Proposal Proyek Inovasi Revisi 3-Dikonversi
Proposal Proyek Inovasi Revisi 3-Dikonversi
Proposal Proyek Inovasi Revisi 3-Dikonversi
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan
proyek inovasi stase keperawatan maternitas ini, sebagai salah satu tugas untuk
memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa sebuah cahaya dalam kegelapan dunia.
Dalam penyusunan laporan proyek inovasi stase keperawatan maternitas ini
tentu tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak maka hambatan dan kesulitan dapat teratasi dengan baik.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga laporan proyek inovasi stase keperawatan maternitas ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga
Allah SWT. meridhai dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, Aamiin.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pernah melahirkan, nyeri persalinan merupakan nyeri yang paling menyakitkan
apalagi bagi ibu-ibu yang baru pertama kali merasakannya (Magfuroh, 2019).
Rasa nyeri pada persalinan seperti rasa nyeri saat kala 1 merupakan
manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah
yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut menjalar ke arah paha.
Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks), dengan
adanya pembukaan ini maka akan terjadi persalinan (Herinawati 2019). Rasa
nyeri diperlukan untuk mengenali adanya kontraksi uterus selama proses
persalinan, tetapi kadang rasa nyeri tersebut bisa menimbulkan akibat patologis
yang dirasakan terus menerus, ditambah rasa cemas dan ketakutan yang dialami
ibu bersalin. Hal ini dapat mengakibatkan keletihan sehingga mengakibatkan
penurunan kontraksi uterus dan proses persalinan pun berlangsung lebih lama.
Cara menghilangkan nyeri persalinan dapat dilakukan secara medis dan
non medis. Cara menghilangkan nyeri persalinan secara medis adalah pethidine,
anestesi epidural, entonox, Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
Tindakan ini sudah banyak digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia untuk
membantu ibu dalam proses melahirkan. Metode non-medis yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan adalah kompres hangat di
punggung bawah atau perut, memberikan massage, terapi aroma minyak esensial,
teknik bernapas yang benar, akupuntur, refleksiologi, dan hypnobirthing (Rahman
et al., 2018).
Teknik massage atau pijat membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan
nyaman selama persalinan. Dalam persalinan, massage juga membuat ibu merasa
lebih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan
ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah atau takut. Salah
satu contoh massage effeularega.
Massage effleurage merupakan melakukan tekanan tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau
perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau
2
memperbaiki sirkulasi. Massage effleurage pada punggung selama 3-10 menit
dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan
pernapasan dan merangsang produksi hormon endorphin yang menghilangkan
sakit secara alamiah. Teknik massage punggung ini tidak memiliki efek samping
pada ibu dan bayi, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal (Amin et al., 2021)
Pemberian massage effleurage telah terbukti meningkatkan kemampuan
ibu untuk mentoleransi nyeri selama melahirkan. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Rika et al., (2019) dengan judul “Pengaruh Massage Effleurage
Terhadap Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Sinta Bandar Lampung”, penelitan ini dilakukan pada 20 ibu
inpartu kala I dimana didapatkan bahwa rata-rata nilai adalah 6,00, median 6,00,
standar deviasi 0,725, skor tertinggi = 7, skor terendah = 5, Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif
sesudah dilakukan massage effleurage mengalami penurunan dimana rata-rata
dengan skor 6,00.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al., (2019) dengan judul
“Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Persalinan
Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Plered” dimana didapatkan hasil bahwa
tingkat nyeri pada pasien kala 1 fase aktif persalinan, sebelum dilakukan massage
berada pada kategori nyeri berat yaitu 30 responden (78,9%) dan tingkat nyeri
pada pasien kala 1 fase aktif persalinan setelah dilakukan massage mengalami
nyeri sedang yaitu 22 responden (57,9%). Maka, dapat disimpulkan bahwa
Terdapat perbedaan rata-rata tingkat nyeri pada pasien kala 1 fase aktif persalinan
sebelummassage effleurage dan sesudah massage effleurage, maka massage
effleurage efektif menurunkan tingat nyeri pada pasien kala 1 fase aktif
persalinan.
