengan baik!”
"Ah!” kata Ouw Lo Si dengan suara rendah. "Kebetulan
sekali kita dapat kamar ini!”
"Agar kita dapat mendengar gerak gerik gadis baju merah
muda, bukankah?” tanya Khouw Kong Hu.
"Betul!” sahut Ouw Lo Si sambil bersenyum girang. "Ouw
Si-ko, kau tiba-tiba jadi gembira sekali tampaknya?”
"Apakah kau ketahui siapa pemilik rumah gedung besar
yang kita selidiki tadi?”
"Tidak. Mengapa memang?”
"Rumah gedung itu milik ketiga saudara Tie yang telah
ditewaskan oleh serangan Lui-ka-kong-kie Yu Leng!”
"O........!”
"Apakah kau masih ingat apa yang dikatakan oleh ketiga
saudara Tie itu, setelah mereka dilukai oleh Yu Leng?”
"Ya! Saudara Tie yang paling tua menantang kepada Yu
Leng. Nanti sesudah lewat dua tahun lima bulan, apakah kau
berani datang ke kota Bu-ouw?”

Sampul Maut 215


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Betul! Dan mereka pun mengetahui bahwa mereka bakal


mati!”
"Jika demikian, mengapa mereka masih menantang Yu
Leng?”
"Aku mengenal ketiga saudara Tie cukup lama, dan aku
mengetahui juga bahwa pada tiap-tiap tiga tahun sekali Ceng
Sim Lo-ni turun dari Go-bi-san untuk menjenguk ketiga
saudara Tie, entahlah ada hubungan apa antara si biarawati
dengan ketiga saudara Tie itu.”
"Jika begitu, ketiga saudara Tie tentu bermaksud agar
Ceng Sim Lo-ni membalaskan kematian mereka itu.”
"Aku kira begitu, menurut perhitunganku, malam ini tepat
dua tahun lima bulan semenjak ketiga saudara Tie digempur
oleh Yu Leng!”
"Apakah Yu Leng akan memenuhi janjinya? Apakah Yu
Leng mengetahui bahwa ia akan berjumpa dengan Ceng Sim
Lo-ni di sini?”
"Entahlah. Yang pasti yalah Ceng Sim Lo-ni akan
berkunjung ke sini.”
"Tetapi kini kau telah salah bertindak Ouw Si-ko!”
"Salah bertindak?”
"Bukankah jika Yu Leng muncul di sini berarti kita
mengantarkan jiwa kita secara tolol?!”
"Hiantee jangan keliru, dahulu kita lari sini lari sana
menyembunyikan diri karena takut...... takut mustika yang
berada di dalam tanganku diketahui oleh Yu Leng. Tetapi

Sampul Maut 216


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

setelah Ciam-hua-giok-siu muncul lagi di kalangan Kang-ouw,


kita tidak usah bersembunyi lagi!”
"Meskipun demikian, ada baiknya jika Yu Leng tidak
melihat kita!”
Ouw Lo Si menggeleng-geleng kepalanya dengan paras
mendongkol.
"Khouw Hiantee,” katanya, "apakah kau lupa akan janji
kita untuk membalas dendam Kiu Ji-tee?! Mungkin juga yang
melakukan pembunuhan itu erat sekali hubungannya dengan
tindak tanduk Yu Leng ini!”
Khouw Kong Hu menjadi merah mukanya mendengar
kata-kata Ouw Lo Si yang agak keras itu.
"Kita belum mengetahui musuh Kiu Ji-tee, namun aku
yakin bahwa musuhnya itu lihay sekali, mungkin kita berdua
tidak sanggup melawannya, tetapi tiada salahnya jika kita
mengetahui betul musuh itu sebelum kita coba membikin
pembalasan,” kata Ouw Lo Si.
Setelah itu ia tepuk dadanya seraya berkata lagi.
"Kita telah memiliki kedua mustika Thian-hiang-sian-cu
dan dengan Tok-beng-oey-hong kita akan menuntut balas!”
"Tetapi, apakah Ouw Si-ko mengetahui caranya
menggunakan benda mujizat itu?” tanya Khouw Kong Hu. "Cu-
gan-tan tidak penting bagi kita, karena kita sudah tua, tetapi
bagaimanakah menggunakan Tok-beng-oey-hong, yang
dikatakan belum pernah gagal mengambil korban?”

Sampul Maut 217


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Justru itulah maksud kedatangan kita di sini,” kata Ouw


Lo Si. "Jika perhitunganku tidak salah, aku mengharap dapat
mengetahui cara menggunakannya benda mujizat itu dari Yu
Leng!”
Berkata sampai di situ tiba-tiba si kakek merandek dan
mengeluarkan suara.
"Ssst......!”
Kemudian terdengar suara orang bicara di luar kamar.
“Inilah kamar siocia, aku harap siocia menyukai hotelku
yang sederhana ini!”
"Terima kasih!” sahut yang diajak bicara.
Ouw Lo Si menghampiri tembok kamar sambil
mengangkat tangan kanannya, lalu dengan mengerahkan
tenaga ke ujung jari tengahnya, ia menusuk tembok kamar itu
dan ‘Cep!’ jari tengahnya itu menembusi tembok tanpa orang
yang berada di sebelah menyadari!
Itulah ilmu Kim-kang-cit (Jari tangan baja), yang hanya
dimiliki oleh beberapa gelintir jago-jago silat saja, karena
sukarnya untuk dipelajari, dan tusukan dengan jari tangan
yang digerakkan dengan lambat itu dapat menembusi
baja.......!
Sejenak kemudian Ouw l.o Si mencabut jari tengahnya itu
dengan tenang sekali, dan tampaklah satu lobang di tembok
yang memisahkan kamarnya dengan kamar si gadis baju
merah muda itu!
DUABELAS

Sampul Maut 218


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Bila ada lobang kecil di tembok kamar di suatu rumah


penginapan, biasanya lobang kecil demikian dianggap biasa
dan takkan diperhatikan. Dengan melalui lobang kecil itulah
Ouw Lo Si dapat mengintip ke dalam kamar di sebelah.
Ia melihat gadis yang mengenakan baju merah muda
masuk ke dalam kamar, lalu mengeluarkan sehelai bendera
merah, di atas permukaan bendera tersebut tertera tiga huruf
.
"Tong-teng Siauw (Keluarga Siauw dari telaga Tong-
teng)!”
Ouw Lo Si mendekati mulutnya dekat telinga Khouw Kong
Hu dan berbisik.
"Hiantee, geser meja itu dan letakkan secangkir teh di
atasnya.”
Khouw Kong Hu tidak mengerti maksud si kakek, tetapi ia
jalankan juga perintahnya itu.
Ouw Lo Si lalu mengintip lagi, sesaat kemudian, tanpa
mengalihkan matanya dari lobang di tembok, ia menyelupkan
jari telunjuknya ke dalam secangkir teh yang berada di atas
meja, dan menulis di atas papan meja memberitahukan apa
yang telah terjadi di kamar yang sedang diintipnya itu!
"Si gadis adalah adik perempuan Siauw Cu Gie! Kita
dapat menyaksikan sandiwara.”
Demikian si kakek telah menulis. Tetapi kemudian ia jadi
merandek ketika melihat bibir si gadis bergerak-gerak, seolah-

Sampul Maut 219


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

olah sedang berbicara dengan seseorang. Ia tidak dapat


mendengar percakapannya itu.
"Apakah dikamarnya itu sudah ada orang?” demikian
pikirnya. "Jika betul...... celaka duabelas, tentu pembicaraanku
tadi telah dapat didengar oleh orang itu......!”
––––––––

BAB 17
MISTERI TIGA JARUM YAN-BIE-TIN

Ia mengintip terus, tetapi karena lobang di tembok itu


kecil sekali, maka ia hanya dapat melihat si gadis yang kini
sedang bersenyum manis sambil berbicara dan bergerak-
gerak.
"Tidak salah lagi ia tengah berbicara dengan seseorang!”
kata si kakek didalam hatinya. Saking penasarannya, ia lalu
menempelkan telinganya ke lobang itu dan dapat mendengar.
"Apakah kau sudah lama tiba di kota ini? Kota Bu-ouw ini
betul-betul ramai. Coba lihat bendera ini, aku telah menyuruh
orang menyulam huruf-huruf di atasnya.”
Tiba-tiba si kakek berbalik sambil menarik tangan Khouw
Kong Hu ke suatu tempat yang agak jauh dari lobang di
tembok itu.
"Celaka!” bisiknya, "kita harus lekas-lekas berlalu dari
sini!”
"Si-ko! Apa yang kau telah lihat?!”

Sampul Maut 220


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Barusan aku tidak memeriksa lagi kalau-kalau di sebelah


ada orang. Jika percakapan kita tadi didengar olehnya, kita
pasti akan dikejar oleh semua orang untuk merebut kedua
mustika yang kini berada di tanganku. Aku tidak takut dikejar,
tetapi lebih baik kita berjaga-jaga......!”
Si kakek segera melangkah untuk meninggalkan kamarnya
itu, tetapi ketika tiba di pintu kamar ia merandek. Lalu sambil
mengertak gigi ia berkata dengan nada yang rendah sekali.
"Hiantee, jika percakapan kita tadi telah didengar oleh
orang yang berada di kamar sebelah, mungkin sekarang
kitapun tak dapat melarikan diri lagi! Aku kira dia tidak
mendengar. Lebih baik kita jangan melepaskan kesempatan
yang baik ini untuk mencari tahu, cara menggunakan Tok-
beng-oey-hong!”
Setelah ia telah mengeluarlan senjatanya, yalah Cit-kauw-
tie-san (Kipas baja dengan tujuh keajaiban), yang telah
menggemparkan dunia Kang-ouw beberapa puluh tahun yang
silam!
Khouw Kong Hu pun menghunus gaitan bajanya yang
bergagang panjang, dan ujungnya merupakan sebilah arit
yang tajam sekali.
"Hiantee, kau jaga pintu dan jangan kau bersangsi untuk
segera turun tangan bila ada yang bergerak mencurigakan!”
pesan si kakek.
Khouw Kong Hu mengangguk sambil mengawasi ke arah
pintu.

Sampul Maut 221


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lalu si kakek pergi mengintip lagi. Ia melihat bahwa gadis


itu masih terus berbicara, tetapi ia tetap tidak melihat orang
yang sedang berbicara dengan gadis itu. Ia melihat si gadis
mengulur tangannya untuk menerima sesuatu dari orang yang
tidak kelihatan itu. Si kakek mencurahkan seluruh
perhatiannya, meskipun ia seorang yang cerdik dan cerdas
serta banyak pengalamannya, tetapi ketika dapat mengenali
barang yang baru saja diterima oleh gadis itu, tiba-tiba dan
tanpa terasa ia jadi berseru kaget.
"Astaga......!”
Dan suaranya itu telah mengejutkan si gadis!
Gesit seperti monyet si kakek melompat mundur ke
belakang beberapa langkah sambil mengeluarkan suara.
"Phiss......!” kepada Khouw Kong Hu.
Setelah itu, cepat bukan main si kakek telah mencelat
melalui jendela untuk keluar ke pekarangan hotel, diikuti oleh
Khouw Kong Hu.
Lala terdengar pintu kamar mereka terbuka oleh suatu
dorongan keras, dan terdengar seorang laki-laki berbicara.
"Hm! Bie moay, tadi kau bilang di kamar ini ada orang.
Coba lihat, kamar ini kosong!”
"Aku yakin betul tidak salah dengar,” sahut si gadis.
"Orang itu pasti dari kalangan Kang-ouw, karena ia dapat
bersembunyi demikian cepatnya!”

Sampul Maut 222


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Apakah dia mengintai-intai Ciam-hua-giok-siu? Betul-


betul dia itu seorang yang bodoh menghendaki benda yang
sukar diperoleh!”
Memang waktu mengintip tadi Ouw Lo Si telah melihat
sarung tangan ajaib itu, namun ia bukan terkejut disebabkan
telah melihat benda itu, ia terkejut karena telah melihat
beberapa benda yang justru melekat di telapak tangan sarung
tangan tersebut, yalah tiga buah jarum Yan-bie-tin -- jarum
beracun yang ampuh kepunyaan saudara angkatnya, Khouw
Kong Hu!
Sambil sembunyi di bawah jendela Ouw Lo Si dapat
mengenal suara orang laki-laki itu, yalah suara seorang
pemuda yang pernah ia tolong dua tahun lebih yang lalu, Wei
Beng Yan!
"Hiantee,” katanya-berbisik. "Simpan senjatamu dan
janganlah bertindak tanpa dapat petunjuk dari aku!”
Khouw Kong Hu menjadi heran, tetapi ia menuruti saja
apa yang diperintahkan oleh si kakek.
"Ikuti aku!” berbisik lagi si kakek sambil merangkak untuk
menjauhkan diri dari jendela kamar hotel. Setelah cukup jauh,
si kakek lalu berdiri dan berjalan menghampiri jendela
kamarnya tadi, diikuti oleh Khouw Kong Hu!
"Aai, Wei Lotee!” serunya sambil berdiri di depan jendela
kamarnya tadi. "Semenjak kita berpisah di pegunungan Tay-
piet-san dua tahun yang lalu, apakah kau baik-baik saja?”

Sampul Maut 223


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kedua muda mudi itu menoleh ketika mendengar teguran


itu. Dan ternyata betul saja si pemuda yang berbaju hijau itu
Wei Beng Yan adanya!
Melihat si kakek penolong itu, si pemuda menjadi girang
sekali.
"O...... kiranya Ouw Locianpwee!” katanya.
Si kakek menyikut pelahan ke belakang, sikutnya itu tepat
mengenai bahu Khouw Kong Hu, sebagai peringatan agar
saudara angkatnya itu tidak bertindak sembarangan!
"Wei lotee,” kata lagi si kakek, "sudah dua tahun lebih kita
tidak berjumpa, aku telah menjadi tambah tua dan reyot,
tetapi agaknya kau jadi semakin gagah dan tampan lagi!
Apakah maksudmu sudah tercapai?”
Khouw Kong Hu tiba-tiba jadi pucat wajahnya ketika
dapat melihat ketiga jarum Yan-bie-tin nya masih melekat di
telapak tangan Ciam-hua-giok-siu yang sedang dipegang oleh
Wei Beng Yan, tetapi pada saat itu ia terpaksa harus
bersandiwara dan memaksakan diri untuk bersenyum seolah-
olah sedang menjumpai seorang kawan lama!
"Terima kasih Ouw Locianpwee, aku baik-baik saja!” sahut
Wei Beng Yan. "tetapi...... aku merasa sangat menyesal belum
dapat menunaikan tugas suciku itu!”
"Tidak usah gelisah Wei Lotee,” kata si kakek, "lambat
atau cepat pasti kau berhasil membalas sakit hati mu itu! --
Wei Lotee, aku ingin memperkenalkanmu kepada saudara
angkatku ini, ia bernama Yo Go!”

Sampul Maut 224


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Khouw Kong Hu makin heran mendengar si kakek


memperkenalkan namanya sebagai Yo Go. tetapi ia lekas-
lekas menyahut.
"Wei Lotee, aku telah mendengar banyak tentang kau dari
kakak angkatku ini......”
"Aku merasa girang sekali dapat berkenalan dengan
Locianpwee,” sahut Wei Beng Yan sambil memberi hormat.
"Aku kira siapa yang berada di dalam kamar ini......”
"Kita menyewa, kamar ini karena ada urusan dagang......”
kata si kakek, "barusan kita keluar untuk melihat apakah
orang yang kita nantikan itu sudah datang......”
"Ouw Locianpwee, nasib manusia tidak dapat ditentukan
oleh siapapun,” kata Wei Beng Yan. "betul kita dapat
berusaha sekeras mungkin, namun Tuhanlah yang berkuasa!
Budi Ouw Locianpwee aku takkan lupakan.”
"Apakah yang berada di tangan Lotee itu benda yang
terkenal sebagai Ciauw-hua-giok-siu?”
"Betul!”
"Bolehkah aku melihatnya......?”
"Dengan segala senang hati! Ha, ha, ha!”
Ouw Lo Si mengulur tangannya untuk menerima mustika
yang disodorkan itu. Ia meneliti dengan hati berdebar-debar.
"Jika aku dapat merebut mustika ini,” kata si kakek di
dalam hati. "Aku akan merajai dunia Kang-ouw! Kedua muda
mudi ini betul muda usia, tetapi mereka tidak dapat

Sampul Maut 225


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dipandang remeh, terutama si pemuda yang telah mewarisi


ilmu Tay-yang-sin-jiauw!”
"Tiga jarum yang melekat di telapak tangan ini apakah
artinya?” akhirnya si kakek berlagak menanya.
"Ouw Locianpwee mungkin telah mengetahui bahwa
jarum ini adalah jarum beracun Yan-bie-tin, milik Khouw Kong
Hu, si gaitan baja tinju besi!”
"O........” sahut si kakek sambil berlagak kaget. "Khouw
Kong Hu adalah nama yang aku pernah dengar...... apakah
Wei Lotee mempunyai urusan dengan dia?”
"Betul aku tidak mengetahui bagaimana bentuk serta
rupa Khouw Kong Hu ini, tetapi aku harus mengambil
nyawanya!”
Khouw Kong Hu jadi terpaku dengan mulut menganga dan
kedua mata melotot mendengar Wei Beng Yan harus
membunuh orang yang bernama Khouw Kong Hu, dirinya
sendiri!
"Tetapi mengapa Wei Lotee harus membunuh si gaitan
baja tinju besi?” tanya Ouw Lo Si. "Menurut pengetahuanku,
Khouw Kong Hu adalah jago silat yang selalu berbuat kebaikan
di kalangan Kang-ouw. Apakah barangkali ia telah berbuat
sesuatu yang hina terhadap Wei Lotee?”
"Akupun telah menyelidiki, dari banyak kawan aku
mendapat kesan bahwa Khouw Kong Hu pantas mendapat
gelar Tay-hiap (pendekar)!”

Sampul Maut 226


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Tentu Wei Lotee merasa sungkan untuk membunuh


seorang Tay-hiap, bukankah?”
"Tetapi aku tidak dapat membangkang terhadap perintah
guruku, Ai! Suhu, suhu! Dia melarang aku membunuh Soat-
hay-siang-hiong, tetapi mengapa justru menyuruh aku
membunuh seorang Tay-hiap......?”
"Dari manakah Wei Lotee dapati ketiga jarum itu?” tanya
lagi Ouw Lo Si.
"Dua tahun lebih yang lalu, ketika aku memasuki lembah
Yu-leng-kok di waktu hujan rintik-rintik aku telah menjumpai
suhu,” We Beng Yan menyahut. "Suhu lalu menyalakan tiga
lentera kertas dan menggantungnya di pintu lembah tersebut
sebagai tanda bahwa lembah tersebut sudah tertutup dan
siapapun di larang masuk. Tetapi tiba-tiba ketiga lentera
kertas itu menjadi padam diterjang ketiga jarum Yan-bie-tin
“Jarum Yan-bie-tin pasti tidak bisa gagal memadamkan
lentera-lentera itu,” kata Ouw Lo Si dan tanpa merasa ia
melirik ke arah Khouw Kong Hu yang sudah khawatir sekali
Rahasianya terbongkar. “Tetapi mengapa Yu Leng yang
berjiwa besar memerintahkan Wei Lotee membunuh Khow
Kong Hu yang hanya memadamkan lilin lentera? Bukankah itu
hanya soal kecil saja?”
"Akupun tidak mengerti tindakan Suhu ini!” sahut Wei
Beng Yan.
"Yan koko,” kata Siauw Bie dengan suara menghibur.
"Sudahlah, kita masih ada urusan lain yang harus dibereskan!”

Sampul Maut 227


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"O......,” kata Ouw Lo Si, “Wei Lotee sedang tidak sempat,


kita minta maaf telah mengganggu......”
"Ouw dan Yo Locianpwee,” kata Wei Beng Yan sambil
membungkukkan tubuhnya, "Kita baru saja berjumpa tetapi
sudah harus berpisah lagi!”
"Lain waktu, kita masih dapat berkumpul lagi,” sahut Ouw
Lo Si, "maka uruslah urusan Wei Lotee itu baik-baik!”
Setelah memberi hormatnya kedua muda mudi itu segera
meninggalkan Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu. Si kakek pun
lalu mengajak saudara angkatnya untuk menuju ke sebuah
rumah makan.
"Hiantee,” kata si kakek sambil makan. "setelah
mendengar keterangan Wei Beng Yan aku jadi yakin bahwa
kecurigaanku berdasar yalah orang yang telah memadamkan
lampu di pertemuan Tan-kwi-san-cong dan di telaga Tong-
teng, bukan Yu Leng!”
Khouw Kong Hu yang baru saja reda ketegangan jiwanya
hanya mengangguk.
"Mengapa Si-ko bisa berkesimpulan demikian?” tanyanya.
"Kesatu,”‘ si kakek melanjutkan. "Yu Leng telah
mewariskan ilmu silatnya kepada Wei Beng Yan tetapi ia tidak
membunuh diri. Kedua, Yu Leng yang berjiwa besar tidak
mungkin ingin mengambil pusing soal ketiga jarum Yan-bie-tin
mu!”
"Aku kira Si-ko telah berkesimpulan keliru tentang Yu
Leng. Sebelum lembah Yu-leng-kok tertutup, banyak orang

Sampul Maut 228


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

telah menjadi korban keganasan, rupanya Yu Leng tidak


pandang bulu, barang siapa yang menimbulkan amarahnya, ia
bunuh!”
"Kita akan membuktikan pendapatku itu nanti malam di
gedung saudara Tie!”
Setelah selesai makan minum hari sudah menjadi magrib,
maka mereka lekas-lekas membayar untuk segera menuju ke
rumah keluarga Tie. Dari kejauhan rumah gedung tersebut
kelihatannya gelap dan seram sekali. Mereka berjalan ke
belakang rumah gedung itu. Lalu dengan ilmu meringankan
tubuh, mereka meloncat ke atas tembok yang mengelilingi
rumah besar itu.
Baru saja mereka berada di atas tembok, tiba-tiba
lentera-lentera kertas merah yang tergantung di atas kong-
liong ruangan belakang menyala. Mereka lekas-lekas
menjatuhkan diri di atas tembok lalu sambil bertiarap mereka
menyelidiki keadaan. dalam ruangan belakang rumah gedung
itu.
Ruangan belakang itu besar dan cahaya merah yang
dipancarkan oleh lentera-lentera kertas membikin mereka
teringat akan peristiwa di tempat pembunuhan Kiu It!
Sekejap kemudian lentera kertas yang berada di ruangan
dalam menyala dan berbareng dengan menyalanya lentera
itu, tiba-tiba terdengar suara meraung -- serupa yang Ouw Lo
Si biasa dengar dari lembah Yu-leng-kok, ketika kakek itu
menyembunyikan diri di kaki pegunungan Tay-piet-san.

Sampul Maut 229


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mereka berusaha meneliti siapa yang telah meraung itu,


tetapi karena sinar ketujuh lentera kertas merah tersebut,
yang tergoyang-goyang tertiup angin malam, tidak demikian
kuat sinarnya sehingga keadaan ruangan itu agak gelap, dan
mereka tidak dapat melihat.
Suara meraung itu makin lama makin nyaring
terdengarnya, lalu dari ruangan dalam berkelebat bayangan
orang!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu terus tertiarap dan tidak
berani bergerak, khawatir pengintaian mereka dipergoki.
Sejenak kemudian mereka melihat sesosok bayangan
mencelat melalui tembok yang mengelilingi Rumah itu.
Mereka dapat melihat dengan samar-samar, seorang yang
berambut panjang, berperawakan kurus jangkung melayang
melewati tembok yang menjulur ke arah mereka sedang
tertiarap.
Mereka terperanjat menyaksikan ilmu meringankan
tubuh orang itu yang demikian hebatnya, berbareng dengan
itu mereka dapat mendengar suara ‘Ting!’ yang agak aneh.
Setelah orang itu berlalu, Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu
memberanikan diri turun dari tembok dan menghampiri
ruangan belakang untuk bersembunyi di bawah jendela. Ouw
Lo Si coba melongok ke dalam, ia dapat melihat Wei Beng Yan
dan Siauw Bie sedang duduk dan bercakap-cakap.
◄Y►
"Bie moay,” terdengar Wei Beng Yan berkata kepada
Siauw Bie. . "Suhu baru saja keluar, rupanya ia sedang
menantikan kedatangan seseorang, entahlah siapa.”

Sampul Maut 230


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Yan Koko, apakah kau merasa kecewa terhadap


Suhumu?”
Wei Beng Yan tidak menyahut, rupanya pertanyaan gadis
itu membikin ia sedih.
"Apakah kau tidak merasa puas dengan tindak tanduk
Suhumu?” tanya lagi si gadis.
"Bie moay, lebih baik kita tidak memperbincangkan lagi
soal itu......”
Dengan jawaban itu, Siauw Bie segera mengetahui bahwa
Wei Beng Yan merasa kecewa terhadap Yu Leng. Lalu sambil
memegang tangan pemuda itu ia menghibur.
"Yan Koko, kita datang dari tempat yang berlainan,
namun nasib telah membikin kita saling mengenal. Ketika di
telaga Tong-teng kau pernah berkata bahwa umur manusia
tidak panjang tetapi jika dalam jangka usia kita yang pendek
itu, kita mempunyai kawan yang mengenal isi hati kita, kita
harus merasa beruntung, bukankah?”
"Betul! Jika aku mempunyai kawan serupa itu, matipun
aku merasa puas......”
"Bukankah aku, kawanmu yang demikian? Mengapa kau
masih merasa ragu untuk memberitahukan isi hatimu
kepadaku?”
"Bie moay! Di sini bukan tempat yang baik untuk
menuang isi hati kita masing-masing! Aku akan
memberitahukan kepadamu jika ada kesempatan terluang.”

Sampul Maut 231


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Percayalah, bahwa aku rela mengikutimu, atau dengan


lain kata-kata aku rela sehidup semati bersama-samamu! Kau
telah beruntung dapat mewarisi ilmu silat Yu Leng, bolehkah
aku mengetahui kisahmu sewaktu masih berada di dalam
lembah yang seram itu?”
Wei Beng Yan yang sudah ditembusi panah asmara
menarik napas panjang, ia mendongak menatap lentera-
lentera kertas dan mulai dengan kisahnya.
"Lebih dari dua tahun yang lalu, aku telah bertekad
membunuh kedua iblis Soat-hay-siang-hiong dan Eu-yong Lo-
koay yang telah membunuh ayahku, tetapi ketiga musuhku itu
demikian hebat ilmu silatnya sehingga aku harus pergi ke
lembah Yu-leng-kok untuk menambah kepandaianku. Setelah
tiba di depan lembah, aku harus menunggu sampai tiga hari,
dan selama tiga hari itu, tiap-tiap hari aku melihat mayat
manusia dilemparkan keluar dari mulut lembah itu sehingga
aku menjadi cemas sekali dan khawatir aku akan gagal dalam
usahaku menuntut balas, tetapi bintang penolongku ternyata
tidak berada di tempat yang jauh, dia yalah Ouw Locianpwee
yang rumahnya aku tumpangi selama tiga hari itu.....”
"Ada hubungan apakah antara kau dan si orang she Ouw
itu?” tanya Siauw Bie.
"Hanya sebagai seorang sahabat......”
"Yan koko, kau harus berhati-hati terhadap si orang she
Ouw ini, menurut pandanganku dia itu sangat cerdik, mungkin
ada apa-apa di balik ketulusan hatinya itu......”

Sampul Maut 232


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku kira tidak..... tetapi biarlah aku melanjutkan kisahku


ini.”
"Lanjutkanlah, aku tidak pernah mencegah!”
"Setelah aku terima lentera kertas dari tangan Ouw
Locianpwee, aku lalu berjalan memasuki mulut lembah di
bawah hujan rintik-rintik. Tempat yang dipilih oleh Suhu
betul-betul luar biasa sekali, seram dan gelap lagi! Tengah aku
berjalan dengan perasaan takut, tiba-tiba aku dikejutkan olah
suara helaan napas. Hatiku berdebar keras, karena helaan
napas itu dekat sekali terdengarnya. Aku berhenti dan berdiri
terpaku, tetapi demi tekadku menuntut balas, aku
memberanikan diri untuk berjalan lagi, dan dengan tiba-tiba
pula aku mendengar orang bernyanyi sedih.
"Dunia yang besar dan luas ini,
masih dapat dicari tapal batasnya
Tetapi peristiwa yang menyedihkan hati,
Hanya terlupa pada akhirnya nyawa!”
"Syair yang bagus sekali!” Siauw Bie memuji.
"Sungguh aneh,” Wei Beng Yan melanjutkan. "Sungguh
aneh suara nyanyian itu terdengarnya datang dari tempat
yang jauh, seolah-olah berkumandang dari sebuah rumah
kosong, padahal aku yakin benar, tarikan napas dan nyanyian
itu adalah perbuatan orang yang sama!”
"Apakah orang yang bernyanyi itu Yu Leng Suhumu?”
tanya Siauw Bie.
"Betul! Lalu tanpa menghiraukan itu semua aku berjalan
terus sambil menenteng lentera merah yang sudah basah

Sampul Maut 233


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kuyup kertasnya terkena air hujan, tetapi apinya sendiri tidak


padam. Aku jalan lagi dan tatkala sudah bertindak beberapa
puluh langkah, samar-samar aku dapat melihat sesosok tubuh
yang kurus tengah berdiri beberapa puluh meter saja di
hadapanku. Aku jadi kaget bukan main, tetapi beruntung aku
masih dapat menguasai diri untuk lekas-lekas berlutut sambil
berkata.
"Teecu bernama Wei Beng Yan. Kedatangan Teecu di sini
yalah untuk memohon kepada Locianpwee agar teecu
diterima sebagai murid......”
––––––––

BAB 18
MURID PENGUASA LEMBAH YU-LENG-KOK

"Siapa nama ayahmu?” tanya Yu Leng.


".Ayah Teecu bernama Wei Tan Wi,” sahut Wei Beng Yan.
"Wei Tan Wi! Hm......”
Setelah itu lama juga Yu Leng tidak berkata-kata,
kemudian setelah meneliti Wei Beng Yan dengan tajam ia
berkata lagi.
"Siapa yang telah memberikan petunjuk-petunjuk untuk
kau masuk kemari?”
"Teecu datang di sini dengan tekad diterima menjadi
murid Locianpwee untuk menuntut balas dendam ayah Teecu
yang telah dibunuh oleh kedua iblis Soat-hay-siang-hiong dan

Sampul Maut 234


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Eu-yong Lo-koay. Teecu tidak pernah diberikan petunjuk oleh


siapapun......” Wei Beng Yan menjusta.
"Kau mengatakan Wei Tan Wi telah dibunuh orang?”
"Betul!”
Yu Leng menarik napas sambil menyalakan tiga lentera
kertas merah, yang kemudian digantungnya di mulut lembah.
"Baiklah......” katanya.
Tetapi ketiga lentera kertas merah itu tiba-tiba menjadi
padam.
"Kurang ajar!” bentak Yu Leng dengan gusar. "Kau tunggu
di sini, aku harus memberi hukuman kepada jahanam yang
telah berlaku kurang ajar ini!”
Setelah berkata demikian, Yu Leng segera meloncat dan
mengejar keluar lembah, sesaat kemudian Wei Beng Yan
mendengar jeritan-jeritan yang memilukan hati! Selama itu
Wei Beng Yan tidak berani bergerak, ia tetap berlutut sambil
memegangi lentera buatan Ouw Lo Si. Beberapa saat
kemudian satu bayangan hitam telah kembali dan melewati
kepalanya, lalu dari tempat yang agak jauh ia mendengar Yu
Leng berkata.
"Kau harus berjalan terus, jangan biluk ke kanan atau ke
kiri, nanti kau akan menjumpai aku di suatu tempat tertentu.
Jagalah agar lentera yang kau bawa itu tidak padam apinya!”
Wei Beng Yan yang sudah ketakutan bukan main, menjadi
girang tatkala mendengar perintah itu, ia segera berbangkit
dan berjalan memasuki lembah itu. Setelah berjalan lebih

Sampul Maut 235


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kurang setengah jam, ia tiba di suatu batu gunung yang besar


sekali, di atas batu itu tampak seorang sedang duduk bersila.
Wei Beng Yan menatap orang itu yang ternyata Yu Leng
adanya.
"Aku telah tinggal lama sekali di dalam lembah ini,” kata
Yu Leng, "sehingga aku tidak mengetahui apa yang telah
terjadi di luar. Kau mengaku sebagai putera Wei Tan Wi,
untuk membuktikan ini kau harus sanggup memperlihatkan
sesuatu kepadaku!”
"Ayah telah dikerubuti oleh Soat-hay-siang-hiong dan Eu-
yong Lo-koay, sehingga tewas terkena racun Hian-peng-tok-
bong, sebelum meninggal dunia ayah telah memberikan cincin
baja ini kepadaku,” sahut Wei Beng Yan sambil melepaskan
cincin baja yang berada di jarinya.
"Demikianlah nasib seorang Tay-hiap!” kata Yu Leng.
Setelah itu ia mengangkat sebelah tangannya untuk
mengebat dari bawah ke atas akibat dari pada kebatan lengan
bajunya itu telah menarik tubuh Wei Beng Yan yang sedang
berlutut beberapa puluh meter jauhnya, kehadapannya!
"Ai!” Wei Beng Yan berseru kaget di dalam hatinya. "Dia
telah mengangkat dan menarik tubuhku tanpa menyentuh
anggota badanku, jika aku berhasil mewarisi ilmu silatnya, aku
pasti dapat membalas dendam dengan mudah!”
"Coba aku lihat cincin itu!” kata lagi Yu Leng.
Masih dalam keadaan berlutut Wei Beng Yan lalu
menyerahkan cincin yang diminta itu, ia berada dekat sekali
sehingga ia dapat melihat muka Yu Leng yang pucat,

Sampul Maut 236


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

rambutnya panjang menutupi pundaknya, perawakannya


jangkung kurus, tetapi kedua matanya bersinar tajam sekali.
"Setelah isteriku meninggal dunia,” Yu Leng berkata
sambil memeriksa cincin baja itu. "Aku lalu bertapa di lembah
ini, ayahmu adalah kawan akrabku, sayang sekali ia harus mati
lebih dulu...... tetapi kita semua juga harus mati bukan......?”
Mendengar ayahnya dikatakan ‘harus mati lebih dulu’
Wei Beng Yan merasa pilu sekali, ia hanya menundukkan
kepalanya.
"Melihat usiamu yang masih muda,” kata lagi Yu Leng,
"aku yakin kau hanya mengenal aku sebagai Yu Leng yang
bertapa di dalam lembah Yu-leng-kok ini, siapa namaku yang
asli dan siapa sebenarnya aku ini, kau tentu tidak
mengetahui!”
Wei Beng Yan menjadi heran mendengar suara Yu Leng
yang lemah lembut itu, ia tidak menduga sama sekali bahwa
orang yang sering melemparkan mayat-mayat keluar dari
lembah Yu-leng-kok itu halus sekali tutur katanya.
"Semenjak aku berdiam di sini,” Yu Leng melanjutkan.
"tidak ada orang yang berani menyebut namaku yang sejati.
Kau telah aku terima menjadi muridku dan menurut aturan
yang lazim berlaku, kau harus mengetahui namaku, tetapi
namaku sudah mati. Ya, sudah mati dan terkubur bersama-
sama jenazah isteriku selama sepuluh tahun yang lalu! Kau
panggil saja aku Suhu dan tak usah kau bersusah payah
mencari tahu tentang riwayat pertualanganku di kalangan Bu-
lim!”

Sampul Maut 237


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan hanya mengangguk ia mulai mengenal sifat


dan tabiat gurunya yang aneh itu.
Yu Leng bersenyum getir dan berkata lagi.
"Ilmu silat ayahmu berbeda sekali dari ilmu silat yang
bakal kau pelajari, tetapi segala ilmu silat boleh dikatakan
dasarnya serupa. Setelah aku mengajari ilmu Tay-yang-sin-
kong (Tenaga sakti) dan Tay-yang-sin-jiauw, ditambah dengan
kecerdasanmu dan ilmu silat yang kau telah warisi dari
ayahmu, maka kau sudah memiliki ilmu silat yang sukar dicari
tandingannya di kalangan Bu-lim. Dengan kemahiranmu nanti,
soal membalas dendam adalah soal yang remeh sekali!”
Mendengar penjelasan itu Wei Beng Yan jadi girang sekali,
ia menjura menghaturkan hormat dan terima kasihnya yang
tinggi.
Sekonyong-konyong Yu Leng berdiri lalu sambil
mengangkat tinjunya ia bergerak dan menyerang udara
kosong, berbareng dengan meluncurnya tinju yang besar dan
bulat itu, terdengarlah suara.
"Braakk.....!”
Wei Beng Yan menjadi terkesiap melihat akibat dari pada
pukulan Yu Leng itu, pohon besar yang tadi berdiri dengan
teguhnya telah tumbang terpukul oleh hembusan angin tinju
itu!
"Suhu,” kata Wei Beng Yan, “apakah itu akibat daripada
tenaga sakti ilmu Tay-yang-sin-kong?”
"Ya!” sahut Yu Leng sambil mengangguk dan bersenyum.

Sampul Maut 238


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Suatu tenaga dalam yang dahsyat sekali!” Wei Beng Yan


tanpa terasa berkata.
"Aku bertapa di dalam lembah ini sudah sepuluh tahun
lamanya, selama jangka waktu itu aku senantiasa berlatih,
sehingga ilmu silatku selalu menampakkan kemajuan-
kemajuan. Sebetulnya, segala benda manusia atau binatang
dapat aku musnahkan dengan Tay-yang-sin-kong, bila sasaran
itu berada tidak melampaui jarak lima meter! Kau harus
pelajari ilmu ini dan dalam waktu dua tahun yang mendatang
ini kau harus sudah dapat memusnahkan segala sesuatu
dalam jarak sasaran dua setengah meter! Dan kau tentu
sudah mengetahui bahwa setelah aku mewariskan ilmu-ilmu
tersebut, atau setelah lewat dua tahun, aku harus menyusul
isteriku di dunia baka!”
Mendengar ucapan itu dan melihat kuku yang panjang
dan runcing menghiasi jari tangan gurunya, Wei Beng Yan
bergidik.
"Suhu seorang yang berkepandaian sangat tinggi,”
pikirnya. ,,Mengapa dia harus membunuh diri? Untuk apakah
manusia hidup di dunia? Apakah hanya untuk menanti
mati??”
"Sepuluh tahun yang lalu, sambil membawa jenazah
isteriku aku datang di lembah ini, dan di bawah batu gunung
inilah aku telah mengubur isteriku itu. Aku akan menyusulnya
di alam baka, tetapi sebelum itu aku harus memperoleh
kembali ketiga mustika isteriku, yang sekarang entah berada
di mana.”

Sampul Maut 239


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"To-ji (murid) tidak berani minta banyak. To-ji sangat


berterima kasih telah diterima sebagai murid!”
"Orang hidup hanya menanti mati, dan kita harus mati
dengan perasaan puas......!”
Ucapan Yu Leng itu sangat disetujui oleh Wei Beng Yan, ia
tidak takut mati asal saja tekadnya menuntut balas terpenuhi.
"Aku akan mulai menurunkan kepandaianku setelah lewat
lima hari, selama waktu itu kau diperbolehkan bergerak ke
mana saja kecuali meninggalkan lembah ini.”
"Baik Suhu, To-ji akan menanti kedatangan Suhu di atas
batu gunung ini.”
Pada malam itu mereka tidur bersama-sama, tetapi
keesokan hatinya Wei Beng Yan tidak melihat Suhunya berada
di situ.
Tepat pada hari keenam, Yu Leng tiba-tiba telah muncul
lalu sambil bersenyum ia mengajak Wei Beng Yan ke suatu
tempat yang rupanya sering dipergunakan Yu Leng untuk
berlatih ilmu silat. Maka mulai hari itu dan selanjutnya Yu
Leng telah memberi pelajaran ilmu silat dengan sabar serta
seksama sehingga dalam waktu dua tahun itu Wei Beng Yan
telah berhasil mewarisi jurus-jurus aneh dari ilmu Tay-yang-
sin-kong dan Tay-yang-sin-jiauw.
TIGABELAS
Demikianlah dua tahun telah lewat, dan bulan tujuh
sudah tiba lagi.

Sampul Maut 240


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Selama berada di dalam lembah Yu-leng-kok, Wei Beng


Yan sering melihat gurunya menggantung lentera-lentera
kertas merah di dekat batu gunung yang besar itu sambil
menarik napas dan mengucurkan air mata, ia segera
mengetahui bahwa saat untuk gurunya membunuh diri sudah
hampir tiba!
Tanggal sebelas lewat, tanggal duabelas, tigabelas dan
empatbelas...... selama empat hari empat malam itu gurunya
tak pernah berlalu dari batu gunung. Dan akhirnya tanggal
limabelas tiba, gumpalan awan hitam terapung-apung di
angkasa raya, angin dingin meniup santar dan hujanpun lalu
turun rintik-rintik.
Suasana di waktu itu serupa benar dengan suasana pada
malam pertengahan bulan tujuh dua tahun yang lalu ketika ia
berjalan masuk ke dalam lembah itu atas petunjuk-petunjuk si
kakek pincang Ouw Lo Si.
Tiba-tiba Yu Leng menangis sedih, demikian terharunya
Wei Beng Yan sehingga ia tidak dapat menahan perasaannya
yang bergolak dan akhirnya iapun menangis tersedu-sedu!
"Beng Yan! Kau telah mewarisi ilmu silatku, jika kau terus
berlatih dengan rajin dan tekun, maka dalam jangka waktu
lebih kurang duapuluh tahun, kau pasti akan menjadi terlebih
lihay daripadaku.”
"Suhu! Janganlah kita perbincangkan lagi soal ilmu silat!
Subo (isteri guru) telah meninggal dunia, aku yakin rohnya
telah bersemayam di tempat yang layak, mengapa Suhu masih
saja bersedih hati?”

Sampul Maut 241


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kau masih muda dan belum mengetahui apa artinya


cinta bagi penghidupan! Semenjak Subo mu meninggal dunia
watakku berubah banyak sekali. Aku telah membunuh banyak
orang yang masuk ke dalam lembah ini disebabkan mereka
telah membawa lentera kertas yang bentuk maupun
warnanya aku tidak sukai!”
"Mengapa Suhu hanya menyukai lentera kertas seperti
yang pernah To-ji bawa ke sini dua tahun yang lalu?”
"Aku sangat menyintai isteriku, bentuk serta warna
lentera kertas yang kau bawa dulu adalah kesukaannya.
Cintaku demikian besar terhadap Subo mu itu, sehingga aku
menjadi gusar jika melihat lentera kertas yang tidak serupa
dengan kesukaannya itu....”
Wei Beng Yan tidak menanyakan lagi, ia hanya merasa
heran mengapa Ouw Lo Si mengetahui rahasia lentera kertas
ini?
Ketika mengingat si kakek, ia meraba-raba ketiga sampul
surat yang telah diberikan oleh kakek itu, tiga sampul yang
akan merupakan TIGA SAMPUL MAUT bagi dirinya sendiri!!
Sekonyong-konyong Yu Leng berkata lagi dengan suara
keras.
"Beng Yan! Kau harus tinggalkan aku jauh-jauh. Jika kau
masih suka tinggal di sini, aku melarang kau datang lagi
sebelum tengah malam, di waktu itu yang harus kau perbuat
yalah tancap dua batang kayu di depan batu gunung ini!”
"Suhu! Subo pasti tidak menyetujui tindakan Suhu ini,”
sahut Wei Beng Yan yang mengetahui bahwa gurunya ingin

Sampul Maut 242


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membunuh diri. "Suhu dapat memerintahkan apa saja, tetapi


kali ini To-ji harus membangkang, To-ji tidak ingin
meninggalkan Suhu sendirian di sini!”
Yu Leng bersenyum puas melihat kebaktian muridnya, lalu
sambil merogoh sakunya ia berkata lagi.
"Ketiga jarum Yan-bie-tin ini harus DIKEMBALIKAN kepada
pemiliknya, yang terkenal di kalangan Kang-ouw sebagai si
gaetan baja tinju besi!”
Setelah berkata demikian, ia lalu mengulur tangannya
untuk menyerahkan ketiga jarum tersebut. Tetapi ketika Wei
Beng Yan pun mengulurkan tangannya untuk menerima
jarum-jarum itu, tiba-tiba Yu Leng membentak.
"Enyahlah dari hadapanku!”
Berbareng dengan berakhirnya bentakan itu, dengan tiba-
tiba tubuh Wei Beng Yan jadi terpental ke belakang, ia
berusaha menahan agar tidak jatuh tetapi suatu tenaga yang
dahsyat sekali telah memaksanya bergulingan di tanah!
"Akan kusergap dia!” pikirnya selagi bergulingan di tanah.
Maka begitu lekas dapat berdiri lagi, Wei Beng Yan segera
menerkam gesit seperti harimau, ke arah tadi Yu Leng sedang
duduk bersila, ia telah menubruk tempat kosong, Yu Leng
sudah tidak berada di situ lagi!
"Suhu! S u h u......!” ia berteriak kalap.
Tidak terdengar suara sahutan. Ia berusaha mencari,
tetapi setelah hampir seluruh pelosok lembah itu ia putari, Yu
Leng tetap tidak kelihatan! Maka dengan tindakan lesu ia

Sampul Maut 243


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

berjalan balik ke arah batu gunung, tatkala itu hari sudah


menjelang tengah malam.
Wei Beng Yan berjalan sambil menundukkan kepala,
ketika hampir tiba di batu gunung ia menjadi terperanjat
sekali -- di atas batu gunung itu tampak Yu Leng tengah berdiri
sambil mendongak ke langit, yang aneh kini Yu Leng menutupi
mukanya dengan selembar kain! Dengan satu loncatan ia
sudah berada di depan batu besar itu.
"Suhu! Apakah yang telah terjadi?” tanyanya. "Aku telah
berputar-putar mencari.”
"Mulai hari ini kau tidak usah usil-usil urusanku lagi,
sekarang pergilah!”
"Suhu......!”
"Pergi!”
Wei Beng Yan menjadi heran sekali, mengapa sikap dan
nada gurunya mendadak berubah demikian kasarnya. Ia
sebagai seorang murid tidak berani membangkang, setelah
diusir ia segera bertindak untuk meninggalkan gurunya
meskipun hatinya merasa bingung akan perintah gurunya itu.
Ia berjalan sambil sebentar-sebentar menoleh ke belakang,
ketika sudah berada beberapa ratus meter dekat mulut
lembah, tiba-tiba ia mendengar gurunya memanggil.
"Beng Yan!!”
Wei Beng Yan memutar tubuhnya dengan mata
terbelalak, ia betul-betul menjadi bingung bukan main,
apakah Yu Leng memanggilnya agar ia kembali?

Sampul Maut 244


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Beng Yan!! Apakah kau tidak mendengar suaraku?”


"Ya Suhu! To-ji mendengar suara panggilan Suhu!” seru
Wei Beng Yan dengan hati berdebar-debar
"Kalau begitu kau kemarilah!”
Wei Beng Yan lekas-lekas bertindak untuk menghadap
gurunya. Setelah berada dekat batu gunung lagi, Yu Leng lalu
berkata.
"Apakah kau ketahui ini benda apa?” sambil
mengeluarkan satu barang dari dalam bajunya.
Wei Beng Yan terkejut melihat benda itu, yalah sarung
tangan Ciam-hua-giok-siu. Ia mengetahui sebelum masuk ke
dalam lembah bahwa Suhunya memiliki tiga benda pusaka,
tetapi benda pusaka itu telah dicuri orang, entah siapa. Yu
Leng sendiri telah mengatakan bahwa ia ingin mencari ketiga
pusaka itu sebelum mati, kenapa sekarang sarung tangan itu
berada di tangannya? Apakah selagi ia memutari lembah, Yu
Leng telah berhasil mendapatkan kembali pusaka itu?
"Tidak mungkin!” pikirnya.
"Apakah itu bukan sarung tangan Ciam-hua-giok-siu?”
tanyanya kepada Yu Leng.
"Betul!” sahut Yu Leng sambil melemparkan benda itu
kepada Wei Beng Yan. "Terimalah pusaka itu sebagai tanda
mata dariku!” Wei Beng Yan meneliti benda itu sesaat
lamanya.
"Apakah dengan pemberian tanda mata ini, Suhu......”

Sampul Maut 245


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Tidak! aku tidak jadi membunuh diri! Aku telah


mengambil keputusan baru, yalah hidup lagi sepuluh tahun
untuk membereskan suatu urusan yang belum aku selesaikan.
Kau telah mahir melancarkan, meskipun belum begitu
sempurna, ilmu-ilmuku yang sakti, aku hanya khawatir......”
"Apakah yang Suhu khawatirkan?”
"Pepatah kuno mengatakan. Orang dapat menggambar
seekor macan dengan kulitnya yang loreng, tetapi tiada satu
orangpun mampu melukis tulangnya sekali! Atau dengan lain
perkataan, kita dapat mengenal orang, tetapi kita tak dapat
mengenal isi hatinya!”
"Apakah Suhu khawatir akan kepatuhanku terhadap
Suhu?”
"Tidak! Aku cukup mengenal keluhuran hatimu, tetapi
meskipun demikian, dalam jangka waktu sepuluh tahun ini
kau dapat berubah pikiran serta pendapat, mungkin juga kau
akan membenci aku! Maka untuk mencegah kejadian itu, aku
kira mulai hari ini sebaiknya kita putuskan saja hubungan kita
sehagai guru dan murid!”
Jika pada waktu itu guntur meledak tepat di sisi
telinganya, mungkin Wei Beng Yan tidak demikian kaget
seperti ia mendengar ucapan Yu Leng itu. Apakah ia telah
mengucapkan sesuatu yang menyinggung perasaan gurunya?
Yu Leng memang seorang yang angkuh tetapi selama telah
tinggal bersama-sama lebih dari dua tahun, ia telah dapat
menyesuaikan diri dengan keangkuhannya itu.
"Suhu! Mengapakah Suhu berpikiran demikian?”

Sampul Maut 246


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

". . . . . . . . .”
"Jika Suhu masih tidak percaya akan kepatuhanku itu, To-
ji bersedia bersumpah untuk mendengar segala perintah
suhu!”
"Kau dapat melanggar sumpahmu sendiri!”
"Biarlah langit menjadi saksi bahwa jika To-ji melanggar
sumpah, To-ji akan tidak diberkahi dalam usaha To-ji
membalas dendam!”
"Ha, ha, ha! Jika kau berani bersumpah demikian, mau tak
mau aku harus percaya bahwa hubungan kita tetap masih ada
dan tak akan retak kelak!”
Wei Beng Yan berlutut untuk memberi hormat, tetapi Yu
Leng mengebat lengan bajunya sambil berkata.
"Jangan berlutut! Sekarang telah tiba saatnya untuk kau
pergi dan membereskan urusanmu sendiri, kesempatan untuk
kita berjumpa lagi di kemudian hari masih banyak!”
Wei Beng Yan telah tinggal bersama gurunya selama dua
tahun dan ternyata gurunya itu seorang yang cukup lemah
lembut meskipun wataknya angkuh, ia telah manganggap
gurunya itu sebagai ayahnya sendiri, maka ketika
diperintahkan untuk pergi, ia merasa berat sekali untuk
mengangkat kaki dari lembah itu, tetapi ia tidak berani
membangkang, bukankah ia baru saja bersumpah untuk
mendengar segala perintah gurunya? Berpikir sampai di situ ia
segera memberi hormat, lalu bertindak pelahan-lahan keluar
dari dalam lembah Yu-leng-kok.

Sampul Maut 247


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

EMPATBELAS
Wei Beng Yan berkelana kebanyak tempat untuk mencari
ketiga musuh ayahnya, tetapi ia tidak berhasil, maka ia lalu
menuju ke rumah seorang sahabat ayahnya yang bernama
Gan Leng Hong, pada siapa ia telah menitipkan pedang
ayahnya dua tahun yang lalu.
Ia menjadi terkejut sekali ketika mendapat kenyataan
bahwa Gan Leng Hong kini sudah bukan lagi seorang jago silat
yang disegani. Gan Leng Hong telah menjadi seorang
cacad...... kedua matanya sudah buta!
"Gan Supee, apa yang telah terjadi atas dirimu?” tanya
Wei Beng Yan.
Gan Leng Hong bersenyum getir dan tidak menyahut.
"Gan Supee, siapakah yang telah menganiayamu?”
"Ai! Aku tidak nyana kedua jahanam itu ingin juga
mencelakai aku!” kata Gan Leng Hong sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya, "Ilmu silat yang telah aku pelajari
dengan susah payah telab dibikin musnah oleh kedua iblis
itu!”
"Siapakah kedua iblis itu?”
"Lebih baik kau tidak mengetahui siapa iblis itu, jika kau
berhasil membalas dendam ayahmu aku sudah merasa puas!”
"Tetapi aku tidak akan merasa puas jika tidak mengetahui
siapa musuh-musuh Gan Supee yang kejam itu!”

Sampul Maut 248


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Terimalah pedang Ku-tie-kiam ayahmu ini, seperti telah


aku katakan tadi, jika kau berhasil membunuh ketiga musuh
ayahmu, aku sudah merasa puas!”
"Aku tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum Gan
Supee memberitahukan siapa yang telah menganiaya Gan
Supee!”
"Beng Yan, apakah gunanya kau mendesak demikian
rupa? Apakah kau kira kedua mataku ini akan dapat melihat
lagi jika aku memberitahukan juga siapa musuh-musuhku
itu?”
"Mata yang sudah dirusak tidak akan dapat melihat lagi.
tetapi orang yang membutakan mata itu harus menerima
hukuman! Maka tolonglah Gan Supee beritahukan siapa
musuh-musuh Gan Supee itu dan apa sebabnya jahanam-
jahanam itu berbuat demikian kejam terhadap Gan Supee?”
Gan Leng Hong menundukkan kepalanya berpikir, ia
merasa kewalahan juga didesak terus.
––––––––

JILID IV

BAB 19
PERINTAH SUHU YANG MENYAKITKAN

"Baiklah jika kau ingin juga mengetahui,” sahutnya.


"Kedua iblis yang telah menganiayaku adalah orang yang telah
menewaskan ayahmu!”

Sampul Maut 249


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hah! Soat-hay-siang-hiong......?”
"Betul! Soat-hay-siang-hiong! Ha, ha, ha! Kedua mataku
dibikin buta, ilmu silatku musnah karena urat di punggungku
telah diputuskan! Ha, ha, ha.......”
Wei Beng Yan menjadi terharu sekali melihat keadaan
Gan Leng Hong yang sudah seperti orang gila itu.
"Tetapi mengapa mereka harus menganiaya Gan Supee?”
tanyanya
"Karena aku adalah sahabat terkarib ayahmu, karena
khawatir aku membikin pembalasan, mereka telah
menganiaya aku dengan mempergunakan racun sehingga aku
pingsan dan di waktu inilah...... aku masih dapat merasakan
suatu besetan kulit di punggungku setelah itu aku tidak dapat
berdiri lagi...... tidak bisa berdiri lagi! Ha, ha, ha.......”
Suaranya yang seram itu mendadak berhenti, Wei Beng
Yan menghampiri sambil memanggil-manggil Supeenya, tetapi
yang dipanggil telah menjadi mayat!
Baru saja keluar dari lembah Yu-leng-kok, Wei Beng Yan
telah ketemui kekejaman kedua iblis musuh besarnya itu,
sehingga napsunya membalas dendam semakin berkobar.
Setelah mengubur jenazah Gan Leng Hong ia segera menuju
ke pegunungan Kun-lun-san untuk mencari musuhnya itu,
tetapi ia tidak berhasil menemui kedua iblis itu. Maka pada
malam tanggal limabelas bulan delapan menurut hitungan Im-
lek, karena tertarik oleh keindahan sang puteri malam, maka
ia telah pergi pesiar dengan perahu di atas telaga tong-teng,
sehingga di luar dugaan sama sekali di situ ia bertemu dengan

Sampul Maut 250


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Siauw Bie. Dan ketika ia hampir berhasil membalas dendam


ayahnya, yaitu ketika bertempur dengan kedua iblis Soat-hay-
siang-hiong, mendadak suasana di seluruh telaga menjadi
gelap gulita!
Tatkala itu Siauw Bie juga sudah berada di atas Lui-tay
dengan maksud membantu Wei Beng Yan menggempur kedua
iblis itu, tetapi ketika suasana menjadi gelap, ia jadi gugup.
Dalam kegelapan ia memanggil Wei Beng Yan.
"Hei! Kau berada dimana?!”
Siauw Bie terpaksa memanggil Wei Beng Yan dengan
‘Hei’, karena waktu itu ia belum mengetahui nama si pemuda.
Ia terkejut bukan main ketika merasa lengannya dipegang
orang, ia meronta dan berusaha membebaskan tangannya itu
sambil melepaskan satu jotosan dengan tangannya yang
bebas, jotosannya itu ditangkis dan ia menjadi kaget
berbareng girang ketika mendengar.
"Siauw siocia, jangan menyerang! Akulah yang memegang
tanganmu!”
Itulah suara Wei Beng Yan, pemuda pujaan hatinya!
Sejenak kemudian ia mendengar lain orang membentak.
"Hei, kamu berdua! Mengapa masih berlaku sungkan?
Ayoh ikut aku!”
Siauw Bie menjadi bingung mendengar ucapan orang
yang ia tak kenal itu, tetapi terdengar Wei Beng Yan, berkata.
"Suhu! Kedua orang itu adalah musuh-musuh besarku
yang.......”

Sampul Maut 251


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Cukup!” orang itu memotong. "Kedua orang itu tidak


boleh kau lukai! Mereka adalah kawan-kawan karibku!” sahut
Yu Leng.
Wei Beng Yan betul-betul tidak percaya jika Yu Leng bisa
memerintahkan demikian, apakah dia ini Yu Leng?
Demikianlah ia menanya dirinya sendiri, tetapi ketika
mengingat hanya gurunya saja seorang yang dapat
memadamkan semua lampu dan obor demikian cepatnya,
rasa ragu dan curiganya mendadak lenyap.
"Beng Yan! Kau harus, lekas-lekas berlalu dari sini! Ayoh
ikut aku!” kata lagi Yu Leng.
"Baik Suhu!” sahut Wei Beng Yan sambil melepaskan
tangan Siauw Bie dan mengikuti Yu Leng.
"Kau mau ke mana?” tanya Siauw Bie.
"Entahlah......!”
"Aku ikut! Jangan tinggalkan aku!”
"Siauw siocia, aku......”
"Beng Yan, ajaklah siocia itu bersamamu!” kata Yu Leng.
Bukan main girangnya Wei Beng Yan mendengar perintah
itu, ia sambar tangan Siauw Bie lalu sambil memeluk gadis itu
ia kerahkan ilmu meringankan tubuhnya Gak-hie-to-cui (Buaya
hitam menyeberangi sungai), untuk menyeberang ke tepi
telaga dalam suasana gelap gulita.
Setelah tiba di sana, mereka tidak melihat Yu Leng,
sejenak kemudian awan hitam membuyar, bulan purnama
bersembul kembali, dua pasang mata bertemu dan

Sampul Maut 252


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mendebarkan kedua insan. Meskipun kedua pasang bibir


tertutup rapat tetapi, mereka tokh mengerti apa yang
terkandung dalam lubuk hati mereka masing-masing!
"Tadinya aku mengira kau seorang pelajar yang mengerti
juga sedikit ilmu silat, setelah melihat kau bertempur......
Ai......” kata Siauw Bie sambil bersenyum manis.
"Siauw siocia terlalu memuji!”
"Apakah kau orang yang telah beruntung mewarisi ilmu
silat Yu Leng, orang sakti dari lembah Yu-leng-kok?”
Wei Beng Yan bersenyum dan mengangguk.
"Tetapi mengapa Yu Leng tidak membunuh diri setelah
mewariskan ilmunya?”
Wei Beng Yan menundukkan kepalanya dan menghela
napas panjang.
"Kisahnya agak panjang,” sahutnya, "aku tidak dapat
menjelaskan di sini.”
Setelah itu ia lalu berjalan mundar-mandir di tepi telaga
itu sambil menggendong kedua tangannya di belakang.
"Ayahku telah tewas dianiaya orang,” katanya lagi,
"mengapa guruku justru melarang aku membunuh orang yang
telah membunuh ayahku itu? Ai......”
Tidak lama kemudian tampak sebuah perahu mendatangi,
ketika sudah menepi kedua muda mudi itu dapat mengenali
bahwa orang yang berada di atas perahu adalah Yu Leng
sendiri.

Sampul Maut 253


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Suhu!” Wei Beng Yan memanggil sambil menghampiri.


Siauw Bie yang pernah mendengar bahwa Yu Leng itu
adalah seorang jago silat yang luar biasa lihaynya, segera
memberi hormat seraya berkata.
"Aku Siauw Bie merasa heruntung sekali dapat
menjumpai Locianpwee!” sambil coba melihat wajah Yu Leng
yang ditutupi oleh selembar kain itu, ia menjadi bergidik
ketika dapat melihat sepasang mata yang bersinar terang.
"Beng Yan,” kata Yu Leng, "katakanlah jika kau merasa
tidak puas terhadapku!”
"To-ji hanya merasa heran Suhu tidak memperkenankan
To-ji membunuh Soat-hay-siang-hiong!”
"Jika kau masih menganggap aku sebagai gurumu, kau
harus mentaati segala perintahku, apakah kau sudah mulai
membangkang?”
Wei Beng Yan jadi sangat putus asa sekali.
"Apa gunanya aku meyakinkan ilmu yang dahsyat,”
katanya di dalam hati, "jika aku dilarang membunuh musuh-
musuh besarku?”
Yu Leng menatap tajam ke arah Siauw Bie, lalu ia berkata.
"Jadi kalian berdua tidak ingin berpisah? -- Baiklah kalian
harus menanti kedatanganku di rumah gedung keluarga Tie di
kota Bu-ouw pada hari lusa.”
Setelah selesai bicara, dengan satu loncatan yang lincah
bukan main ia telah berlalu dari situ.

Sampul Maut 254


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Suasana di telaga sudah terang lagi, dari kejauhan tampak


orang-orang yang barada di atas perahu atau kapal sungai,
semua tengah sibuk, itulah orang-orang Siauw Cu Gie!
"Siauw siocia,” kata Wei Beng Yan, "untuk tidak membikin
kakak laki-lakimu sibuk tidak keruan, aku kira ada baiknya kau
balik saja kesana!”
Dengan tiba-tiba wajah Siauw Bie berubah jadi cemberut
masam, lalu ia menyahut dengan sikap gusar yang dibikin-
bikin.
"Barusan kau sendiri yang memperkenankan aku
mengikutimu, sekarang sekonyong-konyong kau berubah
pikiran!”
Wei Beng Yan bersenyum.
"Baiklah, mari kita berangkat ke kota Bo-ouw!” sahutnya.
Dari telaga tong-teng mereka langsung menuju ke kota
tujuan mereka dan tiba di sana lebih cepat daripada Yu Leng,
yang tiba di situ pada malam harinya.
Demikianlah Wei Beng Yan telah bercerita tanpa
mengetahui bahwa Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu telah
mendengar ceritanya itu.
"Ouw Si-ko,” Khouw Kong Hu berbisik, "apakah kisah Wei
Beng Yan itu dapat dipercaya?”
"Orang yang telah ditembusi panah asmara, tidak
mungkin berdusta terhadap kekasihnya!” sahut Ouw Lo Si
dengan suara rendah, "Tetapi kita harus senantiasa berusaha,

Sampul Maut 255


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

agar kita tidak bentrok dengannya. Karena kini ia betul-betul


seorang pemuda yang dahsyat sekali!”
Tetapi suara yang rendah itu ternyata dapat juga didengar
oleh Wei Beng Yan, yang segera terdengar menegur.
"Apakah Suhu sudah kembali?”
"Ai...... coba lihat, betapa hebat indera pendengarannya!”
Ouw Lo Si berbisik dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Khouw Kong Hu yang sudah sangat gelisah, ingin segera
meloncat keluar dari tempat sembunyi, bagus saja Ouw Lo Si
keburu menahan jika tidak ia tentu sudah dapat dilihat oleh
Wei Beng Yan yang ketika itu sudah berdiri dekat jendela.
Kalau saja Wei Beng Yan melongok ke bawah, maka
terpergoklah perbuatan Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang
telah mencuri mendengar percakapan orang itu.
Justru pada saat yang gawat itu, tiba-tiba terdengar suara.
"Tok! Tok! Tok!” yang nyaring sekali. Suara itu adalah
suara orang mengetok kayu sebagaimana lazimnya dilakukan
oleh penjual bakmi atau bakso, yang dibarengi dengan suara
orang menyebut.
"O-mi-to-hud!”
Dan tiba-tiba tampak sesosok bayangan mencelat cepat
laksana kilat melewati tembok yang mengelilingi rumah
gedung itu. Sekejapan saja bayangan itu telah masuk ke dalam
ruangan besar di mana Wei Beng Yan dan Siauw Bie berada.

Sampul Maut 256


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ilmu meringankan tubuh yang telah diperlihatkan oleh


bayangan itu telah mempesonakan Ouw Lo Si dan Khouw
Kong Hu.
Empat pasang mata yang di dalam maupun yang di luar
ruangan dengan tertib mengikuti gerak-gerik bayangan yang
baru datang itu, mereka dapat melihat seorang Nikouw yang
sudah berusia lanjut, mengenakan jubah warna abu-abu,
tengah berdiri mengawasi Wei Beng Yan dan Siauw Bie
bergantian. Tangan kirinya memegang kayu tok-tokan yang
mengkilat, sedang tangan kanannya memegang sepotong
kayu yang diberi lobang panjang di tengah-tengahnya.
Wei Beng Yan mengkerutkan keningnya sejenak,
kemudian sambil bersenyum ia berkata.
"Apakah Suthay (panggilan kepada seorang rahib wanita)
mencari seseorang?”
"Siapakah sebenarnya Sicu (saudara) ini? Mengapa
berada di sini?” Nikouw itu balik bertanya dengan tidak kalah
herannya.
Wei Beng Yan menjadi bingung ditanya demikian, karena
ia datang di situ atas perintah gurunya tanpa diberitahukan
apa sebabnya.
Kemudian Si Nikouw mengangkat kepalanya dan
memperhatikan ke tujuh lentera kertas merah yang
tergantung di situ.
"Hm! Ji Cu Lok pun berada di sini?” kata si Nikouw.
"mengapa aku tidak melihat dia?”

Sampul Maut 257


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pertanyaan itu membikin Wei Beng Yan menjadi tambah


bingung.
"Siapa itu yang dipanggil Ji Cu Lok?” pikirnya.
Ouw Lo Si yang masih bersembunyi di luar jendela pun
menjadi terkejut mendengar nama itu disebut-sebut!
Siapakah sebenarnya Ji Cu Lok itu?
Beberapa puluh tahun yang lalu Ji Cu Lok dan isterinya
Goei Su Nio pernah menggetarkan kalangan Bu-lim dan tiada
seorangpun mampu menggempur mereka. Mereka adalah Yu
Leng dan isterinya, Thian-hiang-sian-cu!
Dan si Nikouw adalah Ceng-sim Lo-ni yang bertapa di
pegunungan Go-bi-san, mungkin kedatangannya di situ adalah
atas permintaan ke tiga saudara Tie, agar si Nikouw
membalaskan sakit hati mereka terhadap Yu Leng!
"Sicu, mengapa kau diam saja, apakah Ji Cu Lok tidak ada
di sini?” Ceng Sim Lo-ni menanya lagi.
Baru saja si Nikouw bertanya, tiba-tiba terdengar suara
orang tertawa berkakakan, bersamaan dengan itu seorang
yang menutupi mukanya dengan selembar kain hitam sudah
menerjang masuk ke dalam ruangan itu dengan gerakan yang
lincah bukan main!
"Siapa kau!” tanya Ceng Sim Lo-ni, ketika melihat orang
itu tengah menatapnya dengan angkuh.
"Barusan kau menanyakan aku setelah melihat ketujuh
lentera kertas merah tergantung di sini,” sahut orang itu, yang

Sampul Maut 258


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

bukan lain daripada Yu Leng. "Mengapa setelah aku datang


kau masih menanyakan aku siapa?”
Setelah sadar dari perasaan heran tentang sikap Yu Leng
itu, si Nikouw lalu berkata.
"Ji Cu Lok, lama juga aku tidak menjumpaimu, apakah kau
sekarang menjadi takut wajahmu dilihat orang?”
"Tidak perlu kau mengetahui maksudku, kau juga tidak
perlu mengajukan pertanyaan yang tolol itu!”
"Semenjak isterimu meninggal dunia, kau telah berubah
banyak sekali! Bagaimana dengan usulku agar kau menjadi
seorang paderi daripada membunuh diri mengikuti isterimu
itu?”
"Apakah kau kira otakku sudah miring sehingga aku
menuruti saja usulmu yang memang sinting itu! Menjadi
paderi, ha, ha, ha!”
Ceng Sim Lo-ni jadi terperanjat dikatakan sebagai seorang
sinting, tetapi ia sebagai seorang yang selalu menyebar
kebaikan kepada semua orang dan berjiwa besar tidak ingin
menggubris ejekan itu lalu ia berseru keras sambil menoleh ke
lain jurusan.
"Hei! Apakah pemilik rumah ini tidak ada di rumah?”
Tentu saja panggilannya itu tidak ada sahutan, lalu ia
menoleh ke arah Yu Leng dan berkata.
"Ji Cu Lok, apakah kau ketahui ke mana perginya ke tiga
saudara Tie?”
,,Ha, ha, ha......”

Sampul Maut 259


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Mengapa kau tertawa?”


"Karena ke tiga saudara Tie telah pergi jauh. Ya, jauh
sekali!”
Ceng Sim Lo-ni menjadi heran, karena ke tiga saudara Tie
selalu menantikan kedatangannya yang tiga tahun sekali itu.
“Aku menanyakan apakah kau ketahui ke mana mereka
telah pergi?”
"Tentu saja aku mengetahui. Mereka sudah pergi ke
akhirat dan tengah menantikan kedatanganmu di sana!”
"Mengapa mereka tewas? Siapa yang telah membunuh
mereka?”
"Hm! Nikouw sinting! Jangan kau berlagak tidak tahu!
Bukankah ketiga saudara bedebah itu telah pergi ke markas
Kong-ya Coat untuk merebut Ciam-hua-giok-siu dua tahun
lebih yang lalu? Mereka ingin merampas benda pusaka
isteriku maka aku telah memberi sedikit pelajaran kepada
mereka! Kau masih berlagak menanya-nanya, bukankah
kedatanganmu di sini untuk membalaskan sakit hati mereka?”
Ejekan itu telah didengar juga oleh Wei Beng Yan, Siauw
Bie dan Ouw Lo Si bersama Khouw Kong Hu yang tengah
bersembunyi di luar jendela,
Wei Beng Yan menjadi gelisah ketika mengetahui sikap
gurunya demikian rendahnya karena iapun mengetahui
bahwa Ceng Sim Lo-ni adalah seorang biarawati yang selalu
melakukan kebajikan, yang dulunya pernah juga

Sampul Maut 260


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

berkecimpungan di kalangan Kang¬ouw dan terkenal sebagai


Jin Sim Li-hiap (pendekar wanita yang baik hati).
"Apakah guruku sebagai seorang jago silat dari golongan
durhaka?” tanyanya di dalam hati.
Ceng Sim Lo-ni tampaknya berusaha keras mengendalikan
kemarahannya, ia mengetok kayu tok-tokannya tiga kali.
Suara ketokannya itu luar biasa nyaringnya, sehingga
mendenging-denging di tiap kuping orang yang berada di situ.
"Ji Cu Lok,” katanya sungguh-sungguh, ,,jika kau betul-
betul memandang kepadaku, tidak seharusnya kau berbuat
demikian kejam kepada ketiga keponakanku itu!”
Yu Leng bersikap congkak sekali.
"Aku bukan saja sudah bersikap kejam terhadap
kemanakan bedebahmu itu,” sahutnya, "yang ingin merebut
benda pusaka isteriku, tetapi aku akan bertindak kejam pula
terhadapmu yang ingin turut campur urusan orang lain!”
Dengan tiba-tiba tampak tubuh Ceng Sim Lo-ni menggigil
saking marahnya, tetapi ia masih tetap berusaha menahan
amarahnya itu.
"Ha, ha, ha! Aku sudah lama mengetahui bahwa kau --
Ceng Sim Lo-ni, memiliki ilmu Cap-sa-ciang-bu-ciang (ilmu silat
tinju yang dapat menaklukkan setan), dan kayu tok-tokan itu
adalah senjatamu yang ampuh. Disamping itu kau masih
mempunyai suatu ilmu menotok jalan darah yang disebut Im-
yang-peng-si-tiam-hiat-go-hoat (ilmu menotok jalan darah
dengan tenaga dalam maupun luar dengan mempergunakan

Sampul Maut 261


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kelima jari tangan yang dapat diubah-ubah), tidak ada taranya


di kolong langit!”
"Mengapa kau menyebut-nyebut itu semua?”
"Karena aku ingin sekali mencoba kesemua ilmumu itu,
ayoh keluarkan semua kepandaianmu untuk dinilai dengan
ilmuku sendiri!”
limaBeLAs
Bukan main marahnya Ceng Sim Lo-ni ditantang demikian
kasarnya. Sambil melangkah mundur satu tindak ia menyahut.
"Ilmu-ilmu yang telah kau sebutkan di atas tidak dapat
diperbandingkan dengan ilmumu sendiri Thay-yang-sin-jiauw!
Tetapi...... aku tidak gentar bertempur denganmu!”
"Hm! Untuk bertempur denganmu aku tidak perlu turun
tangan sendiri. -- Beng Yan!”
Wei Beng Yan jadi kaget sekali mendadak mendengar
namanya dipanggil oleh Yu Leng, tetapi ia lekas-lekas
menyahut.
"Suhu, To-ji berada di sini........”
Yu Leng menoleh kepada muridnya dan berkata.
"Kau telah berhasil mewarisi ilmu silatku, aku belum
merasa puas sebelum melihat dengan mata kepala sendiri,
kau mempergunakan ilmu-ilmu tersebut. Sekarang Ceng Sim
Lo-ni, yang menurut hematku, merupakan lawanmu yang
sepadan, berada di sini, maka kesempatan yang terbaik ini
tidak boleh dilewatkan begitu saja! -- Pergunakanlah ilmu
Thay-yang-sin-jiauw terhadap Nikouw ini!”

Sampul Maut 262


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

––––––––

BAB 20
KEBIMBANGAN ATAS PERINTAH GURU

Untuk ketiga kalinya Wei Beng Yan jadi terkejut tatkala


mendengar perintah gurunya yang betul-betul aneh itu.
Pertama ia diperintah membunuh si pemilik jarum Yan-bie-tin,
kedua ia diperintah jangan membunuh Soat-hay-siang-hiong,
musuh besarnya. Dan sekarang ia diperintahkan menggempur
seorang biarawati yang selalu menjalankan kebajikan kepada
semua orang!
Ia tentu saja segan melawan, karena mengetahui bahwa
ilmu Thay-yang-sin-jiauw dahsyat sekali, barang siapa kena
diserang oleh jurus cakaran maut itu, pasti tewas! Atau jika si
korban masih beruntung tidak mati seketika, maka setelah
lewat tujuh hari tujuh malam, korban itu pasti mati!
Wei Beng Yan telah dilatih dan digembleng oleh ayahnya
almarhum Wei Tan Wi, agar ia menjadi seorang yang luhur
serta budiman, maka waktu mendengar gurunya
memerintahnya melakukan perbuatan yang durhaka itu, ia
sudah berniat melanggar sumpahnya sendiri. Membangkang!
"Suhu,” katanya, "aku.......”
"Kau mengapa? Apakah kau merasa gentar terhadap
Nikouw ini?”

Sampul Maut 263


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Suhu! Aku tidak dapat menuruti perintah Suhu itu!


Mengapa kita harus bermusuhan terhadap seorang suci
seperti Ceng Sim Lo-ni ini?”
"Ngaco! Apakah kau sudah lupa akan sumpahmu? “
Wei Beng Yan merasa seolah-olah sebilah pisau yang
tajam sekali membeset dadanya. Lalu sambil menatap
gurunya ia menyahut.
"Suhu! Aku pandang Suhu sebagai ayahku sendiri,
mengapa......”
"Berhenti! Jika kau takut aku akan turun tangan sendiri!”
Wei Beng Yan menginsyafi bahwa semenjak gurunya tidak
jadi membunuh diri, watak serta tabiat gurunya itu telah
berubah banyak sekali. Iapun mengetahui bahwa jika Yu Leng
sendiri yang turun tangan, maka dapat dipastikan di muka
bahwa Ceng Sim Lo-ni akan hancur lebur diganyang Thay-
yang-sin-jiauw! Bukankah jika ia sendiri yang bertempur, ia
dapat mencegah agar biarawati itu tidak tewas? Bahkan ia
dapat membikin Ceng Sim Lo-ni tidak menderita luka apapun!
Oleh karena itu ia lekas-lekas menyahut.
"Baiklah! Aku akan menuruti perintah Suhu itu!”
"Bagus! Tetapi pertama-tama kau harus mempergunalan
pedang Ku-tie-kiam mu dahulu,” kata Yu Leng sambil
memperhatikan gerak-gerik muridnya itu. “Baru kau
pergunakan jurus Thay-yang-sin-jiauw jika kau merasa
kewalahan!”

Sampul Maut 264


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan perlahan-lahan menghunus pedang pusaka


ayahnya, tidak lama kemudian tampak ujung pedangnya
tergetar dan berputar beberapa lingkaran, dengan gerak-
gerakan itu ia sudah siap melancarkan serangan-serangan
yang cepat serta dahsyat!
Setelah melihat Wei Beng Yan merasa sungkan
menempurnya, Ceng Sim Lo-ni jadi sangat bersimpati
terhadap pemuda yang sudah berada di hadapannya itu.
Iapun mengetahui bahwa pemuda itu memiliki ilmu silat yang
lihay sekali, tetapi jika pemuda itu harus bertempur
mempergunakan pedang, ia merasa yakin betul bahwa
pemuda itu bukan tandingnya yang setimpal! Iapun merasa
sungkan melukakan pemuda itu.
"Ji Cu Lok!” katanya, "mengapa kau menganggap aku
demikian rendahnya? Mengapa kau tidak turun tangan
sendiri? Apakah kau merasa takut?!”
Yu Leng kelihatannya hanya menyengir dan tidak
menyahut.
Wei Beng Yan yang telah mempunyai suatu maksud lekas
melancarkan serangan dengan jurus-jurus yang telah dapat
dipelajarinya dari mendiang ayahnya. Ia khawatir tantangan
biarawati itu betul-betul membikin Yu Leng gusar dan turun
tangan sendiri!
Segera tampak sinar pedang menyambar-nyambar
laksana kilat, yang sebentar-sebentar lewat di atas kepala
Ceng Sim Lo-ni!

