Best Practice E-Government
Best Practice E-Government
Best Practice E-Government
Kelas : B-2
a) online service that eradicate the traditional barriers that prevent citizens and businesses from using
govermnent services and replace those barries with convenient access;
b) government operations for internal constituences that simplify the operational demands of
goverrnment for both agencies and employess (dalam Idrajit, ibid). Pemerintah New Zealand
melihat e-government sebagai fenomena sebagai berikut: e- government is a way for government
to use the new technologies to provide peole with more convenient access to government
information and services, to improve the quality of the service and to provide greater opportunities
to participate in our democratic institutions and processes" (dalam Idrajit, 2002:4).
Italy mungkin termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan detail dalam
mendefinisikan e-Government, yaitu: the use of modern ICT in the modernization of aur
administration, which comprise the following classes of action:
Pada intinya electronic government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini
kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti : G2C (Government to Citizen), GTB
(Government to Business Enterprises), dan G2G (Government to Government/inter- agency
relationship). Ada juga yang menambahkan satu lagi bentuk relasi tersebut yaitu G2E (Government to
Employees ). Adapun bentuk interaksi antar pelaku seperti pada gambar di bawah ini :
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negar untuk saling
berkomunikasi secara intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah
dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal- hal yang berbau diplomasi semata,
namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negra dan kerjasama antar entiti-entiti
negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal hal yang berkaitan
dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan
lain sebagainya.
Electronic government ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara. Menurut Setiayadi
(2003:10) contohnya-contohnya antara lain:
a) penyedian sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh masyarakat. Informasi
ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun
dari internet (yang dapat diakses oleh masyarakat dimana pun dia berada). Informasi ini dapat
berupa informasi potensi daerah sehingga calon investor dapat mengetahui potensi tersebut.
Informasi- informasi tentang berapa pendapatan daerah, komoditas unggulan daerah, jumlah
perguruan tinggi di daerah, dan kondisi kualitas sumber daya manusia di daerah dapat diperoleh
masyarakat secara cepat melalui web site daerah. Tersedianya informasi seperti itu akan menjadi
penentu keberhasilkan dalam persaingan di era globalisasi informasi;
b) penyediaan mekanisme akses melaui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan juga
di tempat umum. Usaha penyedian akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan
untuk mendapatkan informasi;
c) e-procurement dimana pemerintah daat melakukan tender secara on-line dan transparan. Adanya
Electronic government ini akan membawa banyak manfaat, Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003
tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government ( dalam Setiadi, 2003)
bahwa manfaat e- government antara lain :
1. Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari
dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor,
rumah, atau dari mana saja tanpa harus secara fisik datang ka kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya
keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih
baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi
yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat mementukan pilihannya. Sebagai
contoh, data- data tentang persekolahan (jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan
sebagainya) dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan
sekolah yang pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui email atau bahkan video conferencing. Bagi Indonesia yang luas areanya
sangat besar, hal ini sangat membantu.Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah
dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua
harus terbang ke jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam. Di
samping itu, dengan menggunakan teknologi on line, banyak proses yang dapat dilakukan
dalam format digital, al ini akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paperwork), sehingga
proses akan menjadi lebih efisen dan hemat ((Purbokusumo, 2005 : 83).
5. Membantu mengintegrasikan pengetahuan(knowledge), informasi dan aktivitas dalam proses
pemerintahan; mengurangi biaya-biaya operasi atau pungutan liar; meningkatkan tranparansi
kepada publik; dan peningkatan kinerja melalui koordinasi dengan instansi terkait dan
penggunaan data bersama (data sharing) yang lebih mudah, murah dan cepat ( Jogiyanto,
2003:4).
Di samping itu, kehadiran e- government dalam sistem tata pemerintahan dalam berbagai
tingkat pada dasarnya adalah solusi bagi masalah-masalah pemerintahan seperti adanya kelambanan
dalam pelayanan publik akibat adanya hirarkhi yang pangang dan prosedur yang kompleks; kualitas
kebijakan yang buruk yang diakibatkan oleh informasi tidak tersedia pada saat dibutuhkan,
manajemen informasi yang buruk serta alur informasi hanya bersifat vertikal dan tidak horizontal;
KKN dan kebocoran yang tinggi akibat efektivitas pengawasan dan monitoring yang rendah; dan
adanya investasi dari luar yang rendah sebagai akibat dari tidak tersedianya data potensi sumberdaya
dan pasar tidak tersedia serta biaya investasi yang tinggi.