Berdasarkan penelitian diatas, untuk menurunkan intensitas nyeri pada ibu
bersalin kala I dapat dilakukan dengan effleurage massage sebagai pendukung
management nyeri non farmakologis. Effleurage merupakan teknik pijatan ringan
3
dengan menggunakan jari tangan, biasanya dilakukan pada bagian perut, selaras
dengan pernapasan saat kontraksi. Effleurage dapat dilakukan baik oleh ibu
bersalin atau pendamping persalinan sewaktu kontraksi aktif. Hal ini digunakan
untuk mengubah perhatian ibu dari rasa sakit saat terjadi kontraksi (Herinawati
2019).
Berdasarkan hasil analisis masalah yang dilakukan di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Juanda pada tanggal 26 April sampai 27 April 2022, dengan cara
wawancara kepada 2 pasien inpartu kala I diketahui bahwa rata rata mengalami
nyeri pada rentang skala 5-6. Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala
ruangan dan bidan di Ruang Kebidanan di Rumah Sakit Juanda, didapakan bahwa
selama ini belum dilakukan effleurage massage untuk mengatasi nyeri persalinan,
sehingga kelompok terarik unuk melakukan proyek inovasi tentang intervensi
nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri berdasarkan evidence based, yaitu
pemberian effleurage massage.
Implementasi dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala
Ruangan dan CI Ruangan. Implementasi ini akan dilakukan pada pasien inpartu
kala I. Dokumentasi dilakukan pada saat implementasi diberikan kepada pasien.
Rencana terakhir yaitu mengevalusasi hasil dari implementasi yang telah
dilakukan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki.
Berdasarkan hasil uraian diatas, kelompok tertarik untuk melakukan
proyek inovasi tentang pengaruh effleura massage terhadap penurunan intensitas
nyeri persalinan kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Juanda.
4
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran skala nyeri sebelum diberikan effleurage
massage terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien dengan
persalinan kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Juanda tahun 2022.
2. Mengidentifikasi gambaran skala nyeri setelah diberikan effleurage
massage terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien dengan
persalinan kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Juanda tahun 2022.
3. Menganalisis pengaruh effleura massage terhadap penurunan intensitas
nyeri persalinan kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Juanda tahun
2022.
5
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam
menerapkan proyek inovasi ini, serta menjadi evidence based practice
bagi penelitian lanjutan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Fatmawati, 2018).
2.1.2 Etiologi
Menurut Gulo (2021), ada beberapa etiologi sebagai berikut :
1. Etiologi Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya
kekuatan his.
2. Esterogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostatglandin, rangsangan mekanis.
3. Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot Rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
7
prostatglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim dan
otot polos relaksasi.
Disamping faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot Rahim dapat
memberikan pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim. Dengan
demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan
terjadinya proses persalinan yaitu:
1. Teori keregangan
Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar
dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada
kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah ketegangan
tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami
perubahan-perubahan dan produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya oto rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
3. Teori okitoksin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton hicks.
Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
8
4. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi
persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
5. Teori hipotalamus-pituiteri glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus
sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.
6. Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates
untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan.
7. Teori lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser
yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
9
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan oksitosin meningkat
sedangkan otot-otot uterus sangat peka terhadap oksitosin. Oksitosin ini
bekerjasama dengan prostaglandin untuk menghasilkan kontraksi.
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar
progesteron berangsur-angsur menurun pada akhir kehamilan
dibandingkan dengan estrogen, hal ini juga merangsang adanya
kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta pun
menjadi tua. Keadaan tersebut menyebabkan villi korialis mengalami
perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesteron
menurun. Keadaan tersebut merangsang kontraksi uterus.
6. Peningkatan kadar kortisol janin. Peningkatan kadar kortisol janin
menyebabkan menurunnya kadar progesteron dan meningkatkan kadar
prostaglandin yang merangsang kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin yang merangsang kontraksi
uterus.
10
Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai.
3. Power/kekuatan ibu. Persalinan terjadi salah satunya karena adanya
kontraksi uterus. Konraksi uterus ini terdiri dari kontraksi volunteer dan
involunteer yang terjadi secara bersamaan.
4. Position/ posisi ibu. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan
fisiologi persalinan. Tujuan perubahan posisi adalah menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
5. Psycology. Kondisi psikologis ibu ditandai adanya perasaan cemas atau
takut yang dapat menurunkan koping ibu terhadap nyeri selama
persalinan.