Sampul Maut 265


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Serangan-serangan itu membikin Ceng Sim Lo-ni teringat


akan Wei Tan Wi yang pernah menggemparkan kalangan
kang-ouw. Ia dapat mengenali jurus-jurus yang dilancarkan
oleh Wei Beng Yan itu, yalah jurus Liu-seng-kiam-hoat
(Bintang sapu mencari mangsa). Ia merasa kagum sekali,
karena pemuda itu dapat melancarkan jurus lebih dahsyat lagi
daripada yang pernah dilancarkan oleh Wei Tan Wi dahulu!
Lalu iapun mulai membuka serangan, digentak tok-tokan
kayunya ke atas dan tampak kayu itu menyebarkan sinar yang
berkilau-kilau laksana kilat!
Setelah bertarung dua jurus, tiba-tiba terdengar Ceng Sim
Lo-ni berseru.
"Berhenti! Anak muda, kau pernah apa dengan Wei Tan
Wi tay-hiap?”
Bukan main terharunya Wei Beng Yan mendengar nama
ayahnya disebut, lalu sambil melangkah mundur dan
menurunkan ujung pedangnya ke bawah ia menyahut.
"Beliau adalah ayahku!”
"O...... Aku telah dengar bahwa ayahmu telah dianiaya
oleh Soat-hay-siang-hiong dan Eu-yong Lo-koay! Tetapi
dengan ilmu silatmu yang lihay itu, aku merasa yakin kau
dapat membalas dendam dengan mudah!”
Ucapan itu membikin Wei Beng Yan penasaran sekali,
karena ia teringat akan peristiwa di telaga Tong-teng, ketika
kesempatan untuk membunuh musuh-musuh besarnya sudah
di depan mata ia dicegah oleh Yu Leng.

Sampul Maut 266


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Tetapi aku belum dapat melaksanakan maksudku itu,”


sahutnya sedih.
"Ai! Kau tidak boleh menunda-nunda lagi maksudmu itu!”
"Beng Yan!” Yu Leng membentak gusar melihat tingkah
laku muridnya itu. "Kau boleh bawa Ciam-hua-giok-siu dan
ajak Siauw Bie berlalu dari sini! Tetapi awas! Di lain waktu kita
berjumpa lagi, kita akan berhadapan sebagai musuh!”
Wei Beng Yan agaknya menjadi gusar juga mendengar
kata-kata gurunya yang kasar itu, kalau saja ia mengetahui
watak dan tabiat Yu Leng akan berubah demikian rupa, ia
tentu akan berpikir seribu kali sebelum mengucapkan
sumpahnya. Tetapi, waktu mengingat gurunya telah dengan
susah payah dan rela mengajarinya ilmu Thay-yang-sin-jiauw
dan Thay-yang-sin-kang, hatinya yang luhur menjadi lunak
lagi!
"Suhu! Aku akan menurut perintahmu!” sahutnya serba
salah.
"Apa benar kau masih patuh kepada perintahku!”
" Y...... a......”
"Serang si Nikouw bedebah itu!”
Dengan terpaksa Wei Beng Yan mengangkat pedangnya
dan menyerang dengan jurus Seng-wa-thian-kong (Bintang
sapu terbang di angkasa), pedangnya menyabet ke arah
lambung Nikouw itu.
Ceng Sim Lo-ni hanya menangkis dengan pukulan kayu
tok-tokannya sambil meloncat mundur beberapa langkah.

Sampul Maut 267


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"T i n g!!” terdengar beradunya kedua senjata itu.


Wei Beng Yan segera meloncat mundur; lalu maju lagi
sambil mengirim tusukan tiga kali berturut-turut. Tampak
pedangnya menyodok secepat kilat, seolah-olah ular kobra
menyambar mangsanya, itulah jurus yang disebut Gan-keng-
coa-pun-tok (Ular kobra menyemburkan bisa).
"Ai! Dahsyat dan bagus sekali jurus itu!” seru Ceng Sim Lo-
ni, sambil mengegos dari tusukan yang bertubi-tubi itu.
Lalu ia mulai lagi dengan serangannya. Ia bergerak maju
sambil memukul kepala Wei Beng Yan dengan jurus Sam-hud-
sin-thian (Tiga dewa terbang ke langit).
Ujung daripada pukulan kayunya itu berwarna ungu dan
selebihnya berwarna hijau. Jurus yang telah dilancarkannya
itu menyambar laksana kilat dan memancarkan warna yang
menyilaukan mata sehingga lawannya menjadi kelabakan
karena tidak mengetahui dari mana datangnya serangan.
Wei Beng Yan agaknya sudah mulai terdesak, tampak ia
mengegos dan meloncat ke samping. Justru pada saat itu,
terdengar Yu Leng membentak.
"Beng Yan! Lancarkan Thay-yang-sin-jiauw!”
Dengan tiba-tiba Wei Beng Yan mencelat mundur lagi ke
belakang ketika mendengar perintah gurunya itu, ia merasa
sangat serba salah, memang dalam pertempuran itu ia sudah
sangat terdesak dan jika bertempur tentu ia pasti akan
dipecundangi oleh biarawati itu yang ilmu silatnya mungkin
setaraf dengan gurunya, tetapi ia merasa kejam sekali jika
harus melancarkan ilmu Thay-yang-sin-jiauw.

Sampul Maut 268


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu juga menjadi berdebar-


debar mendengar disebutnya nama Thay-yang-sin-jiauw yang
senantiasa tidak pernah gagal membawa maut kepada lawan!
"Ouw Si-ko,” Khouw Kong Hu berbisik, "rupanya malam
ini kita tak akan memperoleh keterangan yang penting
apapun. Jika kita masih terus berada di sini, aku khawatir kita
akan terjebak......”
"Sst! Tunggu sampai si pemuda melancarkan ilmu Thay-
yang-sin-jiauw!”
"Tidak mungkin si pemuda melancarkan ilmu yang
dahsyat itu......”
"Hiantee berpendapat serupa dengan aku, tetapi Wei
Beng Yan telah didesak oleh Yu Leng!”
Tiba-tiba tampak Yu Leng mengangkat tangannya lalu
dengan tiba-tiba pula ia menggeprak meja kecil yang berada
dekat tembok sehingga meja itu hancur berantakan!
"Hei murid murtad!” bentaknya mengguntur. "apakah
barangkali kau sudah lupa akan ilmu-ilmu yang telah kau
pelajari dariku?”
Wajah Wei Beng Yan menjadi merah padam dimaki
sebagai murid murtad, ia melirik ke arah gurunya dan dapat
melihat kedua mata Yu Leng seolah-olah menyala saking
gusarnya.
"Suhu....... aku tidak dapat....... aku betul-betul tidak
dapat melancarkah Thay-yang-sin-jiauw!” sahutnya.

Sampul Maut 269


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Yu Leng tertawa berkakakan seperti orang tidak waras,


sehingga seluruh ruangan rumah gedung itu jadi tergetar oleh
suara tertawanya yang bergema tak henti-hentinya! Suara
tertawa belum berhenti ketika tampak Yu Leng meloncat ke
arah Siauw Bie dan meletakkan sebelah tangannya di atas
pundak nona itu.
Siauw Bie yang dari tadi tidak berkata-kata dan sedang
asyik menonton pertempuran, jadi terkejut sekali waktu
pundaknya kena dijambret, karena tangan Yu Leng telah
menekan berat sekali, ia merasa seolah-olah sekarung beras
menindih tubuhnya! Ia berusaha melepaskan dirinya, tetapi
betapapun kerasnya ia meronta, tangan yang berwarna
merah itu tetap melekat. Dengan tiba-tiba keringat dingin
mengucur deras membasahi tubuhnya yang padat serta
langsing itu!
"Apakah akibatnya jika Yu Leng menumpahkan
kegusarannya atas diriku?” pikirnya cemas.
"Suhu! Siauw Bie tidak bersalah!” teriak Wei Beng Yan
dengan suara gemetar. "Mengapa Suhu ingin menyiksa
seorang gadis?”
"Ha, ha, ha! Aku hanya sekedar ingin memberi contoh
bagaimana harus melancarkan Thay-yang-sin-jiauw!”
Kata-kata yang dingin itu membikin tubuh Wei Beng Yan
menggigil, ia sudah jatuh hati terhadap gadis itu, jika Yu Leng
betul-betul membuktikan ancamannya itu......
Ouw Lo Si pun menjadi terkejut sekali melihat ancaman
yang keji itu. Ji Cu Lok yang dulunya seorang jago silat yang

Sampul Maut 270


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tangguh, memang kadang-kadang melakukan juga perbuatan


yang tidak pantas. Tetapi perbuatan yang sekarang hendak
dilakukannya terhadap Siauw Bie, betul-betul merupakan
suatu perbuatan yang paling kotor, sehingga membikin ia,
Ouw Lo Si, bekas perampok yang sangat ditakuti dan pernah
menyaksikan banyak perbuatan-perbuatan keji dan kejam,
tidak dapat mengerti akan niat yang gila itu!
"Sekarang!” bentak Yu Leng kepada muridnya, "aku
bersedia memberi dua pilihan kepadamu. Pilihlah satu di
antara kedua wanita itu, yang muda atau yang sudah hampir
masuk lobang kubur, yang harus pergi dari dunia ini?!”
Pada saat yang gawat itu terdengar Ceng Sim Lo-ni
berkata.
"Aku mengetahui bahwa Thay-yang-sin-jiauw hebat
sekali, tetapi mengapa kau ingin mencelakai seorang gadis
yang tidak bersalah, bahkan ia mungkin tidak mengetahui
sama sekali apa yang menjadi persoalan? Mengapa kau tidak
mencoba ilmu yang dahsyat itu terhadap aku?”
"Beng Yan!” Yu Leng membentak lagi, “aku menanti
jawabanmu!”
Wei Beng Yan berbalik dan menghadap kepada Ceng Sim
Lo-ni yang tengah menjaga dadanya dengan kayu tok-
tokannya.
"Suthay, aku terpaksa......” katanya.
"Aku mengetahui hatimu yang luhur sungkan melanggar
sumpah,” kata Ceng Sim Lo-ni.

Sampul Maut 271


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku harap Suthay dapat mengerti, aku...... terpaksa!”


sahut Wei Beng Yan.
"Pendekar muda! Aku mengerti...... ayohlah lancarkan
Thay-yang-sin-jiauw!”
Wei Beng Yan masuki lagi pedang Ku-tie-kiam nya, lalu
pelahan-lahan ia mengangkat sebelah tangannya yang sudah
mengepal keras, sehingga merata dengan dada, tiba-tiba
tangan itu menjurus ke depan lalu pelahan-lahan kelima jari
yang menegang itu bergerak terbuka dan memancarkan
cahaya ajaib yang menyilaukan mata!
Ketika Wei Beng Yan bertindak maju dengan ke lima
jarinya yang sudah mengembang itu, Ouw Lo Si yang
kebetulan sedang melongok ke dalam, jadi kaget bukan main,
karena ia tidak dapat melihat apapun, kecuali cahaya yang
sangat menyilaukan mata!
Makin lama makin dekat Wei Beng Yan menghampiri
Ceng Sim Lo-ni. Tampak sinar mata Yu Leng yang menyala-
nyala senantiasa mengikuti tiap gerakan muridnya itu. Tidak
lama kemudian terdengar Wei Beng Yan berseru.
"Suthay! Berhati-hatilah...... serangan akan segera
datang!”
Ceng Sim Lo-ni memejamkan matanya sambil mulutnya
berkemak-kemik memanjatkan doa agar Wei Beng Yan tidak
menanggung dosa Yu Leng yang keji serta kejam itu! Kayu tok-
tokan di tangan kirinya disodokkan keluar dan hembusan
angin yang hebat sekali menerjang ke depan!

Sampul Maut 272


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Justru pada saat itulah, Wei Beng Yan mengangkat


tangannya, yang seperti gaetan baja itu, untuk mencengkram
batok kepala si Nikouw! Dan terdengarlah suara keras laksana
guntur meledak yang menggoncangkan seluruh ruangan dan
mengejutkan semua orang yang berada di situ, bahkan Yu
Leng sendiri tampaknya terkejut bukan main, seolah-olah ia
tidak menyangka Thay-yang-sin-jiauw dapat menerbitkan
suara yang demikian dahsyatnya!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang sedang mengalihkan
pandangan mereka karena silau menjadi demikian kagetnya
sehingga mereka lekas-lekas bertiarap di atas tanah!
Kedua orang yang tengah bertempur itu saling bentur,
lalu terpisah lagi, tiba-tiba tampak satu sinar ungu melonjak
ke atas, menembusi atap rumah dan melayang ke udara
bebas, berbareng dengan itu tampak sesosok tubuh manusia
terlempar keluar dari ruangan itu dan mendampar tembok
yang mengelilingi pekarangan gedung itu sehingga toblos!
Dari puing-puing yang berserakan di situ, tampak Ceng
Sim Lo-ni merayap bangun dengan susah payah, mukanya
pucat dan tubuhnya menggigil keras, kayu alat mengetok di
tangan kirinya sudah patah, sedangkan sepotong kayu yang
berada di tangan kanannya sudah lenyap entah ke mana!
Sejenak kemudian ia berkata dengan suara parau.
"Ji Cu Lok! Thay-yang-sin-jiauw betul-betul dahsyat, aku
mengaku kalah! Sampai kita jumpa lagi...... “
Setelah itu ia berbalik dan berjalan dengan langkah berat
serta limbung!

Sampul Maut 273


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Nikouw sinting! Kau akan mampus dalam waktu tujuh


hari tujuh malam!” Yu Leng berteriak kalap bahna girang.
Tetapi rupanya ia tidak mau bertindak kepalang tanggung,
karena setelah berteriak, tampak tubuhnya sudah mencelat
mengejar biarawati itu.
Wei Beng Yan tidak menghiraukan gurunya mengejar
Ceng Sim Lo-ni, ia hanya berkata dengan suara putus asa.
"Aku tidak menduga bahwa ilmu yang telah aku yakinkan
dengan susah payah telah dipergunakan secara tidak layak,
sedangkan musuh-musuh besarku masih bergentayangan
dengan bebas di kalangan Bu-lim! Untuk apakah sebetulnya
ilmu-ilmu yang dahsyat ini?!”
Setelah berkata begitu, mendadak ia mengangkat tangan
yang jari-jarinya masih mengembang dan menyerang ke arah
tembok dekat pintu dan "B r a k k!!” Tembok rumah gedung
itu roboh diterjang hembusan angin tinjunya!
"Ai! Yan koko, kau telah merusak rumah gedung orang!”
kata Siauw Bie sambil memegang tangan Wei Beng Yan
dengan erat.
"Bie moay, kau telah menyaksikan sendiri aku telah
melukakan seorang biarawati yang tidak berdosa!”
"Tetapi kau tidak boleh terlalu mempersalahkan dirimu
sendiri! Bukankah jika kau tidak turun tangan, Ceng Sim Lo-ni
pun tidak akan luput dari serangan gurumu?”
Wei Beng Yan hanya menghela napas dan tidak
menyahut.

Sampul Maut 274


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mendengar sampai di situ, Ouw Lo Si segera berbisik


kepada Khouw Kong Hu.
"Kita pergi sekarang!”
"Pergi ke mana?”
"Mengejar ORANG yang mengejar Ceng Sim Lo-ni!”
"Orang yang menutupi mukanya dengan kain hitam?!!”
"Ya!”
Khouw Kong Hu merasa heran sekali mengapa Ouw Lo Si
tidak menyebut Yu Leng saja daripada mengatakan ‘orang
yang mengejar’ Ceng Sim Lo-ni?? Tetapi ia tidak menanya
apapun kepada saudara angkatnya itu.
"Mari!” sahutnya sambil mendahului merangkak
menjauhkan diri dari bawah jendela.
Setelah berada di luar rumah gedung itu, mereka segera
mengejar ke arah jalan yang ditempuh Ceng Sim Lo-ni dan Yu
Leng tadi. Sambil berlari-lari Ouw Lo Si berkata.
"Hiantee, apakah tadi kau melihat Yu Leng menggeprak
meja?”
"Ya, mengapa memang?”
"Dua tahun yang lalu Yu Leng pun menggeprak meja di
markas Kong-ya Coat! Dengan melihat akibat daripada
pukulan itu, kita dapat meraba betapa hebat ilmu Thay-yang-
sin-jiauw Yu Leng itu! Kehebatan itu telah membikin aku
menarik kesimpulan. apakah Yu Leng pun ikut campur dalam
pembunuhan besar-besaran di markas Kiu It?!”

Sampul Maut 275


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Mengapa Si-ko dapat menarik kesimpulan begitu?”


"Untuk menjawab pertanyaan Hiantee itu, aku masih
memerlukan beberapa bukti! Tunggulah sampai kita telah
mengejar Ceng Sim Lo-ni!”
Mereka berlari terus untuk kemudian menikung ke arah
jalan di tepi sungai, dalam sekejapan saja mereka telah
menempuh jarak sepuluh lie lebih. Di bawah sinar bulan yang
cukup terang, tampak air sungai bergelombang kecil tertiup
angin malam yang dingin.
Tiba-tiba mereka melihat dua bayangan tidak beberapa
jauh di depan mereka, satu di depan, sedang yang satunya lagi
di belakang, saling berusaha mempercepat langkah mereka
masing-masing.
Itulah bayangan Ceng Sim Lo-ni dan Yu Leng!
"Ayoh! Kita harus berlari lebih cepat, rupanya si Nikouw
akan segera dapat dikejar oleh ORANG itu!” kata Ouw Lo Si.
Lagi-lagi Khouw Kong Hu telah dibikin heran oleh kata-
kata saudara angkatnya yang terakhir. ORANG itu! Tetapi ia
masih tidak menanyakan, ia hanya mengerahkan seluruh
tenaga dalam untuk mempercepat langkahnya.
Tidak lama kemudian mereka tiba di suatu hutan pohon
bambu yang terletak tidak jauh dari tepi sungai itu. Tiba-tiba
mereka mendengar Ceng Sim Lo-ni berkata.
"Ji Cu Lok! Apakah betul-betul kau ingin membunuh aku?”
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu cepat-cepat mencari
tempat yang agak gelap, lalu mereka mengintip.melalui celah-

Sampul Maut 276


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

celah pohon bambu, dan dapat melihat si Nikouw menjaga


dadanya dengan lengan kirinya, lengan kanannya tampak
terkulai ke bawah. Rupanya serangan Wei Beng Yan bukan
saja telah melemparkan tubuhnya keluar dari gedung ke tiga
saudara Tie, tetapi Thay-yang-sin-jiauw juga telah melukai
serta melumpuhkan sebelah lengan Nikouw yang malang itu!
––––––––

BAB 21
KECURIGAAN KEASLIAN YU LENG

Tampak Yu Leng tengah berdiri dengan sikap yang angkuh


sekali beberapa meter di depan Nikouw itu. Setelah tertawa
berkakakan seram terdengar ia berkata.
"Kau sebagai orang yang sudah lama berkecimpungan di
kalangan rimba persilatan, seharusnya sudah mengetahui
bahwa Thay-yang-sin-jiauw hebat sekali!”
"Aku hanya mengetahui bahwa jika seorang jago silat
memiliki ilmu yang begitu sakti,” sahut si Nikouw, "ilmu
tersebut harus dipergunakan untuk membasmi iblis-iblis serta
jahanam-jahanam. Aku tidak menduga bahwa kau telah
memaksa muridmu yang luhur itu menyerang aku! Aku telah
mempasrahkan jiwaku kepada Tuhan, aku tidak akan
menyesal meskipun aku harus mati sekarang. Aku hanya
merasa kasihan terhadapmu, kau yang akan terkutuk sehingga
akhir jaman!”
"Ha, ha, ha! Aku tidak memerlukan nasehat ataupun
khotbah! Tetapi oleh karena kau telah memberikan juga

Sampul Maut 277


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

nasehat serta khotbahmu itu, maka sebagai tanda terima


kasihku, kauterimalah ini........”
Setelah selesai bicara, Yu Leng dengan sekonyong-
konyong telah menyerang Ceng Sim Lo-ni dengan jotoson-
jotosan maut!
Ternyata Ceng Sim Lo-ni masih dapat melawan, meskipun
tangan kanannya sudah lumpuh dan hanya mempergunakan
sebelah lengan kirinya saja. Maka pertarungan tanpa senjata
sudah lantas berlangsung lagi. Sepuluh jurus telah lewat dan
makin lama makin jelas kelihatan bahwa si Nikouw sudah
tidak dapat mengimbangi lagi serangan-serangan Yu Leng
yang ganas itu.
Si Gaitan baja tinju besi Khouw Kong Hu yang berwatak
kesatria tak dapat membiarkan saja si biarawati didesak
demikian kerasnya, berkali-kali ia ingin menyerbu keluar dan
membantu, tetapi ditahan oleh Ouw Lo Si.
Tiga jurus lagi telah lewat, dan tiba-tiba terdengar suara.
"P a n g!!” tampak tubuh si biarawati terpental ke
belakang beberapa langkah sambil memuntahkan darah segar
dari mulutnya!
Yu Leng tertawa berkakakan, tampaknya ia girang sekali
melihat cairan yang merah itu yang keluar dari mulut
lawannya mendadak suara tertawanya berhenti dan tampak
ia bergerak untuk menerkam sambil mengangkat kedua
tangannya yang berwarna merah. Pada saat yang menentukan
itu Ceng Sim Lo-ni mengerahkan tenaganya, dan dengan satu

Sampul Maut 278


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

enjotan tenaga terakhir ia meloncat dan masuk ke dalam


sungai!
Disebabkan rasa takutnya yang demikian besar, sehingga
waktu meloncat Ceng Sim Lo-ni tidak memperhatikan lagi
keadaan sungai, ia baru terkejut ketika merasa tubuhnya
ditangkap orang yang segera membawanya kembali ke atas
darat.
Setibanya di atas dan dapat mengenali orang itupun
menjadi kaget.
"Ah.....! Ceng Sim Suthay?! Siapa yang telah menganiaya
Suthay demikian kejamnya?!”
Di bawah sinar bulan tampak kedua orang itu bertubuh
tinggi besar, berusia lebih kurang empatpuluh tahun.
Ceng Sim Lo-ni menghela napas dan berkata dengan
lemah. "Kalian berdua jangan turut campur urusanku! Ayoh
lekas-lekas pergi!”
Kedua orang itu bersenyum, salah seorang lalu berkata.
"Suthay telah terluka parah, aku tidak dapat membiarkan
begitu saja. Siapakah yang telah menganiaya Suthay?”
Tetapi tiba-tiba kedua orang itu dapat melihat satu
bayangan hitam berpeta di atas tanah, dengan hati berdebar-
debar mereka lekas-lekas menoleh ke arah orang yang tengah
berdiri beberapa tindak saja di depan mereka, lalu sambil
menghunus pedang, mereka maju setindak dan berkata.

Sampul Maut 279


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kita Cit-kiat-kiam (si ahli pedang dengan tujuh


keistimewaan) dan Cit-siu-kiam (si ahli pedang dengan tujuh
keahlian). Perkenalkanlah nama saudara!”
Ternyata kedua orang itu adalah Kim Cin Jie dan Kim Cin
Lam dari partai Kong-tong yang termashur!
Setelah mengalami kegagalan dalam usaha mereka
menuntut balas terhadap Pek Tiong Thian yang telah
membunuh saudara mereka yang tertua, kedua saudara Kim
ini lalu kembali ke pegunungan Kong-tong dengan tekad
memperdalam ilmu silat pedang mereka. Dengan tekun dan
rajin mereka menyelidiki segala sesuatu yang ada sangkut
pautnya dengan ilmu silat pedang partai Kong-tong, dan
akhirnya di atas puncak Lek-kie-hong mereka beruntung
menemukan satu batu gunung yang besar, yang terukir
dengan penjelasan-penjelasan ilmu silat pedang Ciok Cui Eng,
pemimpin pertama partai Kong-tong.
Ilmu silat pedang yang disusun oleh pemimpin itu adalah
yang terkenal sebagai Thian-seng-kiam-hoat, tetapi Ciok Cui
Eng sendiri telah menghilang entah ke mana, sehingga hanya
beberapa muridnya saja yang mengenal ilmu tersebut.
Bukan main girangnya kedua saudara Kim itu, mereka
segera mengambil ketetapan untuk tinggal terpencil di atas
puncak Lek-kie-hong dan mempelajari ilmu pedang yang
memang mereka sedang cari itu. Maka setelah lewat dua
tahun, kemahiran mereka melancarkan jurus-jurus Thian-
seng-kiam-hoat sudah tidak lagi dapat diragukan
kelihayannya!

Sampul Maut 280


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah itu mereka lalu pergi ke Tan-kwi-san-cong untuk


mencari Kong-ya Coat yang pernah mempecundangi mereka
di markas partai Thian-pek-kiam, tetapi mereka tidak berhasil
menjumpai Kong-ya Coat di sana, maka mereka lalu menyewa
perahu untuk menikmati malam terang bulan di atas sungai.
Mereka jadi terkejut sekali ketika melihat satu bayangan
dengan tiba-tiba menerkam dari atas, mereka segera
menangkap bayangan itu yang disangka mereka orang yang
ingin membunuh diri, dan mereka jadi tambah terkejut ketika
mengetahui bahwa bayangan itu adalah Ceng Sim Lo-ni yang
sudah terluka parah.
Yu Leng pun tampaknya kaget bukan main ketika dapat
mengenali siapa kedua orang itu, tetapi setelah itu ia segera
tertawa berkakakan.
"Hei! Siapa saudara?!” bentak Kim Cin Lam.
Tetapi sebelum Yu Leng menyahut si Nikouw sudah
mendahului.
"Dia adalah yang dulunya termashur sebagai Ji Cu Lok
alias Naga Sakti, yang gemar sekali kepada lentera-lentera
kertas merah dan tinggal di lembah Yu-leng-kok!”
Mendengar penjelasan itu kedua saudara Kim segera
menyadi pucat mukanya, karena mereka percaya bahwa Ceng
Sim Lo-ni seorang yang jujur dan tidak mungkin memberikan
keterangan palsu.
"Nikouw gadungan itu telah memperkenalkan siapa aku
ini!” kata Yu Leng dengan sikap yang mengejek. "Nah,
sekarang kalian mau apa?!”

Sampul Maut 281


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kedua saudara Kim tidak menyahut, mereka hanya saling


pandang. Sebetulnya mereka ingin menjadi terkenal dengan
ilmu yang baru saja mereka pelajari itu, yalah ilmu silat
pedang Thian-seng-kiam-hoat, tetapi apa celaka mereka telah
menjumpai Ji Cu Lok yang terkenal ilmu Thay-yang-sin-jiauw
nya! Mereka menjadi jerih, sehingga tanpa terasa mereka
sudah melangkah mundur beberapa langkah sambil berkata.
"Kita tidak mengetahui bahwa kita sedang berhadapan
dengan Ji tay-hiap, harap Tayhiap suka memaafkan......”
"Ha, ha, ha! Jika kalian tidak puas akan perbuatanku
terhadap Nikouw gadungan itu, aku persilahkan kalian
membikin perhitungan!”
"Kita tidak dapat mengenali karena Ji tayhiap menutupi
muka, jika kita telah berbuat sesuatu yang kurang sopan,
harap Tay-hiap sudi memberi maaf......”
Setelah berkata begitu, mereka segera masuki lagi pedang
mereka ke dalam serangkanya dan ingin berlalu.
"Apakah begitu saja kalian hendak menyudahi persoalan
ini?” tanya Yu Leng, "Tanpa meninggalkan sesuatu sebagai
kenang-kenangan!”
"Ji tay-hiap ingin kita meninggalkan barang apa sebagai
kenang-kenangan?”
"Kedua pasang kaki kalian! Ha, ha, ha!!”
Kedua saudara Kim tidak pernah bermusuhan terhadap
Yu Leng, menganggap bahwa Yu Leng tengah berguyon
dengan kata-katanya itu, maka Kim Cin Jie lalu menyahut.

Sampul Maut 282


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku tidak menyangka jika Ji tay-hiap seorang yang suka


berkelakar, ha, ha......”
"Buntungi kedua pasang kaki kalian!” Yu Leng membentak
lagi deugan suara mengguntur.
Mendengar suara Yu Leng yang sungguh-sungguh itu,
kedua saudara Kim jadi saling lirik.
"Bukankah barusan kita telah mohon maaf sebelum
berlalu,” sahut Kim Cin Lam, "aku harap Tay-hiap tidak terlalu
mendesak!”
"Jika aku mau mendesak, juga kalian mau apa?”
"Ji tay-hiap! Kita dari partai Kong-tong tidak pernah
bermusuhan terhadapmu, mengapa tay-hiap minta barang
yang bukan-bukan?!” kata Kim Cin Lam dengan agak gusar.
"Tidak pernah bermusuhan terhadapku? Ha, ha, ha!
Kalian telah ikut campur urusanku terhadap Nikouw gadungan
ini, bukankah dengan demikian kalian telah bersikap
bermusuhan terhadapku! Untuk dosa itu, aku bersedia
memberi dua pilihan, buntungi sendiri kedua pasang kaki
kalian itu, atau aku akan turun tangan sendiri!”
Dari merasa jerih, kedua saudara Kim menjadi gusar dan
nekad, lalu sambil menghunus pedang lagi, Kim Cin Jie balas
membentak.
"Jika demikian, kita lebih suka memilih aturan kita
sendiri!”
Baru saja kata-kata itu selesai diucap, Yu Leng sudah
menerkam ke arah kedua lawannya itu.

Sampul Maut 283


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kim Cin Jie dan Kim Cin Lam yang sudah siap segera
menangkis terkaman itu dengan pedang mereka.
Yu Leng yang kejam dun licik ternyata tidak menerkam
dengan tangan kosong, ia telah menerkam dengan dua
potong senjata rahasia di tangannya yang segera dilontarkan
ke arah kedua saudara Kim dengan cepat sekali.
enamBeLAs
Kedua saudara Kim melihat datangnya kedua benda
berkilat itu menerjang ke arah mereka, tanpa banyak pikir lagi
mereka menangkis dan menjadi kaget sekali merasakan tubuh
mereka mendadak jadi panas setelah menangkis benda itu
berbareng dengan itu terdengar suara.
"T i n g!!” yang nyaring sekali, dan tampak Yu Leng
secepat kilat sudah berada dekat mereka sambil mengulur
tangannya untuk menotok pundak Kim Cin Lam dan Kim Cin
Jie!
Senjata rahasia itu telah dipergunakan Yu Leng untuk
menangkis serangan pedang, dan begitu lekas sudah
melontarkan senjatanya itu, secepat kilat ia menyerang
lawannya!
Kim Cin Lam dan Kim Cin Jie merasa bahwa pedang
mereka seolah-olah digempur oleh suatu tenaga yang gaib
sekali, ketika melihat Yu Leng mendekati, mereka lekas-lekas
memutar pedang mereka dengan jurus Thian-ji-ie-hua (Hujan
lebat menyiram bumi).
Yu Leng menjadi cemas melihat terkamannya yang
pertama itu meleset. Ia meraung keras dan meloncat ke kiri,

Sampul Maut 284


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ke kanan mencari lowongan untuk menerkam dan menotok


lawannya lagi.
Tiba-tiba tampak ia dengan nekad meloncat dan
menerobos masuk di antara kedua saudara itu dengan tangan
kanannya menotok jalan darah di pundak Kim Cin Jie dan kaki
kirinya menendang ke arah lambung Kim Cin Lam!
Dua serangan yang pesat itu -- satu ke atas dan satu lagi
kebawah -- yang telah dilancarkan dengan jurus-jurus yang
luar biasa anehnya, telah membikin Kim Cin Jie sibuk sekali, ia
hanya dapat menangkis berbareng menabas lengan Yu Leng
dengan pedangnya. Tetapi tangan Yu Leng telah lebih cepat
lagi menemui sasarannya dan.......
"P a n g!!” Pedang yang telah menabas angin itu digeprak
jatuh!
Pada waktu yang bersamaan Kim Cin Lam telah menabas
kaki kiri Yu Leng yang hendak menendang lambungnya.
Tabasan itu adalah salah satu jurus dari ilmu silat pedang
Thian-seng-kiam-hoat yang khas dari partai Kong-tong! Yu
Leng pada waktu itu tengah berdiri atas satu kaki, karena ia
tidak keburu menarik kembali tendangan maut kaki kirinya,
dan agaknya tidak keburu menarik kakinya itu!
Dan betul saja, tabasan pedang yang dilancarkan secepat
kilat itu telah berhasil menggores betis Yu Leng, tetapi untuk
kagetnya pihak yang menyerang, ujung pedang itu seolah-olah
telah menggores baja!
Pedang Kim Cin Lam maupun pedang Kim Cin Jie,
meskipun tidak setajam senjata yang dapat memotong logam,

Sampul Maut 285


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

namun dapat memotong kulit kerbau yang tebal dan pasti


dapat memotong kulit manusia yang tidak setebal kulit
kerbau!
Tetapi ternyata tabasan yang dikerahkan dengan sekuat
tenaga itu tidak berhasil melukai betis Yu Leng sedikitpun!
Kim Cin Lam jadi melongo melihat kenyataan yang betul-
betul tidak masuk diakalnya itu, dan justru pada waktu ia
terlongong-longong itulah tendangan Yu Leng mendarat tepat
di lambungnya!
Tampak Kim Cin Lam terpental ke belakang sambil
menekan perutnya, sejenak kemudian ia roboh terlentang di
tanah!
Yu Leng merampas pedang lawannya yang sudah tidak
berdaya itu untuk menempur Kim Cin Jie, yang tadi digeprak
tangannya, dan terdengarlah suara dahsyat dari beradunya
kedua senjata orang-orang yang sedang berbaku hantam itu,
sebentar-sebentar tampak lelatu api herhamburan dan
menyilaukan mata. Tetapi ketika pada suatu waktu senjata
mereka beradu lagi, pedang Kim Cin Jie patah!
Sebetulnya pedang yang dipergunakan oleh kedua orang
itu, sama mutu serta kekuatannya, tetapi Yu Leng telah
menyerang dengan tenaga dalam yang ajaib dan berhasil
mematahkan pedang lawannya, sehingga Kim Cin Jie jadi
terperanjat tercampur cemas justru pada saat itulah, Yu Leng
yang pandai mempergunakan kesempatan terlowong telah
menusuk langsung ke tenggorokan lawan.

Sampul Maut 286


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kim Cin Jie tidak berdaya mengegosi tusukan itu, ia hanya


merasa suatu barang dingin lagi tajam menjurus ke dalam
tenggorokannya dan roboh tanpa mengeluarkan suara
apapun!
Kim Cin Lam yang sudah terluka parah masih dapat
melihat cara bagaimana kakaknya telah tewas di tangan Yu
Leng sehingga dalam kesedihan dan sakarat maut, ia
muntahkan darah dari mulutnya dan setelah menjerit seram
iapun menyusul kakaknya di alam baka!
Begitulah nasib ketiga saudara Kim dari partai Kong-tong.
Yang tertua telah tewas di tangan Pek Tiong Thian, sedangkan
Kim Cin Jie dan Kim Cin Lam yang telah mewarisi ilmu silat
pedang Thian-seng-kiam-hoat yang termashur dan berhasrat
menjagoi lagi di kalangan Kang-ouw, tidak terduga harus mati
di tepi sungai Tiang-kang dalam tangan Ji Cu Lok alias Yu Leng!
Yu Leng lalu menyeret kedua mayat itu ke dekat sungai.
Lalu ia menghampiri Ceng Sim Lo-ni. Muka biarawati itu pucat
sekali dan kedua matanya terbelalak ke langit, karena ia sudah
menjadi mayat.
Dengan satu tendangan, Yu Leng mendepak mayat itu ke
dalam sungai, sehingga air sungai itu menjadi merah dinodai
darah!
Semua kejadian di tepi sungai Tiang-kang itu telah
disaksikan oleh Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang
bersembunyi di hutan pohon bambu. Mereka jadi bergidik
mengingat keganasan Yu Leng, yang telah dengan mudah saja
membunuh ketiga orang itu.

Sampul Maut 287


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tiba-tiba mereka mendengar Yu Leng meraung dan


tertawa berkakakan seperti orang yang kerasukan setan
sambil berkata dengan suara keras.
"Tidak diduga bahwa dendamku yang sepuluh tahun lebih
lamanya dapat kubalas di sini sekaligus!”
Kemudian setelah tertawa berkakakan lagi sekian
lamanya, tampak Yu Leng mengacungkan pedang
rampasannya dan menatap pedang itu, lalu perlahan-lahan
kepalanya dialihkan ke arah kedua mayat saudara Kim, dan
dengan tiba-tiba ia mendongak ke langit sambil melepaskan
suara tertawanya yang mengguntur.
Setelah itu ia membungkukkan tubuhnya dan mendadak
ia menusuk serta mendodet perut kedua mayat itu. Tusukan
atau dodetan pedang itu dilakukan demikian ganasnya,
sehingga tampak orang yang.melakukan perbuatan itu, betul-
betul sudah lupa kepada dirinya sendiri!
Setelah itu ia berjalan mengitari mayat-mayat itu yang
sudah tidak keruan macam dan meraung sambil mematahkan
pedang rampasannya yang lalu dilemparkan ke tanah, dan
sesaat kemudian ia memutar tubuhnya dan meninggalkan
tempat itu!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu menunggu sampai Yu Leng
sudah lari jauh, baru mereka dapat bernapas lega.
"Ai......! Kejam!” kata Khouw Kong Hu sambil menggeleng-
geleng kepalanya melihat kekejaman semacam tadi. "Aku
hampir tidak dapat melihat kekejaman Yu Leng itu!”

Sampul Maut 288


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Akupun tidak menyangka jika Ji Cu Lok demikian


ganasnya!” sahut Ouw Lo Si.
"Kita telah melihat bagaimana Ceng Sim Lo-ni dan kedua
saudara Kim dibunuh dengan kejam sekali, dan selama itu kita
berdua hanya menonton! Bukankah sikap kita itu memalukan
sekali?!”
"Hiantee, kita terpaksa harus bersikap demikian demi
keselamatan kita sendiri serta untuk mengungkap tabir suatu
rahasia besar di kalangan Bu-lim!”
"Rahasia apa?!”
"Rahasia orang edan yang barusan lari pergi itu!”
"Apakah Ouw Si-ko merasa curiga terhadap Yu Leng?
Bahwa dia itu bukan Ji Cu Lok yang tulen, suami Thian-hiang-
sian-cu?!”
"Ya! Tetapi untuk sementara waktu aku belum dapat
memastikan seratus persen!”
"Ouw Si-ko! Makin lama tindakan Ouw Si-ko makin
tambah gegabah saja! Bukankah untuk menyelidiki kecurigaan
Ouw Si-ko itu kita harus berjudi dengan nyawa kita?!”
"Hiantee, jangan kau gelisah! Si-ko mu ini setelah
matanya picak sebelah dan kakinya pincang satu, menjadi
lebih hati-hati lagi dalam segala urusan. Jangan gelisah tidak
keruan, aku akan mengatur sedemikian rupa sehingga usaha
kita ini tidak membahayakan sama sekali!”
"Dengan dasar apa Ouw Si-ko mencurigakan keaslian Yu
Leng?”

Sampul Maut 289


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si jadi tertawa ditanya demikian, lalu sambil


bersenyum ia balik bertanya.
"Hm! Aku ingin menanya sekarang. Sepuluh tahun yang
lalu, Ji Cu Lok, si Naga Sakti berada dimana?”
"Semua orang mengetahui bahwa sepuluh tahun yang
lalu Ji Cu Lok tinggal di dalam lembah Yu-leng-kok di
pegunungan Tay-piet-san!”
"Cocok! Tetapi barusan, seperti hiantee dapat lihat
sendiri, bahwa sebelum Yu Leng berlalu, ia menuding mayat-
mayat kedua saudara Kim sambil berkata bahwa ia tidak
menduga bahwa dendamnya dari sepuluh tahun yang lalu
dapat ia balas sekaligus sekarang! Coba pikir, siapakah yang
bernyali demikian besar untuk bermusuhan terhadap Ji Cu
Lok? -- Jika umpama kata ada juga orang, yang karena satu
atau lain hal, jadi bermusuhan terhadap Ji Cu Lok, apakah
orang itu masih dapat hidup sampai sepuluh tahun
lamanya?!”
Khouw Kong Hu manggut-manggut sambil matanya
berkesip-kesip mendengar keterangan itu.
"Kedua,” Ouw Lo Si melanjutkan, "ketika berada di dalam
ruangan rumah gedung ke tiga saudara Tie di kota Bo-ouw, Yu
Leng, atau siapa saja orang itu sebenarnya, telah menyuruh
Wei Beng Yan melancarkan Thay-yang-sin-jiauw untuk
menggempur Ceng Sim Lo-ni, oleh karena ia sudah
mengetahui bahwa biarawati itu sangat lihay, dan hanya
dengan Thay-yang-sin-jiauw sajalah Nikouw itu dapat
dikalahkan!”

Sampul Maut 290


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika Yu Leng menyuruh Wei Beng Yan bertempur dengan


biarawati itu, menurut hematku, itu wajar dan tidak
mengherankan, karena si pemuda adalah muridnya!” kata
Khouw Kong Hu.
"Apakah kau tidak dapat melihat bahwa Yu Leng tidak
pernah menggunakan ilmu yang dahsyat itu, ketika bertempur
melawan kedua saudara Kim? Ia hanya menerkam dan
berusaha menotok jalan darah lawannya. Berdasarkan
kenyataan-kenyataan ini, aku jadi condong kepada
kesimpulan bahwa Yu Leng tidak mengerti sama sekali apa itu
Thay-yang-sin-jiauw!!”
"Hah...... mengapa aku tidak berpikir sampai ke situ?”
Ouw Lo Si berhenti sebentar, kelihatannya ia sedang
berusaha mengingat-ingat segala sesuatu sambil mendongak
dan menyapukan matanya yang tinggal satu itu ke kanan dan
ke kiri, kemudian berkata lagi.
"Ceng Sim Lo-ni seharusnya sudah mati ketika diserang
oleh Thay-yang-sin-jiauw, tetapi kenyataan membuktikan
bahwa ia hanya terluka parah dan baru mati setelah
diganyang Yu Leng. Mengingat bahwa ilmu yang dahsyat itu
BELUM atau TIDAK pernah gagal mengambil korban setelah
dilancarkan, dengan demikian berani aku katakan bahwa Wei
Beng Yan belum dapat melancarkan jurus itu dengan tenaga
serta kemahiran seratus persen penuh?
Tetapi akibatnya?
Hanya melihat cahaya yang dipancarkan oleh tangan yang
sudah siap menyerang itu, mata kita bisa menjadi buta!

Sampul Maut 291


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

––––––––

BAB 22
SIASAT SI TUA PINCANG

Hembusan anginnya dapat merobohkan tembok!


Dan cakarannya membakar nyawa!
Jika ilmu-ilmu.yang kita miliki diperbandingkah dengan
ilmu itu, rasanya percuma saja kita telah bersusah payah!”
"Huh! Aku tidak setuju dengan kata-kata Si-ko yang
terakhir itu! Apakah tanpa mempelajari ilmu silat Si-ko bisa
jadi terkenal sebagai si Ahli nujum kipas baja?!”
"Dan menjadi pincang serta picek sebelah mataku...... Ha,
ha, ha! Hiantee, sudahlah, tidak usah kita bertengkar......”
Khouw Kong Hu ternyata telah kena di ‘set’ satu nol oleh
saudara angkatnya yang memang lincah lidah serta otaknya
itu.
"Ya, sudahlah, tidak usah kita perbincangkan itu! Mari kita
lanjutkan percakapan kita tadi......” sahutnya.
Ouw Lo Si menjadi geli sekali melihat sikap saudara
angkatnya ini, lalu ia berkata.
"Ayohlah Hiantee mulai dengan pertanyaan-pertanyaan
Hiantee! Aku senantiasa bersedia menjawab!”
"Jika orang itu bukan Yu Leng, siapakah dia yang memiliki
ilmu silat demikian lihay?” tanya Khouw Kong Hu.

Sampul Maut 292


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Inilah justru yang aku sedang berusaha mengetahui.


Siapakah telah menyamar sebagai Yu Leng? Ilmu silatnya
demikian lihay dan menurut penglihatanku, kepandaiannya
hampir setaraf dengan Yu Leng yang asli! Mengapa pedang
Kim Cin Jie tidak mempan menabas betis orang itu? Apakah
dia juga memiliki ilmu membikin tubuh menjadi kebal
terhadap segala senjata tajam? Hm, Betul-betul aneh! Ayoh,
kita lihat pedang yang sudah dipatahkan!”
Tanpa menanti lagi Ouw Lo Si sudah bertindak keluar dari
pohon bambu untuk menuju ke pinggir sungai.
Tetapi baru saja mereka tiba di dekat mayat-mayat Kim
Cin Jie dan Kim Cin Lam, dan hendak memungut pedang yang
sudah patah itu, mereka jadi terperanjat berbareng merasa
sedih sekali!
"Kiu Ji-tee!” Ouw Lo Si berseru terharu.
Ketika itu, di tepi sungai Tiang-kang yang panjang itu,
tidak tampak manusia lain kecuali Ouw Lo Si, Khouw Kong Hu
dan ke dua mayat saudara Kim, mengapa si kakek pincang
menyebut-nyebut nama Kiu It?
Karena di dekat mayat kedua saudara Kim, di atas
permukaan tanah yang agak basah, tampak empat huruf
besar yang berbunyi.
"Kematian bagi orang yang menganiaya!!”
Gaya tulisan keempat huruf tersebut serupa benar
dengan gaya tulisan yang juga tertera di atas permukaan
tanah dekat batu gunung di tempat Kiu It dua tahun yang lalu.
Hanya arti daripada tulisan itu berlainan sedikit.

Sampul Maut 293


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kematian bagi orang yang menipu!!”


Semenjak Kiu It dibunuh orang, Ouw Lo Si dan Khouw
Kong Hu senantiasa mencari jejak si pembunuh saudara
angkat mereka itu, namun usaha mereka selama dua tahun
itu tidak memberikan petunjuk-petunjuk atau bukti-bukti yang
meyakinkan.
Mereka telah menyelidiki Soat-hay-siang-hiong, Eu-yong
Lo-koay, Kong-ya Coat dan banyak lagi orang-orang dari
kalangan rimba persilatan, tetapi ternyata mereka itu semua
bukan si pembunuh Kiu It.
Mereka pun sudah bersumpah untuk terus menyelidiki selama
mereka masih hidup, dan sungguh di luar dugaan mereka
bahwa mereka akhirnya menemui juga petunjuk tentang si
pembunuh yang justru mereka sedang cari itu, di tepi sungai
Tiang-kang!
"Ouw Si-ko!” tiba-tiba terdengar Khouw Kong Hu berseru
sambil memukul tanah dengan gaitan bajanya. "Jika sekarang
kita tidak mengejar jahanam itu di kota Bo-ouw, kapan lagi
kita akan menemui kesempatan sebaik ini?”
"Hiantee! Dalam urusan ini kita harus bertindak hati-hati.
Bukankah kau sendiri telah menasehatkan aku bahwa untuk
menyelidiki Yu Leng kita berarti harus berjudi dengan nyawa
kita?! Jangan keburu napsu, atau kitapun akan mengalami
nasib serupa!”
"Aku senantiasa bertindak menuruti Ouw Si-ko, tetapi kali
ini, aku tidak dapat bersabar lagi!”

Sampul Maut 294


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah berkata demikian Khouw Kong Hu betul-betul


telah meloncat meninggalkan saudara angkatnya, untuk
mengejar Yu Leng di kota Bo-ouw.
Si kakek menjadi kaget sekali melihat kenekatan
saudaranya itu, dengan gerak yang gesit sekali ia menerkam
Khouw Kong Hu yang sudah berlari cepat, sehingga mereka
jadi bergumulan di tanah.
"Hiantee!!” si kakek membentak, "jika kau sekarang pergi
ke kota Bo-ouw, kau hanya mengantarkan jiwamu saja!”
"Tetapi musuh kita sudah terang, yalah orang yang
menutupi mukanya dengan selembar kain hitam! Jika kita
tidak mengejarnya sekarang mungkin kita tidak akan
menjumpainya lagi!”
Ouw Lo Si menggeleng-geleng kepalanya dan menyahut.
"Misalnya kau berhasil mengejar orang itu di kota Bo-
ouw, apakah kau dapat melawannya?!”
Khouw Kong Hu agaknya menjadi lunak juga mendengar
keterangan itu.
"Dan...... jika sampai kita berdua mati di kota Bo-ouw,
siapakah yang akan membalaskan dendam Kiu Ji-tee itu?”
Ouw Lo Si berkata lagi.
"Apakah kita harus melepaskan musuh kita itu begitu
saja?”
"Hiantee, kita bertiga telah bersama-sama bersumpah
untuk sehidup semati. Tekadku untuk membalas dendam
tidak lebih kecil daripada tekadmu! Jika kita bertindak

Sampul Maut 295


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

semberono, pasti kita menjumpai kegagalan. Aku sudah


merencanakan Tiga jalan untuk membalas dendam ini!”
"Tiga jalan?”
"Ya!” sahut Ouw Lo Si sambil menaruh sebelah tangannya
di atas pundak Khouw Kong Hu, “mari Hiantee, kita balik lagi
ke tepi sungai!”
Di sana Ouw Lo Si memeriksa lagi dengan teliti empat
huruf-huruf itu, lalu ia memungut pedang yang sudah patah,
setelah ditelitinya sesaat, dilontarkannya pedang buntung itu
yang lalu nancap dalam di batang pohon.
"Ouw Si-ko. jelaskanlah ketiga rencanamu itu!” kata
Khouw Kong Hu tidak sabaran.
Ouw Lo Si berbalik dan kebetulan dapat melihat cahaya
terang seperti bintang yang bersudut tujuh, cahaya itu
bergerak cepat menuju ke arah dimana mereka sedang
berdiri!
"Hiantee!” bisiknya dengan paras terkejut, "ada orang
mendatangi ke sini!” sambil membetot tangan Khouw Kong
Hu untuk meninggalkan tempat itu. Dalam waktu sekejapan
saja mereka sudah berada lagi di dalam hutan pohon bambu
tadi.
Cahaya terang yang seperti bintang itu makin mendekat,
dan ternyata cahaya itu bukan lain daripada cahaya lentera
kertas merah yang ditenteng oleh orang yang tengah berlari-
lari ke tepi sungai.

Sampul Maut 296


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Jantung mereka jadi berdebar keras, ketika melihat orang


itu menghampiri ke arah mereka sedang bersembunyi. Tiba-
tiba Khouw Kong Hu jadi terbetalak, tangannya meraba gaitan
bajanya ketika dapat mengenali orang itu. Tetapi tiba-tiba ada
tangan yang menekap mulutnya dan menahan tangannya
yang sudah siap menghunus senjatanya, bersamaan dengan
itu terdengar suara bisikan.
"Diam! Jangan bikin gagal rencanaku!”
Itulah suara Ouw Lo Si yang juga sudah dapat mengenali
orang itu, yalah yang bukan lain daripada Yu Leng sendiri!
Tampak Yu Leng menggantung satu lenteranya di ranting
pohon bambu, lalu ia berjalan ke tepi sungai dan mengitari
kedua mayat saudara Kim sambil tertawa berkakakan dan
membungkukkan tubuhnya untuk memungut pedang yang
sudah patah.
"Celaka!” kata Ouw Lo Si di dalam hati, ,,Jika Yu Leng
mengetahui patahan pedang yang sebelah lagi telah
kulontarkan ke pohon, pasti ia akan merasa curiga dan
mengetahui bahwa telah ada orang yang datang di tempat ini!
Ia tentu akan mencari orang yang usil itu dan......”
Maka setelah berpikir demikian, segera mengeluarkan
kipas bajanya, dan memberi isyarat kepada Khouw Kong Hu
agar saudara angkatnya itupun menghunus gaitan baja serta
mengeluarkan jarum Yan-bie-tin nya!
Tetapi Yu Leng ternyata tidak menyadari hal itu, ia hanya
berjongkok dan menggores-gores tanah dengan pedang
buntung itu, lalu setelah memandangi goresan-goresan itu, ia

Sampul Maut 297


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

mengkeremus lentera yang sedang ditentengnya sambil


tertawa seperti orang gila dan meninggalkan lagi tempat itu.
"Dengan bukti-bukti ini, sudah dapat dipastikan bahwa
yang melakukan pembunuhan di tempat Kiu Ji-ko adalah Yu
Leng!” kata Khouw Kong Hu, setelah Yu Leng pergi.
"Ya! Sudah dapat dipastikan dialah si pembunuh yang
kejam itu!” sahut si kakek.
"Tadi si-ko mengatakan, untuk menutut balas kau
mempunyai tiga rencana, rencana apakah itu?”
"Aku pernah mengatakan bahwa ketika iblis Tong-coan-
sam-ok pernah mencuri tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan
dari kuil Cit-po-sie di atas puncak Beng-keng-ya, yang letaknya
di pegunungan Ngo-thay-san. Kuil itu dipimpin oleh Bak Kiam
Taysu yang sangat lihay ilmu silatnya. Rencanaku yang kesatu
yalah kita harus pergi ke pegunungan itu dan menanyakan Bak
Kiam Taysu, karena sebagai orang yang pernah menyimpan
benda-benda mujizat itu, aku yakin Bak Kiam Taysu
mengetahui cara menggunakannya kedua benda mujizat itu.”
"Tetapi perbuatan kita itu akan mengakibatkan
kecurigaan pemimpin kuil itu. Dengan demikian kita hanya
mendapat tambahan satu musuh lagi saja!”
Ouw Lo Si manggut-manggut menyetujui pikiran saudara
angkatnya seraya berkata.
"Betul! Aku sependapat dengan Hiantee!”
"Dan rencana kedua bagaimana?” Khouw Kong Hu
menanya lagi.

Sampul Maut 298


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Rencana kedua masih samar-samar! Kita harus pergi ke


goa Long-ya untuk menemukan orang sakti yang pernah
disebut-sebut oleh Kiu Ji-tee kepada Pek Tiong Thian. Aku rela
memberikan kepadanya kedua benda mujizat yang kini
berada di tanganku, asal saja iapun rela membantu kita
membalaskan dendam Kiu Ji-tee!”
"Tetapi dimanakah letaknya goa Long-ya di daerah Bi-
keng itu?”
"Kita harus menanyakan kepada Pek Tiong Thian! Aku
hanya khawatir orang sakti itu sendiri tidak sudi membantu
kita!”
Khouw Kong Hu menghela napas panjang seraya
menanya.
"Bagaimana rencana Si-ko yang ketiga? “
Ouw Lo Si bersenyum getir, lalu sambil menggeleng-
geleng kepalanya ia menyahut.
"Inilah yang tersukar, karena kita harus berusaha
membikin Wei Beng Yan percaya bahwa Yu Leng yang
sekarang bukan gurunya yang asli!”
"Mengapa Si-ko dapat berpikir sampai di situ?”
"Karena aku sudah mempunyai rencana satu lagi! --
Menurut penglihatanku, begitu bertemu dengan Ceng Sim Lo-
ni, Yu Leng sudah tidak berani turun tangan sendiri untuk
menggempur biarawati itu. Betul ia memiliki kepandaian
sangat tinggi, tetapi untuk melawan Ceng Sim Lo-ni, ia harus
berpikir-pikir dulu!

Sampul Maut 299


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Aku juga yakin bahwa Yu Leng sangat iri hati terhadap


Wei Beng Yan yang telah berhasil mewarisi ilmu Thay-yang-
sin-jiauw dan Thay-yang-sin-kang, maka jika kita dapat
meyakinkan Wei Beng Yan bahwa Yu Leng yang sekarang
bukan gurunya, kita tentu dapat membujuknya untuk
membunuh musuh Kiu Ji-tee itu!”
"Bagus, bagus!” kata Khouw Kong Hu sambil tertawa
girang. "tetapi bagaimana kita harus meyakinkan Wei Beng
Yan agar ia mau juga percaya bahwa Yu Leng bukan gurunya?”
"Soal ini aku terpaksa harus minta Hiantee sendiri yang
melaksanakannya!”
"Aku???!”
Ouw Lo Si mengangguk-sambil bersenyum.
"Ya! Kaulah yang akan melaksanakan siasat ini!”
Setelah berkata begitu, lalu Ouw Lo Si berbisik di telinga
Khouw Kong Hu......
"Apakah aku dapat mengandal kepada Hiantee dalam hal
ini?” tanya si kakek.
"Si-ko tak usah khawatir. Si Gaitan baja tinju besi akan
melaksanakan siasatmu yang licin itu!” sahut Khouw Kong Hu
tegas.
Lalu sambil menggunakan ilmu meringankan tubuh
mereka segera meninggalkan tepi sungai yang sunyi dan
seram itu untuk menuju ke kota Bo-ouw.
Keesokan harinya, mayat-mayat kedua saudara Kim telah
diketemui orang, dan dengan cepat tersiarlah kabar di

Sampul Maut 300


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kalangan Bu-lim bahwa pembunuhan itu erat sekali


hubungannya dengan pembunuhan di Hui-ing-san-cong,
markas Kiu It dua tahun yang lampau!
Hanya semua orang bertanya-tanya siapakah si
pembunuh yang kejam itu?
Petunjuk-petunjuk yang dapat dikenal adalah lentera
kertas merah telah dirusak, di permukaan tanah tertera
beberapa tulisan, sehingga hampir semua orang menduga
bahwa peristiwa-peristiwa yang sangat ganjil itu ada juga
hubungannya dengan Yu Leng dari lembah Yu-leng-kok!
Harus diketahui bahwa kedua saudara Kim dari partai
Kong-tong, Kiu It, si garuda terbang dan Yo Tie ko si lengan
delapan, semasa hidupnya, terkenal sebagai tokoh-tokoh yang
sangat disegani di kalangan Kang-ouw. Pembunuhan tersebut
telah membikin orang-orang dari kalangan tersebut merasa
benci berbareng gentar terhadap Yu Leng! Terutama Eu-yong
Lo-koay, Siauw Cu Gie dan Si Lam Tojin yang pernah
mendengar kisah di pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-ta-
hwee dari mulut Kong-ya Coat!
Demikianlah ancaman-ancaman Yu Leng telah
berkecamuk dan merupakan teka-teki dalam dunia rimba
persilatan. Mereka semua bertanya-tanya, apakah betul orang
yang telah melakukan pembunuhan keji di tepi sungai Tiang-
kang itu Yu Leng palsu?
Jika ‘ya’.

Sampul Maut 301


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mengapa Yu Leng asli tinggal diam saja terhadap


perbuatan-perbuatan orang itu yang mencemarkan nama
harumnya??!
Pertanyaan-pertanyaan itu tinggal tetap suatu pertanyaan
yang tidak terjawabkan!
◄Y►
Pada suatu hari Yu Leng memerintahkan Wei Beng Yan
pergi mencari semacam buah yang kulitnya berwarna kuning,
tanpa memberitahukan apa nama buah tersebut dan apa
gunanya. Yu Leng hanya mengatakan buah tersebut terdapat
di daerah pegunungan Oey-san. Wei Beng Yan pun tidak
menanyakan apa khasiatnya buah tersebut, ia hanya menuruti
saja perintah gurunya itu.
Ketika ia bersama-sama Siauw Bie tiba di pegunungan itu,
ia menjadi sedih sekali mendapat kabar bahwa Ceng Sim Lo-ni
telah meninggal dunia. Tanpa terasa tangannya telah
menyentuh ketiga sampul surat Ouw Lo Si, yang baru boleh
dibukanya setelah ia berhasil membunuh salah satu musuh
besarnya!
"Mungkin sampul nomor satu dapat aku buka setelah
membunuh Eu-yong Lo-koay, tetapi kapan aku dapat
membunuh kedua iblis Soat-hay-siang-hiong!” pikirnya cemas.
Ia menghela napas panjang, lalu berkata kepada Siauw Bie.
"Bie moay, orang hidup hanya untuk menderita! Aku tidak
lagi dapat berbuat menurut kehendak hatiku, tugasku untuk
menuntut balas belum dapat dilaksanakan, sebenarnya untuk
apakah ilmu-ilmu yang sekarang aku miliki ini?”

Sampul Maut 302


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Yan koko,” sahut Siauw Bie, "aku mengetahui bahwa kau


selalu memikiri nasibmu yang malang, kau merasa cemas
belum dapat menuntut balas karena gurumu melarang kau
membunuh Soat-hay-siang-hiong. Tetapi bukankah gurumu
akan membunuh diri sepuluh tahun lagi? Jangka waktu
sepuluh tahun akan lewat dengan pesat, setelah itu kau dapat
bertindak menurut kehendak hatimu! Kau harus bersabar!”
"Bie moay, soalnya bukan terbatas kepada pembalasan
dendam ayahku saja, aku khawatir selama sepuluh tahun ini
aku akan diperintahkan lagi melakukan perbuatan yang kejam
dan keji. Misalnya membunuh Ceng Sim Lo-ni, bukankah itu
suatu perbuatan yang terkutuk! Aku betul-betul tidak dapat
mengerti akan perubahan-perubahan watak guruku itu!”
"Yan koko, kau telah menerima budi gurumu, dan kau
terpaksa harus mentaati segala perintahnya. Bukankah ia
telah memberikan sarung tangan ajaib sebagai tanda cintanya
kepadamu? Hanya tabiatnya kini memang agak ganjil!”
Wei Beng Yan tidak menyahut, ia hanya menatap lereng
gunung entah memikiri apa.
"Yan koko, kita harus memberi maaf kepada tindak-
tanduknya itu,” Siauw Bie berkata pula, "misalnya salah satu
dari kita yang sudah saling mencinta harus meninggal dunia,
bukankah yang masih hidup akan mengalami goncangan jiwa
yang hebat? Begitu pun dengan gurumu, ia telah kehilangan
isterinya yang tercinta, sehingga tidak heran jika kini otaknya
jadi terganggu sedikit dan tindak tanduknya seperti orang
gila!”

Sampul Maut 303


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Bie moay,” sahut Wei Beng Yan sambil memegang


tangan Siauw Bie, "janganlah menyebut-nyebut salah satu
dari kita akan meninggal dunia, karena aku tidak dapat hidup
tanpa kau berada di dampingku! Aku hanya merasa cemas
memikiri cara memecahkan persoalanku yang betul-betul
rumit.”
Wei Beng Yan yang telah digembleng oleh ayahnya agar
kelak menjadi seorang yang kesatria, merasa muak sekali
dengan perbuatan Yu Leng itu. Kekejaman Yu Leng terhadap
Ceng Sim Lo-ni telah menggores dalam sekali di hatinya yang
luhur itu.
Setelah itu mereka lalu berjalan untuk mencari buah yang
berkulit kuning. Pemandangan di pegunungan itu indah
permai dengan rumput hijau, bunga beraneka warna yang
harum semerbak dan pohon-pohon yang tumbuh dengan
subur di sekitarnya.
Tiap-tiap bidang tanah merupakan tempat untuk orang
beristirahat dengan tenang. Setelah berjalan setengah harian,
mereka merasa letih dan ingin beristirahat sebentar. Tetapi
tiba-tiba mereka dibikin terkejut oleh suara “Cit!”
Dan tampak dari semak belukar seekor kelinci melarikan
diri. Pada waktu yang bersamaan terdengar bentakan.
"Hei binatang! Kau hendak lari ke mana?”
Setelah mengeluarkan suara “Cit!” sekali lagi, kelinci itu
jadi terguling dan mati seketika!
Wei Beng Yan dan Siauw Bie yang merasa kasihan, segera
menghampiri binatang itu, ternyata di atas punggung kelinci

Sampul Maut 304


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

itu telah tertancap sebatang jarum. Setelah meneliti jarum itu


Siauw Bie menjadi kaget dan herseru.
"Yan koko! Coba kau lihat benda yang nancap di
punggung kelinci ini!”
"Yan-bie-tin!” Wei Beng Yan berseru kaget ketika dapat
mengenali senjata rahasia itu. Sejenak kemudian dari semak
belukar berlari keluar seorang laki-laki yang bertubuh tinggi
besar. Orang itu pun agaknya terkejut ketika dapat melihat
mereka berdua.
Wei Beng Yan menatap orang itu dan segera mengenali
sebagai orang yang telah diperkenalkan kepadanya oleh si
kakek pincang Ouw Lo Si, Yo Go!
"E! Yo Locianpwee! Mengapa Locianpwee pun berada di
sini?” tanyanya heran.
"Aku kira siapa, tidak tahunya Wei siohiap dan Siauw Sio-
cia?” kata orang itu yang ternyata bukan lain daripada Khouw
Kong Hu.
"Apakah yang membunuh kelinci itu senjata rahasia Lo-
cianpwee?” tanya Wei Beng Yan.
"Betul Wei siohiap!”
"Apakah senjata ini yang terkenal sebagai Yan-bie-tin?”
"Senjata rahasia ini bernama Bo-hong-yan-bie-tin! Tetapi
jika menghadapi Wei siohiap, aku kira senjata itu tidak berarti
apa-apa!”
"Apakah Lo-cianpwee bernama Khouw Kong Hu, yang
terkenal sebagai si Gaitan baja tinju besi?”

Sampul Maut 305


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

––––––––

BAB 23
TERMAKAN SIASAT PERTAMA SI PINCANG

"Betul! Tetapi......”
"Apakah Lo-cianpwee yang memadamkan tiga lentera
kertas merah dalam Lembah Yu-leng-kok dua tahun yang
lalu?!”
Khouw Kong Hu menjadi bingung juga tampaknya,
menghadapi serentetan pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-
tubi itu.
"Aku tidak menduga Wei siohiap mengetahui juga
peristiwa itu,” sahutnya sambil bersenyum. "Betul! Dua tahun
yang lalu aku pernah memadamkan tiga lentera kertas dengan
jarum Yan-bie-tin ku itu!”
Tiba-tiba Wei Beng Yan menatap Khouw Kong Hu, tetapi
sejenak kemudian sambil menggeleng-geleng kepalanya ia
berkata.
"Apakah Khouw Tay-hiap mengetahui bahwa perbuatan
Tay-hiap itu dapat menyebabkan kematian bagi tay-hiap?”
"Hah! Perbuatanku itu dapat membahayakan diriku
sendiri?”
"Ya!”
"Mengapa memang? Apa salahnya jika aku perbuat
demikian?”

Sampul Maut 306


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Aku tidak mengetahui apa salahnya! Hanya guruku Yu


Leng, telah berpesan agar aku mengambil jiwa pemilik ketiga
jarum tersebut!”
"Jika begitu, aku sebagai orang yang hendak dicabut
nyawanya, harus melawan! Meskipun aku sudah mengetahui
bahwa aku bukan tandingan Wei siohiap!” sahut Khouw Kong
Hu sambil melangkah mundur dan menghunus gaitan bajanya.
Beberapa waktu yang lalu, Wei Beng Yan pernah
menyelidiki bahwa Khouw Kong Hu adalah seorang jago silat
yang budiman. Semenjak waktu itu ia sebetulnya sudah tidak
lagi mau menuruti saja perintah gurunya untuk membunuh si
Gaitan baja.
Kini ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa
Khouw Kong Hu adalah seorang yang berterus terang, polos
dan berani, sehingga ia menjadi bingung.
Kehadiran Khouw Kong Hu di situ sebetulnya bukan
semata-mata kebetulan saja, itulah siasat Ouw Lo Si yang
telah dirancangkan pada setengah bulan yang lalu ketika
mereka berada di tepi sungai Tiang-kang.
Siasat itu sangat berbahaya, sebab jika begitu berhadapan
Wei Beng Yan menuruti saja perintah Yu Leng itu, maka
Khouw Kong Hu sudah pasti tewas diterjang Thay-yang-sin-
jiauw!
Tetapi Ouw Lo Si yang berpengalaman sudah yakin betul
bahwa Wei Beng Yan adalah seorang yang berjiwa besar dan
pasti sungkan melakukan perintah gurunya yang gila itu, maka

Sampul Maut 307


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ia sudah mempertaruhkan jiwa Khouw Kong Hu untuk


menjalankan siasatnya itu dengan perasaan lega.
"Khouw Tay-hiap,” kata Wei Beng Yan, "aku harap Tay-
hiap pergi saja dari sini!”
Khouw Kong Hu menatap Wei Beng Yan, lalu sambil
bersandiwara ia menyahut.
"Wei siohiap, aku berterima kasih atas kemurahan hatimu
itu, tetapi aku sungguh tidak mengerti mengapa gurumu
sekarang demikian telengas wataknya?”
Itulah ucapan yang telah diatur dengan cermat oleh Ouw
Lo Si si ahli nujum yang licik, untuk menyerang hati nurani Wei
Beng Yan yang luhur. Karena ucapan itu telah membikin
kekejaman serta kekejian Yu Leng lebih menonjol lagi.
Khouw Kong Hu sudah melihat bahwa siasat saudara
angkatnya sudah mulai berhasil, tetapi ia masih belum mau
meninggalkan tempat itu.
"Jika Yu Leng mengetahui bahwa Wei siohiap
membangkang akan perintahnya, apakah ia tidak akan
menjadi gusar?” katanya.
"Khouw Tay-hiap pergilah dan jangan terlalu mendesak
aku!” sahut Wei Beng Yan.
"Aku bukan ingin mendesak, aku hanya merasa heran
mengapa Yu Leng kini jadi berubah demikian ganas
wataknya?”
"Aku tidak tahu!’
"Mengapa Wei siohiap sungkan membunuh aku?”

Sampul Maut 308


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Karena dia merasa perintah gurunya itu tidak adil dan


kejam!” sahut Siauw Bie yang senantiasa berada di samping
Wei Beng Yan.
"Ee! Siauw Siocia kiranya mengetahui juga alasannya?”
kata Khouw Kong Hu
"Sudahlah, Khouw Tay-hiap jangan terlalu, menekan
kepada Yan koko!”
tujuhBeLAs
Khouw Kong Hu berlagak tidak mengerti kata-kata Siauw
Bie itu.
"Wei siohiap telah berhasil mewarisi kepandaian Yu
Leng,” katanya, "sebagai ahli warisnya kau tentu harus
disayang oleh gurumu itu, tetapi mengapa dia justru
menjerumuskan Wei siohiap ke jurang dosa?”
Wei Beng Yan dan Siauw Bie tidak menyahut.
"Yu Leng sendiri telah membunuh Kiu It beserta
keluarganya, setelah itu ia membunuh kedua saudara Kim
yang terkenal budiman dan yang paling ganjil yalah, Yu Leng
telah mengganyang Ceng Sim Lo-ni, biarawati yang suci!
Sekarang dia memerintahkan kepada Wei siohiap untuk
membunuh aku! Apakah kesalahanku? Apakah oleh karena
aku telah memadamkan lentera kertas merah, lalu aku harus
dibunuh?”
"Cukup!” teriak Wei Beng Yan. "Khouw Tay-hiap jangan
sebut-sebut lagi soal itu!”
Setelah berdiam sejenak ia berkata lagi.

Sampul Maut 309


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Tadi Khouw Tay-hiap mengatakan guruku melakukan


pembunuhan atas diri Kiu Locianpwee, apakah dugaan Tay-
hiap itu tidak keliru?”
"Aku telah menyelidiki dengan seksama, dan ternyata
memang guru Siohiap itulah yang telah membunuh saudara
angkatku, Kiu It!”
"Tidak mungkin!”
Khouw Kong Hu menjadi terperanjat mendengar
demikian.
"Tidak mungkin??!!” tanyanya heran.
"Karena semenjak aku masuk ke dalam lembah dua tahun
yang lalu, Suhu belum pernah meninggalkan lembah Yu-leng-
kok!”
Khouw Kong Hu tidak menduga bahwa kedatangannya di
situ memberikan kepadanya suatu keterangan yang sangat
penuh arti itu di dalam usahanya mencari jejak pembunuh Kiu
It.
Ouw Lo Si yang sembunyi di semak belukar tidak jauh dari
tempat itu, juga telah mendengar semua percakapan mereka,
terutama keterangan terakhir Wei Beng Yan yang sangat
menarik sekali. Keterangan itu cocok benar dengan
perhitungan serta pertimbangannya!
Siapakah pembunuh Kiu It?
Tidak ada yang mengetahui karena semua orang yang
berada di tempat itu telah mati dibunuh! Hanya anak
perempuan Kiu It yang sudah berusia sembilanbelas tahun

Sampul Maut 310


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tidak dapat diketemukan mayatnya, apakah anak perempuan


itupun masih hidup?
Jika “ya”! Di mana ia sekarang?
Ouw Lo Si yakin bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Yu
Leng, karena menurut pahamnya, Yu Leng sajalah yang
kiranya mampu melakukan pembunuhan itu, mengingat
ilmunya yang sangat tinggi. Tetapi ia belum memperoleh
bukti-bukti yang nyata!
Di waktu pertemuan Tan-kwi-piauw-hiang-song-gwat-ta-
hwee, di markas Kong-ya Coat, yang telah membunuh ke tiga
saudara Tie adalah Yu Leng. Jika Wei Beng Yan mengatakan
selama dua tahun gurunya tidak pernah keluar dari lembah
Yu-leng-kok, maka siapakah yang telah datang di markas
Kong-ya Coat ketika itu, yang telah mengaku sebagai suami
Thian-hiang-sian-cu???
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, Ouw Lo Si
jadi berkesimpulan bahwa kunci daripada soal yang rumit itu
adalah.
Apakah keterangan-keterangan Wei Beng Yan tadi itu
tulen, bukan dusta? Jika Wei Beng Yan tidak berdusta, maka
Yu Leng yang sekarang berbuat sewenang-wenang adalah Yu
Leng palsu!
Tetapi jika keterangan Wei Beng Yan itu palsu, maka
segala sesuatu harus diselidiki lagi dari pangkalnya!!
Berpikir sampai di situ, Ouw Lo Si tidak lagi dapat
menahan untuk tidak ikut bicara, ia segera keluar dari tempat
sembunyinya seraya berkata.

Sampul Maut 311


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Wei siohiap! Jika Suhumu tidak pernah meninggalkan


lembah Yu-leng-kok, dari manakah ia memperoleh Ciam-hua-
giok-siu?”
Wei Beng Yan dan Siauw Bie menjadi terkejut sekali
tatkala melihat si kakek pincang tiba-tiba muncul di situ. Wei
Beng Yan sendiri tidak mengetahui riwayat petualangan kakek
pincang yang pernah menolongnya itu, baru belakangan ia
mengetahui bahwa si kakek adalah yang dulunya terkenal
sebagai si Ahli nujum kipas baja!
"Ouw Locianpwee! Aku sungguh tidak menduga bahwa
kau adalah yang terkenal sebagai Tie-san-sai-cu-kat!” katanya
sambil memberi hormat.
"Wei siohiap, kau sangat rendah hati? Aku sudah berusia
lanjut, dan tidak terlalu memikiri julukan yang jelek itu!”
Setelah itu Ouw Lo Si lalu menghampiri si pemuda dan
berkata lagi.
"Wei siohiap, pada dewasa ini di kalangan Bu-lim telah
terbit suatu rahasia yang besar serta penting, apakah kau
mengetahui hal ini?”
"Tidak! Rahasia besar dan penting apakah?”
"Justru orang yang memegang kunci untuk membuka
tabir rahasia ini, adalah Wei siohiap sendiri!”
"Aku?!”
"Ya! Tetapi coba kau ceritakan dulu, darimana gurumu
memperoleh sarung tangan ajaib itu?”

Sampul Maut 312


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Sangat menyesal sekali aku tidak dapat menjawab


pertanyaan Ouw Locianpwee itu, karena aku tidak
mengetahui dari mana Suhu memperoleh benda pusaka itu.”
"Aku percaya keterangan Wei siohiap itu, tetapi apakah
Siohiap bersedia menjawab dengan sejujurnya pertanyaan-
pertanyaan yang aku akan tanyakan selanjutnya?”
"Tentu! Mengapa tidak!”
"Baiklah kalau begitu! Nah! Berada dimanakah gurumu
sekarang ini?”
"Kita berpisah di kota Bo-ouw setelah Suhu
memerintahkan kita berdua mencari semacam buah di
pegunungan Oey-san ini, aku tidak tahu dia berada dimana
sekarang.”
Dengan demikian Ouw Lo Si mengetahui bahwa Yu Leng
tidak berada di situ, maka dengan perasaan lega ia berkata
lagi.
"Agar Wei siohiap dan Siauw Siocia dapat mengetahui
rahasia besar yang tadi telah aku katakan, dengarlah baik-baik
keteranganku ini.”
Maka setelah berkata begitu Ouw Lo Si lain bercerita dari
awal sehingga akhir tentang apa saja yang telah terjadi di
markas Kong-ya Coat.
"O......” Siauw Bie berseru kaget setelah mendengar kisah
itu seluruhnya. "Kakakku Siauw Cu Gie juga telah turut dalam
pertemuan itu, tetapi ia sungkan menceritakan apa yang telah
terjadi di sana!”

Sampul Maut 313


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Siauw Bie tidak mengetahui bahwa Siauw Cu Gie


sesungguhnya tidak mengetahui apa yang telah terjadi,
karena tatkala pertemuan berlangsung ia sedang rebah di
suatu lereng gunung sambil mengerahkan tenaganya untuk
membebaskan diri dari totokan seseorang yang berkulit
tangan merah!
"Betul, semua orang yang hadir di situ telah diancam agar
jangan menceritakan apa yang mereka telah lihat!” kata Ouw
Lo Si.
,,Siapa yang telah mengancam, sehingga semua orang
menuruti saja ancamannya itu?” tanya Wei Beng Yan.
"Yu Leng! Guru Wei siohiap!”
"Ha, ha, ha! Guruku?!”
"Mengapa Wei siohiap tertawa?” tanya Ouw Lo Si heran.
"Ketika pertemuan itu berlangsung dua tahun yang lalu,”
sahut Wei Beng Yan, "guruku tengah mengawasi rembulan
sambil menangis sedih di dalam lembah Yu-leng-kok! Bila Ouw
Tay-hiap mengatakan guruku telah hadir di sana, bukankah itu
suatu omong kosong besar?”
"Tetapi orang itu sendirilah yang telah mengaku bahwa
dia adalah suami Thian-hiang-sian-cu!”
"Tidak mungkin! Aku belum pernah mendengar ada orang
yang mampu hadir di dua tempat yang berlainan dalam waktu
yang bersamaan!”

Sampul Maut 314


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si segera dapat melihat bahwa Wei Beng Yan


sudah sangat tertarik oleh kisahnya itu, maka dengan
bernapsu ia berkata lagi.
"Wei siohiap, dulu gurumu terkenal sebagai si Naga Sakti
Ji Cu Lok, dia tidak pernah mengingkari janji, kesatria dan
sakti. Ia pernah berjanji bahwa jika ia sudah mewariskan ilmu
silatnya kepada seseorang, ia akan membunuh diri menyusul
isterinya di alam baka. Tetapi sekarang ternyata ia telah
mengingkari janjinya itu! Malah ia telah mengganas dengan
membunuh-bunuhi orang yang tidak bermusuhan
terhadapnya!”
Wei Beng Yan menundukkan kepalanya bingung.
"Aku harus menyelidiki benar tidaknya hal ini,” katanya,
"guruku berjanji menjumpai aku di atas puncak Ci-sin-hong
satu bulan lagi, pada waktu itulah aku akan menanyakannya
tentang hal ini!”
"Wei siohiap,” kata Ouw Lo Si, "jika Yu Leng betul bukan
gurumu yang asli, berhati-hatilah terhadap dia itu, karena
dapat dipastikan bahwa ilmu silatnya lihay sekali. Nah, sampai
di sini sajalah. Aku selalu berdoa agar kau berhasil dalam
usahamu menuntut balas!” sambil memberi hormat kepada
Wei Beng Yan.
"Terima kasih, akupun tidak akan lupa kepada ketiga
sampul surat Ouw Tay-hiap!” kata Wei Beng Yan sambil
membalas memberi hormat.
Setelah Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu berlalu, Siauw Bie
lalu berkata.

Sampul Maut 315


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Yan koko, apakah kau percaya omongan si kakek tadi?”


