Belajar Dan Pembelajaran
Belajar Dan Pembelajaran
Belajar Dan Pembelajaran
PENDAHULUAN
S alah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah
memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang
bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi
pada diri siswa, guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar.
Dengan menguasai hakikat dan konsep dasar tentang belajar diharapkan guru
mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama
pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar
dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih-
lebih setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi
pengertian tentang pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20 pembelajaran
diartikan sebagai “... proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu
konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan
sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan
proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai
peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran
satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpul terjadinya
perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran
dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter
pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses
1.2 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Selamat belajar.
1.4 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
K EGIATAN B ELAJAR 1
A. KONSEP BELAJAR
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Karena pendidikan memiliki misi psiko
pedagogic dan sosio pedagogic maka pengembangan pengetahuan, nilai-nilai
dan sikap, serta keterampilan mengenai keberagamaan dalam konteks
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; keberagamaan dalam
konteks berakhlak mulia; ketahanan jasmani dan rohani dalam konteks sehat;
kebenaran dan kejujuran akademis dalam konteks berilmu melekat; terampil
dan cermat dalam konteks cakap; kebaruan (novelty) dalam konteks kreatif,
ketekunan dan percaya diri dalam konteks mandiri; dan kebangsaan,
demokrasi dan patriotisme dalam konteks warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab seyogianya dilakukan dalam rangka pengembangan
kemampuan belajar peserta didik.
Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan
pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara
konseptual Fontana (1981), mengartikan belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Seperti Fontana, Gagne (1985) juga menyatakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan
berasal dari proses pertumbuhan. Learning is a change in human disposition
or capability that persists over a period of time and is not simply ascribable
to processes of growth (Gagne, 1985: hal. 2). Pengertian ini senada dengan
pengertian belajar dari Gagne (1985) tersebut dikemukakan oleh Bower dan
Hilgard (1981), yaitu bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau
potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak
disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan. Persisnya
dikatakan bahwa: Learning refers to the change in a subject's behavior or
behavior potential to a given situation brought about by the subject's
repeated experiences in that situation, provided that the behavior change
cannot be explained on the basis of the subject's native response tendencies,
maturation, or temporary states (such as fatigue, drunkenness, drives, and so
on). (Bower dan Hilgard, 1981: hal. 11).
B. CIRI-CIRI BELAJAR
Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas pada kita bahwa
belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga
MKDK4004/MODUL 1 1.9
C. JENIS-JENIS BELAJAR
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne
(1985) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut
adalah:
mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut;
atau berhenti mengendarai sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda
lampu merah menyala.
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
10). Proses belajar yang diteorikan dalam semua teori belajar kontemporer
merupakan proses perubahan perilaku yang bersifat ....
A. psikologis murni
B. psiko-pedagogis
C. sosio-psikologis
D. psiko-antropologis
K EGIATAN B ELAJAR 2
A. KONSEP PEMBELAJARAN
Gambar 1.1
Kompleksitas Setting Belajar dan Pembelajaran
program televisi, atau media lainnya. Tentu saja, guru tetap memainkan
peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
Kini, kita sudah memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal itu
dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”
Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik,
pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Marilah kita kaji
dengan cermat satu per satu. Dalam kamus Ilmiah Populer (Tim Prima Pena,
2006:209), kata interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik; saling
mempengaruhi satu sama lain. Peserta didik, menurut Pasal 1 butir 4 UU
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu
dalam Pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar atau learning resources,
secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh
peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Jika
dikelompokkan sumber belajar dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan,
terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan (alam, sosial, budaya, spiritual).
Lingkungan belajar atau learning environment adalah lingkungan yang
menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah,
tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat, dan alam semesta.
Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa ciri utama pembelajaran
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini
menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang
melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau
secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep
pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan
sengaja. Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi
yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik
yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, siswa
lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran
MKDK4004/MODUL 1 1.21
2) Kata kunci apa yang perlu dipelajari untuk memperoleh perilaku akhir
tersebut?