11
2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. Pada fase aktif
persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Menurut Herinawati (2019), kala II persalinan dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan
pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II itu meliputi :
1) HIS semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina
4) Perineum terlihat menonjol
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3. Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudia uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
12
4. Kala IV (observasi)
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang
ibu sayang bayi. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:
1) Tingkat kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernapasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan : perdarahan masih dianggap normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2.2.1 Pengertian
Nyeri persalinan adalah bagian dari proses normal yang dapat
diprediksi munculnya nyeri yakni sekitar hamil aterm sehingga ada waktu
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persalinan, nyeri yang
muncul adalah bersifat akut memiliki tenggang waktu yang singkat,
munculnya nyeri secara intermitten dan berhenti jika proses persalinan
sudah berakhir (Sintya, 2021).
Jadi, rasa nyeri pada persalinan merupakan manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot Rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa sakit pada pinggang, daerah perut, dan menjalar ke arah paha.
Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks).
Dengan adanya pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan.
13
2.2.2 Fsikologi Nyeri
Menurut Gulo (2021), perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian
proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif
(nociception) yang merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli
yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat
(cortex cerebri).
1. Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada
ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik
kimia, suhu dirubah 11 menjadi suatu aktifitas listrik yang akan
diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ
tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau
trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana
prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-
reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti
histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini
dikenal sebagai sensitisasi perifer.
2. Proses transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan
proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke
medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke
traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa
rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubunga dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.
Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps
interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.
14
Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di
cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Proses modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf
pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara
sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input
nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan
proses ascenden yang dikontrol oleh otak. 12 Analgesik endogen
(enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls
nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior
sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls
nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan
persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang.
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses
tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan
menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri, yang diperkirakan terjadi pada talamus dengan korteks sebagai
diskriminasi dari sensorik.
15
punggung bagian baeah dan sacrum, biasanbya ibu hanya mengalami
rasa nyeri ini hanya selama kontraraksi dan babas dari rasa nyeri pada
intervan antar kontraksi.
2. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kela II tidak seperti
nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan
perineum, sekitar anus nyeri kenis ini disebut nyeri somatik dan
disebabkan perangangan strusktur jalan lahir bawah akibat penurunan
bagian terbawah janin.
3. Episiotomi
Pada peristiwa episiotomi, nyeri dirasakan apabila ada tindakan
episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami
laserasi maupun ruptur.
4. Kondisi psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbukan rasa
cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormon
prostatgalandin sehingga timbul stress. Kondisi stess dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
16
3. Pengalaman masa lalu
Wanita yang tidak didukung secara emosional atau menglami
kesulitan dalam persalinan yang lalu maka dapat menyebabkan
persalinan yang sangat nyeri.
4. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi rasa cemas
dan takut akan nyeri persalinan.
5. Support system
Adanya dukungan berupa semangat dan kepedulian selama
persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu dan membantu
mengontrol rasa nyeri selama persalinan.
17
Terasa kram berat pada perut bagian bawah,
nyeri menyebar ke pinggang, paha atau
punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan
7-9
lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak dapat
(Nyeri Berat)
berkonsentrasi belajar, menangis, wajah
merengut/meringis, kaki dan tangan
tegang/tidak dapat digerakkan.
Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian
bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, dan
punggung, tidak mau makan, mual, muntah,
10 sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
(Nyeri Sangat Berat) berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak
dapat beraktivitas, tangan menggenggam,
mengatupkan gigi, menjerit, terkadang bisa
sampai pingsan.
2.3.1 Pengertian
Menurut Fitriyanti, (2020) massage adalah melakukan tekanan
tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi. Effleurage adalah
bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan yang memberi tekanan
lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang.
Effleurage merupakan teknik masase yang aman, mudah untuk dilakukan,
tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya, tidak memiliki
efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain.
Effleurage diistilahkan untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan. Gerakan ini bertujuan
untuk meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks.
Effleurage terutama dilakukan dengan telapak tangan dan jemari rapat.
Tangan harus mengikuti kontur tubuh saat meluncur diatasnya (Sintya,
2021).
18
2.3.2 Manfaat massage
Berikut ini manfaat massage menurut Fitriyanti, (2020) yaitu:
1. Meningkatkan peredaran darah kulit, dan merangsang susunan sensorik
kulit secara berirama.