"Aku harus percaya, meskipun aku tidak dapat percaya
seluruhnya!”
"Aku tidak percaya sama sekali obrolan kakek pincang
itu!”
"Tetapi Bie moay, apa yang telah dituturkannya itu telah
banyak bukti kebenarannya!”
"Yan koko, kau seorang yang jujur serta luhur, sehingga
kau menganggap semua orang sama jujur serta luhurnya
seperti kau! Padahal kau tidak mengetahui bahwa si Ahli
nujum kipas baja itu di kalangan rimba persilatan terkenal
sebagai seorang jago silat yang licik!”
"Bie moay, Ouw Tay-hiap telah berlaku baik terhadapku,
ia tentu tidak mau melihat aku dipermainkan oleh satu
penipu!”
"Jadi kau percaya kepada si pincang itu dan mencurigai
keaslian gurumu sendiri?”
"Aku tidak dapat melupakan budi guruku, tetapi mengapa
dia kini demikian berubah? Mengapa......?!
Sebetulnya Siauw Bie pun percaya omongan Ouw Lo Si,
meskipun tidak seluruhnya. Tetapi karena khawatir Wei Beng
Yan nanti bentrok dengan Yu Leng, maka ia telah
menganjurkan agar si pemuda tidak mempercayai keterangan
si kakek.
"Ouw Tay-hiap telah membantu banyak sehingga aku
berhasil masuk dan keluar lagi dari lembah Yu-leng-kok dalam

Sampul Maut 316


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

keadaan hidup. Ia adalah seorang sahabat kita!” kata Wei


Beng Yan.
"Meskipun demikian, Yan koko harus berhati-hati
menghadapi segala sesuatu demi keselamatan kita
berdua.....”
"Jangan gelisah, aku akan bertindak demikian rupa
sehingga keretakan antara guru dan murid tidak terjadi!”
Kemudian karena cuaca sudah mulai gelap, dan merasa
letih sekali, mereka lalu mencari tempat yang agak tinggi
untuk beristirahat dan melewati sang malam di situ.
◄Y►
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu setelah berlalu dari
pegunungan Oey-san itu, segera melanjutkan perjalanan
mereka ke kota Ceng-yo.
"Ouw Si-ko,” kata Khouw Kong Hu sambil berlari di
samping si kakek pincang, "aku betul-betul mengagumi
otakmu yang lihay itu. Yu Leng mungkin akan mati tanpa kita
turun tangan sendiri!”
Tetapi Ouw Lo Si tidak menjadi girang dengan pujian itu,
ia menghela napas dan berkata.
"Hiantee, mungkin siasatku itu tidak akan berhasil
seluruhnya!”
"Mengapa tidak?”
"Aku telah memperhatikan wajah Siauw Bie bahwa ia
tidak percaya akan omonganku, aku khawatir ia membujuk
Wei Beng Yan sehingga siasatku itu kandas sama sekali!”

Sampul Maut 317


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Jika sampai kejadian demikian bagaimana?”


"Kita tidak akan menunggu sampai kejadian demikian!
Kita harus bertindak menurut rencanaku yang kesatu atau
yang kedua, yalah pergi ke kuil Cit-po-sie dan menanyakan
Bak Kiam Taysu cara menggunakan Tok-beng-oey-hong! Lalu,
jika tidak berhasil mendapat keterangan, kita akan mencari
Pek Tiong Thian untuk menanyakan dimana letaknya goa
Long-ya!”
Setelah itu, meskipun merasa khawatir nanti Bak Kiam
Taysu jadi curiga dan menuduh mereka telah mencuri kedua
benda mukjizat itu, Khouw Kong Hu menurut juga kehendak
saudara angkatnya itu.
Delapan hari mereka telah mengadakan perjalanan tanpa
menjumpai rintangan, maka pada hari kesepuluh mereka
sudah melewati tapal batas propinsi Ho-peh, lalu mereka
mengambil jalan ke jurusan barat untuk menuju ke
pegunungan Ngo-tay-san yang terletak di propinsi San-si.
Malam harinya, ketika mereka sudah berada di tepi hutan
yang lebat dengan pohon-pohon yang besar dan rindang, tiba-
tiba mereka melihat beberapa puluh cahaya lampu merah.
"Apa itu?” tanya Khouw Kong Hu sambil menunjuk ke
arah cahaya itu.
Ouw Lo Si menegasi keadaan hutan pohon cemara, dari
mana cahaya merah tadi memancarkan sinarnya, tiba-tiba
parasnya berubah kaget dan berseru.
"Lentera kertas merah!”

Sampul Maut 318


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Apakah......?”
"Sstt! Jangan bicara terlalu keras, ikutilah jejakku!” sahut
Ouw Lo Si sambil berjalan ke arah cahaya tadi.
Di hadapan mereka hanya tampak satu jalan yang sempit
dan agaknya jarang ditempuh orang. Akhirnya setelah dengan
susah-payah dan berjalanan lebih kurang satu lie, mereka
melihat satu batu gunung yang besar menghadang di pinggir
jalan gunung yang sempit itu. Mereka jadi terkejut sekali
waktu dapat melihat delapan huruf tertulis di atas batu
gunung itu!
––––––––

BAB 24
PENYELIDIKAN KUIL CIT-PO-SIE

Adapun huruf-huruf yang tertera di situ adalah;


"Jalan ini sudah tertutup! Yang lancang masuk. MATI!”
Lagi-lagi Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu jadi terbengong
mengawasi huruf-huruf itu, yang juga bergaya tulisan sama
benar dengan tulisan yang mereka lihat di markas Kiu It dan di
tepi sungai Tiang-kang!
Meskipun si kakek terkenal cerdik sekali, namun dalam
keadaan demikian ia tampaknya mati akal.
"Apakah Yu Leng pun sudah berada di sini?!” tanyanya di
dalam hati, "Jika dia betul-betul sudah datang dia tentu ingin

Sampul Maut 319


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menjumpai Bak Kiam Taysu untuk menuntut Tok-beng-oey-


hong dan Cu-gan-tan, kedua benda mujizat isterinya!”
"Si-ko,” Khouw Kong Hu berbisik, “si penghuni lembah Yu-
leng-kok pun sudah berada di sini rupanya!”
Ouw Lo Si menatap saudara angkatnya dan menyahut
dengan suara rendah.
"Dia tentu datang untuk menuntut kedua mustika
isterinya dari Bak Kiam Taysu. Kita justru datang untuk
menanyakan cara menggunakannya Tok-beng-oey-hong yang
kini berada di dalam kantongku!”
Setelah berpikir dan mempertimbangkan masak-masak, si
kakek lalu berkata lagi.
"Hiantee, kita harus meneruskan perjalanan kita ini, kita
harus masuk ke dalam kuil Cit......”
"Tang!! Tang!! Tang!!”
Demikianlah suara genta yang gaduh dan gencar itu telah
memotong ucapan si kakek, suara itu adalah suatu
pemberitahuan tentang datangnya bahaya, yang terdengar
datang dari atas puncak Beng-keng-ya di mana kuil Cit-po-sie
terletak!
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu segera mengetahui di kuil
tersebut telah terbit peristiwa yang gawat!
Tatkala itu suasana di sekitar jalan gunung sudah menjadi
gelap sekali, ditambah dengan terdengarnya suara genta yang
gaduh itu, maka suasana yang memang sudah gelap itu
menjadi kian menyeramkan saja!

Sampul Maut 320


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hiantee,” kata Ouw Lo Si dengan suara rendah, "tadi kita


melihat lentera kertas merah, sekarang terdengar suara tanda
bahaya aku merasa pasti Yu Leng sudah mengamuk di dalam
kuil Cit-po-sie! Menurut pendapatku, ini justru saat yang
paling baik untuk kita bersembunyi di sekitar kuil agar dapat
melihat segala sesuatu, mungkin saja kita akan mendapat
keterangan yang kita perlukan? Tetapi maksud kita ini
mungkin akan membawa malapetaka kepada kita sendiri!
Bagaimana pendapatmu?”
"Aku selalu menurut saja pendapat Si-ko!”
"Baiklah, kita harus lebih berhati-hati lagi, karena di sini
lebih berbahaya daripada di gedung ke tiga saudara Tie!”
Setelah itu si kakek segera meloncat mendahului saudara
angkatnya, kemudian setelah melalui beberapa tikungan,
mereka sudah tiba di bawah kaki jurang yang curam. Itulah
jurang Beng-keng-ya.
Mereka menoleh ke atas, dan melihat sinar lampu yang
bercahaya terang berbareng dan mendengar lagi suara genta
yang gaduh sekali.
Di suatu bagian jurang itu ia melihat tangga tali, yang
aneh yalah di tiap dua meter sepanjang tangga tali itu telah
digantungi lentera kertas merah, yang menerangi jurang
tersebut.
Tanpa ragu lagi si kakek telah meloncat dan menyambret
tangga tali itu, lalu lincah seperti seekor kera ia sudah mulai
mendaki ke atas diikuti oleh Khouw Kong Hu yang pun sudah
berhasil menyambret tangga tali itu.

Sampul Maut 321


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ketika sudah berada di tengah-tengah, tanpa disengaja


Ouw Lo Si telah keliru menginjak anak tangga, sebelah kakinya
yang pincang terjeblos dan membikin tangga itu tergoncang
keras dan membentur jurang itu sendiri, sehingga salah satu
lentera kertas tergencat pecah dan apinya berkobar lalu
menyambar bagian atas tangga tali yang sedang mereka injak
itu.
Perlu dijelaskan di sini bahwa tangga itu memang sengaja
dipasang di situ untuk dipergunakan sebagai pintu keluar atau
masuk ke kuil Cit-po-sie, dan baru ditukar setiap lima tahun
sekali, maka api dengan mudah saja menjalar di atas tali yang
sudah kering itu.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu. jadi kelabakan, meskipun
mereka pandai menggunakan ilmu meringankan tubuh, tetapi
jika tangga terbakar putus, mereka pasti mati terbanting dari
tempat setinggi itu!
Khouw Kong Hu yang berada di bawah saudara
angkatnya, segera mengerahkan tenaga dalamnya dan tiba-
tiba tampak tubuhnya melonjak ke atas untuk menyambret
tali di sebelah atasan tangan Ouw Lo Si, yang juga segera
mengerahkan tenaga dalamnya untuk melonjak dan
menjambret kedua kaki Khouw Kong Hu. Berbareng dengan
itu, tangga yang barusan mereka injak itu putus dan jatuh ke
bawah sambil terbakar terus!
"Aii,” seru Ouw Lo Si, "baiknya Hiantee bertindak cepat
jika tidak......”

Sampul Maut 322


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lalu sambil menahan desiran angin santar yang


mendampar tubuh, mereka mengerahkan seluruh tenaga dan
cepat sekali mereka sudah tiba di atas jurang.
Kemudian tanpa berkata-kata Ouw Lo Si segera
menyelidiki lebih jauh keadaan di sekitar tempat itu, sebelum
menghampiri kuil yang terletak tidak jauh dari tempat di mana
mereka kini tengah berdiri.
Genta di dalam kuil masih berbunyi dengan gencar sekali,
seolah-olah suara isak tangis minta tolong yang menyayatkan
hati. Di suatu tempat tampak sebuah patung dewa yang sudah
roboh, dan dapat dilihat dengan jelas bahwa patung itu telah
dirobohkan oleh suatu pukulan tenaga dalam yang dahsyat
sekali!
Lama juga mereka meneliti keadaan sekitar tembok
kelenteng itu dalam suasana yang gelap dan gaduh oleh suara
genta.
Setelah merasa cukup aman, mereka lalu menghampiri
pintu kuil, setibanya di sana mereka dapat melihat sehelai
papan mereka yang bertulisan.
Cit-po-sie.
Pintu kuil yang besar dan kokoh tertutup rapat.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu jadi berdiri menjublek
ketika mengingat bahwa mereka kini tak dapat mundur lagi.
Bukankah bagian bawah tangga tali yang tadi mereka gunakan
sudah terbakar putus dan jatuh ke bawah jurang?

Sampul Maut 323


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Jika Yu Leng pada saat itu mendadak muncul dan


mengetahui maksud kedatangan mereka di situ, tentu mereka
akan menjadi mangsanya yang empuk tanpa dapat melarikan
diri!
Ouw Lo Si segera mengerahkan seluruh tenaga dalamnya
dan tiba-tiba dengan tinjunya ia memukul tembok di dekat
pintu itu. Pukulannya itu demikian cepat dan keras, sehingga
tembok itu toblos, dan satu lobang besar lebih kurang
tigapuluh centimeter tampak di tembok yang melingkari kuil
itu!
Ouw Lo Si yang cerdik tidak memukul pintu kuil, karena ia
merasa yakin akan membikin orang-orang yang berada di
dalam kuil menjadi kaget jika daun pintu yang besar itu
berhasil ia gempur roboh dengan tinjunya, suara ambruknya
papan jati yang besar itu pasti akan menerbitkan kegaduhan
lebih hebat dari pada robohnya batu-batu bata dari tembok
yang barusan ia gempur itu, sehingga perbuatannya itu
kepergok.
delapanBeLAs
Dengan hati-hati sekali, Ouw Lo Si lalu menengok melalui
lobang itu, jantungnya berdebar keras, karena ia telah
membayangkan bahwa ia akan melihat banyak mayat di
pekarangan kuil tersebut.
Tetapi dugaannya itu ternyata tidak benar, keadaan di
dalam pekarangan kuil yang luas itu sepi, tidak tampak
seorang manusia pun, lampu-lampu di dalam kuil masih
menyala terang benderang, di tengah-tengah ruangan, di atas

Sampul Maut 324


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

meja yang tinggi tampak tiga patung Hud-co (Dewa), tengah


berdiri dengan sikap yang angker sekali!
"Hiantee,” Ouw Lo Si berbisik, "Cit-po-sie telah diserang!”
"Tetapi kita tidak melihat mayat-mayat!” sahut Khouw
Kong Hu.
"Ayoh kita masuk ke dalam kuil!”
Ouw Lo Si yang selalu bertindak dengan hati-hati tidak
menyahut. Ia hanya mencabut pohon kecil untuk dibuat
tedeng agar kehadiran mereka di situ tidak mudah dilihat
orang.
Kemudian tampak pintu ruangan dalam kuil mendadak
terjeblak, seolah-olah diterjang angin santar, diikuti dengan
keluarnya banyak pendeta yang berbaris dalam dua barisan,
jumlah mereka lebih kurang duapuluh orang, mereka rata-rata
berusia setengah abad, mengenakan jubah warna abu-abu
dan berwajah kecut masam!
Mereka berbaris rapih sekali menuju ke ruang depan,
untuk kemudian duduk bersila di hadapan meja sembahyang.
Sejenak kemudian tampak seorang pendeta yang berusia
sudah lanjut berjalan menuju ke meja sembahyang dan herdiri
di hadapan pendeta-pendeta tadi sambil mengepal kedua
tinjunya dan berkata.
"Kita telah memperoleh kabar bahwa seorang tamu telah
datang ke kuil kita ini, tetapi mengapa dia belum
mengunjukkan dirinya?”

Sampul Maut 325


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Hiantee,” kata Ouw Lo Si dengan suara rendah, "pendeta


itu adalah Bak Kiam Taysu!”
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu mengira Yu Leng dan Bak
Kiam Taysu, telah bertempur di dalam kuil Cit-po-sie, tetapi
setelah mendengar ucapan pendeta itu, mereka segera
mengetahui bahwa meskipun Yu Leng sudah berada di dalam
kuil, namun ia belum memperlihatkan dirinya, dan
pertempuran hebat belum terjadi!
Setelah lewat lagi beberapa saat lamanya, mereka
menjadi heran melihat Yu Leng belum juga muncul di situ, dan
akhirnya mereka jadi khawatir kalau-kalau gerak gerik mereka
telah diketahui oleh Yu Leng yang entah dimana
bersembunyinya!
"Hei kau yang sudah datang di kuil ini,” terdengar Bak
Kiam Taysu berkata, "Mengapa masih juga bersembunyi!
Apakah kau ini dari golongan bajingan atau pencoleng
sehingga takut memperlihatkan dirimu?”
Baru saja selesai ucapan itu, tiba-tiba terdengar suara
orang tertawa berkakakan yang datangnya dari ruangan
dalam kuil!
Bak Kiam Taysu dengan kaget menoleh ke arah suara
tertawa tadi, ia jadi terkejut ketika melihat orang yang
tertawa tadi. Disalah satu dari empat tiang kayu yang besar
sekali, yang menahan atap ruangan tengah kuil itu, tampak
seorang yang tengah menjepitkan kedua kakinya di atas tiang
itu.

Sampul Maut 326


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Orang itu mengenakan pakaian warna abu-abu, tiang-


tiang tersebut juga dicat abu-abu sehingga dalam suasana
malam ia sukar dilihat.
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu juga terkejut mendengar
suara tertawa orang itu, karena dia itu bukan lain daripada Yu
Leng yang menutupi wajahnya dengan selembar kain hitam.
Sambil tertawa berkakakan Yu Leng melompat turun
dengan lincah sekali, sejenak kemudian ia sudah berdiri
beberapa puluh tombak saja di hadapan Bak Kiam Taysu.
"Kita dapat mendengar tentang kedatangan seorang tamu
yang bernama Yu Leng ke kuil kita ini!” kata Bak Kiam Taysu
sambil membelalakkan matanya. "Tetapi sepanjang
pengetahuanku Yu Leng belum pernah menutupi wajahnya,
dan bersikap demikian konyol dengan merusak patung dewa
kita!”
"Aku datang di sini dengan maksud menanyakan Tok-
beng-oey-hong dan Cu-gan-tan!” sahut Yu Leng sambil
tertawa mengejek.
Bak Kiam Taysu heran mendengar Yu Leng ingin
menanyakan kedua benda mujizat yang telah dicuri orang itu.
"Apakah kau tidak mengetahui bahwa pusaka isterimu itu
telah dicuri orang dari dalam kuilku ini?!” tanyanya.
"Hm! Memang cerdik sekali siasatmu itu, tetapi jangan
coba menipu aku!”
"Aku tidak pernah bermaksud menipu!”
"Mengapa kau menyiarkan kabar bohong!”

Sampul Maut 327


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Kabar bohong tentang apa?!”


"Tentang tercurinya kedua benda pusaka isteriku dari
kuilmu ini!”
"Jadi kau tidak percaya bahwa kedua benda itu telah
dicuri orang?”
"Ha, ha, ha,! Tentu..... tentu aku tidak percaya!”
Bak Kam Taysu menjadi gusar sekali mendengar ucapan
yang sangat mengejek itu, tetapi ia berusaha menahan hawa
amarahnya dan berkata dengan tenang.
"Kuil Cit-po-sie telah kehilangan kedua benda mujizat itu,
dan kehilangan itu telah mencemarkan nama baik kita!
Apakah kau kira kita demikian gegabahnya menyiarkan kabar
bohong yang justru merugikan kita sendiri!”
"Untuk membuktikan kebenaran kata-katamu itu, aku
terpaksa harus menggeledah tempat menyimpan benda-
benda berharga kuil ini!”
Bak Kiam Taysu jadi berjingkrak mendengar permintaan
yang melampaui batas itu.
"Kau sudah gila barangkali!” bentaknya gusar, "kuil Cit-po-
sie senantiasa berbuat kebaikan, dan tidak memperkenankan
sembarang orang datang, apalagi untuk menggeledah!”
"Hei hwesio! Apakah kau tidak kenal aku ini siapa? Aku
sudah datang dan aku tidak suka dilarang untuk berbuat
kehendak hatiku!”
"Namamu sudah terkenal di kalangan Bu-lim dan mungkin
aku bukan tandinganmu! Tetapi aku tidak bersedia dihina

Sampul Maut 328


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

orang! Aku melarangmu atau siapapun untuk bertindak


sewenang-wenang di daerah kekuasaanku ini!”
"Hei hwesio! Apakah kau tidak sayang kuilmu yang sudah
seratus tahun usianya ini?”
Bak Kiam Taysu memejamkan kedua matanya seraya
mendoa,
"O-mi-to-hud!...... O-mi-to-hud!”
Setelah itu ia membuka lagi matanya dan berkata.
"Aku tetap melarang segala penggeledahan!”
Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu menyaksikan
pemandangan itu dengan hati berdebar-debar, mereka yakin
bahwa pertarungan antara Bak Kiam Taysu dan Yu Leng tidak
dapat dielakkan lagi.
Mereka merasa sangat menyesal tidak dapat membantu,
mengingat kepandaian mereka masih sangat ‘terbatas’
terhadap si penghuni lembah yang sangat lihay itu. Mereka
hanya dapat menonton seperti apa yang mereka pernah
lakukan ketika berada di dekat gedung ke tiga keluarga Tie.
"Mungkin kita akan menyaksikan pembunuhan kejam
lagi!” Ouw Lo Si berbisik kepada saudara angkatnya.
Tetapi tiba-tiba terdengar tindakan kaki yang enteng
sekali, yang datangnya tepat dari belakang mereka. Belum lagi
keburu berbalik, mereka sudah mendengar suara orang
menegur.
"Kedua tay-hiap sudah datang ke kuil Cit-po-sie ini, tetapi
mengapa masih berdiam di luar?”

Sampul Maut 329


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu yang tengah mengalami


ketegangan jiwa, mendadak berbalik dan melepaskan jotosan
keras ke arah orang yang menegur tadi! Dan terdengarlah
suara.
"Phess......”
Mereka jadi terperanjat ketika merasa seolah-olah telah
menjotos segumpalan kapas yang empuk sekali!
Orang yang diserangpun agaknya kaget sekali dengan
serangan yang tiba-tiba itu, sehingga ia tidak keburu berkelit,
maka lekas ia mengerahkan ilmu tenaga dalamnya untuk
menerima serangan tinju kedua orang itu!
Ouw Lo Si dan Kouw Kong Hu segera dapat melihat
dengan samar-samar, seorang pendeta yang sudah lanjut
usianya, bertubuh tinggi besar, mukanya merah dan
mengenakan jubah warna abu-abu, tengah berdiri tepat di
belakang mereka sambil bersenyum simpul!
Ouw Lo Si jadi tidak mengerti jotosannya yang barusan
dilancarkan, yang sanggup menghancurkan batu, telah kandas
di perut pendeta itu, tanpa membikin si pendeta sendiri
tergoyah atau menderita luka! Iapun melihat satu wajah yang
angker serta gagah, yang menunjukkan watak yang luhur,
penuh kasih sayang dan jiwa yang besar!
"Di dalam kuil sudah datang seorang tamu,” kata pendeta
tua itu dengan tenang sekali, "jika kedua tay-hiap juga turut
masuk, maka kita dapat berkumpul bersama-sama!”
Lalu ia mempersilahkan Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu
mengikutinya masuk ke dalam.

Sampul Maut 330


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Entah mengapa, ucapan yang ramah itu telah membikin


Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu menurut saja mengikuti
pendeta itu.
Setibanya di dalam, tampak Bak Kiam Taysu dan Yu Leng
sudah berdiri berhadap-hadapan, dan saling mengawasi
tajam. Suasana sudah genting sekali!
Namun, begitu si pendeta tua bertindak masuk bersama-
sama Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu ketegangan menjadi agak
reda juga, sejenak kemudian terdengar Bak Kiam Taysu
berkata.
“Susiok (paman guru)! Mengapa kaupun turut datang?”
"Aku telah mendengar suara genta, dan diberitahukan
juga tentang kedatangan Ji Cu Lok, si Naga Sakti!” sahut si
pendeta tua. "Aku mempunyai hubungan sangat baik dengan
tamu kita ini, maka aku ingin mengetahui juga urusan apakah
yang begitu penting sehingga telah memaksa dia berkunjung
ke kuil kita ini?”
Setelah berkata begitu, si pendeta lalu bertindak lagi
dengan sikap ramah-tamah dan tenang seperti orang yang
ingin menyambut kedatangan seorang kawan lama!
"Ah! Kalau begitu dia ini susiok Bak Kiam Taysu?” pikir
Ouw Lo Si, "mungkin juga kedua pendeta ini dapat
mengimbangi Thay-yang-sin-jiauw!”
Kemudian tampak si pendeta kebut lengan bajunya
sebagai isyarat agar Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu berdiri di
pinggir tembok dekat tiang besar, lalu ia menghampiri Yu Leng
dan berkata.

Sampul Maut 331


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ji Cu Lok, limapuluh tahun yang lalu kita pernah bertemu


dan berhubungan baik. Semenjak itu kita tidak pernah
berjumpa lagi, apakah kau masih ingat namaku?”
Yu Leng tidak menyahut.
"Meskipun aku telah menyimpan diri di atas jurang Beng-
keng-ya yang terpencil ini,” kata lagi si pendeta tua, "namun
aku senantiasa mengikuti perkembangan di kalangan Bu-lim
dengan seksama. Aku mengetahui juga bahwa semenjak
isterimu meninggal dunia kau -- Ji Cu Lok tidak ingin hidup
lagi. Tetapi sekarang ternyata kau masih juga bergentayangan
dan mengingkari janjimu sendiri dengan berkedok sehelai kain
hitam!”
"Ha, ha, ha! Aku datang di sini dengan maksud mengambil
kedua benda pusaka isteriku yang tidak ada gunanya bagi
kalian. Jika kalian tidak sudi mengembalikan, akupun tidak
dapat banyak bicara!”
"Sudah berpuluh-puluh tahun aku tidak pernah
bermusuhan kepada siapapun, sekarang akupun tidak sudi
bermusuhan terhadap Ji Cu Lok!”
"Kalau begitu, mengapa kau masih ingin mengangkangi
kedua benda pusaka itu?”
"Kita tidak pernah bermaksud demikian!”
"Kembalikanlah, sekarang!”
"Ji Cu Lok! Bukankah tadi Bak Kiam telah mengatakan
bahwa kedua benda itu telah dicuri orang?!”

Sampul Maut 332


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

"Ternyata kau sama gilanya seperti si Bak Kiam itu!


Apakah kau ingin aku mempercayai keteranganmu itu!”
"Kenyataannya memang demikian!”
Setelah mendengar keterangan itu, sambil tertawa Yu
Leng lalu bergerak-gerak dengan aneh, dan dengan tiba-tiba ia
mengirim jotosannya menyerang Bak Kiam Taysu.
Jotosan itu dahsyat sekali dan pasti dapat merobohkan
tembok, tetapi itu bukan jurus Thay-yang-sin-jiauw!
Bak Kiam Taysu sudah siap, dengan gesit ia melompat
mundur satu meter mengelakkan jotosan maut itu, dan
setelah itu ia pun balas menyerang dengan mengirim tinjunya
ke arah dada lawan.
Tetapi untuk kagetnya semua orang, dengan tiba-tiba
tampak Bak Kiam Taysu terdampar mundur beberapa langkah
ke belakang dengan paras kaget dan pucat!
Si pendeta tua jadi kaget sekali melihat kenyataan
demikian.
"Hei Ji Cu Lok!” katanya. "kau tidak pernah belajar ilmu
silat tenaga luar, apakah ilmu silat yang kau lancarkan tadi,
ilmu silatmu yang baru??”
Ouw Lo Si yang ingin membalas dendam terhadap Yu
Leng, dengan berani lalu berkata.
"Taysu! Meskipun ia mengaku bahwa dia suami Thian-
hiang-sian-cu, tetapi sebenarnya dia bukan Ji Cu Lok!”
––––––––

Sampul Maut 333


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

JILID V

BAB 25
SEKARANG TIBA GILIRANMU, BANGSAT!

Si pendeta menjadi heran sekali mendengar keterangan


itu.
“Kalau begitu, siapakah dia ini sebenarnya?” tanyanya.
“Aku..... aku tidak tahu.......”
“Hei pendeta!” kata Yu Leng sambil tertawa. “Apakah kau
percaya omongan si pincang itu?”
“Aku percaya atau tidak itu terserah kepadaku sendiri!”
sahut si pendeta, “Sekarang aku hanya minta kau enyah dari
sini!”
“Jika Yu Leng tidak diberi hajaran di sini,” pikir Ouw Lo Si,
“Maka kesempatan sebaik ini sukar didapat lagi, lagi pula aku
takkan luput dikejar-kejar olehnya!”
Setelah itu ia lalu berkata lagi.
“Taysu! Dia pasti bukan Yu Leng asli! Jangan lepaskan dia
begitu saja!”
“Ji Cu Lok! Aku minta kau enyah dari sini!”
“Aku akan berlalu dari sini,” kata Yu Leng, lalu sambil
menunjuk Ouw Lo Si dan Khouw Kong Hu ia melanjutkan,
“Setelah melihat mayat kedua jahanam itu!”
“Hei anjing!” bentak Khouw Kong Hu yang sudah tidak
dapat menahan sabar. Bentakan itu dibarengi dengan

Sampul Maut 334


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

meluncurnya tiga batang jarum Yan-bie-tin ke arah Yu Leng


yang sangat ia benci.
Tetapi dengan tiba-tiba saja jarum yang ampuh itu
berserakkan di lantai kuil digeprak lengan jubah si pendeta
tua!
Justru pada saat itu, Yu Leng yang licik dan kejam
meloncat secepat kilat menerkam si pendeta tua, yang
mendadak mundur mengelakan terkaman lawannya sambil
berseru kaget.
“Ciam-hua-giok-siu!”
Ouw Lo Si tidak menunggu lagi, dengan kipas bajanya ia
menyerang Yu Leng dengan jurus Ceng-hong-ci-lay (Angin
topan menyapu dorna), dengan maksud menotok jalan darah
di bagian lambung dan jidat musuhnya!
Khouw Kong Hu pun sudah menyerang dengan gaitan
bajanya, bersamaan dengan itu Bak Kiam Taysu juga sudah
menerjang, hanya sikapnya menyerang agak ganjil, kedua
tinjunya dipasang di depan dada, lalu ia menerjang tepat
seperti seekor banteng menubruk mangsanya!
Ketiga orang yang terkenal lihay ilmu silatnya telah
menyerang, dan dapat digambarkan betapa hebat serangan
serentak mereka itu!
Tetapi Yu Leng dengan mudah saja sudah mencelat di
udara untuk turun di belakang Bak Kiam Taysu, sambil
mencakar dengan sarung tangan ajaibnya!
“Awas!” seru Ouw Lo Si yang melihat serangan itu.

Sampul Maut 335


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Bak Kiam Taysu yang sedang menunduk tidak keburu


mengelak, meskipun ia sudah memutar tubuhnya sedikit,
tetapi cakaran Yu Leng kena juga menjambret bahunya
sehingga ia terhuyung dengan tindakan berat!
Serangan Yu Leng yang aneh itu ternyata belum mau
sudah sampai di situ, setelah melukai Bak Kiam Taysu, sarung
tangan mautnya telah sekaligus menyapu Ouw Lo Si dan
Khouw Kong Hu!
Si kakek yang lebih tinggi sedikit kepandaiannya, dengan
susah payah dapat juga mengelakkan diri, tetapi tiba-tiba
terdengar Khouw Kong Hu menjerit dan tubuhnya terlempar
menubruk tembok kelenteng!
Setelah itu, Yu Leng lalu menyerang si pendeta tua, yang
masih belum mau melawan, hanya terdengar ia berseru.
“O-mi-to-hud!”
Sambil mengebat langan bajunya menangkis serangan
lawannya itu.
“Hei pendeta!” Yu Leng membentak, “Apakah kau takut
melawan aku?”
“Aku minta kau dengan hormat meninggalkan
kelentengku ini!” kata si pendeta tenang.
“Aku akan membikin kau mau juga melawan aku!
Lihatlah!”
Setelah berkata begitu, Yu Leng segera meloncat ke arah
ke duapuluh pendeta yang sedang berdiri menonton

Sampul Maut 336


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

pertarungan itu. Tampak ia mengangkat tangannya dan


menyerang!
Dalam waktu yang singkat saja ke duapuluh orang itu
sudah roboh menjadi mayat!
Tetapi si pendeta tua masih tidak mengubris perbuatan
Yu Leng yang gila itu, sehingga Ouw Lo Si agak mendongkol.
“Jika Taysu masih tidak mau turun tangan, “ katanya,
“semua orang di dalam kuil ini akan binasa!”
Si pendeta masih berdiri tenang, hanya matanya
mengawasi Yu Leng, seolah-olah ia ingin mengintip hati Yu
Leng, kawannya dulu, yang kini sudah berubah banyak sekali.
“Apakah gunanya ilmu silat yang lihay dan memelihara
rohani berpuluh-puluh tahun!” Ouw Lo Si berkata lagi, “jika
Tay-su masih tidak mau turun tangan, Cit-po-sie yang telah
Taysu bina dengan susah payah ini akan musnah!”
Tiba-tiba si pendeta menoleh ke arah si kakek pincang dan
berkata. “Tay-hiap, aku minta kau berlalu saja dari sini!”
Ouw Lo Si jadi girang sekali, ia menduga si pendeta akan
melawan juga akhirnya. Ia merasa pasti Yu Leng akan hancur,
meskipun si pendeta sendiri tidak akan luput daripada
ancaman cakaran sarung tangan ajaib itu. Maka lekas-lekas ia
menyeret Khouw Kong Hu yang terluka parah dan membujuk
Bak Kiam Taysu, yang juga sudah menderita luka cukup parah,
ke suatu sudut ruangan yang besar itu.
“Hai pendeta bangkotan!” kata Yu Leng sambil tertawa
mengejek. “Kau sudah berusia sangat lanjut dan mungkin kau

Sampul Maut 337


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sudah lebih dari seratus tahun mengecap kesenangan di dunia


ini, maka tibalah waktunya kini untuk kau naik ke sorga!”
“Kau dapat membunuh aku, tetapi aku yakin kaupun
takkan hidup lama!” sahut si pendeta tua.
Yu Leng tertawa berkakakan, tetapi tiba-tiba ia
mengangkat sarung tangannya dan menerjang si pendeta tua
yang pada waktu itu hanya terpisah kira-kira empat meter.
Loncatan dan serangan Yu Leng itu meskipun hebat dan
ganas, tetapi tanpa sarung tangan ajaib di tangannya,
terjangan itu tidak akan berarti sama sekali bagi si pendeta
tua yang memang sangat tangguh itu.
Ouw Lo Si yang menyaksikan gerak serta gaya loncatan
itu, tiba-tiba jadi terkejut sekali, ia mendadak jadi teringat
akan suatu peristiwa, yalah peristiwa yang pernah terjadi di
tempat Kong-ya Coat yang pernah memperlihatkan kelihayan
sarung tangan tersebut, maka ia merasa pasti serangan Yu
Leng akan berhasil memusnahkan tenaga dalam si pendeta
tua itu.
Jika kekhawatirannya betul-betul terjadi, maka iapun
hanya menanti giliran untuk dibunuh oleh Yu Leng yang
telengas itu.
Si pendeta tua tiba-tiba melangkah mundur beberapa
langkah, tampak tubuh Yu Leng terapung di udara sejenak,
ketika turun ternyata ia telah menyerang tempat kosong!
“Hei!” si pendeta berseru kaget, “apakah benar-benar kau
ingin membunuh aku?”

Sampul Maut 338


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Yu Leng tertawa berkakakan, kemudian ia membentak


karena merasa heran serangannya tadi tidak membawa hasil.
“Siapa kau sebenarnya?” tanyanya.
“Aku sudah tua dan linglung, sehingga aku sendiri lupa
siapa namaku!” sahut si pendeta yang diam-diam merasa
kaget mengetahui Yu Leng tidak kenal kepadanya.
“Kau sudah mau mati berani mengejek aku begitu!”
“Tidak salah jika kau dikatakan menyamar sebagai Ji Cu
Lok! Kau telah berhasil meniru nada suara, gerak gerik dan
bentuk tubuhmu kebetulan sekali mirip Ji Cu Lok, tetapi kau
tidak mampu meniru satu hal yang membuat aku dapat
mengenali bahwa kau bukan Ji Cu Lok!”
Ucapan itu membikin Yu Leng terkejut sekali, matanya
yang menyala-nyala menatap si pendeta tua untuk kemudian
disapukan ke arah Ouw Lo Si, Khouw Kong Hu dan Bak Kiam
Taysu
“Hiantee,” bisik Ouw Lo Si dalam suasana yang tegang itu,
“bagaimana luka di dalam tubuhmu, apakah kau dapat
menggerakkan tubuhmu untuk melarikan diri?”
“Aku...... aku kira tidak......” sahut Khouw Kong Hu sambil
meringis menahan sakit.
Ouw Lo Si menghela napas mendengar jawaban yang
mengecilkan hatinya itu, iapun dapat melihat bahwa Bak Kiam
Taysu juga sudah terluka parah dalam pertempuran satu
gebrakan saja tadi.

Sampul Maut 339


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Pendeta tua!” terdengar Yu Leng membentak lagi,


“Matamu lihay, tetapi belum begitu lihay untuk mengenali
bahwa aku sebetulnya Ji Cu Lok yang asli!”
“Hei anjing!” bentak Khouw Kong Hu yang sudah
menganggap jiwanya tidak dapat tertolong lagi, “Jika kau
betul Ji Cu Lok, lucutilah topengmu itu!”
“Akupun ingin melihat wajah Ji Cu Lok yang telah
menghilang lama sekali,” kata si pendeta tua.
“Aku hanya dapat mengatakan bahwa aku Ji Cu Lok, mau
percaya atau tidak itu terserah!” sahut Yu Leng.
“Caramu yang congkak itu memang mirip Ji Cu Lok, tetapi
ada satu yang kau tidak dapat menirunya!” kata si pendeta
tua.
“Aku tidak perlu meniru-niru!”
“Mungkin kau tidak mengetahui bahwa Ji Cu Lok seorang
yang berterus terang, dia tidak pernah menutup mukanya
dengan kain hitam seperti seorang perampok pengecut!” kata
si pendeta tua sambil mengebat lengan bajunya ke arah muka
Yu Leng.
Hembusan angin kebatan lengan baju itu dahsyat sekali,
dan...... berhasil menyingkap kain hitam yang menutupi muka
Yu Leng yang lekas-lekas menjaga mukanya dengan sarung
tangan ajaib.
Sewaktu kain hitam tersingkap ke atas Ouw Lo Si dapat
melihat dengan samar-samar sesuatu yang luar biasa, yalah
muka yang mirip dengan muka kuda dan pucat pasi.

Sampul Maut 340


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku merasa pernah melihat muka yang menjijikan itu!”


katanya dalam hati.
“Pendeta jahanam!” Yu Leng membentak lagi, “aku
bersedia mengampuni selembar jiwamu jika kau mengabulkan
pemintaanku!”
Dangan tiba-tiba saja, si pendeta yang dari tadi berwajah
masam, jadi tertawa berkakakan mendengar ucapan itu.
“Mati atau hidup, bagiku tidak ada bedanya!” sahutnya,
tetapi aku ingin juga mendengar permintaanmu itu,
katakanlah!”
“Aku akan berlalu dari sini, jika kau mengembalikan kedua
benda pusaka isteriku, Tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan!”
“Kau mungkin tidak mengerti ucapan Bak Kiam, baiklah
aku yang mengulangi, ke dua benda pusaka telah dicuri
orang!”
“Jika begitu aku terpaksa harus memusnahkan kelenteng
ini!”
“Pengacau! Bandit!” si pendeta berseru kalap.
Kata-kata yang kasar itu sebetulnya tidak atau belum
pernah dipergunakan oleh si pendeta tua itu, kalau sampai ia
mengucapkan juga kata-kata yang kasar itu, dapat
dibayangkan betapa gusar dia itu.
“Jika kedua benda pusaka itu masih ada di sini,” kata lagi
si pendeta tua, “aku sudah dari tadi mempergunakan atas
dirimu!”

Sampul Maut 341


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mendengar begitu, Yu Leng jadi berpikir sebentar,


kemudian sambil menuding si pendeta ia berkata lagi.
“Siapa pencurinya?”
“Tong-coan-sam-ok!”
“Ha, ha, ha! Apakah kau menganggap aku seorang bocah
ingusan yang percaya saja keteranganmu itu? Tong-coan-sam-
ok mana mampu berbuat demikian!”
Tiba-tiba tampak si pendeta tua melangkah maju, dan
agaknya ia sudah ingin menyerang Yu Leng ketika terdengar
Khouw Kong Hu berkata.
“Taysu! Bagaimana mempergunakan Tok-beng-oey-
hong?”
Pertanyaan itu bukan saja memhuat Ouw Lo Si terkejut
tetapi Yu Leng pun mendadak merandek.
“Hai bajingan!” bentaknya, “kalian agaknya sangat
tertarik kepada benda pusaka isteriku itu, apakah kalian yang
telah mencurinya?”
“Celaka!” pikir Ouw Lo Si, tetapi lekas-lekas ia menyahut.
“Jika kedua benda pusaka itu berada di tanganku, kau
takkan dapat bertindak sewenang-wenang di markas Kiu It!”
“Aku bertindak sewenang-wenang di markas Kiu It?”
“Bukan saja itu, kaupun telah membunuh Ceng Sim Lo-ni
dan kedua Saudara Kim di tepi sungai Tiang-kang!”
“Bajingan! Jangan kau sembarang menuduh orang!”

Sampul Maut 342


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah kau masih ingat dengan tulisan yang tergores di


tanah. Kematian bagi yang menganiaya?!”
“Kematian akan menimpa atas dirimu, jika kau tidak
mengembalikan kedua benda pusaka isteriku itu!”
“Mengapa kau jadi berbalik menuntut dari kita?”
“Karena kau sudah bersekongkol dengan pendeta
bangkotan itu!”
“Hee, hee, hee! Betul-betul lucu kau ini, karena merasa
tidak sanggup melawan Taysu itu, kau jadi mengalihkan
perhatianmu kepadaku!”
Baru saja selesai ucapan Ouw Lo Si itu Yu Leng sudah
meloncat ke arah si pendeta tua sambil mengayunkan
tangannya yang memegang sarung tangan ajaib.
Si pendeta tidak jadi gugup menghadapi serangan itu
dengan tenang-tenang saja tampak ia mengangkat tangannya
untuk menyodok dada lawannya.
Yu Leng menangkis serangan yang mengandung tenaga
tidak kurang daripada limaratus kati itu, dan dengan tiba-tiba
saja ruangan di situ menjadi tergoncang, seolah-olah gempa
bumi sedang mengamuk. Semua alat perabotan di dalam
ruangan, berikut tiga patung Hud-co jadi tergoyah untuk
kemudian roboh! Bahkan Ouw Lo Si, Khouw Kong Hu dan Bak
Kiam Taysu tidak dapat berdiri tegak, mayat-mayat ke
duapuluh pendeta yang tewas ditampar Yu Leng tadi,
bergerak-gerak seolah-olah mereka mulai hidup kembali!

Sampul Maut 343


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si pendeta tua yang melihat serangannya tidak membawa


hasil, segera merubah taktik berkelahinya. Mendadak tampak
ia membentang kedua lengannya ke atas dan ke bawah, silih
berganti tangannya yang kiri dan kanan yang sebentar-
sebentar menyodok atau mencengkeram, tetapi Yu Leng
dengan lincah dapat mengelakkan serangan-serangan itu.
Justru pada saat kedua lengan si pendeta dirapatkan
kembali itulah, ia menyerang dada si pendeta dengan sarung
tangannya.
Si pendeta rupanya sudah mengetahui akan datangnya
serangan. Ia lekas-lekas melancarkan jurus Thian-tee-hap-it
(Langit dan bumi bersatu padu), untuk menjepit sodokan
maut itu.
Jepitan itu hebat sekali, seolah-olah sepasang cing-kong
kepiting raksasa saja tampaknya, namun dalam waktu yang
pendek jepitan itu berubah lagi, terbentang lebar untuk
kemudian menerjang sambil mendobrak jenggot dan
menggebuk pinggang Yu Leng!!
“Ai!” Yu Leng berseru kaget sambil menyerang dengan
jurus Sian-jin-cit-to (Dewa menunjukkan jalan), tetapi ternyata
jurusnya itu tidak berhasil mengenakan si pendeta tua,
bahkan jika ia tidak lekas-lekas mundur, janggut dan
pinggangnya pasti hancur meskipun si pendeta sendiri tidak
akan luput dari kematian!
Diam-diam Yu Leng bergidik berbareng memuji lawannya
yang tidak salah telah disohori kelihayan ilmu silatnya.
sembilanBeLAs

Sampul Maut 344


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah lompat mundur dan semangatnya pulih kembali,


Yu Leng dengan cepat sudah menyerang lagi, tinju kirinya
meluncur untuk menyerang dada lawannya, dan waktu si
pendeta mengelak sekonyong-konyong ia mengepret dengan
Ciam-hua-giok-siu.
Si pendeta melompat mundur ke belakang sambil
mengangkat tangan untuk melindungi mukanya, namun tiba-
tiba ia terhuyung dan tubuhnya mendampar tiang kelenteng.
Belum lagi ia keburu memperbaiki posisinya, sekonyong-
konyong sarung tangan ajaib telah mencengkeram
tenggorokannya.
“Jahanam......” si pendeta menggeram, lalu tubuhnya
yang tinggi besar itu roboh terbanting di lantai!
“Ha, ha, ha! Sekarang tiba giliranmu, bangsat!” bentak Yu
Leng sambil menoleh ke arah Ouw Lo Si.
Ouw Lo Si sebetulnya sudah ingin berlalu dari situ, ketika
pertempuran masih berlangsung dengan sengitnya, tetapi ia
tidak tega meninggalkan saudara angkatnya yang sudah
terluka parah.
“Hei pincang!” Yu Leng membentak lagi, “Ayoh, keluarkan
kedua benda pusaka isteriku!”
“Mengapa kau tidak segera mengambil sendiri, jika kau
sudah merasa yakin aku yang memegang kedua benda pusaka
itu?” tanya Ouw Lo Si dengan berani.
––––––––

Sampul Maut 345


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 26
TERBUKANYA KEDOK SI KERUDUNG HITAM

“Aku akan mengambil setelah kau menjadi mayat!


Tetapi...... agar kau tidak jadi setan penasaran, aku ingin
menjelaskan mengapa kau harus mati!”
“Aku tidak mengerti!” tanya Ouw Lo Si yang sudah
mengetahui bahwa Yu Leng suka dipuji-puji. Maksud daripada
pertanyaan itu hanya untuk mengulur waktu saja, sambil
memikiri jalan keluar dari kematian yang sudah di ambang
pintu itu.
“Mula-mula aku tidak percaya bahwa Tong-coan-sam-ok
dapat mencuri kedua benda pusaka itu, tetapi kini aku
percaya,” sahut Yu Leng.
“Mengapa kau masih mencurigai aku?”
“Ha, ha, ha! Pincang, aku mengetahui siapa kau
sebenarnya, kau sudah lama tinggal di dekat lembah Yu-leng-
kok, kau pun tentu mengetahui bahwa Tong-coan-sam-ok
ingin mengembalikan kedua benda pusaka isteriku dengan
maksud menjilat, tetapi aku tidak menjumpai kedua benda itu
di tubuh mereka, tentu kau yang telah mengambilnya!”
“Untuk menjilat siapa?”
“Aku! Yu Leng.......”
“Hee, hee, hee! Untuk menjilat Yu Leng alias Ju Cu Lok,
bukan kau!”

Sampul Maut 346


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Meskipun berkata demikian sebetulnya Ouw Lo Si merasa


heran juga Yu Leng mengetahui semua itu. Ia tidak rela
menyerahkan kedua benda yang kini berada disakunya, ia
bertekad memiliki kedua benda yang mujijat itu. Tetapi waktu
melihat bahwa Yu Leng yang kini mengancamnya memiliki
kepandaian demikian dahsyatnya, ia merasa ragu juga untuk
menuduh Yu Leng ini Ji Cu Lok yang palsu!
“Jadi kau berkesimpulan bahwa aku mengambil kedua
benda itu, lalu pergi ke dalam lembah dan menyerahkan
kedua benda itu kepadamu?” tanyanya untuk memancing
keterangan.
“Seharusnya memang demikian, tetapi kau yang tamak
tidak berbuat begitu, aku tidak pernah menjumpaimu di
dalam lembah?”
Ouw Lo Si menjadi bingung mendengar keterangan itu.
“Mengapa dia mengetahui semua ini,” pikirnya. “Apakah
dia betul Ji Cu Lok yang asli?”
Ketika itu Khouw Kong Hu sudah dapat memulihkan
kembali tenaganya, ia berbangkit dan dengan satu kedipan
mata ia memberi isyarat kepada saudara angkatnya untuk
menyerang Yu Leng. Melihat isyarat itu tanpa ragu-ragu lagi
Ouw Lo Si segera menerjang dengan kipas bajanya dibarengi
dengan kerkelebatnya gaitan baja Khouw Kong Hu.
Yu Leng menjadi gusar sekali melihat kedua orang itu
masih berani menyerangnya, ia mengegos sambil balas
menyerang dengan ke dua jari tangannya, sehingga Ouw Lo Si

Sampul Maut 347


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dan Khouw Kong Hu yang memang bukan tandingannya roboh


tertotok dadanya.
Setelah itu, Yu Leng lalu menghampiri kedua lawannya
yang sudah tidak berdaya, kemudian tangannya merogo saku,
dan menggeledah seluruh tubuh Khouw Kong Hu. tetapi ia
tidak dapati apa pun kecuali beberapa jarum Yan-bie-tin.
“Aha! Jarum Yan-bie-tin!” katanya dengan suara
mengejek.
“Anjing! Jika kau ingin membunuh, bunuhlah!” bentak
Khouw Kong Hu.
“Ha, ha, ha! tidak usah kau khawatir, pintu akhirat sudah
terbentang lebar menantikan kedatanganmu!” kata Yu Leng
sambil memukul punggung Khouw Kong Hu yang jadi
tersungkur di lantai.
Yu Leng lalu berjongkok dan membuka kedua sepatu
Khouw Kong Hu.
“Jika aku tidak berhasil mencari di dalam kedua sepatumu
ini,” katanya, “aku akan memeriksa di dalam batok
kepalamu!”
Dengan tiba-tiba saja keringat dingin Ouw Lo Si mengucur
deras, karena ia memang menyembunyikan kedua benda
pusaka Thian-hiang-sian-cu itu di dalam sepatunya!
Yu Leng memeriksa terus, ia bahkan membeset kulit sol
sepatu Khouw Kong Hu.

Sampul Maut 348


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ha, ha, ha!” Khouw Kong Hu mengejek, “kau betul-betul


seekor anjing gelandangan sehingga sepatuku kau serbu juga.
Ha, ha, ha!”
Ejekan itu membikin Yu Leng murka sekali, ia menepuk
punggung Khouw Kong Hu dan membebaskan totokannya
sendiri.
“Hei anjing!” bentak Yu Leng setelah melihat Khoaw Kong
Hu dapat berdiri. “Kau dijuluki si Gaitan baja tinju besi, jika
kau dapat lari, kau aku bebaskan!”
Mengapa Yu Leng memerintahkan Khouw Kong Hu
melarikan diri?! Bukankah ia dapat dengan mudah saja
membunuh selagi korbannya tidak berdaya?!
Itulah kebiasaan Yu Leng yang kejam serta keji, ia selalu
ingin mempermainkan korbannya, seperti kucing
mempermainkan tikus sebelum kucing itu sendiri membunuh
sang tikus!
“Hanya seorang pengecut yang melarikan diri!”sahut
Khouw Kong Hu dengan berani.
“Nah! Kau jagalah seranganku ini!” kata Yu Leng sambil
mengebat sarung tangan ajaibnya.
Khouw Kong Hu melompat ke samping, tetapi hembusan
angin sarung tangan itu demikian dahsyatnya, sehingga ia
roboh terbanting di lantai setelah tubuhnya yang tinggi besar
itu terapung di udara. Ia sudah nekad sekali, begitu mencapai
lantai, meskipun masih merasa pusing, sambil bergulingan ia
melepaskan satu tendangan ke arah kaki Yu Leng.

Sampul Maut 349


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Apa yang terjadi kemudian?


Begitu kaki Khouw Kong Hu beradu, ia merasa tulang
kakinya itu retak, patah!
Ouw Lo Si terkejut sekali, karena ia mengetahui bahwa
tendangan saudara angkatnya itu dapat menendang mati
seekor kerbau namun sekarang ternyata kaki saudara
angkatnya sendiri yang patah.
Karena rasa herannya, ia lalu memperhatikan. Ilmu silat
Yu Leng tidak dapat diragukan lagi memang sangat lihay,
tetapi tiap-tiap kali Yu Leng meloncat ia selalu mendengar
suara logam berbunyi! Mendadak ia jadi teringat akan
peristiwa di tepi sungai Tiang-kang bahwa kaki Yu Leng tidak
mempan digores oleh pedang kedua sandara Kim.
“Apakah dia ini demikian sakti, sehingga kakinya berubah
menjadi semacam logam!” pikirnya dalam hati, tetapi ketika ia
mengingat bahwa yang mengetahui kebiasaannya menyimpan
barang-barang berharga di sepatu hanya Khouw Kong Hu, dan
Kiu It saja, ia menjadi kaget sekali.
Kiu It sudah lama mati, dan Pek Tiong Thian yang selalu
erat hubungannya dengan Kiu It, telah terluka urat kedua
kakinya sehingga ia menjadi lumpuh dan tidak muncul lagi di
kalangan Bulim.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa Kiu It juga pernah
memberitahukan segala rahasia kepada Pek Tiong Thian,
termasuk kebiasaannya menyimpan barang berharga di dalam
sepatu.
“Apakah dia ini Pek Tiong Thian?” pikir Ouw Lo Si.

Sampul Maut 350


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Baru saja berpikir begitu, Yu Leng sudah membentak lagi.


“Sekarang tiba gilirannya si pincang!”
“Hei jahanam!” Ouw Lo Si balas membentak. “Apakah kau
pun bersedia bertempur dengan aku sekali lagi?”
Yu Leng merandek mendengar ucapan itu.
“Tentu!” sahutnya.
“Bebaskanlah totokanmu di tubuhku ini!”
Tanpa menunggu lagi Yu Leng segera menepuk punggung
Ouw Lo Si yang segera bergerak dan menyerang dengan dua
jari tangannya ke arah kain penutup muka Yu Leng dan ia
berhasil!
Ouw Lo Si jadi berdiri menjublek sambil memegangi kain
hitam yang berhasil dijambretnya tadi, dihadapannya tampak
satu wajah yang pucat seperti mayat, dengan hidung bengkok
seperti patok burung garuda, dan kedua mata bersinar seperti
burung kokok beluk.
“Pek Tiong Thian!” seru Khouw Kong Hu karena kagetnya.
Memang orang itu ternyata bukan Yu Leng alias Ji Cu Lok,
dia itu bukan lain daripada adik seperguruan Cia It Hok, Pek
Tiong Thian!
“Jahanam!” Khouw Kong Hu membentak “Tidak heran jika
kedua saudara Kim dari partai Kong-tong telah kau bunuh
dengan kejam!”

Sampul Maut 351


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ketiga saudara Kim dan Kiu It sudah berada di akherat,


mereka tengah menantikan kedatangan kalian berdua di
sana!” kata Pek Tiong Thian sambil tertawa seram.
Disebutnya nama Kiu It membuat Khouw Kong Hu dan
Ouw Lo Si murka sekali, namun mereka merasa jeri dan tidak
berdaya menghadapi musuh Kiu It itu. Si Ahli nujum kipas baja
harus menggunakan otaknya untuk lolos dari iblis itu.
“Jika kenalan lama saling bertemu,” katanya kemudian,
“seharusnya mereka beriang hati. Sebagai seorang sahabat,
sebelum kau membunuh kita berdua, aku hanya minta kau
menjelaskan sesuatu.
“Pincang! tidak percuma kau diberi nama julukan si Ahli
nujum kipas baja, kau barusan telah mengingusi aku sehingga
topengku terbuka. bagus, bagus! Atas kelicikanmu itu, aku
akan memberikan ketika untuk kau menanyakan sesuatu.”
“Si-ko!” kata Khouw Kong Hu, “Apa gunanya kita banyak
cing-cong kepada bajingan ini?”
“Sabar Hiantee,” sahut Ouw Lo Si tenang, “kita memang
akan mati tetapi kita harus mati secara tidak penasaran! Aku
hanya ingin saudara Pek menjelaskan sesuatu.”
Melihat wajah Ouw Lo Si yang bergerak-gerak tidak wajar
itu, Khouw Kong Hu segera mengetahui bahwa saudara
angkatnya itu ingin melaksanakan suatu tipu muslihat.
Sepanjang pengetahuannya, saudara angkatnya itu sangat
cerdik, mungkin lebih cerdik daripada musuh besar yang
mereka tengah hadapi itu.

Sampul Maut 352


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bagaimanakah Ouw Si-ko ingin meloloskan diri?”


tanyanya dalam hati. ‘“Bukankah disamping ilmunya lihay, si
bangsat she Pek ini memiliki Ciam-hua-giok-siu?”
Namun, si kakek pincang masih bersikap tenang luar
biasa, sejenak kemudian terdengar berkata.
“Saudara Pek, setelah Kiu It berpisah dengan kita, ia lalu
bergabung dengan kau, dan di kalangan Bu-lim kalian berdua
terkenal sebagai “Sepasang Garuda”, tetapi mengapa kau
begitu tega membunuh kawanmu yang terakrab itu? Bahkan
kau membunuh juga orang-orang yang datang untuk memberi
hormat kepada puterinya yang sedang merayakan hari ulang
tahun!”
“Pertanyaan yang telah kuduga!” sahut Pek Tiong Thian
sambil bersenyum getir, “Kiu It telah menghianati aku di
waktu aku sangat perlu dengan pertolongannya!”
“Mengapa kau menuduh Kiu It sebagai pengkhianat?”
“Apakah kau mengetahui bahwa beberapa tahun yang
lalu, tiga partai silat telah bergabung untuk menggempur
partai Tiang-pek?”
Ouw Lo Si mengangguk.
“Ketika itu, karena aku masih lumpuh dan harus berjalan
dengan bantuan tongkat ketiak. Aku tinggal di suatu rumah
gubuk yang terpencil sedikit jauh dari markas partaiku. Pada
suatu hari karena merasa sangat putus asa, aku telah
menghajar satu batu gunung sehingga batu tersebut
terpental, ternyata di bawah batu itu terdapat sebuah kitab
yang berjudul Jit-gwat-po-lek (Kitab catatan ilmu sakti)!”

Sampul Maut 353


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kitab itu adalah ciptaan Tiang-pek Sang-jin, guru besar


partai Tiang-pek, yang sudah lenyap selama seratus
delapanpuluh tahun lebih!” kata Ouw Lo Si dengan paras
kaget. “Tidak heran kau dengan mudah saja dapat menyamar
sebagai Ji Cu Lok!”
“Hm! sebetulnya ilmu Thay-yang-sin-jiauw pun berasal
dari kitab itu, tetapi ternyata Ji Cu Lok telah lebih dulu
menyobek lembaran-lembaran catatan ilmu yang dahsyat
itu!” kata Pek Tiong Thian penasaran. “Namun, aku merasa
yakin betul bahwa apa yang aku telah pelajari dari kitab itu
pasti dapat mengimbangi keampuhan Thay-yang-sin-jiauw!”
“Ada hubungan apa antara kitab itu dengan Kiu It,
sehingga kau mengatakan kawan karibmu itu
mengkhianatimu?”
“Meskipun aku telah berhasil mempelajari isi kitab Jit-
gwat-po-lek, tetapi aku tidak dapat mempergunakan ilmu-
ilmu yang dahsyat itu, karena kedua kakiku masih lumpuh.
Aku mengetahui bahwa di suatu puncak pegunungan Kun-lun-
san, di daerah Long-ya, ada seorang sakti yang dapat
membuat obat yang disebut Cai-cau-leng-cou dan katanya
obat itu dapat menyembuhkan kedua kakiku. Aku telah
meminta pertolongan Kiu It untuk menukar Ciam-hua-giok-siu
dengan obat itu, tetapi ia telah berkhianat dan memberikan
benda pusaka itu kepada Kong-ya Coat!”
Mendengar penuturan itu, Ouw Lo Si segera mengetahui
bahwa Kiu It telah dibunuh karena dianggap telah
mengkhianati Pek Tiong Thian. Tidak terduga karena telah

Sampul Maut 354


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

diingusi oleh Kong-ya Coat, orang she Kiu itu harus memikul
segala akibat ketololannya!
“Kiu Ji-tee!” Ouw Lo Si berseru dalam hati, “kau berkawan
sembarangan saja sehingga seorang jahanam kau anggap
sebagai nabi!”
Setelah itu ia mengawasi Pek Tiong Thian dan berkata.
“Hei orang she Pek! sebenarnya yang harus kau bunuh
bukan Kiu It!”
“Siapa lagi kalau bukan dia?”
“Kong-ya Coat!”
“Mengapa kau dapat mengatakan demikian?”
“Karena Kiu It telah ditipu oleh orang she Kong-ya yang
licik itu!”
Pek Tiong Thian jadi menjublek sejenak, namun setelah
berpikir sebentar ia lalu berkata lagi.
“Aku tidak mengerti!”
“Ketika Kong-ya Coat mengetahui bahwa kau telah
bersekongkol dengan Kiu It, ia lalu menukar tanda-tanda yang
melekat di ketiga kotak sehingga ia berhasil membawa lari
Ciam-hua-giok-siu yang tulen!”
Pek Tiong Thian terkejut juga mendengar keterangan itu,
tetapi ia tiba-tiba tertawa berkakakan dan berkata lagi.
“Hai pincang! Kau memang terkenal cerdik tetapi aku tak
dapat kau tipu!”

Sampul Maut 355


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Meski kau percaya pun, Kiu It tidak akan hidup lagi!


Tetapi kau sekarang sudah tidak lumpuh, apakah kau sendiri
telah berhasil memperoleh obat dari orang sakti yang kau
maksud itu? “
“Ha, ha, ha.! Tidak! Aku tidak pernah bertemu dengan
orang sakti itu!”
“Tetapi mengapa.......?”
“Aku telah membuntungkan kedua betisku dan...... aku
sekarang berbetis besi!”
Ouw Lo Si maupun Khouw Kong Hu jadi terbelalak
mendengar keterangan itu.
“Pantas salah satu dari kedua saudara Kim tidak berhasil
menggores betismu!” pikir Khouw Kong Hu.
“Hei pincang!” Pek Tiong Thian membentak lagi,
“sekarang sudah tiba giliranmu untuk digeledah!”
“Apakah betul, kau sebagai seorang yang memiliki
kepandaian demikian tinggi masih mau memeriksa sepatuku
juga?” tanya Ouw Lo Si dengan paras tidak berubah.
“Jika perlu, isi perutmu pun aku akan geledah!”
“Yah, jika demikian, periksalah!” Ouw Lo Si berlagak
menantang dengan hati berdebar-debar. “Tetapi ingat,
namamu sebagai seorang yang berkepandaian tinggi akan
tercemar, bahwa kau, Pek Tiong Thian yang memiliki
kepandaian setaraf dengan Yu Leng, masih sudi menggeledah
sepatuku!”

Sampul Maut 356


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian jadi ragu-ragu juga mendengar ucapan si


kakek pincang yang lihay itu, karena memang memeriksa
sepatu seseorang adalah suatu perbuatan yang dipandang
hina oleh orang-orang yang berkecimpungan di kalangan
Kang-ouw!
“Disamping resiko itu,” Ouw Lo Si melanjutkan, “kau tidak
akan menemui apapun dalam sepatuku. Kecuali...... hee, hee,
hee, kecuali hawa ‘harum semerbak’ kakiku yang pincang!”
“Jadi memang benar kau yang telah mengambil kedua
benda itu?” tanya Pek Tiong Thian yang sudah mulai terkena
siasat si kakek pincang.
“Ya!”
“Dimana kau sembunyikan kedua pusaka isteriku itu?”
“Di suatu tempat yang tenteram dan aman, di mulut
lembah Yu-leng-kok!” sahut Ouw Lo Si mendusta. Dengan
jawaban ini si kakek pincang telah mempunyai suatu rencana
untuk meloloskan diri dari cengkeraman Pek Tiong Thian.
“Baiklah, jika kau bersedia menghantar aku ke tempat itu,
aku akan membebaskan jiwamu berdua. Bagaimana?”
“Aku akan menghantar kau kesana!” sahut Ouw Lo Si
sambil melirik kepada saudara angkatnya. “Tetapi, jika kau
sudah memperoleh kedua benda itu, kau jangan coba-coba
menahan aku lagi karena aku sudah siap sedia menghadapi
kemungkinan itu!”
Si kakek berkata begitu hanya untuk menggertak sambel
saja, karena menurut pengalamannya, bahwa betapapun

Sampul Maut 357


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

jahat serta kejamnya seseorang, dia pasti mempunyai


kelemahan, yalah takut mati!!
“Apakah, kita berangkat sekarang?”
“Hee, hee, hee! Rupanya kau sudah sangat keranjingan
kepada kedua benda pusaka itu! Apa kau kira aku dapat
bergerak dalam keadaan ditotok begini?”
––––––––

BAB 27
TERSANDERA IBLIS PEK TIONG THIAN

Tanpa menunggu lagi, Pek Tiong Thian segera menepuk


pinggang si kakek pincang, yang segera dapat berjalan untuk
menghampiri Khouw Kong Hu sambil berkata.
“Hiantee, apakah kau dapat berjalan?”
Ouw Lo Si mengatakan itu sambil memberi isyarat dengan
gerak gerik tangannya.
Melihat isyarat itu, Khouw Kong Hu segera mengetahui
bahwa saudara angkatnya tidak menghendaki ia mengikut,
tetapi ketika mengingat lukanya, ia berpendapat lebih baik
lekas-lekas berlalu saja dari kuil Cit-po-sie itu. Di samping itu
ia tidak mau saudara angkatnya menghadapi bahaya seorang
diri saja, jika mesti mati, ia lebih suka mati bersama-sama.
“Tentu saja aku dapat berjalan!” sahutnya sambil
menahan sakit.

Sampul Maut 358


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kalau begitu, ayolah kita berangkat sekarang!” kata Ouw


Lo Si.
“Tidak!” bentak Pek Tiong Thian yang jadi merasa curiga
dirinya akan ditipu oleh kedua lawannya itu, “lebih baik dia
yang sudah terluka parah tinggal di sini saja!”
Ouw Lo Si memang tidak menghendaki saudara angkatnya
itu turut serta, ia telah berdusta kepada Pek Tiong Thian
dengan mengatakan bahwa kedua benda pusaka Thian-hiang-
sian-cu berada di dekat mulut lembah Yu-leng-kok, dengan
perhitungan bahwa dalam perjalanan ke lembah yang seribu
lie lebih jauhnya itu, ia mungkin dapat kesempatan untuk
meloloskan diri. Jika Khouw Kong Hu yang terluka ikut serta,
bukankah ia jadi tidak dapat bergerak lebih leluasa?
Maka ia merasa girang sekali mendengar ucapan Pek
Thong Thian itu. Tetapi Khouw Kong Hu yang kurang cerdik
jadi gusar.
“Hei Ji Cu Lok gadungan!” bentaknya, “apakah kau tidak
takut akan pembalasanku di kemudian hari?”
Pek Tiong Thian mengetahui bahwa Khouw Kong Hu
terkenal sebagai si Tinju besi gaitan baja, ditambah dengan
senjata Yan-bie-tin nya, dia itu sangat ditakuti oleh banyak
orang di kalangan Kang-ouw, tetapi dia yang telah memiliki
ilmu-ilmu dahsyat dari kitab Jit-gwat-po-lek, memandang
remeh akan kepandaian orang yang berkaliber seperti Khouw
Kong Hu itu.

Sampul Maut 359


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ha, ha, ha! Membikin pembalasan? Ha, ha, ha!” katanya


sambil mengejek. “Sembuhkan saja tulang kakimu yang patah
itu!”
“Hiantee, kau tunggu saja di sini. Aku akan lekas kembali!”
kata Ouw Lo Si sambil berjalan diikuti oleh Pek Tiong Thian.
Ketika sudah tiba di dekat tangga tali untuk turun dari
jurang Beng-keng-ya, Pek Tiong Thian segera memeriksa
keadaan di sekitarnya, kemudian ia berkata.
“Hei pincang! Apakah perlu aku gendong kau untuk turun
dari jurang ini?”
“Kau betul-betul sangat memandang rendah kepadaku!
Aku dapat turun sendiri! Ayohlah!”
“Ha, ha, ha! Jika kau telah menghantar aku ke tempat
sembunyinya kedua benda pusaka isteriku, kau mau matipun
aku tidak keheratan, tetapi jangan sekarang, jangan sekarang.
Ha, ha, ha!”
Pek Tiong Thian lalu mencari jalan lain. Jalan itu juga
sangat curam serta berliku-liku, namun lebih mudah
ditempuhnya. Setelah lewat dua jam, barulah mereka tiba di
kaki gunung untuk segera meneruskan perjalanan mereka ke
lembah Yu-leng-kok.
Pada hari keenam berkat ilmu meringankan tubuh jung
baik, mereka sudah tiba di luar lembah yang dimaksud itu.
Warung arak di mana Ouw Lo Si telah tinggal terpencil
banyak tahun masih berdiri. Mereka segera menghampiri
warung itu, sebelum masuk Pek Tiong Thian tiba-tiba berkata.

Sampul Maut 360


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Pincang! ajalmu sudah hampir tiba, hati-hati jika kau


mendusta!”
Ouw Lo Si jadi berdebar-debar mendengar ancaman itu,
karena memang kedua benda pusaka yang diingini Yu Leng
tetiron itu berada dalam sepatunya! Namun ia masih dapat
bersikap tenang, bahkan sambil bersenyum ia berkata.
“O..... suasana di sini membuat aku teringat akan
peristiwa-peristiwa yang lalu! Aku sudah tinggal di sini
sepuluh tahun lebih sambil membuka warung arak, justru
dalam warung inilah aku telah menyimpan kedua benda
pusaka Thian-hiang-sian-cu! Mari. kita masuk!”
duapuLuh
Ouw Lo Si membuka pintu bekas warung araknya, mereka
melangkah masuk dan dapat menyaksikan keadaan di dalam
warung itu agak kacau, selain itu mereka dapat melihat juga
satu orang sedang tidur nyenyak di pinggir satu meja. Begitu
mendengar kedatangan Ouw Lo Si dan Pek Tiong Thian, orang
itu jadi tersadar, dan sekonyong-konyong ia lalu menyanyi.
“Arak yang harum tersedia di dalam guci.
Dan hanya diminum untuk melupakan kepedihan hati,
Pakaian dan tubuh yang kotor dapat dicuci,
Namun perbuatan yang terkutuk dibawa mati!”
Setelah bernyanyi, orang itu lalu berkata.
“Ouw Lo Si, arak yang kau simpan disini betul sangat lezat
rasanya?!”

Sampul Maut 361


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Sambil memegang guci arak orang itu berbangkit dan


berkata lagi.
“O.... kau datang ke sini sambil mengajak lain orang, siapa
dia itu?”
Ouw Lo Si mengawasi orang itu yang sudah setengah
mabuk, yang mengenakan pakaian compang-camping, yang
bukan lain dari pada Si Lam Tojin si pemabuk dari partai
Kiong-ka-pang!
“Si Lam,” kata Ouw Lo Si. “Jika kau suka minum arak, kau
dipersilahkan minum sekenyangnya. Mari aku perkenalkan
kepada seorang sahabat!”
Dengan satu lirikan tajam Si Lam Tojin sudah dapat
mengenali orang yang dikatakan seorang sahabat itu.
Kemudian sambil bersenyum dingin ia berkata.
“Meskipun aku seorang miskin, tetapi aku tidak
sembarangan berkawan. Aku tidak sudi diperkenalkan kepada
orang yang tidak jujur!”
Ucapan itu sangat menyinggung perasaan Pek Tiong Thian
yang sudah tidak memakai kain hitam untuk menutupi
mukanya.
Si Lam Tojin sudah mengetahui bahwa Pek Tiong Thian
dulunya adalah seorang yang jahat, kejam serta licik, tetapi ia
tidak mengetahui bahwa Pek Tiong Thian telah berubah
demikian liciknya sehingga ia berhasil menyamar sebagai Ji Cu
Lok.

Sampul Maut 362


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mendengar jawaban si pemabuk itu, segera terlintas


suatu muslihat di otak Ouw Lo Si yang cerdik itu.
“Inilah ketika yang baik untuk aku meloloskan diri!”
pikirnya kemudian sambil nyengir penuh arti ia berkata.
“Si Lam, kau mungkin sudah mengenal siapa kawanku ini,
tetapi mungkin kau tidak mengetahui dia sekarang sudah......”
Belum lagi selesai kata-kata itu, Ouw Lo Si tiba-tiba jadi
merandek ketika merasa tulang punggungnya tersentuh oleh
jari tangan Pek Tiong Thian. Ia sebetulnya ingin membongkar
rahasia penyamaran Pek Tiong Thian. Jika ia meneruskan
mungkin jari yang sudah mengancam itu akan menewaskan
jiwanya!
Maka lekas-lekas ia mengalihkan ucapannya itu.
“Si Lam, apakah kau berada sendirian saja dalam
warungku ini?”
Si Lam bukan seorang anak kecil, persambungan kata-kata
yang tidak berjuntrungan dan perubahan wajah Ouw Lo Si
yang mendadak itu, telah membuatnya menduga bahwa tentu
ada apa-apa yang kurang beres dengan kedua orang yang
baru datang itu.
Tetapi dengan wajah dan sikap seolah-olah ia tidak
mengetahui hal itu ia menyahut.
“Aku sedang menantikan beberapa orang sahabatku di
sini!”

Sampul Maut 363


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bagus!” seru Ouw Lo Si dalam hati, “Lebih banyak orang


yang datang lebih besar lagi kesempatanku untuk meloloskan
diri!”
Setelah menoleh kepada Pek Tiong Thian ia lalu berkata
kepada si pemabuk.
“Siapakah gerangan yang kau nantikan itu?”
Acuh tak acuh Si Lam menenggak araknya dari dalam guci,
kemudian menghela napas dan berkata.
“Semua orang yang bakal datang di sini, aku rasa tidak
asing lagi bagimu!”
“Bolehkah aku mengetahui?” Ouw Lo Si mendesak.
“O...... tentu saja, tentu saja boleh! Mereka adalah Kong-
ya Coat alias si Dewa sakti, Siauw Cu Gie alias si Raja naga dari
lima telaga, Liong Kie Thian alias si Naga sakti dan isterinya,
Leng Cui alias si Burung cenderawasih dari propinsi Kwi-ciu!
Coba bayangkan betapa ramainya jika mereka semua sudah
berkumpul di sini!”
Ouw Lo Si girang bukan main mendengar disebutnya
nama-nama itu, karena orang-orang yang bakal datang itu
adalah jago-jago silat kelas wahid, yang tidak dapat diragukan
lagi akan keistimewaan ilmu mereka masing-masing!
Dengan hati berdebar-debar ia lalu menanya lagi.
“Apa maksud kedatangan mereka di sini?”
“Masuk kedalam lembah Yu-leng-kok dan membikin
penyelidikan!”

Sampul Maut 364


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Penyelidikan?! Bukankah lembah itu sudah tertutup?


Dan barang siapa yang berani masuk akan dibunuh?!”
Belum lagi Si Lam Tojin menjawab pertanyaan itu, ketika
terdengar bunyinya senjata dikeluarkan dari serangkanya
dibarengi dengan suara bentakan.
“Yang takut mati tidak dipaksa untuk masuk ke dalam
lembah!”
Ouw Lo Si dan Pek Tiong Thian berbalik dan dapat melihat
seorang yang berusia setengah abad bertubuh tegap dan
berwajah tampan, sudah berdiri di dalam warung arak itu
sambil memegang sebilah pedang di tangan kanannya.
Di sampingnya tampak seorang wanita yang herusia kira-
kira tigapuluh tahun dan berparas cantik. Mereka yang sudah
lama berkecimpungan di kalangan Kang-ouw pasti sudah
mengenal siapa mereka itu. Mereka adalah Liong Kie Thian
dan isterinya dari propinsi Kwi-ciu!
Melihat kedatangan kedua orang itu Ouw Lo Si segera
berbisik, seolah-olah ia bertindak untuk kebaikan Pek Tiong
Thian yang ingin ia jerumuskan itu!
“Saudara Pek, lebih baik kita menunggu dulu sebelum
mengambil kedua benda pusaka Thian-hiang-sian-cu itu,
bagaimana kau pikir?”
“Betul!’“ sahut Pek Tiong Thian dengan suara rendah,
“kita akan menanti kedatangan mereka semua, setelah itu aku
akan membasminya!”

Sampul Maut 365


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si merasa lega mendengar jawaban itu, karena


jika Pek Tiong Thian mendesaknya untuk mengambil juga
benda pusaka yang dimaksud itu, siasatnya tentu akan
kandas!
“Saudara Pek,” bisiknya lagi, “angkatlah ancaman jari
tanganmu di punggungku, atau mereka akan merasa
curiga......”
Ucapan yang beralasan itu dituruti saja oleh Pek Tiong
Thian, maka Ouw Lo Si lalu berjalan untuk mencari tempat
duduk, diikuti oleh Pek Tiong Thian sendiri.
Si Lam Tojin yang sudah mengetahui bahwa Ouw Lo Si
berada di bawah pengawasan Pek Tiong Thian yang ia tidak
sukai itu, segera menanya kepada Liong Kie Thian.
“Apakah kau tidak menjumpai Kong-ya Coat dan Siauw Cu
Gie di jalan?”
Liong Kie Thian menghampiri meja, setelah meletakkan
pedangnya di atas meja itu ia menyahut.
“Tidak, aku kira mereka sudah tiba di sini.”
Apakah sebenarnya yang hendak diselidiki oleh Si Lam
Tojin, Kong-ya Coat, Liong Kie Thian beserta isteri dan Siauw
Cu Gie?
Maksud kedatangan ke lima tokoh persilatan itu bukan
lain daripada untuk menyelidiki Yu Leng! Yu Leng yang
dulunya terkenal sebagai seorang gagah yang belum pernah
mengingkari janji, apa lagi sumpahnya!

Sampul Maut 366


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Bukankah Yu Leng telah bersumpah untuk membunuh diri


setelah berhasil mewariskan ilmunya yang dahsyat?
Mengapa sekarang dia bukan saja telah menginjak-injak
sumpahnya sendiri, bahkan perbuatan-perbuatannya jadi
seperti seorang yang otaknya miring!
Perbuatan-perbuatan yang gila inilah yang telah
membangkitkan rasa curiga ke lima tokoh persilatan yang
telah disebutkan di atas, tentang keaslian Yu Leng alias Ji Cu
Lok, sehingga mereka bergabung untuk membikin
penyelidikan ke dalam lembah Yu-leng-kok.
Kemudian terdengar Si Lam Tojin berkata.
“Saudara Liong apakah dalam perjalananmu ke sini kau
tidak melihat bekas-bekas keganasan Yu Leng?”
“Tidak,” sahut Liong Kie Thian.
“Ketika aku lewat di pegunungan Ngo-tay-san beberapa
hari yang lalu, di kaki jurang Beng-keng-ya aku telah melihat
banyak lentera-lentera merah. Mungkin sekali Yu Leng telah
berkunjung ke kuil Cit-po-sie di atas jurang itu!”
“Betul!” terdengar suara orang dari luar warung arak, “si
pemabuk telah menduga tepat Bak Kiam Taysu pun sudah
tewas!”
Berbareng dengan itu, tampak seorang yang bertubuh
kurus jangkung, berjenggot panjang, sudah masuk ke dalam
warung arak itu.
Orang itu bukan lain dari pada Kong-ya Coat dari Tan-kwi-
san-cong.

