Makalah Menampilkan Sikap Yang Sesuai Dengan Hukum
Makalah Menampilkan Sikap Yang Sesuai Dengan Hukum
Makalah Menampilkan Sikap Yang Sesuai Dengan Hukum
DISUSUN OLEH
XI MIPA 6
SMA NEGERI 1 MENGWI
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan Rahmat, dan KaruniaNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya oleh pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki dalam menyusun dan mengumpulkan data terbilang sangat kurang.
Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran, yang tentunya bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
[i]
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I : Pendahuluan........................................................................................1
[ii]
[iii]
BAB I
PENDAHULUAN
[1]
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yakni:
a) Bagaimana perilaku yang sesuai dengan hukum?
b) Bagaimana perilaku yang bertentangan dengan hukum?
c) Apa saja sanksi bagi pelanggar hukum?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
a) Untuk mengetahui perilaku yang sesuai dengan hukum.
b) Untuk mengetahui perilaku yang bertentangan dengan hukum.
c) Untuk mengetahui sanksi yang diterapkan kepada pelanggar
hukum.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini yakni
metode literasi, yaitu dengan cara menelaah dari berbagai sumber
publikasi ilmiah dan buku cetak. Dari hasil pencarian ini kemudian diolah
dan dianalisis sehingga menghasilkan sebuah pembahasan dan kesimpulan
dari topik yang sudah ditetapkan.
Adapun data yang digunakan pada kajian ini bersumber dari data
yang di dapatkan dengan menggunakan GoogleScholar, e-book, jurnal dan
artikel ilmiah, serta internet.
[2]
BAB II
PEMBAHASAN
[3]
Kepastian hukum sebagai perlindungan yustisiabel terhadap
tindakan sewenang- wenang, yang berarti bahwa seseorang akan
dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan
tertentu.
Hukum sendiri tidak akan dapat berjalan sempurna apabila
segenap masyarakatnya tidak benar-benar menegakkan hukum itu
sendiri. Penegakan hukum sendiri dapat dilakukan dari diri sendiri,
dengan cara selalu berperilaku yang sesuai dengan hukum, dan
apabila terdapat seseorang yang melanggar hukum, alangkah
baiknya untuk langung ditegur. Penegakan hukum dalam
kehidupan bernegara juga dibantu oleh berbagai Lembaga yang
berwenang, seperti Kejaksaan, POLRI dan TNI, serta masih banyak
lembaga pemerintah/ non pemerintah lainnya.
2.1.2 Ciri-Ciri Seseorang yang Berperilaku Sesuai Dengan Hukum
a. Disenangi oleh masyarakat pada umumnya
b. Tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain
c. Menciptakan keselarasan
d. Mencerminkan sikap sadar hukum
e. Mencerminkan kepatuhan terhadap hukum
2.1.3 Contoh Perilaku yang Sesuai Dengan Hukum
1. Lingkungan Keluarga
a) Mematuhi perintah orang tua
b) Menghormati anggota keluarga yang lain
c) Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga
2. Lingkungan Sekolah
a) Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan
b) Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku
c) Tidak mencontek ketika sedang ulangan
[4]
3. Lingkungan Masyarakat
a) Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat
b) Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti
c) Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di
masyarakat
4. Lingkungan Bangsa dan Negara
a) Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya
b) Membayar pajak, retribusi parkir
c) Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum
2.2 Perilaku yang Bertentangan Dengan Hukum
2.2.1 Penyebab Perilaku yang Bertentangan dengan Hukum
Perilaku yang bertentangan dengan hukum timbul sebagai
akibat dari rendahnya kesadaran hukum. Adapun ketidakpatuhan
hukum terjadi karena dua hal, yakni:
a. Pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap sebagai
kebiasaan, bahkan kebutuhan
Dalam hal ini, para pelanggar sudah menganggap bahwa
perilakunya yang bertentangan dengan hukum sudah dianggap
lazim terjadi, sehingga tidak perlu dipermaslahkan. Kurang
tegasnya aparat penegak hukum menjadi salah satu factor dari
perilaku ini.
b. Hukum yang berlaku sudah tidak berlaku lagi dengan tuntutan
kehidupan
Hukum di Indonesia rata-rata masih mengadopsi dari
hukum lama pemerintah Kolonial Belanda. Apabila hukum ini
tidak ada pembaharuan, maka otomatis hukum itu akan lenyap
dengan sendirinya, bahkan tidak segan-segan akan dilanggar.
Hal ini dikarenakan hukum tersebut sudah tidak relevan lagi
dengan kondisi/kebutuhan masyarakat di era globalisasi ini.
[5]
2.2.2 Contoh Perilaku yang Bertentangan Dengan Hukum
1. Lingkungan Keluarga
a) Mengabaikan perintah orang tua
b) Menonton tayangan yang tidak boleh ditonton
c) Ibadah tidak tepat waktu
2. Lingkungan Sekolah
a) Terlambat datang ke sekolah
b) Bolos mengikuti pelajaran
c) Mencontek Ketika sedang ulangan
3. Lingkungan Masyarakat
a) Main hakim sendiri
b) Tindakan diskriminatif terhadap orang lain
c) Membuang sampah sembarangan
4. Lingkungan Bangsa dan Negara
a) Tidak memiliki KTP, SIM, danidentitas lainnya.
b) Tidak mematuhi rambu lalu lintas
c) Merusak fasilitas umum
[6]
mematuhi atau mentaati kaidah hukum. Dengan sanksi ketaatan
masyarakat terhadap hukum dapat dipertahankan. Tidak dapat
dibayangkan jika suatu kaidah dinamakan hukum tanpa adanya sanksi.
Suatu aturan tanpa ancaman sanksi akan lebih berkonotasi pernyataan
biasa daripada sebagai kaidah hukum.
Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya, misalnya
sanksi hukum, sanksi sosial, dan sanksi psikologis. Sifat dan jenis
sanksi dari setiap norma atau hukum berbeda satu sama lain. Akan
tetapi, dari segi tujuannya sama, yaitu untuk mewujudkan ketertiban
dalam masyarakat.
2.3.2. Norma yang Berlaku di Masyarakat
1) Norma Agama
Norma Agama adalah petunjuk hidup yang bersumber dari Tuhan
yang disampaikan melalui utusanutusan-Nya yang berisi
perintah,larangan atu anjuran-anjuran. Sanksi yang didapatkan
apabila melanggar bersifat tidak langsung, karena akan diperoleh
setelah meninggal dunia (pahala atau dosa)
Contoh Penerapan Norma Agama :
a. Rajin beribadah
b. Tidak berjudi
c. Suka beramal
2) Norma Kesusilaan
Norma Kesusilaan adalah pedoman pergaulan hidup yang
bersumber dari hati nurani manusia tentang baik-buruknya suatu
perbuatan. Sanksi yang didapatkan bersifat Tidak tegas, karena
hanya diri sendiri yang merasakan (merasa bersalah, menyesal,
malu, dan sebagainya)
Contoh penerapan Norma Kesusilaan :
a. Berlaku jujur
b. Menghargai orang lain
[7]
3) Norma Kesopanan
Norma Kesopanan adalah pedoman hidup yang timbul dari hasil
pergaulan manusia di dalam masyarakat. Sansi yang didapatkan
berifat tidak tegas, tapi dapat diberikan oleh masyarakat dalam
bentuk celaan, cemoohan atau pengucilan dalam pergaulan.
Contoh penerapan Norma Kesopanan :
a. Menghormati orang yang lebih tua
b. Tidak berkata kasar
c. Menerima dengan tangan kanan
4) Norma Hukum
Norma Hukum adalah pedoman hidup yang dibuat oleh badan yang
berwenang mengatur manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara (berisi perintah dan larangan). Sanksinya bersifat tegas
dan nyata serta mengikat dan memaksa bagi setiap orang tanpa
kecuali.
Contoh penerapan Norma Hukum :
a. Tertib
b. Menaati prosedur yang berlaku
c. Dilarang mencuri
[8]
2.3.3. Sifat Sanksi Norma Hukum
2.3.3.1. Tegas
Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah di
atur. Misalnya, dalam hukum pidana menganai sanksi diatur dalam
pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa sanksi pidana
berbentuk hukuman yang mencakup:
a) Hukuman mati;
Pidana mati atau disebut dengan doodstraf atau death penalty adalah
pidana yang dijatuhkan terhadap orang yang berupa pencabutan
nyawa berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
(Pasal 10 KUHP). Pidana mati adalah pidana terberat berdasarkan
Pasal 69 KUHP maupun berdasarkan hak yang tertinggi bagi manusia.
b) Hukuman penjara
[9]
2) Hukuman tambahan, yang terdiri:
[10]
ii) Barang-barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan,
[11]
2.3.3.2. Nyata
Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan
kadar hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya.
Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan bahwa :
“barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
[12]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan hukum merupakan
tanggapan individu terhadap hukum berdasarkan keyakinan atau pendirian
yang relatif bertahan lama, sehingga mempengaruhi pola pikir dan pola
bertindak seseorang. Apabila sikap ini dijalankan, maka akan tercipta
suasana yang tertib dan kondusif. Kepatuhan hukum itu sendiri memiliki
arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk memahami dan
menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
mempertahankan tertib hukum yang ada, dan menegakkan kepastian
hukum.
Sedangkan, perilaku yang bertentangan dengan hukum timbul
sebagai akibat dari rendahnya kesadaran hukum. Adapun ketidakpatuhan
hukum terjadi karena dua hal, yakni karena pelanggaran hukum oleh
pelanggar sudah dianggap sebagai kebiasaan, bahkan kebutuhan, dan
hukum yang berlaku sudah tidak berlaku dengan tuntutan kehidupan.
Sanksi yang diterapkan kepada pelanggar hukum dapat bervariasi,
sesuai dengan tingkat pidana/kesahan yang dilakukannya. Di Indonesia,
sanksi bisa didapatkan dari keempat norma yang berlaku, yaitu Norma
Agama, Norma Kesusilaan, Norma Kesopanan, dan Norma Hukum. Dari
keempat norma tersebut, dapat dibuktikan bahwa sanksi norma bersifat
tegas dan nyata.
3.2 Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini banyak sekali terdapat kesalahan, baik dalam penyampaian data
maupun tata cara penulisan. Maka dari itu kami meminta kritik, dan saran
dari pembaca, supaya kedepannya kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi.
[13]
DAFTAR PUSTAKA
Sulardi, Yohana. (2015). Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan
Keadilan terhadap Perkara Pidana Anak, Vol. 8 No. 3
http://e-journal.uajy.ac.id/4753/3/2MIH01592.pdf
https://repository.uin-suska.ac.id/12524/7/7.%20BAB
%20II_2018246KI.pdf
https://fahum.umsu.ac.id/sumber-tertib-hukum-yang-ada-di-
indonesia/
https://www.hukumonline.com/berita/a/bahasa-hukum--
pencabutan-hak-tertentu-lt52cb6fc8aef71
e-book Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan /
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI -- Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. Pdf
Modul Pembelajaran SMA KD 3.3
https://drive.google.com/file/d/
1eSgrlUssd6tgDDVzL7JSftfa4pzK6TI0/view
http://repository.uinbanten.ac.id/7542/5/BAB%20III.pdf
Sri Suparmi, S.Pd. LKS Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Klaten:
CV Samudra Penerbit dan Percetakan
[14]