2. Meningkatkan peredaran darah otot dan menghilangkan
tegangan serabut-serabut otot.
3. Memperbaiki gangguan ikat-ikat (ligamentum).
4. Melancarkan peredaran darah dan limfe.
5. Merangsang susunan saraf secara berirama untuk mencapai efek
seudatif (merangsang dan menenangkan).
6. Jaringan lemak: tidak terpengaruh oleh massage
7. Mengurangi ketegangan otot
8. Meningkatkan rileksasi fisik dan psikologi
19
8. Membantu pembentukan sel-sel baru atau menyuburkan pertumbuhan
tubuh.
9. Membersikan dan menghaluskan kulit.
10. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.
11. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit yang
boleh dipijat.
20
c. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru
atau cidera akibat berolahraga atau kecelakaan.
d. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas
cidera, yang belum sembuh sempurna.
e. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang
diperkirakan sebagai kanker ganas atau tidak ganas.
21
pisahkan tangan dan kembali kebawah. Gerakan ini harus mengusap
seluas mungkin permukaan tubuh.
22
BAB III
RENCANA KEGIATAN DAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
23
nyaman pada tubuh
d. Menenangkan pikiran dan dapat
mengontrol emosi
e. Melancarkan aliran dalam darah
Indikasi Semua pasien yang mengalami nyeri
inpartu kala I.
Peralatan 1. Tempat dan lingkungan yang
nyaman
2. Lembar NRS untuk mengkaji
skala nyeri
Prosedur 1. Berikan salam, perkenalkan diri
anda dan identifikasi klien dengan
memeriksa identitas klien dengan
cermat serta kaji skala nyeri.
2. Beri tahu klien tindakan yang akan
dilakukan
3. Mencuci tangan
4. Usap ringan
Letakkan kedua telapak tangan di
permukaan tubuh, dengan jemari
rapat dan ujung-ujungnya agak
mendongak. Dalam sekali gerakan
tak terputus, luncurkan kedua
tangan ke bagian atas tubuh
kemudian pisahkan tangan dan
kembali kebawah. Gerakan ini
harus mengusap seluas mungkin
permukaan tubuh.
5. Gerakan melingkar lebar
Sekali lagi, letakkan tangan
mendatar dengan jemari rapat dan
lakukan gerakan seperi berenang.
Buatlah lingkaran-lingkaran yang
saling bertumpukkan dengan
kedua telapak tangan secara
bergantia. Usap seluruh
permukaan tubuh hingga mencapai
bagian sisanya.Ketika sampai
bagian bawah, gerakan tangan
kembali ke atas.
6. Mengurut seperti gelombang
Setelah mengusap ringan
24
permukaan tubuh, misalnya
punggung, gerakan tangan turun
zig- zag bergelombang menuju
bagian tengah dari sisi tubuh. Usap
seluas mungkin permukaan tubuh.
7. Beritahu bahwa tindakan telah
selesai
8. Mencuci tangan
9. Mengevaluasi setelah dilakukan
effleurage massage dan tanya kan
kembali skala nyeri
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa hampir sebagian pasien inpartu
mengalami nyeri berat sebelum diberikan effleurage massage (50,0%) dan
sebagian mengalami nyeri sedang (50,0%), skala nyeri berat (50,0%)
sedangkan setelah diberikan effleurage massage didapatkan hasil hampir
seluruh responden mengalami nyeri sedang (80,0%) dan sebagian kecil nyeri
ringan (20,0%).
Tabel 4.2 Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah diberikan Effleurage
Massage
No Skala sebelum Skala Sesudah
1 7 6
2 6 3
3 7 5
4 7 5
5 5 3
6 7 6
7 6 5
8 5 2
9 6 4
10 8 6
Mean SD Mean SD
Effleurage 10 3,60 0,516 3,00 0,471 0,005 0,005<0,05
Massage
27
Sumber : Hasil Pelaksanaan Proyek Inovasi 2022
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan hasil bahwa rata rata skala nyeri
pasien inpartu sebelum diberikan effleurage massage (3,60) dan setelah
diberikan effleurage massage (3,00). Berdasarkan hasil analisis bivariat
didapatkan nilai P Value (0.005), yang artinya terdapat pengaruh pemberian
effleurage massage terhadap penurunan intensitas nyeri pada persalinan kala I
di Ruang Kebidanan RS Juanda Kuningan.