Sampul Maut 367


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Saudara Kong-ya,” kata Si Lam Tojin dengan paras kaget,


“dari mana kau ketahui bahwa Bak Kiam Taysu telah tewas?”
Kong-ya Coat terkejut dapat melihat Ouw Lo Si dan Pek
Tiong Thian juga berada dalam warung arak itu, tetapi ia
segera menyahut.
“Rupanya ada orang yang naik ke atas jurang Beng-keng-
ya dan masuk ke dalam kuil Cit-po-sie, aku tidak dapat naik
dari tangga tali, karena tangga itu telah terbakar putus. Aku
naik dengan mengambil jalan lain dan jadi terkejut sekali
ketika melihat Bak Kiam Taysu dan beberapa puluh pendeta
sudah menjadi mayat!”
Dengan tiba-tiba saja wajah Ouw Lo Si berubah
mendengar keterangan itu, ia merasa sangat khawatir akan
keselamatan Khouw Kong Hu.
“Kong-ya tay-hiap,” katanya gelisah. “di samping Bak Kiam
Taysu dan muridnya, apakah kau melihat juga mayat orang
lain?”
Kong-ya Coat berpikir sejenak, kemudian ia menyahut.
“Ada!”
“Mayat siapakah itu?” Ouw Lo Si menanya lagi dengan
cepat.
“Seorang pendeta tua! Aku tidak kenal siapa pendeta
yang sudah sangat tua itu.”
Barulah mereda ketegangan paras Ouw Lo Si ketika
mendengar jawaban itu, ia merasa yakin Khouw Kong Hu
sudah dapat berlalu dari kuil Cit-po-sie.

Sampul Maut 368


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kong-ya Coat lalu berjalan menghampiri satu kursi yang


berada di hadapan Pek Tiong Thian.
“Saudara Pek,” katanya sambil menatap beringas,
“kaupun berada di sini?”
“E...... kau masih ingat kepadaku?” sahut Pek Tiong Thian.
Kong-ya Coat tidak mengetahui bahwa ilmu silat Pek
Tiong Thian kini sudah banyak lebih lihay daripada beberapa
tahun yang lalu. Dengan nada mengejek ia berkata lagi.
“Saudara Pek, kau sudah lama tinggal di pegunungan
Tiang-pek-san, apakah maksud kedatanganmu di sini?”
“Urusan pribadiku tidak perlu orang lain usil-usil!” sahut
Pek Tiong Thian dengan angkuh, “apakah betul kau dan
kawanmu itu menyelidiki tentang keaslian Yu Leng!“
“Ya, apakah kau pun ingin turut serta?”
“Orang dapat menggunakan nama Yu Leng, tetapi apakah
orang dapat memalsukan ilma silatnya? Ha, ha, ha, aku kira
kalian semua akan menjadi mayat di dalam lembah keramat
itu!”
Liong Kie Thian jadi mendongkol mendengar jawaban itu,
yang seolah-olah mengecilkan semangat mereka berlima.
“Kong-ya tay-hiap,” katanya sambil mengawasi Pek Tiong
Thian “apa gunanya kau bicara dengan orang yang pernah
dibikin lumpuh kakinya? Dulu, jika dia tidak meminta ampun
sambil berlutut, mungkin dia sudah tiada lagi di dunia ini!!
Tidak perlu kita memandang orang semacam dia itu!”

Sampul Maut 369


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Liong Kie Thian!” bentak Pek Tiong Thian yang merasa


sangat tersinggung karena peristiwa kakinya dibikin lumpuh di
sebut-sebut. “Isterimu, Leng Cui sangat cantik, apakah kau
ingin dia menjadi janda?”
Bukan main gusarnya Liong Kie Thian, ia mengambil
pedangnya yang tergeletak di atas meja, kemudian setelah
menyuruh Kong-ya Coat mundur ia berjalan menghampiri Pek
Tiong Thian.
Si Lam Tojin menepuk meja dan berkata sambil tertawa.
“Ouw Lo Si,” katanya. “Aku telah mengatakan tadi bahwa
warung arakmu ini akan menjadi ramai! Sekarang sudah mulai
terbukti!”
Pek Tiong Thian berbangkit dari tempat duduknya, lalu
sambil menepuk pundak Ouw Lo Si ia berkata.
––––––––

BAB 28
PENGEROYOKAN IBLIS PEK TIONG THIAN

“Tunggu sebentar di sini, dan jangan coba lari!”


Setelah itu ia lalu menatap Liong Kie Thian dan berkata.
“Kau keliru jika merasa dapat mengalahkan orang
lumpuh!”
“Ha, ha, ha! Aku justru ingin memberikan ketika
kepadamu untuk menyerangku tiga kali. Ayohlah hunus
senjatamu, aku tidak akan balas menyerang!”

Sampul Maut 370


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian tertawa berkakakan sambil mengambil


tempat duduk lagi.
“Aku akan melawanmu sambil duduk,” katanya congkak,
“Jika dalam tiga jurus aku tidak mampu mengambil jiwamu,
kau panggil saja aku anjing!”
Semua orang yang berada di situ menjadi terkejut melihat
kesombongan orang she Pek itu, kecuali Ouw Lo Si yang sudah
mengetahui tentang Ji Cu Lok gadungan itu.
“Si Naga sakti menjadi mayat dalam tiga jurus?! tanya Si
Lam Tojin sambil membelalakan matanya. “Pek Tiong Thian!
Kau betul-betul terlalu sombong!”
Liong Kie Thian tidak lagi dapat menahan hawa
amarahnya. Seperti seekor harimau terluka ia meloncat dan
menusuk dada Pek Tiong Thian yang baru saja duduk dengan
jurus Kiun-liong-hie-cui (Seratus naga bermain di air).
Pek Tiong Thian tidak gentar, ia tetap duduk dengan sikap
yang tenang sekali sambil menanti serangan itu. Tetapi tiba-
tiba saja Liong Kie Thian sendiri yang jadi terhuyung sambil
melepaskan pedangnya!
Mengapa dapat kejadian demikian?
Harus diketahui bahwa jurus Kian-liong-hie-cui sangat
menakjubkan. Tampak pedang Liong Kie Thian berputar-putar
sambil mengeluarkan sinar yang menyilaukan mata, dan
dengan tiba-tiba ujung pedang yang tengah mendesing-desing
itu menusuk ke arah dada!

Sampul Maut 371


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tetapi satu sentilan dengan jari tengah tangan kiri Pek


Tiong Thian yang dilancarkan secepat kilat dan pada saat yang
tepat pula, telah mengelakkan tusukan maut itu. Liong Kie
Thian terjerumus ke depan, dan pada saat itu pula ia merasa
pundaknya digedor keras sehingga ia terhuyung ke samping.
Tanpa terasa lagi ia sudah melepaskan pedangnya karena
merasa tangan kanannya menjadi lumpuh dan kepalanya
pusing .
Ia lekas-lekas berbalik dan dengan tangan kirinya
menyerang ke arah pinggang lawannya!
Pek Tiong Thian dengan tenang sekali mengulur
tangannya untuk menjambret tinju yang tengah meluncur ke
arah pinggangnya itu.
Mendadak terdengar Liong Kie Thian menjerit seram,
karena tangannya patah-patah!
Hanya dalam dua jurus saja, orang-orang yang menonton
segera dapat melihat bahwa Pek Tiong Thian betul-betul telah
membuktikan kata-katanya tadi!
Leng Cui tidak dapat melihat suaminya dianiaya demikian
rupa, sambil berseru keras ia menyerang dengan sepasang
goloknya. Pek Tiong Thian tiba-tiba melepaskan pegangannya
dan mendorong tubuh Liong Kie Thian ke arah turunnya
sepasang golok, sehingga Leng Cui terkejut dan tidak keburu
menarik pulang goloknya itu yang tanpa dapat ditahan lagi
sudah membela pundak suaminya sendiri!
“A a a h h......!” Liong Kie Thian menjerit seram, darah
segera mengucur membasahi tubuhnya.

Sampul Maut 372


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ha, ha, ha! Burung cenderawasih dari propinsi Kwi-ciu


dan si Naga sakti sebetulnya merupakan pasangan yang
sempurna!” kata Pek Tiong Thian, “Sebelum aku mengirim
kalian ke neraka, mengapa tidak berpelukan dulu di sini?! Ha,
ha, ha!”
Setelah itu cepat laksana kilat ia telah mengambil pedang
Liong Kie Thian yang kemudian dipatahkan dan dilontarkan ke
arah sepasang suami isteri itu.
Pada saat itu, Leng Cui yang gelisah karena goloknya
sudah melukai pundak suaminya sendiri, dan Liong Kie Thian
yang sudah pusing kepalanya dan lumpuh tangan kanannya,
tak dapat melihat sambitan maut itu. Kedua potong pedang
yang sudah patah itu tepat nancap ditenggorokan kedua
orang suami isteri itu, yang lalu roboh tidak berkutik lagi!
Lagi-lagi Yu Leng gadungan telah mengambil dua korban
jiwa, dalam pertempuran hanya dua atau tiga jurus itu!
duapuLuh satu
Melihat cara Pek Tiong Thian melontarkan pedang yang
telah dipatahkannya itu, Kong-ya Coat yang pernah
mendengar keterangan Ouw Lo Si tentang pembunuhan di
tempat Kiu It, segera dapat memastikan bahwa Pek Tiong
Thian adalah Yu Leng atau Ji Cu Lok gadungan!
“Ah!!” serunya, “kalau begitu kau?”
“Ha, ha, ha! Memang aku!” kata Pek Tiong Thian.
Pada saat itu Siauw Cu Gie juga sudah tiba Ia terperanjat
melihat mayat Liong Kie Thian dan isterinya yang menggeletak

Sampul Maut 373


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

di lantai berlumuran darah. Ia meneliti keadaan di situ dan


ketika dapat melihat sinar mata Pek Tiong Thian, jantungnya
berhenti berdenyut, karena sinar mata yang kejam itu tidak
asing lagi baginya. Ia jadi teringat akan peristiwa di dekat
markas Kong-ya Coat ketika ia sedang berjalan-jalan dan
menjumpai orang yang menutupi mukanya dengan selembar
kain hitam, yang telah menotoknya dengan sentilan batu
kecil!
“Kau!!” serunya dengan suara menggetar.
“Ha, ha, ha! Kalian telah mengenali aku,” kata Pek Tiong
Thian, “maka kalian tidak usah pergi ke dalam lembah Yu-
leng-kok lagi!”
“Jahanam!” kata Kong-ya Coat sambil mundur beberapa
langkah. “Aku tidak menduga jika ilmu silatmu kini sudah
banyak maju! Dimanakah Ji Cu Lok sekarang?”
“Ha, ha, ha! Ji Cu Lok sudah berada di akhirat!”
“Apakah dia mati di tanganmu?”
“Ji Cu Lok mati di tanganku! Dan kalianpun akan mati,
karena ingin membongkar rahasia Ji Cu Lok!”
Setelah menyaksikan Liong Kie Thian dan Leng Cui
dibunuh, Si Lam Tojin dan Kong-ya Coat sudah bersiap sedia
untuk menggempur Yu Leng gadungan itu, dan semangat
mereka jadi bertambah ketika melihat Siauw Cu Gie pun
sudah tiba di situ.
Mereka hanya merasa sangsi, apakah mereka dapat
mengalahkan Pek Tiong Thian yang kini berilmu demikian

Sampul Maut 374


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dahsyatnya. Selagi memikiri siasat untuk mengeroyok, Pek


Tiong Thian sudah mengangkat meja untuk kemudian
dilemparkan ke arah mereka sambil sekaligus menerkam!
Terkaman yang dilakukan sambil menggerak-gerakkan
kedua tangan itu adalah jurus yang Pek Tiong Thian dapat
pelajari dari kitab Jit-gwat-po-lek ketika ia bersembunyi di
dekat markas partai Tiang-pek. Sebelum ia meloncat
menerkam, hembusan angin yang diterbitkan oleh gerak itu
saja sudah membuat Siauw Cu Gie terpental keluar dari dalam
warung arak!
Pek Tiong Thian mengejar dan berhasil menghajar pundak
lawannya, kesempatan yang baik itu telah dipergunakan oleh
Kong-ya Coat untuk menotok jalan darah di punggung Pek
Tiong Thian, dibarengi dengan meluncurnya tinju Si Lam Tojin
yang mengarah batang leher.
Tetapi dengan satu gaya yang menakjubkan sekali, Pek
Tiong Thian telah mengegosi kedua serangan yang tidak
kelihatan itu.
Dalam sekejapan saja mereka kini sudah berada di luar
warung arak. Pek Tiong Thian jadi kaget sekali ketika melihat
Ouw Lo Si tidak kelihatan mata hidungnya.
“Pincang!” serunya seram, “ke manapun kau akan mabur,
kau takkan luput dari tanganku! Awas!”
Setelah itu ia lalu mengeluarkan sarung tangan ajaibnya
dan menyerang Siauw Cu Gie.
Siauw Cu Gie yang telah terkena hembusan angin pukulan
tadi mengegos, meloncat dan berbareng berusaha menangkis,

Sampul Maut 375


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tetapi entah bagaimana, serangan yang tadinya diarahkan ke


dada itu, sekonyong-konyong berubah jadi suatu
cengkeraman yang menyerang muka.
“Aduh!”
Hanya suara itu saja yang masih dapat keluar dari mulut
Siauw Cu Gie, setelah itu kepalanya terkulai dan roboh di
tanah tidak berkutik lagi, karena Ciam-hua-giok-siu telah
menghancurkan batok kepalanya!
Melihat kejadian yang mengkirikkan bulu roma itu, Kong-
ya Coat dan Si Lam Tojin tidak berhenti menyerang. Bahkan
mereka agaknya menjadi tambah sengit.
Kong-ya Coat tiba-tiba berseru.
“Ai!”
Tampak pedangnya berputar sejenak, untuk kemudian
meluncur ke arah pinggang Pek Tiong Thian.
Bersamaan dengan itu, guci arak Si Lam yang
dipergunakan sebagai senjata, juga berputar-putar kian
kemari untuk akhirnya menumbuk kepala Yu Leng gadungan.
Serangan serentak kedua jago silat kelas wahid itu, yang
seolah-olah gelombang raksasa mendampar bibir pantai
sambil menerbitkan suara angin menderu itu, ternyata tidak
berhasil mengenai sasarannya!
Tampak Pek Tiong Thian meloncat ke samping seraya
membungkukkan tubuhnya untuk mengelakan tusukan
pedang, kemudian sambil tertawa berkakakan seram, ia lagi-
lagi meloncat dan berhasil mengelakan tumbukan guci arak,

Sampul Maut 376


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tetapi setelah itu, seperti seekor macan tutul ia berbalik dan


mencengkeram tangan yang memegang pedang.
Gerak berbalik dan mencengkeram pedang lawan,
dilakukan dengan aneh sekali. Misalnya jurus itu dilancarkan
oleh orang lain maka sudah dapat dipastikan bahwa tangan
orang itu akan tertabas putus. Betapa tidak, karena Kong-ya
Coat adalah seorang ahli pedang yang begitu jauh belum
pernah menjumpai seseorang yang dapat mengimbangi
keahliannya mempergunakan senjata tersebut.
Melesetnya tusukan itu telah membuat Kong-ya Coat
menjadi kehilangan akan kepercayaan atas dirinya sendiri!
Begitupun telah terjadi dengan Pek Tiong Thian, ia juga
merasakan suatu perasaan yang boleh dikatakan sama!
Karena semenjak keluar dan tempat bersembunyinya, jurus
mencengkeramnya itu belum pernah gagal mengambil
korban, misalnya waktu melawan Bak Kiam Taysu dan Susiok
pendeta itu sendiri, dan Siauw Cu Gie, ketiga lawannya itu
telah ditewaskan oleh jurus maut yang dahsyat itu!
“Hei Dewa sakti!” bentak Pek Tiong Thian, “tidak kunyana
ilmu silatmu telah menampakkan banyak kemajuan!”
Baru saja selesai mengatakan begitu, tiba-tiba ia merasa
suatu hembusan angin di atas kepalanya dan melihat juga
berkelebatnya pedang ke arah betisnya. Lekas-lekas ia
menangkis ke atas, sehingga Si Lam Tojin yang menyerang
dengan guci arak terdampar mundur beberapa langkah ke
belakang, tetapi Pek Tiong Thian tidak menghiraukan sama
sekali akan tusukan pedang ke arah betisnya, karena ia

Sampul Maut 377


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menganggap si penyerang akan terkejut sendiri melihat


tusukannya tidak membawa akibat yang mengerikan.
Ternyata Pek Tiong Thian salah hitung!
Begitu mengetahui tusukannya tidak membuat Pek Tiong
Thian menjerit kesakitan, Kong-ya Coat tidak menunggu
sedetikpun, ia segara merubah jurusnya dengan apa yang
dinamakan Hek-liong-cui-cu (Naga hitam mengejar mustika),
cepat laksana kilat pedangnya telah meluncur untuk menusuk
ke arah pinggang!
Serangan yang cepat itu betul-betul di luar dugaan Pek
Tiong Thian yang baru saja memukul Si Lam Tojin, sehingga ia
tidak mempunyai kesempatan apa-apa lagi untuk mengelak, ia
hanya merasa ujung pedang lawannya menyelusup dalam ke
dalam ginjalnya!
Mungkin jika Pek Tiong Thian menyaksikan cara
bagaimana Kong-ya Coat telah pertunjukkan kemahirannya
mempermainkan pedang di markas partai Tiang-pek dulu, ia
tentu akan membereskan si ahli pedang she Kong-ya ini
terlebih dulu daripada si pemabuk yang bersenjata guci arak!
“Kong-ya Coat!” serunya menggetar, “baik sekali
gerakanmu barusan!”
Bukan main terkejutnya Kong-ya Coat melihat lawannya
tidak tewas terkena tusukan pedangnya, karena ia telah
mengeluarkan apa saja yang dimilikinya untuk membasmi
jahanam itu, namun ternyata si jahanam sangat kuat,
sehingga tidak menjadi lumpuh meskipun telah ditusuk
pinggangnya, suatu anggota tubuh yang cukup mematikan.

Sampul Maut 378


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian pelahan-lahan mengeluarkan Ciam-hua-


giok-siu sambil memperlihatkan senyum iblisnya.
“Si Lam!” Kong-ya Coat berseru nyaring sambil melangkah
mundur. “kau gempur jahanam ini dari belakang!”
Setelah itu tampak ia meloncat dan menusuk sehebat-
hebatnya ke arah jantung Pek Tiong Thian tanpa
menghiraukan Ciam-hua-giok-siu yang menerjang kepalanya!
Serangan yang nekad itu belum pernah dilakukan oleh
Kong-ya Coat, karena biasanya dengan jurus Naga hitam
mengejar mustika saja, ia sudah dapat merobohkan lawan.
Disamping itu Kong-ya Coat sudah mampunyai suatu firasat
bahwa ia bakal mati di tangan jahanam she Pek itu, maka
sebelum ditewaskan, ia bertekad memberikan “hadiah”
dengan tusukannya ke arah jantung itu.
Mandadak terdengar Pek Tiong Thian maupun Kong-ya
Coat menjerit seram!
Pek Tiong Thian terdorong mundur sambil menutupi
dadanya yang sudah mengeluarkan darah!
Sedangkan Kong-ya Coat terjerumus ke depan dengan
batok kepala hancur, otaknya berserakan di tanah tercampur
dengan darah yang merah segar!
Maksud Kong-ya Coat untuk mati bersama-sama tidak
terkabulkan!
Ia pernah menjagoi di kalangan Bu-lim sehingga berhasil
merebut Ciam-hua-giok-siu, tetapi sungguh di luar dugaan

Sampul Maut 379


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

semua orang bahwa ia harus mati dicakar oleh sarung tangan


ajaib itu sendiri!
Pek Tiong Thian berdiri terpaku sambil mengawasi Kong-
ya Coat yang roboh tengkurap tepat di depan kedua kakinya.
Ia baru terkejut ketika mendengar Si Lam Tojin berkata
dengan suara parau.
“Jahanam! Ajalmu sudah tiba!” sambil menumbuk kepala
lawannya dengan guci arak.
Pek Tiong Thian yang selalu memandang rendah
kepandaian siapapun, acuh tak acuh bertindak ke depan, dan
guci arak lewat di belakang kepalanya.
“Hai pemabuk!” bentaknya gusar, “apakah kau kira aku
telah terluka parah? Kau keliru, ha, ha, ha! Kau keliru!”
“Kau masih harus melakukan satu pertempuran lagi!!
Bersiaplah!”
Mendadak kedua mata Pek Tiong Thian menyala
ditantang secara demikian angkuhnya. Kedua tangannya
bergerak untuk menotok dada dan menepuk pinggangnya
sendiri untuk sekedar menahan mengucurnya darah dari
kedua luka tusukan pedang Kong-ya Coat, lalu ia melangkah
maju dan membentak.
“Anjing! Aku ingin melihat sampai dimana kelihayanmu
itu,” Si Lam Tojin mengangkat guci araknya sambil berkata.

“Hari ini ada arak,


Maka hari ini aku mabuk,

Sampul Maut 380


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Aku beriang-gembira,
Dan persetan dengan hari esok!”
Setelah itu ia lalu menuang arak dari dalam guci ke
mulutnya. Justru pada saat ia mendongak itu Pek Tiong Thian
telah menerkam!
Si Lam Tojin memang sengaja bersikap begitu untuk
mengejek Pek Tiong Thian, dan ketika merasa lawannya sudah
menerkam, lekas-lekas ia menyemburkan arak yang sudah
berada di dalam mulutnya, sambil berseru.
“Awas! Arak beracun!”
Pek Tiong Thian dapat melihat semburan arak, ia menarik
napas dalam-dalam untuk kemudian meniup dengan penuh
tenaga dan berhasil membuyarkan serangan arak itu tetapi
tiba-tiba ia meringis sambil menekap dadanya yang masih
mengeluarkan darah.
“Jika si pincang masih berada di sini, celakalah aku
sekarang!” pikirnya.
Apa yang dikhawatirkan oleh Pek Tiong Thian itu tidak
mungkin terwujutkan, karena Ouw Lo Si yang tidak menduga
pertarungan akan berkesudahan demikian rupa, telah
melarikan diri demi kepentingan dirinya sendiri.
Sungguh sayang Ouw Lo Si telah bertindak terburu napsu,
kalau saja ia menunggu beberapa saat lagi, maka sakit hati Kiu
It sekeluarga pasti dapat ia balaskan di depan warung araknya
itu.

Sampul Maut 381


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Betapapun dahsyatnya tenaga dalam Pek Tiong Thian,


tetapi oleh karena bekas tusukan pedang Kong-ya Coat di dua
bagian tubuhnya telah mengeluarkan banyak darah, maka ia
menjadi letih juga. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diharapkan, ia lekas-lekas mengerahkan seluruh
tenaganya untuk disalurkan ke satu bagian tertentu saja, yalah
tangan kanannya yang memegang Ciam-hua-giok-siu, ia
berdiri tegak sambil menanti serangan selanjutnya.
Si Lam Tojin yang tidak mengetahui hal ini, hanya dapat
melihat bahwa sekujur tubuh lawannya sudah basah dengan
darah, ia merasa yakin lawannya itu telah terluka parah dan
hanya menanti mati.
Ia melangkah mundur untuk kemudian melancarkan suatu
pukulan yang menentukan, tetapi........ tiba-tiba ia tergelincir
dan roboh tertelentang, meskipun ia masih sempat juga
melontarkan guci arak ke arah lawannya.
Kesempatan yang baik itu, telah dipergunakan sebaik-
baiknya oleh Pek Tiong Thian. Setelah sarung tangannya
menghajar guci arak, ia langsung menerkam sambil mencakar
dada Si Lam Tojin yang sudah terlentang di tanah.
Pada saat yang gawat itu, tampak Si Lam Tojin
menggerakkan tubuhnya untuk duduk dengan nekad
melepaskan tinjunya dan......
“Kraakkkk!!!”
Tinju Si Lam Tojin hancur bertabrakan dengan Ciam-hua-
giok-siu yang tanpa berhenti pula telah menghajar dadanya!
“Ha, ha, haaaaa......”

Sampul Maut 382


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian tertawa berkakakan kalap karena merasa


terharu akan kemenangannya yang terakhir! Namun setelah
itu ia tersungkur ke depan dengan tindakan terhuyung sambil
menekap dadanya, lalu pelahan-lahan ia bertekuk lutut dan
roboh di tanah!
Ia merasa bangga sekali telah berhasil sekaligus
menewaskan ke lima lawannya yang mempunyai kedudukan
kelas tertinggi di kalangan Bu-lim, ia hanya merasa kecewa
lembaran-lembaran yang berisikan ilmu Thay-yang-sin-jiauw
dalam kitab Jit-gwat-po-lek telah dirampas oleh Ji Cu Lok,
kalau tidak, mungkin Kong-ya Coat tidak akan mampu
melukainya.
Setelah beristirahat entah berapa lama, tiba-tiba tampak
ia berbangkit dan membeset pakaian Kong-ya Coat untuk
membalut lukanya, kemudian dengan tindakan limbung ia
berjalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke
pegunungan Oey-san, memenuhi janjinya kepada Wei Beng
Yan yang sedang mencari buah yang berwarna kuning.
––––––––

BAB 29
PATUNG SUHU SUAMI ISTERI

Marilah kita tengok Wei Beng Yan dan Siauw Bie di


pegunungan Oey-san di sebelah selatan propinsi An-hwei.
Pemandangan di sekitar pegunungan tersebut sangat
indah, dihiasi dengan pohon-pohon cemara, dan puncak-
puncak yang senantiasa diliputi oleh awan.

Sampul Maut 383


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Rembulan bersinar terang di angkasa raya. Di bawah


sebuah pohon cemara di atas puncak Ci-sin-hong, tampak
seorang pemuda dan pemudi tengah duduk berdampingan di
atas satu batu gunung yang besar.
Si pemuda dengan paras gelisah mendongak ke atas
sambil memeluk dengkulnya, sedangkan si pemudi tengah
menundukkan kepalanya dan termenung.
Sejenak kemudian terdengar suara si pemuda yang bukan
lain daripada Wei Beng Yan.
“Bie moay, setengah bulan lagi guruku akan datang di sini,
sedangkan kita belum berhasil menemukan buah yang
herwarna kuning. Aku khawatir dia akan marah nanti.”
Siauw Bie mengangkat kepalanya dan menyahut sambil
bersenyum manis.
“Yan koko, jangan gelisah tidak keruan, dalam waktu
setengah bulan ini aku yakin kita akan berhasil mencari buah
tersebut.”
Wei Beng Yan berbangkit sambil mengusap-usap pedang
pusaka ayahnya yang tergantung pada tali pinggangnya.
Kemudian cepat bukan main ia menghunus pedang itu dan
menghajar batu gunung yang berada di hadapannya.
“Jika aku tidak berhasil membalas dendam, aku tidak ingin
hidup lagi dalam dunia ini!” bentaknya keras. “Pedang ini
belum dinodai darah musuh-musuh ayahku, mengapa aku
harus menahan malu dan ingin hidup terus?”
Suara keluhan itu bergema ke seluruh pegunungan itu.

Sampul Maut 384


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Siauw Bie lekas-lekas berbangkit dan menghampiri


kekasihnya sambil menghibur.
“Yan koko, kau selalu memikiri urusan membalas
dendam, sehingga kau selalu bermuram durja saja dibuatnya.”
Siauw Bie melangkah maju lagi, kemudian sambil
menaruh tangannya di pundak Wei Beng Yan, ia melanjutkan,
“Yan koko, kita masih muda, kesempatan untuk
menunaikan sumpah itu masih banyak. Kau berteriak-teriak di
malam hari begini, bukankah suaramu yang keras itu akan
mengejutkan orang?”
“Setelah aku mempertimbangkan dengan teliti, mau tak
mau kini harus percaya juga peringatan kakek Ouw. Aku telah
membahayakan diri dengan masuk ke dalam lembah Yu-leng-
kok, tetapi..... setelah aku berhasil memperoleh ilmu-ilmu
yang dahsyat DIA melarang aku membunuh kedua jahanam
Soat-hay-siang-hiong! Orang yang sekarang menutupi
mukanya dan melarang aku menuntut balas mungkin bukan
guruku, Ji Cu Lok!”
duapuLuh dua
Paras Siauw Bie yang manis menggiurkan tiba-tiba
berubah jadi gelisah tatkala mendengar ucapan itu. Menurut
kehendaknya, tidak perduli apakah Yu Leng palsu atau tulen,
yang penting yalah Yu Leng dan Wei Beng Yan jangan sampai
bertarung!
Baru saja ia ingin menghibur, tiba-tiba terdengar suara
orang mengulangi kata-kata Wei Beng Yan tadi.

Sampul Maut 385


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Pedang belum dinodai darah musuh, mengapa ingin


hidup menahan malu......?”
“Yan koko, apakah itu gema suaramu?”
“Tidak mungkin!” sahut Wei Beng Yan kaget. “Aku
mengucapkan kata-kata itu sudah agak lama.”
Setelah celingukan kanan kiri, ia lalu berseru.
“Hei! Siapa yang telah mengulangi ucapanku tadi?”
Tetapi yang terdengar hanya gema suara teriakannya
sendiri setelah itu suasana menjadi sunyi.
Baru saja Wei Beng Yan ingin berteriak lagi, ketika
terdengar suara seruling mengalun tinggi membawakan suatu
irama yang sedih serta menyayatkan hati, sehingga Wei Beng
Yan jadi teringat akan sumpahnya yang belum terlaksanakan.
Mendadak ia memukul dadanya sendiri bahna kecewa.
“Bie moay! Ayoh kita cari orang yang berseruling itu!”
“Yan koko, jangan......!”
“Bie moay, bukankah kau pernah bilang bahwa kau
takkan mau berpisah dari aku? Ayohlah......”
“Ya! Bukankah jika kau tidak pergi berarti aku senantiasa
berada didampingnya?!”
“Bie moay, lebih banyak kita mengenal orang di kalangan
Bulim, lebih baik lagi untuk kita sendiri...... ayohlah ikut aku.”
“Tidak! Aku tidak mau mengenal orang itu! Yang pasti
takkan membawa kebaikan......”

Sampul Maut 386


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Mengapa kau berprasangka demikian?”


“Ai! Itulah suara seorang wanita! Apa faedahnya
berkenalan dengan seorang wanita?”
“Ha......! Kau rupanya sudah mulai cemburu ya? Tetapi
percayalah, aku hanya seorang tawananmu...... seorang
tawanan asmara!”
Siauw Bie girang bukan main mendengar pernyataan yang
memang ia tunggu-tunggu itu, karena begitu jauh Wei Beng
Yan belum pernah menumpahkan isi hatinya, meskipun gerak-
geriknya tidak dapat diragukan lagi bahwa pemuda itu sangat
mencintai dirinya. Sekonyong-konyong ia berbalik dan
melarikan diri.
Wei Beng Yan mengejar dan berhasil menangkap serta
memeluk tubuh Siauw Bie yang tiba-tiba merasa seolah-olah
suatu aliran listrik mengalir ke seluruh jantungnya!
“Bie moay, jika kau tidak memperdulikan aku, siapakah
yang akan berbuat demikian?”
Siauw Bie bersenyum sambil mendongak, kemudian
pelahan-lahan meletakan kepalanya di dada Wei Beng Yan,
dada yang tergetar keras seperti bedug dipalu tatkala malam
takbiran!
Suara alunan seruling yang menyayatkan hati terdengar
lagi, membuat kedua muda mudi itu tersadar dari impian
mesra.
“Bie moay, ayohlah kita tengok orang yang berseruling
itu!”

Sampul Maut 387


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ayohlah.....” Siauw Bie akhirnya meluluskan juga.


Mereka lalu mendengarkan lagi dengan teliti suara
seruling itu, yang rupanya bergema dari puncak gunung di
seberang. Wei Beng Yan menarik tangan Siauw Bie untuk
turun dari puncak Ci-sin-hong, kemudian sambil
mendengarkan lagi ia berteriak dengan suara yang lantang.
“Siapakah gerangan yang berseruling di malam terang
bulan yang indah ini?”
Suara seruling mendadak mereda sejenak, tetapi tidak
lama kemudian mengalun lagi.
Wei Beng Yan agaknya mendongkol tegurannya tidak
dihiraukan, segera ia mengajak Siauw Bie mengejar ke arah
suara itu, setelah membelok di suatu lereng gunung, di atas
tanah yang rata di kaki sebuah puncak, tampak tiga rumah
gubuk yang dilingkar oleh pagar bambu. Sinar pelita yang
berkelap kelip menerangi ruangan dalam rumah-rumah gubuk
itu.
“Heran,” kata Wei Beng Yan dengan suara rendah, “di
tempat yang terpencil ini masih ada manusia yang tinggal.”
“Maaf jika aku tidak dapat menyambut sebagaimana
mestinya!” terdengar lagi suara dari rumah gubuk itu.
“Yan Koko, itulah suara yang telah mengulangi ucapanmu
tadi,” bisik Siauw Bie sambil mengikuti Wei Beng Yan yang
sudah berjalan menghampiri gubuk itu.
“Jika kedua Siohiap sudi berkunjung ke dalam gubukku ini,
silahkan masuk,” suara itu mengundang.

Sampul Maut 388


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan segera mendorong pintu dan melangkah ke


dalam, tiba-tiba ia menjadi terkejut ketika melihat sesuatu
dalam rumah itu.
“Yan koko. mengapa kau?” tanya Siauw Bie.
Wei Beng Yan tidak menyahut, ia berdiri terpaku
mengawasi dua patung sebesar dan setinggi manusia biasa,
yang dibuat dari tanah liat. Wajah kedua patung itu bukan
saja mirip benar dengan wajah manusia hidup, bahkan
pakaian yang dikenakannya pun agaknya sering diganti.
Sebuah patung merupakan seorang laki-laki yang berusia
setengah abad, sedangkan patung yang satunya lagi, adalah
patung seorang wanita yang juga menunjukkan usia setengah
abad.
Kedua patung tersebut berdiri berhadap-hadapan di satu
sisi ruangan seolah-olah sedang pandang memandang dengan
rasa penuh kasih sayang.
“Bie moay,” bisik Wei Beng Yan, “apakah kau ketahui
patung siapa ini?”
“Tidak,”
“Patung yang pria, adalah patung guruku, Ji Cu Lok!”
“Ji Cu Lok?! Yu Leng?!” Siauw Bie menanya dengan suara
rendah.
“Kalian tidak usah khawatir, kedua patung itu aku sendiri
yang buat!” kata suara dari dalam, yang agaknya sudah
menduga akan keheranan kedua tamunya.

Sampul Maut 389


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku merasa kagum sekali akan kemahiran Siocia


membuat kedua patung ini, yang demikian hidup tampaknya!”
Wei Beng Yan memuji sambil melangkah masuk.
Di dalam tampak seorang gadis tengah duduk bersila di
atas tapang. Paras muka dan bentuk tubuhnya membuat
Siauw Bie terperanjat, karena penghuni rumah itu betul-betul
seorang wanita muda cantik serta menggiurkan sekali.
Wei Beng Yan pun tidak kalah terperanjatnya, tetapi
ketika dapat firasat Siauw Bie senantiasa menatapnya, ia
lekas-lekas berkata.
“Aku Wei Beng Yan,” sambil membungkukkan tubuhnya,
lalu ia menunjuk kepada Siauw Bie dan melanjutkan.
“Dan siocia ini bernama Siauw Bie. Aku harap kunjungan
kita yang tiba-tiba ini tidak mengganggu siocia.”
“Tidak sama sekali,” sahut si gadis sambil bersenyum
lembut. “tetapi untuk menyambut kedua Siohiap pada malam
yang sejuk ini, aku hanya dapat menyuguhkan air teh hangat
saja, karena aku tidak mempunyai arak.”
Wei Beng Yan masih terpesona melihat kecantikan gadis
itu, yang menurut taksirannya baru berusia kira-kira
sembilanbelas tahun.
Di bawah sinar lampu pelita yang cukup terang, tampak
gadis itu mengenakan pakaian serba putih dengan tali
pinggang berwarna perak. Rambutnya yang tebal hitam diikat
dengan pita hijau, parasnya putih segar.

Sampul Maut 390


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kecantikan, kesederhanaan serta keluwesannya telah


membuat Wei Beng Yan seolah-olah melihat seorang puteri
dari kahyangan!
Siauw Bie juga seorang gadis cantik jelita, dan jika ingin
diperbandingkan bolehlah dikatakan bahwa kecantikan kedua
gadis itu semua sama dengan setali tiga uang! Hanya
kecantikan Siauw Bie agak kurang menonjol.
Pada detik itu juga rasa cemburu Siauw Bie sudah mulai
berkembang. Sebelumnya ia memang selalu merasa khawatir
dan sungkan mengikuti Wei Beng Yan mencari orang yang
meniup seruling, maka begitu melihat si penghuni rumah
gubuk itu merupakan saingan berat baginya, suatu rasa
khawatir akan kehilangan kekasihnya segera terbayang dalam
otaknya.
Wei Beng Yan bukan seorang pemuda hidung belang,
tetapi manusia atau pria manakah yang demikian santri
sehingga tidak tergiur atau sedikitnya merasa tertarik tatkala
melihat seorang gadis cantik?!
Wei Beng Yan masih terpesona memandangi gadis yang
berada di hadapannya itu, wajahnya jadi memerah ketika
mendengar teguran.
“Yan koko, mengapa kau tidak menanyakan nama siocia
itu?”
“Kita telah...... memperkenalkan diri, siapakah nama
siocia jika aku boleh menanya?” katanya tersipu-sipu.
Gadis itu rupanya sudah dapat melihat perasaan cemburu
Siauw Bie, tetapi sambil bersenyum ia lalu menyahut.

Sampul Maut 391


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku bernama To Siok Keng.”


Setelah itu ia melonjorkan kedua kakinya untuk turun dari
tapang sambil menyilahkan kedua tamunya duduk.
Semua perabotan dalam rumah gubuk itu terbuat
daripada bambu yang sederhana, tampak sebuah seruling
yang berwarna hitam mengkilap tergantung di dinding.
“Kedua Siohiap rupanya tengah menikmati suasana sunyi
tenteram di malam terang bulan ini,” To Siok Keng berkata
lagi setelah mereka bertiga sudah mengambil tempat duduk.
“Bolehkah aku mengetahui kalian dari partai mana?”
Siauw Bie yang selalu dimanjakan oleh kakaknya, Siauw
Cu Gie, merasa tersinggung mendengar pertanyaan itu,
meskipun To Siok Keng tidak bermaksud lain daripada ingin
mengetahui. Tetapi memang menurut peraturan yang
lazimnya berlaku di kalangan Bu-lim, pertanyaannya yang
paling belakang merupakan suatu tantangan untuk mengadu
silat.
Wei Beng Yan yang dapat melihat perubahan paras Siauw
Bie. Lekas-lekas berkata untuk membelokkan pertanyaan To
Siok Keng.
“Siocia,” katanya sambil melirik Siauw Bie untuk
kemudian menatap si gadis she To. “ada hubungan apakah
antara siocia dengan kedua orang yang patungnya kini berdiri
di depan?”
“O...... aku membuat kedua patung itu untuk
menunjukkan rasa hormatku terhadap kedua orang itu.

Sampul Maut 392


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Apakah Wei siohiap juga mengenal wajah patung-patung


itu??” kata To Siok Keng.
Wei Beng Yan menanya dengan maksud mengorek
keterangan sebanyak-banyaknya tentang patung yang
merupakan gurunya -- Yu Leng yang sudah mulai ia curigakan
keasliannya, tetapi mendengar pertanyaan gadis itu yang
diucapkan dengan nada lemah lembut itu terpaksa menjawab
pertanyaan itu, meskipun pertanyaannya sendiri belum
dijawab.
“Wajah patung yang pria mirip betul dengan wajah Ji Cu
Lok Tay-hiap,” sahutnya “tetapi siapakah patung yang satunya
lagi?”
“Bila Wei siohiap menjumpai Ji tay-hiap dan dimana?”
Baru saja Wei Beng Yan ingin menjawab, Siauw Bie sudah
mendahului berkata dengan paras masam.
“To siocia, rupanya kau dilahirkan untuk menjadi seorang
hakim, sehingga Yan koko ku menjadi gugup menghadapi
pertanyaan-pertanyaanmu yang tidak keruan juntrungannya
itu!”
Paras To Siok Keng menjadi merah sekali ditegur demikian
pedas, tetapi ia tidak menjadi gusar.
“Siauw siocia,” katanya sambil tetap bersenyum, “maksud
dari pada pertanyaanku tadi yalah, jika Wei siohiap mengenal
Ji tay-hiap sebelum dia itu tinggal di dalam lembah, Wei
siohiap pasti mengenal juga wajah patung yang wanita. Aku
tidak mempunyai lain maksud!”

Sampul Maut 393


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hm! Tidak mempunyai maksud lain!” Siauw Bie berkata


sambil menyindir.
“To siocia,” Wei Beng Yan menyelakkan kata-katanya
untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan,
“aku adalah murid Ji tay-hiap!”
Wajah To Siok Keng yang senantiasa berseri-seri tadi,
berubah sedih setelah mengetahui bahwa Wei Beng Yan
adalah ahliwaris Yu Leng.
“Tentu Ji tay-hiap telah membunuh diri......” katanya
parau.
“Ada hubungan apakah gadis ini dengan guruku,” tanya
Wei Beng Yan dalam hati setelah melihat kesedihan gadis itu,
“apakah gadis ini masih pernah kemenakan dengan guruku
atau......”
Wei Beng Yan menjadi bingung, pertama gadis itu telah
membuat patung gurunya, kemudian menjadi sedih dengan
keyakinan gurunya telah membunuh diri. Untuk membongkar
teka-teki ini ia sengaja berkata.
“Guruku belum membunuh diri, dia bilang masih ingin
hidup sepuluh tahun lagi!”
To Siok Keng jadi terbelalak mendengar keterangan itu.
“Belum membunuh diri?” tanyanya heran.
“Belum!”
“Tetapi......”
“Tetapi mengapa?” Siauw Bie mendahului menanya.

Sampul Maut 394


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bie moay, tenang sedikit!”


“Apakah aku masih kurang tenang?”
“Bie moay, dalam hal ini bukan To siocia saja yang
menjadi ragu-ragu mungkin perasaan yang sama meliputi
semua orang yang mendengar keteranganku itu.”
“Wei siohiap, aku bukan meragukan keteranganmu, tetapi
aku merasa heran mengapa Ji tay-hiap mengingkari
sumpahnya sendiri?”
––––––––

BAB 30
KECEMBURUAN SEORANG KEKASIH HATI

Tergerak hati Wei Beng Yan mengetahui gadis itupun


merasa heran akan batalnya Yu Leng membunuh diri. Tiba-
tiba saja peringatan Ouw Lo Si bergema dalam telinganya.
“Wei siohiap, jika Yu Leng betul-betul bukan gurumu yang
asli, berhati-hatilah terhadap dia itu, karena dapat dipastikan
bahwa ilmu silatnya lihay sekali.......”
“To siocia,” ia lalu berkata. “Ada hubungan apakah antara
guruku dengan kau sendiri?”
“Patung yang kau tidak kenal itu, adalah patung guruku!
Subo-mu!”
“Thian-hiang sian-cu?!”
“Betul!”

Sampul Maut 395


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kita telah lama berkecimpungan dalam dunia Kang-


ouw,” kata Siauw Bie, “tetapi kita belum pernah mendengar
Thian-hiang-sian-cu mempunyai seorang ahliwaris! Sekarang
kau mengaku sebagai muridnya, kau yang tinggal terpencil di
daerah pegunungan Oey¬san ini. Gegabah benar kau
menggertak-gertak orang!”
“Siauw siocia, apakah kau mengira aku berdusta?” kata To
Siok Keng dengan suara lemah lembut, namun Wei Beng Yan
segera dapat melihat bahwa gadis itu merasa sangat
tersinggung dengan ucapan Siauw Bie yang ketus itu.
Wei Beng Yan jadi serba salah, ia mengetahui bahwa
Siauw Bie sangat cemburu, dan jika To Siok Keng yang tadinya
tenang telah tersinggung, bukankah suasana kelak akan
menjadi gawat?
Ia memutar otaknya untuk mencari jalan keluar, tetapi
tiba-tiba Siauw Bie memukul meja dan membentak.
“Mengapa kau jadi demikian kolokan?”
“Bie moay, tenang sedikit. Kita datang di sini sebagai
tamu, dan sebagai tamu kita harus......”
“Yan koko! Jika dia sebagai nona rumah bersikap kasar,
apakah kita sebagai tamu yang harus dihormati dilarang
bersikap sama?!”
“Bie......” belum lagi Wei Beng Yan menyelesaikan
ucapannya itu ketika......
“Siauw siocia, jika aku telah bersikap kasar, aku yang
rendah minta diberi maaf. Karena aku tidak pernah

Sampul Maut 396


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

bermaksud demikian, aku selalu menganggapmu sebagai


seorang sahabat!”
“Seorang sahabat yang akan kau gait kakinya dari
belakang!”
Ucapan tanpa tedeng aling-aling itu membuat Wei Beng
Yan merasa malu sekali, ia berbangkit dengan maksud
mengajak Siauw Bie berlalu dari situ, tetapi lagi-lagi Siauw Bie
yang sudah sangat cemburu itu berkata.
“Jika kau benar-benar murid Thian-hiang-sian-cu, ilmu
silatmu tentu lihay, tetapi aku masih ingin juga belajar kenal
dengan ilmu silatmu itu!”
“Bie moay, kita sebagai tamu, jika merasa tidak cocok
dengan keadaan di sini, harus lekas-lekas berlalu, mengapa
sebaliknya kau mencari setori?”
“Wei siohiap memang benar, suasana di sini sudah
terlampau panas, sehingga kita tidak lagi dapat pasang omong
dengan gembira!”
“Kau mengusir aku?”
“Bie moay. To siocia tidak pernah mengusir kita,” kata
Wei Beng Yan sambil menarik tangan Siauw Bie dan berjalan
keluar.
Di depan pintu, To Siok Keng mengangguk sambil
bersenyum kepada Wei Beng Yan sebagai tanda perpisahan.
Tetapi senyum selamat jalan itu dapat dilihat dan disalah
artikan oleh Siauw Bie yang sudah dicengkeram rasa cemburu,

Sampul Maut 397


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sehingga tanpa dapat ditahan lagi amarahnya meluap dan


meledak.
“Perempuan tidak tahu malu, apa yang kau tertawakan?”
“Selamat tinggal Siauw siocia, aku senantiasa mengharap
kita dapat jadi sahabat di kemudian hari!”
“Pfui! Aku merasa jijik bersahabat dangan wanita murah
sebagaimu! Aku tidak mau berlalu sebelum menjajal ilmu
silatmu!”
“To siocia, sampai jumpa lagi!” kata Wei Beng Yan sambil
mengajak Siauw Bie berlalu.
Tetapi tiba-tiba Siauw Bie meronta dan berhasil
melepaskan pegangan tangan Wei Beng Yan. Kemudian gesit
seperti seekor rusa ia menyerang To Siok Keng dengan jurus
Sin-liong-pa-bie (Naga sakti menggoyang ekornya).
To Siok Keng terkejut sekali melihat ketelengasan gadis
berangasan itu, dengan gaya yang mempesonakan ia
menyelinap ke samping dan......
“Brakkk!!”
Dinding pintu rumah gubuknya hancur berantakan
diterjang serangan tinju Siauw Bie yang menyerang sekuat
tenaganya!
“Bie moay! Kau telah merusak rumah orang!” kata Wei
Beng Yan sambil lagi-lagi menarik tangan kekasihnya, tetapi
Siauw Bie menggetak sambil membentak.
“Yan koko! Apakah kau tidak senang dengan perbuatanku
ini?!”

Sampul Maut 398


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan menghela napas panjang, kemudian ia


merangkap kedua tinjunya memberi hormat kepada To Siok
Keng, seraya berkata.
“Aku sangat menyesal sekali, aku......”
“Wei siohiap tidak usah minta maaf, aku mengerti......” To
Siok Keng memotong sambil bersenyum.
“Hei perempuan tidak tahu malu, jika kau benar-benar
pandai silat, seranglah aku! Ayolah serang!”
“Siauw siocia, aku tidak ingin bermusuhan denganmu,”
sahut To Siok Keng sambil membalikkan tubuh dan berjalan
masuk.
Perasaan Siauw Bie yang telah ditunggangi oleh cemburu
hebat, tidak dapat dikendalikan lagi, begitu melihat To Siok
Keng berbalik, ia melangkah maju dan mengirim jotosan ke
punggung lawannya dengan jurus Sin-liong-kian-su (Naga sakti
mengincar mangsanya).
Mendadak tampak To Siok Keng melangkah ke samping,
dan serangan Siauw Bie yang sangat berbahaya dan
diandalkan itu telah menyerang tempat kosong. Namun Siauw
Bie lekas-lekas berbalik dan secepat kilat telah menyerang
dada lawannya yang masih juga tidak ingin balas menyerang.
Siauw Bie menjadi girang sekali melihat lawannya tidak
berusaha mengelak atau menangkis, dan ketika tinjunya
sudah hampir mengenai sasaran, tiba-tiba ia menjadi terkejut
lengannya telah didorong ke samping oleh Wei Beng Yan
sambil mengeluarkan bentakan.

Sampul Maut 399


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bie moay, berhenti!”


Siauw Bie melihat bahwa To Siok Keng hanya terhuyung
sedikit, lalu berdiri jejak lagi dengan wajah pucat. Ia merasa
heran sekali hembusan angin serangannya yang dahsyat itu,
meskipun telah diselewengkan oleh dorongan Wei Beng Yan,
tidak berhasil melukai dada lawannya. Karena menurut
perhitungannya dada adalah bagian yang paling lemah dari
tubuh manusia terutama bagi seorang wanita.
Wei Beng Yan kaget sekali menyaksikan keluhuran serta
kebesaran jiwa si gadis she To, yang meskipun telah diejek,
ditantang dan akhirnya diserang pergi datang, bahkan
hembusan angin serangan Siauw Bie barusan telah
melukainya, ia masih tidak mau melawan.
Siauw Bie merasa penasaran sekali menyaksikan Wei
Beng Yan memihak kepada lawannya itu, maka begitu melihat
satu lowongan ia sudah menyerang lagi dengan jurus Siang-
liong-cian-cu (Sepasang naga merebutkan mustika) ke arah
pelipis lawannya. Tetapi lagi-lagi Wei Beng Yan telah
menyampok serangannya itu, sehingga ia sendiri yang
terjerumus ke samping!
“Bie moay! Mengapa kau jadi seperti orang kalap!” tanya
Wei Beng Yan, setelah itu ia menoleh kepada To Siok Keng
dan melanjutkan.
“To siocia, aku menghaturkan beribu-ribu maaf, apakah
kau terluka parah?”
“Tidak, aku tidak terluka parah,” sahut To Siok Keng.
“terima kasih atas perlindunganmu tadi!”

Sampul Maut 400


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hm! Terima kasih!” Siauw Bie mengejek sambil maju


satu langkah dan melanjutkan.
“Yan Koko, aku minta kau minggir!”
“Bie moay! Apakah kau bermaksud membunuh orang
yang tidak bersalah?” tanya Wei Beng Yan agak gusar.
“Ya! Sedikitnya aku ingin mengajar adat kepada
perempuan tidak tahu malu ini!”
“To siocia adalah murid Thian-hiang-sian-cu, maka dengan
sendirinya ia jadi pernah Sumoay (saudara seperguruan)
denganku.”
“O...... dia jadinya masih pernah Sumoay denganmu?”
“Ya! Kau sudah memukul dan melukainya, apakah, itu
masih belum cukup? Ayohlah minta maaf. Nanti jika guruku
datang kita akan dimaki!”
“Kalau begitu mengapa kau tidak saling berpelukan?!
Bukankah pertemuan, yang tidak disangka-sangka antara
Suheng dan Sumoay ini sangat mengesankan?! -- Kau
memerintahkan aku minta maaf? Pfui! Tunggu saja sampai
matahari terbit di sebelah barat!”
Setelah berkata demikian Siauw Bie segera meloncat
meninggalkan Wei Beng Yan dan To Siok Keng.
Wei Beng Yan merasa malu sekali melihat tingkah laku
kekasihnya yang kurang ajar itu.
“To siocia,” katanya, “aku akan menyeret gadis itu untuk
minta maaf kepadamu!”

Sampul Maut 401


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Tidak usah Wei siohiap memaksanya, aku malah ingin


minta agar kau yang minta maaf kepada kekasihmu itu! Wei
siohiap, kau kejarlah padanya!”
“Baiklah jika demikian. Sampai kita jumpa lagi!” kata Wei
Beng Yan sambil mengejar ke arah larinya Siauw Bie.
Siauw Bie berlari terus tanpa tujuan di semak belukar
yang penuh dengan batu-batu gunung, goa-goa dan
pengkolan-pengkolan dalam suasana gelap di malam hari.
duapuLuh tiga
Wei Beng Yan menyusul dari belakang, namun ia tidak
berhasil menjumpai kekasihnya itu. Ia mencari terus dan
akhirnya sampai di kaki suatu jurang yang curam, tanpa
banyak pikir lagi ia segera meloncat ke atas jurang itu dengan
ilmu pik-houw-pa-ciong (Cecak merayap di atas tembok), dan
dalam waktu yang pandek saja ia sudah berada di atas jurang
itu sambil mengawasi keadaan di sekitarnya,
“Bie moay! Bie moay!” serunya keras.
Seruan itu diulangi berturut-turut hingga delapan kali,
namun yang terdengar hanya gema suaranya sendiri saja.
“Anjing! Apakah kau sudah bosan hidup berteriak-teriak
tidak keruan di tengah malam buta?!”
Demikianlah terdengar suara bentakan seseorang yang
entah dari mana datangnya.
Wei Beng Yan terkejut sekali, ia meneliti untuk melihat
orang yang membentak tadi.

Sampul Maut 402


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu,” katanya. “Aku


sedang mencari seorang sahabat yang tersesat di pegunungan
ini.”
“Ha, ha, ha.! Memang pandai sekali kau mementang
bacot!” kata lagi suara itu.
Wei Beng Yan mandongkol sekali lagi-lagi dimaki demikian
kasar. Suara itu rupanya datang dari atas jurang di
hadapannya, yang kira-kira enam atau tujuh meter tiggginya.
Ia segera meloncat dan setelah tiba di atas, ia mendadak ingat
bahwa ia sedang mencari kekasihnya.
“Mencari Siauw Bie adalah lebih penting daripada
meladeni orang yang usil mulut ini.” pikirnya. Baru ia ingin
meloncat turun lagi. ketika terdengar suara peringatan.
“Jaga baik-baik jalan darahmu.......”
Secepat kilat karena kagetnya, Wei Beng Yan berbalik dan
mengembangkan kedua lengannya untuk menjaga serta
berbareng menyerang ke depan, tetapi ternyata ia hanya
menyerang angin!
“Ha, ha, ha! Wei Tan Wi!” terdengar suara orang yang
belum menampakkan diri, “bukankah kau mempunyai nama
julukan Hui-hoan-tie-kiam-ceng-tiong-cou? Mengapa kau
tidak balas menyerang?!”
Selesainya ucapan itu dibarengi dengan suara beradunya
tinju dengan sesuatu yang keras.

Sampul Maut 403


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan jadi heran sekali mendengar nama ayahnya


yang sudah meninggal dunia disebut-sebut seolah-olah
ayahnya itu masih hidup!
“Siapakah gerangan orang ini?” tanyanya dalam hati yang
sudah mulai melupakan tugasnya mencari Siauw Bie.
“Hei Wei Tan Wi!” bentak lagi suara orang itu, “dengan
jurus ini kau pasti binasa!”
Suara itu diteruskan dengan suara pukulan-pukulan dan
tertawa berkakakan, kemudian dilanjutkan dengan suara
bentakan lagi.
“Wei Tan Wi! Sekarang kau rasailah hajaranku!”
Wei Beng Yan jadi gusar mendengar ayahnya yang sudah
berada di alam baka masih mau diejek.
“Hei kau yang memaki ayahku! Perlihatkanlah dirimu!”
bentaknya.
“Ha, ha, ha! Sungguh besar nyalimu berani mengganggu
aku!” orang itu balas membentak. “Siapa kau?!”
“Aku putera tunggal Wei Tan Wi!”
“Ha, ha, ha! Ha, ha, ha!”
“Hei! Apa yang demikian lucu?”
“Aku telah mendengar bahwa Wei Tan Wi sudah mati,
dan aku mendengar juga bahwa dia mempunyai seorang anak
laki-laki......”
“Akulah anak laki-lakinya itu!”

Sampul Maut 404


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ha, ha, ha.......”


Berbareng dengan terdengarnya suara tertawa itu,
tampak satu batu gunung yang besar di hadapan Wei Beng
Yan melonjak dan terdorong ke samping sambil menerbitkan
suara gaduh!
“Tentu orang yang memaki ayahku tadilah yang
menggerakkan batu gunung itu,” pikir Wei Beng Yan.
“mungkin ia ingin memamerkan tenaga dalamnya!”
Dari tempat dimana batu gunung itu melonjak ke atas
tampak satu lobang yang merupakan sebuah goa. Sejenak
kemudian dari dalam goa itu terdengar lagi suara orang itu.
“Bocah kemarin dulu! Mengapa kau tidak segera masuk?”
Wei Beng Yan ragu-ragu untuk memenuhi undangan itu,
karena dari ucapan orang itu, ia dapat menduga bahwa orang
yang berada goa itu pasti bukan kawan ayahnya, dan merasa
ragu kalau-kalau goa itu merupakan perangkap.
“Ha, ha, ha! Ternyata putera Wei Tan Wi seorang yang
bernyali kecil!” suara dari dalam goa mengejek.
Sambil mengerutkan dahinya, Wei Beng Yan mendengari
suara itu, ia merasa suara orang itu tidak asing baginya.
“Siapakah sebenarnya orang ini?” pikirnya. “Rasanya aku
pernah mendengar logat suaranya itu.”
Setelah berpikir sekian lama, ia lalu bertekad menerima
undangan orang itu. Ia membetulkan tali pinggangnya dan
bertindak masuk ke mulut goa yang gelap sambil berkata
dengan suara yang lantang.

Sampul Maut 405


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hei kau! Aku Wei Beng Yan ingin menengok


cecongormu!”
Ia berjalan dengan langkah yang enteng sekali dengan
maksud dapat segera mengelakkan tiap serangan gelap yang
mungkin dilancarkan oleh orang yang belum memperlihatkan
diri itu.
Ketika sudah melewati beberapa puluh meter, tiba-tiba
hidungnya dapat mengendus bau harum semerbak yang
ganjil, ia merandek sambil menahan napasnya.
“Di tempat terpencil semacam ini, ada goa yang harum
semerbak,” pikirnya kaget, “dan biasanya tempat yang harum
di tempat terpencil, adalah tempat-tempat keramat atau
tempat bersemayamnya setan-setan!”
Tetapi ketika mengingat orang yang berada dalam goa
memaki-maki ayahnya, dengan tiba-tiba saja napsu membalas
dendamnya jadi berkobar, dan tanpa menghiraukan bau
harum semerbak yang disangkanya hawa racun itu, ia
menjotos ke depan beberapa puluh kali sambil mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menyumbat lobang hidung, mulut,
dan semua pori-porinya agar hawa racun tidak dapat
menerobos ke dalam tubuhnya.
Lalu dengan penuh kewaspadaan, ia berjalan lagi tanpa
menjumpai rintangan apapun. Ketika sudah mencapai kira-
kira tigapuluh meter, dalam goa itu, ia berhenti dan berkata
dengan suara keras.

Sampul Maut 406


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hei kau! Aku sudah masuk ke dalam goamu ini, mengapa


kau sendiri yang takut menjumpai aku! Ayohlah perlihatkan
dirimu!”
Ketika membentak tadi, Wei Beng Yan harus membuka
mulutnya, dan pada waktu mulutnya terbuka itulah, hawa
yang harum semerbak lagi-lagi telah merangsang paru-
parunya.
Ia jadi kelabakan karena rasa khawatirnya bahwa hawa
yang disedotnya itu beracun!
“Hee, hee, hee! Jangan khawatir aku nanti
membokongmu di dalam lorong goa yang gelap atau
melepaskan hawa beracun! Jalanlah lagi sedikit, kau akan
melihat rumah tinggalku!” terdengar suara dari dalam lorong,
yang agaknya dekat sekali.
“Suaranya! Aku rasa pernah mendengar suara itu,” pikir
Wei Beng Yan. “Tetapi aku harus senantiasa bersiap sedia
serta waspada!
––––––––

JILID VI

BAB 31
CIAN-JIN-HUANG PEMBASMI SERIBU JIWA

Ia lalu bertindak lagi, tatkala sudah maju sepuluh meter.


Ia kini berada di luar goa, tampak di hadapannya, di bawah
sinar rembulan dan bintang-bintang, satu lembah gunung

Sampul Maut 407


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang agak rata. Satu sungai kecil mengalir melalui lembah itu.
Di kedua tepi sungai kecil itu, tampak pohon-pohon bunga
yang beraneka warna tumbuh dengan suburnya. Harum
semerbak bunga-bunga itulah yang tertiup angin ke lorong
goa, yang telah merangsang hidungnya hebat sekali.
Melihat keindahan pemandangan di situ, yang
bermandikan sinar si puteri malam, Wei Beng Yan untuk
sementara waktu jadi lupa akan segala kesulitannya.
“Apakah ini betul-betul tempatnya setan-setan?” pikirnya.
Ia memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, kedua
matanya tiba-tiba ditujukan ke ujung lembah, dimana tampak
beberapa rumah gubuk yang berukuran mungil-mungil. Di
depan salah satu gubuk itu, tampak seorang kakek yang
bertubuh kurus jangkung sedang memukuli satu patung batu.
Si kakek agaknya tidak menghiraukan kedatangan Wei
Beng Yan, ia tetap memukuli patung batunya.
Wei Beng Yan menghampiri sambil melancarkan ilmu
Leng-po-hui-pu untuk berjalan di atas permukaan sungai
bunga yang harum semerbak itu dan jadi terkejut ketika dapat
melihat di bagian dada patung batu itu tertulis tiga huruf .
,,Wei Tan Wi”
“Hei apa maksudmu memukuli patung yang kau mungkin
menganggap sebagai ayahku itu?”
Si kakek tiba-tiba berbalik dan mereka jadi berdiri
berhadapan kedua pasang mata saling menatap tajam.
Sejenak kemudian terdengar Wei Beng Yan berseru kaget.

Sampul Maut 408


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kau!?”
Si kakek pun agaknya tercengang ketika dapat mengenali
putera Wei Tan Wi itu.
Karena mereka sudah pernah berjumpah ketika
dilangsungkannya pertandingan untuk memilih seorang
pemimpin partai silat perairan di atas telaga Tong-teng.
Kakek itu bukan lain daripada Tang Ceng Hong yang
mengaku sebagai pertapa dari sungai bunga. Si kakek hanya
mengetahui bahwa Wei Beng Yan adalah si pemuda baju hijau
yang berada di atas kapal bersama-sama Siauw Bie.
Kedatangan Tang Ceng Hong di pertemuan di atas telaga
Tong-teng dulu, sebetulnya hanya bermaksud untuk
mengacau saja, tetapi ia telah dirobohkan oleh Thian-ji-san-jin
alias Suto Eng Lok. Ketika dilemparkan ke dalam telaga, ia
dapat melihat Suto Eng Lok sedang beriempur dengan si
pemuda baju hijau (Wei Beng Yan) yang akhirnya dapat
mengalahkan Suto Eng Lok.
“O...... jika tidak salah kau ini yang mengaku sebagai Hua-
kee-yun-hiap, bukankah?” tanya Wei Beng Yan.
“ Betul!” sahut Tang Ceng Hong tenang.
“Mengapa kau membenci ayahku?”
“Hm! Mengapa aku membenci Wei Tan Wi? Ayahmu telah
menewaskan semua anggota keluarga serta keenampuluh
orang muridku! Itulah mengapa!”
“Aku tidak mengerti!”

Sampul Maut 409


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hee, hee, hee! Wei Tan Wi sudah berada di akhirat,


dosa-dosanya itu kaulah yang harus menanggung!”
Mendengar tuduhan yang diucapkan dengan gusar itu,
Wei Beng Yan dengan cepat meloncat mundur jauh ke
belakang, khawatir si kakek menyerang.
Ia tidak percaya tuduhan kakek itu, yang seolah-olah
menganggap ayahnya sebagai seorang yang telengas,
sedangkan ia mengetahui betul bahwa ayahnya seorang
pendekar yang luhur dan budiman.
“Tang Tay-hiap,” katanya. “mungkin kau keliru menuduh.
Ayahku tidak pernah bersikap begitu kejam sebagaimana kau
duga......”
Belum lagi selesai ucapan itu, Tang Ceng Hong sudah
menyerang dada Wei Beng Yan sambil membentak.
“Kau selalu mengeloni ayahmu, hari ini kau......”
Baru berkata hingga di situ, tampak Tang Ceng Hong yang
sedang menyerang, terdorong mundur ke belakang dengan
langkah limbung.
“Tang Tay-hiap!” seru Wei Beng Yan setelah barusan
berhasil mengelakkan serangan dan mendorong pundak kakek
itu. “Aku tidak ingin bermusuhan dengan Tay-hiap!”
Tang Ceng Hong sebagai seorang yang cukup tenar
namanya di kalangan Kang-ouw, jadi gusar bukan main kena
“dicolong” demikian mudahnya. Sambil membelalakkan
matanya ia membentak lagi.

Sampul Maut 410


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sungguh gesit gerakanmu tadi! Aku mengetahui bahwa


kau telah mengalahkan Suto Eng Lok, tetapi aku tidak gentar
menghadapi putera musuh besarku!”
Wei Beng Yan bersenyum mendengar kata-kata yang
paling belakang itu, ia mengetahui bahwa Tang Ceng Hong
telah salah paham mengenai si pembunuh keluarga serta
murid-muridnya itu.
“Tang Tay-hiap,” katanya tenang, “aku yang muda minta
maaf! Aku tidak mengatakan bahwa Tang Tay-hiap telah
menuduh orang sembarangan, maksudku yalah mungkin Tang
Tay-hiap keliru dalam hal ini!”
“Aku keliru?!” sahut Tang Ceng Hong sambil merogo ke
dalam sakunya, sejenak kemudian tangannya itu telah
memegang secarik kain sutera yang dilontarkan ke arah Wei
Beng Yan, sambil melanjutkan ucapannya.
“Apakah tanda tulisan dengan darah itu bukan lambang
daripada ayahmu itu?”
Wei Beng Yan menangkap secarik kain sutera yang
dilontarkan itu yang bertulisan beberapa huruf yang berbunyi,
“Dosa tidak dapat diampuni!”
Di sudut kain sutera itu tertera gambar sebilah pedang
dan cincin. Lambang pribadi ayahnya.
“Hah?!” serunya tercengang.
Karena gaya tulisan itu bukan milik ayahnya. Itu adalah
gaya tulisan gurunya, Yu Leng.

Sampul Maut 411


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ia dapat mengenali, karena Yu Leng atau Pek Tiong Thian


pernah memberikannya beberapa surat petunjuk agar ia
bersama Siauw Bie pergi mencari di mana letaknya
pegunungan Oey-san untuk mencari buah yang berkulit
kuning.
Pada detik itu juga Wei Beng Yan sudah dapat
membuktikan bahwa ayahnya tidak pernah menginjakkan
kakinya di tempat Tang Ceng Hong. Ia mengenal baik watak
ayahnya, yang jika ingin bertarung melawan musuh, selalu
memberitahukan lebih dulu, agar musuhnya itu bersiap sedia
dan menghadapinya secara berterang.
Memang di kalangan Kang-ouw, Wei Tan Wi terkenal
sebagai seorang pendekar sejati yang tidak pernah
membokong, mempergunakan siasat-siasat keji atau
meninggalkan tanda apapun sebagaimana tertera di kain
sutera itu.
“Tang Tay-hiap,” kata Wei Beng Yan akhirnya. “Kapankah
terjadinya peristiwa ini?”
“Pertengahan bulan delapan, sembilan tahun yang lalu!”
“Bulan delapan...... sembilan tahun yang lalu......” kata
Wei Beng Yan sambil berpikir. “Hah! Tatkala itu ayah dan aku
sedang berada di atas telaga Tong-teng menikmati malam
bulan purnama!”
“Kau masih menyangkal, setelah melihat bukti yang tidak
dapat diragukan lagi itu?”
“Hanya Tang Tay-hiap saja yang mengatakan, tidak dapat
diragukan lagi!”

Sampul Maut 412


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apa artinya pedang dan cincin di atas kain sutera itu?”


“Tang Tay-hiap, sebelum aku menjawab, apakah kau
bersedia menerangkan cara bagaimana kau menjumpai kain
sutera ini?”
“Beginilah caranya!” sahut Tang Ceng Hong sambil
melepaskan tinjunya ke arah dada Wei Beng Yan.
“Tang Tay-hiap!” bentak Wei Beng Yan sambil menahan
kepalan Tang Ceng Hong dengan telapak tangannya, “kau
akan menyesal jika menolak permintaanku tadi!”
Tang Ceng Hong terkejut sekali serangannya itu ditahan
tanpa membuat si penahan sendiri terpental ke belakang.
“Ai!” serunya dalam hati, “jika ia balas menyerang,
bukankah aku yang akan mendapat susah?”
Setelah itu ia lalu berkata.
“Apa yang kau kehendaki?” sambil menarik pulang
tinjunya
“Cara bagaimana kau menjumpai kain sutera ini? Apakah
kau melihat ayahku melakukan pembunuhan kejam itu?”
Tang Ceng Hong mengenangkan peristiwa sembilan tahun
yang lampau itu. Tatkala itu ia baru kembali dari perjalanan
jauh dan merindukan sekali keluarga serta murid-muridnya.
Tetapi begitu tiba di depan pintu rumahnya, ia menjadi
terkejut melihat darah cerecetan di sana sini dan tiada
satupun orang yang masih hidup.
Di atas meja, ia menemui secarik kain sutera yang kini
dipegang oleh Wei Beng Yan, ia segera menganggap bahwa

Sampul Maut 413


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang membunuh keluarga serta murid-muridnya itu adalah


Wei Tan Wi. Tetapi karena merasa yakin ia tidak mampu
menggempur musuh besarnya itu, ia lalu pergi ke pegunungan
Oey-san dengan maksud memperdalam ilmunya.
Dan begitu merasa kepandaiannya sudah cukup, ia
memperoleh kabar bahwa musuh besarnya (Wei Tan Wi),
sudah dibunuh oleh Soat-hay-siang-hiong dan Eu-yong Lo-
koay. Oleh karena rasa kecewanya itulah, ia telah membuat
sebuah patung, yang meskipun tidak mirip sama sekali dengan
potongan serta wajah musuhnya, tetapi oleh karena dapat
melihat tiga huruf yang digores oleh dia sendiri di atas dada
patung itu, rasa kepuasan hatinya terkabulkan juga tiap-tiap
kali ia menyerang patung itu.
Kali ini, setelah mendengar keterangan Wei Beng Yan
bahwa Wei Tan Wi tidak pernah membokong atau
meninggalkan tanda apapun di tempat musuh, dan setelah
menyerang pemuda itu tanpa si pemuda sendiri balas
menyerang, pada hal kemungkinan untuk si pemuda
membunuh dirinya terbuka selebar-lebarnya, ia menjadi sadar
bahwa ia mungkin telah diperalat oleh orang yang
mengandung dendam terhadap Wei Tan Wi.
“Wei siaohiap,” katanya, “dapatkah kau memberi
keterangan sesuatu mengenai peristiwa ini?”
“Aku merasa girang sekali tay-hiap memajukan
permintaan itu!”
“Siapakah yang demikian keji ingin menjebloskan aku?”
“Aku mengetahui siapa orang itu!”

Sampul Maut 414


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Siapa?!” kata Tang Ceng Hong sambil meloncat ke depan


mendekati Wei Beng Yan.
Desakan itu membikin Wei Beng Yan gugup.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dalam hati.
Untuk sementara waktu ia jadi bingung, karena belum
dapat memastikan bahwa gurunya itu adalah Yu Leng palsu,
tetapi ia merasa yakin betul bahwa tulisan yang tertera di atas
kain sutera itu pasti tulisan gurunya, Yu Leng.
“Wei siaohiap,” Tang Ceng Hong berkata lagi, “apakah kau
sungkan memberitahukan siapa orang itu!”
“Tay-hiap, aku bukan sungkan memberitahukan, tetapi
karena sesuatu hal, aku belum dapat menyebut nama orang
itu!”
“Mengapa?”
“Mengapa? Itu juga aku belum dapat menjelaskan
sekarang!”
“Jika aku percaya kepadamu, lalu bagaimana?”
“Aku berjanji akan membantu tay-hiap membunuh
jahanam itu! Tay-hiap telah menahan sabar selama sembilan
tahun dan aku percaya bahwa tay-hiap pasti dapat menahan
sabar sedikit waktu lagi!”
duapuLuh empat
Wei Beng Yan berkata begitu, karena mengingat bahwa
setengah bulan lagi ia akan menjumpai gurunya di atas
puncak Ci-sin-hong. Ia merasa gelisah juga, karena jika

Sampul Maut 415


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

gurunya itu Yu Leng yang tulen, ia pasti tidak akan berhasil


memenuhi janjinya terhadap Tang Ceng Hong itu, sebab Yu
Leng yang tulen lebih unggul dalam segala hal! Tetapi jika
ternyata Yu Leng palsu, gurunya yang palsu inipun bukan main
lihay kepandaiannya hingga dapat menyingkirkan gurunya
yang tulen.
Mengetahui Wei Beng Yan ingin membantunya. Tang
Ceng Hong segera berubah sikap terhadap pemuda itu.
“Wei siohiap masih muda sekali ketika ayahmu tewas,
dari siapakah kau memperloleh pelajaran silat?” tanyanya.
“Ji Cu Lok!”
“Yu Leng?!”
“Betul.”
Tang Ceng Hong tertawa berkakakan mendengar itu, lalu
sambil tertawa terus ia berkata .
“Tidak heran kau telah mempermainkan aku demikian
mudah barusan! Tetapi..... mengapa kau berada di
pegunungan Oey-san ini?”
“Aku tengah menjalankan perintah guruku untuk mencari
semacam buah yang berkulit kuning, yang katanya terdapat di
pegunungan ini.”
“Kapan Ji Cu Lok memerintahkan Wei siohiap?”
“Beberapa hari yang lalu.”
Tang Ceng Hong tetkejut mendengar jawaban itu,
kemudian sambil mengerutkan dahinya ia berkata lagi.

Sampul Maut 416


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah Ji Cu Lok belum membunuh diri?”


“Belum!”
“Baik Apakah Ji Cu Lok telah berubah menjadi seorang
pelawak besar?” kata Tang Ceng Hong sambil menggaruk-
garuk kepalanya. “Tetapi apakah Wei siohiap mengetahui
nama buah yang berkulit kuning itu?”
Wei Beng Yan tidak mengetahui nama buah itu, ia lalu
melukiskan dengan gerak tangan bentuk buah yang hendak
dicarinya, yang membuat Tang Ceng Hong heran sekali.
“Wei siohiap, “ katanya, “mungkin kau keliru mendengar
pesan gurumu.”
“Guruku telah berulang kali memesan, dan aku merasa
yakin aku tidak keliru!”
“Ini betul-betul mengherankan!”
“Buah apakah yang sebetulnya dimaksud oleh guruku
itu?”
“Buah itu bernama Cian-jin-huang.”
“Apa khasiatnya?”
“Mengerikan!”
Wei Beng Yan kaget sekali.
“Mengerikan? Apakah buah itu beracun?!” tanyanya lagi.
“Betul, sangat beracun! Dengan satu buah saja orang
dapat membasmi seribu jiwa! Beberapa waktu yang lalu, di
tepi sungai ini memang tumbuh pohon buah itu, karena

Sampul Maut 417


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

khawatir buahnya dipetik orang yang tidak bertanggung


jawab, aku lalu menebangnya. Sekarang mungkin pohon buah
itu sudah tiada lagi di dunia ini!”
Wei Beng Yan jadi terbengong mendengar keterangan itu,
karena seperti telah dikatakan oleh Tang Ceng Hong bahwa
buah yang sedang dicarinya itu mungkin sudah tidak ada lagi
di dunia ini maka ia sudah mau ambil keputusan untuk pergi
mencari Siauw Bie lagi, ketika......
“Apakah si Tang tua ada di rumah? Mengapa batu-batu
penutup goa sudah terangkat?”
Demikianlah terdengar suara seseorang dari luar lembah,
yang membikin Tang Ceng Hong jadi mendadak pucat.
“Tang Tay-hiap,” kata Wei Beng Yan. “siapakah yang
memanggil-manggil itu?”
“Wei siohiap,” sahut Tang Ceng Hong gugup, “marilah ikut
aku keluar dari jalan lain dan jangan menjumpai..... orang
itu.......”
Wei Beng Yan jadi bingung sekali melihat gerak gerik Tang
Ceng Hong yang tiba-tiba berubah jadi gelisah.
“Mengapa?” tanyanya, “bukankah sahabat Tang Tay-hiap
berarti sahabatku juga?”
“Tidak...... ee...... maksudku.......”
––––––––

BAB 32
PEMBUKAAN SAMPUL SURAT PERTAMA

Sampul Maut 418


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Belum lagi selesai Tang Ceng Hong memberikan jawaban


ketika orang yang berseru barusan sudah berada di dalam
goa. Jubahnya kuning, berparas pucat pasi, rambutnya
panjang serta tubuhnya kurus kering. Setelah mengawasi Wei
Beng Yan dengan sikap yang congkak, orang itu segera
menghampiri.
Meskipun keadaan di situ agak gelap, tetapi karena orang
itu sudah berada dekat sekali, maka Wei Beng Yan segera
dapat melihat bahwa wajah orang itu kejam sekali, dan oleh
karena ditatap terus menerus, diluar kehendaknya sendiri
sekonyong-konyong ia jadi panas dan menanya.
“Tay-hiap! Mengapa kau agaknya tidak senang melihat
kehadiranku di sini?”
Orang itu tiba-tiba berhenti bertindak karena terperanjat
ditegur demikian tegasnya oleh seorang muda yang
dianggapnya masih bau pupuk. Setelah menatap Wei Beng
Yan sejenak, orang itu lalu berkata kepada Tang Ceng Hong.
“Tang tua! Mengapa kau tidak memperkenalkan siapa
sebenarnya aku ini?”
“Ada...... ada baiknya..... jika kau sendiri yang
mengatakan.....” sahut Tang Ceng Hong terputus-putus.
“E...... mengapa kau mendadak jadi menggigil? Apa kau
merasa takut untuk memperkenalkan aku kepada bocah ini?”
“Tay-hiap!” kata Wei Beng Yan yang sudah merasa
mendongkol dirinya disebut bocah, “jika kau merasa sungkan
memperkenalkan dirimu, aku.......”

