Pengantar Pajak - KUP - Sultoni

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 170

• Pengantar Perpajakan

• Ketentuan Umum & Tata


Cara Perpajakan

INSTRUKTUR: SULTONI, SE, MSE, MIDEC


CONTENTS
Pengantar Hukum Pajak

NPWP

SPT

Wakil danKuasa

OUTLINE Pembayaran Pajak

Pembukuan dan Pencatatan

Ketetapan Pajak
PENGANTAR
HUKUM PAJAK
Benjamin
SUMMARY Franklin

SUMMARY

“The only Alcatel


two today
certaintiesAlcatel
in lifetoday
Alcatel values
are DEATH and
Alcatel values
TAXES” Alcatel’s vision and offering
Alcatel’s vision and offering

Direktorat Jenderal Pajak


May
May 2006
2006 All
All rights
rights reserved
reserved ©
© 2006,
2006, Alcatel
Alcatel
Albert
SUMMARYEinstein
SUMMARY

“Hal yangAlcatel
paling today
rumit di dunia
Alcatel today
Alcatel values
adalah Pajak
Alcatel values
Penghasilan….”
Alcatel’s vision and offering
Alcatel’s vision and offering

Direktorat Jenderal Pajak


May
May 2006
2006 All
All rights
rights reserved
reserved ©
© 2006,
2006, Alcatel
Alcatel
Definisi Pajak

kontribusi wajib kepada negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat

(UU KUP Pasal 1 angka 1)


CIRI-CIRI PAJAK

1. Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan


kepada penguasa/Negara (yang berhak
memungut pajak hanyalah Negara)
2. Berdasarkan Undang-Undang serta aturan
pelaksanaannya (dapat dipaksakan)
3. Tanpa imbalan (kontraprestasi) secara
langsung dari Negara
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara, yaitu pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas
Fungsi Pajak
◼ Fungsi Budgeter
Pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah.
Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri
◼ Fungsi Regulerend (mengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan
ekonomi.
Misal: pajak yang tinggi dikenakan kepada
minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan


merata, yaitu pajak dikenakan kepada suatu
subjek secara sebanding dengan kemampuan
membayar pajak (ability to pay) dari subjek
dimaksud dan sesuai dengan manfaat yang
diterima
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
2. Certainty

Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-


wenang
Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui
secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar serta batas waktu
pembayaran
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

3. Convenience

Pemungutan pajak harus “nyaman” bagi Wajib


Pajak
Baik terkait dengan waktu dan tempat
pembayaran maupun pelaporan, pelayanan dll
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

4. Economy

Biaya pemungutan pajak oleh otoritas pajak (tax


collection cost) dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak (tax compliance cost)
diharapkan seminimum mungkin
Sistem Pemungutan Pajak
A. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
- Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang
- WP bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus
B. SELF ASSESSMENT SYSTEM
- Wewenang
- Kepercayaan diberikan kepada
- Tanggung jawab wajib pajak
C. WITHHOLDING SYSTEM
Wewenang diberikan kepada pihak ketiga untuk
memotong/memungut besarnya pajak terutang milik WP
Stelsel Pajak
A. STELSEL NYATA
- Pengenaan pajak berdasarkan obyek (penghasilan)
yang nyata
- Pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak
B. STELSEL FIKTIF
Pengenaan pajak berdasarkan suatu anggapan yang diatur
Undang-undang
C. STELSEL CAMPURAN
Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel fiktif
Contoh: PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29
Tarif Pajak
1. Tarif sebanding / proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak
Contoh:
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di
dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%
Tarif Pajak
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama)
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai untuk kuitansi
dengan nilai nominal berapapun (sepanjang di
atas batasan Rp 5 juta) adalah Rp 10.000
Tarif Pajak
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar

Contoh:
Tarif Pasal 17 UU PPh untuk WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak Tarif
0 – 60.000.000 5%
>60.000.000 – 250.000.000 15%
>250.000.000 – 500.000.000 25%
>500.000.000 – 5.000.000.000 30%
>5.000.000.000 35%
Tarif Pajak
4. Tarif regresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak
Sistematika Hukum Pajak
◼ Hukum pajak material
Memuat norma-norma yang menerangkan
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenakan pajak (objek), siapa yang
dikenakan pajak (subjek), berapa besar
pajak yang dikenakan, segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak

Contoh: UU PPh, UU PPN


Sistematika Hukum Pajak
◼ Hukum pajak formal
memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan
hukum pajak material menjadi kenyataan,
hukum pajak formal ini memuat:
❑ Tata cara penetapan utang pajak
❑ Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP
mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak
❑ Kewajiban WP, misal penyelenggaraan
pembukuan/pencatatan dan hak-hak Wajib
Pajak mengajukan keberatan dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak Berdasarkan Golongan
◼ Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pajak Penghasilan
◼ Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan Wewenang
Pemungut
◼ Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
◼ Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
◼ Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
◼ Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame
Jenis Pajak berdasarkan Sifat
◼ Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPh
◼ Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
Increasing Local Taxing Power
Local Taxes based on Law 34/2000 (Old Law)
Province Cities and Districts
1. Vehicles Tax (including water vehicles) 1. Hotel Tax
2. Vehicles ownership transfer tax 2. Restaurant Tax
3. Gasoline Tax 3. Entertainment Tax
4. Tax on collection of ground and surface water 4. Advertising Tax
5. Street Lightning Tax
6. Mineral Tax (C Category; for example sand )
7. Parking tax