28
beberapa pasien merupakan primipara, primipara cenderung kurang
mempunyai pengalaman menghadapi nyeri persalinan sehingga mereka
merasa kaget dan syok terhadap yang dirasakannya, karena selama ini mereka
hanya mendengar cerita saja bahwa inpartu khususnya pada saat pembukaan
akan merasakan nyeri yang sangat hebat.
Setelah dilakukan effleurage massage pada pasien inpartu terdapat
adanya penurunan. Hal ini dikarenakan saat kontraksi menyerang biasanya
pasien akan merasakan nyeri dibagian perut dan punggung, sehingga ketika
dilakukan effleurage massage sangat membantu untuk mengurangi rasa nyeri.
Pada saat implementasi sebagian besar pasien meminta untuk terus menerus
dilakukan effleurage massage yang seharusnya dilakukan 10 menit, tetapi
karena dilakakuan terus menerus sampai pembukaan lengkap sehingga
implementasi dilakukan lebih dari 10 menit. Pada saat dilakukan effleurage
massage pasien terlihat rileks dan menikmati pijatan. Hal ini dikarenakan
effleurage massage mempunyai efek distraksi dapat meningkatkan
pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden dan effleurage
massage juga dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat
relaksasi otot, selain itu juga effleurage massage bisa menambahkan wawasan
bagi pasien inpartu tentang massage terhadap skala nyeri persalinan kala 1
(Nasifah, 2021).
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sebelum
dilakukan effleurage massage sebagian pasien mengalami nyeri berat (50,0%)
dan setelah dilakukan effleurage massage hampir seluruh pasien mengalami
nyeri sedang (80,0%).
29
2. Pengaruh Effleurage Massage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Persalinan Kala I Di Ruang Kebidanan Rumah Saki Juanda
Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan implementasi proyek inovasi yang dilakukan kelompok,
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh pemberian effleurage massage
terhadap penurunan intensitas nyeri pada persalinan kala I di Ruang
Kebidanan RS Juanda Kuningan.
Menurut kelompok dilihat dari hasil proyek inovasi dapat disimpulkan
bahwa pada setiap pasien inpartu kala I mengalami rasa nyeri yang berbeda
beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia dan status gravida. Sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Yunarsih (2018), dimana seiring bertambahnya usia
toleransi terhadap rasa nyeri akan semakin tinggi dan pasien dengan
primigravida mempunyai durasi kala I yang lebih lama, sehingga nyeri yang
dirasakan pasien tersebut akan terasa lebih berat.
Nyeri yang dirasakan pasien inpartu kala I harus ditangani dengan baik
karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses persalinan dan berdampak
kurang baik pada janin. Salah satu metode nonfarmakologis yang praktis
digunakan dalam mengurangi rasa nyeri yaitu effleurage massage.
Effleurage massage terbukti berpengaruh terhadap tingkat nyeri pada
pasien inpartu kala I, karena pasien mengatakan terjadi penurunan intensitas
nyeri yang dialami setelah diberikan effleurage massage selama 10 menit dan
terdapat beberapa pasien yang melebihi dari 10 menit. Meskipun pada
dasarnya nyeri yang dirasakan pasien inpartu kala I sulit untuk diturunkan
intensitas nyerinya tetapi setidaknya pada saat diberikan effleurage massage
pasien inpartu kala I merasa sedikit lebih nyaman dan rileks. Hal ini
dikarenakan saat pasien diberikan effleurage massage dapat menstimulasi
otak untuk menghasilkan hormon endorphin yang berperan sebagai penurunan
intensitas nyeri. Selain itu juga bisa menghambat produksi hormon yang
menjadi pemicu nyeri yang semakin berat seperti pada hormon kortisol. Oleh
30
karena itu, dianjurkan pada saat persalinan kala I effleurage massage
dilakukan terus menerus karena rasa nyeri cenderung akan lebih meningkat
jika massage dihentikan. Hal tersebut terjadi karena sistem saraf menjadi
terbiasa terhadap stimulus yang berespon pada rasa nyeri. Seperti yang
dikemukakan oleh Wulandari (2018) bahwasannya, effleurage massage
menghasilkan impuls yang dikirim lewat serabut saraf besar ini akan menutup
gerbang, sehingga otak tidak menerima pesan nyeri karena sudah terblokir
oleh simulasi teknik effleurage massage, akibatnya persepsi nyeri akan
berubah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Suriani (2019) menyatakan bahwa
effleurage massage pada persalinan kala I dapat membantu mempercepat
proses pemulihan nyeri persalinan dengan menggunakan sentuhan tangan
pada punggung pasien secara perlahan dan lembut untuk menimbulkan efek
relaksasi. Selain itu, metode effleurage massage dapat mengurangi
ketegangan ibu dalam menghadapi persalinan dan tidak menyebabkan depresi
pernapasan pada bayi yang dilahirkan.