3) Contoh-contoh apa saja yang perlu mendapat respon peserta didik
selama proses belajar?
Langkah Kedua: Mengembangkan urutan awal bingkai dan konfirmasi
respon
1) Informasi apa yang akan ditempatkan pada bingkai pertama?
2) Urutan logis mana yang diharapkan muncul dari peserta didik?
3) Apakah urutan rangsangan yang dipakai mulai dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks?
Langkah Ketiga: Mereviu urutan bingkai dan melakukan perubahan sesuai
kebutuhan
1) Apakah urutan benar-benar dari yang sederhana ke yang kompleks?
2) Apakah isyarat secara berangsur hilang bersamaan di dalam urutan?
3) Apakah respon peserta didik cukup bermakna atau asalan saja?
Langkah Keempat: Menerapkan pembelajaran pada sekelompok kecil
peserta didik dan menyempurnakannya lebih lanjut
1) Apakah peserta didik mengalami kesulitan untuk bingkai tertentu
sehingga membutuhkan perubahan dalam bingkai itu?
2) Apakah ada gejala peserta didik berlomba untuk selesai dengan hanya
membaca bagian dari bingkai itu?
3) Apakah pembelajaran itu mengarah pada penguasaan penampilan atau
tes akhir yang merujuk pada kriteria?
a. Pemahaman pengetahuan
Langkah Pertama: Mengembangkan/syarat untuk membimbing penerimaan
pengetahuan baru
1) Pertanyaan informal apa yang akan menghubungkan struktur kognitif
peserta didik saat ini?
2) Apakah pembelajaran itu memiliki tujuan yang tertulis atau pernyataan
arah saja yang akan menarik perhatian peserta didik?
3) Bagaimana pengetahuan atau keterampilan baru akan memperkuat yang
sudah dimiliki peserta didik saat ini?
Langkah Kedua: Pilih atau kembangkan dukungan konseptual yang akan
mampu memfasilitasi penyampaian informasi
1) Informasi mana yang perlu digunakan sebagai pemandu awal yang akan
menjembatani pengetahuan lama dengan pengetahuan baru?
2) Konsep, episode, dan citra mana yang sudah diterima yang dapat
digunakan untuk memberi ilustrasi istilah, definisi, atau konsep baru?
3) Apakah pertanyaan penghubung dalam teks dapat digunakan oleh
peserta didik untuk mensimulasikan hal yang baru?
MKDK4004/MODUL 1 1.27
4) Hal apa yang secara logis menarik peserta didik untuk melakukan
simulasi lebih lanjut?
Langkah Ketiga: Mengembangkan isyarat yang dapat membantu peserta
didik untuk mengingat kembali yang telah dipelajarinya
1) Perbandingan seperti apa dalam konsep, istilah, atau gagasan yang dapat
dibuat untuk semua hal yang telah dipelajarinya?
2) Pertanyaan inferensi apa yang dapat digunakan untuk menyimpulkan
hasil pembelajaran?
b. Pemecahan masalah
Langkah Pertama: Menganalisis hakikat masalah
1) Proses seperti apa yang dituntut oleh masalah? Penyusunan,
transformasi, induksi, atau analisis historis.
2) Apa yang meski ada dalam masalah dan kendala dalam pemecahan
masalah itu?
3) Untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah yang optimum
langkah mana yang perlu dimasukkan?
Langkah Kedua: Menganalisis perilaku dari pemecah masalah pemula
1) Unsur masalah mana yang menjadi pusat perhatian pemecah masalah
pemula dan bagaimana perbedaannya dengan masalah yang menjadi
pusat perhatian para pakar?
2) Unsur masalah penting mana yang biasanya diabaikan oleh pemecah
masalah pemula?
3) Strategi umum mana yang biasanya digunakan oleh pemecah masalah
pemula, yang dinilai kurang produktif?
Langkah Ketiga: Menyajikan masalah kepada peserta didik dan menerapkan
langkah yang tepat untuk membantu peserta didik melalui proses pemecahan
masalah
1) Membantu peserta didik mengidentifikasi masalah yang sesungguhnya,
jumlah keharusan yang minimum, dan kendala yang implisit dalam
masalah.