Local Taxes based on Law 28/2009 (New)


Province Cities and Districts
1. Vehicles Tax (including water vehicles) 1. Hotel Tax
2. Vehicles ownership transfer tax 2. Restaurant Tax
3. Gasoline Tax 3. Entertainment Tax
4. Tax on collection of ground and surface water 4. Advertising Tax
5. Cigarette tax 5. Street Lightning Tax
6. Mineral Tax (C Category; for example sand )
7. Parking tax
8. Ground water tax
9. Tax on Swallow bird’s nest
10. Rural and Urban Property Tax
11. Property and Land Ownership Transfer Tax

26
Perlawanan terhadap Pajak
◼ Perlawanan Pasif
Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan
pajak dan mempunyai hubungan erat dengan
struktur ekonomi
◼ Perlawanan Aktif
Secara nyata terlihat pada semua usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak, bisa dalam bentuk Tax
Avoidance dan Tax Evasion
UU yang mengatur KUP

UU No. 6 Tahun 1983


UU No. 9 Tahun 1994
UU No. 16 Tahun 2000
UU No. 28 Tahun 2007
UU No. 16 Tahun 2009
UU No. 11 Tahun 2020 (CiKa)
UU No. 7 Tahun 2021 (HPP)
Subyek Pajak NPWP/
Mendaftar Diri NPPKP

Menghitung
SPT
Memperhitungkan

Wajib Pajak Menyetor SSP

Obyek Pajak Melapor SPT


Ketentuan Formal Ketentuan Material
Fase timbulnya Fase self Fase Fase Sengketa Fase
hak dan assessment Pengawasan Penyelesaian
kewajiban Sengketa
Ber-NPWP Pengadilan Pajak
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU
Keberatan
S
BANDING E
Pembukuan
L
Ketetapan Surat Kep. E
Menyampai- Pajak
Hak dan Keberatan S
kan SPT
kewajiban
PUTUSAN A
Diperiksa ? Setuju? Setuju? BANDING I
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
CIRCUMNAVIGATION UU KUP Pelaporan pajak

Kewajiban mendaftarkan
NPWP dan pengukuhan PKP Pembukuan & Pemeriksaan pajak
pencatatan

Pembayaran pajak
Wajib Pajak
Upaya Hukum

Penagihan pajak Penetapan &


ketetapan

Pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
Ketentuan khusus Tindak pidana perpajakan
& penyidikan Imbalan bunga
NPWP dan pkp
(NOMOR POKOK WAJIB PAJAK &
PENGUSAHA KENA PAJAK)
Subjek Pajak

1a Orang Pribadi

Warisan yang yang belum terbagi


1b sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak

2 Badan

3 Bentuk Usaha Tetap


Subjek Pajak Orang Pribadi

WP OP yang tidak
melakukan usaha
atau pekerjaan bebas
e.g.: Karyawan, PNS,
TNI/Polri
1 WP OP yang
melakukan usaha

WP OP yang melakukan
pekerjaan bebas
pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi
yang mempunyai keahlian khusus sebagai
usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja
e.g. Pengacara, Akuntan, Konsultan, Penilai,
Arsitek, Notaris, Dokter, Aktuaris;
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT,
Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Kewajiban Mendaftarkan Diri

BADAN ORANG PRIBADI

Syarat Objektif
Syarat Subjektif

Wilayah tempat Wilayah tempat


kedudukan tinggal
KANTOR
PELAYANAN PAJAK

36
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam


administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai:

TANDA IDENTITAS
PENGENAL WAJIB
DIRI PAJAK

DALAM MELAKSANAKAN
HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Wanita Kawin

Wanita Kawin yg Memiliki Penghasilan

hidup berpisah berdasarkan keputusan hakim atau


Penghasilan isteri
dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
digabung dgn suami
pemisahan penghasilan & harta

NPWP isteri = NPWP suami


(Hak & kewajiban YA TIDAK
perpajakan digabung)
ingin melaksanakan hak &
memenuhi kewajiban perpajakan
bila telah memiliki NPWP terpisah dari hak & kewajiban
sebelum kawin maka harus perpajakan suami
mengajukan penghapusan

bila telah memiliki NPWP


sebelum kawin maka tidak perlu Isteri &suami masing-masing memiliki NPWP,
mendaftarkan diri lagi (Hak & kewajiban perpajakan terpisah)
38
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Anak yang Belum Dewasa

Sesuai UU PPh 1984 dan perubahannya


anak yg belum dewasa
belum berumur 18 tahun
&
belum pernah menikah

kewajiban perpajakan
digabung dgn orang tuanya

NPWP ikut dgn orang


tuanya

39
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Warisan Yang Belum terbagi

Warisan yg belum terbagi sebagai


satu kesatuan menggantikan yg
berhak

menggunakan

NPWP dari orang pribadi yg


meninggalkan warisan

diwakili oleh

o salah seorang ahli waris;


o pelaksana wasiat; atau
o pihak yang mengurus harta
peninggalan.
NPWP WP OP
Diadministrasikan sebagai berikut:
1. Orang Pribadi yang terdiri dari WP Belum Menikah atau Suami sebagai kepala
keluarga (KK)
2. Hidup Berpisah (HB) yaitu wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena
hidup berpisah berdasarkan putusan hakim
3. Pisah Harta (PH), wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena
menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
secara tertulis

4. Menjalankan Terpisah (MT), yaitu wanita kawin selain kategori Hidup Berpisah dan
Pisah Harta, yang dikenai pajak secara terpisah karena memilih melaksanakan hak dan
kewajiban terpisah dari suaminya

5. Warisan Belum Terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,
menggantikan yang berhak, yaitu ahli waris

41
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak


sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 5 UU KUP)

terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama


merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.