Sampul Maut 419


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ha, ha, ha! Aku tidak merasa berkeberatan!” sahut orang


itu sambil mengejek. “Aku adalah yang terkenal dengan nama
julukan si sapujagat, atau Eu-yong Lo-koay dari Kun-lun-san!”
Kedua mata Wei Beng Yan tiba-tiba jadi terbelalak, untuk
kemudian dipejamkan keras-keras menahan suatu golakan
jiwa yang melonjak-lonjak di dalam jantungnya.
“Hei bocah!” kata lagi Eu-yong Lo-koay. “Siapa kau?”
Setelah dapat menguasai lagi perasaannya, Wei Beng Yan
dengan tenang mencabut pedang pusaka ayahnya dan
berkata. “Apakah kau masih ingat kepada pemilik pedang ini?”
“Pedang apakah itu?”
“Jika kau tidak mengetahui pemilik pedang ini, kau pasti
mengetahui cincin ini!” kata Wei Beng Yan sambil melucuti
cincin peninggalan ayahnya untuk kemudian diangsurkan ke
depan hidung Eu-yong Lo-koay.
“Ha, ha, ha! Aku kenal, aku kenal...... ada hubungan apa
antara kau dan si pemilik kedua barang itu?”
“Aku putera tunggal pemilik kedua benda ini!”
Eu-yong Lo-koay tertawa berkakakan mendengar jawaban
itu, ia memandang sangat rendah kepada pemuda yang
sedang berdiri dihadapannya itu.
“Jadi kau bermaksud membalas dendam?” tanyanya
sambil mengejek, “aku khawatir kau akan menyusul ayahmu
di akhirat!”
Wei Beng Yan berusaha keras menekan perasaannya yang
sudah meluap-luap, karena mengetahui dalam keadaan gusar

Sampul Maut 420


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang melampaui batas, betapa lihay kepandaiannya pun, dia


pasti dengan mudah saja dikalahkan oleh musuh besarnya
yang di samping berilmu tinggi, berwatak sangat licik itu.
Sesaat kemudian ia berkata lagi dengan tenang.
“Memang aku bermaksud menuntut balas! Hunuslah
senjatamu!”
“Ha, ha, ha! Untuk melawan seorang bocah ingusan
seperti kau, aku tidak memerlukan senjata. Kau mulailah
dengan jurus-jurus si jahanam Wei Tan Wi!”
Wei Beng Yan tidak merasa sungkan lagi, begitu
mendengar musuh besarnya tidak sudi mengeluarkan
senjatanya, ia segera menyerang.
Pedang Ku-tie-kiam berputar-putar dengan gerakan yang
aneh dan lincah kemudian sambil berseru seram Wei Beng
Yan menusuki ke arah dada Eu-yong Lo-koay dengan jurus
Sam-seng-poa-gwat (Tiga bintang mengurung rembulan).
Sungguh di luar taksiran Eu-yong Lo-koay bahwa
lawannya yang masih muda belia itu dapat menyerangnya
dengan jurus lihay yang kerap dilancarkan oleh Wei Tan Wi
dulu, tidak nampak perubahan dalam jurus itu, hanya si
pemuda dapat bergerak terlebih gesit daripada ayahnya.
Dengan demikian Eu-yong Lo-koay tidak lagi berani berlaku
lengah, lekas-lekas ia meloncat ke samping dan......
“Brett!!” lengan jubahnya tertusuk bolong.
“Ai!” serunya dalam hati, “aku tidak sangka......”

Sampul Maut 421


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Belum lagi keburu balas menyerang ketika tampak


pedang lawannya sudah menyerang lagi dengan jurus Ouw-
liong-tok-cut (Naga hitam menyemburkan bisa). Dengan
tersipu-sipu ia menginjak tanah dengan kedua kakinya, gerak
itu ternyata memungkinkannya meloncat melalui kepala
lawan untuk kemudian menyerang dari belakang.
Wei Beng Yan terkejut sekali telah menyerang tempat
kosong, berbareng dengan itu ia merasa suatu angin serangan
meluncur ke arah punggungnya, untuk mengangkat pedang
dan menyabet ke belakang tidak lagi mungkin, maka terpaksa
ia gerakkan tangan kirinya yang terlebih bebas dan
menggeprak.......
“T a k k k!!” dua tenaga yang telah terlatih baik betul telah
bertemu, tampak Wei Beng Yan terjerumus ke depan, kuda-
kudanya tergoyah.
Sedangkan Eu-yong Lo-koay jadi berseru sambil berusaha
menahan terjangan tenaga gebrakan lawannya, namun tidak
urung iapun terdorong mundur tiga langkah.
“Ai!” pikirnya cemas, “tidak kusangka bocah masih
ingusan ini memiliki tenaga dalam yang demikian sempurna.
Bukankah Siauw Cu Gie pun kelabakan diterjang hembusan
angin seranganku, Hui-liong-sin-jiauw (Cakaran naga sakti)
itu?”
Wei Beng Yan yang sudah dapat menguasai
keseimbangannya lagi, segera memindahkan pedang ke
tangan kirinya, lalu tampak ia mengangkat tangan kanannya
dengan suatu gerakan tertentu serta teratur. Tampak tinjunya
yang sudah mulai meninggi itu mengeluarkan sinar merah

Sampul Maut 422


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yang menyilaukan mata. Dalam suasana sunyi dan genting itu


terdengar suara berkerekek tulang-tulangnya yang seolah-
olah robohnya suatu rumah gubuk.
Itulah ilmu Thay-yang-sin-jiauw!
Eu-yong Lo-koay yang baru saja pulih semangatnya,
terkesiap bukan main melihat cara serta sikap menyerang
lawannya itu, sambil mundur beberapa langkah ia berkata.
“Apakah..... itu Thay-yang-sin-jiauw........?”
“Bagus! Jika kau masih dapat mengenali jurusku ini!”
sahut Wei Beng Yan ketus, “hari ini Thay-yang-sin-jiauw akan
menyingkirkan satu iblis.”
Berbareng dengan berakhirnya ancaman itu, tampak
tangan Wei Beng Yan yang sudah berjari tegang mendadak
meluncur turun ke depan dengan pesat sekali.
Dari pengalaman yang didengarnya di kalangan Bulim, Eu-
yong Lo-koay sudah mengetahui bahwa Thay-yang-sin-jiauw
adalah suatu ilmu yang dahsyat luar biasa, yang begitu jauh
belum pernah dapat dielakkan oleh siapapun. Ia juga
mengetahui bahwa ilmunya sendiri tidak mungkin dapat
mengimbangi ilmu tersebut, tetapi oleh karena mengingat
Wei Beng Yan belum berpengalaman, maka ia bermaksud
melawan juga serangan lawannya itu.
“Siapa tahu aku mampu merobohkan pemuda ini......”
demikian pikirnya sambil menggerakkan tangan kirinya
menangkis dan.......
“Krakk!!”

Sampul Maut 423


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lengannya yang dibuat menangkis itu patah di beberapa


bagian. Ia merasa seluruh tubuhnya terbakar dan sakit tidak
terhingga, seolah-olah ia telah disengat oleh ribuan tawon
hutan.
Tang Ceng Hong jadi terpesona menyaksikan adegan yang
mengerikan itu. Iapun mengetahui bahwa Thay-yang-sin-jiauw
adalah suatu ilmu yang luar biasa, barusan ia telah melihat
cara bagaimana ilmu itu telah dilancarkan, yang telah dengan
satu gebrakan saja menghajar Eu-yong Lo-koay babak belur.
Eu-yong Lo-koay yang sangat ditakuti oleh banyak orang-
orang selama beberapa puluh tahun terakhir ini.
Seharusnya Eu-yong Lo-koay sudah tewas berani
menangkis serangan Wei Beng Yan, tetapi oleh karena masih
kurang pengalaman dan kemahiran atas Thay-yang-sin-jiauw
si pemuda maka Eu-yong Lo-koay hanya menderita patah
tulang dan merasakan suatu terjangan hawa panas yang tidak
terkendalikan.
Wei Beng Yan yang baru untuk pertama kalinya
mempergunakan ilmunya itu, tidak mau membuang-buang
waktu lagi, ia segera mengangkat lagi tangannya dan
membentak.
“Jahanam! Hari ini juga kau harus membayar hutang
kepada ayahku!”
Lalu secepat kilat ia telah mengirim lagi cakarannya, yang
ternyata terlebih dahsyat daripada serangannya yang
pertama. Cakaran pertama hanya mengeluarkan hawa panas
dan hembusan angin menderu-deru, sedangkan cakaran yang
kedua ini mengeluarkan sinar yang berpijar menyilaukan mata

Sampul Maut 424


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

serta goncangan yang menggoyahkan keadaan sekitar dalam


goa Tang Ceng Hong itu.
Eu-yong Lo-koay mengetahui bahwa gapura akhirat sudah
terbentang lebar untuk menyambut kedatangannya. Ia
menganggap bahwa kematian yang pasti akan datang itu
disebabkan Tang Ceng Hong sudah bersahabat dengan
pemuda itu, maka hatinya yang keji tidak rela untuk mati
seorang diri saja.
Selagi Wei Beng Yan mengangkat tangannya, entah
dengan gerakan apa, sekonyong-konyong tampak ia
menerkam Tang Ceng Hong yang sedang menonton
pertempuran, untuk kemudian mempergunakan tubuh
kawannya itu sebagai perisai terhadap serangan Wei Beng
Yan.
Tang Ceng Hong meronta, menyerang, namun satu
totokan di dekat dadanya membikin ia tidak berdaya.
Wei Beng Yan terkejut sekali, ia lekas-lekas merubah
serangannya menjadi suatu tepukan di punggung Tang Ceng
Hong yang jadi terbebas lagi dari totokan.
Baru saja Wei Beng Yan ingin melanjutkan serangannya
tadi, mendadak Tang Ceng Hong telah menerjang sambil
melancarkan satu tendangan ke arah kawannya yang dulu
selalu dipuja-puja itu.
Eu-yong Lo-koay sudah mengenal Tang Ceng Hong cukup
lama, maka dengan sendirinya ia mengetahui sampai dimana
tingkat kepandaian kawannya itu, tanpa menghiraukan tangan
kirinya yang sudah patah, ia menangkis dengan lengan

Sampul Maut 425


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kanannya dan berhasil membikin Tang Ceng Hong terpental


beberapa meter ke belakang.
“Jahanam!” bentak Wei Beng Yan, “akulah yang ingin
berurusan denganmu, bukan Tang Tay-hiap.”
Eu-yong Lo-koay tidak menyahut, sambil terbungkuk
menahan rasa sakit di lengan kirinya ia mengawasi .pemuda
itu dengan sorotan mata penuh napsu membunuh.
“Wei siohiap,” bisik Tang Ceng Hong, “awas, jangan
sampai tertipu oleh jahanam yang penuh dengan akal bulus
keji ini, dia pasti sedang merencanakan sesuatu yang......”
Belum lagi selesai peringatan itu diucapkan, ketika tiba-
tiba tampak Eu-yong Lo-koay mengerahkan seluruh tenaganya
yang terakhir dan sambil memekik seperti burung setan,
tangan kanannya yang masih sehat diangkatnya ke atas dan
meluncurlah benda-benda kecil yang berkilau-kilau seperti
bintang di langit ke arah kedua lawannya itu.
Tang Ceng Hong berseru tertahan karena kaget,
sedangkan Wei Beng Yan tidak bergerak dari tempat
berdirinya, tiba-tiba tampak lengan kanannya terangkat naik
dan dengan gerakan yang aneh sekali, ia mengebut ke arah
benda-benda yang sedang meluncur itu. Dan terdengarlah
suatu ledakan yang memekakkan telinga. Bersamaan dengan
itu tampak Eu-yong Lo-koay terdorong mundur sambil
meringis menahan hawa panas akibat serangan Thay-yang-
sin-jiauw. Wajahnya yang memang sangat seram itu, pelahan-
lahan berubah hijau, dan setelah memuntahkan darah dari
mulutnya ia roboh tidak berkutik lagi.

Sampul Maut 426


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan menghampiri untuk memeriksa mayat


musuh besarnya itu, ia mendapat kepastian bahwa Eu-yong
Lo-koay sudah betul-betul tidak bernyawa, dua daripada ke
sepuluh paku maut Song-bun-teng, yang dilontarkannya tadi
ternyata telah menancap di lambungnya.
“Ha, ha, ha!” demikianlah ia tertawa berkakakan seram,
sehingga Tang Ceng Hong bergidik. “Ayah! Aku telah berhasil
menewaskan salah satu musuh ayah! Tugasku belum selesai
aku...... aku......”
Tang Ceng Hong jadi terharu menyaksikan sikap pemuda
itu, yang tadinya dianggap sebagai putera musuh besarnya,
Wei Tan Wi, yang telah difitnah orang.
Mengapa Tang Ceng Hong jadi mengenal dan bersahabat
dengan Eu-yong Lo-koay?
Marilah kita tengok sebentar kepada kejadian-kejadian
yang telah lalu.
Oleh karena menganggap yang melakukan pembunuhan
terhadap anggota-anggota keluarga serta murid-muridnya
adalah Wei Tan Wi, maka Tang Ceng Hong lalu pergi ke
pegunungan Oey-san untuk memperdalam ilmu silatnya.
Namun ia menjadi kecewa sekali ketika mengetahui bahwa
Wei Tan Wi telah dibunuh oleh kedua jahanam Soat-hay-
siang-hiong dan Eu-yong Lo-koay. Setelah dipikirnya bolak-
balik, ia malah jadi, merasa berterima kasih terhadap ke tiga
orang yang menurut anggapannya telah membantu usahanya
membalas dendam.

Sampul Maut 427


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Semenjak waktu itulah ia memuja dan bersahabat kepada


ketiga iblis itu. Di pihak Eu-yong Lo-koay, persahabatan itu
merupakan suatu keuntungan besar, karena Tang Ceng Hong
dapat memberikannya banyak bantuan dalam usahanya
mengumpulkan racun. Karena disamping ilmu silatnya lihay,
Tang Ceng Hong pun menanam banyak macam tumbuh-
tumbuhan dan bunga-bunga yang justru mengandung racun
yang dimaksud oleh Eu-yong Lo-koay itu.
Wei Beng Yan berdiri termenung, mengenangkan kembali
peristiwa-peristiwa di telaga Tong-teng, ketika ia memperoleh
kesempatan untuk membunuh kedua jahanam Soat-hay-
siang-hiang, tetapi telah dicegah oleh ‘gurunya’ dengan alasan
bahwa kedua musuh besarnya itu adalah sahabat lama
‘gurunya’.
“Wei siohiap,” kata Tang Ceng Hong, “semoga kau
berhasil menunaikan tugasmu itu.”
“Terima kasih Tang Tay-hiap,” sahut Wei Beng Yan. “Oleh
karena aku harus memenuhi janjiku kepada Suhu, aku mohon
diri saja sekarang,” sambil memberi hormat dan berjalan
keluar lorong goa itu!
Tang Ceng Hong mengantarkan sampai di luar dan
berkata.
“Wei siohiap, kawan-kawanku banyak sekali, tetapi yang
berumur sebaya dan selihaymu hanya kau seorang saja, aku
merasa sangat beruntung dapat mengenalmu.”
duapuLuh lima

Sampul Maut 428


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah memberi hormat lagi, Wei Beng Yan lalu


meninggalkan mulut goa itu, ia merasa beruntung sekali telah
berhasil membunuh salah satu musuh ayahnya, dan tanpa
terasa tangannya meraba ketiga sampul surat.
“Ouw Lo Si!” bisiknya kaget. “Aku sudah boleh membuka
salah satu sampul ini.”
Ia lalu memilih sampul yang bernomor urut SATU. setelah
disobeknya sampul itu, ia menjadi heran dapat mengendus
suatu bau harum yang ganjil.
“Akh! Mungkin ini adalah bau harum bunga di tempat
pertapaan Tang Ceng Hong,” pikirnya. Ia membuka terus dan
membaca surat itu, yang berbunyi.
“Selamat! Kau telah berhasil membasmi satu musuh.
Dengan membasmi jahanam, kau sudah membalas budi.”
Demikianlah bunyi surat Ouw Lo Si yang pertama, yang
membikin Wei Beng Yan tertawa terpingkal-pingkal. Setelah
membaca lagi, ia lalu membuang Surat kakek itu dan
melanjutkan perjalanannya untuk mencari Siauw Bie. Tanpa
terasa ia sudah berjalan ke arah tempat tinggal To Siok Keng.
Bukan main terkejutnya ketika dapat melihat bahwa rumah
gubuk gadis itu sudah musnah menjadi abu.
“To Siok Keng adalah murid Thian-hiang-sian-cu, pikirnya
sambil mengawasi abu rumah itu yang berhamburan tertiup
angin malam, “siapakah yang begitu berani membakar
rumahnya?”
Karena rasa khawatirnya atas keselamatan gadis she To
itu, dengan suara lantang ia lalu memanggil.

Sampul Maut 429


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“To siocia....... To siocia!”


Tidak terdengar suara sahutan, suasana tetap sunyi
senyap. Ia memanggil lagi dan lagi. Sejenak kemudian
terdengar suara tertawa seorang wanita yang datang dari
arah belakangnya. Ia berbalik dan dapat melihat seorang
wanita muda sedang berdiri di bawah sinar bulan tidak
beberapa jauh dari tempatnya berdiri.
“Bie moay!” serunya kaget.
Memang wanita itu itu bukan lain dari pada Siauw Bie
yang sedang dicarinya hingga ia berjumpa dengan Tang Ceng
Hong di lembah Hua-kee dan berhasil membunuh Eu-yong Lo-
koay.
“Bie moay, aku sudah mencari ke mana-mana, tetapi
akhirnya aku menjumpaimu juga di sini!” katanya lagi sambil
menghampiri gadis itu.
“Puih! Bukankah kau sedang mencari si gadis she To?!!”
sahut Siauw Bie gusar. “dan setelah melihat aku, kau lalu
bilang sedang mencari aku. Aku bukan anak kecil lagi sehingga
dengan mudah saja dapat kau abui!”
“Bie moay, aku melihat gubuk To siocia sudah terbakar
habis. Terus terang saja, oleh karena merasa gadis itu itu
mungkin telah dilukai orang, maka aku lalu memanggil
namanya. Percayalah aku..... aku........ sebenarnya sedang
mencari kau.”
“O...... kau merasa sangat khawatir terhadap gadis itu?
Mengapa kau masih meladeni aku? Ayohlah cari terus
padanya......”

Sampul Maut 430


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bie moay! Aku sesungguhnya sedang mencarimu,” kata


Wei Beng Yan sambil mengawasi pergelangan tangan Siauw
Bie yang sudah dibalut. Ia baru ingin menanyakan tetapi Siauw
Bie sudah berkata lagi.
“Apakah benar kau sedang mencari aku?”
––––––––

BAB 33
TINDAKAN BRUTAL KECUMBURUAN WANITA

“Mengapa kau masih selalu menyangsikan? Bie moay


aku......”
Siauw Bie tidak lagi dapat menahan rasa hatinya, ia
menubruk dan merangkul Wei Beng Yan sambil berkata.
“Yan koko, aku telah melakukan sesuatu yang mungkin
kurang baik......”
“Apa yang telah kau lakukan?”
“Akulah yang telah membakar ke tiga rumah gubuk itu.”
“Kau?!” tanya Wei Beng Yan seraya melepaskan
rangkulan Siauw Bie.
“Betul!”
“Ai! Kau telah mengundang bahaya.”
“Bahaya? Kau tidak perlu menakut-nakuti aku, aku
melakukan itu semua dengan pikiran yang sadar,” sahut Siauw
Bie yang sudah mulai marah lagi.

Sampul Maut 431


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“To siocia adalah seorang yang lihay kepandaiannya, aku


kira dia takkan tinggal diam melihat perbuatanmu ini, kau
telah menciptakan satu musuh yang berbahaya!”
“Hii, hii, hii! Dia memang tidak akan mendiamkan
perbuatanku ini jika...... aku tadi tidak membakarnya hidup-
hidup......”
“Kau telah membunuh gadis itu?!”
“Ya! Dia telah mematahkan pergelangan tanganku.
Sebagai pembalasan aku telah menyambitnya dengan jarum
beracun sehingga ia tidak dapat bergerak, lalu aku membakar
rumahnya!” sahut Siauw Bie sambil bersenyum puas.
“Kau sudah gila!” bentak Wei Beng Yan yang gusar
mengetahui perbuatan Siauw Bie segila itu, “membakar orang
dan rumahnya sekali, orang yang tidak bersalah apa-apa!”
Siauw Bie kaget juga melihat kegusaran pemuda itu,
tetapi karena ia sudah biasa dimanjakan dan menjadi kepala
besar, ia merasa sungkan untuk menerima kesalahannya itu,
ia bahkan menjadi marah ketika mengetahui Wei Beng Yan
mengeloni si gadis she To.
“Aku tidak merasa menyesal atas perbuatanku itu!”
katanya ketus. “Jika kau tidak senang melihat itu semua, kau
bebas untuk bertindak menurut kehendak hatimu!”
“Bie moay, apakah kau selalu menuruti saja napsumu
yang kurang baik itu?”
“Hm! Semenjak kita pertama kali tiba di rumah gubuk itu,
aku sudah mengetahui bahwa kau sangat tertarik kepada

Sampul Maut 432


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

gadis cendil itu! Tidak heran jika kau sekarang menyesali


perbuatanku!”
Wei Beng Yan memang tertarik oleh sifat serta sikap To
Siok Keng yang perihatin, ramah tutur kata dan halus budi
pekertinya, tetapi hatinya yang sudah direnggut Siauw Bie,
tidak gampang-gampang dapat dicuri oleh kecantikan To Siok
Keng. Namun setelah melihat bukti keganasan Siauw Bie,
dengan tiba-tiba saja rasa cintanya berbalik menjadi suatu
rasa benci yang hebat!
Ia menghormati keluhuran dan kebajikan, sebaliknya
sangat membenci dan selalu mengutuk kejahatan, kepalsuan
atau kekejaman yang berbentuk apapun! Setelah mengawasi
Siauw Bie sejenak, ia lalu menghampiri sisa-sisa rumah yang
sudah terbakar.
“Apakah kau ingin menghidupkan kembali mayat gadis
itu?” tanya Siauw Bie mengejek.
“Aku akan mencari mayatnya untuk dikubur sebagai mana
layaknya, semoga perbuatanku ini akan menebus dosa-
dosamu.”
“Hii, hii, hii! Aku tidak sangka persahabatan kita hanya
kuat menahan sampai di sini saja!”
“Aku selalu berdoa agar kau kelak menjumpai seseorang
yang berwatak tidak seburuk watakku.”
“Jadi kau mengusir aku?!”
“Ya! Jika dalam beberapa detik ini kau masih tidak pergi,
aku terpaksa harus memberi sedikit pengajaran kepadamu.”

Sampul Maut 433


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Hampir-hampir saja Siauw Bie tidak percaya bahwa orang


yang mengatakan demikian itu adalah Wei Beng Yan,
kekasihnya. Dan untuk tidak merendahkan dirinya sendiri,
meskipun merasa berat meninggalkan pemuda itu, ia lalu
berjalan pergi. Perasaan cemburu telah membikin ia menjadi
kejam dan buta terhadap segala peringatan.
Jika pada waktu itu ia dapat menyesal akan
perbuatannya, mungkin Wei Beng Yan dapat mengampuni
dan mereka masih tetap sebagai kekasih. Tetapi sebagaimana
pepatah telah mengatakan.
“Pakaian dapat ditukar, watak manusia berakar!”
Siauw Bie melarikan diri dengan harapan dikejar oleh Wei
Beng Yan, tetapi ternyata ia keliru! Wei Beng Yan tidak
mengejar, bahkan menoleh pun tidak. Tampak si pemuda
mencongkel-congkel puing dan berusaha mencari mayat si
gadis she To.
Ketika itu keadaan sudah hampir mendekati fajar, dalam
suasana yang makin mendingin itu, terdengar Wei Beng Yan
berseru.
“To siocia, kau begitu suci! Kau tinggal dengan tenang dan
tenteram di tempat yang terpencil ini...... tetapi aku telah
membawa malapetaka!”
Meskipun Wei Beng Yan berkenalan dengan To Siok Keng
belum lama, namun sikap dan watak gadis itu telah
meninggalkan kesan yang mendalam dalam lubuk hatinya.
Seruannya itu seolah-olah diucapkannya untuk seorang kawan
karib atau orang yang sangat dicintainya.

Sampul Maut 434


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Wei siaohiap......”
Demikianlah terdengar suara empuk serta merdu
memanggil nama Wei Beng Yan yang sekonyong-konyong jadi
bercekat.
“Wei siohiap, akulah yang bersalah! Karena aku seorang,
kalian berdua jadi retak!”
Wei Beng Yan perlahan-lahan berbalik dan......
“Apakah kedua mataku ini tengah menipu?!” pikirnya
sambil mengucek-ucek matanya untuk kemudian mengawasi
lagi ke arah semak belukar, tidak jauh dari tempatnya berdiri,
ia melihat seorang gadis sedang berdiri sambil bersenyum
simpul. Gadis itu mengenakan pakaian serba putih, parasnya
putih dengan kedua baris alis yang hitam, senyumnya segar
serta manis, seolah-olah sinar surya di pagi hari yang
mengusir sisa-sisa kabut malam yang dingin!
Dialah bukan lain daripada gadis yang baru saja disanjung-
sanjung, To Siok Keng!
Melihat sikap Wei Beng Yan yang seperti orang baru sadar
dari mimpinya, To Siok Keng tertawa sambil menghampiri dan
berkata.
“Wei siohiap, apakah kau kira aku ini rokh jahat yang
gentayangan di pagi buta?”
“Katanya..... siocia..... telah terbakar hidup-hidup......”
sahut Wei Beng Yan gugup.

Sampul Maut 435


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Punggungku telah terkena senjata rahasia beracun Siauw


siocia, tetapi aku masih dapat melarikan diri ketika melihat
atap rumahku yang terbakar........”
“Mengapa siocia dapat dilukai oleh gadis picik itu?”
Ya, mengapa To Siok Keng jadi dilukai oleh Siauw Bie?
Marilah kita menoleh sebentar kepada peristiwa yang baru
saja terjadi.
Sebelum masuk ke dalam goa Tang Ceng Hong, Wei Beng
Yan mengejar Siauw Bie yang melarikan diri dengan tekad
kembali lagi dan membunuh To Siok Keng. Ia bersembunyi di
balik batu besar. Begitu melihat Wei Beng Yan meloncat ke
atas jurang, ia lalu menyelinap dan lari balik ke rumah si gadis
she To. Setibanya di depan rumah gubuk, ia melihat To Siok
Keng sedang duduk bersila sambil memegangi serulingnya.
Tanpa pikir panjang lagi ia menerobos masuk seraya
membentak.
“Hei gadis cendil! Aku sudah kembali!”
To Siok Keng kaget sekali, tetapi meskipun demikian ia
tidak menjadi gusar dikatakan sebagai gadis cendil.
“Memukul anjing kita harus memandang majikannya!”
demikian pikirnya. Ia menganggap Siauw Bie sebagai anjing
peliharaan Wei Beng Yan! Ia telah dilukai oleh Siauw Bie,
tetapi ia tidak ingin balas menyerang. Justru sikapnya yang
menyerah inilah telah disalah artikan oleh Siauw Bie yang
menganggapnya takut.
“Apakah Siauw siocia datang seorang diri saja?” tanyanya.

Sampul Maut 436


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Tentu saja! Apakah kau kira Wei Beng Yan turut datang
juga untuk melindungimu?” jawab Siauw Bie tegas.
“Kau telah datang kembali tentu dengan maksud
menyerang aku,” kata To Siok Keng sambil meletakkan
serulingnya di atas meja, “dan mungkin kau sudah jadi
demikian cemburu sehingga bermaksud membunuh aku!”
“Ya, aku datang dengan maksud seperti telah kau katakan
barusan, tetapi...... untuk itu aku tidak usah tergesa-gesa!”
“Mengapa kau masih bersikap lamban? Ayohlah serang!”
Siauw Bie demikian gusarnya sehingga baru saja To Siok
Keng selesai mengatakan kata-katanya itu, ia sudah meloncat.
Terkamannya dilancarkan dengan jurus Siang-liong-to-thian
(Sepasang naga mengamuk di angkasa), yang seolah-olah
dapat menggempur gunung..... maka tidak heran jika
hembusan anginnya saja sudah cukup untuk membikin
seluruh gubuk itu tergoyah!”
To Siok Keng tidak mengegos atau bergerak dari tempat
duduknya, hanya tampak ia mengebut lengan bajunya sambil
memejamkan kedua matanya!
Siauw Bie jadi girang bukan main, sambil menambah
tenaga kepada serangannya itu ia menyodok terus dan pada
saat kedua tangannya hampir mengenai sasaran, tiba-tiba
tampak kedua mata To Siok Keng terbuka lebar dan balas
menyodok ke atas dengan dua jari tangannya dengan jurus
Sin-kang-cit (Sodokan atau totokan jari maut).
Meskipun Siauw Bie berkepandaian sama dengan
kakaknya, Siauw Cu Gie, yang terkenal sebagai si Raja naga

Sampul Maut 437


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dari lima telaga tetapi menghadapi serangan itu ia jadi


terkejut bukan main. Ia mengetahui bahwa Sin-kang-cit
senantiasa membawa maut kepada apa saja dalam jarak satu
meter!
Untuk membela dirinya yang kini berada hanya setengah
meter saja dari lawannya, Siauw Bie terpaksa membuang
dirinya ke samping dan roboh di lantai. Ia merasa malu sekali,
tetapi dengan jalan itu sajalah ia dapat mengelakkan serangan
To Siok Keng yang cerdik itu.
“Siauw siocia,” kata To Siok Keng yang tidak menyerang
terus lawannya yang sedang bergulingan di lantai. “Ilmu
silatmu lihay sekali, tetapi pernah apakah kau dengan Siauw
Pek Lam Tay-hiap?”
“Bagaimana kau mengenal ayahku?” tanya Siauw Bie
terperanjat mendengar lawannya mengetahui nama ayahnya
almarhum.
“Aku tidak menduga Siauw Tay-hiap, ayahmu, telah
berhasil menurunkan ilmunya yang dahsyat itu!”
“Jangan kau menganggap bahwa oleh karena mengenal
nama ayahku, aku lalu tidak menyerangmu lagi! Kau jagalah!”
Berbareng dengan selesainya ucapan itu, Siauw Bie yang
sudah berdiri lagi, telah menyerang pula.
“Ai, Siauw siocia! Kau betul-betul tidak berbudi!” seru To
Siok Keng sambil mengegos, “Aku sudah berkali-kali
mengalah, jika kau mendesak terus aku terpaksa.......”

Sampul Maut 438


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kau terpaksa?! Cobalah kau paksakan dirimu untuk


mengelak dari seranganku ini!” ejek Siauw Bie sambil
menyerang lagi.
To Siok Keng betul-betul melawan, ia menangkis dan......
“Aaah......!”
Teriak Siauw Bie sambil terhuyung ke belakang untuk
kemudian roboh lagi di lantai. Ternyata tenaga dalam To Siok
Keng jauh lebih mahir daripada gadis she Siauw yang congkak
ini.
Tetapi sebagai seorang yang sudah dicengkeram setan
cemburu, Siauw Bie tidak sudi mengalah begitu saja, dengan
tiba-tiba ia melentik dari lantai sambil mengayun tangannya
melontarkan senjata rahasia yang beracun ke arah lawan atau
saingannya itu.
“Siauw siocia!” seru To Siok Keng terkejut, “mengapa kau
berlaku demikian kejam?” Sambil mengegos ke samping dan
memutar tubuhnya. Dua batang jarum dapat dielakkan, tetapi
tiga yang lain cepat luar biasa telah menancap di
punggungnya. Sambil menahan sakit ia mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menahan agar jarum-jarum itu tidak
menusuk sampai ke urat besar di punggungnya.
“Hei wanita cendil!” bentak Siauw Bie, ,,lebih banyak kau
berbicara, makin cepat lagi kau pergi ke akhirat!”
To Siok Keng tidak menyahut, tampak mukanya pucat
sekali, ia mengetahui betul akan kebenaran kata-kata
lawannya itu.

Sampul Maut 439


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tetapi...... entah disebabkan oleh rasa apa yang mungkin


sedang berkecamuk hebat di dalam hatinya, Siauw Bie
sekonyong-konyong telah menyerang lagi dengan tangan
kirinya dan.....
“T r a k k......!” terdengar suara beradunya sesuatu.
Tampak Siauw Bie tiba-tiba melangkah mundur ke
belakang dengan tindakan berat, lengan kirinya terkulai.
Sambil terbungkuk-bungkuk tangannya yang kanan menahan
pundak kirinya yang agak menurun ke bawah, karena
pergelangan tangan kirinya sudah patah digebrak seruling To
Siok Keng.
Kalau saja To Siok Keng ingin merenggut nyawa lawannya,
ia dengan mudah saja dapat melaksanakan maksudnya itu,
tetapi ia yang berjiwa besar tidak sampai hati melakukan itu.
“Siauw siocia,” katanya tenang. “kita tidak mempunyai
dendam apapun, bahkan kita baru saja berkenalan, maka
setelah kau melukakan aku dengan senjata rahasiamu, dan
aku terpaksa melukakan pergelangan tanganmu untuk
sekedar menahan seranganmu barusan, aku kira kau sudah
puas dan sudi meninggalkan aku sendiri di sini......”
Siauw Bie yang sudah mengetahui bahwa kepandaiannya
memang masih berada di bawah lawannya itu berkata.
“Baiklah! Kali ini aku mengalah.......” katanya sambil
berbalik dan meninggalkan gubuk itu. Tetapi setibanya di luar,
sekonyong-konyong pikirannya berubah lagi.
“To Siok Keng!” serunya, “pergelangan tangan kiriku telah
patah, tetapi apakah kau berani menandingku di luar?!”

Sampul Maut 440


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

To Siok Keng tidak ingin meladeni tantangan lawannya itu,


ia tetap duduk bersila sambil mengawasi gerak gerik Siauw Bie
dari dalam rumah gubuknya.
“To Siok Keng!” Siauw Bie berteriak lagi, “aku menanti
jawabmu!”
To Siok Keng tetap tidak memberikan reaksi apa-apa.
“Apakah kau tahu bahwa aku dapat memaksa kau
keluar?”
“Tidak ada apapun yang dapat memaksa aku! Kau
pergilah!” akhirnya To Siok Keng menyahut juga.
“Tidak sekalipun api?!”
“...................???!”
Siauw Bie jadi gusar sekali, ia berjalan meninggalkan
gubuk itu untuk mencari kayu kering dan bahan yang mudah
terbakar lainnya. Kemudian ia balik lagi dan mengancam.
“To Siok Keng! Aku akan menghitung hingga angka tiga,
jika pada waktu itu kau masih tidak menghiraukan
tantanganku, aku akan menyulut bahan pembakar yang sudah
tersedia ini! — Satu! Dua! Ho...... ho.... kau ternyata lebih suka
diambus daripada menjumpai aku!”
Setelah itu Siauw Bie betul-betul membuat api dengan
menggosok-gosokkan dua batang kayu, yang secara lambat
sekali kemudian jadi api dan membakar rumah saingannya itu.
Api segera menyala untuk kemudian berkobar membakar
bagian atas rumah gubuk yang sangat sederhana itu,
temboknya dibangun daripada tanah liat, sedangkan pintu,

Sampul Maut 441


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tiang, kaso serta jendelanya dibuat daripada bambu, maka


dalam waktu yang singkat saja, ketiga rumah gubuk itu telah
menjadi abu.
“Itulah bagian wanita cendil!” Siauw Bie berseru gembira,
“wanita cendil yang berani main-main terhadap Ji siocia dari
telaga Tong-teng!”
Setelah mengawasi lagi sekian lamanya, meskipun merasa
heran, juga tidak melihat To Siok Keng melarikan diri keluar
rumah gubuk itu, ia lalu meninggalkan tempat itu untuk
mencari Wei Beng Yan.
“Siauw siocia tidak mengetahui bahwa aku masih dapat
melarikan diri dari pintu belakang,” To Siok Keng melanjutkan
ucapannya kepada Wei Beng Yan. “Sehingga ia menganggap
aku sudah terbakar hidup-hidup!”
Tiba-tiba wajah Wei Beng Yan jadi merah, ketika
mengingat ia telah menyatakan rasa belasungkawanya atas
dugaannya bahwa To Siok Keng telah meninggal dunia, namun
ketika empat mata muda mudi itu bertemu, kedua belah
pihak mendadak merasakan sesuatu, sesuatu yang aneh
dalam hati masing-masing.
“To siocia,” Wei Beng Yan akhirnya berkata, “coba aku
lihat punggungmu.”
“Wei siohiap, kau kejarlah Siauw siocia dan minta maaf
kepadanya. Aku dapat mengurus diriku sendiri.”
“Minta maaf?! Aku harus minta maaf?”

Sampul Maut 442


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ya! Kau harus minta maaf, kerena kaulah yang telah


memarahi gadis itu! Mungkin ia sekarang masih bersedih
hati.”
“O.... To siocia juga telah mendengar percakapan kita
tadi?”
––––––––

BAB 34
KENAPA TENAGAKU LENYAP?!

“Betul, tetapi bukan maksudku untuk mencuri dengar


percakapan kalian itu, aku memang sedari tadi sedang
bersembunyi di semak belukar ini dan tidak berani banyak
bergerak.”
“To siocia telah mendengar percakapan kita tadi, pihak
mana yang bersalah tentu kau dapat menimbang-nimbang
sendiri. Mengapa aku yang harus meminta maaf?”
To Siok Keng tiba-tiba meringis menahan sakit di
punggungnya.
“Wei siohiap...... kau......” katanya terputus-putus.
“To siocia! Punggungmu harus segera diobati atau......”
To Siok Keng jadi serba salah, ia mengetahui untuk
mencabut jarum-jarum di punggungnya ia memerlukan
bantuan seseorang, dan seseorang itu hanya si pemuda saja
yang sedang berdiri dihadapannya. Ia merasa malu untuk
minta pertolongan Wei Beng Yan, karena untuk mencabut

Sampul Maut 443


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ketiga jarum beracun di punggungnya itu, ia terpaksa harus


membuka pakaian lalu...... kutangnya.
“Aku..... aku telah mengerahkan tenaga dalamku,
sehingga racun ke tiga senjata rahasia ini tidak mungkin
merembes masuk ke pembuluh-pembuluh darahku..... aku
kira jarum-jarum itu kini sudah tidak berbahaya lagi.......”
sahutnya gugup.
“To siocia, aku tidak mengandung maksud lain daripada
ingin menolongmu..... aku......”
“Bukan......, bukan itu yang aku khawatirkan......”
“O..... ho..... ho... ya..... memang mau tak mau kau harus
membuka pakaianmu,” kata Wei Beng Yan, “tetapi demi
jiwamu, kau harus......”
“Baiklah......” sahut To Siok Keng dengan paras memerah.
Ia segera memulai membuka bajunya, lalu kutangnya dan
lekas-lekas menutupi buah dadanya.
Selagi si gadis melakukan itu semua, Wei Beng Yan
berbalik ke suatu arah yang bertentangan, namun hatinya
tidak urung berdebar keras.
“Wei siohiap.......” kata To Siok Keng, “aku sudah.......
siap.....”
Wei Beng Yan pelahan-lahan berbalik, dan di bawah sinar
bintang-bintang subuh yang suram, ia dapat melihat kulit yang
putih laksana salju. Meskipun ia tidak bermaksud melakukan
sesuatu yang kurang sopan terhadap gadis itu tetapi sebagai

Sampul Maut 444


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

seorang jejaka yang penuh semangat, ia mau tak mau harus


merasakan juga suatu golakan ganjil dalam dadanya.
Lekas-lekas ia mengangkat kedua tangan sambil
mengerahkan tenaga dalamnya ke kesepuluh jari tangannya,
dengan cepat sekali telah menjepit ujung jarum yang
menonjol keluar di punggung gadis itu.
Kemudian dengan ilmu tay-yang-cip-cui (Matahari
menghisap air).......
“S s s t.......” salah satu dari ketiga jarum beracun itu telah
tercabut! Demikianlah, satu setelah yang lain, ketiga jarum
beracun Siauw Bie, berturut-turut dengan cepat telah
dipindahkan ke tanah dari punggung To Siok Keng.
“To siocia, jangan kaget akan tindakanku yang
selanjutnya......” Wei Beng Yan memperingati gadis itu sambil
menempelkan mulutnya dan menyedot di bekas lobang-
lobang ke tiga jarum itu. Sejenak kemudian tampak ia
membuang ludahnya yang berwarna merah kehitam-hitaman.
Lalu telapak tangannya mengusap serta mengurut-urut
punggung gadis itu agar darahnya dapat mengalir
sebagaimana biasa lagi.
“Pengobatan sudah selesai!” kata Wei Beng Yan dengan
perasaan lega.
“Terima kasih Wei siohiap,” kata To Siok Keng sambil
mengenakan kembali pakaiannya.
“To siocia, rasanya agak janggal jika aku memanggil kau
siocia, dan kau memanggil aku Siohiap.”

Sampul Maut 445


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ya, apakah kau mempunyai usul yang lebih baik?”


“Secara tidak langsung kita adalah murid-murid dari satu
perguruan, bagaimana jika aku memanggil kau sumoay (adik
seperguruan) dan kau memanggil aku Suko (kakak
seperguruan)?”
“Suko..... sumoaymu setuju.......”
Wei Beng Yan tampaknya girang sekali dipanggil Suko, ia
bersenyum lebar sambil mengawasi To Siok Keng.
“Suko,” kata To Siok Keng, “aku sebetulnya ingin
menanyakan sesuatu, tetapi keburu terbit peristiwa yang
tidak enak......”
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Suko mengatakan bahwa Ji Locianpwee telah keluar dari
lembah Yu-leng-kok, aku sungguh tidak mengerti mengapa dia
tidak memenuhi sumpahnya?”
“Soal itulah yang justru membikin aku selalu gelisah.
Tetapi cobalah perinci kisahku yang akan kuceritakan lagi......”
Maka berceritalah Wei Beng Yan semenjak ia diterima
menjadi murid oleh Ji Cu Lok di dalam lembah Yu-leng-kok.
Bagaimana setelah berhasil mewarisi ilmu-ilmu yang dahsyat,
ia lalu disuruh pergi, dan tathala kembali lagi, ia menjumpai
gurunya sudah menutupi mukanya dengan selembar kain
hitam. Bagaimana ia menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, gurunya melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.
Ketika Wei Beng Yan selesai dengan kisahnya, suasana
fajar sudah berlalu, matahari mulai memancarkan sinarnya di

Sampul Maut 446


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

angkasa dan semangat To Siok Keng pun agaknya sudah pulih


kembali.
“Menurut penuturan suko,” kata To Siok Keng, “tindak
tanduk Ji Cu Lok itu memang sangat mencurigakan dan
terkutuk. Aku khawatir dia akan menyuruh Suko melakukan
lagi perbuatan-perbuatan yang tidak pantas!”
“Setengah bulan lagi aku akan menjumpai guruku itu di
puncak Ci-sin-hong, apakah sumoay ingin juga bertemu
dengan guruku itu?”
“Aku ingin turut serta, aku ingin melihat suami guruku
itu!”
“Sumoay, sebagai murid Thian-hiang-sian-cu, kau tentu
mengetahui watak gurumu itu. Apakah iapun suka menutupi
mukanya dengan selembar kain hitam?”
“Aku..... aku tidak..... tahu........”
Bukan main terperanjat Wei Beng Yan mendengar
sumoynya tidak mengetahui watak gurunya.
“Bahkan aku belum pernah bertemu dengan Thian-hiang-
sian-cu!” To Siok Keng berkata lagi.
“Belum pernah bertemu?! Bagaimana mungkin kau
sebagai murid belum pernah bertemu dengan gurumu itu?”
To Siok Keng bersenyum getir, kedua matanya yang sayu
memandang jauh ke depan.
“Memang,” katanya, “itu semua memerlukan
penjelasan......”

Sampul Maut 447


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sumoay, jika penjelasan itu akan membikin kau sedih,


lebih baik kau jangan menutur!” Wei Beng Yan memotong
ketika melihat betapa muram wajah gadis itu selagi
mengucapkan kata-katanya itu.
“Meskipun pengalaman-pengalaman yang akan aku
tuturkan sangat menyayatkan hati, tetapi suko harus
mengetahui siapa aku ini sebenarnya dan mengapa aku
tinggal terpencil dalam hutan belukar ini?”
Wei Beng Yan hanya menatap To Siok Keng dan tidak
mengatakan sesuatu.
“Dua tahun yang lalu,” demikianlah To Siok Keng mulai
dengan kisahnya yang seram dan sedih. “Tepatnya pada
tanggal tujuh bulan tujuh, ketika itu aku tengah merayakan
hari ulang tahunku yang ke enambelas. Para tamu, dan handai
taulan ayahku sudah datang sedari siang-siang hari. Mereka
belum mempunyai kesempatan untuk memberi selamat
padaku, karena aku sedang sibuk sekali membantu kedua
kakak perempuanku di dapur. Ketika malam hari yang aku
tunggu-tunggu akhirnya tiba......”
Malam hari yang ditunggu-tunggu oleh To Siok Keng tiba,
tampak ia mengenakan pakaian, sepatu, saputangan, yah,
boleh dikatakan segala sesuatu yang dikenakannya serba
baru. Kemudian satu demi satu tamu-tamu serta handai
taulan ayahnya memberi selamat panjang umur.
To Siok Keng girang sekali, begitupun ayah, ibu serta
kedua kakak perempuannya. Untuk memeriahkan suasana
pesta ulang tahun itu, beberapa orang sahabat ayah To Siok
Keng lalu mengadakan pertunjukan ilmu silat yang kemudian

Sampul Maut 448


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

diseling dengan pertunjukan sulap dan lelucon yang jenaka,


tetapi suasana yang penuh dengan tepukan tangan dan sorak
sorai itu tiba-tiba diganggu oleh suara meraung yang seperti
meraungnya seekor naga terluka.
Lampu-lampu dan obor-obor yang menerangi ruangan di
mana orang banyak sedang berkumpul dan berpesta pora
dengan tiba-tiba pula menjadi padam, berbareng dengan itu
suatu hembusan angin santer mendampar dengan dahsyat
sekali.
Tanpa dapat ditahan lagi To Siok Keng jadi terpental dan
kepalanya terbentur tiang besar yang menunjang rumahnya
itu, sehingga ia tidak sadarkan diri. Entah berapa lama ia
berada dalam keadaan pingsan, tetapi ketika siuman kembali,
ia dapatkan tubuhnya sedang menggeletak ditumpukkan
daun-daun kering.
Ia berbangkit dan meneliti keadaan di situ dan menjadi
terkejut sekali ketika dapat melihat pengasuh perempuannya
yang sudah berusia agak lanjut juga kerada di situ, tampak
sebilah pisau pendek telah menancap di punggungnya.
Melihat itu semua, To Siok Keng segera mengetahui
bahwa pengasuhnya telah menggendongnya sampai di situ
dalam keadaan lupa parah. Ia menangis terus menerus
sehingga akhirnya suaranya hilang sama sekali. Oleh karena
merasa sangat berhutang budi kepada pengasuhnya yang
telah mengorbankan jiwanya itu, maka ia lalu mencari tempat
yang cukup baik untuk mengubur jenazah pengasuhnya
dengan seksama

Sampul Maut 449


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Di bawah satu pohon yang rindang, To Siok Keng menggali


tanah dengan mempergunakan pisau yang tadi menancap di
punggung pengasuhnya. Ketika sedang menggali tiba-tiba
ujung pisaunya menyentuh sesuatu benda keras, yang
ternyata bukan lain daripada sebuah kotak empat persegi
terbuat daripada besi yang sudah berkarat.
Oleh karena perasaan sedihnya, ia tidak menghiraukan
kotak besi itu, tetapi setelah selesai mengubur jenazah
pengasuhnya, lagi-lagi kotak itu menampakkan diri, seolah-
olah sengaja mengambil tempat di sebelah atas gundukan
tanah itu. Acuh tak acuh ia memungut kotak itu, kemudian
entah mengapa, dengan tiba-tiba ia melontarkan kotak itu ke
arah batang pohon, sehingga kotak yang sudah berkarat itu
pecah berantakan.
Apa yang kemudian terlihat?
Sebuah kitab!
Sebuah kitab yang terbungkus oleh kain sutera putih!
Dengan hati berdebar-debar To Siok Keng menghampiri
untuk kemudian memungut kitab itu, yang ternyata berisikan
catatan ilmu-ilmu yang belum pernah didengar dari ayahnya,
apalagi melihat seseorang melancarkan jurus-jurus yang aneh
itu.
Di bagian depan kitab itu tertera sebuah lukisan yang agak
kasar tetapi jelas sekali, lukisan itu merupakan sepasang
suami-isteri, yang ternyata bukan lain daripada penulis kitab
tersebut, Gui Su Nio, alias Thian-hiang-sian-cu dan suaminya,
Ji Cin Lok, alias Yu Leng dari lembah Yu-leng-kok.

Sampul Maut 450


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kisah aneh yang sukar dipercaya orang!” kata Wei Beng


Yan yang telah mendengari dengan penuh perhatian.
“Dan berdasarkan petunjuk-petunjuk dari kitab itu,” kata
To Siok Keng, “di bawah penerangan obor aku tiap malam
meyakinkan jurus-jurus yang tertera dalam kitab itu, karena
pada siangnya aku harus secara bersembunyi menjauhkan diri
dari si jahanam yang telah membunuh seluruh anggora
keluargaku, sehingga akhirnya aku tiba di pegunungan ini.”
“Hai....... sungguh luar biasa pengalaman sumoay itu!”
kata Wei Beng Yan.
“Sebagai tanda terima kasihku, aku lalu membuat ke dua
patung.........”
“Siapakah sebenarnya sumoay sendiri?”
“Aku Kiu Su Yin, puteri Kiu It! Orang satu-satunya yang
dapat lolos dari cengkeraman maut!”
“Jadi To Siok Keng adalah nama sumoay yang palsu?”
“Betul. Aku menukar she dan namaku untuk sekedar
mengelakkan diri dari si jahanam. To aku ambil dari she
pengasuhku yang setia, sedangkan Siok Keng adalah ilhamku
sendiri, mengingat nama itu cukup enak didengarnya.”
“Sumoay, ternyata nasib kita sama buruknya.”
duapuLuh enam
Demikianlah sejak saat itu Wei Beng Yan dan To Siok Keng
selalu berada bersama-sama, mereka berkelana di daerah
pegunungan Oey-san itu sambil merundingkan ilmu-ilmu yang
telah diperoleh dari guru mereka masing-masing, dan mereka

Sampul Maut 451


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menarik kesimpulan bahwa ilmu Thian-hiang-sian-cu dapat


dipergunakan secara bergabung dengan ilmu Ji Cu Lok,
mereka berlatih bersama untuk kemudian melanjutkan
perjalanan mereka menuju ke puncak Ci-sin-hong.
Selama berkelana di pegunungan Oey-san, Wei Beng Yan
dan To Siok Keng belum pernah menjumpai Siauw Bie, tetapi
sebaliknya si gadis she Siauw telah melihat mereka dari
kejauhan sehingga tiga kali.
Hebat betul rasa cemburu Siauw Bie ketika menyaksikan
pergaulan Wei Beng Yan dan To Siok Keng yang demikian
akrabnya, sehingga akhirnya rasa cemburunya itu berubah
menjadi perasaan benci dan dendam yang dalam sekali.
Ia mengetahui tidak dapat melawan gadis yang menjadi
saingannya itu, yang ternyata tidak tewas meskipun telah
terkena jarum beracunnya, dan ia bertekad untuk menganiaya
dengan jalan lain.......
“Sumoay, “ kata Wei Beng Yan, “hari untuk kita bertemu
dengan guruku hanya tinggal satu hari saja...... aku.......”
“Suko!” seru To Siok Keng kaget melihat muka Wei Beng
Yan tiba-tiba jadi pucat dan berdirinya agak limbung. “Apakah
kau merasa kurang sehat badan?”
“Tidak..... aku hanya...... merasa sedikit pusing kepala......”
Malam harinya, karena merasa khawatir diganggu oleh
binatang buas mereka lalu meloncat ke atas suatu dahan
pohon yang besar dan beristirahat di situ.

Sampul Maut 452


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Sang fajar datang dan mengambil alih tugas sang malam.


Hati Wei Beng Yan berdebar-debar tatkala mengingat bahwa
hari itulah yang akan menentukan siapa itu Yu Leng
sebenarnya?
Tetapi tiba-tiba suatu rasa sakit merangsang kepalanya
sehingga ia berseru.
“Haii.............”
To Siok Keng yang juga baru tersadar merasa kaget sekali
mendengar suara keluhan itu. Ia melihat muka Wei Beng Yan
pucat sekali, kedua tangannya sedang memegangi dan
memijat-mijat tempilingannya.
“Suko, kau kenapa?!” tanyanya cemas.
“O....., aku barusan merasa kepalaku sakit sekali.......”
“Sejak kemarin aku sudah melihat bahwa kau tengah
menderita sakit.”
“Aku sudah merasa sehat sekarang. Ayohlah kita turun,”
kata Wei Beng Yan sambil meloncat dari dahan pohon itu,
yang kira-kira lima meter tingginya.
Semalam, dengan mempergunakan ilmu meringankan
tubuh Wei Beng Yan dengan mudah saja dapat mencapai
dahan pohon itu, dan untuk meloncat turun tentu saja ia
harus mengerahkan tenaga dalam untuk sedikit menahan
berat badannya, tetapi....... ternyata ia tidak lagi dapat
melancarkan ilmu tersebut, tubuhnya meluncur cepat ke
bawah tanpa dapat dikuasai dan membentur tanah dengan

Sampul Maut 453


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

keras. Ia menjadi terlebih kaget ketika dapat kenyataan


bahwa tulang betisnya yang kiri telah patah.
To Siok Keng yang dapat melihat kecelakaan itu menjadi
heran sekali, lekas-lekas ia meloncat turun untuk memeriksa
luka yang diderita oleh Wei Beng Yan sambil menanya dengan
paras khawatir.
“Suko, apakah kau menderita sakit?”
Sambil meringis menahan sakit Wei Beng Yan berusaha
berbangkit, tetapi ia tidak berhasil.
“Aku merasa heran sekali,” katanya. “Semalam aku dapat
tidur dengan nyenyak dan tidak mengalami sesuatu yang luar
biasa, tetapi barusan aku tidak dapat mengerahkan tenaga
dalamku lagi, .........aduh! Rasanya tulang betisku telah
patah!”
“Patah?!” tanya To Siok Keng.
“Patah!”
“Bagaimana mungkin seseorang yang berkepandaian
seperti suko jadi patah tulang betisnya hanya meloncat dari
tempat tidak beberapa tinggi itu?”
“Akupun tidak mengerti mengapa dengan tiba-tiba saja
tenagaku lenyap!”
“Setengah bulan yang lalu,” kata To Siok Keng setelah
berpikir sejenak, “Suko telah melancarkan Thay-yang-sin-
jiauw dua kali berturut-turut, apakah mungkin itu sebabnya?”
“Tidak mungkin!” Wei Beng Yan menolak pendapat gadis
itu. “Menurut guruku, jika Thay-yang-sin-jiauw sering

Sampul Maut 454


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dilancarkan, tenaga serta kemahiranku malah akan


bertambah!”
“Mungkin Suko telah salah makan? Sesuatu yang beracun
maksudku.”
“Selama setengah bulan ini aku selalu berada di
dampingmu aku hanya makan apa yang kau makan!”
Apa yang sebetulnya telah terjadi atas diri Wei Beng Yan?!
––––––––

BAB 35
ASUTAN MANTAN KEKASIH HATI

Itulah akibat daripada ke TIGA SAMPUL MAUT yang telah


diberikan oleh si kakek bermata satu Ouw Lo Si, yang selalu
bermulut manis seperti madu, tetapi hatinya berbulu seperti
hati srigala.
Ouw Lo Si yang telah dibikin pincang sebelah kakinya oleh
Wei Tan Wi, ayah Wei Beng Yan, ternyata belum merasa puas
sebelum membalas sakit hati kepada putera musuhnya, Wei
Beng Yan!
Sebetulnya ia sudah ingin membunuh Wei Beng Yan, yaitu
sebelum pemuda itu masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok,
tetapi karena khawatir dicemooh oleh sahabat-sahabatnya di
kalangan Bulim, bahwa ia menganiaya seorang pemuda yang
masih belum berkepandaian cukup, maka diputarlah otaknya.

Sampul Maut 455


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Demikian keras otaknya bekerja sehingga akhirnya ia


menemukan juga suatu tipu muslihat yang betul-betul di luar
dugaan siapapun, yalah dengan memberi bantuan kepada
putera musuhnya itu, sehingga pemuda itu berhasil memiliki
ilmu yang dahsyat, dengan perjanjian bahwa tiap-tiap kali
pemuda itu berhasil membunuh Soat-hay-siang-hiong atau
Eu-yong Lo-koay yang kebetulan menjadi musuhnya juga, si
pemuda harus membuka sampul suratnya yang bernomor
satu, dan ternyata sampul itu telah diisikan racun Poa-gwat-
tan — semacam bubuk racun yang dibuat daripada serangga
berbisa yang terdapat di daerah propinsi Sin-kiang. Racun itu
berbau harum semerbak tetapi melumpuhkan bagian-bagian
dalam tubuh orang yang mengendusnya.
Itulah sebabnya mengapa Wei Beng Yan dengan tiba-tiba
saja kehilangan seluruh tenaga dalamnya! Ia telah terkena
racun Poa-gwat-tan ketika membuka sampulnya yang
pertama, yang baru merangsang setelah lewat jangka waktu
dua minggu.
Dengan tenaganya yang sudah banyak berkurang dan
tulang betisnya patah, Wei Beng Yan mungkin tidak lagi dapat
pergi ke puncak Ci-sin-hong untuk menjumpai gurunya.
◄Y►
Selagi To Siok Keng merawat luka Wei Beng Yan itu,
ternyata Siauw Bie telah tiba di atas puncak yang dimaksud di
atas, menantikan kedatangan Yu Leng. Perasaan benci Siauw
Bie terhadap bekas kekasihnya dan To Siok Keng makin hari
makin mendalam saja tampaknya, ia bermaksud
menghilangkan kedua orang muda itu dengan

Sampul Maut 456


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

memberitahukan kepada Yu Leng bahwa Wei Beng Yan telah


mencurigakan keaslian gurunya itu.
Lama juga ia menunggu di situ, tetapi ia tidak melihat Yu
Leng atau Wei Beng Yan mendatangi. Perasaannya sudah
mulai jadi gelisah, ketika......
“Mengapa kau berada sendirian saja di sini? Ke mana
Beng Yan?”
Demikianlah teguran yang membikin Siauw Bie bergidik,
ia lekas-lekas berbalik dan dapat melihat Yu Leng yang sudah
menutupi mukanya lagi, sedang berdiri dengan angkuhnya.
“Locianpwee,” katanya, “aku harap kau tidak menyebut
Wei Beng Yan lagi!”
“Jangan menyebut namanya lagi? mengapa?”
“Aku telah menasihatkan padanya, tetapi ia tidak
menggubris nasihatku itu. Ia bilang Locianpwee bukan
gurunya yang tulen!”
Sekonyong-konyong Yu Leng atau Pek Tiong Thian
melangkah mundur mendengar keterangan itu.
Siauw Bie pun terperanjat melihat reaksi Yu Leng itu,
karena ia belum mengetahui bahwa Yu Leng adalah Pek Tiong
Thian.
“Ha......” pikirnya, “kalau begitu benar dugaan si kakek
pincang itu! Inilah ketika yang terbaik untuk mengadu-
dombakan Wei Beng Yan dan To Siok Keng dengan Yu Leng
gadungan ini.”

Sampul Maut 457


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah kaupun menganggap aku menyamar sebagai Yu


Leng?” tiba-tiba Pek Tiong Thian menanya.
Siauw Bie jadi kelabakan ditanya begitu, lama juga ia
berpikir untuk kemudian menyahut. “Karena soal
mencurigakan Locianpwee inilah aku jadi bertengkar dengan
Beng Yan, dia kini sudah berkenalan dengan seorang gadis
yang mengaku sebagai murid Thian-hiang-sian-cu!”
“Hm! Siapa nama gadis itu?
“To Siok Keng!”
“Aku tidak mengenal nama itu! Sekarang mereka berada
di mana?”
“Sudah hampir setengah bulan aku tidak melihat mereka,
tetapi aku yakin mereka masih berada di daerah pegunungan
ini.”
“Bagaimana pendapatmu? Apakah mereka akan datang
juga di sini?”
“Ya! Aku kira mereka pasti akan datang di sini.”
“Baiklah, aku akan menunggu kedatangan mereka!” kata
Pek Tiong Thian sambil mengambil tempat duduk.
Dengan hati berdebar-debar Siauw Bie pun turut
mengambil tempat duduk.
Sambil menanti kedatangan Wei Beng Yan dan To Siok
Keng di puncak Ci-sin-hong itu, marilah kita mengungkap
rahasia Yu Leng gadungan ini atau Pek Tiong Thian yang telah
begitu berhasil menjalankan perannya sebagai Ji Cu Lok asli.

Sampul Maut 458


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tetapi bagaimanakah Ji Cu Lok asli itu sampai dapat


disingkirkan?!
Seperti telah diceritakan di bagian yang terdahulu bahwa
Pek Tiong Thian telah banyak mempelajari ilmu-ilmu dari kitab
Jit-gwat-po-lek, tetapi sayang lembaran-lembaran yang
memberi petunjuk tentang ilmu Thay-yang-sin-jiauw dan
Thay-yang-sin-kang, yang menurut desas desus di kalangan
Bu-lim, telah diambil oleh Ji Cu Lok! Justru bagian itulah yang
terpenting, maka ia telah bertekad untuk berkunjung ke
lembah Yu-leng-kok untuk mencuri catatan kedua ilmu yang
dahsyat itu.
Dengan ilmunya yang tinggi Pek Tiong Thian dengan
mudah saja dapat menyelundup ke dalam lembah itu. Hari itu
adalah tanggal limabelas bulan tujuh -- tepat dua tahun Wei
Beng Yan menjadi murid Ji Cu Lok.
Pek Tiong Thian tiba di dalam lembah itu, ketika Ji Cu Lok
tengah menatap bulan purnama di langit sambil sebentar-
sebentar menyebut nama isterinya, sehingga ia tidak
mengetahui bahwa Pek Tiong Thian senantiasa mengawasi
tiap gerak geriknya. Tiba-tiba Ji Cu Lok menghunus
pedangnya, lalu sambil mengacungkan senjatanya itu ke atas,
ia memanggil-manggil lagi nama isterinya. Setelah itu cepat
luar hiasa pedangnya berkelebat dan memotong urat nadinya
sendiri.
“Su Nio........ aku segera menyusul......”
Setelah itu tampak tubuhnya menukik dari atas batu
besar untuk kemudian terbanting di tanah, Yu Leng alias Ji Cu
Lok, telah meninggal dunia!

Sampul Maut 459


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian tidak menduga jika ia datang tepat pada


waktu Yu Leng harus membunuh diri memenuhi sumpahnya
terhadap isteri kesayangannya, Gui Su Nio.
Begitu melihat Yu Leng roboh Pek Tiong Thian segera
meloncat menghampiri sambil menusuk dengan senjata
beracun Hian-peng-tok-bong ke arah jantung Yu Leng. Hian-
peng-tok-bong yang pernah dipergunakan oleh Soat-hay-
siang-hiong untuk menusuk jantung Wei Tan Wi, yang kini
dipinjam oleh Pek Tiong Thian untuk menusuk jantung Ji Cu
Lok.
Perlu dijelaskan di sini bahwa Soat-hay-siang-hiong adalah
sahabat-sahabat karib Pek Tiong Thian, dan itulah sebabnya
mengapa orang she Pek itu melarang Wei Beng Yan
membunuh kedua iblis itu.
Setelah melihat bahwa Ji Cu Lok betul-betul sudah tidak
berkutik lagi, Pek Tiong Thian lalu menggeledah segala
sesuatu dengan maksud menemukan catatan ilmu Thay-yang-
sin-jiauw, tetapi tiba-tiba terdengar tindakan kaki seseorang
mendatangi ke arahnya. Ia mengetahui bahwa yang sedang
mendatangi itu pasti murid Ji Cu Lok. Oleh karena tidak
keburu melarikan diri lagi, maka lekas-lekas ia mengenakan
selembar kain hitam di mukanya dan bermaksud menyamar
sebagai Yu Leng dan meminjam kepandaian Wei Beng Yan
untuk mengganyang orang-orang yang tidak disukainya.
Demikianlah Pek Tiong Thian telah berhasil mengelabui
mata orang banyak tetapi tokh akhirnya rahasia itu
terbongkar juga oleh si kakek pincang Ouw Lo Si.
duapuLuh tujuh

Sampul Maut 460


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Selagi ia duduk menantikan kedatangan ‘murid-muridnya’


itu, tiba-tiba Siauw Bie berseru .
“Locianpwee! Beng Yan sedang mendatangi!”
Dari kejauhan tampak To Siok Keng sedang memondong
Wei Beng Yan mendaki puncak Ci-sin-hong. Melihat keadaan
‘muridnya’, Pek Tiong Thian terkejut sekali.
“Beng Yan!” serunya. “mengapa kau terpincang-pincang?”
“Aku jatuh dari pohon, tulang betisku patah!” sahut Wei
Beng Yan.
Dari terkejut Pek Tiong Thian jadi girang, karena meskipun
telah memiliki banyak ilmu-ilmu aneh dari kitab Jit-gwat-po-
lek, tetapi ia masih merasa gentar untuk menempur Wei Beng
Yan yang memiliki ilmu Thay-yang-sin-jiauw dan Thay-yang-
sin-kang. Sambil duduk di atas batu gunung ia mengawasi To
Siok Keng yang sedang membantu pemuda itu.
“Beng Yan, siapa siocia itu?” tanyanya lagi.
To Siok Keng juga sudah memperhatikan sikap Yu Leng
gadungan itu, dan ia merasa heran Ji Cu Lok yang
berkepandaian demikian tinggi sekarang menutupi mukanya
dengan selembar kain hitam.
“Aku To Siok Keng,” sahutnya.
Pek Tiong Thian tertawa berkakakan dan menanya lagi
kepada Wei Beng Yan.
“Apakah kau sudah dapat cari buah yang berkulit
kuning?”

Sampul Maut 461


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ketika itu Wei Beng Yan dan To Siok Keng sudah berada
cukup dekat, mereka jadi terkejut sekali melihat Siauw Bie
tengah duduk di atas satu batu gunung dengan sikap acuh tak
acuh. Setelah melirik To Siok Keng, Wei Beng Yan lalu
menyahut.
“Aku sudah berusaha mencari, menurut keterangan-
keterangan buah itu sangat beracun, sebetulnya untuk apakah
buah itu?”
Jawaban yang mengandung unsur-unsur tidak percaya itu
membikin Pek Tiong Than marah sekali.
“Aku telah memerintahkan kau mencari buah itu,”
katanya, “tentu ada gunanya, apa gunanya kau mengajukan
banyak pertanyaan?”
Wei Beng Yan tidak menyahut mendengar teguran yang
keras itu, ia hanya menatap selembar kain hitam yang
menempel di muka Pek Tiong Thian itu.
“Dari Siauw Bie aku telah mendapat keterangan bahwa
kau telah terkena bujukan Ouw Lo Si, betulkah?” Pek Tiong
Thian menanya lagi.
“Bujukan?” Wei Beng Yan berlagak tidak tahu sambil
menoleh ke arah Siauw Bie.
“Ya! Bujukan agar kau mencurigai keaslianku sebagai Ji Cu
Lok!” kata Pek Tiong Thian tegas.
Wei Beng Yan belum menyahut, ketika Pek Tiong Thian
sudah menegur lagi.
“Mengapa kau sekarang jadi demikian kurang ajar?!”

Sampul Maut 462


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Karena peringatan si kakek pincang sangat beralasan!”


sahut Wei Beng Yan dengan berani. “Apakah kau berani
menanggalkan topengmu itu?!”
“Ha, ha, ha! Inilah yang dikatakan menolong anjing
terjepit harus berani menerima gigitan anjing itu sendiri! Dua
tahun yang lalu, kau masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok, dan
mulai saat itu aku telah dengan tekun mewariskan ilmu-
ilmuku kepadamu, tetapi sekarang.......”
Wei Beng Yan tidak merasa takut sedikitpun, ia
mengetahui bahwa betis kirinya sudah patah, tetapi karena
mengingat ia berada di pihak yang benar, ia bertekad
membela keadilan.
“Ketahuilah! Bahwa aku dapat melenyapkan kau dari
dunia ini hanya dengan satu pukulan saja.........” Pek Tiong
Thian mengancam.
“Aku masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok dengan satu
maksud,” Wei Beng Yan berkata dengan gusar, “maksud yang
diperkuat dengan sumpah! Yalah, setelah aku berhasil
memiliki ilmu-ilmu yang sakti, aku akan menuntut balas, dan
jika setelah itu aku masih hidup, aku bermaksud berbuat
kebaikan terhadap banyak orang!”
Pek Tiong Thian jadi melongo mendengar jawaban yang
tegas serta ketus itu.
“Tetapi......” Wei Beng Yan melanjutkan. “tetapi sampai
saat ini aku belum juga berhasil....... malah sebaliknya aku
telah diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang terkutuk!”

Sampul Maut 463


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian jadi gugup dihujani kata-kata yang betul-


betul kena sasarannya itu. Namun sebagai seorang yang
berwatak kejam dan ingin menjagoi di dunia persilatan, ia
tidak bersedia menerima saja ucapan ‘muridnya’ itu. Karena
kewalahan ia lalu berkata.
“Bukankah kau telah bersumpah untuk mentaati segala
perintahku?”
“Ya! Tetapi aku tidak bersedia menjalani perintahmu yang
terkutuk!”
“Terkutuk?! Apa yang kau maksud dengan yang
terkutuk?”
“Membunuh Khouw Kong Hu, Ceng Sim Lo-ni dan......
jangan menyentuh setengah lembar bulu Soat-hay-siang-
hiong!”
“Jadi sekarang kau ingin membangkang?!”
“Suhu mencegah aku membunuh Soat-hay-siang-hiong
yang senantiasa mengganas kalangan Bulim, lalu
memerintahkan aku mencari buah Cian-jin-huang yang sangat
beracun, dengan buah ini tentu Suhu ingin membunuh orang
baik-baik dan...... jika aku tidak bersedia menjalankan perintah
itu, aku kira aku tidak dapat dikatakan membangkang!”
Dengan tiba-tiba saja tampak Pek Tiong Thian berdiri
untuk kemudian menghampiri ‘muridnya’ itu. Ia mengetahui
bahwa betis kiri Wei Beng Yan sudah patah, dengan demikian
meskipun ‘muridnya’ itu dapat melancarkan Thay-yang-sin-
jiauw pun, ia yakin benar masih dapat melawan jurus yang
dahsyat itu.

Sampul Maut 464


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku terpaksa harus menyingkirkan muridku sendiri!”


katanya sambil terus menghampiri.
Betis Wei Beng Yan yang patah sudah diobati oleh To Siok
Keng, tetapi agar dapat bergerak dengan leluasa lagi ia masih
harus menunggu beberapa waktu lamanya. Ketika itu untuk
berjalan ia masih harus dibantu oleh To Siok Keng.
Pek Tiong Thian berhenti bertindak kira-kira lima meter di
hadapan sepasang muda mudi itu.
“Kau telah memiliki ilmu-ilmu yang dahsyat,” katanya
lantang, “sehingga kau menganggap dapat melawan aku!
Ayohlah unjuk kepandaianmu, aku mau lihat!”
Wei Beng Yan tidak bergerak, ia terus menatap gerak
gerik Pek Tiong Thian dengan mata seolah-olah menyala
karena gusarnya.
Suasana jadi tegang sekali, satu pertarungan hebat
agaknya sudah tidak dapat dicegah lagi. Tiba-tiba terdengar
suara To Siok Keng memecahkan keheningan itu.
“Apakah perselisihan ini harus dipecahkan melalui satu
pertempuran?”
Siauw Bie yang dari semula tidak berkata-kata, sudah
merasa girang sekali melihat Pek Tiong Thian ingin menghajar
bekas kekasihnya, tetapi begitu melihat To Siok Keng
menghalang-halangi pertempuran itu, ia jadi mendongkol
bukan main.
“Hei cendil?” bentaknya, “apa perlunya kau mencampuri
urusan guru dan murid ini?”

Sampul Maut 465


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hii, hii, hii! Siapa bilang urusan ini adalah urusan guru
dan murid?” To Siok Keng balik menanya.
“Apakah kau tidak mengetahui bahwa Ji locianpwee
adalah guru Wei Beng Yan?” Siauw Bie menanya lagi.
“Betul! Ji Cu Lok adalah guru suko ku ini,” sahut To Siok
Keng, kemudian sambil menunjuk ke arah Pek Tiong Thian. Ia
melanjutkan.
“Tetapi aku tidak merasa yakin jika Locianpwee ini
bernama Ji Cu Lok!”
“Siapa gerangan Locianpwee ini jika begitu?” Siauw Bie
sengaja menanya untuk memanaskan suasana agar
pertempuran antara Yu Leng gadungan dengan Wei Beng Yan
dapat segera dimulai, karena rasa cemburunya, ia sudah ingin
lekas-lekas melihat Wei Beng Yan menjadi mayat dihajar
‘gurunya’ itu.
“Aku tidak tahu!” sahut To Siok Keng. “Yang pasti yalah
Locianpwee ini BUKAN Ji Cu Lok!”
“Dapatkah kau membuktikan ucapanmu itu?!” tanya Pek
Tiong Thian dengan sikap mengancam.
“Bukan aku yang harus membuktikan, tetapi Locianpwee
sendirilah!”
“Aku?!”
“Dengan membuka selembar kain hitam yang menutupi
mukamu!”
Pek Tiong Thian tertawa berkakakan mendengar kata-kata
yang cerdik itu, sambil menatap To Siok Keng, tangan

Sampul Maut 466


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

kanannya pelahan-lahan bergerak ke dalam bajunya, sejenak


kemudian ia sudah memegang Ciam-hua-giok-siu.
“Sumoay!” seru Wei Beng Yan terkesiap melihat Pek Tiong
Thian bersikap ingin menyerang dengan sarung tangan ajaib
itu.
“Suko, dapatkah kau berdiri tanpa bantuanku?” tanya To
Siok Keng.
“Apakah kau ingin melawan orang yang bertopeng itu?”
tanya Wei Beng Yan cemas, karena ia mengetanui betapa
hebat sarung tangan ajaib itu.
“Ya!” sahut To Siok Keng tegas.
“Ha, ha, ha! Sekalipun tulang belulangmu terbuat
daripada baja,” Pek Tiong Thian mengejek, “kau akan hancur
lebur!”
“Adakah kau tahu bahwa aku adalah murid satu-satunya
Thian-hiang-sian-cu? “ tanya To Siok Keng.
––––––––

BAB 36
AKSI MURID THIAN-HIANG-SIAN-CU

“Ha, ha, ha! Aku tidak perduli!” kata Pek Tiong Thian
sambil mengangkat tangannya yang memegang Ciam-hua-
giok-siu. “Aku akan segera menyerang!”
“Apakah kau mengetahui bahwa aku memiliki ilmu yang
khusus diciptakan untuk mengimbangi kedahsyatan sarung

Sampul Maut 467


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tangan guruku itu?” To Siok Keng berkata lagi, “Yang disebut


Ciam-hua-hut-soat-siu-hoat?!”
Kaget juga Pek Tiong Thian mengetahui masih ada suatu
ilmu yang dapat mengimbangi terjangan Ciam-hua-giok-siu.
Pelahan-lahan tampak tangannya yang sudah terangkat itu
bergerak menurun. Tetapi justru pada saat yang bersamaan,
secepat kilat To Siok Keng sudah meloncat sambil menyodok
muka Pek Tiong Thian dengan jari tengah tangan kanannya!
Sungguh di luar dugaan Pek Tiong Thian bahwa gadis yang
lemah lembut tampaknya itu berani menyerangnya, iapun
tidak menduga jika gadis itu dapat bergerak demikian
pesatnya, karena menurut pendapatnya, orang yang memiliki
ilmu Thay-yang-sin-jiauw sajalah yang harus ia segani, selain
itu ia menganggap semua orang remeh, mudah ditewaskan!
Lekas-lekas in mengangkat Ciam-hua-giok-siu dengan
maksud menangkis untuk kemudian menghajar muka gadis
itu, tetapi tepat pada waktu ia mengangkat tangannya itulah,
ia mengendus suatu bau harum yang tajam sekali, yang
seolah-olah menyelusup dan menusuk otaknya!
Pada saat ia terkejut, sekonyong-konyong suatu
hembusan angin yang keluar dari sodokan jari To Siok Keng
telah menyingkap untuk kemudian melucuti sama sekali kain
hitam yang menutupi mukanya!
Wei Beng Yan dan Siauw Bie yang pun tidak menyangka
To Siok Keng berani menyerang Pek Tiong Thian, mereka
terkejut sekali ketika dapat melihat wajah pucat seperti mayat
di balik kain yang sudah tergeletak di tanah itu.