2) Membantu peserta didik merumuskan tujuan, melakukan analisis
historis, dan strategi lain yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
3) Mendorong peserta didik untuk merumuskan dengan kata-katanya
sendiri masalah, tujuan dan strategi yang akan digunakan dalam
pemecahan masalah.
1.28 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Latihan
Pilih salah satu paradigma pembelajaran dari 6 contoh yang telah kita bahas.
Anda diminta untuk menerapkannya dalam salah satu mata pelajaran yang
selama ini, Anda asuh di SMP/MTs atau SMA/MA atau sekolah tempat Anda
mengajar. Latihan ini mohon secara perorangan hasilnya dapat dikemukakan
pada saat Anda mengikuti tutorial tatap muka. Catatlah komentar dari tutor
dan/atau teman-teman sekelas Anda.
menjatuhkan jaket melihat ibunya ibunya berkata “Ambil jaketmu”
mengambil jaket menggantungkan jaket di tempatnya.
Agar siswa berhasil dalam belajar rangkaian, kondisi internal yang harus
ada antara lain adalah bahwa setiap hubungan stimulus - respon yang ada
dalam rangkaian harus sudah dikuasai siswa. Seorang siswa yang sedang
belajar mengunci pintu tidak akan berhasil mengunci pintu apabila dia belum
menguasai cara memasukkan kunci ke lubang kunci pada pintu. Untuk
membantu siswa berhasil dalam belajar rangkaian, kegiatan pembelajaran
haruslah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang urutan
kegiatan dalam urutan yang tepat, menuntut siswa untuk melaksanakan satu
rangkaian kegiatan tanpa waktu sela, serta memberikan penguatan kepada
siswa yang telah menyelesaikan satu rangkaian kegiatan dengan tepat.
yang dipelajari. Dengan melihat perbedaan yang dimiliki oleh objek, individu
dapat memahami benda, suasana, peristiwa, atau objek lain yang ada di
lingkungannya. Misalnya, kita dapat memahami lingkungan sosial dengan
cara mengidentifikasi perbedaan yang dimiliki oleh pada umumnya orang-
orang yang termasuk dalam suatu masyarakat seperti desa dan kota.
Sehubungan dengan karakteristik belajar membedakan, proses
pembelajaran seyogianya:
a. menghadapkan kepada siswa 2 hal yang masing-masing memiliki
karakteristik yang khas;
b. memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami dua hal yang
berbeda itu;
c. menyajikan suasana yang berisikan berbagai objek sehingga siswa dapat
menerapkan pengertian tentang dua objek melalui proses klasifikasi;
d. memberi jalan bagi siswa untuk memantapkan hasil pemahamannya itu.
mampu membedakan secara pasti antara suatu objek dengan objek yang lain.
Misalnya untuk memahami konsep “bank”, siswa harus sudah mengetahui
tentang “ciri-ciri bank” dibandingkan dengan yang bukan bank.
Untuk membantu siswa berhasil dalam belajar konsep dalam kegiatan
pembelajaran, guru hendaknya melaksanakan hal-hal berikut.
a. Menyajikan konsep yang akan dipelajari baik secara lisan maupun
tertulis. Pernyataan tentang konsep ini akan masuk ke dalam sistem
ingatan. Siswa dinyatakan berhasil dalam belajar konsep tersebut apabila
siswa mampu mengungkapkan kembali konsep tersebut dari sistem
ingatannya.
b. Menyajikan contoh dan non-contoh ketika membahas konsep yang harus
dikuasai siswa. Dengan adanya contoh dan non-contoh ini, penguasaan
siswa terhadap konsep yang dipelajari akan lebih cepat dibandingkan
apabila guru tidak memberikan contoh dan non-contoh.
c. Apabila siswa telah menguasai konsep yang sedang dipelajari, guru perlu
memberikan penguatan terhadap siswa. Penguatan ini diberikan segera
setelah siswa menunjukkan kemampuannya. Kesegeraan pemberian
penguatan ini berpengaruh terhadap kecepatan siswa menguasai konsep
yang dipelajari. Dengan adanya penguatan yang segera, siswa tidak perlu
terlalu lama melakukan kegiatan “trial-and-error” untuk menguasai
konsep yang dipelajari.