01.234.567.8 – 999 . 000


Kode WP Kode Kode
KPP cbg
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI
WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017

BADAN wajib mendaftarkan diri


kepadanya
diberikan
Orang pribadi yang
paling lama 1 (satu) bulan setelah NPWP
menjalankan saat usaha mulai dijalankan
usaha atau
pekerjaan bebas saat pendirian, atau saat
usaha atau pekerjaan bebas
nyata-nyata dimulai

Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila kepadanya
wajib mendaftarkan diri diberikan
jumlah penghasilannya s/d
suatu bulan yg paling lama pada akhir bulan NPWP
disetahunkan telah berikutnya
melebihi PTKP setahun
CONTOH
Udin bersama rekan-rekannya bermaksud mendirikan sebuah Yayasan
di bidang pendidikan. Akte pendirian dibuat dihadapan Notaris pada
tanggal 20 Mei 2017 dengan nama Yayasan Bhakti Utama. Kegiatan
usaha baru benar benar dilaksanakan secara aktif pada 1 November
2017 .

Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama 1


(satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara saat
pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.

Saat usaha mulai dijalankan Yayasan Bhakti Utama adalah tanggal


20 Mei 2017.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama tanggal
20 Juni 2017.
CONTOH
Udin, seorang bujangan (TK/-) mulai bekerja pada tanggal 1 Februari
2017 sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta nasional
dengan penghasilan neto sebulan sebesar Rp 4.000.000,00. Mulai 1
Juni 2017 Udin mendapat kenaikan gaji menjadi sebesar 4.600.000,-

Karena Udin belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan maka


PTKP setahun adalah Rp54.000.000,00 atau sebulan Rp 4.500.000,-
Sampai dengan bulan Mei 2017 penghasilan Udin masih di bawah PTKP
sebulan. Sedangkan mulai Juni 2017 penghasilan Udin sudah meleibihi
PTKP sebulan

Udin wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya
setelah bulan memperoleh penghasilan yang jika disetahunkan jumlahnya
melebihi PTKP setahun,
yaitu paling lambat akhir bulan Juli 2017.
PENGUSAHA KENA PAJAK

PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN

BARANG JASA
KENA KENA
PAJAK PAJAK

YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
DAN PERUBAHANNYA
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Pasal 2 ayat (2) UU KUP

SETIAP WAJIB PAJAK SEBAGAI PENGUSAHA


YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN UU PPN 1984 DAN PERUBAHANNYA

WAJIB MELAPORKAN USAHANYA PADA KANTOR


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA
MELIPUTI:

TEMPAT
TEMPAT
TEMPAT TINGGAL KEGIATAN USAHA
KEDUDUKAN
DILAKUKAN

DIKUKUHKAN MENJADI PENGUSAHA KENA PAJAK


JANGKA WAKTU PELAPORAN USAHA

WAJIB PAJAK

BADAN
wajib melaporkan usahanya untuk
Orang pribadi dikukuhkan sebagai PKP paling lama akhir
yang bulan berikutnya, setelah di suatu bulan
menjalankan omset kumulatif dalam setahun melebihi Rp
usaha atau 4,8 Miliar
pekerjaan bebas
Contoh
PT Pluto adalah perusahan yang mengelola rumah makan berdasarkan
perjanjian franchise dengan pemilik merk “Kentucky Fried Chicken” di USA.
Akte pendirian dibuat di hadapan Notaris pada tanggal 10 Januari 2017.
Usaha mulai aktif dijalankan pada tanggal 1 Maret 2017 dan rumah makan
mulai dibuka tanggal 1 April 2017.

PT Pluto adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat 1 bulan setelah tanggal 10 Januari
2017.
PT Pluto adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dan memanfaatkan barang
tidak berwujud (franchise) dari luar Daerah Pabean.
Namun PT Pluto bukan PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan
adalah makanan minuman di rumah makan (bukan Barang Kena Pajak)

PT Pluto tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak
Contoh
PT Yupiter adalah pedagang besar komputer. Akte pendirian dibuat
dihadapan Notaris pada tanggal 10 Mei 2017. Usaha mulai aktif dijalankan
yaitu dengan mulai menjual komputer pada tanggal 1 Juni 2017.

PT Yupiter adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat 10 Juni 2017.

PT Yupiter adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau


pekerjaannya melakukan usaha perdagangan.
PT Yupiter adalah PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan adalah
komputer yang merupakan Barang Kena Pajak

PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan
dimana omset setahun melebihi Rp 4,8 Miliar
Contoh
Misalkan PT Yupiter tersebut dalam tahun buku 2018 omset penjualan
komputernya tidak lebih dari Rp 4,8 M

PT Yupiter merupakan PENGUSAHA KECIL dan dengan permohonan,


pengukuhan PKP dapat dicabut.

Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu masa pajak
dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih dari Rp 4,8 M

PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP


paling lambat akhir masa pajak berikutnya
PENERBITAN NPWP & PKP
SECARA JABATAN
Pasal 2 ayat (4) UU KUP

DIREKTUR JENDERAL PAJAK MENERBITKAN NPWP


DAN MENGUKUHKAN PKP

SECARA
JABATAN

APABILA WAJIB PAJAK atau PENGUSAHA KENA PAJAK


TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SELAMA 5 TAHUN KE BELAKANG
Pasal 2 ayat (4a) UU KUP

PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK


ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DITERBITKAN
NPWP DAN/ATAU PKP

SECARA
JABATAN
DIMULAI SEJAK SAAT WAJIB PAJAK MEMENUHI PERSYARATAN

SUBJEKTIF OBJEKTIF

PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SEBELUM DITERBITKANNYA NPWP


DAN/ATAU DIKUKUHKANNYA SEBAGAI PKP
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang


wilayah kerjanya meliputi

WP Orang Pribadi Ditetapkan oleh


WP Badan
Dirjen Pajak
tempat tinggal WP
tempat kedudukan Bagi WP tertentu
&/tempat kegiatan
Wajib Pajak
usaha, apabila WP KPP PMA, KPP Badan &
OP melakukan Orang Asing, KPP
kegiatan usaha Perusahaan Masuk Bursa,
KPP WP Besar, KPP Madya
Dalam hal tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua
atau lebih wilayah kerja KPP, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi

tempat kedudukan Wajib tempat kegiatan usaha apabila


Pajak badan/ tempat tinggal WP OP melakukan kegiatan
WP orang pribadi usaha/ kantor cabang untuk
WP Badan
Untuk kewajiban perpajakan:
- PPh badan/PPh Orang Pribadi Untuk kewajiban perpajakan:
(PPh Pasal 25 dan 29) - PPh Pot Put
- PPh Pot Put - PPN dan PPnBM
- PPN dan PPnBM
Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM
terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila
memenuhi persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan
Pasal 26 (pegawai) tidak dapat dilakukan pemusatan pemotongan,
penyetoran dan pelaporan pajak terutang.
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
Bagi WP OP yang berstatus sebagai
karyawan

Di KPP Domisili Melalui KPP Lokasi

Diproses sesuai ketentuan KPP yang wilayah kerjanya


yang berlaku. meliputi tempat kegiatan usaha
Pemberi Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.

KPP lokasi mengirimkan


permohonan pendaftaran ke
KPP Domisili.

NPWP diberikan oleh KPP


Domisili.
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang


wilayah kerjanya meliputi

tempat kegiatan Ditetapkan oleh


usaha Wajib Pajak Dirjen Pajak

PKP tertentu

KPP PMA, KPP Badan &


Orang Asing, KPP
Perusahaan Masuk Bursa,
KPP WP Besar, KPP Madya
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
Per-132/PJ./2010
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui
tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak
termasuk perdagangan kendaraan dan restoran.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri


untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai
(outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
Wajib Pajak (KPP domisili).
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN MENDAFTARKAN
DIRI DAN MELAPORKAN KEGIATAN USAHA
Administrasi Pidana
apabila WP tidak melaksanakan Setiap orang yang dengan sengaja :
kewajiban mendaftarkan diri dan a. tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
atau PKP tidak melaporkan
atau tidak melaporkan usahanya untuk
usahanya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Dirjen Pajak menerbitkan NPWP Pajak; b. menyalahgunakan atau
dan atau mengukuhkan PKP secara menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan
jabatan
Pengusaha Kena Pajak; sehingga dapat
Terhadap kekurangan pembayaran pajak menimbulkan kerugian pada
sebagai akibat NPWP dan pengukuhan pendapatan negara, dipidana dengan
PKP secara jabatan dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam)
administrasi berupa bunga sebesar tarif bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
bunga per bulan yang ditetapkan oleh dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
Menteri Keuangan paling lama 24 bulan jumlah pajak terutang yang tidak atau
dihitung sejak saat terutangnya pajak kurang dibayar dan paling banyak 4
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian (empat) kali jumlah pajak terutang
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai yang tidak atau kurang dibayar.
dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP) (Pasal 39 angka 1 UU KUP)
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain

Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan


menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya.

Ke KPP Lama Ke KPP Baru

KPP Lama menerbitkan KPP Baru menerbitkan Kartu


Surat Pindah paling lama NPWP dan Surat Keterangan
pada hari kerja berikutnya, Terdaftar paling lama pada
untuk diberikan ke KPP baru hari kerja berikutnya atau
setelah menerima Surat
Pindah dari KPP Lama
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya


apabila WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari
WP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 2 angka 6 UU KUP)

Termasuk wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan


keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan untuk WP orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk WP badan,
sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 7 UU KUP)
PENCABUTAN PKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 8 UU KUP)

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus


memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan PKP
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 9 UU KUP)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2015:


> PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak lain;
> Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha
Kena Pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan
bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas
jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk
Pengusaha Kecil
PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU PENCABUTAN PKP