Sampul Maut 468


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian tiba-tiba jadi kalap, ia meraung seram


sambil dengan beringas menyerang dada To Siok Keng dengan
Ciam-hua-giok-siu. Tetapi...... tidak percuma To Siok Keng
menjadi murid Thian-hiang-sian-cu, meskipun hanya melalui
kitab pendekar wanita yang lihay itu. Serangan Pek Tiong
Thian yang cepat serta dahsyat itu dapat diegosinya dengan
satu gerakan yang manis sekali, sehingga Yu Leng gadungan
itu terjerumus sambil ternganga karena kagetnya!
To Siok Keng ternyata tidak berhenti hingga di situ, selesai
lawannya bingung, sekonyong-konyong ia mengebut lengan
baju dan bergerak ke samping sambil menyerang tempilingan
Pek Tiong Thian dengan kedua jarinya yang dilancarkan
dengan ilmu Sin-kang-cit!
Pek Tiong Thian lekas-lekas mengangkat tangan kirinya
sambil membarengi menyerang dengan tangan kanannya
yang memegang Ciam-hua-giok-siu, tetapi lagi-lagi ia telah
menyerang angin!
“Aku telah mengatakan tadi,” kata To Siok Keng, “bahwa
ilmu guruku yang bernama Ciam-hua-hut-soat-siu-hoat dapat
mengimbangi kedahsyatan Ciam-hua-giok-siu!”
“Jahanam!” bentak Wei Beng Yan, “sungguh besar
nyalimu berani menyamar sebagai guruku!”
“Ha, ha, ha! Kau sudah mengetahui aku siapa, mengapa
kau tidak menyerang?” tanya Pek Tiong Thian.
To Siok Keng mengetahui bahwa setelah diberi obat
menurut resep Thian-hiang-sian- cu, tulang betis Wei Beng

Sampul Maut 469


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Yan sudah mulai agak sembuh, tetapi ia merasa pemuda itu


masih lemah untuk melancarkan Thay-yang-sin-jiauw.
“Suko,” katanya. “Biarlah aku yang yang memberi hajaran
kepada jahanam ini!”
Tetapi Wei Beng Yan sudah tidak lagi dapat menahan
kegusarannya, rasa gusarnya makin berkobar ketika
mengingat si jahanam yang kini sedang berdiri di
hadapannyalah yang telah mencegahnya membunuh kedua
musuh besarnya, Soat-hay-siang-hiong! Ia tidak akan merasa
puas sebelum membunuh Yu Leng gadungan ini dengan
tangannya sendiri.
Tampak tubuhnya bergemetar karena menahan hawa
amarahnya yang kemudian meledak seperti gunung merapi!
“Jahanam! Betisku belum sembuh betul, tetapi kau pasti
tewas hari ini!”
Wei Beng Yan membarengi ucapannya itu dengan
mengangkat tangan kanannya, pelahan-lahan tinjunya
berubah untuk kemudian mempijarkan sinar merah yang
menyilaukan mata, tetapi tiba-tiba wajahnya sendiri berubah,
karena ia merasa tenaganya sudah banyak berkurang, dengan
demikian ia tidak lagi dapat melancarkan Thay-yang-sin-jiauw
menurut kehendak hatinya!
“Celaka!” pikirnya cemas, “apakah sebelum aku berhasil
membunuh kedua musuh besar ayahku, aku harus mati
bersama-sama jahanam ini?”
Pek Tiong Thian yang tidak mengetahui hal ini, tiba-tiba
mundur beberapa langkah ke belakang, ia mengetahui bahwa

Sampul Maut 470


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dirinya akan diserang dengan Thay-yang-sin-jiauw, belum lagi


keburu ia mengambil keputusan melawan atau melarikan diri,
mendadak terdengar.......
“Bung!!!”
Wei Beng Yan telah melepaskan serangannya!
Apa yang terjadi kemudian?!
Tampak Pek Thong Thian terhuyung ke belakang diterjang
hembusan angin serangan yang dahsyat itu, ia merasa sekujur
tubuhnya jadi panas sekali, tetapi...... ternyata ia tidak roboh
ataupun terluka! Ia berusaha menahan hawa panas yang
seolah-olah ribuan semut sedang gerayangan di seluruh
tubuhnya, sambil mengawasi Wei Beng Yan.
Ia melihat bahwa pemuda itu agaknya sedang berusaha
menahan suatu perasaan juga, butiran-butiran peluh
mengucur deras dari jidatnya, berbareng dengan itu, ia
merasa pengaruh rasa panas sudah mulai menghilang dari
tubuhnya, maka ia segera berkesimpulan bahwa tenaga Thay-
yang-sin-jiauw yang diterimanya sekarang jauh di bawah nilai
tenaga serangan Thay-yang-sin-jiauw yang dilancarkan dulu,
yalah ketika si pemuda menggempur Ceng Sim Lo-ni di kota
Bo-ouw!
Dengan tiba-tiba saja Pek Thong Thian memperlihatkan
senyum iblisnya, ia merasa yakin betul dengan ilmu-ilmu yang
diperolehnya dari kitab Jit-gwat-po-lek, ia akan mampu
menewaskan murid Ji Cu Lok ini!
Meskipun merasa kecewa sekali melihat serangannya
tidak membawa hasil yang diharapkan, Wei Beng Yan tidak

Sampul Maut 471


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

pernah putus asa. Begitu melihat Pek Tiong Thian mengangkat


Ciam-hua-giok-siu, iapun mengangkat tangannya, dan......
“Darr!!!”
Dua tenaga raksasa telah berjumpa di tengah udara bebas
sambil menerbitkan suara yang seperti meledaknya guntur.
Dan lagi-lagi tampak Pek Tiong Thian terhuyung ke
belakang, ia terkejut sekali merasa seolah-olah sedang berada
di dalam kamar dapur yang apinya berkobar-kobar membakar
tubuhnya. Barulah ia insyaf betapa dahsyat Thay-yang-sin-
jiauw itu, meskipun yang melancarkan ilmu itu sedang
menderita luka cukup parah.
Lekas-lekas ia memutar Ciam-hua-giok-siu untuk
menghalau pengaruh tenaga gaib ilmu yang betul-betul
dahsyat itu, sambil menotol tanah dengan kedua kaki
palsunya dan meloncat jauh ke belakang, dan selagi ia
mencelat ke udara, tampak batu dan rumput-rumput kering
berterbangan terbawa hembusan angin yang panas itu!
Ternyata Wei Beng Yan pun tidak kalah terkejutnya iapun
merasa serangannya barusan telah tertahan oleh suatu
tenaga yang hebat luar biasa, karena itu adalah tenaga
serangan Ciam-hua-giok-siu, yang membuatnya terpaksa
melangkah mundur untuk kemudian bersiap siaga lagi dan
oleh karena mundurnya itulah, ia merasa betisnya sakit sekali,
keringat dingin segera membasahi seluruh tubuhnya!
Setelah meloncat mundur, Pek Tiong Thian tidak lagi
merasa tubuhnya seperti dibakar, ia merasa girang sekali.

Sampul Maut 472


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah Ciam-hua-giok-siu dapat menahan serangan


Thay-yang-sin-jiauw?” pikirnya.
Sudah lama ia merasa ragu-ragu untuk menggempur Wei
Beng Yan, karena merasa gentar terhadap ilmu pemuda itu.
Meskipun Ciam-hua-giok-siu dapat menghalau api dan air,
bahkan segala serangan senjata rahasia, namun untuk
menguji Thay-yang-sin-jiauw ia merasa ragu-ragu! Tetapi
sekarang ternyata sarung tangan ajaib dapat mengimbangi
dan menghalau hawa panas yang membakar itu!
“Hei bocah!” serunya girang. “Apakah begitu saja
kelihayan Thay-yang-sin-jiauw? Ha, ha, ha!”
Sayang, sungguh sayang sekali Wei Beng Yan sudah
terkena racun Poa-gwat-an, itu saja sudah merupakan suatu
kecelakaan hebat, ditambah dengan jatuhnya dari atas pohon
dan betisnya patah, maka boleh dikatakan ia telah menyerang
tadi hanya mempergunakan sisa-sisa tenaga yang masih ada
saja, tetapi meskipun demikian, kalau saja pemuda itu dapat
menyerang hanya sekali saja lagi, maka dapatlah dipastikan
bahwa Pek Tiong Tian akan tewas di atas puncak Ci-sin-hong
itu!
Pek Tiong Thian tidak mengetahui bahwa meskipun
serangan Wei Beng Yan tadi tidak merobohkannya (berkat
ilmu tenaga dalamnya yang hebat), tetapi bagian dalam
tubuhnya yang telah menerima hawa panas Thay-yang-sin-
jiauw tanpa disadari telah terluka.
To Siok Keng merasa terharu sekali melihat keadaan Wei
Beng Yan yang sudah betul-betul payah itu. Iapun mengetahui
bahwa Pek Tiong Thian telah terluka bagian dalam tubuhnya,

Sampul Maut 473


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tetapi luka itu mungkin baru membawa akibat yang parah


setelah melalui waktu yang agak lama, mengingat ilmu tenaga
dalam si orang she Pek yang demikian hebatnya. Karena rasa
cintanya terhadap pemuda itu, entah bagaimana, di dalam
otaknya tiba-tiba terlintas suatu akal bulus yang baik sekali,
maka ia lekas-lekas berkata.
“Suko, kau belum sembuh betul, biarlah aku saja yang
melawan jahanam ini dengan..... Tok-beng-oey-hong......
Bercekat hati Pek Tiong Thian mendengar nama senjata
rahasia yang disebut oleh gadis itu, senjata rahasia yang
memang sedang diidam-idamkannya, meskipun ia belum
mengetahui apa sebenarnya Tok-beng-oey-hong itu! Ia hanya
mengetahui bahwa di antara ketiga benda pusaka itu, Tok-
beng-oey-hong lah yang terdahsyat!
“Kau ingin melawan aku dengan Tok-beng-oey-hong?”
tanyanya bernapsu.
“Betul.”
“Darimana kau peroleh senjata rahasia itu?”
“Dari guruku, Thian-hiang-sian-cu!”
Pek Tiong Thian jadi berdiri menjublek, ia mengetahui
bahwa Tok-beng-oey-hong terkenal di kalangan Bu-lim karena
Thian-hiang-sian-cu pernah mempergunakan senjata rahasia
itu satu kali di atas pegunungan Liok-pan-san dahulu.
Pada waktu itu lebih dari duapuluh orang-orang jahat,
terutama ke tujuh orang dari daerah Biauw-cian, telah datang

Sampul Maut 474


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ke pegunungan Liok-pan-san dengan maksud mengerubuti


Thian-hiang-sian-cu.
Yang aneh yalah, tiada satu orangpun yang mengetahui
jalannya pertempuran itu, orang-orang hanya mengetahui
bahwa Thian-hiang-sian-cu telah keluar sebagai pemenang,
semua musuhnya telah tewas!
Dua hari kemudian, setelah pertempuran itu terjadi, Tiong
Sin, pemimpin partai di daerah Biauw-ciang, tampak berada di
atas pegunungan itu.
Orang-orang yang berkecimpungan di dunia Kang-ouw
pasti mengetahui bahwa Tiong Sin adalah seorang
berkepandaian tinggi sekali, namun hatinya jahat serta kejam.
Ia terkenal suka membasmi lawan-lawannya dengan senjata
beracun atau serangan yang sangat berbisa.
Kedatangan Tiong Sin di atas pegunungan Liok-pan-san itu
sudah dapat diduga, yalah untuk membikin pembalasan
terhadap Thian-hiang-sian-cu.
Lalu datanglah orang-orang ke atas pegunungan tersebut
untuk menyaksikan suatu pertarungan hidup mati, tetapi
orang-orang ini menjadi kecewa ketika Thian-hiang-sian-cu
memperingati agar mereka menonton dari kaki gunung itu
saja, meskipun demikian mereka menunggu juga hasil
pertarungan itu dengan hati berdebar-debar.
Tidak lama kemudian, tampak Tiong Sin sambil
terhuyung-huyung berjalan turun dari puncak tersebut
mukanya pucat sekali.

Sampul Maut 475


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Tok-beng-oey-hong!” tiba-tiba terdengar Tiong Sin


berseru keras dan setelah memuntahkan darah, ia lalu
tersungkur ke depan tidak berkutik lagi!
Melihat kematian Tiong Sin yang sangat mengerikan itu,
orang-orang yang menunggu di kaki puncak itu mengambil
kesimpulan bahwa Tiong Sin, maupun ke duapuluh lebih
orang yang telah mengerubuti Thian-hiang-sian-cu telah
menjadi korban Tok-beng-oey-hong!
Cara bagaimana Thian-hiang-sian-cu menghadapi lawan-
lawannya itu, tiada satu orangpun yang mengetahui, dan
semenjak itulah Tok-beng-oey-hong jadi sangat terkenal serta
disegani!
duapuLuh delapan
Orang-orang yang berhubungan baik dengan Thian-hiang-
sian-cu pernah melihat benda pusaka itu, tetapi mereka tidak
mengetahui apa sebenarnya benda itu, yang menurut
penglihatan hanya merupakan satu selubung terbuat daripada
kuningan yang berkilau-kilau!
Pek Tiong Thian pun telah mendengar cerita itu, sehingga
begitu mengetahui To Siok Keng ingin menggempurnya
dengan senjata yang ampuh itu, tiba-tiba menjadi gentar.
Tetapi untuk menggertak lawannya ia lalu berkata.
“Apakah kau tidak mengetahui bahwa Ciam-hua-giok-siu
dapat memunahkan senjata gurumu?”
To Siok Keng lalu merogo sakunya, sejenak kemudian ia
sudah memegang selubung kuningan yang kira-kira limabelas

Sampul Maut 476


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sentimeter panjangnya. Ia menatap Siauw Bie sejenak dan


berkata .
“Siauw siocia, tenaga Tok-beng-oey-hong hebat sekali,
aku khawatir kau akan turut terluka oleh serangan senjata
rahasia yang dahsyat ini! Untuk keselamatan dirimu sendiri,
aku minta kau saja turun dari puncak ini!”
Siauw Bie belum pernah mendengar tentang kelihayan
senjata rahasia itu, ia merasa sungkan untuk mempercayai
saja keterangan saingannya itu, tetapi walaupun demikian ia
tokh melangkah mundur beberapa tindak.
“Baiklah!” kata lagi To Siok Keng, “jika kau bersedia mati
bersama-sama jahanam ini, hanya...... ingat aku tidak pernah
ingin melakukan sesuatu yang kurang baik terhadapmu,
meskipun kau pernah menganiaya aku!”
Mendengar ucapan To Siok Keng yang sungguh-sungguh
itu, Siauw Bie jadi percaya juga, maka Lekas-lekas ia berbalik
dan turun dari puncak itu.
Pek Thong Thian merasa cemas sekali melihat Siauw Bie
melarikan diri, karena iapun merasa takut diserang oleh Tok-
beng-oey-hong, tetapi hatinya yang congkak tidak
memperkenankannya untuk mengangkat kaki dari situ.
“Hei jahanam, perkenalkanlah namamu!” bentak To Siok
Keng. “Tok-beng-oey-hong tidak pernah mengambil nyawa
kurcaci!”
Tiba-tiba Pek Thong Thian agaknya terkejut ketika
mengingat sesuatu.

Sampul Maut 477


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bukankah si pincang mengatakan Tok-beng-oey-hong


berada di dekat mulut lembah Yu-leng-kok?” demikian
pikirnya, “mengapa benda itu kini berada di dalam tangan
gadis ini? Si pincang ingin menipu atau gadis ini memang
seorang penipu ulung?!”
“Hei jahanam! Aku minta kau perkenalkan namamu!” To
Siok Keng membentak lagi.
“Ha, ha, ha! Aku Pek Tiong Thian si Garuda Putih!”
“Apa pesanmu sebelum kau meninggal dunia?”
Pek Tiong Thian gusar sekali mendengar ejekan itu,
namun karena telah terpengaruh oleh berita kelihayan Tok-
beng-oey-hong, dan merasa tidak ungkulan melayani senjata
rahasia yang terkenal sangat ampuh itu, ia tidak dapat
menyahut, kalau saja tidak demikian, niscaya pertemuan itu
akan berkesudahan berlain sekali.
“Ayohlah katakan!” To Siok Keng berkata, “aku tidak
mempunyai banyak waktu untuk menunggu lama?!”
Karena didesak terus, dari merasa gentar Pek Tiong Thian
menjadi marah untuk kemudian menjadi kalap.
“Aku makan kau!!” bentaknya sambil menampar muka To
Siok Keng dengan Ciam-hua-giok-siu.
To Siok Keng meloncat tinggi ke atas, kemudian ia
memekik sambil melontarkan selubung kuningan ke arah
muka lawannya.
Pek Tiong Thian jadi terkesiap, secepat kilat ia menggeser
sebelah kakinya, lalu dengan tidak kalah cepatnya ia

Sampul Maut 478


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menggeprak selubung kuningan itu dengan sarung tangan


ajaib dan......
“Bushh!!” selubung kuningan itu terpisah menjadi dua
bagian, dengan tiba-tiba saja tampak asap hitam mengebul
membuat pemandangan di sekitar tempat itu jadi gelap!
Pek Tiong Thian kelabakan, ia mengegos, berkelit dan
meloncat sambil tidak henti-hentinya menyerang dengan
Ciam-hua-giok-siu kalang kabut! Ia tidak melihat apapun di
depan, bersamaan dengan itu suatu bau harum yang ganjil
merangsang hidung yang membuat jantungnya goncang! Ia
mengamuk terus dan akhirnya berhasil membuyarkan kabut
asap hitam itu, tetapi...... ternyata ia kini berada seorang diri
saja di situ, To Siok Keng dan Wei Beng Yan entah sudah kabur
ke mana!
––––––––

JILID VII

BAB 37
PELARIAN SEPASANG MUDA-MUDI PENDEKAR

Ia telah berubah demikian beringasnya, namun ketika


dapat melihat selubung kuningan yang sudah patah dua itu,
lagi-lagi hatinya jadi bercekat.
“Apakah di dalam selubung itu masih terdapat sesuatu
yang membahayakan jiwa?” pikirnya. Sejenak kemudian,
karena rasa ingin tahunya, ia lalu menghampiri benda itu
dengan sikap waspada sekali.

Sampul Maut 479


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Apa yang dilihatnya?


Tok-beng-oey-hong palsu! Apa yang dilihatnya hanya
selubung kuningan kosong dengan bekas-bekas sisa semacam
bubuk racun, hampir serupa dengan bubuk racun yang
dipergunakan oleh Ouw Lo Si untuk mencelakai Wei Beng Yan,
yalah yang berbau harum semerbak. Tetapi Racun To Siok
Keng tidak membahayakan jiwa, racun itu hanya sekedar
untuk menyerang urat syaraf lawannya.
“Bangsat! Aku telah diselomoti......!”
Memang Pek Tiong Thian telah diingusin oleh puteri Kiu It
yang cerdik itu. Selagi tadi kelabakan mengira telah diserang
oleh Tok-beng-oey-hong, To Siok Keng dengan lincah sekali
telah mengajak Wei Beng Yan meninggalkan puncak itu dan
bersembunyi di semak belukar. Karena meskipun telah
mewarisi ilmu Thian-hiang-sian-cu, tetapi jika begitu jauh Pek
Tiong Thian masih mempergunakan Ciam-hua-giok-siu sebagai
senjata, ia merasa kewalahan juga.
Mereka berlari terus, setelah melalui beberapa belokan,
mereka lalu tiba di suatu tempat yang penuh dengan batu-
batu gunung yang besar-besar.
“Su-ko,” kata To Siok Keng sambil menahan langkahnya,
“betismu belum baik betul, aku kira ada baiknya jika kita
bersembunyi saja dalam goa ini.”
“Baiklah,” sahut Wei Beng Yan. “tetapi dimanakah goa
yang kau maksud itu?”
“Di sana!” kata To Siok Keng sambil mengajak Wei Beng
Yan berjalan lagi. Kira-kira sepuluh meter dari tempat mereka

Sampul Maut 480


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tadi berhenti, tampak satu batu yang setelah digeser


merupakan suatu goa.
“Dari mana kau ketahui di situ ada goa?” tanya Wei Beng
Yan.
“Masakan aku tidak mengetahui keadaan tempat yang
masih termasuk lingkungan daerahku ini,” sahut To Siok Keng,
“Ayohlah masuk!”
Setelah mereka berada di dalam, si gadis lalu menutupi
lagi mulut goa, sehingga sukar bagi seseorang untuk
mengetahui tempat persembunyian mereka itu.
“Su-moay,” tiba-tiba Wei Beng Yan berkata dengan wajah
memerah, karena merasa canggung mengetahui tubuhnya
berada berdempetan dengan tubuh To Siok Keng, karena goa
atau tempat yang lebih mirip lobang kecil itu sempit sekali.
“Apakah tidak ada lain tempat yang lebih luas untuk tempat
kita bersembunyi?”
“Tidak,” sahut To Siok Keng, “tetapi, biarlah aku menjaga
di luar goa saja.......”
“Aku berkeberatan.....”
“Jika..... demikian.... kita harus tetap bersembunyi dengan
cara ini.....”
“Ya...... keselamatan kita bersama adalah yang
terpenting......”
To Siok Keng perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan
denyutan jantungnya jadi berdebar-debar ketika sinar
matanya bertemu dengan sinar mata Wei Beng Yan yang

Sampul Maut 481


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sedang berpegangan pada pundaknya. Sebelum bertemu


dengan puteri Kiu It itu, Wei Beng Yan telah jatuh cinta
kepada Siauw Bie yang kemudian ternyata bukan saja telah
cemburu tidak keruan, juga berwatak congkak serta kejam.
Justru sifat-sifat jelek yang telah disebutkan itulah yang
telah memindahkan cinta pemuda itu kepada si gadis she To,
yang bukan saja lemah lembut tetapi telah berhasil menolong
jiwa si pemuda dari serangan Ciam-hua-giok-siu Yu Leng
gadungan. Dan dilihat dari sikap To Siok Keng tatkala itu,
dapatlah ditafsirkan bahwa cinta Wei Beng Yan telah
mendapat sambutan yang sehangat-hangatnya dari pihak si
gadis!
Meskipun mereka tidak mengatakan sesuatu, namun
mereka dapat ‘mendengar’ apa yang dikatakan oleh sorotan
mata mereka masing-masing!
Selagi berada dalam keadaan yang mesra itu, tiba-tiba
terdengar suara tertawa Pek Tiong Thian.
“Su-ko, si jahanam sedang mendatangi!” bisik To Siok
Keng
“Aku kira ia tidak akan berhasil menemukan tempat
bersembunyi kita ini,” sahut Wei Beng Yan.
Betul saja suara tertawa itu makin lama makin menjauh
sehingga akhirnya tidak terdengar lagi, dan sebagai ganti
suara tertawa itu kini terdengar suara tindakan kaki yang
agaknya berhenti tidak jauh di depan mulut goa itu.
To Siok Keng lalu mengintip melalui satu lobang kecil.

Sampul Maut 482


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Siapa?” tanya Wei Beng Yan berbisik.


“Siauw siocia!”
“Ha? Siauw Bie?”
“Dia agaknya juga sedang mencari tempat berlindung,
bagaimana jika kita ajak ia berlindung di sini?”
Wei Beng Yan berpikir sejenak dan menyahut.
“Baiklah!”
Mendengar persetujuan itu, To Siok Keng segera
memanggil. “Siauw siocia!”
Bukan main kaget Siauw Bie mendengar namanya
dipanggil orang, ia memang sedang melarikan diri dari kejaran
Pek Tiong Thian.
“Siapa?!” tanyanya sambil meneliti keadaan di sekitarnya.
Dibalik satu batu besar ia melihat To Siok Keng melambai-
lambaikan tangannya seraya berkata dengan suara rendah.
“Lekas sembunyi di sini!”
Sekonyong-konyong saja Siauw Bie jadi gusar melihat
saingannya itu.
“Wanita liar!” bentaknya sambil melotot beringas,
“mengapa, kau tidak berpeluk-pelukkan terus dalam lobang
sesempit itu? Apakah kau ingin membanggakan bahwa kau
telah berhasil merebut si pemuda she Wei dari tanganku?”
Wei Beng Yan jadi serba salah mendengar caci maki itu, ia
lekas-lekas keluar dan turut berkata.

Sampul Maut 483


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bie moay, To siocia dan aku dengan setulus hati ingin


membantu, tetapi mengapa kau.....”
“Puih! Membantu?!” Siauw Bie memotong gusar.
“Ketahuilah bahwa aku merasa jemu melihat wajahmu
maupun paras si wanita cendil itu!”
Wei Beng Yan betul-betul putus asa melihat sikap Siauw
Bie yang sudah seperti orang kurang waras pikirannya itu.
“Yah, jika kau mengatakan demikian,” sahutnya, “akupun
tidak dapat berbuat apa-apa......”
Siauw Bie mengawasi sebentar, setelah itu ia meludah
dan meninggalkan tempat itu.
To Siok Keng lekas-lekas mengajak Wei Beng Yan masuk
lagi sambil menutupi mulut goa itu, dengan batu besar.
Karena rasa cemburunya yang sudah meluap-luap, Siauw
Bie berlari-lari ke dalam hutan tanpa menghiraukan segala
sesuatu yang berada di samping atau di belakangnya. Ia baru
terkejut ketika merasakan suatu cengkeraman menjambret
pundak kirinya, hingga ia tidak lagi dapat bergerak!
“Sia..... siapa kau?!” tanyanya cemas sambil terus
meronta-ronta nekad, tetapi cengkeraman itu tidak mau
terlepas.
“Anjing betina kecil,” kata orang itu, “kau ingin
mengetahui aku ini siapa?”
Mendengar suara orang itu, mendadak Siauw Bie jadi
menggigil ketakutan, karena ia sudah dapat mengenali bahwa

Sampul Maut 484


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

suara yang pecah seperti kecer itu adalah suara Yu Leng


gadungan alias Pek Tiong Thian!
“Aku..... aku mengetahui siapa..... sebenarnya lo-
cianpwee.....” sahutnya terputus-putus. “Tetapi........”
Pek Tiong Thian yang sedang gusar telah diingusi oleh To
Siok Keng, sebetulnya ingin melampiaskan amarahnya itu
kepada Siauw Bie, tetapi ketika mendengar kata ‘tetapi’ , ia
berusaha menahan perasaannya itu dan menanya.
“Tetapi apa?!”
“Meskipun aku telah melarikan diri, tetapi aku kira......
sekarang aku dapat membantu Locianpwee......” jawab Siauw
Bie.
Percakapan itu dilakukan di tempat yang tidak beberapa
jauh dari goa yang dipakai bersembunyi oleh Wei Beng Yan
dan To Siok Keng, hingga ucapan-ucapan dapat didengar
dengan jelas sekali oleh ke dua muda-mudi itu.
“Su-ko......” bisik To Siok Keng, “lebih baik kita lekas-lekas
keluar dari tempat persembunyian kita ini...... aku khawatir
Siauw siocia membongkar rahasia kita!”
“Sshh......!” sahut Wei Beng Yan sambil menggeser
mendekati mulut goa, “kita harus berlaku tenang......”
Kecemasan To Siok Keng memang sangat beralasan,
bukankah jika Siauw Bie, yang karena ingin terhindar dari
maut itu membeber rahasia tempat persembunyian mereka di
dalam goa itu kepada Pek Tiong Thian, mereka pasti akan
diganyang hancur?

Sampul Maut 485


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kau ingin membantu aku?” terdengar Pek Tiong Thian


menanya Siauw Bie dengan suara mengejek. “Tetapi sayang
sekali aku tidak lagi dapat percaya kau! Aku bahkan tidak
percaya kepada semua keluarga Siauw!”
“Mengapa Locianpwee beranggapan demikian?” tanya
Siauw Bie yang sudah mulai agak tenang.
“Kau dan kakakmu, Siauw Cu Gie adalah sama! Yalah
bangsat-bangsat besar! Ha, ha, ha!”
“Apakah kakakku pernah menipu Locianpwee?”
“Ha, ha, ha! Aku telah pergi ke pegunungan Tay-piet-san,
dan di luar lembah Yu-leng-kok aku telah dikerubuti oleh lima
orang!”
“Apa hubungannya peristiwa itu dengan kakakku?”
“Karena salah satu daripada ke lima bangsat itu adalah
kakakmu, Siauw Cu Gie, yang telah aku utus ke akherat! Hee,
hee, hee!”
Siauw Bie jadi terbengong mendengar kakaknya telah
dibunuh oleh Pek Tiong Thian. Kakaknya, yang semenjak ibu
dan ayahnya meninggal dunia, telah memelihara serta
mendidiknya dengan penuh kasih sayang.
“Kau telah membunuh kakakku?” serunya lantang.
“Betul! Dan kaupun akan mati sekarang!” sahut Pek Tiong
Thian sambil mengejek terus.
Siauw Bie yang semula ingin memberitahukan tentang
tempat bersembunyi Wei Beng Yan dan To Siok Keng, tiba-tiba
jadi beringas ketika mengetahui bahwa Siauw Cu Gie, orang

Sampul Maut 486


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

satu-satunya yang sangat dicintai itu telah dibunuh dan


diejek-ejek.
“Jahanam!” bentaknya sambil tiba-tiba meronta dan
berhasil melepaskan diri, setelah itu dengan sepenuh tenaga
ia menyerang Pek Tiong Thian.
Serangan yang dahsyat serta mendadak itu ternyata
menemui juga sasarannya. Pek Tiong Thian yang sedang
tertawa berkakakan sekonyong-konyong terpental mundur
terpukul dadanya.
Ia tidak pernah menyangka Siauw Bie yang cantik
menggairahkan itu memiliki ilmu lebih lihay daripada
kakaknya sendiri. Terjangan tinju gadis itu membuatnya
seolah-olah dihajar oleh palu baja! Kalau saja ia tidak keburu
melancarkan seluruh tenaganya menahan damparan serangan
itu, pasti ia sudah roboh tidak berdaya!
Siauw Bie yang sudah nekad lagi-lagi menyerang dan
menghujani jotosan-jotosan sambil sebentar-sebentar
berusaha menotok jalan-jalan darah yang mematikan.
Pek Tiong Thian berkelit, meloncat dan berusaha
mendekati tanpa menghiraukan rasa sangat sakit di dadanya.
Suatu ketika ia berhasil mencengkeram lagi pundak Siauw Bie
dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya
menyerang ke arah dada, hingga gadis itu menjerit seram,
tubuhnya terdorong mundur untuk kemudian terjerumus ke
dalam jurang!

Sampul Maut 487


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian yang telah mengerakkan seluruh


tenaganya pun tiba-tiba terhuyung dan roboh di tanah akibat
serangan Siauw Bie di dadanya tadi!
Semua kejadian itu dapat didengar jelas sekali oleh Wei
Beng Yan dan To Siok Keng. Mereka bergidik mendengar
jeritan Siauw Bie barusan.
“Sumoay,” bisik Wei Beng Yan, “kita harus membantu
Siauw siocia......”
“Luka-lukamu belum sembuh seluruhnya, sedangkan aku
belum tentu dapat mengalahkan si jahanam she Pek itu,”
sahut To Siok Keng cemas, “jalan satu-satunya untuk
mengalahkan dia itu, adalah dengan menyeruduknya dan mati
bersama-samanya!”
Wei Beng Yan mengawasi paras gadis yang cerdik itu, ia
harus mengakui bahwa tenaganya sudah banyak berkurang,
lagipula, dengan tulang betisnya yang masih belum sembuh
seluruhnya, mana bisa ia melancarkan Thay-yang-sin-jiauw
secara sempurna?
“Kita harus bersabar,” bisik lagi To Siok Keng sambil
menghampiri batu penutup goa dan mengintip keluar,
ternyata Pek Tiong Thian sudah tidak lagi berada di situ!
Setelah menunggu lagi beberapa lamanya, suasana sudah
mulai menjadi gelap, kecuali suara serangga-serangga dan
desiran-desiran angin senja pegunungan Oey-san, suasana di
sekitarnya sunyi senyap.

Sampul Maut 488


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mereka belum berani keluar dari tempat persembunyian


itu. Mereka bertekad bermalam di situ meskipun harus
menderita kelaparan dan kehausan sangat semalam suntuk!
“Sumoay,” kata Wei Beng Yan tatkata fajar sudah
menyingsing, “harap saja si jahanam sudah berlalu dari
daerah pegunungan Oey-san ini.”
“Aku yakin jahanam itu tidak demikian mudah ingin
meninggalkan daerah ini,” sahut To Siok Keng.
“Tetapi kita tidak dapat terus menerus berdiam secara
ini.....”
“Bagaimana kesehatanmu?”
“Aku merasa tenaga serta semangatku telah pulih, hanya
tulang betisku masih memerlukan sedikit waktu lagi untuk
menjadi sembuh seluruhnya......”
“Kita akan naik ke atas puncak Cie-sin-hong, dapatkah kau
lakukan itu?”
“Mengapa justru naik ke atas, bukankah kita harus
mencari jalan keluar?”
To Siok Keng bersenyum manis dan menyahut.
“Si jahanam tentu sedang menunggu di kaki puncak, maka
untuk menghindarkan diri dari cengkeramannya kita justru
harus mengambil jalan naik ke atas!!”
“Bagus!” seru Wei Beng Yan, “Ayohlah kita berangkat
sekarang!”

Sampul Maut 489


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Perlahan-lahan To Siok Keng mengerahkan tenaganya,


kemudian dengan satu gentakan mendadak ia membetot batu
besar yang menutupi mulut goa. Setelah meneliti keadaan di
luar tetap aman, ia lalu memberi isyarat kepada Wei Beng Yan
untuk lekas-lekas keluar dan mengikutinya mendaki puncak
itu.
Dengan napas tersengal-sengal akhirnya kedua muda
mudi itu berhasil mencapai puncak Cit-sie-hong. Suasana di
tempat yang tinggi itu tenteram sekali. Justru ketenteraman
itulah yang memaksa mereka untuk tidak berbicara dengan
suara keras, karena khawatir kehadiran mereka di situ
diketahui oleh Pek Tiong Thian.
Sambil melepaskan lelahnya di atas rumput, Wei Beng
Yan merasa cemas sekali telah gagal membunuh Pek Tiong
Thian ilmu Thay-yang-sin-jiauw.
“Setelah tenagaku pulih seluruhnya, dapatkah aku
menewaskan jahanam she Pek itu?” demikian pikirnya.
“Suko,” kata To Siok Keng yang dapat melihat gelisahan
Wei Beng Yan itu, “apa yang tengah kau pikirkan? Bukankah
sekarang kau sudah bebas untuk membunuh musuh-musuh
besar ayahmu?”
“Yu Leng, guruku sudah meninggal dunia,” sahut Wei
Beng Yan, “dan orang yang menyamar sebagai guruku pun
telah terbuka kedoknya, tetapi...... bagaimana aku tiba-tiba
jadi kehilangan tenaga dalamku? Apa yang menyebabkan itu
semua?”

Sampul Maut 490


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Betapapun cerdiknya To Siok Keng, ia tidak mungkin


dapat menuduh bahwa Ouw Lo Si lah yang telah
menyebabkan malapetaka itu, karena dari pengakuan si
pemuda sendiri, ia dapat mengambil kesimpulan bahwa tanpa
kakek pincang itu Wei Beng Yan mungkin sudah menjadi
korban cakaran Thay-yang-sin-jiauw!
“Suko,” akhirnya ia berkata. “meskipun tenagamu sudah
banyak berkurang, tetapi aku yakin kau masih dapat
menggempur Soat-hay-siang-hiong! Percayalah!”
“Mungkin kedua musuh ayahku itu masih dapat aku
tewaskan. Aku hanya khawatir terhadap Pek Tiong Thian yang
telah membuktikan bahwa ia dapat menahan cakaran Thay-
yang-sin-jiauw!”
“Tetapi aku meragukan jika iapun mampu menahan Tok-
beng-oey-hong!”
“Tetapi...... aku kira tidak mudah untuk memperoleh
benda itu......”
“Kita akan mencari betapapun sukarnya! Yang harus kita
kerjakan sekarang yalah mencari makanan dan air......” kata
To Siok Keng sambil berbangkit dan mengajak Wei Beng Yan
pergi ke tempat yang banyak pohon-pohon besar.
DuapuLuh Sembilan
Mereka masuk ke semak-semak dan untuk kegirangan
mereka, belum lagi lama mencari, tiba-tiba tiga ekor kelinci
meloncat. Secepat kilat To Siok Keng menubruk dan berhasil
menangkap dua ekor, tetapi ia sendiri terjerumus ke dalam
suatu lobang kecil yang tergenang air!

Sampul Maut 491


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sumoay!” seru Wei Beng Yan terkejut sambil


menghampiri dan melihat To Siok Keng sedang menikmati air
yang menggenangi lobang itu.
“Suko,” kata To Siok Keng, “peganglah dua ekor kelinci ini,
aku akan mengambilkan air untukmu!”
Wei Beng Yan lekas-lekas bertiarap dan memegang kedua
kelinci yang diangsurkan To Siok Keng lalu mengambil air
dengan kedua telapak tangannya untuk kemudian dituang ke
dalam mulut si pemuda.
––––––––

BAB 38
RAHASIA TIGA SAMPUL MAUT

Setelah mereka puas menikmati mata air itu, To Siok Keng


segera meloncat dan dalam pakaiannya yang basah kuyup itu
potongan tubuhnya yang menggiurkan jantung tampak jelas
sekali......
Wei Beng Yan lekas-lekas membuka bajunya sendiri dan
berkata.
“Sumoay, kerudungilah tubuhmu dengan bajuku ini.......”
To Siok Keng sambil bersenyum menerima saja tawaran
itu.
“Terima kasih, Suko! Tetapi, dapatkah kau membuat api?”
“Aku harus berusaha atau mati kelaparan!” sahut Wei
Beng Yan yang segera berlalu untuk mencari kayu-kayu kering.

Sampul Maut 492


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kemudian dengan menggosok-gosokkan satu kayu dengan


kayu yang lain, ia berhasil membuat api unggun untuk
memanggang kedua ekor kelinci itu. Tidak lama kemudian
mereka sudah dengan lahap sekali menikmati daging binatang
yang terkenal lezat serta halus itu.
“Daerah di sekitar puncak ini luas sekali, dan jika kita
turun dari satu jalan yang terdapat di sini, aku kira kita takkan
menjumpai Pek Tiong Thian,” kata Wei Beng Yan sambil
mengunyah daging kelinci panggang.
“Baiklah,” sahut To Siok Keng. “kita akan turun setelah
makan.”
“Sumoay, aku mendengar bahwa Tok-beng-oey-hong dan
Cu-gan-tan masih tersimpan dalam kuil Cit-po-sie di atas
puncak Beng-keng-ya yang letaknya di daerah pegunungan
Ngo-tay-san......”
“Mengapa Suko mengatakan sukar untuk memperoleh
benda itu?”
“Aku merasa sangsi jika pemimpin kuil itu sudi
menyerahkan Tok-beng-oey-hong kepada kita.......?”
“Kita coba saja.......”
Begitulah, setelah menghabiskan kedua ekor daging
kelinci itu To Siok Keng lalu mengembalikan baju Wei Beng
Yan, karena bajunya sendiri sudah hampir kering lagi.
Mereka lalu turun dari puncak itu, dengan perut sudah
diisi, dalam waktu yang singkat saja mereka sudah tiba di
bawah untuk terus melanjutkan perjalanan ke pegunungan

Sampul Maut 493


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ngo-tay-san, tanpa diketahui oleh Pek Tiong Thian yang masih


menunggu di suatu tempat yang bertentangan!
Setelah menempuh jarak kira-kira seratus lie, Wei Beng
Yan dan To Siok Keng terkejut sekali tatkala mendengar berita
bahwa pemimpin kuil Cit-po-sie, Bak Kiam Taysu telah
ditewaskan oleh seseorang yang menopengi mukanya dengan
selembar kain hitam.
“Menopengi mukanya?!” tanya Wei Beng Yan kaget.
“Mungkinkah orang itu......”
“Orang itu pasti guru gadunganmu, Pek Tiong Thian!”
sahut To Siok Keng tegas.
“Seperti telah kita lihat, si jahanam belum memiliki benda
itu. Dengan demikian Tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan
masih berada di dalam kuil Cit-po-sie! Ayohlah kita lekas-lekas
kesana!”
Demikianlah mereka meneruskan lagi perjalanan mereka.
Sepuluh hari telah lewat, dan mereka sudah berada di
suatu desa yang terletak tidak beberapa jauh dari lereng
gunung Ngo-tay-san. Makin hari makin akrab saja pergaulan
mereka, tetapi setiap mereka bermalam di suatu rumah
penginapan, mereka selalu menyewa dua kamar sebelah
menyebelah, begitupun malam itu, Wei Beng Yan tidur sendiri
dalam kamarnya.
Di tengah malam yang sunyi dan dingin, tiba-tiba Wei
Beng Yan terjaga dari tidurnya. Peluh membasahi sekujur
badannya, tetapi ia merasa mendadak tenaga serta
semangatnya pulih kembali. Yang paling menggirangkan

Sampul Maut 494


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

yalah, ia tidak lagi merasa apapun ketika membanting-banting


kedua kakinya, tulang betisnya yang patah sudah sembuh!
Karena rasa girangnya yang meluap-luap itulah ia jadi
tidak bisa tidur lagi, tetapi mendadak ia merandek dapat
mendengar sesuatu yang agak ganjil di atas kamarnya. Lekas-
lekas ia meniup lilin dan menengadah sambil mendengari lagi.
“Apakah kau merasa yakin memang dia itu yang kita
sedang cari?”
Demikian terdengar seseorang berbisik.
Bercekat hati Wei Beng Yan ketika mendengar suara yang
parau serta sember itu. Ia berusaha mengingat-ingat dan tiba-
tiba telapak tangannya jadi berkeringat,
“Soat-hay-siang-hiong!” serunya tertahan.
Lekas-lekas ia mengintip melalui celah-celah jendela dan
dapat melihat bayangan dua orang yang baru saja meloncat
turun dari atas atap dan tengah menghampiri kamar di
seberang kamarnya sendiri. Betul saja kedua orang itu adalah
kedua jahanam Soat-hay-siang-hiong yang bernama Suto Eng
Lok dan Hua Ceng Kin.
“Tadi aku dapat melihat dengan terang dan aku tidak
melihat keliru!” sahut si nenek she Hua.
“Jika betul dia ini si Gaitan baja tinju besi, aku betul-betul
tidak mengerti!” kata Suto Eng Lok, “bukankah ia selalu
menyertai si pincang!”
“Mungkin mereka sudah bertempur dengan Pek Tiong
Thian di kuil Cit-po-sie. Dari pemilik rumah penginapan ini aku

Sampul Maut 495


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dapat keterangan bahwa di waktu ia datang di sini, ia sudah


terluka parah, ketika diserang demam katanya ia sering
mengaco dan sebentar-sebentar menyebut Tok-beng-oey-
hong! Apakah kemujizatan benda itu?”
“Aku tidak ingin mengetahui kemujizatan benda itu, aku
hanya ingin menewaskannya malam ini!”
Setelah berkata begitu, mereka lalu mengintip ke dalam
kamar.
Dari percakapan mereka itu, Wei Beng Yan segera
mengetahui bahwa orang yang ingin dibunuh oleh kedua
jahanam itu adalah Khouw Kong Hu, yang diketahuinya
sebagai seorang pendekar luhur dan telah melakukan banyak
kebaikan di kalangan Bulim.
“Aku harus mencegah perbuatan kedua jahanam itu,”
pikirnya, “di samping itu, inilah kesempatan yang terbaik
untuk aku membalas dendam ayahku terhadap kedua musuh
besarku ini!”
Perlahan-lahan ia membuka pintu kamarnya, dan begitu
berada di luar, ia segera mengangkat tangan kanannya yang
berjari seperti cakar burung garuda dan......
“B u n g !!”
Suto Eng Lok terpental sambil melepaskan jeritan seram,
seluruh tubuhnya sudah terbakar oleh Thay-yang-sin-jiauw!
Hua Ceng Kin yang sangat cerdik dan licik masih keburu
meloncat, hingga belum lagi Wei Beng Yan keburu

Sampul Maut 496


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

melancarkan ilmunya yang dahsyat itu, ia sudah melarikan diri


dan menghilang di tengah kegelapan malam......
“Suko, ada apa?” tanya To Siok Keng yang sudah bangun
mendengar suara jeritan Suto Eng Lok tadi. “Siapakah orang
yang kau tewaskan itu?”
“Suto Eng Lok!” sahut Wei Beng Yan bangga, “salah satu
musuh besar ayahku, Soat-hay-siang-hiong.”
“Kau sudah dapat melancarkan Thay-yang-sin-jiauw?”
“Sudah!”
To Siok Keng merasa girang sekali mendengar jawaban
itu.
“Tetapi kita harus lekas-lekas berlalu dari sini!”
“Mengapa?”
Kita tidak boleh menarik perhatian orang banyak atau
rencana kita akan gagal!”
“Mengapa kedua iblis ini berada di sini?”
“Mereka ingin membunuh Khouw Tay-hiap yang sedang
menderita luka parah dalam kamar ini,” sahut Wei Beng Yan
sambil menghampiri pintu kamar. “Mari kita tengok padanya
sebelum kita berangkat.”
Baru saja Wei Beng Yan selesai berkata demikian, tiba-
tiba pintu kamar itu terbuka dan Khouw Kong Hu sudah
berada di hadapan mereka.
“Wei siohiap,” kata si orang she Khouw, mendadak
mukanya yang memang sudah pucat jadi bertambah pucat

Sampul Maut 497


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

saja ketika melihat mayat Suto Eng Lok, “apakah kau yang
telah membunuh jahanam itu?”
Wei Beng Yan mengangguk dan berkata.
“Betul! Kedua jahanam itu ingin membunuh Khouw Tay-
hiap dan aku kebetulan dapat melihat mereka.......”
Khouw Kong Hu jadi terpaku sambil mengawasi mayat
Suto Eng Lok.
“Khouw Tay-hiap,” kata lagi Wei Beng Yan, “ayohlah kita
lekas-lekas berlalu dari sini agar tidak menarik perhatian
orang!”
“Marilah!” sahut Khouw Kong Hu.
Wei Beng Yan segera mengangkat mayat Suto Eng Lok
dan mendahului berlari keluar rumah penginapan itu diikuti
oleh To Siok Keng dan Khouw Kong Hu.
Setelah mengubur mayat Suto Eng Lok di suatu tempat
yang terpencil, mereka lalu menjauhkan diri ke arah suatu
hutan belukar. Tidak lama kemudian, mereka sudah berada di
suatu kuil tua yang terbengkalaikan dan hampir ambruk. Di
dalam kuil itulah mereka beristirahat sambil menantikan
datangnya fajar.
“Khouw Tay-hiap,” kata Wei Beng Yan. “Siapa yang telah
melukaimu? Katanya kau sering mengaco dalam tidurmu......”
“Siapa yang mengatakan demikian?” tanya Khouw Kong
Hu terperanjat.
“Si iblis wanita, Hua Ceng Kin!”

Sampul Maut 498


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah si iblis wanita itu juga yang telah menggempur


Tay-hiap?” tanya To Siok Keng.
Khouw Kong Hu tidak lantas menyahut, ia berpikir
sebentar dan ketika mengingat bahwa tidak ada salahnya
untuk memberitahukan tentang peristiwa yang pernah terjadi
di kuil Cit-po-sie, ia lalu bercerita.
Bagaimana Pek Tiong Thian yang telah menyamar sebagai
Yu Leng ingin merebut Tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan
dari tangan Bak Kiam Taysu. Bagaimana ia sendiri telah dilukai
oleh Ji Cu Lok gadungan yang telah ditipu oleh Ouw Lo Si dan
dibawa ke suatu tempat di dekat mulut lembah Yu-leng-kok.
“Kita justru sedang menuju ke kuil tersebut,” kata Wei
Beng Yan setelah mendengar seluruh kisah itu. “Apakah
kiranya Tok-beng-oey-hong masih berada dalam kuil itu?”
“Siohiap ingin mengambil benda mujizat itu?” tanya
Khouw Kong Hu heran. “Untuk apakah?”
“Untuk membunuh Pek Tiong Thian!”
“Membunuh si jahanam she Pek dengan Tok-beng-oey-
hong?! Bukankah siohiap memiliki ilmu yang dahsyat?”
“Tenaga dalamku baru saja pulih kembali, sedangkan
tulang betisku baru saja sembuh, kalau tidak pasti Pek Tiong
Thian telah tewas dikeremus Thay-yang-sin-jiauw.”
“Apa yang telah terjadi dengan tenaga dalam siohiap?
Mengapa tulang betismu?”
“Aku sendiri tidak mengetahui mengapa tiba-tiba aku jadi
kehilangan tenaga dalamku, sehingga waktu aku meloncat

Sampul Maut 499


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

turun dari suatu tempat yang tidak beberapa tinggi, tulang


betisku patah!”
Khouw Kong Hu jadi terbengong, karena ia adalah orang
satu-satunya yang mengetahui mengapa pemuda itu tiba-tiba
kehilangan tenaga serta semangatnya. Ia jadi serba salah,
apakah ia harus memberitahukan siasat busuk Ouw Lo Si?
Jika ‘ya’, ia menghianati saudara angkatnya!
Jika ‘tidak’, si pemuda yang berwatak luhur, yang baru
saja kemarin malam menolong jiwanya dari cengkeraman
Soat-hay-siang-hiong, pasti akan mengalami lagi penderitaan
yang terlebih hebat dari serangan racun yang berada dalam
sampul nomor satu itu!
Lama juga mereka bertiga tidak berbicara. Tetapi tiba-tiba
Wei Beng Yan merogoh sakunya dan mengeluarkan satu
sampul surat seraya kerkata.
“Sebelum aku masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok, kakek
Ouw pernah memberikan aku tiga sampul surat dengan pesan
agar aku baru membuka ketiga sampul itu setelah berhasil
membunuh musuh-musuh ayahku. Aku telah membuka
sampul nomor satu ketika membunuh Eu-yong Lo-koay, dan
aku kira sudah tiba saat untuk membuka sampul yang kedua
ini, setelah aku kemarin membunuh Su-to Eng Lok!”
Butiran-butiran peluh dingin menghias dahi Khouw Kong
Hu, tubuhnya agak bergemetar. Ia bergidik ketika
membayangi betapa para luka yang akan dialami oleh pemuda
itu kelak. Ia merasa yakin betul jika Wei Beng Yan membuka
sampul yang kedua itu, setelah lewat delapan hari, tenaga

Sampul Maut 500


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dalam pemuda itu akan menghilang lagi dan......, jika sampul


yang ketiga, yang berisikan racun terhebat dibuka, pembuluh-
pembuluh darah Wei Beng Yan akan putus seluruhnya dan ia
akan tewas karena kehabisan tenaga!
Menurut aturan yang lazimnya berlaku, Khouw Kong Hu
sebagai saudara angkat Ouw Lo Si yang telah bersumpah
untuk sehidup semati dengannya, harus menganggap Wei
Beng Yan sebagai musuhnya juga, tetapi Khouw Kong Hu tidak
bisa menuruti saja aturan itu. Ia tidak tega melihat Wei Beng
Yan mati meleras!
Maka ketika melihat Wei Beng Yan sudah ingin membuka
sampulnya yang kedua itu, lekas-lekas ia berkata untuk
mencegah.
“Wei siohiap!” katanya.
Wei Beng Yan menoleh ke arah Khouw Kong Hu sambil
menunda sampul itu. Ia merasa agak heran melihat sikap
Khouw Kong Hu yang tidak sewajar tadi itu.
“Ada apa tay-hiap memanggil aku?” tanyanya.
“Wei siohiap, aku...... aku.....”
“Kau mengapa Tay-hiap?”
“Hua Ceng Kin belum jauh melarikan diri dari desa ini,
mengapa kita tidak mengejarnya?” sahut Khouw Kong Hu
gugup.
Ucapan yang dikeluarkan bernada dengan penuh keragu-
raguan itu membuat To Siok Keng melirik. Semenjak melihat
butiran-butiran peluh di dahi si orang she Khouw tadi, ia

Sampul Maut 501


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

memang sudah merasa curiga. Maka dengan ucapan yang


hati-hati sekali ia lalu berkata.
“Khouw Tay-hiap, mengapa kau tiba-tiba jadi demikian
gelisah?”
Khouw Kong Hu tidak bisa menyahut, ia tampaknya gugup
sekali.
“Bolehkah aku mengajukan suatu pertanyaan yang
mungkin tidak enak didengar oleh Tay-hiap?” tanya lagi To
Siok Keng.
“Pertanyaan apakah yang mungkin tidak enak?” tanya
Wei Beng Yan heran.
“Aku tidak berkeberatan untuk mendengar pertanyaanmu
itu,” sahut Khouw Kong Hu.
“Wei Koko telah memberitahukan padaku bahwa kau
adalah seorang yang berbudi luhur dan kesatria, tetapi
mengapa kau sekarang agaknya ragu-ragu? Kau agaknya
menyembunyikan sesuatu dari kita,” kata To Siok Keng tanpa
tedeng aling-aling.
“Aai! Mata To siocia tajam sekali!” kata Khouw Kong Hu
sungguh-sungguh sambil menoleh ke arah Wei Beng Yan dan
melanjutkan.
“Wei siohiap, jika aku harus, menceritakan satu persatu,
aku akan dicap sebagai penghianat, aku memang ingin
meminta dengan sangat agar kau TIDAK membuka sampul
surat yang kedua itu!”
“Mengapa?!” tanya Wei Beng Yan.

Sampul Maut 502


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku tidak dapat memberitahukan mengapa, tetapi jika


kau dapat menyanggupi permintaanku itu, aku sangat
herterima kasih!”
“Apakah surat di dalam sampul ini akan memerintahkan
aku untuk melakukan suatu perbuatan yang terkutuk?”
“Aku tidak tahu apa yang tertera dalam surat itu, aku
hanya minta kau tidak MEMBUKA sampul pemberian Ouw Lo
Si!”
“Tetapi mengapa?!”
“Ya, mengapa Khouw Tay-hiap? Akupun ingin
mengetahui!” To Siok Keng ikut mendesak.
Khouw Kong Su menundukkan kepalanya dan tidak lantas
menyahut.
“Khouw Tay-hiap,” kata Wei Beng Yan, “Ouw Locianpwee
adalah seorang sahabatku yang merupakan juga saudara
sekandungku, apakah aku harus membangkang terhadap
permintaannya agar aku membuka satu dari ke tiga sampul ini
setelah aku berhasil membunuh seorang musuh ayahku?”
“Wei siohiap, jika Ouw Si-ko berada di sini dan
mengetahui bahwa kau telah menolong aku, dia pasti akan
mengambil kembali kedua sampul itu!”
“Tetapi, mengapa?”
“Karena kau telah diberikannya TIGA SAMPUL MAUT!”
Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba
Khouw Kong Hu menjerit seram dan roboh!

Sampul Maut 503


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Cepat luar biasa Wei Beng Yan meloncat keluar kuil dan
masih dapat melihat satu bayangan berkelebat dengan
gerakan yang pesat, yang dalam beberapa detik saja telah
meninggalkannya jauh sekali!
Ia mengejar, namun setelah mengejar kira-kira satu lie
jauhnya, di suatu pengkolan bayangan itu menghilang. Ia
mengejar lagi tetapi bayangan itu sudah entah ke mana
larinya, maka dengan perasaan kecewa ia lalu berlari balik.
Setibanya di kuil yang hampir runtuh tadi, ia melihat paras
To Siok Keng sudah berubah sedangkan Khouw Kong Hu
menggeletak di tanah.
“Sumoay, bagaimana keadaan Khouw Tay-hiap?”
tanyanya cemas.
“Ia sudah tewas!” sahut si gadis sedih.
“Mati?!”
“Ya! Ia tewas diserang oleh senjata rahasia! Apakah kau
mengenal siapa orang yang telah menyerangnya tadi?”
“Tidak! Ilmu meringankan tubuhnya lihay sekali sehingga
aku kehilangan jejaknya di tempat yang agak gelap......”
To Siok Keng mencabut satu benda yang menancap di
punggung Khouw Kong Hu sedalam sepuluh sentimeter.
“Benda inilah yang telah membunuh Khouw Tay-hiap!”
katanya sambil mengangsurkan sebuah jarum yang sudah
agak berkarat.
––––––––

Sampul Maut 504


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 39
TIGA SAUDARA ANGKAT AYAH

“Jahanam!” bentak Wei Beng Yan setelah mengenali


jarum itu.
“Suko kenalkah orang yang telah menyerang itu?”
“Orang yang keji itu adalah Hua Ceng Kin, salah satu dari
kedua Soat-hay-siang-hiong!”
“Bagaimana kau mengetahui hal itu?”
“Benda yang kau pegang itu adalah senjata rahasia yang
terkenal dengan nama Hian-peng-tok-bong, yang telah
merenggut jiwa ayahku!”
“Belum tentu!”
“Mengapa belum tentu?!”
“Suko, kau adalah seorang yang jujur, dan selalu
mengurus segala sesuatu dengan ketulusan hati. Tetapi
kenyataan membuktikan bahwa kebanyakan orang berhati
palsu -- terlalu mementingkan diri sendiri!”
“Lalu?”
“Apakah tidak mungkin karena khawatir rahasianya
terbongkar, Ouw Locianpwee lalu mempergunakan senjata
rahasia ini untuk membunuh Khouw Tay-hiap?”
Wei Beng Yan bersenyum mendengar kesimpulan yang
agaknya masuk diakal juga itu.

Sampul Maut 505


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sumoay,” katanya, “pendapatmu itu beralasan, tetapi


jika kau mengatakan bahwa Ouw Lo Si bermaksud
menganiaya aku, aku tidak dapat percaya......”
“Mengapa tidak?”
“Karena untuk membunuh aku, Ouw Locianpwee hanya
perlu memberikan aku petunjuk-petunjuk keliru dan
memberikan aku satu lentera kertas yang bentuknya tidak
disukai oleh guruku Ji Cu Lok dan aku sudah mati dua tahun
lebih yang lalu!”
To Siok Keng jadi bungkam mendengar keterangan itu.
Sejenak kemudian parasnya tiba-tiba berubah kaget.
“Suko!” serunya, “apakah kau tahu siapakah yang telah
membunuh seluruh keluargaku?”
“Tidak!” sahut Wei Beng Yan terkejut melihat paras gadis
itu yang tiba-tiba jadi beringas. “Mengapa kau menanyakan
demikian?”
“Karena aku sudah mengetahui!”
“Siapa?!”
“Yu Leng gadungan, Pek Tiong Thian!”
“Siapa yang mengatakan demikian?”
To Siok Keng atau Kiu Su Yin, puteri Kiu It, menunjuk ke
arah mayat Khouw Kong Hu dan berkata.
“Dialah yang telah memberitahukan!”
“.......................????!”

Sampul Maut 506


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir,” To


Siok Keng melanjutkan, “Khouw Tay-hiap dengan nada suara
yang menyayatkan sekali telah meratap......”
“Apa ratapnya?” tanya Wei Beng Yan bernapsu.
“Ouw Si-ko!” To Siok Keng mengulangi kata-kata Khouw
Kong Hu tadi, “Jika si jahanam Pek Tiong Thian tidak dibasmi,
arwah Ku It sekeluarga akan penasaran sekali..... aai! Kiu
Jiko.......”
Wei Beng Yan menggertak giginya mengetahui Pek Tiong
Thian juga telah membunuh seluruh keluarga Sumoaynya.
“Didengar dari panggilannya Kiu Ji-ko,” katanya sengit,
“Khouw Tay-hiap dan Ouw Locianpwee adalah saudara-
saudara angkat ayahmu!”
“Maka dengan itu pula kau harus mendengar peringatan
Khouw Tay-hiap untuk tidak membuka sampul surat
pemberian si kakek Ouw itu!” To Siok Keng menekankan
permintaan Khouw Kong Hu.
“Sumoay, mengapa kau begitu keras kepala? Masakan
dalam sampul yang setipis ini tersimpan senjata rahasia untuk
menganiayaku.......?”
“Tetapi apa salahnya jika kau memperhatikan peringatan
Khouw Tay-hiap?”
“Baiklah.....” sahut Wei Beng Yan kewalahan.
Dengan jawaban itu, ia bermaksud membuka juga sampul
surat itu jika To Siok Keng tidak berada di dekatnya, karena di
samping ingin mengetahui isi surat, ia tidak mau melanggar

Sampul Maut 507


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

janjinya terhadap si kakek pincang. Ia masuki lagi suratnya itu


dan segera menggali sebuah lobang untuk mengubur jenazah
Khouw Kong Hu.
Baru saja selesai melakukan itu semua, tiba-tiba hujan
turun yang seolah-olah ingin turut mengunjuk rasa
belasungkawanya atas tewasnya Khouw Kong Hu.
Terpaksa mereka harus menunggu berhentinya hujan di
dalam kuil bobrok itu.
“Sumoay,” kata Wei Beng Yan, “Sebelum kita lanjutkan
perjalanan kita ke kuil Cit-po-sie, bagaimana jika kita mengejar
Hua Ceng Kin dulu?”
“Ya, nenek itu dululah yang harus kita gempur!” sahut To
Siok Keng.
Setelah menunggu lagi sekian lamanya, barulah hujan
mereda, mereka segera mengejar ke arah larinya Hua Ceng
Kin tadi. Mereka tidak menjumpai siapapun sepanjang jarak
duapuluh lie, hanya di permukaan tanah yang agak basah
karena air hujan tampak jejak-jejak kaki.
Di antara satu jejak dan jejak kaki yang lain jaraknya kira-
kira hampir dua meter. Yang aneh yalah, di samping bekas
jejak-jejak kaki itu terlihat juga tanda bekas sodokan, kayu
atau tongkat.
“Suko,” kata To Siok Keng sambil menghentikan larinya,
“Apakah Hua Ceng Kin memakai tongkat?”
“Betul!” sahut Wei Beng Yan sambil menunjuk ke arah
jejak-jejak kaki di tanah itu. “Aku baru ingat memang si nenek

Sampul Maut 508


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

jahanam selalu. membawa tongkat. Melihat jejak kakinya


yang masih segar ini, aku yakin kita masih keburu
mengejarnya sekarang!”
To Siok Keng mengawasi permukaan tanah dan meneliti
dengan cermat.
“Sumoay, ayolah!” kata Wei Beng Yan sambil membetot
tangan gadis itu.
“Nanti dulu!” To Siok Keng mencegah. “Hua Ceng Kin
terkenal sebagai iblis keji, ia sudah memperhitungkan bahwa
ia akan kita kejar, maka ia telah meninggalkan tanda-tanda
bekas kaki dan ujung tongkatnya ini. ia sengaja menunjukkan
kepada kita ke mana ia telah melarikan diri!”
“Apakah kau menganggap jahanam itu tengah memasang
perangkap?”
“Itu sudah jelas, jika kita mengejar terus, di suatu tempat
kita akan dibokong dan dibinasakan dalam perangkapnya!”
“Tetapi inilah kesempatan terbaik untuk membalas
dendam ayahku.....”
“Kita harus mengejar! Aku hanya memperingatkan agar
kita berlaku hati-hati! Ayohlah!”
Mereka segera mengikuti jejak kaki itu, setelah berlari
kira-kira satu lie, dari kejauhan tampak sebuah rumah gedung
besar yang dilingkari oleh tembok setinggi hampir dua meter.
Gedung itu terletak di tempat yang terpencil sekali dan
agaknya sudah ditelantarkan, yang ganjil yalah, bekas-bekas
telapak kaki justru menuju ke arah rumah gedung itu.

Sampul Maut 509


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan yakin bahwa tenaga dalamnya sudah pulih


kembali, dengan demikian ia dapat melancarkan Thay-yang-
sin-jiauw dengan sempurna, maka dengan berani ia lalu
mengajak To Siok Keng menghampiri pintu gedung tersebut
yang tertutup rapat.
Dengan cermat mereka memeriksa keadaan di sekitarnya.
“Apakah di dalam gedung sudah menunggu orang-orang
lihay undangan Hua Ceng Kin?” tanya To Siok Keng perlahan.
“Kita lihat saja!” sahut Wei Beng Yan sambil tiba-tiba
mengetuk kedua belah daun pintu rumah itu.
Tetapi setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil-
manggil, dari dalam tidak terdengar suara sahutan apapun.
To Siok Keng memutar gagang pintu dan ternyata pintu
itu tidak dikunci. Segala sesuatu yang berada di dalam pun
agaknya sudah ditelantarkan. Mereka segera melangkah
masuk dan melihat semua jendela dan pintu depan gedung itu
juga tertutup rapat.
“Hei,”seru Wei Beng Yan lantang, “apakah tidak ada
orang-orang dalam gedung ini?”
Dan ketika masih tidak mendengar suara sahutan, ia
segera mengangkat tangannya dan menyerang ke arah
pintu......, tiba-tiba saja kedua daun pintu itu roboh sambil
menerbitkan suara gaduh. Namun masih tidak tampak ada
orang keluar dari rumah itu.
Dengan hati-hati sekali mereka lalu menghampiri untuk
melongok ke dalam, keadaan di situ ternyata teratur rapih

Sampul Maut 510


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dan lantainya berkilat dan tidak terdapat abu sedikitpun.


Suatu bukti bahwa rumah gedung itu ada penghuninya!
“Heran!” kata Wei Beng Yan. “ke mana perginya penghuni
rumah ini?”
Perlahan-lahan mereka bertindak masuk ke dalam
ruangan depan rumah itu, di ke dua tembok yang kiri dan
kanan dalam ruangan itu terdapat pintu.
“Sumoay,” bisik Wei Beng Yan. “kau masuk dari pintu
yang sebelah kiri sedangkan akan masuk dari pintu yang di
sebelah kanan, beri isyarat jika kau melihat ada orang di
sana!”
“Suko, gedung besar ini merupakan teka-teki, mungkin
suatu jebakan, kita harus menyelidiki dan menggempur
musuh bersama-sama. Mengapa kau justru mengambil siasat
ini?”
“Karena aku khawatir si jahanam dapat melarikan diri dari
pintu yang di sebelah kiri itu.......”
To Siok Keng yang mengira Wei Beng Yan ingin
mengurung musuh, menuruti saja permintaan itu. Ia tidak
mengetahui bahwa pemuda itu mempunyai suatu maksud
tertentu, yalah untuk sementara berada sendirian dan
membuka sampul pemberian Ouw Lo Si yang kedua! Maka
begitu melihat Wei Beng Yan sudah berjalan ke arah pintu di
sebelah kanan, iapun segera menghampiri pintu yang di
sebelah kiri.
TigapuLuh

Sampul Maut 511


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan satu dorongan enteng saja Wei Beng Yan berhasil


membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci. Ia segera
masuk ke dalam ruangan samping, dari situ ia melihat serambi
yang panjang sekali, yang menjurus ke bagian belakang rumah
gedung itu.
Keadaan tetap sunyi senyap, tidak tampak satu orang
pun. Ia bersenyum girang dan mengeluarkan sampul Ouw Lo
Si yang kedua tetapi baru saja ingin membeset sampul itu,
sekonyong-konyong ia dibikin kaget oleh berkelebatnya satu
bayangan di ujung serambi yang panjang itu.
“Hei berhenti sebentar!” bentaknya sambil memasukkan
kembali sampul suratnya dan mengejar orang itu yang
mendadak membuka pintu dan menghilang di ujung serambi.
Ia mengejar terus dan tiba di suatu taman bunga, dari situ ia
dapat melihat satu ruangan besar yang bagian tengah-
tengahnya digantungi selembar papan merek.
“Ruangan untuk berlatih silat.”
Justru ke ruangan itulah orang yang dikejarnya tadi
menghilang. Ia menunggu sambil meneliti ke seluruh ruangan
itu. Tiba-tiba tampak orang itu berlari mendatangi ke arahnya!
Orang yang mengejar orang itu ternyata To Siok Keng.
Orang itu agaknya menjadi nekad ketika mengetahui ia
tidak lagi dapat melarikan diri. Ia mencabut goloknya dan
menyerang To Siok Keng.
“Hei, siapa kau?” tanya Wei Beng Yan gusar.
Orang itu tidak manghiraukan, ia menyerang terus,
sehingga To Siok Keng jadi sibuk mengegosi bacokan-bacokan

Sampul Maut 512


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

golok yang ganas itu. Ternyata orang itu bukan tandingan si


gadis she To, karena baru saja pertarungan berlangsung
beberapa jurus, ia mendadak terhuyung terpukul kepalanya,
dan ketika To Siok Keng meloncat ke depan dengan jurus Si-
yun-kiauw-peng (Awan gelap meliputi angkasa), goloknya
yang besar itu dapat direbut oleh gadis itu.
Wei Beng Yan kagum sekali melihat kelincahan sumoaynya
itu.
“Hebat!” serunya tanpa terasa.
Serentak dengan itu, terdengar suara tertawa berkakakan
yang menegakkan bulu roma, dan sekejap saja tiga orang yang
rata-rata sudah berusia limapuluh tahun sudah berada dalam
ruangan untuk berlatih silat itu.
Wei Beng Yan mengawasi ketiga orang yang baru datang
itu, yang sudah berjalan menghampiri secara berdampingan.
Yang di tengah berkulit muka kuning, kedua matanya
bersinar tajam dan mengenakan pakaian yang indah sekali.
Dengan tubuhnya yang tinggi besar serta tegap, ia tampaknya
gagah sekali.
Yang di sebelah kiri berwajah tampan, juga bertubuh
tinggi besar dan bersenjata sebilah pedang hitam yang
panjangnya satu meter lebih.
Yang disebelah kanan bertubuh pendek tetapi kuat tegap
seperti seorang jago yudo. Dari cahaya wajahnya, orang dapat
segera melihat bahwa ia memiliki ilmu tenaga dalam yang
lihay sekali.

Sampul Maut 513


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan belum pernah melihat ke tiga orang itu,


begitu pun To Siok Keng, tetapi dari wajah-wajah yang telah
dilihat itu mereka segera dapat mengambil kesimpulan bahwa
ketiga orang itu bukanlah orang-orang yang jahat.
Begitu berada cukup dekat, tanpa mengatakan apapun
orang yang berada di sebelah kiri tiba-tiba meloncat dan
menyabetkan pedangnya ke arah Wei Beng Yan.
Dengan serentak Wei Beng Yan dan To Siok Keng
meloncat mundur mengelakkan sabetan pedang yang dahsyat
itu.
“Tay-hiap!” seru Wei Beng Yan sambil menghunus
pedangnya sendiri, “kedatangan kita di sini yalah untuk
menjumpai tuan rumah di sini.”
Orang itu agaknya kagum sekali melihat gerakan kedua
muda mudi itu, tetapi dengan gusar ia membentak.
“Apakah untuk menjumpai tuan rumah, kalian harus
mendobrak pintu rumah ini?!”
Baru saja Wei Beng Yan ingin menjelaskan mengapa ia
mendohrak pintu rumah itu, sekonyong-konyong orang itu
telah menyerang lagi. Maka terpaksa ia menangkis.....
“T i n g.........!!”
Kedua pedang itu beradu di udara dan menggetarkan
yang menyerang maupun yang diserang!
“Hei,” bentak orang itu, “Pedang apakah yang kau
pergunakan itu?”

Sampul Maut 514


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Tentu saja pedang Ku-tie-kiam,” sahut Wei Beng Yan,


“pernahkah kau melihat lain pedang, yang berwarna seperti
pedang ini?”
“Ku-tie-kiam?! Apakah kau memperoleh pedang itu dari
Soat-hay-siang-hiong?”
“Dari Wei Tan Wi!”
“..................???!!”
“Yang telah dibunuh secara keji oleh Soat-hay-siang-
hiong. Justru kedatanganku di sini yalah untuk membekuk
jahanam itu!”
“Ada hubungan apa Wei Tan Wi dengan kau sendiri?”
“Beliau ayahku!”
“Aai! Tidak kunyana Wei tay-hiap mempunyai seorang
putera segagahmu ini!”
“Kau kenal ayahku?”
“Kita bukan saja kenal, tetapi ayahmu adalah saudara
angkat kita yang keempat!”
Terkejut sekali Wei Beng Yan mengetahui bahwa ketiga
orang itu adalah susiok-susioknya. Ia mengawasi orang yang
barusan bertempur dengannya, kemudian ia mengalihkan
pandangannya ke orang yang di tengah dan yang di kanan.
“Anak muda,” kata orang yang tadi sambil menyimpan
pedang. “siapakah namamu?”
“Aku...... aku Wei Beng Yan....... bolehkah aku mengetahui
nama susiok......?” sahutnya agak gugup.

Sampul Maut 515


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku bernama, Lim Ceng Yao, Ji-susiokmu! Marilah


kuperkenalkan. -- Yang berdiri di tengah ini adalah Toa-
susiokmu yang bernama Lee Beng Yan, pemimpin partai di ibu
kota, yang bernama julukan Hian-hok-lay-ji, si Orang sakti
yang berbudi luhur! Dan..... yang di sebelah kanan ini adalah
Sam-susiokmu, Song Thian Hui yang bernama julukan Kim-
gan-sin-tiauw, si Rajawali sakti bermata mas!”
Wei Beng Yan membungkukkan tubuhnya kepada kedua
orang yang telah diperkenalkan Lim Ceng Yao tadi, kemudian
ia berkata.
“Dan apakah nama julukan Lim susiok sendiri?”
Lim Ceng Yao bersenyum ditanya demikian. Sebelum ia
menjawab, Song Thian Hui sudah mendahului berkata.
“Dia adalah seorang ahli pedang dari propinsi Hok-kian
yang bernama julukan Bun-tiong-it-kiam, si Ahli pedang dari
propinsi Hok-kian!”
“Ha, ha, ha!” Lim Ceng Yao tertawa berkakakan girang,
“Tetapi siapakah siocia ini?”
“O...... ia sumoay ku.....”
“Aku To Siok Keng merasa beruntung sekali dapat
berkenalan dengan ketiga Locianpwee!” To Siok Keng
mendahului memperkenalkan dirinya.
“O..... kalian adalah saudara-saudara seperguruan?” kata
Lee Beng Yan sambil tertawa, “Aku kira kalian.....”
––––––––

Sampul Maut 516


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

BAB 40
PEMBUKAAN SAMPUL MAUT KEDUA

Merah paras To Siok Keng mendengar ucapan yang sudah


dapat menduga artinya itu. Ia menundukkan kepala dan tidak
mengatakan sesuatu. Melihat demikian, Wei Beng Yan lekas-
lekas berkata.
“Mengapa ke tiga susiok berada di sini?”
“Gedung ini adalah rumahku sendiri,” kata Lee Beng Yan,
“yang berbareng dipergunakan juga sebagai markas besar
partaiku. Kita bertiga merasa menyesal sekali sudah
memperlakukan kalian dengan kasar tadi.......”
Wei Beng Yan bersenyum dan menyahut.
“Itu salahku sendiri yang telah lancang masuk di sini,
tetapi mengapa kedatanganku di sini agaknya sudah ditunggu-
tunggu oleh ketiga susiok?”
“Aku telah berdiam dengan tenteram di sini, tetapi entah
mengapa, pada kira-kira satu bulan yang lalu Soat-hay-siang-
hiong telah menyuruh orang membawa surat kepadaku yang
memberitahukan bahwa pada hari ini mereka akan datang
untuk membikin perhitungan dengan partaiku!” demikian Lee
Beng Yan menjelaskan.
To Siok Keng mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
mendengar terus.
“Karena khawatir aku tidak sanggup melawan kedua iblis
itu,” Lee Beng Yan melanjutkan, “maka aku telah mengundang
Lim dan Song kedua saudara angkatku ini untuk membantuku

Sampul Maut 517


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membasmi jahanam-jahanam itu. Kita telah membikin


persiapan seperlunya untuk menyambut kedatangan mereka,
tetapi ternyata yang datang adalah kau dan To siocia! Ha, ha,
ha!”
Keterangan itu membuat Wei Beng Yan maupun To Siok
Keng berpendapat bahwa Hua Ceng Kin memang sengaja
meninggalkan jejak-jejak kakinya di tanah dengan maksud
mengadu dombakan mereka dengan Lee Beng Yan, Song
Thian Hui dan Lim Ceng Yao.
Perangkap yang telah direncanakan dengan sempurna itu,
hampir saja berhasil jika Lim Ceng Yao sendiri tidak mengenali
pedang pusaka Ku-tie-kiam milik Wei Tan Wi.
“Lee susiok,” kata Wei Beng Yan, “ke mana anggota-
anggota partaimu? Mengapa gedung ini demikian sepinya?”
“Aku sudah mengetahui kelihayan Soat-hay-siang-hiong,”
sahut Lee Beng Yan, “maka setelah kedua saudara angkatku
ini datang, aku segera membubarkan orang-orangku demi
keselamatan mereka, karena kita bertiga telah bertekad untuk
bertarung sampai mati untuk membasmi kedua jahanam itu!”
Wei Beng Yan terharu sekali mengetahui ketiga susioknya
itu rela berkorhan demi kepentingan orang banyak.
“Beng Yan,” kata Lim Ceng Yao. “Kau tadi mengatakan
ingin membekuk ke dua jahanam yang telah mengancam kita
itu, mengapa kau dan To siocia justru datang di sini?”
“Karena kita telah mengikuti jejak kaki Hua Ceng Kin yang
agaknya masuk ke dalam gedung ini!” sahut Wei Beng Yan.

Sampul Maut 518


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Si nenek sudah datang di sini? Apakah nenek itu datang


seorang diri saja?”
“Soat-hay-siang-hiong kini tinggal seorang saja, karena
Suto Eng Lok telah aku tewaskan!”
“Bagus! Jika hanya tinggal Hua Ceng Kin, aku merasa yakin
kita bertiga masih dapat melayaninya!”
“Mungkin juga si nenek jahanam itu kini tengah
bersembunyi dalam gedungku ini!” kata Lee Beng Yan,
“Ayohlah kita cari!”
Demikianlah, mereka segera berpencar untuk mencari si
nenek jahanam itu. Entah berapa lama mereka berlima
menjelajahi seluruh ruangan gedung yang besar itu, tetapi
ketika mereka berkumpul lagi di tengah hari, Hua Ceng Kin
tidak berhasil mereka temukan.
Mereka lalu duduk mengitari satu meja bundar untuk
memperbincang hal itu lebih lanjut.
“Beng Yan,” kata Lim Ceng Yao, “sebetulnya hendak ke
manakah kau bersama To siocia?”
“Kita sedang dalam perjalanan menuju ke kuil Cit-po-sie,”
sahut Wei Beng Yan.
“Apa maksud kunjungan kalian ke kuil yang katanya sudah
dihancur leburkan oleh Pek Tiong Thian?”
“Susiok sudah ketahui hal itu?”
“Ya berita itu sudah tersiar luas!”

Sampul Maut 519


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Apakah kepergian kalian ke pegunungan Ngo-tay-san itu


hanya untuk sekedar melihat akibat perbuatan si orang she
Pek yang katanya telah menyamar sebagai Ji Cu Lok?” tanya
Song Thian Hui
“Bukan!” sahut Wei Beng Yan, “Kunjungan kita ke kuil itu
untuk mencari benda mujizat Tok-beng-oey-hong!”
“Mencari Tok-beng-oey-hong?” tanya Lim Ceng Yao.
“Untuk apakah?”
“Untuk membunuh Pek Tiong Thian!”
“Apakah kau ingin membalaskan dendam Bak Kiam
Taysu?”
“Ya! Tetapi di samping itu semua, untuk mencuci nama
guruku yang telah dinodai oleh si orang she Pek itu!” kata Wei
Beng Yan.
Dan agar ketiga susioknya itu mengetahui dosa-dosa Pek
Tiong Thian, ia lalu menceritakan bagaimana Pek Tiong Thian
telah menyamar sebagai Ji Cu Lok, gurunya, untuk kemudian
melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk. Bagaimana ia telah
diperintahkan membunuh Ceng Sim Lo-ni tetapi dilarang
membunuh Soat-hay-siang-hiong yang justru menjadi musuh-
musuh besar ayahnya.
To Siok Keng tidak berdiam saja, iapun bantu memberikan
keterangan bagaimana ketika Wei Beng Yan sudah bertekad
membunuh guru gadungannya itu, tiba-tiba si pemuda
kehilangan tenaga dalam sehingga tidak mampu melancarkan
Thay-yang-sin-jiauw dengan sempurna, ia lalu menutup
keterangannya dengan menanyakan.