Adanya e-government ini menurut Dwiyanto (2003) akan memberikan manfaat yaitu :
1. E-government menyederhanakan hirarkhi dan memperbaiki kualitas informasi sehingga
hubungan antara bawahan menjadi terbuka dan langsung, kualitas dan kecepatan informasi
menjadi lebih baik, pengambilan keputusan bisa memanfaatkan informasi secara optimal, dan
respon pemerintah menjadi lebih baik dan tepat.
2. E-government memperbaiki kualitas kebijakan dan legitimasi pemerintah meningkat,
sehingga kebijakan pemerintah menjadi information-based dan efektif.
3. E-government membantu mengorganisir data, menganalisis, dan memperbaharui data secara
lebih mudah sehingga informasi mengenai potensi daerah bisa diperoleh dengan mudah.
4. E-government membuat transparansi dan akuntabilitas pemerintah dan pelayanan menjadi
takterhindarkan.
5. E-government mempercepat terwujudnya good governance.
Suksesnya pelaksanaan e- government di suatu pemerintah dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Garnham (2000) memperkirakan faktor non teknis
seperti adanya visi, misi, sasaran, dan strategi yang dinyatakan dengan jelas dan dilaksanakan dengan
dukungan penuh dari pimpinan nasional lebih dominan dalam mempengaruhi keberhasilan e-
government dari pada faktor teknis (dalam Setiadi, tanpa tahun, hal.8). Hal ini dapat dimaklumi,
karena pada dasarnya dalam faktor- faktor teknis dihubungkan dengan alat yang bersifat statis,
sementara dalam faktor nen teknis berkaitan dengan manusia yang memiliki berbagai karakter dan
latar belakang kepentingan yang berbeda. Bila visi, definisi dan leadership sudah dimiliki, faktor
berikut yang menentukan dalam suksesnya implementasi e-government adalah kesepakatan mengenai
sasaran yang ingin dicapai dengan e-government. Secara bijak Amartya Sen, ekonomi pemenang
hadiah nobel ekonomi, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat (means) bukan tujuan (ends).
Kesalahan dalam menetapkan tujuan membawa kita terjebak pada keberhasilan semu. Dengan
pola Pikir Sen ini, kita harus berani mengatakan bahwa tujuan kita membangun e- government buka
agar semua instansi pemerintah terotomatisasi, atau terintegrasi satu dengan lainnya melalui Internet,
atau agar terbangun sistem pelayan publik secara online, namun lebih besar dari itu, yakni sebagai
sarana untuk menyejahterakan masyarakat. Kejelasan sasaran dan pemahaman serta konsistensi semua
pelaku terhadap tercapainya sasaran inilah yang perlu disepakati sejak awal suatu pemerintah
merencanakan membangun e-government. Jika tidak, yang akan terbentuk adalah aplikasi- aplikasi
telematika yang dibangun tanpa mengindahkan harmonisasi dan sinergi dengan elemen pemerintah
lainnya.
Selain itu, faktor keberhasilan lainnya adalah adanya strategi implementasi yang jelas.
Strategi ini di sini diibaratkan sebagai beberapa ekor kuda penarik sebuah kereta. Bila tidak ada kuda
yang bergerak, maka kereta akan tetap tingal diam, sebaliknya bila kuda-kuda tersebut dibiarkan
bergerak liar, maka laju kereta tidak terkendali da penumpang dalam keadaan bahaya.
Kemampuan menentukan strategi dan sekaligus mengendalikan sumber daya ketika
menjalankan e-government menjadi faktor pendukung suskes tidaknya implementasi e-government.
Beberapa strategi tersebut yaitu
a) Strategi Integrasi Proses dan Teknologi,
b) Strategi yang berkaitan dengan Pembangunan Ekonomi,
c) Strategi yang berkaitan dengan upaya Demokratisasi,
d) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun komunitas,
e) Strategi yang berkaitan dengan upaya membangun koordinasi intra dan antar-instansi pemerintah,
f) Strategi yang berkaitan dengan perlunya tersedia kebijakan pendukung,
g) Strategi yang berkaitan dengan upaya penyediaan infrastruktur Internet dan aplikasi e-government
(lebih lengkap lihat Setiadi , Ibid, hal.11-13).
Sementara itu, menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki
dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah Support, Capacity,
dan Value (Indrajit, 2003:15).