Jabatan Permohonan WP

Dirjen Pajak

Pemeriksaan

Penghapusan NPWP dan/atau


Pencabutan Pengukuhan PKP

63
Pasal 4
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN

PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU

6 BULAN 12 BULAN

WP OP WP BADAN

SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP


PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN


PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

PERMOHONAN
JABATAN
WP

PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN 6 BULAN
SPT
(SURAT PEMBERITAHUAN)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

SURAT yang oleh WAJIB PAJAK digunakan untuk MELAPORKAN:

PENGHITUNGAN dan/atau PEMBAYARAN PAJAK

OBYEK PAJAK dan/atau BUKAN OBYEK PAJAK

HARTA dan KEWAJIBAN

SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN


SPT Definisi SPT

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan


dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)

SPT Masa SPT Tahunan


yaitu Surat Pemberitahuan untuk yaitu Surat Pemberitahuan
suatu Masa Pajak, terdiri dari: untuk suatu Tahun Pajak atau
bagian Tahun Pajak meliputi:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22 -SPT Tahunan PPh WP Badan
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 (SPT 1771 dan SPT 1771$)
PPh Pasal 4 ayat 2 -SPT Tahunan PPh WP Orang
PPh Pasal 15 Pribadi (SPT 1770, 1770S
PPN (Form 1111) dan 1770SS)
PPN bagi Pemungut (Form -SPT Tahunan Penundaan
1107 PUT) 1771Y, 1770Y
SPT Kewajiban penyampaian SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
{Pasal 3 ayat 1 UU KUP}
Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
{Pasal 3 ayat 1b UU KUP}
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah,
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 1a UU
KUP)
Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)
SPT Penandatangan SPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa
badan harus ditandatangani dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
oleh pengurus atau menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
direksi. (Pasal 4 ayat 2 UU khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
KUP) Pemberitahuan. (Pasal 4 ayat 3 UU KUP)

yaitu yang tercantum harus memenuhi syarat sbb: (PMK:229/PMK.03/2014)


namanya dalam -memiliki NPWP;
susunan pengurus -telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir;
yang tertera dalam -menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
akte pendirian maupun dan
akte perubahan -memiliki Surat Kuasa Khusus dari WP yang memberi kuasa dengan
format terlampir.
Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat
brevet atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yg diterbitkan oleh perguruan tinggi
negeri atau swasta dg status terakreditasi A, sekurang-kurangnya DIII;
Dalam hal konsultan pajak dibuktikan dg kepemilikan Surat Izin Praktik yg diterbitkan Dirjen
Pajak dan dilengkapi dg Surat Pernyataan sbg Konsultan Pajak.
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN {Pasal 3 ayat (7) UU
KUP}
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:

a Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;


b Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan ;
SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT,
SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
{Pasal 4 angka 4b UU KUP}
Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4
angka 3 UU KUP)
c Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur
secara tertulis; atau

d Surat pemeriksaan
Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap sebagai data perpajakan.
SPT
CARA PENYAMPAIAN SPT

Disampaikan Secara diberi bukti penerimaan oleh


langsung petugas yang ditunjuk

Disampaikan melalui tanda bukti pengiriman


pos tercatat surat

Disampaikan melalui
tanda bukti pengiriman
jasa ekspedisi atau
surat
jasa kurir

e-Filing melalui ASP


(Penyedia Jasa kepada WP diberikan Bukti
Aplikasi) Penerimaan Elektronik
SPT
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (3)

SPT MASA selain PALING LAMA 20 (dua puluh) HARI


SPT PPN setelah AKHIR MASA PAJAK

PALING LAMA AKHIR MASA PAJAK


SPT MASA PPN
BERIKUTNYA

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 3 (tiga) BULAN


WP OP setelah AKHIR TAHUN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 4 (empat) BULAN


WP BADAN setelah AKHIR TAHUN PAJAK
SPT Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
ADMINISTRASI PIDANA
Apabila SPT tidak disampaikan dalam Setiap orang yg karena kealpaannya: a. tidak
jangka waktunya atau batas waktu menyampaikan SPT; atau b. menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
perpanjangan penyampaian SPT, dikenai
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar
sanksi administrasi berupa denda sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
sebesar: pendapatan negara dan perbuatan tsb merupakan
❑ Rp500.000 SPT Masa PPN, perbuatan setelah perbuatan yg pertama kali
❑ Rp100.000 SPT Masa lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda
❑ Rp1.000.000 SPT Tahunan PPh Badan, paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
❑ Rp100.000 SPT Tahunan PPh OP kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
(Pasal 7 UU KUP) terutang yg tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
Apabila SPT tidak disampaikan dalam tahun. (Pasal 38 UU KUP)
jangka waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada Setiap orang yg dgn sengaja: c. tidak menyampaikan
waktunya sebagaimana ditentukan dalam SPT; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yg
Surat Teguran; maka jumlah pajak yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; sehingga dapat
kurang dibayar/disetor ditagih dengan menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
SKPKB ditambah sanksi administrasi dipidana dgn pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
berupa kenaikan sebesar 50% untuk
jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar dan
PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
PPN dan PPnBM. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP) kurang dibayar. (Pasal 39 UU KUP)
YANG TIDAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA KARENA TIDAK MEMENUHI
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT (Pasal 7 ayat 2 UU KUP)
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dikenakan sanksi
administrasi berupa denda (Pasal 7 UU KUP)

tidak dilakukan terhadap:


a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga
negara asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
SPT Hak WP berkaitan dengan
penyampaian SPT