Seorang siswa akan dapat mencapai tahapan belajar aturan apabila siswa
tersebut telah memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep. Suatu aturan
akan dapat dipelajari dengan cukup baik apabila siswa telah menguasai
konsep-konsep yang merupakan prasyarat bagi aturan tersebut. Seorang
siswa akan memahami konsep bahwa “setiap benda bundar menggelinding”
apabila siswa telah menguasai konsep “benda bundar” dan “menggelinding”.
Untuk membantu siswa belajar aturan secara optimal, guru hendaknya
melakukan hal-hal berikut.
a. Mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk mengingat kembali
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Misalnya, untuk
mengingat konsep “bundar”, guru dapat meminta siswa untuk
menyebutkan benda-benda yang berbentuk bundar.
b. Menggunakan pernyataan verbal yang mengarahkan siswa terhadap
aturan dan kaitannya dengan konsep yang telah dipelajari.
c. Meminta siswa untuk menunjukkan contoh penerapan aturan dan berikan
balikan pada setiap tindakan siswa
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
Petunjuk: Untuk soal nomor 1 - 6, pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
9) Kondisi internal yang harus ada pada siswa agar berhasil dalam
pemecahan masalah adalah ....
(1) mampu berpikir kritis
(2) menguasai konsep dan prinsip
(3) tertarik pada hal-hal yang baru
MKDK4004/MODUL 1 1.43
10) Yang dapat dilakukan guru dalam membantu siswa dalam belajar
pemecahan masalah adalah ....
(1) membimbing siswa dalam mencari cara pemecahan masalah
(2) menyajikan masalah yang mudah untuk dipelajari
(3) bertanya tentang konsep yang berkaitan dengan masalah
Tes Formatif 1
1) B. Belajar adalah proses perubahan perilaku.
2) D. Mengikuti proses pertumbuhan bukan merupakan ciri-ciri belajar.
Belajar adalah perubahan perilaku yang sifatnya menetap sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan.
3) D. Perilaku yang muncul karena faktor kematangan tidak dapat
dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar.
4) A. Dalam belajar isyarat, individu mempelajari suatu tanda/simbol
yang dihubungkan dengan perilaku tertentu.
5) B. Belajar konsep lebih menekankan pada pengertian.
6) B. Dalam memecahkan masalah, siswa dihadapkan pada masalah yang
harus dianalisis agar diperoleh pemecahannya.
7) C. Proses pembelajaran tidak menuntut kehadiran guru secara fisik,
tetapi pembelajaran tersebut tetap dirancang oleh guru.
8) C. Pembelajaran merupakan kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
9) A. Perubahan perilaku karena proses pembelajaran dirancang oleh
guru.
10) B. Proses belajar pada dasarnya terjadi dalam diri individu dalam
konteks interaksinya dengan lingkungan yang sengaja diciptakan
untuk itu.
Tes Formatif 2
1) A. Jenis belajar yang paling sederhana menurut Gagne adalah belajar
isyarat.
2) A. Belajar Stimulus-Respon menuntut lingkungan belajar yang
menarik.
3) A. Belajar rangkaian merupakan proses belajar yang tercipta karena
adanya berbagai proses stimulus-respon. Oleh karena itu, agar
proses belajar rangkaian berlangsung dengan baik siswa harus telah
menguasai setiap hubungan stimulus respon yang ada dalam
rangkaian kegiatan yang dipelajari.
4) D. Belajar asosiasi verbal menuntut siswa untuk memiliki informasi
yang terorganisasi dalam sistem ingatan.
5) B. Situasi yang kontras dibutuhkan untuk belajar membedakan.
MKDK4004/MODUL 1 1.45
Daftar Pustaka
Bower, G.H. & Hilgard, E.R. (1981). Theories of learning. (5th ed).
Englewood Diffs, N.J.: Prentice Hall.