Sampul Maut 520


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sebagai orang-orang yang sudah berpengalaman, apakah


ketiga Locianpwee mengetahui mengapa tenaga Suko ku bisa
dengan tiba-tiba menghilang dari tubuhnya?”
Pertanyaan itu membuat Lee Beng Yan dan Song Thian
Hui menggeleng-gelengkan kepala mereka, tetapi Lim Ceng
Yao, si Ahli pedang dari propinsi Hok-kian berpikir dan
berusaha memecahkan teka-teki yang telah dialami oleh si
pemuda she Wei itu. Setelah agak lama berpikir, baru ia
berkata.
“Aku mengetahui ada serupa bubuk racun yang dapat
membuat seseorang kehilangan tenaga serta semangatnya
setelah mengendus racun tersebut, dan keadaan Beng Yan
agaknya mirip benar dengan gejala-gejala orang yang telah
terkena racun itu!”
“Suko,” kata To Siok Keng, “Mungkinkah Siauw siocia yang
memberikan kau racun itu?”
“Tidak mungkin! Jika aku diracuni tentu aku sudah lama
meninggal dunia. Mungkin aku kehilangan tenaga dalamku
karena lain sebab,” si pemuda menolak pendapat itu.
Demikianlah mereka menebak-nebak, tetapi meski
bagaimanapun Wei Beng Yan tetap tidak merasa yakin jika ia
telah terkena racun. Malam harinya, setelah bersantap, Lee
Beng Yan dan To Siok Keng, mereka langsung ke masing-
masing kamarnya untuk beristirahat.
Kesempatan yang baik itulah telah dipergunakan oleh Wei
Beng Yan untuk membuka sampul surat Ouw Lo Si. Sambil

Sampul Maut 521


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

bersenyum lebar ia mengawasi sampul yang sedang


dipegangnya itu, tiba-tiba.....
“Breet!”
Serentak dengan itu, bau harum semerbak yang ganjil dan
tajam sekali merangsang hidungnya, tanpa menghiraukan itu
semua ia lalu membaca isi surat itu, yang berbunyi.
“Selamat! Lagi sekali aku menghaturkan selamat!”
demikian kata pembukaan surat itu, ia bersenyum dan
melanjutkan membaca.
“Dua orang musuhmu telah tewas! Dan aku yakin dalam
waktu singkat kaupun akan berhasil membunuh yang masih
ketinggalan itu!
Bila semua musuh-musuhmu telah kau basmi habis, dan
pembalasan dendam ayahmu sudah terlaksana, aku minta
kau tidak lupa untuk membuka sampul surat nomor tiga!
Tetapi justru musuhmu yang paling belakang inilah yang
harus kau hadapi dengan hati-hati sekali, karena dialah
seorang yang betul-betul keji, licik dan licin seperti belut,
yang pernah diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung
di kalangan Bu-lim!
Sekali lagi selamat!
Tertinggal hormatku
Si pincang Ouw Lo Si
Demikianlah bunyi surat yang kedua, yang hampir serupa
dengan isi surat yang pertama. Dengan itu pula ia telah
mengendus lagi semacam racun yang kekuatannya lebih

Sampul Maut 522


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

hebat. Setelah merobek-robek surat surat itu, ia lalu


merebahkan dirinya sambil mengenang peristiwa-peristiwa
yang lalu.
Esok harinya, ia tidak merasakan akibat buruk apapun,
begitu juga setelah hari yang kelima lewat, bahkan ia masih
bisa mengikuti latihan berlima dengan ketiga susioknya dan
To Siok Keng.
Ketika sedang bersantap tengah hari, Song Thian Hui yang
merasa kagum melihat kegesitan To Siok Keng tadi lalu
menanya.
“To siocia, mengapa sebagai sumoay Beng Yan, ilmu
silatmu agaknya berlainan?”
“Aku bukan murid Ji Cu Lok Tay-hiap!” sahut To Siok Keng.
“Bukankah kau sumoaynya?”
“Aku murid Thian-hiang-sian-cu Gui Su Nio, isteri Ji Cu Lok
Tay-hiap,” To Siok Keng menjelaskan, “maka aku dengan
sendirinya aku jadi pernah sumoay dengan Wei Koko......”
“O...... To siocia murid Thian-hiang-sian-cu?’ seru Lim
Ceng Yao, “bolehkah aku mengetahui siapa ayah siocia?”
“Ayah sumoayku adalah Kiu It!”
“Kiu It yang telah dibunuh sacara misterius bersama
seluruh keluarganya?” tanya Lee Beng Yan terkejut.
“Betul!” sahut To Siok Keng gemas.
“Tetapi mengapa ber-she To?”

Sampul Maut 523


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Untuk menghindarkan cengkeraman Pek Tiong Thian?”


kata lagi To Siok Keng.
Dan waktu melihat Lee Beng Yan, Song Thian Hui dan Lim
Ceng Yao agaknya tidak mengerti dengan pengakuannya itu,
ia lalu menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang telah terjadi atas
seluruh keluarga dulu, sehingga ketiga susiok Wei Beng Yan
tiba-tiba jadi beringas.
“Kejam!” seru mereka hampir serentak.
“Dan aku merasa khawatir jika Hua Ceng Kin nanti
membantu Pek Tiong Thian untuk menggempur kita di sini,
itulah berbahaya sekali!” kata si gadis.
“Ya, akupun mengetahuinya bahwa Pek Tiong Thian
adalah sahabat karib si nenek iblis itu,” kata Lim Ceng Yao.
“Beng Yan,” kau pernah bertarung dengan si jahanam she
Pek, bagaimana pendapatmu, apakah kita berlima masih
dapat melawan jika ia betul-betul datang membantu Hua
Ceng Kin?” tanya Thian Hui.
“Aku harus mengakui kepandaian kedua jahanam itu
sangat lihay,” sahut Wei Beng Yan, “tetapi bukankah
kepandaian mereka yang harus kita segani, tetapi senjata-
senjata merekalah. Yalah senjata rahasia Hian-peng-tok-bong
Hua Ceng Kin dan Ciam-hua-giok-siu Pek Tiong Thian!”
“Mendengar kenyataan-kenyataan itu aku merasa tidak
enak telah mengundang kalian datang di tempatku ini,” kata
Lee Beng Yan sedih.

Sampul Maut 524


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Lee Heng, kau kira kita ini orang macam apa?” tanya Lim
Ceng Yao agak mendongkol. “Untuk membalas kebenaran,
kita tidak takut mati, apalagi orang yang sedang terancam
sekarang ini adalah kau sendiri, saudara angkat kita yang
tertua!”
“Aku sudah berusia lebih dari setengah abad, dan aku kira
tidak lama lagi aku akan meninggal dunia,” kata Song Thian
Hui, “Di masa muda, aku telah belajar silat dengan giat serta
tekun dan setelah memiliki hasil daripada jerih payahku itu,
aku lalu berkelana dan bolehlah dikatakan aku telah
menjelajahi seluruh pelosok dunia persilatan.”
Semua orang jadi terbengong mendengar kata-kata yang
diucapkan sungguh-sungguh itu.
“Sewaktu-waktu aku merasa terhibur juga jika
mengenang peristiwa-peristiwa yang telah lampau itu,” Song
Thian Hui melanjutkan, “karena aku yakin telah banyak
berbuat kebaikan-kebaikan, maka jika sekarang aku
memperoleh kesempatan untuk mengulangi perbuatan-
perbuatanku dulu itu. Apalagi terhadap kau, Toa-suhengku,
apakah aku harus lari tunggang langgang karena mengetahui
lawan atau mungkin lawan-lawan yang akan itu dari kaliber
berat?!?”
Lee Beng Yan jadi berlinang air mata karena terharu
mendengar kesetiaan saudara angkatnya yang ketiga itu.
“Baiklah......” katanya parau, “Tetapi bagaimana kita harus
menghadapi mereka itu, maksudku, apakah kita berlima
sekalian mengerubuti?”

Sampul Maut 525


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Jika Hua Ceng Kin betul-betul mengajak Pek Tiong


Thian,” kata To Siok Keng, “bagaimana jika diatur begini saja.
Lim Locianpwee harus bertarung melawan Hua Ceng Kin,
sedangkan kita berempat akan menghadapi si jahanam she
Pek?”
“Bagus! Siasat yang baik sekali!” seru Lim Ceng Yao.
Begitulah setelah siasat pertahanan itu disetujui oleh
semua orang, mereka lalu menantikan kedatangan musuh
mereka itu.
TigapuLuh Satu
Sambil menantikan, berturut-turut lima hari mereka
berlatih di ruangan yang khusus disediakan untuk berlatih
silat.
Pada pagi hari yang keenam, seperti biasa semua orang
sudah berkumpul di ruangan berlatih kecuali Wei Beng Yan.
Mereka menantikan dan mengira si pemuda she Wei
terlambat bangun, maka setelah sekian lamanya menunggu
dan pemuda itu masih juga belum muncul, To Siok Keng
segera berkata.
“Lee Locianpwee, biarlah aku pergi menengok di
kamarnya.”
Baru saja selesai kata-kata itu diucapkan, ketika
mendadak tampak Wei Beng Yan dengan tindakan agak
limbung, mukanya pucat pasi.
“Suko!” seru To Siok Keng, “Mengapa kau? Apakah kau
sakit?”

Sampul Maut 526


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan memaksakan diri untuk bersenyum dan


berkata.
“Pagi ini aku merasa lelah sekali, lagi-lagi tenagaku
agaknya sudah menghilang......”
“Dapatkah kau melancarkan Thay-yang-sin-jiauw seperti
waktu kau membunuh Suto Eng Lok?”
“Aku....... aku rasa tidak.....”
“Heran!” kata Lim Ceng Yao. “Gejala-gejala yang kau alami
itu membuktikan bahwa kau telah terkena semacam bubuk
racun tepat seperti yang telah aku ceritakan beberapa hari
yang lalu! Aai...... heran.”
“Lim Tay-hiap,” kata To Siok Keng sambil mengawasi si
pemuda she Wei, “apakah kau yakin bahwa bubuk racun yang
kau ceritakan itu tidak lantas menewaskan orang yang
mengendusnya?”
“Aku yakin!” sahut Lim Ceng Yao tegas, “bubuk racun itu
hebat sekali, tetapi cara bekerjanya betul-betul sangat ganjil,
yalah perlahan-lahan merusak pembuluh-pembuluh darah
orang yang mengendusnya untuk kemudian menyeret orang
itu ke liang kubur!”
To Siok Keng tiba-tiba mengalihkan pandangannya dan
berkata lagi.
“Suko, akuilah bahwa kau sudah membuka SAMPUL
KEDUA pemberian Ouw Lo Si!”
“Tidak..... aku...... aku belum......”

Sampul Maut 527


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Jika belum, dapatkah kau membuktikan kata-katamu


itu?”
“Sumoay, apakah kau tidak percaya?”
“Aku tidak percaya sebelum melihat sampul itu! Ayohlah
perlihatkan!”
“Tidak dapat aku.......”
––––––––

BAB 41
TERHINDAR DARI SAMPUL MAUT KETIGA

Belum lagi Wei Beng Yan selesai dengan kata-katanya itu,


ketika tampak To Siok Keng dengan gerakan yang lincah sekali
meloncat dan berhasil menotok dada pemuda itu, sehingga ia
roboh di lantai tidak berdaya!
Secepat kilat To Siok Keng merogoh ke saku pemuda itu,
sejenak kemudian tangannya sudah memegang satu sampul
yang terterakan NOMOR TIGA di sudut sampul itu!
“Mana sampul NOMOR DUA?” tanyanya ketus.
Wei Beng Yan memejamkan matanya dan tidak
menyahut.
“Suko, aku tanyakan mana sampul yang bernomor dua?”
Si pemuda she Wei masih tidak menyahut.
To Siok Keng mengawasi sampul yang sedang
dipegangnya itu sambil berlinang air mata.

Sampul Maut 528


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku kira kau sudi mendengar nasehatku,” keluhnya


parau. “Aku merasa heran kau tidak mau mengindahkan
omonganku!”
“Aku tidak mau mengingkari janjiku terhadap Ouw
locianpwee!” tiba-tiba Wei Beng Yan berkata agak sengit.
“Hah! Tidak ingin mengingkari janji? Meskipun kau
mengetahui akibatnya akan membuat kau mati karena
kekurangan tenaga?!”
“Aku tidak yakin jika Ouw Locianpwee telah menaburkan
racun dalam sampul itu! Bagaimana mungkin orang semacam
dia melakukan perbuatan sekeji itu!”
“Baik! Dalam beberapa detik ini, aku mengharap dapat
meyakinkan bahwa kau sangat keliru dalam hal ini!”
Setelah berkata demikian, To Siok Keng segera
melemparkan sampul ketiga itu ke lantai. Ia lalu menghunus
pedang Ku-tie-kiam si pemuda dan berkata.
“Lim Locianpwee, sudikah kau menolong aku?”
“Tentu!” sahut Lim Ceng Yao, “Apa yang harus aku
lakukan?”
“Hunus pedang Locianpwee dan bantu aku membuka
sampul ini!”
Lim Ceng Yao menghunus pedangnya dan menekankan
ujung pedangnya itu ke sudut sampul. Dengan satu goresan
saja To Siok Keng berhasil membeset untuk kemudian dengan
hati-hati sekali mengeluarkan surat yang berada dalam
sampul itu.

Sampul Maut 529


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tampak asap putih yang tipis sekali mengebul. Sejenak


kemudian terenduslah suatu bau harum yang sangat
merangsang hidung.
Lim Ceng Yao yang lebih luas pengetahuannya tentang
racun tiba-tiba berseru lantang.
“Mundur!”
Serentak dengan itu ia sendiri meloncat dan menyambar
tubuh Wei Beng Yan yang tergeletak di lantai.
Karena kaget, Lee Beng Yan, Song Thian Hui dan To Siok
Keng pun meloncat.
Tiba-tiba Lim Ceng Yao menyerang dengan kedua tinjunya
dan hembusan angin dari serangannya yang dahsyat itu
menyapu asap putih yang menyiarkan bau harum, sehingga
gagallah rencana Ouw Lo Si yang bermaksud membunuh si
pemuda she Wei dengan racunnya yang terhebat itu!
Ketika sudah menunggu lama juga, agar asap yang
berbahaya itu lenyap di udara, To Siok Keng lalu menghampiri.
Kemudian dengan mempergunakan ujung pedangnya, ia
dapat membaca tulisan yang tertera di atas kertas itu.
Setelah membaca, mendadak tampak parasnya berubah.
Ia menepuk pundak Wei Beng Yan untuk membebaskan
totokan yang menyumbat jalan darah pemuda itu.
Wei Beng Yan perlahan-lahan berbangkit dan serta merta
ia menuding To Siok Keng seraya membentak.
“Sumoay! Caramu merampas surat di dalam sakuku
sangat kasar, liar! Mungkin kau tidak mengetahui bahwa

Sampul Maut 530


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membaca surat seseorang tanpa memperoleh ijin dari orang


itu sendiri adalah kurang ajar?”
“Aku merasa lebih baik bersikap kurang ajar daripada
membiarkan kau mati penasaran!” sahut To Siok Keng sambil
bersenyum getir. “Bacalah surat SAHABAT mu yang pincang
itu!”
“Apa yang telah ditulisnya dalam surat itu?”
“Kau baca saja sendiri!”
Wei Beng Yan segera menerima pedangnya yang
diangsurkan oleh gadis itu kemudian sambil merekan surat itu
dengan ujung pedang ia membaca. Ternyata isi surat itu
berlainan sekali dengan surat yang pertama dan kedua, yang
boleh dikatakan hanya untuk menyampaikan selamat saja.
“Wei siohiap yang terhormat.”
Demikianlah permulaan kata-kata isi surat yang ketiga.
Dengan hati-hati sekali Wei Beng Yan melanjutkan membaca.
“Waktu kau membaca suratku yang pertama, kau telah
mengendus serupa racun, dan aku kira racun yang pertama
itu hanya bisa melumpuhkan kau untuk sementara waktu
saja, mengingat tenaga dalammu yang sudah sempurna
betul.
Dan ketika kau membuka lagi sampulku yang kedua,
maka tenaga dalammu sudah menghilang lagi kira-kira
satu-pertiga bagian dan kau akan menderita suatu
kelemasan yang agak lama, tetapi jika keadaan demikian
didiamkan terus menerus, kau pasti akan tewas! Kau harus

Sampul Maut 531


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

lekas-lekas diobati oleh semacam obat yang aku sendiri


tidak mengetahui apa namanya!”
Baru saja membaca hingga di sini, tubuh Wei Beng Yan
sudah menggigil hebat! Ia melirik ke arah To Siok Keng dengan
perasaan jengah telah mencaci maki gadis ia barusan.
“Jahanam!”--.geramnya seram sambil melanjutkan
membaca lagi
“Kau tentu ingin mengetahui mengapa aku ingin
membunuh kau bukan? O...... kisahnya panjang dan bertele-
tele lagi, tetapi agar kau tidak mati secara penasaran aku
akan coba menerangkan juga di sini.
Pertama-tama aku ingin kau mengetahui bahwa kakiku
yang pincang ini adalah akibat dari pada kelihayan
permainan pedang ayahmu, Wei Tan Wi! Maka meskipun
ayahmu sudah mati dikerubuti oleh Soat-hay-siang-hiong,
tetapi sebelum aku membunuh kau atau sedikitnya melukai
sehingga kau cacad, aku belum merasa puas!
Kau telah mengendus racunku yang terakhir dan
terhebat, maka kau sudah merupakan mayat hidup kini,
karena sepanjang pengetahuanku, tiada lagi obat yang
bagaimana mujarab pun dapat menolong kau
menghindarkan SAMPUL MAUT yang sudah mencengkeram
jantungmu dan mencengkeram ginjalmu!
Tertinggal Salamku,
Si pincang Ouw Lo Si.
Bergolak amarah si pemuda setelah membaca isi surat itu,
betapa tidak, jika seseorang yang senantiasa dianggapnya

Sampul Maut 532


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sebagai seorang penolong yang luhur, ternyata adalah


seorang musuhnya yang berada di dalam selimut. Bagus saja
To Siok Keng keburu bertindak cepat, jika tidak bukankah ia
sudah mati sebelum berhasil membunuh musuh besar
ayahnya yang ketiga?
“Sumoay,” katanya perlahan, “aku mohon maaf sebesar-
besarnya atas sikapku yang kasar tadi!”
To Siok Keng menundukkan kepala dan tidak menyahut.
“To siocia,” Lim Ceng Yao turut bicara. “apakah kau tidak
sudi memaafkan suko mu itu?”
To Siok Keng mengangkat kepalanya dan menatap si
pemuda.
“Aku tidak pernah merasa gusar,” sahutnya, “Bahaya yang
suko derita sudah demikian hebatnya, aku hanya memikiri
bagaimana menyembuhkan luka-luka yang telah terkena
racun itu?”
Wei Beng Yan menarik napas panjang. Ia merasa sangat
menyesal telah mengabaikan peringatan Khouw Kong Hu.
“Aai! Memang aku sangat ceroboh,” keluhnya. “Jika
sekarang Pek Tiong Thian datang maka kita semua pasti akan
dihancur leburkan!”
“Beng Yan, kau tidak usah terlalu memikiri jahanam itu,”
kata Lim Ceng Yao. “Mungkin jahanam itu takkan datang sama
sekali!”
“Aku malah mengharap agar ia datang,” kata Song Thian
Hui gemas.

Sampul Maut 533


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Mengapa kau mengharap demikian?” tanya Lim Ceng


Yao.
“Karena lebih baik kita menghadapinya sekarang daripada
menanti-nantikannya dengan perasaan gelisah. Lagipula kita
tokh pada suatu hari akan menjumpainya juga, maka daripada
digempur seorang diri, aku kira lebih baik kita
mengerubutinya sekarang!”
Pada saat itu To Siok Keng sedang memikiri tentang jalan
untuk mengobati Wei Beng Yan. Untuk menggempur Pek
Tiong Thian, menurut pendapatnya, ia hanya memerlukan
Tok-beng-oey-hong, tetapi berada dimanakah benda itu?
Menurut dugaan Wei Beng Yan benda mujizat itu berada
di kuil Cit-po-sie yang berada jauh di pegunungan Ngo-tay-
san.
“Lim Locianpwee,” katanya, “Dapatkah kau mengusulkan
suatu obat yang mungkin dapat menyembuhkan luka-luka
suko ku?”
Lim Ceng Yao nampak muram sekali ditanya demikian.
“Dari siapa kau mengetahui bahwa luka Beng Yan masih
dapat disembuhkan?” tanyanya cemas karena mengetahui
beberapa bagian jalan darah penting pemuda itu telah
tersumbat atau membeku karena telah mengendus racun
Ouw Lo Si yang hebat itu.
“Di dalam suratnya Ouw Lo Si menegaskan bahwa Wei
Koko baru akan mati setelah mengendus sampul yang ketiga,”
sahut si gadis, “maka aku kira racun yang telah disedotnya itu
masih dapat dipunahkan.”

Sampul Maut 534


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Mungkinkah Cu-gan-tan dapat menyembuhkan luka-luka


Beng Yan itu?” tanya Song Thian Hui.
“Hui-tee,” Lee Beng Yan ikut bicara, “Cu-gan-tan hanya
mampu membikin orang tetap tinggal muda! Aku belum
pernah mendengar pil mujizat itu dapat menyembuhkan
orang yang terkena racun!”
Ketika mereka sedang sibuk memikiri hal yang pelik itu,
tiba-tiba terdengar......
“Lee tai-hiap! Ada orang menggantung lentera-lentera
kertas merah di depan pintu markas kita!”
Sejenak kemudian orang yang berteriak tadi sudah masuk
ke dalam ruangan untuk berlatih silat itu. Ia ternyata salah
satu orang anggota partai Lee Beng Yan yang tidak sudi
meninggalkan pemimpinnya.
“Bagaimana bentuk lentera kertas itu?” tanya Wei Beng
Yan kaget.
Dengan muka pucat dan napas termengih-mengih orang
itu memberi hormat dan berkata.
“Lentera kertas biasa, hanya di bagian tengah masing-
masing lentera kertas itu terdapat satu huruf PEK!”
Mendengar laporan itu, tiba-tiba Lim Ceng Yao tertawa
berkakakan.
“Kita telah menduga bahwa jahanam itu bakal datang,”
katanya, “dan sekarang ternyata ia betul-betul sudah datang!
Ha, ha, ha!”

Sampul Maut 535


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lim Ceng Yao adalah seorang jago silat pedang yang tiada
taranya di propinsi Hok-kian. Maka ia telah memperoleh gelar
sebagai Jago silat pedang nomor wahid dari propinsi Hok-kian
atau Bun-tiong-it-kiam, dan adalah seorang yang telah banyak
melakukan perbuatan-perbuatan luhur.
Ketika tadi mendengar bahwa ada orang menggantung
lentera kertas merah di depan gedung markas partai saudara
angkatnya itu, untuk beberapa saat lamanya ia terpesona.
Kemudian ia mendadak sadar dan mengetahui bahwa
musuh yang sangat disegani mereka itu akan datang, maka
seperti orang kalap ia tertawa berkakakan, karena menurut
pendapatnya kesempatan untuk membasmi jahanam yang
terakhir yang masih mengancam kalangan Bu-lim telah tiba
saatnya. Mungkin ia dan kawan-kawan itu tidak berhasil
membasmi musuh yang terkenal luar biasa kepandaiannya itu,
namun ia lebih condong mencoba kekuatannya sendiri dari
pada meninggalkan tempat itu dan selamat!
Lee Beng Yan dan Song Thian Hui tidak mengatakan
sesuatu. Mereka tengah memikirkan siasat yang terbaik untuk
menghadapi lawan-lawan mereka itu.
Tetapi Wei Beng Yan yang sudah kehilangan lagi tenaga
dalamnya menjadi gelisah sekali. Ia merasa menyesal sudah
tidak mendengar nasehat To Siok Keng. Jika Pek Tiong Thian
datang pada waktu itu juga, maka ia seolah-olah hanya
menantikan kedatangan seorang algojo untuk memenggal
kepalanya!
Orang yang bersikap paling tenang adalah si gadis she To,
maka meskipun berada dalam suasana segawat itu, ia masih

Sampul Maut 536


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dapat mencetuskan siasat-siasat dalam otaknya, tetapi ia


agaknya belum mau mengeluarkan akal apa, yang telah
dipikirnya itu.
“Dengan menggantungi lentera-lentera merah,” kata Wei
Beng Yan. “tentu si jahanam bermaksud menggertak kita dulu,
sebelum kita sendiri digempurnya!’
“Betul!” sahut To Siok Keng, “marilah kita tengok lentera-
lenteranya itu, untuk kemudian membikin persiapan!”
Saran itu diterima baik oleh Lee Beng Yan yang sudah
mendahului berjalan keluar diikuti oleh ke empat kawannya.
Di luar tampak ke lima anggota setia Lee Beng Yan sudah
bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan, tetapi Lee
Beng Yan yang tidak mau mereka itu terembet-rembet segera
berkata.
“Untuk banyak tahun kalian telah mengikuti aku dengan
setia sekali, dan meskipun kalian sudah mengetahui bahwa
musuh akan segera datang untuk menggempur kita, kalian
masih tidak sudi meninggalkan aku! Aku bukan mengecilkan
semangat kita sendiri, tetapi memang sudah jelas bahwa
mungkin kita tidak sanggup menghadapi lawan kita ini!”
Ia berhenti sejenak dan meneliti ke lima orangnya itu.
Ketika tidak mendengar reaksi mereka, ia lalu melanjutkan.
“Aku merasa sungkan jika kalian harus mati di sini, maka
aku minta dengan sangat agar kalian segera meninggalkan
gedung markas ini!”

Sampul Maut 537


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ke lima orang itu terperanjat sekali mendengar pesan


pemimpin besar mereka itu. Menginsafi kemuliaan pemimpin
mereka yang selalu memegang teguh disiplin, maka begitu
mendengar perintah itu meskipun merasa berat untuk pergi,
mereka harus mengangkat kaki juga. Kecuali seorang kakek
yang sudah berambut putih seluruhnya, bagaimana pun
didesak, ia tetap tidak mau meninggalkan majikannya.
Lee Beng Yan menghampiri kakek itu dan berkata.
“Lo Hok, kau sudah mengikuti aku selama tigapuluh
tahun, maka kau mengetahui bahwa aku ini tidak takut mati.
Tetapi musuh yang kita akan hadapi kali ini lain dari yang lain,
aku tidak sudi melihat kau menyertai aku mati di sini......”
Si kakek yang dipanggil Lo Hok menatap pemimpinnya
sejenak kemudian ia menyahut.
“Cong Piauw-tauw (Pemimpin besar), aku sudah berusia
tujuhpuluh enam tahun, aku tidak mempunyai sanak keluarga,
ke mana harus aku pergi!! Aku hanya minta Cong Piauw-tauw
mengingat jasa-jasaku dulu dan tidak mendesak aku
meninggalkan gedung ini!”
“Kau dapat berlalu dari sini dan menyelamatkan diri,
bukankah itu lebih baik?”
“Aku lebih suka mati di sini!”
“Kau akan mati secara sia-sia......”
“Tidak! aku telah mengabdi pada partai selama tigapuluh
tahun dan inilah kesempatan terbaik untuk aku
menyumbangkan dharma baktiku!”

Sampul Maut 538


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lee Beng Yan tidak lagi dapat mendesak kakek itu dan
ketika mengingat bahwa ia memang memerlukan seorang
pelayan untuk mengurus keperluan-keperluan tamu-tamu
atau kawan-kawannya, ia akhirnya meluluskan juga
permintaan kakek yang setia itu.
Ia lalu mengajak rombongannya untuk memeriksa lentera
kertas yang katanya sudah digantung di gedung itu. Rumah
gedung yang dibangun oleh Lee Beng Yan itu sangat indah
serta megah. Ia telah menghamburkan banyak waktu dan
uang, karena segala sesuatu adalah bahan yang terpilih.
Di atas pintu depan yang besar dan dicat dengan warna
merah digantungi dua lentera kertas yang besar. Tiap-tiap
lentera bertuliskan huruf Lee, tetapi kini lentera itu telah
dilemparkan ke tanah dan sebagai gantinya telah
digantungkan empat lentera yang masing-masing bertuliskan
huruf
PEK dan CAP JIT
yang berarti sepuluh hari!
Tergetar hati Wei Beng Yan ketika dapat mengenali ke
empat lentera kertas itu, yang berbentuk sama benar dengan
lentera-lentera kertas merah yang dapat dilihatnya ketika ia
masuk ke dalam lembah Yu-leng-kok dulu. Ia mengetahui
bahwa lentera-lentera kertas merah itu adalah sebagai
pertanda bahwa si penghuni rumah yang telah digantungi
lentera-lentera itu, akan digempur habis oleh si jahanam yang
pernah menyamar sebagai Ji Cu Lok!

Sampul Maut 539


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Sambil terbengong mengawasi lentera-lentera itu, ia jadi


terkenang akan peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah ia
diterima sebagai murid oleh Yu Leng. Ia merasa kecewa sekali
setelah mempelajari dengan susah payah, ternyata Thay-
yang-sin-jiauw kini tidak lagi dapat ia lancarkan!
“Apakah kalian mengetahui apa arti huruf SEPULUH HARI
itu?” tanya To Siok Keng.
“Itu berarti dalam waktu sepuluh hari Pek Tiong Thian
akan datang di sini!” kata Wei Beng Yan gemas.
“Tetapi......” kata Lim Ceng Yao, “Pek Tiong Thian yang
telah melakukan banyak pembunuhan-pembunuhan keji
mungkin akan datang sebelumnya jangka waktu yang
ditetapkan olehnya itu tiba! Mungkin ia akan datang pada hari
keempat atau kedelapan dan mungkin hari ini......”
To Siok Keng bersenyum. Ia harus mengakui memang Pek
Tiong Thian bukan saja seorang yang kejam tetapi jahanam
itupun berwatak licik.
“Aku mempunyai satu usul untuk mengimbangi
kelicikannya itu!” katanya.
“Usul apakah?” tanya Lim Ceng Yao.
“To siocia, katakanlah usulmu itu,” kata Song Thian Hui,
“mungkin pendapatmu dapat membantu banyak.”
“Beberapa hari berselang kita masih belum dapat
memastikan bahwa Pek Tiong Thian akan membantu Hua
Ceng Kin,” To Siok Keng mengutarakan usulnya.
“Lalu,” kata Lim Ceng Yao.

Sampul Maut 540


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sekarang ternyata setelah si nenek mengetahui bahwa


Wei Koko dan aku bermaksud membantu Lee Locianpwee, ia
betul-betul telah memohon bantuan Pek Tiong Thian dan itu
berarti kita kini hanya menanti datangnya kematian......” kata
To Siok Keng tenang.
“Apakah kau mengusulkan agar kita melarikan diri?”
tanya Lim Ceng Yao.
“Betul!”sahut si gadis.
Hening sesaat.
Tetapi mendadak terdengar Lee Beng Yan, Song Thian Hui
dan Lim Ceng Yao tertawa berkakakan. Mereka agaknya tidak
dapat menerima usul yang sehat itu?
“Mengapa ke tiga Locianpwee tertawa?” tanya To Siok
Keng heran.
––––––––

BAB 42
PERMAINAN SI NENEK IBLIS

“Sumoay, jika ke tiga susiokku menerima usulmu itu,”


kata Wei Beng Yan, “Itu berarti kita melarikan diri hanya
karena desakan ke empat lentera kertas merah itu!”
“Apa salahnya dengan itu?” tanya To Siok Keng agak
mendongkol.
“Apa salahnya?! Mana dapat kita melarikan diri hanya
karena diusir oleh lentera?” kata Lim Ceng Yao yang pun

Sampul Maut 541


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

sudah agak gusar. “Mengapa To siocia berpikiran demikian


pendek?”
To Siok Keng bersenyum getir.
“Jika kita lari sekarang, kita seolah-olah diusir oleh
lentera-lentera kertas,” sahutnya. “Tetapi kita lari untuk
menanti suatu kesempatan baik untuk mengganyang jahanam
ita. Apa gunanya kita menantikan kedatangannya sedangkan
kita sudah mengetahui bahwa kita, memang tidak sanggup
melawannya? Bukankah itu suatu pikiran yang tolol?”
Ketiga susiok si pemuda she Wei jadi menjublek
mendengar ucapan yang sangat beralasan itu.
“Kita sudah terdesak, maka kita harus berusaha.” To Siok
Keng melanjutkan. “kita harus menggempur Pek Tiong Thian
dengan siasat.”
Tetapi usul itu tidak ada gunanya terhadap ke tiga susiok
si pemuda she Wei. Karena mereka terlalu kukuh dan lebih
rela mati daripada dibuat ejekan bahwa mereka telah
melarikan diri karena diancam oleh lentera-lentera.
Watak itu agaknya juga dimiliki oleh Wei Beng Yan sendiri
yang menganggap nama seseorang adalah lebih penting
daripada segala apapun!
Wei Beng Yan mengawasi To Siok Keng dengan perasan
yang sukar dilukiskan. Rasa sangat menyesal sudah tidak
mendengar nasehat gadis itu berkecamuk dalam otaknya.
“Suko, mengapa kau tampaknya demikian gelisah?” tanya
To Siok Keng.

Sampul Maut 542


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku khawatir kau akan meninggalkan aku di sini......”


sahut Wei Beng Yan.
“Wei Koko, aku hanya memberikan saran, jika kau dan ke
tiga susiokmu tidak dapat menerima saranku itu, masakan aku
harus meninggalkan kau di sini. Kepandaian Pek Tiong Thian
dan Hua Ceng Kin lihay sekali, tetapi menurut pendapatku
bukankah kepandaian kedua jahanam itu sendiri yang harus
ditakuti!”
“Jika demikian, apanya yang sangat disegani orang
banyak?” tanya Song Thian Hui.
“Senjata-senjata mereka! Ciam-hua-giok-siu dan Hian-
peng-tok-bong!” sahut To Siok Keng. “Karena tanpa senjata-
senjata yang ampuh itu, aku yakin kita masih dapat melawan
mereka!”
“Tetapi bukankah beberapa hari yang lalu kalian
mengatakan ingin mencari Tok-beng-oey-hong di kuil Cit-po-
sie untuk membunuh Pek Tiong Thian?” tanya Lim Ceng Yao.
“Betul!” sahut To Siok Keng, “dan aku merasa yakin jika
kita memberitahukan maksud kita mencari benda mujizat itu,
Bak Kiam Taysu pasti akan membantu usaha kita itu.........”
“Tetapi sayang Bak Kiam Taysu sendiri telah meninggal
dunia! Dan katanya benda mujizat ini bersama-sama Cu-gan-
tan telah dicuri orang!”
“Siapa yang mencuri?”

Sampul Maut 543


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Entahlah, Bak Kiam Taysu sendiripun tidak


mengetahui..... dan justru itulah yang telah membikin Yu Leng
gadungan mengamuk dan membunuh pendeta itu........”
To Siok Keng berpikir sejenak. Kemudian sambil
bersenyum ia berkata.
“Lee Locianpwee, bolehkah aku pergi dari sini untuk
beberapa hari lamanya?”
“To siocia ingin pergi ke mana?” Lee Beng Yan balik
menanya.
“Apakah siocia ingin mencari bantuan?” tanya Lim Ceng
Yao.
“Aku takkan merembet-rembet lain orang!” sahut si gadis,
“Pek Tiong Thian telah berjanji akan datang dalam waktu
sepuluh hari dan iapun mengetahui bahwa kita takkan lari
karena gertakannya itu. Maka aku bermaksud pergi dan
kembali dalam waktu yang telah dijanjikan oleh jahanam itu!”
“Sumoay, apa yang ingin kau lakukan?” tanya Wei Beng
Yan.
“Suko, aku berlalu dari sini bukan karena takut mati, aku
berjanji dalam waktu sembilan hari sudah kembali lagi di sini!”
“Aku tidak pernah mengatakan kau ingin melarikan diri,
aku hanya ingin mengetahui ke mana kau ingin pergi?”
“Berani kau berjanji tidak mencegah jika aku
memberitahukan?”
Wei Beng Yan mengawasi gadis itu dengan tajam sekali,
perlahan-lahan ia kemudian mengangguk.

Sampul Maut 544


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku ingin pergi ke kuil Cit-po-sie!”


“Untuk?”
“Untuk mencari Tok-beng-oey-hong!”
“Aai! Apakah kau tengah bermimpi? Kau tidak
mengetahui di mana letak kuil tersebut, lagipula apakah kau
tidak mendengar barusan Ji susiokku mengatakan bahwa Tok-
beng-oey-hong dan Cu-gan-tan telah dicuri orang?!”
“Akupun berpendapat percuma saja To siocia pergi ke kuil
tersebut!” kata Song Thian Hui.
“Tidak mungkin kedua benda mujizat itu telah dicuri
orang!” sahut si gadis.
“Dapat kau membuktikan ucapanmu itu?” tanya Lee Beng
Yan,
“Aku akan mencoba meyakinkan Lee Locianpwee!” sahut
To Siok Keng tenang, “menurut, aku tandaskan MENURUT
orang bahwa kedua benda mujizat itu telah dicuri orang.
Tetapi selama beberapa tahun ini, semenjak tersiarnya kabar
itu, siapakah yang pernah melihat benda-benda itu? Dan aku
merasa ragu jika ada orang yang ingin mencuri kedua benda
itu sekedar untuk kenang-kenangan, mengingat usaha
pencurian itu harus dilakukan dengan menjudikan nyawa
seseorang!”
Ke tiga susiok si pemuda she Wei jadi saling pandang
mendengar penjelasan itu.
“Apakah Bak Kiam Taysu telah berdusta?”tanya Lim Ceng
Yao.

Sampul Maut 545


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku tidak berani mengatakan bahwa Bak Kiam Taysu


telah berdusta, tetapi aku yakin betul kedua benda mujizat itu
masih berada dalam kuil Cit-po-sie!”
TigapuLuh Dua
Memang pertanyaan Lim Ceng Yao ini beralasan, karena
beberapa tahun yang lalu, pemimpin kuil Cit-po-sie, Bak Kiam
Taysu pernah berkunjung ke markas partai Tiang-pek-san
untuk mencari kedua benda itu yang dikatakannya telah dicuri
orang.
Tetapi karena kebijaksanaan Kong-ya Coat, Bak Kiam
Taysu dapat diyakinkan dan pertarungan antara partai Cia It
Hok dengan partai Siauw-lim itu dapat dihindarkan.
Kabar itu telah tersiar dan diketahui oleh hampir semua
partai-partai dan tokoh-tokoh silat kenamaan, tetapi yang
aneh yalah Tok-beng-oey-hong atau Cu-gan-tan tidak pernah
muncul di dunia persilatan.
Kemudian banyak orang mencurigakan bahwa Bak Kiam
Taysu sengaja menyiarkan kabar bahwa kedua benda itu telah
tercuri orang agar ia dapat menyimpan kedua benda mujizat
itu dengan tenteram tanpa khawatir orang-orang lihay yang
tamak lagi-lagi menyatroni kuilnya! Kemungkinan ini memang
ada.
Tetapi jika maksud To Siok Keng tadi dapat persetujuan,
sudah tentu Wei Beng Yan harus menyertainya, karena
pemuda itu mengetahui betul dimana letak kuil yang
dimaksud itu.

Sampul Maut 546


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Jadi siocia tetap bertekad herkunjung ke pegunungan


Ngo-tay-san?” tanya Lim Ceng Yao.
To Siok Keng mengangguk,
“Usaha pembasmian Pek Tiong Thian ini, bukan saja untuk
menyelamatkan kita dan kalangan Bulim,” katanya sengit,
“tetapi juga untuk membalaskan sakit hati ayah serta seluruh
keluargaku serentak!”
“Kalau begitu aku akan menyertaimu!” kata Wei Beng
Yan. Lalu ia menoleh kepada ketiga susioknya dan
melanjutkan.
“Tetapi dapatkah ke tiga susiok menyetujui kepergianku
ini?”
Ketiga orang yang ditanya itu dengan serentak
mengangguk, karena mereka menginsyafi tanpa Tok-beng-
oey-hong, Pek Tiong Thian sukar dilawan.
Bukan main girang si gadis, ia segera memberi hormat
seraya berkata.
“Ketiga Locianpwee tidak usah khawatir, sebelum ke dua
jahanam itu datang di sini, kita pasti sudah kembali!”
Setelah berkata begitu, ia segera berbalik dan mengajak
Wei Beng Yan berlalu.
Setibanya di luar, untuk beberapa saat lamanya, mereka
mengawasi ke empat lentera kertas yang bertulisan SEPULUH
HARI.

Sampul Maut 547


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Sumoay,” kata Wei Beng Yan cemas, “dapatkah kita


kembali dalam waktu sesingkat seperti telah dijanjikan oleh si
jahanam? Yalah sembilan hari?”
“Kita harus berusaha sedapat mungkin agar tidak
melampaui batas waktu itu!” sahut si gadis. “Ayolah kita
berangkat sekarang!”
Wei Beng Yan menoleh ke belakang dan masih melihat
ketiga susioknya sedang berdiri mengawasinya dari kejauhan,
ia memberi hormat lagi dan segera mengikuti To Siok Keng
yang sudah berjalan lebih dulu.
◄Y►
Setelah muda mudi itu tidak kelihatan lagi, terdengar Lim
Ceng Yao, berkata.
“Kini kita hanya bertiga dalam gedung ini.”
Song Thian Hui bersenyum dan berkata.
“Aku kira kita berlima atau bertiga itu sama saja!”
“Kita bertiga sudah lama mengangkat saudara,” kata Lee
Beng Yan, “dan aku merasa kalian memang bersungguh hati
ingin membantu aku, tetapi tidak demikian dengan To Siok
Keng, aku kira ia akan mendesak Wei Beng Yan agar tidak
kembali!”
“Ya, ia barusan bahkan mendesak dengan segala alasan!”
sahut Lim Ceng Yao.
Song Thian Hui tertawa.

Sampul Maut 548


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kita tidak usah memikiri mereka,” katanya, “bukankah


aku sudah mengatakan bahwa kita berlima atau bertiga itu
sama saja?”
Begitulah mereka masuk lagi ke dalam ruangan untuk
berlatih silat dan mengadakan latihan bersama.
Tengah mereka berlatih sambil memperbincangkan
siasat-siasat menghadapi musuh-musuh mereka pada
keesokan harinya, tiba-tiba Lo Hok masuk, ke dalam ruangan
itu seraya berkata.
“Cong Piauw-tauw! Di luar telah digantungi lagi empat
lentera kertas merah!”
Tanpa menunggu lagi Lim Ceng Yao segera meloncat dan
memburu keluar, dan betul saja, di dekat ke empat lentera
yang telah digantung di situ kemarin, tampak empat lentera
tambahan. Lentera-lentera itu selain bertulisan huruf PEK,
juga tertera tulisan.
“SEMBILAN HARI.”
“Hm! Rupanya bangsat itu takut kita lupa menghitung hari
sehingga ia merasa perlu untuk memperingatkan kita bahwa
jangka waktu kedatangannya di sini tinggal sembilan hari!”
kata Lee Beng Yan sengit.
“Aku mengetahui watak si jahanam she Pek, di samping
berangasan ia sangat kejam dan keji,” kata Lim Ceng Yao, “Ia
tentu belum berada di sekitar tempat ini karena aku
meragukan jika ia bisa bersikap sabar untuk tiap-tiap hari
menggantungi empat lentera di sini!”

Sampul Maut 549


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Dia tentu memerintahkan seseorang untuk melakukan


tugas ini,” kata Song Thian Hui.
“Ya, Hua Ceng Kin!” sahut Song Thian Hui.
“Jadi kalian menganggap Pek Tiong Thian masih berada
jauh dari tempat ini?” tanya Lee Beng Yan.
“Itulah maksudku!” sahut Lim Ceng Yao.
Lee Beng Yan bersenyum lebar dan berkata,
“Jika Pek Tiong Thian belum datang di sini, mengapa kita
sekarang tidak menggempur si nenek terlebih dulu?”
“Betul!” Song Thian Hui menyetujui saran itu.
“Malam ini Hua Ceng Kin tentu akan datang lagi untuk
menggantung lagi empat lentera-lentera yang bertulisan
DELAPAN HARI di sini, dan itulah kesempatan terbaik bagi kita
menyergap serta mengerubutinya!” kata Lee Beng Yan.
Song Than Hui dan Lim Ceng Yao menyetujui, maka
mereka segera masuk untuk mempersiapkan segala sesuatu
untuk membokong si nenek she Hua itu.
Malam harinya, mereka mencari tempat yang baik untuk
bersembunyi sambil menantikan datangnya lawan mereka.
Suasana gelap, tidak tampak bintang atau rembulan di
langit, kesunyian malam yang dingin itu kadang kala hanya
dipecahkan oleh desiran-desiran angin atau jeritan-jeritan
burung hantu yang menambah ketegangan bagi ketiga orang
yang sedang menantikan korbannya.

Sampul Maut 550


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Mereka bertiga sengaja mengenakan pakaian serba hitam


dan menentukan isyarat-isyarat yang hanya diketahui oleh
mereka saja.
Suasana gelap sekali sehingga sukar bagi mereka sendiri
untuk melihat benda atau orang yang berada dalam jarak
duapuluh meter.
Belum beberapa lama setelah lewat tengah malam, tiba-
tiba mereka mendengar suara derap kaki yang ditindakkan
enteng sekali, sayup-sayup derap kaki yang empuk serta pesat
itu membuktikan bahwa orang yang sedang mendatangi
adalah seorang yang sudah mahir betul ilmu meringankan
tubuhnya.
Mereka menahan napas sambil memperhatikan terus.
Tidak lama kemudian satu bayangan mencelat ke udara dan
dengan gaya yang menakjubkan sekali melayang melalui
tembok yang melingkari rumah gedung itu, ternyata orang itu
menenteng empat tentera kertas merah yang bertulisan
DELAPAN HARI!
Lee Beng Yan memberi isyarat agar kedua kawannya tidak
bertindak sembrono.
“Kita tunggu saja, setelah dia datang dekat sekali baru kita
sergap......” bisiknya.
Sambil berindap-indap orang itu yang belum dapat
dikenali wajahnya menghampiri terus. Tiba-tiba ia berhenti
sebentar dan celingukan ke kanan ke kiri, ketika merasa tidak
mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan, ia lalu
melanjutkan tindakannya.

Sampul Maut 551


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lee Beng Yan, Song Thian Hui ataupun Lim Ceng Yao,
ketiga orang ini sudah memiliki nama tenar dan disegani di
kalangan Bu-lim, namun pada saat segawat serta setegang itu,
mereka harus mengakui bahwa jantung mereka masing-
masing berdebar keras! Betapa tidak, orang yang sedang
mendatangi dengan langkah-langkah lincah serta sudah
diperhitungkan masak-masak itu ternyata membawa sebatang
tongkat di samping menenteng empat lentera kertas merah!
Meskipun demikian, mereka bertiga belum dapat
memastikan bahwa orang itu adalah si nenek Hua Ceng Kin.
Karena orang itu menenteng ke empat lentera kertas
demikian rupa sehingga wajahnya tetap tidak kelihatan!
Setelah orang itu berada cukup dekat dan sudah siap
menggantung keempat lentera yang dibawanya itu, tiba-
tiba......
“Terkam!!”
Lee Beng Yan berseru lantang agar kedua kawannya
mengikuti jejaknya menerkam dengan serentak.
Begitu mendengar komando itu, Lim Ceng Yao dan Song
Thian Hui segera meloncat keluar dari tempat persembunyian
mereka dan berusaha menghadang orang itu.
“Yaa.....!”
Pekik orang itu sambil mengelakkan terkaman Lee Beng
Yan, setelah itu sambil tetap memegangi keempat lentera
kertas, ia meloncat dan menyabetkan tongkatnya ke arah Lim
Ceng Yao dan Song Thian Hui.

Sampul Maut 552


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Suara serabutan terdengar, abu berterbangan


menyuramkan keadaan yang memang gelap itu. Cahaya satu-
satunya yang tidak begitu terang adalah cahaya yang
dipancarkan oleh keempat lentera kertas merah yang
ditenteng orang itu.
Lim Ceng Yao menghunus pedangnya dan menusuk ke
arah dada orang itu, tetapi lagi-lagi dengan gerakan yang
lincah sekali orang itu berhasil mengelakkan serangan itu.
Song Thian Hui jadi penasaran sekali, iapun meloncat dan
menerkam orang itu tetapi ia menjadi terkejut sekali tidak
dapat melihat lawannya, karena dengan satu tiupan saja,
orang itu berhasil memadamkan keempat lenteranya,
sehingga dengan tiba-tiba saja keadaan di situ jadi gelap
gulita. Dengan satu pekikan yang seram sekali orang itu
meninggalkan ketiga lawannya dalam keadaan terbengong.
“Lo Hok!” seru Lee Beng Yan, nyalakan penerangan!”
Dalam kegelapan tampak Lo Hok berlari-lari dari dalam.
Sejenak kemudian ia telah menyalakan lentera.
Setelah memeriksa lari sekitar pekarangan itu, Lee Beng
Yan dengan masgul lalu mengajak kedua kawannya masuk ke
dalam.
“Malam ini kita bertiga kurang cepat sehingga musuh kita
dapat meloloskan diri!” keluhnya.
“Dengan kegagalan kita ini, aku khawatir Hua Ceng Kin
tidak lagi berani datang pada malam berikutnya......” kata Lim
Ceng Yao.

Sampul Maut 553


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Lim Heng, apakah kau menganggap orang tadi adalah


Hua Ceng Kin?” tanya Song Thian Hui.
––––––––

JILID VIII

BAB 43
PERJUANGAN MENCAPAI CIT-PO-SIE

“Orang tadi pasti Hua Ceng Kin!”


“Bagaimana kau mengetahui, bukankah kita tidak bisa
melihat wajahnya?”
“Disamping gerakannya gesit luar bjasa, orang tadi pun
membawa tongkat -- suatu bukti nyata ia adalah Hua Ceng
Kin!”
“O.... ya, aku lupa pada kenyataan itu!”
“Tetapi tidak ada salahnya jika besok malam kita
mencoba menghadangnya lagi.”
“Dan kali ini kita harus bersembunyi di tiga tempat. Si
Jahanam tidak boleh lolos!”
Lee Beng Yan segera memanggil Lo Hok, setelah
mengisikki beberapa ucapan di dekat telinga pesuruh itu, ia
lalu mengajak Lim Ceng Yao dan Song Thian Hui beristirahat.
Tetapi apa yang terjadi pada saat ketiga orang itu
melepaskan lelahnya?

Sampul Maut 554


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Di depan pintu rumah gedung itu keesokan harinya telah


diketemukan secarik kertas yang penuh dengan coretan-
coretan tidak keruan. Tampak empat lentera kertas merah
yang kemarin malam ditenteng oleh Hua Ceng Kin sudah
tergantung dipayon gedung besar itu!
“DELAPAN HARI.”
Demikianlah dua perkataan yang tertulis di keempat
lentera itu!
Lee Beng Yan jadi gusar sekali, ia segera melepaskan
secarik kertas yang melekat di daun pintu dan membaca
isinya.
“Aku yang bernama Hua Ceng Kin mengaturkan
‘selamat’ kalian bertiga telah gagal menjebak aku!
Tetapi sayang aku tokh akhirnya berhasil juga
menggantung keempat lentera kertas ini!
Dan agar kalian bertiga dapat bersiap siaga menyambut
kedatanganku pada malam yang ketiga ini, aku tidak
berkeberatan untuk memberitahukan bahwa aku PASTI
datang lagi pada waktu yang sama seperti telah aku datang
malam yang kemarin!
Sekian saja, sampai jumpa lagi nanti malam!”
“Betul-betul kurang ajar si iblis wanita ini!” teriak Lee
Beng Yan. “Tetapi malam ini jangan harap kau dapat lolos!”
Tengah hari tiba yang kemudian diganti dengan
datangnya lohor, tidak lama kemudian kegelapan malampun
sudah membungkus suasana di situ.

Sampul Maut 555


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lee Beng Yan dan kedua kawannya tidak lagi mengenakan


pakaian serba hitam, bahkan lampu dinyalakan seluruhnya
hingga keadaan di seluruh pekarangan gedung itu jadi terang
benderang!
Mereka lalu mengambil tempat duduk tepat di tengah
pintu, di suatu bagian tertentu dan tidak kelihatan, Lo Hok
sudah bersiap-siap dengan panah dan busurnya.
Detik-detik dirasakan lewat lambat sekali, sebentar-
sebentar Lim Ceng Yao yang agaknya sudah hilang sabar,
berdiri dan meronda tempat di sekitar pekarangan, namun
tidak tampak tanda-tanda si nenek jahanam akan segera
muncul di situ.
Hingga menjelang tengah malam, mereka masih belum
juga melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan.
Beberapa saat telah lewat lagi dan tiba-tiba terdengar
suara tertawa cekikikan seperti suara tertawa kuntilanak,
itulah suara tertawa Hua Ceng Kin yang sangat tidak enak bagi
pendengaran siapapun. Ketiga orang itu segera mengerahkan
tenaga dalam mereka dan ketika mendengar suara tertawa itu
makin lama makin menjauh, mereka segera mengejar ke arah
datang suara tertawa tadi.
Tetapi setelah berlari-lari hampir satu lie, dan masih tidak
melihat orang yang tertawa seperti kuntilanak tadi, mereka
segera mengetahui bahwa mereka telah lagi-lagi tertipu!
“Kita telah dipancing hingga ke tempat ini, maka dengan
mudah saja Hua Ceng Kin akan menggantung lentera kertas
merahnya!” keluh Song Thian Hui.

Sampul Maut 556


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ayohlah kita lekas kembali!” kata Lim Ceng Yao sambil


mendahului meloncat balik diikuti oleh Lee Beng Yan dan Song
Thian Hui.
Mereka jadi gemas sekali ketika tiba di depan gedung Lee
Beng Yan, karena di depan tiang pintu telah tergantung
lentera kertas yang bertulisan.
“TUJUH HARI.”
“Kita telah dipermainkan oleh jahanam itu!” seru Lee
Beng Yan sambil membanting kakinya.
“Apa mau dikata?” sahut Song Thian Hui, “kita bertiga
telah ditipu mentah-mentah, kita hanya dapat menjaga lagi
pada esok malam.”
Tigapuluh Tiga
Demikianlah mereka menantikan lagi kedatangan Hua
Ceng Kin pada malam berikutnya, tetapi mereka senantiasa
dapat diingusi oleh si jahanam perempuan itu.
◄Y►
Sementara menantikan datangnya hari yang kesepuluh,
marilah kita tengok To Siok Keng dan Wei Beng Yan yang
tengah menuju ke pegunungan Ngo-tay-san. Pada suatu senja
kala mereka sudah tiba di kaki gunung tersebut.
Mereka tidak menginap di rumah penginapan, tetapi tidur
di dalam hutan di bawah kaki gunung itu.
“Suko,” kata To Siok Keng dengan paras gelisah, “apa
anggapan ketika susiokmu dengan kepergian kita ini?”

Sampul Maut 557


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wei Beng Yan yang tidak secerdik To Siok Keng selalu


mengukur orang lain seperti mengukur dirinya sendiri.
“Aku tak dapat membaca isi hati mereka, tetapi aku kira
mereka setuju kita pergi mencari benda mujizat Tok-beng-
oey-hong,” sahutnya.
“Aku kira mereka menganggap kita tak akan datang
kembali?”
“Tidak bisa jadi!”
“Kau mungkin tidak melihat wajah mereka, tetapi aku
masih sempat melihatnya. Mereka mencurigai kepergian kita
ini!”
“Tetapi kita tokh tidak bermaksud demikian!”
To Siok Keng berlagak bersikap hianat dengan
mengusulkan.
“Ini adalah kesempatan yang baik untuk kita
menyelamatkan diri. Kita sudah tiada di dalam gedung itu, dan
kita dapat menjauhkan diri dari Pek Tiong Thian!”
Wei Beng Yan terkejut mendengar usul itu, dan ia tak mau
percaya jika kupingnya mendengar ucapan begitu dari To Siok
Keng. Dengan kedua mata melotot ia berkata.
“Sumoay, apakah kau sedang bersenda-gurau! Misalnya
kita gagal mencari Tok-beng oey-hong, kita sudah berjanji
akan kembali, maka kita harus kembali. Tidak pantas jika kita
mengingkari janji kita sendiri!”
To Siok Keng tertawa dan menyahut.

Sampul Maut 558


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Suko, aku hanya berlagak saja. Aku tidak mengusulkan


itu dengan sungguh-sungguh!”
“Aku menyesal sekali sudah tidak mendengari nasehatmu
sehingga aku menjadi seorang yang tak berguna kini. Namun,
meskipun aku harus menghadapi maut, aku tak akan
mengingkari janji. Berhasil atau tidaknya kita peroleh Tok-
beng-oey-hong kita harus kembali sebelum Pek Tiong Thian
datang ke markas Lee susiok!”
“Aku hanya berdoa agar kita berhasil memperoleh Tok-
beng-oey-hong!”
Demikianlah mereka bercakap-cakap sambil meneruskan
perjalanan. Pada tengah hari mereka sudah tiba di kaki satu
jurang yang sangat tebing dan curam.
Wei Beng Yan segera mengenali bahwa jurang itu adalah
jurang Beng-keng-ya.
Mereka menjadi cemas ketika melihat tangga tali untuk
naik atau turun ke atas dari jurang itu sudah putus. Dilihat dari
keadaan, mungkin juga satu orang pun tidak ada dalam kuil
Cit-po-sie itu, sebab tangga tali yang putus itu tidak diganti.
Untuk turun dari atas ke bawah, orang masih dapat
melakukannya, tetapi untuk naik ke atas, rupanya sukar
sekali!
“Sumoay,” kata Wei Beng Yan, “apakah kita harus naik
juga ke atas puncak itu?”
“Mengapa tidak?”

Sampul Maut 559


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Tangga tali sudah diputus orang, bagaimana kita akan


naik?”
To Siok Keng mengawasi jurang itu dengan teliti, lalu
berkata.
“Jika orang-orang dari kuil Cit-po-sie bisa naik dan turun,
mengapa kita tidak bisa?”
“Tangga tali itu sudah putus, tetapi tidak diganti. Itu dapat
membuktikan bahwa kuil Cit-po-sie sudah tiada
penghuninya!”
“Apakah orang harus turun atau naik dengan mengandeli
tangga tali itu saja?”
Wei Beng Yan tak dapat menyahut.
To Siok Keng melanjutkan omongannya.
“Orang yang pertama naik ke atas jurang ini tentu tidak
naik dengan perantaraan tangga tali, bukan?”
Tetapi bagaimana kita dapat naik ke atas? Jurang ini
tebing sekali.”
“Tenagamu sudah banyak berkurang. Kau dapat
mengorek lubang di permukaan jurang ini dengan ujung
pedangmu, lalu lubang-lubang itu dapat digunakan sebagai
anak tangga untuk naik ke atas!”
“Sumoay! Jurang ini tinggi sekali. Jika aku harus naik
dengan mengorek-ngorek lubang dengan ujung pedangku,
sampai kapan baru kita sampai ke atas!”

Sampul Maut 560


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Jika kau ulet, selonjor besi dapat kau gosok sehingga


menjadi sebatang jarum!”
Wei Beng Yan segera mengerti maksud To Siok Keng, yang
selalu menganjurkannya agar jangan putus asa. Ia segera
mecabut pedangnya dan mulai mencongkel lubang untuk
dibuat tangga mendaki jurang yang tebing itu.
Setelah mencongkel beberapa lubang, Wei Beng Yan
segera mendaki dengan pelahan dan hati-hati sekali, diikuti
oleh To Siok Keng.
Pekerjaan itu memerlukan kesabaran, ketekunan dan
keuletan, mungkin juga mereka akan mengambil waktu
sampai tiga hari untuk tiba di atas jurang.
Apakah mereka akan berhasil mendaki jurang itu? Karena
itu berarti berada di permukaan jurang selama tiga hari tiga
malam tanpa makan dan minum? Tetapi mereka sudah
bertekad mendaki jurang itu dengan harapan berhasil mencari
Tok-beng-oey-hong di kuil Cit-po-sie, mereka maju terus!
Ketika sudah mendaki jurang itu selama setengah hari,
Wei Beng Yan berkata kepada To Siok Keng yang berada di
bawah kakinya.
“Sumoay, apakah kau merasa takut?”
“Ya! aku merasa takut!” sahut To Siok Keng.
“Sumoay, apa yang kau takuti? Misalnya kita jatuh dan
mati bersama di sini, aku kira sama saja seperti kita akan
tewas di gedungnya Lee Susiok! Pek Tiong Thian pasti datang

Sampul Maut 561


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

ke sana, dan tanpa Tok-beng-oey-hong kita tak dapat


melawan dia!”
“Suko, sekarang giliranku untuk mencongkel lubang.
Berikanlah pedang itu kepadaku!”
Dari atas Wei Beng Yan memberikan pedangnya kepada
To Siok Keng yang segera menusukkan ujung pedang itu ke
dalam permukaan jurang, dan ujung kakinya menendang
lubang, sehingga tubuhnya melonjak ke atas melewati Wei
Beng Yan dan secepat kilat menusukkan ujung pedangnya ke
permukaan jurang lagi.
Demikianlah mereka mencongkel lubang di permukaan
jurang itu dan mendaki jurang tersebut dengan ulet dan
tekun. Mereka kehujanan pada malam harinya, maka pada
keesokan harinya mereka sudah menjadi sangat letih.
Angin gunung meniup keras dan tiupan itu hanya tambah
mengganggu usaha mereka saja. Mereka sudah melupakan
bahaya, dan bertekad akan mendaki terus pantang mundur
walaupun apa yang akan terjadi. Waktu mereka tiba di birai
jurang lalu duduk untuk beristirahat di atas birai itu. Namun
mereka tak berani beristirahat terlalu lama, sebab sang waktu
mendesak terus. Sinar matahari menjemur kering pakaian
mereka yang basah dan mengangatkan tubuh, tetapi tak
dapat mengangkat perasaan lapar mereka.
Pada hari kedua, mereka merasa lebih letih lagi. Tapi
mereka tidak putus asa, mereka mendaki terus, hanya kini
tampak mereka mencongkel lebih lambat. Pada tengah
malamnya turun hujan besar lagi sehingga permukaan jurang
itu jadi makin licin. Mereka terpaksa berhenti sambil

Sampul Maut 562


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menempelkan tubuh di permukaan jurang itu. Kaki tangan


mereka menjadi kaku karena kedinginan. Jika lengah, maka
mereka pasti tergelincir dan jatuh terhampar di bawah! Tiba-
tiba Wei Beng Yan melantun.
“Angin utara meniup keras
Hujan lebat turun bebas,
Jika kita harus tewas,
Kita tewas menunaikan tugas!”
Suaranya bergema di pegunungan itu, dan mereka selalu
insaf akan kedudukan mereka yang sangat berbahaya.
Setelah hujan berhenti, mereka meneruskan mencongkel
lubang dan terus mendaki jurang!
Pada pagi hari yang ketiga, mereka sudah hampir tiba di
atas jurang. Mereka menjadi pening ketika menoleh ke
bawah!
“Sumoay, jika kita berhasil mendaki jurang ini, aku yakin
kitapun akan berhasil mencari Tok-beng-oey-hong dan
membasmi Pek Tiong Thian!” kata Wei Beng Yan.
To Siok Keng bersenyum dengan perasaan terhibur,
karena ia telah melihat bahwa Wei Beng Yan sudah mulai
memperoleh kembali kepercayaan atas dirinya sendiri.
Mereka mendaki terus dengan susah payah, dan empat
meter lagi mereka akan segera tiba di atas jurang. Tiba-tiba
Wei Beng Yan, merasa pusing dan kedua matanya gelap!
To Siok Keng juga melihat bahwa muka pemuda itu
mendadak menjadi pucat.

Sampul Maut 563


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Suko!” serunya “Kau mengapa? Kau berhenti dulu, biar


aku yang mendaki terus lalu menarik kau ke atas dengan tali!”
Wei Beng Yan memejamkan kedua matanya dan tidak
menyahut.
To Siok Keng menjadi gelisah. Ia berada di sebelah atas.
Apakah ia harus turun memegangi Wei Beng Yan, apakah ia
harus terus mendaki ke atas jurang, lalu mencari tali
mengangkat Wei Beng Yan?
Wei Beng Yan membuka kedua matanya dan berusaha
mendaki jurang itu lagi. Tetapi...... ia seolah-olah kehilangan
tenaga dan tak dapat memegang sesuatu di permukaan jurang
itu. Ia kejengkang ke belakang dan jatuh ke bawah!
Bukan main kaget To Siok Keng melihat kejadian itu. Ia
pejamkan kedua matanya dan menjerit.
Justru pada saat Wei Beng Yan terjengkang ke belakang,
satu tali lasso berhasil menjirat tubuhnya, dan ia terangkat ke
atas jurang!
Kejadian yang mujizat itu tak dapat dipercaya oleh To Siok
Keng. Apakah ia sedang bermimpi? Ia lekas mendaki lagi, dan
segera tiba di atas jurang di mana ia lihat Wei Beng Yan yang
masih belum sadar, telah diletakan di atas tanah dan tali lasso
masih menjirat tubuhnya.
To Siok Keng mencari penolong Sukonya, tetapi ia tak
melihat orang di sekitar tempat itu. Lalu ia buka tali lasso yang
menjirat tubuh Wei Beng Yan, mengurut beberapa urat
nadinya dan sejenak kemudian, Wei Beng Yan sudah sadar
lagi.

Sampul Maut 564


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Suko, kita sudah tiba di atas jurang!” seru si gadis girang.


“Sumoay, apakah kau yang telah menolong aku?” tanya
Wei Beng Yan.
To Siok Keng menggeleng-geleng kepalanya seraya
menyahut. “Bukan!”
Wei Beng Yan bangun dan menanya lagi.
“Jika bukan kau, siapakah yang telah menolong aku?”
“Akupun tidak tahu, aku hanya melihat tali lasso menjirat
tubuhmu dan kau terangkat ke atas jurang! Aku kira aku
sedang bermimpi menyaksikan kejadian yang mujizat itu!”
“Hm! Penolongku tentu masih berada di atas jurang ini,”
kata Wei Beng Yan “Ayoh, kita cari. Aku ingin menghaturkan
terima kasih kepadanya!”
Baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba tampak,
entah dari mana datangnya, seorang yang sudah sangat lanjut
usianya sudah berdiri di hadapan mereka. Rambut, alis,
jenggot dan kumis kakek itu sudah putih semua, tetapi kedua
matanya masih bersinar sekali dan mengenakan jubah putih,
sebelah tangannya memegang satu tongkat kayu dari dahan
pohon.
––––––––

BAB 44
KAKEK TUA DARI SIT-BIE-KENG

Sampul Maut 565


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Melihat orang itu, Wei Beng Yan dan To Siok Keng


terkejut sekali, tetapi mereka segera insyaf bahwa tentu
orang inilah yang telah menolong Wei Beng Yan barusan,
maka mereka segera berlutut.
Kakek itu segera mengebut lengan bajunya dan Wei Beng
Yan maupun To Siok Keng, yang sudah hampir berlutut
mendadak terangkat naik sehingga mereka jadi berdiri lagi!
Wei Beng Yan terhuyung ke samping, dan jika tidak
keburu ditahan oleh To Siok Keng, ia pasti sudah roboh
terkena dorongan tenaga kebutan lengan baju yang ternyata
hebat sekali itu.
“Seumur hidupku, aku tidak pernah menolong ataupun
menganiaya orang!” kata kakek itu ketus. “Kalian tidak usah
menghaturkan terima kasih!”
Wei Beng Yan lekas-lekas mengangkat kedua tangannya
memberi hormat seraya berkata.
“Locianpwee, jika aku tidak ditolong barusan, maka pasti
sudah menjadi mayat!”
Kakek itu agaknya berpikir, lama juga baru ia menyahut.
“Kau telah menolong dirimu sendiri!”
“Bukankah Locianpwee yang telah menjirat aku dengan
tali lasso barusan?”
“Aku telah mengatakan tadi bahwa seumur hidup aku
tidak pernah menolong atau menganiaya orang! Tapi setelah
menyaksikan kau bertekad dan bergiat mendaki jurang yang
tebing dan berbahaya ini, aku terpaksa harus mengulurkan

Sampul Maut 566


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tangan menolongmu ketika kau pingsan dan tidak berdaya


mengendalikan dirimu lagi! Kaulah yang menjadi sebab
sehingga aku terpaksa menolong juga.”
Sahutan kakek itu betul-betul sangat ganjil. Itu berarti
bahwa Wei Beng Yan sajalah yang pernah menerima
pertolongan kakek sakti itu.
Setelah rasa bingungnya agak reda, To Siok Keng lalu
berkata.
“Locianpwee, bolehkah aku yang rendah mengetahui
nama besar Locianpwee?”
“He, hee, hee! Menyesal sekali aku tidak mempunyai
nama,” sahut kakek itu. “Aku sekarang sudah hampir masuk
ke liang kubur sehingga tidak perlu lagi aku memusingkan otak
untuk memilih-milih nama!” ia berhenti sejenak untuk
mengawasi Wei Beng Yan dan To Siok Keng. Kemudian ia
melanjutkan.
“Kalian berdua sudah tidak menghiraukan bahaya, apa
maksud kalian mendaki jurang ini?”
To Siok Keng menoleh ke arah Wei Beng Yan untuk
kemudian mengalihkan lagi pandangannya ke arah si kakek
seraya berkata.
“Kisahnya panjang sekali!”
Si kakek bersenyum dan berkata.
“Meskipun demikian aku mau juga mengetahui kisah yang
panjang itu!”

Sampul Maut 567


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

To Siok Keng tidak lantas menyahut, parasnya yang sangat


letih ternyata dapat dilihat oleh kakek yang bermata sangat
tajam itu.
“Marilah kita mencari barang makanan dulu, baru
kemudian kalian menceritakan kisah yang panjang itu, karena
kalau aku mendesak agar kau menceritakan sekarang juga
pasti kau akan semaput!”
“Kita telah berada di atas jurang itu selama dua hari, aku
merasa sangat lapar!” sahut Wei Beng Yan.
Si kakek tertawa berkakakan dan berkata.
“Baiklah, aku saja yang menceritakan tentang diriku
terlebih dulu. Aku datang dari Sit-bie-keng dengan maksud
menjumpai pendeta tua yang tinggal dalam kuil Cit-po-sie ini.
Tetapi...... sayang si pendeta tua ternyata telah meninggal
dunia. Ayohlah kita mencari makanan dulu, baru kemudian
kita bicara lagi!”
To Siok Keng terperanjat sekali mendengar nama tempat
asal kakek itu, karena ia agaknya pernah mendengar nama
tempat itu.
“Ayohlah, nona kecil!” kata lagi si kakek, “kaulah yang
harus pergi mencari makanan, kawanmu ini sudah kehabisan
tenaga!”
To Siok Keng lekas-lekas berlari ke arah kuil untuk mencari
apa saja yang masih dapat dimakan.
Seperginya gadis itu, si kakek lalu mengawasi wajah Wei
Beng Yan dan berkata.

Sampul Maut 568


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Dasar dan pengawakanmu bagus sekali untuk mejadi


seorang jago silat kelas utama!”
“Aku telah dianiaya orang sehingga tenagaku hilang sama
sekali!” sahut Wei Beng Yan cemas.
“Jangan khawatir, nak! Aku rasa aku masih mungkin
menolongmu!”
Wei Beng Yan jadi berlinang air mata karena girangnya.
Tetapi girangnya dilenyapkan dengan ucapan orang sakti
itu yang menjelaskan caranya memulihkan tenaga dan
semangatnya.
“Tenaga dan semangatmu sudah berkurang lebih dari
separuh! Sekarang aku harus membebaskan jalan-jalan
darahmu yang tersumbat oleh racun agar darah itu dapat
menyembuhkan luka-luka di dalam tubuhmu! Maka setelah
lewat tujuh hari, luka-luka di dalam tubuhmu itu akan
sembuh. Seterusnya, tiap-tiap lewat tujuh hari, tenaga dan
semangatmu pulih sepuluh persen, dan setelah lewat
tujuhpuluh hari, kau akan menjadi sembuh dan sehat
sebagaimana sediakala!”
Mendengar penjelasan itu, Wei Beng Yan menjadi kecewa
lagi, dan ia menanya.
“Locianpwee, apakah kau tak dapat memulihkan tenaga
dan semangatku dalam jangka waktu tujuh hari?”
Orang sakti itu menggeleng-geleng kepala seraya
menyahut.

Sampul Maut 569


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Di waktu aku belajar silat, mungkin ayahmu belum


terlahir. Selama seratus tahun lebih aku belum pernah
mengetahui cara memulihkan tenaga dan semangat dalam
jangka waktu tujuh hari!”
Wei Beng Yan menarik napas dan ia merasa kecewa sekali
yang ia tak akan dapat berbuat apa-apa untuk menggempur
Pek Tiong Thian jika tenaga dan semangatnya tidak pulih.
Si kakek bersenyum dan berkata pula.
“Aku tadi bilang bahwa selama seratus tahun lebih aku
belum pernah mengetahui cara memulihkan tenaga dan
semangat dalam jangka waktu tujuh hari, itu adalah sekedar
untuk menguji dan mengetahui maksudmu yang ingin lekas-
lekas sembuh!”
Wei Beng Yan meringis sambil menatap kakek itu.
“Sebetulnya aku pernah juga mempelajari ilmu
memulihkan tenaga yang terkena racun dalam jangka waktu
satu minggu seperti yang kau telah katakan tadi,” kata lagi si
kakek, “tetapi...... akibat dari pada pengobatan ini sangat
tidak enak, menyakitkan sekali! Sekujur tubuhmu akan
merasakan suatu yang betul-betul sangat tidak tertahankan,
selama tenaga pijatanku belum berhasil mengusir atau
memunahkan semua racun-racun di tubuhmu itu......”
Wei Beng Yan yang sudah bersumpah untuk membalas
dendam, meski dengan cara bagaimanapun, segera berlulut di
hadapan kakek itu seraya berkata.
“Locianpwe, aku bersedia menerima semua akibat itu!”

Sampul Maut 570


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Si kakek menatap wajah Wei Beng Yan sambil bersenyum,


tapi mendadak wajahnya berubah jadi sungguh-sungguh dan
berkata.
“Mengingat tugasmu belum terlaksanakan, dan orang
yang ingin kau basmi itu adalah satu jahanam keji, maka aku
akan mencoba menolongmu!”
Setelah berkata begitu, si kakek segera menghampiri
untuk kemudian mengurut seluruh tubuh pemuda she Wei
itu.
Selang beberapa saat, betul saja, Wei Beng Yan jadi
meringis-ringis, wajahnya yang pucat berubah merah lalu
dengan tiba-tiba pula berubah jadi pucat lagi. Tubuhnya
mengeluarkan keringat dan menggigil keras seperti orang
yang menderita demam hebat!
Tatkala si kakek selesai dengan cara pengobatannya yang
ganjil itu, mendadak Wei Beng Yan memekik seperti orang
yang kehilangan ingatannya sambil melonjak ke atas untuk
kemudian terbanting di tanah tidak sadarkan diri!
To Siok Keng yang tidak berhasil menemukan barang
makanan dari dalam kuil Cit-po-sie sudah berada di situ lagi, ia
terkejut bukan main melihat keadaan Wei Beng Yan itu. Ia
mengulur tangannya untuk menolong, tapi begitu tangannya
bersentuhan dengan tubuh pemuda itu, mendadak berseru.
“Aai!”
Karena tubuh pemuda itu dirasakannya seperti membara,
panas sekali! Ia mengawasi kakek itu seolah-olah ingin
menanya apa yang telah terjadi dengan Suko nya itu.

Sampul Maut 571


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Jangan khawatir nak,” kata .si kakek tenang. “kawanmu


sedang melalui saat gawat. Sedikit waktu kemudian dia pasti
akan sembuh!”
Tubuh Wei Beng Yan perlahan-lahan berhenti menggigil,
hawa panas yang keluar dari tubuhnya pun sedikit-sedikit
mereda. Ia membuka matanya dan melihat To Siok Keng dan
kakek itu tengah berduduk mengawasinya.
“Suko,” kata To Siok Keng. “bagaimana rasanya
sekarang?”
Sambil meringis-ringis Wei Beng Yan lalu berkata.
“Rasanya...... tenagaku sudah hilang sama sekali!”
“Menghilangnya tenagamu itu hanya bersifat sementara
saja!” kata si kakek, “Kau harus berusaha menenangkan
pikiranmu. Aku berani memastikan dalam duabelas jam saja
kesehatan serta tenagamu sudah kembali lagi.”
Ia merogoh sakunya seraya melanjutkan.
“Karena kau tidak berhasil menemukan makanan maka
makanlah barang kering ini!”
Sambil berkata demikian, si kakek mengangsurkan
tangannya yang memegang satu bungkusan kecil, yang
setelah dibuka oleh To Siok Keng ternyata berisikan barang
makanan kering yang berupa buah-buahan.
Tanpa sungkan-sungkan lagi Wei Beng Yan dan To Siok
Keng segera menghabisi isi bungkusan itu.
“Locianpwee,” kata To Siok Keng setelah selesai makan.
“Aku sudah tidak berhasil menemukan Tok-beng-oey-hong

Sampul Maut 572


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

dalam kuil Cit-po-sie, apakah lo-cianpwee sudi menolong kita


membasmi si jahanam Pek Tiong Thian?”
“Mengapa kalian jadi bermusuhan dengan orang itu?”
tanya si kakek.
Wei Beng Yan lalu menceritakan segala malapetaka yang
telah menimpa dirinya, bagaimana Pek Tiong Thian telah
menyamar sebagai Ji Cu Lok dan mengacau balaukan kalangan
Bu-lim. Ia menceritakan juga tentang Ouw Lo Si yang telah
dengan keji sekali memberikan padanya TIGA SAMPUL MAUT!
Kakek itu tiba-tiba jadi gemas setelah mendengar kisah
itu.
“Jahanam itu harus dibasmi!” geramnya.
“Jika Locianpwe tidak membantu kita, kalangan Bu-lim
pasti hancur lebur diacak-acak oleh jahanam itu!” seru To Siok
Keng.
Kakek itu menghela napas panjang.
“Aai itulah takdir yang tidak bisa ditentang oleh
siapapun!” keluhnya.
Setelah berkata demikian, si kakek segera menotok ujung
tongkatnya, bersamaan dengan itu, tampak tubuhnya
mencetat ke atas untuk kemudian berlari meninggalkan kedua
muda-mudi itu.
“Locianpwee!” seru Wei Beng Yan. “Tunggu sebentar, aku
masih ingin minta petunjuk-petunjuk!”
Si kakek tidak menghiraukan panggilan itu, ia meloncat
dan menghilang ke bawah jurang yang curam.

Sampul Maut 573


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ai! Sayang sekali!” kata To Siok Keng, “Orang sakti itu


pasti mampu menggempur Pek Tiong Thian!”
“Kita akan mencari di tempat tinggalnya!”
“Ia hanya mengatakan tempat tinggalnya di Sit-bie-keng,
tahukah kau dimana letak tempat itu?”
Dengan perasaan gelisah Wei Beng Yan lalu memejamkan
matanya untuk beristirahat sebentar. Setelah lewat setengah
jam, ia merasa perlahan-lahan tenaganya sudah mulai kembali
lagi, maka pada keesokan harinya ia segera mengajak To Siok
Keng, meninggalkan jurang itu.
Ketika mereka tiba di Rumah Lee Beng Yan, di depan
rumah itu mereka melihat lentera kertas merah yang
bertulisan.
“SATU HARI.”
Itu berarti mereka sudah kembali tepat pada waktunya,
yalah hari yang kesepuluh.
Tigapuluh Empat
Mereka segera masuk ke rumah gedung itu, dan ketika
tiba di luar ruangan untuk berlatih silat, Lim Ceng Yao dan
Song Thian Hui yang kebetulan berada di situ jadi kaget sekali.
Lee Beng Yan berjalan menghampiri dari lain ruangan
seraya berkata.
“Lim-heng dan Song-heng tentu sekarang baru percaya
omonganku bahwa kedua muda-mudi ini akan kembali,
bukan?”

Sampul Maut 574


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku minta maaf kepada Beng Yan dan To siocia atas


tafsiranku yang tidak baik itu!” kata Lim Ceng Yao jengah.
“Bagaimana hasilnya?” tanya Lee Beng Yan, “Apakah
kalian sudah berhasil menemui Tok-beng-oey-hong?”
Dengan nada yang kecewa To Siok Keng menyahut.
“Menyesal sekali kita gagal memperoleh benda itu!”
“Tanpa Tok-beng-oey-hong, kita hanya menunggu
waktunya untuk mati di sini!”
◄Y►
Belum selesai ucapan itu, ketika terdengar suara orang
tertawa dari luar seraya mengejek.
“Betul! Kalian sudah mengetahui bahwa kalian hanya
menunggu waktunya untuk mati! Ha, ha, ha!”
Mereka terkejut, dan menoleh kejurusan suara ejekan itu.
Mereka mengawasi dengan mata terbetalak seorang nenek
yang mukanya sangat jelek dan kejam berjalan dengan
berlagak sekali.
Nenek itu bersenjata satu toya kayu, dan di belakangnya
tampak seorang berjalan dengan gagah dengan wajah seperti
burung elang dengan kedua mata yang bersinar!
Kedua orang itu telah mendobrak pintu tembok di depan,
dan berjalan masuk menghampiri mereka di ruangan untuk
berlatih silat.
Nenek itu adalah Hua Ceng Kin, si jahanam tuaan dari
Soat-hay-siang-hiong, dan si muka burung elang adalah Pek
Tiong Thian binatang buas dalam bentuk manusia!