1 Memperpanjang jangka waktu


penyampaian SPT;
(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)

2 Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)

3 Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
SPT Memperpanjang Jangka Waktu
Penyampaian SPT
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk
paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)
Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain misalnya dengan
pemberitahuan secara elektronik kepada Dirjen Pajak.
Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 5 UU KUP)
SPT Akibat administratif perpanjangan
waktu penyampaian SPT

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian SPT


Tahunan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak
yang sebenarnya terutang, atas kekurangan pembayaran pajak tersebut
dikenai bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung dari saat
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai dengan
tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut untuk paling lama
24 bulan dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)
CONTOH
PT ABC setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis
menunda jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2020 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal 30 Juni
2021 dengan perhitungan sementara pajak terutang
sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta. Kekurangan
pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta dilunasi pada
tanggal 25 April 2021.
PT ABC menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal 30
Juni 2021 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar
Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28
Juni 2021.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenakan bunga


sebesar:
0,55% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp220.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2021 – 28 Juni 2021
= 2 bulan.
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
Membetulkan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP)
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan
Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua)
tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(Pasal 8 ayat 1a UU KUP)

pada saat Surat Pasal 13 angka (1) “Dalam


Pemberitahuan Pemeriksaan jangka waktu 5 (lima) tahun
Pajak disampaikan kepada setelah saat terutangnya pajak
Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau berakhirnya Masa Pajak,
pegawai, atau anggota bagian Tahun Pajak, atau Tahun
keluarga yang telah dewasa Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dari Wajib Pajak. dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”
Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat
penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, paling lama 24 bulan dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)
CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2020 pada
tanggal 20 Februari 2022, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2022.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi


administrasi berupa bunga sebesar:
0,96% x 10 x Rp30.000.000 = Rp2.880.000
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2021 – 18 Februari
2022 = 10 bulan.
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
Akibat administratif pembetulan SPT Masa
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, paling lama
24 bulan dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 8 ayat 2a UU KUP)
CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Masa PPN Masa Januari 2021 pada
tanggal 20 Desember 2021, yang semula menyatakan jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp100juta dan
Pajak Masukan Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp130juta dan
Pajak Masukan tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Desember 2021.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi


administrasi berupa bunga sebesar:
0,94% x 10 x Rp30.000.000 = Rp2.820.000
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Maret 2021 – 18 Desember
2021 = 10 bulan.
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
Mengungkapkan ketidakbenaran Perbuatan

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum


dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak yang
kurang dibayar.
{Pasal 8 ayat 3 dan 3a UU KUP}

”Setiap orang yang karena kealpaannya:


a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar ...”
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan


syarat Direktur Jenderal Pajak belum diterbitkan SPHP, Wajib Pajak dengan
kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan
sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar/kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil/besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar/kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar/kecil;
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
(Pasal 8 ayat 4 UU KUP)

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dari pajak yang kurang dibayar,
paling lama 24 bulan, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri
dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
WAKIL/
KUASA
PASAL 32 UU KUP
Ayat 1
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :

Badan Pengurus

Badan yang dinyatakan pailit Kurator

orang atau badan yang ditugasi


Badan dalam pembubaran
untuk melakukan pemberesan

Badan dalam likuidasi Likuidator

suatu warisan yang salah seorang ahli warisnya,


pelaksana wasiatnya atau yang
belum terbagi mengurus harta peninggalannya

anak yang belum dewasa atau orang wali atau pengampunya


yang berada dalam pengampuan
PASAL 32 UU KUP
Ayat (2)
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang
terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-
benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang
terutang tersebut.

Ayat (3)

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan


surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Penjelasan Ayat (3)


Yang dimaksud dengan "kuasa" adalah orang yang menerima
kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
PMK 229 Tahun 2014
Pasal 3
1 Persyaratan Kuasa (Bukan Konsultan Pajak)

Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak, persyaratan


menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dibuktikan
dengan kepemilikan sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal
di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri
atau swasta dengan status terakreditasi A, sekurang-kurangnya tingkat
Diploma III yang dibuktikan dengan menyerahkan fotokopi sertifikat
brevet atau ijazah

2 Persyaratan Kuasa (Konsultan Pajak)

Dalam hal seorang kuasa adalah konsultan pajak, persyaratan


menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dibuktikan
dengan kepemilikan Surat Izin Praktek Konsultan Pajak yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan
dan menyerahkan fotokopi Surat Izin Praktek Konsultan Pajak
yang dilengkapi dengan Surat Pernyataan Sebagai Konsultan
Pajak dengan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II
Peraturan Menteri Keuangan ini
PEMBAYARAN
PAJAK
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Paling Lama Jenis Setoran


PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25
Tanggal 15 bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
berikutnya
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Disetor Paling Lama Jenis Setoran


Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang
satu hari setelah dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pemungutan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
Tanggal tujuh bulan
oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang
berikutnya
ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
Sebelum SPT PPN
disampaikan PPh Tahunan
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan
Pembayaran Pajak