Selain itu penelitian Hartinah (2018) dengan judul “Pengaruh
Effleurage Massage Terhadap Penurunan Nyeri Pada Ibu Dengan Persalinan
Kala I Fase Aktif” yang dilakukan pada 11 orang dimana didapatkan hasil
bahwa P Value (0.000) < α 0.05, yang artinya terdapat pengaruh effleurage
massage terhadap penurunan nyeri ibu dengan persalinan kala I fase aktif.
Berdasarkan uraian diatas bahwa massage effleurage dapat
memberikan efek positif untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien jika
penatalaksanaan terapi benar-benar dilakukan dengan benar dan pasien yang
merasakan terapi tersebut benar-benar siap menerima proses selama terapi
maka, dengan demikian terapi effleurage massage akan menimbulkan efek
yang positif untuk mengatasi nyeri yang sedang dialami oleh pasien.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Gambaran skala nyeri pasien inpartu kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Juanda sebelum diberikan effleurage massage sebagian pasien mengalami
nyeri berat (50,0%), dan yang lainnya mengalami nyeri sedang (50,0%).
2. Gambaran skala nyeri pasien inpartu kala I di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Juanda setelah diberikan effleurage massage hampir seluruh responden
mengalami nyeri sedang (80,0%) dan sebagian kecil nyeri ringan (20,0%).
3. Terdapat pengaruh effleurage massage terhadap penurunan intensitas nyeri
pada pasien persalinan kala I dengan P value 0,005.
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Maliha, Herawati Jaya, and Atikah Qainitah Ulipia Harahap. 2021. “Teknik
Massage Efflueage Untuk Mengurangi Nyeri Melahirkan Kala I Di Rumah Sakit
Swasta Palembang.” Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM) 1(2): 224–31.
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id.
Fitriyanti, Qorina fairuz zerlita. 2020. “Efektifitas Massage Eflurage Yang Dilakukan
Suami Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Laten Di Kecamatan Setu.” Jurnal
Keperawatan: 1–129.
Hanifah,Wagiyo and Elisa. 2019. “The Differences in The Use of Time Period II
between The Dorsal Recumbent Position and The Combination Position in
Primigravidian Mothers.” Jendela Nursing Journal 3(2): 77–88.
33
Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Plered.” Jurnal
Keperawatan Stikes Cirebon 10(1): 12–18.
Rika, Venita Nita Andryani, and Lidya Aryanti. 2019. “Pengaruh Massage Effleurage
Terhadap Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Sinta Bandar Lampung.” Jurnal Kesehatan Holistik 8(4): 192–97.
Rosita. 2020. “Efektifitas Deep Back Massage Dan Effleurage Massage Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Primipara Di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.” Stikes Graha Edukasi Makasar.
World Health Organization (WHO). 2019. “WHO, UNICEF, UNFPA, The World
Bank. Trends in Maternal Mortality:2015 to 2019.” Geneva: World Health
Organization.
Yunarsih. 2018. “Perbedaan Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Normal Dengan
Pemberian Effleurage Massage Dan Aromaterapi Lavender.” Nursing Sciences
34
Jurnal 1.
LAMPIRAN
35
Lampiran Observasi Skala Nyeri
No Nama Inisial Umur Pembukaan Skala sebelum Skala Sesudah
1 Ny. K 30 8 7 6
2 Ny. A 28 6 6 3
3 Ny. D 25 6 7 5
4 Ny. A 23 8 7 5
5 Ny. N 32 4 5 3
6 Ny. DA 28 8 7 6
7 Ny. E 28 5 6 5
8 Ny. M 22 4 5 2
9 Ny. R 29 5 6 4
10 Ny. S 26 8 8 6
36
Dokumentasi Implementasi Effleurage Massage
37
38