Sampul Maut 575


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lee Beng Yan, Lim Ceng Yao, Song Thian Hui, Wei Beng
Yan dan To Siok Keng melangkah mundur ketika kedua
jahanam itu datang menghampiri. Setelah Pek Tiong Thian
masuk ke dalam ruangan untuk berlatih silat, ia mengawasi
musuhnya dengan sikap yang mengejek, dan ia kelihatan
gembira sekali setelah melihat Wei Beng Yan dan To Siok Keng
juga berada di situ. Ia lalu berkata dengan lantang dan
congkak.
“Aku tidak menduga aku juga dapat menjumpai kedua
anak anjing ini! Apakah kedua anak anjing ini sudah
mengetahui bahwa aku akan datang ke sini? Ha, ha, ha!”
Wei Beng Yan gelisah memikiri tenaga dan semangatnya
yang masih belum pulih dan ia tak dapat menggempur iblis itu
dengan ilmu Thay-yang-sin-jiauw.
Hanya To Siok Keng yang agak tenang, dan ia berbisik.
“Kita akan bertempur dengan rencana yang sudah kita
tetapkan. Lim Tay-hiap, musuh Suko ku Hua Ceng Kin, adalah
makanan Tay-hiap!”
Mereka sudah mengetahui bahwa jika mereka tidak
bertempur dengan sekuat tenaga, mereka pasti tewas. Maka
setelah mendengar bisikan To Siok Keng, dengan pedang
terhunus Lim Ceng Yao meloncat dan menusuk pundak Hua
Ceng Kin dengan jurus Liu-seng-pun-gwat (Bintang sapu
mengejar bulan)!
Hua Ceng Kin telah berhasil mengajak Pek Tiong Thian
menggempur musuh-musuhnya dengan omongan bahwa Wei
Beng Yan dan To Siok Keng sedang bersembunyi di markas Lee

Sampul Maut 576


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Beng Yan. Dan setelah Pek Tiong Thian melawan Wei Beng
Yan di atas puncak Cie-sin-hong, jahanam itu sudah mulai
mengetahui bahwa ilmu Wei Beng Yan dapat dilawan dengan
Ciam-hua-giok-siu. Hanya ia masih belum dapat memastikan
sampai di mana kelihayan Thay-yang-sin-jiauw yang
sebenarnya.
Hua Ceng Kin merasa tenang melawan semua musuh-
musuh yang ia hadapi, karena yakin bahwa musuh-musuhnya
itu kelak akan dilalap oleh Pek Tiong Thian.
Ketika ujung pedang Lim Ceng Yao hampir menusuk
pundaknya, dengan melangkah mundur satu tindak ia tangkis
tusukan pedang itu.
––––––––

BAB 45
SUMPAH BALAS DENDAM TERPENUHI

Sebetulnya Lim Ceng Yao telah mengerahkan seluruh


tenaganya untuk menusuk musuhnya itu, karena ia yakin
bahwa tusukannya itu pasti tidak gagal! Setelah tusukannya
ditangkis, ia menarik pedangnya dan secepat kilat membacok
ke kepala Hua Ceng Kin!
Iblis wanita itu betul-betul lihay, ia mengegos ke samping
sambil menyapu betis Lim Ceng Yao dengan toya kayunya.
Bukan main gemas si orang she Lim, bukan saja
serangannya itu tidak mengenai sasarannya, bahkan ia

Sampul Maut 577


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menjadi sibuk meloncat untuk menghindari sapuan toya kayu


lawannya itu.
Hua Ceng Kin segera mengetahui bahwa lawannya itu
gesit sekali. Ia lekas-lekas menyerang untuk mengetahui
betapa kuat pertahanan lawannya itu dengan lagi-lagi
menyapu ke arah badan bawah tubuh Lim Ceng Yao yang
tampak mengapung ke atas untuk kemudian melayang jauh ke
belakang.
Hua Ceng Kin merasa heran juga melihat lawannya itu
tidak balas menusuk dengan pedangnya, padahal kesempatan
untuk melakukan itu terbuka lebar sekali. Ia tidak mengetahui
bahwa Lim Ceng Yao yang sudak kawakan merasa khawatir
terjebak jika menusuk iblis yang keji itu.
Selagi si iblis wanita bingung itulah, Lim Ceng Yao
memutar pedangnya secepat kilat sehingga hembusan angin
pedang mendesing dan sinar yang menyilaukan mata
berpantulan.
Hua Ceng Kin dengan berani melangkah maju dan
menangkis toyanya......
“Ting!”
Pedang Lim Ceng Yao terpukul tetapi...... dari bawah
pedang itu berputar untuk kemudian menyodok ke arah dada.
Hua Ceng Kin menjerit bahwa kagetnya, lekas-lekas ia
meloncat mundur untuk mengelakkan tusukan itu, namun
ujung pedang sudah bergerak lebih cepat lagi, dadanya
tergores dan mengeluarkan darah banyak sekali.

Sampul Maut 578


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Lim Ceng Yao yang tidak mau menyia-nyiakan


kesempatan yang baik itu segera meloncat sambil
mengemplang dengan pedangnya, tetapi tiba-tiba tampak ia
terhuyung ke samping dan roboh!
“Jahanam!” bentak Lee Beng Yan sengit, “kau sudah
membokong kawanku!”
“Ha, ha, ha! Aku membokong? Aku hanya sekedar
membantu kawanku yang sudah tergores dadanya!” sahut
Pek Tiong Thian yang sementara pertarungan tadi
berlangsung belum mau bertempur melawan musuh-
musuhnya.
Setelah berkata demikian ia lalu melangkah mundur
khawatir diserang oleh Wei Beng Yan. Ia telah diserang oleh
Thay-yang-sin-jiauw di atas puncak Cie-sin-hong, tetapi ia
berhasil mengelakkan serangan yang terkenal itu berkat
bantuan Ciam-hua-giok-siu. Dengan demikian, dia adalah
orang satu-satunya yang tidak tewas terkena serangan ilmu
tersebut.
Ia lalu mengeluarkan sarung mujizatnya dan mengejek.
“Hm! Rupanya kalian berempat ingin mengerubuti aku
seorang, ya?”
Lee Beng Yan jadi gelisah sekali melihat Lim Ceng Yao
sudah dilukai oleh Pek Tiong Thian.
“Dapatkah Song Thian Hui, To Siok Keng dan aku sendirian
lawan jahanam she Pek ini?” tanyanya dalam hati, “Wei Beng
Yan kini masih merupakan “kartu mati”!”

Sampul Maut 579


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Belum lagi ia mengambil keputusan, tampak Hua Ceng Kin


sudah berdiri di samping kawannya.
Wei Beng Yan menatap Pek Tiong Thian. Ia merasa gelisah
sekali, tetapi ia harus bersikap tenang, agar musuhnya tidak
mengetahui bahwa tenaga dan semangatnya sudah banyak
berkurang sehingga ia belum bisa melancarkan Thay-yang-sin-
jiauw.
Dengan nada yang mengejek, Pek Tiong Thian berkata.
“Empat jago silat nomor wahid bertarung melawan aku
seorang! Apa kata orang di kalangan Bu-lim nanti jika mereka
mengetahui hal ini? Aku tak gentar melawan kalian semua!
Ayoh! Kalian boleh menyerang!”
Ia berjalan maju dua langkah.
Wei Beng Yan juga berjalan maju dua langkah dan
berkata.
“Hei, Pek Tiong Thian! Kau salah! ‘Mengapa kita berempat
menggempur kau seorang? Aku sendiri cukup untuk
mengkeremusmu!”
Lee Beng Yan dan kawan-kawannya tidak mengerti
maksudnya Wei Beng Yan, tetapi tidak demikian dengan To
Siok Keng, ia sudah mengetahui siasatnya, maka lekas-lekas ia
berkata dengan suara yang lantang.
“Betul! Tay-yang-sin-jauw dapat menghajar jahanam yang
pernah menyamar sebagai Yu Leng! Suko, biarlah jahanam itu
merasai Thay-yang-sin-jiauw!”

Sampul Maut 580


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dengan tak terasa Pek Tiong Thian mundur lagi dua


langkah mendengar anjuran gadis cerdik itu kepada saudara
seperguruannya.
Wei Beng Yan membentak lagi.
“Hei! Jahanam she Pek! Sebetulnya kau harus diganyang
dengan Thay-yang-sin-jiauw jika melihat perbuatanmu yang
sangat terkutuk! Namun sebelum guruku meninggal dunia, ia
pernah memperingatkan aku untuk mengampuni orang jika
perlu. Tetapi Hua Ceng Kin itu tak dapat aku ampuni. Aku ingin
membunuh jahanam itu, dan aku dapat mengampuni jika kau
berjanji merubah sepak terjangmu dan menjadi orang yang
baik!”
“Kau dapat mengancam aku, tetapi aku tak gentar,” sahut
Pek Tiong Thian. “Aku datang ke sini dengan maksud
mengirim kalian ke neraka! Kau boleh melancarkan Thay-
yang-sin-jiauw. Aku tak gentar!”
Ia mengatakan itu karena yakin bahwa ia dapat melawan
Wei Beng Yan dengan sarung tangan mujizat Ciam-hua-giok-
siu. Di atas puncak Cie-sin-hong sarung tangan itu telah
melindunginya dari Thay-yang-sin-jiauw. Ketika itu ia tidak
binasa karena Wei Beng Yan tak dapat mengerahkan tenaga
dalamnya seratus persen.
“Sekarang juga kau akan kugempur dengan ilmu yang
dahsyat itu!” kata Wei Beng Yan sambil mengangkat lengan
kanannya!
Lengan yang diangkat itu sudah mencekal pedang pusaka
ayahnya.

Sampul Maut 581


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Tiba-tiba ia meloncat ke depan dan menusuk.


Pek Tiong Thian yang selalu mengawasi gerak-gerik Wei
Beng Yan, dan mengira ia akan diserang dengan Thay-yang-
sin-jiauw, dapat mengegosi tusukan maut itu dengan
mengebat Ciam-hua-giok-siu. Pada waktu itu juga ia sudah
dapat melihat bahwa tenaga yang dikerahkan oleh itu
pemuda sangat lemah, seolah-olah dilancarkan oleh satu anak
kecil!
“Apakah ia sudah tak mampu melancarkan Thay-yang-sin-
jiauw?” pikirnya.
Tusukan tadi sudah diperhitungkan dengan masak-masak
agar dapat menusuk mati Pek Tiong Thian dalam satu gerak
saja! Tetapi Pek Tiong Thian yang sudah mempelajari dan
berlatih ilmu silat dari kitab Jit-gwat-po-lek, betul-betul sangat
tangkas. Ciam-hua-giok-siu dikebat, dan pedang pusaka Wei
Beng Yan terpental ke samping!
Meski Wei Beng Yan menusuknya dalam keadaan sehat
wal’afiat sekalipun, Ciam-hua-giok-siu pasti dapat
menghindarkan segala serangan-serangannya itu kecuali
serangan-serangan Thay-yang-sin-jiauw dan Tok-beng-oey-
hong!
Thay-yang-sin-jiauw tak dapat dilancarkan dengan tenaga
dalam yang lemah, dan Tok-beng-oey-hong-pun tidak dimiliki!
Keadaan pihak Lee Beng Yan betul-betul gawat!
Dengan terpentalnya pedang pusaka itu maka dada Wei
Beng Yan merupakan sasaran yang mudah diserang karena
kedua tangan atau lengannya terbentang lebar-lebar.

Sampul Maut 582


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Satu tinju segera dikirim oleh Pek Tiong Thian dengan


tenaga dalam hebat dan secepat kilat, untuk menonjok dada
pemuda she Wei itu.
To Siok Keng yang mengawasi dengan cermat serangan
Wei Beng Yan tadi, dan melihat juga tusukan maut itu
ditangkis, segera mendorong Wei Beng Yan ke pinggir dan
berhasil menghindarkan Wei Beng Yan dari jotosan mautnya
Pek Tiong Thian.
Tetapi tidak urung hembusan angin dari jotosan maut itu
telah mengenakan juga pundak kirinya Wei Beng Yan. Dan
setelah ia didorong ke samping, dengan wajah pucat ia lekas-
lekas mengerahkan tenaga dalamnya sambil menahan sakit.
Pek Tiong Thian gagal membunuh dengan jotosannya, dan
ia ingat akan pertarungan di atas puncak Cie-sin-hong ketika
To Siok Keng telah menipu dia dengan Tok-beng-oey-hong
yang palsu, sehingga mereka berhasil melarikan diri. Ia
menjadi murka sekali. Ia kebat Ciam-hua-giok-siu.
Tetapi Wei Beng Yan sudah meloncat ke belakang dan
menjotos punggungnya.
Dengan cepat Pek Tiong Thian berbalik dan berhasil
mencekal tinjunya Wei Beng Yan, dengan demikian ia gagal
menghajar To Siok Keng dengan Ciam-hua-giok-siu!
Wei Beng Yan merasa seolah-olah tangan dan kelima
jarinya dikeramas hancur. Ketika ia merasa cemas sekali, tiba-
tiba tampak Pek Tiong Thian mendorongnya sehingga ia roboh
tertelentang!”

Sampul Maut 583


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Itulah ilmu apa yang disebut Sit-gu-ciong-sin (Badak


menyeruduk gunung).
Sementara itu. Song Thian Hui sudah melawan Hua Ceng
Kin yang sudah berhasil mengemplang Lee Beng Yan dengan
toya kayunya.
“Suko, seru To Siok Keng sambil menghampiri Wei Beng
Yan yang masih menggeletak di lantai. “Kau harus melarikan
diri sekarang!”
“Tidak!” sahut si pemuda she Wei gemas.
“Semangat serta tenagamu belum pulih semua, dan kau
kini sudah dilukai lagi. Bukankah jika kau mati sekarang,
dendam ayahmu bakal tidak terbalaskan?”
Wei Beng Yan mengerti akan maksud To Siok Keng itu.
Karena untuk membunuh Pek Tiong Thian yang
berkepandaian tinggi sekali, hanya benda mujizat Tok-beng-
oey-hong dan ilmu Thay-yang-sin-jiauw saja yang masih
mampu melaksanakan tugas itu.
Ia juga menginsafi akan maksud gadis itu yang sudah
bertekad mengorbankan jiwanya untuk melawan si jahanam
she Pek, agar ia dapat kesempatan untuk melarikan diri.
Tapi justru pengorbanan inilah yang membuat hatinya
berat meninggalkan tempat itu, karena sejak gadis itu nyaris
dibakar oleh Siauw Bie di pegunungan Oey-san, ia sudah jatuh
cinta kepada gadis she To itu.

Sampul Maut 584


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Kini ia didesak untuk melarikan diri dan membiarkan


kekasihnya diganyang oleh jahanam itu...... Ia lebih suka
dibunuh dan mati bersama-sama gadis itu!
“Suko,” kata lagi To Siok Keng, “Ayohlah lekas tinggalkan
tempat ini!”
“Tidak! Aku ingin mati bersama-samamu di sini!” sahut
Wei Beng Yan.
Sementara itu, Lee Beng Yan sudah menyerang Pek Tiong
Thian dengan rantai besi yang panjangnya kira-kira satu meter
setengah dan dapat menyabet musuh dengan hebat.
Rantai besi yang diputar-putar itu mendesing dan
mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Lee Beng Yan
sangat dimalui di kalangan kang-ouw, karena dengan
senjatanya yang ampuh itu ia pernah berkali-kali membasmi
musuh yang jauh lebih besar jumlahnya, dan ia telah terkenal
sebagai seorang yang luhur serta budiman.
Kini ia berhasil menahan Pek Tiong Thian menyergap Wei
Beng Yan yang barusan dibikin tidak berdaya.
Pek Tiong Thian yang telah memiliki kepandaian demikian
hebat, menganggap Lee Beng Yan sebagai seorang lawan yang
tidak ada artinya sama sekali. Hanya dengan meloncat ke
kanan dan ke kiri saja, ia sudah bisa menghindarkan sabetan-
sabetan rantai besi lawannya itu.
Karena sudah ingin lekas-lekas membunuh Wei Beng Yan,
Pek Tiong Thian lalu mendesak Lee Beng Yan dengan jotosan-
jotosan yang dikerahkan dalam jurus Pau-hong-to-hay atau
Angin taufan menggolakkan lautan.

Sampul Maut 585


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Selagi melayani Pek Tiong Thian, Lee Beng Yan dapat


mendengar permintaan To Siok Keng agar Wei Beng Yan
lekas-lekas meninggalkan tempat itu, dan penolakan si
pemuda she Wei membikin hatinya cemas sekali.
“To siocia!” serunya lantang sambil menyabetkan rantai
besinya, “Kau harus membawa Wei Beng Yan berlalu dari sini.
Biarlah kita bertiga yang mati di tangan jahanam ini!”
“Ha, ha, ha! Gampang saja kau mementang bacot!” ejek
Pek Tiong Thian.
Selesainya kata-kata itu, tampak tubuh Pek Tiong Thian
mencelat ke atas untuk menghadang jalan keluar dari tempat
itu.
Song Thian Hui yang sedang melawan Hua Ceng Kin, tiba-
tiba melepaskan lawannya untuk membantu dan menghajar
kepada Pek Tiong Thian yang baru saja menginjakkan kakinya
di atas lantai lagi.
Tetapi mendadak si orang she Song menjerit seram
dengan wajah bermandikan darah. Setelah terhuyung sejenak
ia roboh untuk tidak bangun lagi.
Melihat keadan yang sudah betul-betul membahayakan
sekali itu, To Siok Keng segera membetot tangan Wei Beng
Yan dan melarikan diri.
Pek Tiong Thian jadi gusar sekali, baru ia ingin mengejar
tiba-tiba Lee Beng Yan menghadang di hadapannya, maka
terpaksa ia harus melayani lawannya itu.

Sampul Maut 586


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Baru saja tiba di luar pintu ruangan untuk berlatih silat itu,
To Siok Keng dan Wei Beng Yan dikejutkan oleh suara
seseorang yang melengking tinggi.
“Hee, hee, hee! Kalian ingin melarikan diri ke mana?”
To Siok Keng segera mengenali suara orang yang
mengejar mereka itu, ialah Hua Ceng Kin. Ia tidak menoleh
ataupun menghentikan langkahnya. Perlahan-lahan dan
sambil berlari terus ia menghunus pedang Wei Beng Yan yang
sedang diajak melarikan diri. Ketika pedang sudah berada di
tangannya, tiba-tiba ia berhenti dan secepat kilat berbalik
sambil menusuk ke arah jantung lawan.
Iblis Hua Ceng Kin itu hanya mengetahui bahwa Wei Beng
Yan terluka parah, tetapi tidak mengetahui kelihayan To Siok
Keng. Ia hanya melihat bahwa gadis itu masih muda dan
belum pernah menyaksikan bagaimana gadis itu dapat
menyelomoti Pek Tiong Thian!
Ia mengejar dengan tekad membunuh muda-mudi itu,
maka ia tidak menduga sedikitpun jika tiba-tiba ia ditusuk oleh
gadis itu.
Perlu diketahui bahwa tusukan yang secepat kilat itu
dilakukan dengan jurus Tok-coa-pun-si (Ular berbisa
menyemburkan maut), dan tak pernah gagal membunuh
korbannya!
Si iblis Hua Ceng Kin tak diberikan kesempatan untuk
mempertunjukkan kelihayannya. Mendadak terdengar ia
menjerit.

Sampul Maut 587


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aduh!” darah yang hangat muncrat keluar, dan ia jatuh


tersungkur di tanah dengan mata terbelalak ke atas!
Tiga musuh ayahnya Wei Beng Yan – Eu-yong Lo-koay,
dikeremus Thay-yang-sin-jiauw Wei Beng Yan di tempat
bertapa Tang Ceng Hong, Suto Eng Lok juga dikeremus ilmu
yang sama di suatu rumah penginapan, dan Hua Ceng Kin
ditusuk jantungnya dengan pedang pusaka Wei Tan Wi.
Wei Beng Yan terhibur dengan terbunuhnya ke tiga
musuh ayahnya itu, karena itu berarti ia telah menunaikan
sumpahnya. Tetapi jiwanya sendiri sekarang terancam oleh
Pek Tiong Thian, satu binatang dalam bentuk manusia yang
seribu kali lebih kejam dari pada ke tiga musuh ayahnya atau
manusia manapun!
To Siok Keng mencabut pedangnya keluar dari jantung
iblis wanita itu, dan menabas putus kepalanya. Lalu ia betot
lagi Wei Beng Yan dan meneruskan larinya keluar dari pintu
tembok. Ketika itu mereka terkejut mendengar jeritan Lee
Beng Yan yang mengerikan sekali.
To Siok Keng maupun Wei Beng Yan mengetahui bahwa
Lee Beng Yan juga tewas dibunuh oleh Pek Tiong Thian dalam
usahanya menahan jahanam itu mengejar mereka!
Hanya Lim Ceng Yao yang sudah dapat memulihkan lagi
tenaganya yang masih dapat bertahan melawan Pek Tiong
Thian. Tapi berapa lamakah dapat si orang she Lim bertahan
terus?
Lim Ceng Yao sudah mengetahui bahwa ia akan mati
dalam tangan jahanam itu, maka untuk membantu Wei Beng

Sampul Maut 588


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Yan dan To Siok Keng melarikan diri, ia lalu dengan nekad


menubruk dan berhasil memeluk lawannya sehingga Pek
Tiong Thian jadi kelabakan.
Kesempatan yang baik itu telah dipergunakan oleh kedua
muda mudi untuk mempercepat langkah mereka.
Tapi...... Wei Beng Yan yang sudah dilemparkan oleh Pek
Tiong Thian tadi tidak bisa berlari cepat-cepat, maka terpaksa
To Siok Keng harus menggunakan siasat seperti telah
digunakan mereka di pegunungan Oey-san, yalah dengan
jalan menyembunyikan diri.
Sambil celingukan, To Siok Keng berhenti di suatu tempat,
ia lalu melemparkan Pedang Wei Beng Yan ke arah timur dan
lekas-lekas mengajak si pemuda berlari ke arah barat.
Mereka sudah melarikan diri cukup jauh, ketika terdengar
suara jeritan Lim Ceng Yao yang menyayatkan hati.
“Suko,” kata To Siok Keng, “Lim Tay-hiap sudah dibunuh
oleh si jahanam!”
“Ya......” sahut Wei Beng Yan sedih.
“Dapatkah kau mempercepat langkahmu?”
“Aku akan...... berusaha.....”
Begitulah mereka segera melarikan diri lagi.
Di suatu tempat To Siok Keng kebetulan melihat sebuah
sumur tua, maka lekas-lekas ia mengajak Wei Beng Yan
menghampiri sumur tersebut. Ia melongok ke dalam sumur
itu dan menjadi girang bukan main.

Sampul Maut 589


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

––––––––

BAB 46
KEMUNCULAN SI PINCANG OUW LO SI

Wei Beng Yan pun turut melongok ke dalam sumur tua


itu.
“Suko,” kata To Siok Keng. “Kita terpaksa harus
bersembunyi dalam sumur ini. Dapatkah kau menyelam dalam
air?”
Wei Beng Yan mengangguk.
To Siok Keng segera mendahului turun ke mulut sumur itu
yang kebetulan airnya hanya sedalam satu meter lebih saja.
Dengan susah payah akhirnya Wei Beng Yan pun bisa juga
turun ke dalam sumur itu.
Demikianlah mereka bersembunyi dalam sumur sambil
mendengari segala sesuatu yang terjadi di atas mereka.
Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara bentakan
seram.
“Anjing!”
Begitulah terdengar Pek Tiong Thian berteriak-teriak
kalap, yang kemudian dilanjutkan dengan ucapan-ucapan
seperti berikut.
“Kalian tidak akan terlolos dari tanganku hari ini!”

Sampul Maut 590


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Setelah itu terdengar derap kaki tembaga jahanam itu


yang menerbitkan suara berisik sekali.
To Siok Keng dan Wei Beng Yan jadi bercekat mendengar
derap kaki itu yang makin lama makin mendekati ke arah
mereka tengah bersembunyi. Lekas-lekas mereka
memasukkan tubuh mereka ke dalam air sumur dan
menantikan segala sesuatu yang mungkin terjadi atas diri
mereka.
Pek Tiong Thian menghampiri sumur dan melongok ke
dalam dan tiba-tiba terdengar ia tertawa berkakakan seram
seraya berkata.
“Mereka tentu tidak akan turun ke dalam sumur ini! Ha,
ha, ha!”
Setelah menantikan beberapa saat lamanya, ia lalu
berjalan meninggalkan sumur itu, untuk mencari di tempat
lain.
Wei Beng Yan dan To Siok Keng menahan napas agar
dapat tetap tinggal hidup dalam air itu. Mereka dapat
bertahan cukup lama berkat ilmu tenaga dalam mereka yang
sudah sempurna betul.
Setelah merasa agak aman, mereka lalu menonjolkan
kepala mereka sambil mengawasi ke atas mulut sumur.
Mereka tidak mendengar suara apapun, kecuali suara
embusan angin yang meniup daun-daun pohon.
“Sumoay,” bisik Wei Beng Yan. “Apakah si jahanam sudah
berlalu dari tempat ini?”

Sampul Maut 591


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Entahlah...... kita tunggu saja beberapa saat lagi......”


sahut To Siok Keng.
Hari itu adalah hari yang kedua sejak Wei Beng Yan
diobati oleh kakek sakti dari Sit-bie-keng. Khasiat dari pada
pijatan-pijatan kakek itu sudah mulai dirasakan oleh pemuda
itu.
Ia merasa kelemasannya sudah mulai meninggalkan
tubuhnya, dan tenaganya pun agaknya sudah mulai pulih
kembali.
Setelah seperempat jam lewat lagi, To Siok Keng segera
merambat-rambat dinding sumur itu dan ketika ia
menggerakkan kedua kakinya, tubuhnya sudah mulai mendaki
sumur itu, diikuti Wei Beng Yan yang ternyata sudah dapat
mengikuti jejaknya itu.
Mereka merasa girang sekali, karena setibanya di atas,
mereka tidak melihat siapa pun.
“Sumoay,” kata Wei Beng Yan sambil bersenyum, “lagi-
lagi kau sudah menolong jiwaku, aku......”
“Sudahlah...... kita sekarang harus berusaha melarikan diri
lagi,” sahut To Siok Keng. “Jangan sebut-sebut lagi tentang
tolong menolong ini!”
Wajah Wei Beng Yan jadi merah mendengar kata-kata
gadis itu, yang sudah menganggap dirinya sebagai orang
sendiri.
“Ke manakah kiranya si jahanam sudah melarikan diri?”
tanyanya.

Sampul Maut 592


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Menurut pendapatku Pek Tiong Thian tentu sudah


berlalu dari gedung Lee tay-hiap.”
“Ingin ke manakah kita sekarang?”
“Aku akan balik kembali ke gedung Lee tay-hiap dan jika
tempat itu aman untuk sementara waktu kita akan
bersembunyi di sana.”
Setelah berkata begitu, To Siok Keng segera melarikan diri
ke arah gedung yang dimaksud.
Setibanya di depan gedung itu, si gadis she To melihat
tembok di luar sudah roboh. Di suatu bagian tampak mayat
Hua Ceng Kin masih menggeletak tanpa kepala. Di luar
ruangan untuk berlatih silat tampak mayat Song Thian Hui,
mayat Lim Ceng Yao yang sudah sukar dikenali karena
kepalanya telah hancur dikeremus oleh Ciam-hua-giok-siu.
Mayat Lee Beng Yan tampak tertiarap di lantai seperti orang
yang sedang tidur nyenyak.
Di sana sini darah berhamburan dan menyiarkan bau yang
memuakkan sekali.
To Siok Keng lalu berjalan masuk ke arah lebih dalam.
Segala sesuatu yang terdapat di situ hancur berantakan tidak
keruan, pemandangan itu semua adalah pekerjaan sarung
tangan mujizat Ciam-hua-giok-siu.
Ia menjadi tambah terkejut, ketika melihat Lo Hok yang
tidak bersalah sedikitpun dalam urusan itu, sudah dibunuh
mati juga! Karena sangat terharu melihat itu semua, ia lalu
berbalik dan lekas-lekas keluar dari rumah gedung itu lagi.

Sampul Maut 593


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Bagaimana?” tanya Wei Beng Yan. “Apakah kau melihat


suatu tempat untuk kita menyembunyikan diri?”
“Tidak bisa kita menyembunyikan diri di sana,” sahut To
Siok Keng.
“Apa yang telah terjadi dengan ke tiga Susiok ku?”
“Mereka telah ditewaskan! Tidak ada satu orang pun yang
masih hidup dalam gedung itu!”
“Aai! Mereka telah berkorban untuk kita! Sampai kapan
baru dapat dendam ini dibalas?”
To Siok Keng bersenyum getir dan menghibur.
“Nasi sudah menjadi bubur. Tak usah kita bicarakan lagi!
Sekarang kita harus melihat ke depan, dan berusaha mencari
jalan menyelamatkan diri agar......”
Belum selesai ucapan itu ketika mereka mendengar derap
kaki orang yang berlari-lari mendatangi.
To Siok Keng maupun Wei Beng Yan terkejut.
“Kita tak dapat melarikan diri lagi! Kita akan terbunuh
juga!” pikir mereka berdua.
◄Y►
Pesat sekali orang yang berlari-lari itu, yang dalam
sekejap saja sudah berada di hadapan mereka!
Siapakah gerangan yang baru datang itu?
Dia ternyata bukan Pek Tiong Thian!

Sampul Maut 594


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Dia itu adalah si kakek pincang Ouw Lo Si, si Ahli nujum


kipas baja!
Semula Wei Beng Yan tampaknya tidak percaya akan apa
yang dilihatnya itu. Tapi sejenak kemudian mendadak
wajahnya berubah jadi beringas ketika mengingat bahwa si
pincang inilah yang telah meracuni sehingga ia kehilangan
tenaga dalamnya.
Dan si pincang inilah yang menjadi sebab utama sehingga
Lee Beng Yan, Song Thian Hui, Lim Ceng Yao ke tiga susioknya
dan Lo Hok, si pelayan setia, kehilangan jiwanya masing-
masing!
Tigapuluh Lima
Pada saat itu Wei Beng Yan hanya bisa merasa gusar
bukan main tanpa dapat memberikan ganjaran setimpal
kepala kakek yang licik itu, karena pada saat itu tenaga
dalamnya belum pulih seluruhnya.
“Sumoay.......” bisiknya kepada To Siok Keng. “Kakek inilah
yang bernama Ouw Lo Si, orang yang telah memberikan aku
ke TIGA SAMPUL MAUT!”
To Siok Keng, mengawasi Ouw Lo Si dari atas hingga ke
bawah, kemudian sambil berbisik ia menanya.
“Apa yang dikehendaki olehnya kini??”
Wei Beng Yan tidak menjawab pertanyaan gadis itu, ia
sebaliknya jadi melotot dan membentak.
“Hei, anjing pincang! Sungguh tidak dinyana watakmu
lebih mirip watak binatang dari pada watak manusia!”

Sampul Maut 595


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si melangkah mundur bahna kagetnya


mendengar bentakan yang keras itu. Ia segera mengetahui
bahwa pemuda itu tentu telah membuka ketiga sampul
suratnya.
Ia merasa heran sekali, mengapa setelah membaca
suratnya yang ketiga, pemuda itu masih segar bugar. Tapi
sebagaimana layaknya orang yang bersalah, orang itu pasti
berhati kecil, begitulah sama halnya dengan si kakek pincang
itu.
“Wei siohiap!” katanya merendah, “kaupun berada di
sini? Siapakah siocia ini?”
Wei Beng Yan tidak menyahut, kedua matanya bersinar
karena gusarnya.
Ouw Lo Si jadi menggigil ditatap demikian, dengan suara
terputus-putus ia berkata lagi.
“Apakah...... siohiap sudah mengetahui...... siapa...... siapa
yang telah menyamar sebagai gurumu? Jika..... jika belum, aku
dapat menjelaskan dan memberikan bukti-bukti......”
To Siok Keng segera memberi isyarat agar Wei Beng Yan
tidak bertindak sembarangan, dan karena anjuran itulah, Wei
Beng Yan jadi merasa kasihan juga pada kakek pincang itu.
“Aku sudah tahu siapa jahanam yang telah menyamar
sebagai guruku itu!” sahutnya ketus. “Pembunuhan besar-
besaran atas seluruh keluarga siocia inipun adalah perbuatan
jahanam she Pek itu juga!”

Sampul Maut 596


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si terkejut sekali mendengar keterangan itu. Tiba-


tiba saja ia jadi teringat akan Kiu It, saudara angkatnya, yang
telah dibunuh bersama seluruh keluarganya.
“Siapakah sebetulnya siocia ini?” tanyanya sambil
mengawasi To Siok Keng dengan matanya yang tinggal
sebelah itu.
“Siocia ini adalah puteri Kiu It Locianpwee yang bernama
Kiu Su Yin!” sahut Wei Beng Yan.
Sebelah mata Ouw Lo Si yang sedang mengawasi To Siok
Keng tiba-tiba terbelalak, mukanya mendadak jadi tampak
terharu sekali, kemudian dengan suara tergetar ia berkata.
“Hai! Tidak...... tidak kusangka aku masih diberi
kesempatan untuk berjumpa dengan puteri saudara angkatku,
Kiu It!”
To Siok Keng pun merasa terharu sekali mengetahui si
kakek pincang adalah saudara angkat ayahnya almarhum. Ia
hanya tidak mengerti mengapa Ouw Lo Si bersikap demikian
keji memberikan racun kepada Wei Beng Yan.
Dengan wajah masih sedih, Ouw Lo Si menoleh kepada
Wei Beng Yan dan berkata lagi.
“Wei siohiap, jika kau sudah mengetahui bahwa Pek Tiong
Thian telah menyamar sebagai gurumu, mengapa kau tidak
membunuh jahanam itu dengan ilmu Thay-yang-sin-jiauw?”
Wei Beng Yan tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena
ia sudah gemas sekali melihat wajah Ouw Lo Si yang telah

Sampul Maut 597


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

membuatnya tidak berdaya melancarkan ilmunya yang


dahsyat itu.
To Siok Keng yang pun merasa jengkel dengan kakek itu,
lekas-lekas berkata sambil menyindir.
“Ouw Locianpwee, sebetulnya aku harus memanggilmu
susiok bukankah?”
“Ya......” sahut Ouw Lo Si.
“Baiklah, mulai saat ini aku akan memanggilmu susiok!
Susiok ingin mengetahui mengapa suko ku belum
menggempur Pek Tiong Thian?”
“Ya.......”
“Karena suko ku telah dianiaya secara licin sekali oleh
seseorang sehingga ia kehilangan tenaganya dan tidak mampu
melancarkan ilmu Thay-yang-sin-jiauw!”
“O......”
“Dan Pek Tiong Thian tadi sudah datang di markas Lee
Beng Yan Locianpwee. Setelah bertempur mati-matian,
akhirnya Lee locianpwee bersama-sama Lim Ceng Yao dan
Song Thian Hui Locianpwee telah dibunuh oleh jahanam itu!”
To Siok Keng berhenti sejenak dan mengawasi Ouw Lo Si
yang sedang berdiri terpaku.
“Bahkan suko ku juga sudah dilukai oleh jahanam itu!” To
Siok Keng melanjutkan. “Aai! Karena orang yang keji itu
menganiaya suko ku, Pek Tiong Thian jadi hidup terus dan
bertindak sewenang-wenang di kalangan Kang-ouw!”

Sampul Maut 598


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Bukan main terharu hati Ouw Lo Si mendengar sindiran


tajam itu. Dan pada saat itu juga ia sudah merasa menyesal
sekali atas perbuatan yang memang sangat keji itu.
To Siok Keng dapat membaca pikiran kakek itu, dan ia
sengaja bertanya.
“Susiok, mengapa kau jadi demikian muram? Apakah kau
juga takut dibunuh oleh Pek Tiong Thian? Bukankah orang
yang menganiaya suko ku itu harus diganyang terlebih dulu?”
Dari nada suara gadis itu Ouw Lo Si sudah dapat menduga
bahwa kedua pemuda dan pemudi itu sudah mengetahui
bahwa dialah, yang telah menaruhkan racun dan menganiaya
Wei Beng Yan.
Pada saat yang gawat itu dengan nada yang menyesal ia
menanya.
“Kalian sudah mengetahui siapa yang......”
Tiba-tiba mereka semua dibikin terkejut oleh suara orang
yang mengejek.
“Ha! Tiga anjing sudah berkumpul di sini!”
Mereka terpaku mendengar suara ejekan itu, karena
suara itu adalah suara yang tidak asing lagi bagi mereka.
Lekas-lekas mereka menoleh ke arah suara itu, dan
melihat Pek Tiong Thian meloncat turun dari satu dahan
pohon yang besar tidak beberapa jauh dari sumur itu!
To Siok Keng mulai berkata dengan beringas kepada Ouw
Lo Si. “Karena kau, kita sekarang semua akan mati konyol!
Dan karena kau Khouw Tay-hiap, saudara angkatmu juga telah

Sampul Maut 599


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

tewas dibunuh oleh Hua Ceng Kin! Kouw Tay-hiap tak akan
terbunuh jika Suko ku dapat melancarkan Thay-yang-sin-jiauw
untuk membunuh iblis wanita Hua Ceng Kin itu!”
Ouw Lo Si makin menjadi menyesal mendengar tewasnya
Khouw Kong Hu juga sebab akibat perbuatannya yang keji!
Ia tiba-tiba memukul kepalanya sendiri seraya berkata.
“Ai! Aku ini menganiaya Wei siohiap hanya untuk
menganiaya aku sendiri dan membunuh saudara angkatku!
Tetapi Wei siohiap masih dapat ditolong. Aku membawa obat
yang mujarab untuk melenyapkan racun itu. Dan setelah
makan obatku ini, setelah lewat 4 x 4 = 16 hari ia dapat
memulihkan seluruh tenaga dan semangatnya!”
To Siok Keng menyahut.
“Suko ku telah ditolong oleh si orang sakti dari Sit-bie-
keng. Aku kira dia tak lagi memerlukan obatmu itu! Setelah
lewat tujuh hari, Suko ku sudah pasti dapat memulihkan
tenaga dan semangatnya lagi! Tetapi.......”
“Apa katamu? Orang sakti dari Sit-bie-keng?” tanya Ouw
Lo Si.
Ketika itu Pek Tiong Thian sudah menghampiri dan berada
hanya beberapa meter saja dari mereka, maka iapun dapat
mendengar pertanyaan Ouw Lo Si yang menanya dengan
suara yang agak keras itu.
Pek Tiong Thian juga terperanjat mendengar orang sakti
dari Sit-bie-keng disebut-sebut oleh Ouw Lo Si, karena dengan
obat dari orang sakti itu, ia yakin ia dapat mengobati kedua

Sampul Maut 600


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

betisnya dan ia tak memerlukan lagi betis dan kaki palsu yang
dibuat dari logam!
Iapun menanya meskipun tidak diajak bercakap-cakap.
“Apa kau bilang? Orang sakti dari Sit-bie-keng?!” lalu ia
tertawa gelak-gelak.
––––––––

BAB 47
SIASAT MENANTANG IBLIS TUA

Ouw Lo Si yang sudah menyesal akan perbuatannya


terhadap Wei Beng Yan, sekarang menjadi beringas
menghadapi Pek Tiong Thian yang telah membunuh mati dua
saudara angkatnya, Kiu It dan Khouw Kong Hu, meskipun
pembunuhan terhadap Khouw Kong Hu tidak langsung
dilakukan olehnya. Dengan gusar ia membentak.
,,Hei! Bangsat she Pek! Apa yang kau tertawai?!”
Pek Tiong Thian sambil terus tertawa menyahut.
“Kalian bertiga sudah pasti akan mati di tanganku! Tetapi
kalian masih saja bermimpi! Bukankah itu lucu?”
“Kaulah yang bermimpi!” bentak Wei Beng Yan.
Sebetulnya mereka bertiga itu sudah tiada harapan lagi,
sembarang waktu Pek Tiong Thian dapat turun tangan
membunuh mereka.
Pek Tiong Thian sudah yakin bahwa mereka bertiga tak
dapat meloloskan diri lagi, dan ia dapat membunuh mereka

Sampul Maut 601


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

menurut kehendak dan dengan caranya sendiri. Ia tak perlu


terburu napsu. Maka ia berkata.
“Orang sakti dari Sit-bie-keng itu tidak mau turut campur
urusan orang lain. Pendirian hidupnya aku sudah mengetahui
ia tidak sudi menolong ataupun menganiaya orang. Jika
dibilang ia telah menolong kalian bukankah kalian ini sedang
bermimpi? Ha! Ha! Ha!”
“Jahanam!” bentak To Siok Keng, “Masih ingatkah kau
akan Kiu It?”
“Kiu It!” Pek Tiong Thian balik menanya. “Pernah apa kau
dengan si orang she Kiu itu?”
“Beliau adalah ayahku!”
Pek Tiong Thian mengawasi sejenak, sesaat kemudiaa ia
tertawa berkakak seram seraya berkata.
“Dulu kau dapat lolos dari tanganku, tapi kini akhirnya
tokh kita berjumpa lagi! Kau tadi mengatakan bahwa anjing
kecil kawanmu ini telah ditolong oleh si kakek dari Sit-bie-
keng?”
“Betul!”
Pek Tiong Thian yang berwatak kejam, dan setelah kedua
betisnya menjadi lumpuh terpaksa harus bersembunyi di
suatu rumah gubuk kecil dekat markas partai Tiang-pek di
pegunungan Tiang-pek-san.
Karena kedua kakinya telah dibikin cacad, wataknya yang
kejam jadi terlebih kejam lagi. Ia bertekad membasmi semua

Sampul Maut 602


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

orang pandai di kalangan Bu-lim dengan cara yang kejam serta


keji.
Pembunuhan-pembunuhan yang telah dilakukannya
terhadap Kiu It dan sanak keluarga, kedua saudara Kim,
Pendeta wanita Ceng Sim Lo-ni, ke tiga saudara Tie, Bak Kiam
Taysu serta paman guru dan murid-murid pendeta itu, Kong-
ya Coat, Liong Kie Thian, Leng Cui, Siauw Cu Gie, Siauw Bie
dan paling akhir ia membunuh Lim Ceng Yao, Song Thian Hui
dan Lee Beng Yan adalah suatu bukti yang tidak dapat
diragukan lagi akan kekejamannya yang betul-betul
melampau batas prikemanusiaan!
Kini untuk membunuh To Siok Keng, Wei Beng Yan dan
Ouw Lo Si yang pernah menipunya mentah-mentah, ia akan
membunuhnya dengan cara yang terlebih kejam lagi. Ia akan
mempermainkan mereka bertiga seperti seekor kucing
mempermainkan seekor tikus sebelum si kucing sendiri
membunuh tikus-tikus itu.
Ia melangkah maju beberapa langkah, dengan tiba-tiba
saja ia menjotos ke arah pundak gadis itu.
To Siok Keng sudah siap, begitu melihat lawannya
menyerang ia segera menangkis sambil meloncat ke samping.
Baru ia ingin balas menyerang ketika tampak Ouw Lo Si
menggeprak kipas bajanya ke arah punggung Pek Tiong Thian.
Ia ingin menyiksa mereka sehebat-hebatnya sebelum ia
membasmi ketiga orang itu dengan sarung tangan mujizatnya
Ciam-hua-giok-siu!

Sampul Maut 603


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Hembusan angin kipas baja Ouw Lo Si, telah terasa


olehnya, maka lekas-lekas ia mengegos untuk kemudian
berbalik sambil melepaskan tinjunya dengan jurus Yan-hui-
ceng-mia atau Angin topan menghalau asap dan abu, sehingga
Ouw Lo Si terpental beberapa meter jauhnya! Serentak
dengan itu, ia lagi-lagi menyerang si gadis.
Tetapi tidak percuma To Siok Keng menjadi murid Thian-
hiang-sian-cu, isteri kesayangan Yu Leng, yang semasa
hidupnya telah mencatat ilmu-ilmunya untuk kemudian
dijadikan sejilid kitab yang berjudul Kok-cit-po-lek. Dengan
menggunakan salah satu jurus yang tercatat dalam kitab
pusaka itulah, si gadis she To, dengan mudah saja
mengelakkan serangan lawannya itu.
Meskipun penasaran melihat serangan yang secepat kilat
itu dapat dielakkan, Pek Tiong Thian tidak lantas menyerang
lagi. Ia mengawasi gadis itu dengan beringas seraya berkata.
“Kau mengaku sebagai murid Thian-hiang-sian-cu, apakah
jurus yang tadi kau pelajari dari gurumu itu?”
“Tentu saja! Apakah kau kira aku barusan kebetulan saja
dapat mengelakkan seranganmu tadi?” sahut To Siok Keng
sambil mengejek.
“Aku belum pernah mendengar Thian-hiang-sian-cu
mempunyai murid, pengakuanmu tadi tentu untuk
menggertak-gertak saja, betul tidak?”
“Kau percaya atau tidak itu terserah!”

Sampul Maut 604


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian mendadak memekik tinggi sambil


menyerang dengan jurus Tie-ciang-pa-ciong atau palu besi
menumbuk tembok.
To Siok Keng meloncat mundur mengelakkan serangan
itu, tetapi belum lagi ke dua kakinya berdiri jejak, ketika
serangan, yang kedua sudah menerjang lagi. Lekas-lekas ia
meloncat ke samping, namun tiba-tiba ia merasa pundak
kirinya jadi panas seolah-olah peredaran darahnya di bagian
itu terhenti.
“Celaka!” katanya dalam hati.
Lekas-lekas ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan totokan yang menyumbat jalan darahnya itu,
tetapi untuk sementara waktu lengan kirinya menjadi
lumpuh!
Pertarungan itu baru saja berlangsung tiga jurus, tetapi
ternyata si gadis she To tidak sanggup melayani lawannya,
yang dengan lincah sekali telah berhasil mencengkeram
batang lehernya!
Wei Beng Yan menjadi cemas melihat kesudahan itu.
“Hei, jahanam she Pek!” bentaknya gusar, “lepaskan gadis
itu!”
Pek Tiong Thian tertawa berkakakan mengguntur.
“Anjing kecil! Apa tebusannya jika aku melepaskan gadis
ini?” tanyanya seram.

Sampul Maut 605


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Untuk menolong To Siok Keng yang telah banyak kali


menolong jiwanya, Wei Beng Yan rela mengorbankan apa saja
bahkan jiwanya sendiri.
“Apa yang kau kehendaki sebagai tebusan?” tanyanya
tegas.
Sementara itu, Ouw Lo Si yang sudah dilemparkan tadi,
merasa pusingnya sudah mulai menghilang, pandangannya
pun sudah mulai terang kembali, tetapi ia masih terus
mengerahkan tenaga dalamnya.
“Dapatkah kau memenuhi syarat tebusanku?” tanya Pek
Tiong Thian yang sudah merasa yakin betul ke tiga orang itu
akan ditelannya mentah-mentah.
“Katakanlah! Dan lepaskanlah dulu gadis itu!” bentak Wei
Beng Yan.
“Ha, ha, ha! Jika kau betul-betul seorang laki-laki. Setelah
mendengar syaratku, kau tentu tidak sudi menawar-nawar
lagi bukan?”
Tanpa pikir panjang lagi, Wei Beng Yan segera
menyanggupi dengan menganggukkan kepalanya.
“Tentu!” sahutnya. “Aku pasti akan melaksanakan
syaratmu itu! Ayohlah lepaskan gadis itu!”
“Suko, jangan gegabah!” seru To Siok Keng. “Dia mungkin
akan meminta yang bukan-bukan!”
“Ya......” Ouw Lo Si turut bicara. “Jangan Wei siohiap kena
dicurangi oleh jahanam she Pek yang telah membunuh kawan
akrabnya sendiri, Kiu It!”

Sampul Maut 606


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Pek Tiong Thian melirik ke arah si kakek pincang tetapi ia


lalu berkata lagi kepada Wei Beng Yan.
“Dengarlah baik-baik syaratku ini! Aku akan melepaskan
gadis itu dan kau harus mengorek kedua biji matamu!”
“Suko, jangan!” seru To Siok Keng terkejut mendengar
permintaan Pek Tiong Thian yang kejam itu.
Ouw Lo Si yang sudah merasa tobat meloncat dan
menyergap Wei Beng Yan yang ternyata tidak menghiraukan
permintaan To Siok Keng. Si pemuda she Wei sudah siap
untuk mengorek kedua biji matanya.
“Wei siohiap,” seru Ouw Lo Si sambil memeluk tubuh Wei
Beng Yan. “Kau seorang yang luhur, tetapi apakah kau
mengetahui watak jahanam ini? Jangan kau kena tipunya, dia
pasti akan mengingkari janjinya sendiri!”
Pek Tiong Thian memperlihatkan senyum iblisnya seraya
berkata.
“Ayohlah, laksanakan syaratku tadi! Koreklah kedua biji
matamu atau gadis ini akan mati dalam cengkeramanku!”
“Jangan lakukan permintaan jahanam itu!” bisik Ouw Lo
Si. “Setelah kau menjadi buta, To siocia juga akan dibunuh
oleh jahanam itu. Percayalah padaku, Wei siohiap!”
Wei Beng Yan melepaskan tangan Ouw Lo Si yang
memeluk tubuhnya seraya berkata kepada Pek Tiong Thian.
“Jika kau melepaskan gadis itu sekarang, aku akan
mengorek dua biji mataku!”

Sampul Maut 607


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hei, pincang! Kau mau turut campur juga dalam


urusanku ini?” tanya Pek Tiong Thian beringas.
“Hee, hee, hee! Aku, si pincang tidak takut mati lagi
sekarang!” sahut Ouw Lo Si tenang, “aku sudah mengetahui
siapa kau, kau binatang alas!”
“Kau pernah menipu aku dulu, kali ini kau tidak akan
dapat lolos lagi dari tanganku,” bentak Pek Tiong Thian, “Kiu It
pernah menipu aku, dan dia sudah menerima ganjarannya!
Sekarang adalah giliranmu untuk menyusul kawanmu itu ke
neraka! Tetapi sebelum kau mati, kau akan merasakan suatu
siksaan hebat!”
Ouw Lo Si merasa seolah-olah hatinya disayat mendengar
disebutnya nama Kiu It. Ia bermaksud membalas dendam
terhadap Wei Tan Wi yang telah membikin sebelah kakinya
pincang dengan memberikan racun kepada putera orang she
Wei itu. Tetapi sekarang ternyata perbuatannya yang keji itu
telah membuat Wei Beng Yan jadi kehilangan tenaga
dalamnya dan tidak mampu melancarkan ilmu Thay-yang-sin-
jiauw.
Ia kini tengah menderita tekanan batin yang hebat sekali
atas perbuatannya dulu itu, dan ia bertekad melawan Pek
Tiong Thian hingga titik darahnya yang terakhir untuk
menebus dosa-dosanya itu.
Ia terkenal sebagai si Ahli nujum yang otaknya penuh
dengan tipu-tipu muslihat, karena mengetahui bahwa untuk
bertempur dengan Pek Tiong Thian, ia pasti akan kalah, maka
ia bermaksud mempergunakan keahliannya sebagai ahli

Sampul Maut 608


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

nujum untuk membela Wei Beng Yan dan To Siok Keng tanpa
menghiraukan jiwanya sendiri!
“Aku memang ingin pergi ke neraka!” katanya, “mungkin
di sana keadaannya akan terlebih ramai lagi daripada di dunia
ini. Di sana aku akan menjumpai saudara-saudara angkatku
Kiu It dan Khouw Kong Hu. Jika kau ingin menyiksa aku
sebelum aku mati, aku yakin namaku di neraka akan jadi
tambah terkenal saja! Ha, ha, ha!”
“Hei, Pek Tiong Thian!” bentak To Siok Keng yang masih
dicengkeram batang lehernya. “Jika kau ingin membunuh aku,
ayohlah bunuh! Mengapa kau menggertak-gertak orang tidak
karuan?”
“Sabar anjing betina! Kalian bertiga, akan mati secara
bergilir, yalah satu setelah yang lain, aku tidak takut kalian
dapat melarikan diri, maka mengapa aku harus tergesa-gesa?”
“Mengapa kau masih mencengkeram aku jika kau tidak
takut kita nanti melarikan diri?” tanya lagi To Siok Keng.
Pek Tiong Thian yang congkak mendadak merasa jengah
mendengar ucapan yang beralasan itu, lekas-lekas ia
mendorong sambil melepaskan cengkeramnya sehingga si
gadis she To terjerumus dan hampir roboh.
“Aku lepaskan kau sekarang!” katanya. “Aku tadinya
mengira kau sebagai murid Thian-hiang-sian-cu memiliki ilmu
yang lihay sekali, tetapi kenyataannya, baru tiga jurus kau
sudah aku kalahkan! Ha, ha, ha!”
Begitu dibebaskan, To Siok Keng segera berdiri di samping
Wei Beng Yan sambil mengawasi gerak gerik Pek Tiong Thian.

Sampul Maut 609


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Ouw Lo Si meremas-remas kipas bajanya dan sudah siap


menyerang pada tiap saat.
“Hai, anjing betina!” bentak Pek Tiong Thian. “Kau tadi
mengatakan bahwa si anjing she Wei telah ditolong oleh
orang sakti dari Sit-bie-keng?”
“Aku tidak berdusta!” sahut To Siok Keng.
Pek Tiong Thian menatap gadis itu. Ia mendadak teringat
akan ucapan Kiu It dulu, ketika ia masih rebah dalam gubuk
dengan kaki yang sudah lumpuh.
“Pek heng, kita berkawan sudah puluhan tahun lamanya,
urusan kau seperti juga urusanku sendiri. Setelah Ciam-hua-
giok-siu berada dalam tanganku, aku akan segera pergi ke goa
Long-ya untuk mencari orang sakti yang kau bilang, dan
dengan mustika itu, aku akan minta obat yang mustajab untuk
menyembuhkan kedua betismu yang cacad itu!”
Demikianlah, suara Kiu It yang tetap dibunuhnya,
mendengung dalam telinganya.
“Apa yang kalian berikan kepada orang sakti itu sehingga
ia mau menolong juga?” tanyanya.
“Apakah kau kira semua orang berwatak sepertimu? Tidak
semua orang mengharapkan hadiah-hadiah jika menolong!”
ejek To Siok Keng.
“Kau tidak memberikan apapun kepada orang itu?”
“Tidak! Mengapa kau menganggap demikian rendah
kepada orang sakti itu?”
“Tidak bisa! Tidak bisa jadi!”

Sampul Maut 610


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Kau tidak percaya??”


“Tidak! Orang itu pasti bukan dari Sit-bie-keng!”
“Beranikah kau bertaruh? Aku berani memastikan bahwa
orang itu datang dari Sit-bie-keng!”
“Ha, ha, ha! Kalian sudah hampir masuk liang kubur, apa
gunanya kita bertaruh?”
To Siok Keng jadi melotot melihat kecongkakan Pek Tiong
Thian itu.
“Aku mengajak kau bertaruh justru untuk membikin kau
yang akan masuk ke dalam lubang kubur!” bentaknya,
“Ayohlah katakan, beranikah kau bertaruh?”
Pek Tiong Thian menggertak giginya.
“Bagaimana ingin kau bertaruh?” tanya sengit.
“Kau tidak percaya bahwa orang sakti dari Sit-bie-keng
sudi menolong orang, tapi ternyata orang sakti itu telah
menolong suko ku.”
“Lalu bagaimana?”
“Kita akan bertaruh dengan cara ini. Kau harus
memberikan cukup waktu kepada Suko ku, yalah kira-kira satu
minggu dan setelah lewat jangka waktu itu, kau pasti mati
digempur oleh Thay-yang-sin-jiauw! Jika perlu kita pun akan
memanggil orang sakti itu untuk datang di sini dan
menjumpaimu!”
Tigapuluh Enam
Pek Tiong Thian tertawa berkakakan,

Sampul Maut 611


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Hei. anjing betina!” katanya mengejek. “Harus aku akui


bahwa kau memang sangat pintar, tetapi jangan kau
menganggap aku sebagai orang yang tolol! Mungkin setelah
lewat satu minggu, anjing laki-laki akan menghilang dari dunia
persilatan!”
“Suko ku adalah seorang yang luhur, dia pasti tidak berani
mengingkari janjinya!” sahut To Siok Keng.
“Tetapi, mengapa harus menunggu hingga satu minggu?
Bukankah dia sekarang dapat menyerang aku dengan ilmu
yang disanjung-sanjung itu?”
To Siok Keng berpikir sebentar. Ia tidak berani
memberitahukan hal yang sebenarnya telah terjadi atas diri
Wei Beng Yan, karena ia khawatir Pek Tiong Thian akan segera
menggempur mereka jika jahanam itu mengetahui bahwa
suko nya kini sudah kehilangan tenaga dalamnya.
“Aku belum dapat memberitahukan itu......,” sahutnya.
“Sudahlah, jika kau tidak mau memberitahukan! Tetapi,
bukankah anjing kecil itu pernah menggempur aku dengan
Thay-yang-sin-jiauw di puncak Cie-sin-hong? Coba kau lihat,
aku masih segar bugar, ilmu yang disanjung-sanjung itu
ternyata tidak mampu membuktikan kelihayannya atas
diriku!”
“Beranikah kau menerima tantanganku tadi?”
“Tentu saja aku berani! Di kolong langit ini tidak ada suatu
ilmu atau seorang pun yang mampu menewaskan aku!
Ketahuilah, aku adalah si jago sapu jagad yang tidak mungkin
dipecundangi oleh siapapun!”

Sampul Maut 612


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Pegang janjimu, jahanam! Satu minggu lagi kita akan


berjumpa lagi di tempat dan pada jam yang sama pula!”
“Ha, ha, ha! Aku pasti akan datang di sini, tetapi jika kalian
sendiri tidak muncul nanti, ke langitpun kalian melarikan diri
aku akan mengejarnya!”
Setelah berkata demikian, Pek Tiong Thian betul-betul
membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.
––––––––

BAB 48 (TAMAT)
KESADARAN SI PINCANG, KEHANCURAN IBLIS

“Susiok,” kata To Siok Keng kepada Ouw Lo Si, “Jika kau


mempunyai lain urusan, pergilah bereskan urusan itu dan
biarlah kita berdua saja yang menghadapi si jahanam she Pek
itu!”
“Anak mengapa kau berkata demikian?” sahut Ouw Lo Si,
“Apakah kau menganggap aku akan melarikan diri begitu saja?
Aku kini sudah merasa menyesal sekali atas perbuatanku
meracuni Wei siohiap. Aku kini bertekad membantu kalian
meskipun aku mengetahui bahwa si jahanam she Pek itu
sangat lihay!”
Wei Beng Yan yang semula sudah merasa sengit sekali
kepada kakek pincang itu, jadi berbalik merasa kasihan
melihat ketobatan Ouw Lo Si itu.

Sampul Maut 613


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ouw Locianpwee,” katanya, “Biarlah yang sudah tinggal


sudah. Mengapa perbuatan itu harus disesalkan terus
menerus?”
“Wei siohiap, apakah kaupun tidak sudi menerima aku
sebagai kawan?” tanya Ouw Lo-si. “Apakah aku tidak berhak
membantu kalian membasmi seorang jahanam?”
“Tapi......”
“Wei siohiap! Aku minta dengan sangat agar kau tidak
menganggap aku sebagai musuh ayahmu. Aku telah
memberikan kau racun dan kini aku mengharap membantumu
dengan segenap jiwa ragaku!”
To Siok Keng terharu sekali melihat sikap Ouw Lo Si itu,
maka lekas-lekas ia berkata kepada Wei Beng Yan.
“Suko, berilah kesempatan agar Ouw locianpwee dapat
merasakan ketenteraman jiwa, lagi pula dengan membantu
kita ia pun dapat membalaskan sakit hati saudara angkatnya,
Khouw Kong Hu dan Kiu It, ayahku!”
Sebagai seorang yang berhati luhur, Wei Beng Yan tidak
bisa merasa dendam terus menerus kepada seseorang yang
telah mengakui akan kesalahan atau dosanya. Meskipun si
kakek pincang pernah bermaksud mengambil jiwanya dengan
menjerumuskannya dengan mengendus racun yang sifatnya
sangat keji.
“Baiklah,” sahutnya, “Kita akan menggempur si jahanam
she Pek bersama-sama!”
Ouw Lo Si tertawa terkekeh girang seraya berkata.

Sampul Maut 614


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Untuk menantikan kedatangan si jahanam, aku


mengusulkan kita mengambil saja rumah gedung Lee tay-hiap
sebagai tempat beristirahat.”
“Begitupun baik,” sahut To Siok Keng, “kita memang
harus mengubur ketiga susiok suko ku di sana!”
Begitulah mereka lalu menuju ke gedung yang dimaksud
itu. Setibanya di sana, rasa menyesal Ouw Lo Si meracuni Wei
Beng Yan jadi bertambah-tambah saja.
“Jika aku tidak berbuat sekeji apa yang telah aku
perbuat,” katanya dalam hati, “mungkin Khouw Kong Hu, Lim
Ceng Yao, Lee Beng Yan, Song Thian Hui dan seorang pelayan
setia mereka ini tidak akan menemukan ajalnya demikian
menyedihkan. Bahkan Pek Tiong Thian mungkin sudah tidak
ada lagi di dunia ini.....”
Setelah itu, ia lalu membantu muda mudi itu mengubur
jenazah-jenazah ke empat orang dan memisahkan mayat Hua
Ceng Kin yang sudah tidak berkepala di suatu tempat.
“Ouw Locianpwee,” kata Wei Beng Yan, “Apa yang ingin
kau lakukan terhadap mayat jahanam itu?”
Ouw Lo Si bersenyum getir.
“Aku akan menggantungnya,” sahutnya sambil menatap
mayatnya Hua Ceng Kin. “Untuk kemudian memuaskan arwah
Khouw Kong Hu di alam baka!”
“Apakah perbuatan itu tidak terlalu kejam, biadab?”
“Wei siohiap, jika semua orang di dunia ini berpikiran
sepertimu, kalangan Kang-ouw niscaya akan aman tenteram!

Sampul Maut 615


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Jahanam she Hua ini adalah salah seorang yang membunuh


ayahmu, di samping itu, iapun telah membunuh Khouw Kong
Hu dan entah siapa lagi. Dia harus menerima hukuman-
hukuman meskipun telah menjadi mayat!”
Wei Beng Yan menoleh kepada To Siok Keng seolah-olah
ingin menanyakan apakah gadis itu setuju akan perbuatan
kakek pincang itu.
“Biarlah Ouw Locianpwee berbuat apa saja terhadap
mayat itu,” kata To Siok Keng. “Aku tidak merasa
keberatan.......”
Begitulah, setelah melihat Wei Beng Yan tidak
mengatakan apa-apa, Ouw Lo Si segera menggantung mayat
Hua Ceng Kin di atas sebuah pohon. Ia lalu mencari minyak di
dalam gedung Lee Beng Yan, tidak lama kemudian, suatu
adegan seram terjadi, mayat Hua Ceng Kin yang digantung
terbalik, yang sudah tidak berkepala lagi, terbakar sambil
mengeluarkan suara yang memilukan hati!
Wei Beng Yan lekas-lekas mengajak To Siok Keng masuk
ke dalam gedung, karena ia tidak tahan melihat dan membaui
apa yang tengah dilakukan oleh Ouw Lo Si itu.
Setelah menunggu lama juga dalam gedung itu, baru
tampak Ouw Lo Si berjalan masuk dengan wajah putus asa
sekali. Begitu berada di hadapan kedua muda mudi itu, ia lalu
berkata.
“Wei siohiap, kau telah diobati oleh orang sakti dari Sit-bi-
keng, dan aku kira tidak jeleknya jika akupun membantu kau

Sampul Maut 616


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

memulihkan tenaga dalammu dengan memberikan kau obat


pemunah racun buatan aku sendiri.....”
Wei Beng Yan dan To Siok Keng tidak menyahut. Mereka
merasa agak sangsi akan kemustajaban obat yang dimaksud
oleh kakek pincang itu.
“Aku mengetahui obatku itu baru bisa menyembuhkanmu
dalam waktu 14 hari, dan pijatan orang sakti dari Sit-bie-keng
bisa memulihkan semangatmu dalam waktu 7 hari, tapi......
jika kedua pengobatan itu dipadu menjadi satu, bukankah
akan jadi terlebih baik lagi?” kata Ouw Lo Si lagi.
Wei Beng Yan bersenyum seraya menyahut.
“Apakah obat Ouw Locianpwee itu tidak akan
mengganggu pijatan orang sakti dari Sit-bie-keng?”
Ouw Lo Si agaknya merasa tersinggung juga mendengar
ucapan itu, tapi iapun bersenyum dan berkata lagi.
“Aku bukan seorang ahli pengobatan atau sin-she, tapi
apa yang aku ketahui bahwa pijatan tidak ada sangkut
pautnya dengan obat buatanku itu.......”
To Siok Keng mengedipkan matanya kepada Wei Beng Yan
sebagai isyarat agar pemuda itu mau juga menerima obat
kakek pincang itu.
“Susiok,” katanya, “suko ku bukan mencurigakan
ketulusan hatimu, yah, jika kau menganggap obat buatanmu
itu tidak akan mengganggu, aku kira memang tidak salahnya
jika kau berikan saja obat itu......”

Sampul Maut 617


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Wajah Ouw Lo Si berubah gembira, ia merogo sakunya


dan mengeluarkan sebuah botol kecil yang berisikan beberapa
butir pil yang berwarna hijau.
“Aku menamakan obatku ini pil Nagasari,” katanya. “Pil
tidak tampak luar biasa, namun khasiatnya terhadap racun
tidak dapat diragukan lagi!”
Ia menyodorkan dua butir pil kepada Wei Beng Yan seraya
melanjutkan.
“Wei siohiap, kau telanlah pil ini, dan jangan sangsi akan
kelurusan hatiku!”
Wei Beng Yan menerima pil itu yang segera dan tanpa
sangsi lagi, dimasukkan ke dalam mulutnya.
Dalam tanya jawab selanjutnya, Ouw Lo Si
berkesempatan juga menanyakan bagaimana To Siok Keng
bisa meloloskan diri dari keganasan ketika seluruh anggota
keluarganya dibunuh habis oleh Pek Tiong Thian.
“Aku bahkan merasa heran sekali kau bisa jadi murid satu-
satunya Thian-hiang-sian-cu!” kata si kakek pincang akhirnya.
“Mungkin Tuhan masih belum mau menerima aku dalam
usiaku yang semuda ini!” sahut To Siok Keng. “Dan oleh
karena itu pula aku jadi beruntung menemui kitab catatan
ilmu-ilmu Thian-hiang-sian-cu, sehingga aku diakui sebagai
murid Gui Su Nio!”
Ouw Lo Si mengangguk-anggukkan kepalanya dan merasa
terharu sekali akan nasib gadis itu.

Sampul Maut 618


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Ouw Locianpwee.” kata Wei Beng Yan, “tadi si jahanam


mengatakan kau pernah menipunya, soal apakah itu?”
Ouw Lo Si melirik tajam ditanyakan demikian. Ia merasa
agak ragu-ragu untuk memberitahukan maksud yang
sesungguhnya daripada kunjungannya ke kuil Cit-po-sie, yalah
untuk menanyakan kepada Bak Kiam Taysu bagaimana
menggunakan Tok-beng-oey-hong!
Ia bermaksud tidak memberitahukan bahwa Tok-beng-
oey-hong dan Cu-gan-tan, pada saat itu juga berada dalam
sepatunya.
“Pek Tiong Thian pernah menanyakan padaku tentang
Tok-beng-oey-hong dan Cu-gan-tan, dan aku dengan
sembarangan saja menggatakan bahwa kedua benda mujizat
itu disembunyikan di dekat mulut lembah Yu-leng kok.......”
sahut Ouw Lo Si berdusta, “mungkin jahanam itu telah pergi
ke lembah itu dan tidak berhasil menemukan apa yang
memang sedang dicari-carinya itu, sehingga ia menganggap
aku telah menipunya!”
To Siok Keng mengerutkan keningnya, begitupun Wei
Beng Yan mendengar disebutnya kedua benda mujizat yang
juga sedang mereka cari-cari itu.
“Dari siapa Susiok mengetahui Tok-beng-oey-hong
disembunyikan di depan mulut lembah Yu-leng-kok?” tanya
To Siok Keng heran.
“O...... aku hanya menebak-nebak saja secara
sembarangan...... mengapa kalian pun agaknya keranjingan
pada benda itu?”

Sampul Maut 619


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Susiok, aku khawatir jika dalam waktu satu minggu ini


suko ku tidak berhasil memulihkan tenaganya. Bagaimana jika
tenaganya baru kembali seluruhnya setelah waktu yang telah
dijanjikan kepada Pek Tiong Thian lewat? Bukankah itu berarti
kita semua akan mati konyol di sini?”
“Tapi, apa hubungannya itu semua dengan Tok-beng-oey-
hong?”
“Karena jika benda mujizat itu berada dalam tanganku,
meskipun suko ku tidak berhasil memulihkan tenaganya
dalam satu minggu, Pek Tiong Thian pasti tewas!”
“Maksudmu, kau mengetahui cara menggunakan benda
mujizat itu?”
“Betul!”
“Bisakah kau melukiskan bentuk benda itu?”
“Benda itu merupakan selubung kuningan!”
“Tahukah kan cara menggunakan benda itu?”
“Susiok, aku adalah murid Thian-hiang-sian-cu melalui
kitab Kok-cit-po-lek, bukan saja aku telah mewarisi ilmu-ilmu
guruku, tapi aku mengetahui juga cara menggunakan senjata
rahasianya! Mengapa susiok menanyakan demikian?”
“Aku...... aku harap dapat memberitahukan dimana
tersimpannya benda mujizat itu. Aku...... aku pun khawatir jika
tenaga dalam Wei siohiap gagal pulih kembali dalam waktu
tujuh hari yang akan datang ini......”

Sampul Maut 620


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Sementara ketiga orang itu sedang bercakap-cakap, di


luar gedung itu tampak seorang tengah berdiri di dekat
jendela sambil memasang kupingnya.
Dialah Pek Tiong Thian yang ternyata tidak segera berlalu
dari tempat itu. Matanya mendadak melotot ketika
mendengar Tok-beng-oey-hong disebut-sebut, ia belum mau
berlalu dan mendengari terus, namun tidak terdengar ketiga
orang itu bercakap-cakap lagi. Karena Wei Beng Yan, To Siok
Keng dan Ouw Lo Si sudah mengundurkan diri untuk
beristirahat.
Begitulah karena kecewanya ia lalu berjalan pergi.
Di dalam kamarnya, Ouw Lo Si merebahkan diri sambil
otaknya bekerja keras. Setelah meneliti seluruh ruangan
kamarnya dan tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan,
ia lalu mengeluarkan Tok-beng-oey-hong dari dalam
sepatunya.
Dengan hati-hati sekali ia lalu memeriksa benda yang
senantiasa dibuat perebutan oleh orang-orang di kalangan
Kang-ouw itu.
“Betulkah benda ini demikian dahsyatnya sehingga
mampu menewaskan orang yang berkepandaian seperti Pek
Tiong Thian?” tanyanya dalam hati. “Apakah aku akan
menyerahkan benda ini kepada puteri Kiu It, agar dia dapat
membantu Wei Beng Yan menggempur si jahanam itu?”
Demikianlah, pikirannya bekerja terus. Untuk
menyerahkan selubung kuningan yang tampaknya biasa saja
itu, ia merasa sayang juga, mengingat untuk memiliki benda

Sampul Maut 621


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

itu, ia hampir saja kehilangan jiwanya sendiri di dekat mulut


lembah Yu-leng-kok.
Jika ia tidak menyerah, apakah Wei Beng Yan dapat
melancarkan lagi ilmu Thay-yang-sin-jiauw dalam waktu satu
minggu itu?
Satu hari, dua hari, empat hari dan lima hari lewat tanpa
terasa. Namun Ouw Lo Si belum juga berhasil mengambil
keputusan.
Pada hari yang kelima itulah, ia dapat melihat Wei Beng
Yan dan To Siok Keng mengadakan latihan hersama. Si
pemuda menggerakkan kaki dan kedua tinju sambil meloncat-
loncat mengelakkan serangan si gadis, dan apa yang dilihatnya
itu membuat hatinya jadi cemas.
Karena ternyata Wei Beng Yan tampaknya belum mampu
melancarkan tenaga dalamnya dengan sempurna!
“Terpaksa!” katanya dalam hati, “aku terpaksa harus
menyerahkan juga Tok-beng-oey-hong kepada To Siok Keng.
Jika tidak pasti kedua muda mudi itu termasuk aku sendiri
pasti akan tewas diganyang oleh Pek Tiong Thian!”
Ia mengawasi dari kejauhan dan menunggu dengan sabar
selesainya latihan bersama itu.
Tapi, mendadak terdengar Wei Beng Yan memanggilnya.
“Ouw Locianpwee, marilah kita berlatih bersama!”
serunya, “mungkin besok aku sudah bisa melancarkan lagi
ilmu Thay-yang-sin-jiauw!”
Ouw Lo Si berjalan menghampiri dan berkata.

Sampul Maut 622


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Wei siohiap, aku bukan ingin mengecilkan hatimu, tapi,


dari apa yang telah aku lihat tadi, aku merasa tenagamu
belum bisa pulih seluruhnya pada esok hari!”
Wei Beng Yan maupun To Siok Keng jadi melongo
mendengar pendapat kakek pincang itu.
“Untuk mengetahui, apakah pendapat itu keliru, sudikah
kau mencoba tenagamu kepada pohon itu?” tanya lagi Ouw
Lo Si sambil menunjuk ke arah sebuah pohon yang tidak
terlalu besar dahannya.
“Ya...... itulah jalan yang terbaik untuk mengetahui
apakah tenagamu sudah kembali lagi......” sahut To Siok Keng.
“Ayohlah, gempur pohon itu!”
Dengan hati berdebar-debar Wei Beng Yan berjalan
menghampiri pohon yang ditunjuk oleh Ouw Lo Si tadi, ia baru
berhenti berjalan ketika sudah berada kira-kira lima meter di
hadapan pohon itu.
“Jangan ragu-ragu, Wei siauhiap, seranglah!” seru Ouw Lo
Si.
Wei Beng Yan mendadak jadi agak sengit mendengar
anjuran yang seolah-olah suatu ejekan itu. Ia mengangkat
sebelah tangannya sambil perlahan-lahan mengerahkan
tenaganya. Tiba-tiba ia memekik lantang dan......”
“Brrr.......”
Apa yang terjadi?
Pohon yang diterjang hembusan angin Thay-yang-sin-
jiauw itu hanya tergoncang dan tidak tumbang sebagaimana

Sampul Maut 623


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

lazimnya pernah terjadi dulu ketika si pemuda she Wei belum


mengendus racun Poa-gwat-tan!
Wei Beng Yan memejamkan kedua matanya karena ia
merasa kecewa sekali.
Ouw Lo Si segera mengeluarkan dari sepatunya sebuah
selubung kuningan seraya berkata kepada To Siok Keng.
“Anak Keng, apakah benda ini yang dipanggil Tok-beng-
oey-hong?”
Mata si gadis jadi terbelalak mengawasi benda yang
terletak di atas telapak tangan kakek pincang itu.
“Dari mana susiok memperoleh benda itu?” tanyanya
sambil mengulur tangannya dan mengambil selubung
kuningan itu untuk diteliti dengan cermat.
“Aku memperoleh benda itu dari ketiga jahanam Tong-
coan-sam-ok!” sahut Ouw Lo Si. “Tulenkah benda itu?”
“Tulen!”
Baru saja selesai sahutan gadis itu, ketika tiba-tiba
terdngar suara orang tertawa berkakakan seram, bersamaan
dengan itu tampak Pek Tiong Thian sudah berdiri di hadapan
ketiga lawannya itu.
Ternyata ia sudah tidak sabaran dan telah datang satu
hari terlebih cepat!
“Hei, jahanam!” bentak Ouw Lo Si, “mengapa kau sudah
datang hari ini? Bukankah kau sudah berjanji untuk datang
pada hari yang ketujuh?”

Sampul Maut 624


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

“Aku datang kapan saja aku kehendaki! Ha, ha, ha!” sahut
Pek Tiong Thian. Lalu ia melanjutkan kepada Wei Beng Yan.
“Hei, anjing! Mana itu orang sakti dari Sit-bie-keng?”
“Hei, jahanam!” bentak To Siok Keng. “Tahukah kau
benda apa yang berada dalam tanganku ini?”
“Ha, ha, ha! Kau pernah mengingusi aku di atas puncak
Cie-sin-hong, dan kali ini kau akan mampus!” seru Pek Tiong
Thian sambil mengeluarkan Ciam-hua-giok-siu dari balik
bajunya.
Sementara itu, Wei Beng Yan diam-diam sudah
mengerahkan tenaganya. Sebagai isyarat agar To Siok Keng
menyerang berbareng ia segera berkata.
“Hei, jahanam! Hari ini kau akan mati oleh Thay-yang-sin-
jiauw!”
Berbareng dengan berakhirnya kata-kata itu, tampak
tangan kanannya diangkat ke atas. Tiba-tiba kelima jarinya
membentang dan......
“Sssaaatt!!”
Serunya lantang sambil menyerang ke arah dadanya
lawannya.
Pek Tiong Thian tidak menjadi kaget mendengar seruan
yang seram itu, tetapi tampak ia terdorong mundur ke
belakang sehingga tidak dapat melancarkan serangan dengan
tangan yang memegang sarung tangan ajaib itu.

Sampul Maut 625


Koleksi Goldy Senior http://lontaremas.blogspor.com

Justru pada saat ia mundur itulah, To Siok Keng dengan


cepat sekali telah meloncat sambil melontarkan selubung
kuningan ke arah kepala jahanam itu.
Pek Tiong Thian yang menganggap bahwa si gadis tengah
menjalankan tipu muslihat seperti di puncak Cie-sin-hong,
acuh tak acuh menggeprak benda yang sedang meluncur di
sebelah atas kepalanya itu.
“Cring!!”
Demikianlah terdengar suara yang nyaring sekali.
Serentak dengan itu terdengar suara jeritan seram, tampak
tubuh Pek Tiong Thian terhuyung untuk kemudian roboh di
tanah! Sekujur tubuhnya telah tertancap dengan jarum halus
yang sangat beracun, jarum Tok-beng-oey-hong!
Demikianlah, dengan matinya Pek Tiong Thian ini, Ouw Lo
Si lalu berpamitan untuk balik lagi ke tempatnya semula, yalah
dengan menjadi si penjual arak di kaki gunung dekat lembah
Yu-leng-kok.
Dan setelah semangat serta tenaga Wei Beng Yan pulih
seluruhnya, iapun mengajak To Siok Keng berangkat ke
pegunungan Oey-san, dimana mereka menetap sebagai suami
isteri yang rukun.

––––––––––

TAMAT

Sampul Maut 626

Anda mungkin juga menyukai