Untuk dihitung dari tanggal jatuh tempo


Masa pembayaran sampai dengan tanggal
Pajak pembayaran, dan bagian dari bulan dikenai sanksi
dihitung penuh 1 (satu) bulan administrasi berupa
(Pasal 9 ayat (2) bunga sebesar
tarif bunga
per bulan yang
Untuk dihitung mulai dari berakhirnya batas ditetapkan
PPh waktu penyampaian Surat Pemberitahuan oleh Menteri
Setahun Tahunan sampai dengan tanggal Keuangan, untuk
pembayaran, dan bagian dari bulan penuh paling lama 24 bulan
1 (satu) bulan
(Pasal 9 ayat (2a)
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional

libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan


Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya

Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat


Pembayar pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
an
dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran/
penyetoran pajak terutang pada suatu masa pajak
Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
untuk paling lama 24 bulan dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan (Pasal 9 ayat 2a UU KUP)

Contoh:
Angsuran masa PPh Pasal 25 Tahun 2021 sejumlah Rp10juta per bulan.
Angsuran PPh 25 Masa Pajak Mei 2021 dibayar tanggal 18 Juni 2021. Tanggal
15 Juli 2021 diterbitkan Surat Tagihan Pajak.
Sanksi bunga dalam STP dihitung 1 bulan
(16 Juni 2021 – 18 Juni 2021)
0,95% x 1 x Rp10.000.000 = Rp95.000
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran pajak
yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh

Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT
Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga
per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, untuk paling lama 24 bulan
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan (Pasal 9 ayat 2b UU KUP)

Contoh:
SPT Tahunan PPh Badan 2020 PT ABC yang melaporkan PPh terutang sebesar
Rp100juta dengan kredit pajak sebesar Rp80juta disampaikan tanggal 10 Mei 2021.
Pajak yang kurang dibayar sebesar Rp20juta dibayar pada tanggal 9 Mei 2021.
Disamping dikenai sanksi administrasi karena terlambat menyampaikan SPT, atas
keterlambatan pembayaran pajak yang kurang dibayar tersebut dikenai sanksi
administrasi berupa bunga dengan masa 1 bulan (1 Mei 2021 – 9 Mei 2021):
0,96% x 1 x Rp20.000.000 = Rp192.000
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Peredaran <
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan 4,8 M
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI
WAJIB MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat 2 UU KUP)
1
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
(Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp 4,8 M, boleh menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

2 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha


atau pekerjaan bebas.
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP Badan
Yang Wajib • WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas
dengan omzet setahun Rp 4,8 miliar ke atas)

• WP OP Norma (omzet setahun < Rp 4,8


Pengecualian miliar)
• WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan)
usaha/pekerjaan bebas

Page ▪ 104
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut .
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)
Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final.
(Pasal 28 ayat 9 UU KUP)
WP Orang Pribadi yang tidak memilih
menyelenggarakan pembukuan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan
bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma


Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama
3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan
Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
yang disampaikan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui
kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang
Pribadi tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada
Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1 harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; ayat 3
2 harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;ayat 4
3 diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas; ayat 5
4 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;ayat 6
5 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;ayat 7
6 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan; ayat 8
PRINSIP TAAT ASAS

prinsip yang sama digunakan dalam metode


pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya,
untuk mencegah penggeseran laba atau rugi

misalnya dalam penerapan : Stelsel pengakuan


penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian
persediaan; Metode penyusutan dan amortisasi
STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan


penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada
waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar tunai.

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya


didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
dibayar secara tunai.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan,
bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu,
serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah dibayar
tunai dalam suatu periode tertentu.
STELSEL KAS UNTUK PENGHITUNGAN PPh
Pemakaian stelsel kas murni dapat mengakibatkan penghitungan yang
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari
tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas
dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sbb:

Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi


seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh
pembelian dan persediaan.
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang
dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).

stelsel campuran
PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG
SELAIN RUPIAH (PMK No. 196/PMK.03/2007 stdt PMK 1/PMK.03/2015)
Dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak:

Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing


Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;

Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang memerlukan reksadana dalam denominasi satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal –Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal;
bentuk usaha tetap
WP yg mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri;
Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasasi oleh perusahaan induk
(parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa.
KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN
Pasal 28 UU KUP
1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
2
harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
3 Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final
PENYIMPANAN DOKUMEN
Pasal 28 ayat 11 UU KUP
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi on-
line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat
tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat
kedudukan Wajib Pajak badan.

Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku,


catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas daluwarsa penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara
program aplikasi on-line harus dilakukan dengan
memperhatikan faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
ADMINISTRASI PIDANA
apabila kewajiban sebagaimana Pasal 39 ayat 1 UU KUP
dimaksud dalam Pasal 28 Setiap orang yang dengan sengaja:
(Pembukuan) atau Pasal 29 f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
(Pemeriksaan) tidak dipenuhi, yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak
sehingga tidak dapat diketahui menggambarkan keadaan yg sebenarnya; g. tidak
besarnya pajak yang terutang menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
berupa kenaikan sebesar :50 % dokumen lainnya; h. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dari PPh yang tidak atau kurang dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dibayar;100 % dari PPh yang dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
tidak atau kurang dipotong, yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
tidak atau kurang dipungut, program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud
tidak atau kurang disetorkan, dalam Pasal 28 ayat (11);
dan dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
tetapi tidak atau kurang
disetorkan;100 % dari PPN dan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
PPnBM yang tidak atau kurang dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
dibayar (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
Pasal 13 (1) d jo Pasal 13 (3) yang tidak atau kurang dibayar.
UU KUP
KETETAPAN
PAJAK
PENETAPAN
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak.
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat


Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib
Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2015 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2015, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului


terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu
dengan ketentuan melalui pemotongan/pemungutan pihak
peraturan ketiga dan dibayar sendiri.
perundang-undangan
perpajakan
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan
bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak yang terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN Berdasarkan hasil


pemeriksaan atau
keterangan lain
Surat
Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2015 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2015, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang


dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2015
tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi
yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya Surat


pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut Ketetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak
SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat ketetapan pajak adalah surat


ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.
(Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat


ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)

JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) UU KUP
Dalam jangka waktu 5 (lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB dalam hal-hal sbb:

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, pajak yang terutang tidak/kurang dibayar;


b. apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0%;
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai PKP
secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
f. PKP tidak melakukan penyerahan BKP/JKP dan/atau ekspor BKP/JKP dan telah
diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) UU PPN
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf a
UU KUP
a
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB
{Pasal 13 (2) UU KUP}
Contoh: SPT PPh Badan Tahun 2020 (Tahun Takwim) dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2021.

Berakhirnya Terbit
tahun pajak SKPKB

31/12/20 1/1/21 12 bulan 20/12/21


Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2020 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2021, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2021.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp312.500.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi adm (bunga 1,76%; 10 bulan) Rp 5.280.000,00
2021
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 35.280.000,00
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf b
UU KUP
b apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar :
a. Bunga berdasarkan kementerian Keuanga dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
Tahun Pajak;
b. Bunga berdasarkan kementerian Keuangan dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 75% dari PPh dipotong tapi tidak disetor
d. 75 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak
atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai
dengan tanggal 30 April 2022, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2020. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei
2022 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2022. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2022, dengan perincian sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang SPT 2020, Rp --
Kredit Pajak 1/1 2021 – 10/8/22 = 20 bln Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp12.500.000,00.

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp --
SKPKB
tanggal 10 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00
Agustus Sanksi adm sesuai KMK (20 x 2,28%) Rp 5.700.000,00
2022
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp18.200.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf c
UU KUP

c apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak


Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 %;

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus
persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2020 dengan rincian sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2021.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,
Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00
DJP Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
menerbitkan
SKPKB Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
tanggal 10 Dikompensasikan ke Masa Jan 2021 Rp 30.000.000,00
Desember
2021 Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf d
UU KUP
d
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Ketentuan mengenai Kewajiban WP ketika dilakukan
PEMBUKUAN pemeriksaan

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. Bunga berdasarkan kementerian Keuanga dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. Bunga berdasarkan kementerian Keuangan dari Pajak Penghasilan
yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetor; atau
c. 75% dari PPh dipotong tapi tidak disetor
d. 75 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang
dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2021 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2022, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2022.
Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan buku2,
catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak terutang
tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto
sebesar Rp1,1milyar dan PPh terutang sebesar Rp 312.500.000.
DJP Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Agutus 2022 Sanksi adm. Suku Bunga MK (8, 2.28%) Rp 2.736.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 32.736.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf e
UU KUP
e
apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan paling lama 24 bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.

{Pasal 13 (2) UU KUP}


Contoh
CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai
berusaha sejak awal Januari 2019, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan
tanggal 10 Oktober 2021 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan.
Berdasarkan data yang ada, diperoleh penghasilan neto selama tahun 2019 adalah sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 282.500.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2019 sebagai akibat
penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB.
Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2021 maka SKPKB tersebut adalah sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Sanksi adm (bunga 1,82%; 22 bulan) Rp113.113.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp395.613.000,00
CONTOH - lanjutan
juga berlaku
untuk Bunga
yang dihitung
sebelum 2
November
2020

tarif bunga yang


digunakan
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB Pasal 13 UU KUP

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah


saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”

(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan dalam Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2015 2016 /2020 2021

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKB tetap dapat
jangka waktu 5 diterbitkan apabila WP
pajak 2015
(lima) tahun Dirjen melakukan tindak
dengan
tahun Pajak dapat pidana di bidang
takwim menerbitkan SKPKB perpajakan untuk
Tahun Pajak 2015
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)

JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
SKPKBT dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan
dalam rangka penerbitan SKPKBT.

Apabila skp terdahulu terbit


termasuk data
sudah pernah berdasarkan pemeriksaan maka
baru adalah
diterbitkan dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila
data yang
surat ketetapan skp terbit berdasarkan keterangan lain
semula belum
pajak maka dilakukan pemeriksaan, bukan
terungkap
pemeriksaan ulang
DATA BARU
Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan
mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak
belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada
waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang
semula belum terungkap, yaitu data yang:
a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta
lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus
tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus
tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut
adalah tergolong data yang semula belum terungkap.
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP

ayat 2
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
ayat 3
Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis
dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.
Contoh
Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2019 a/n PT FGH telah dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2020 dengan
perincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00
Sanksi adm. (bunga 2%; 10 bulan) Rp 2.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00
Pada bulan Mei 2021 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang
belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa
Desember 2019 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya
jumlah pokok pajak pada Masa Des’19 adalah Rp120juta.
DJP Jumlah Pajak Rp120.000.000,00
menerbitkan Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00
SKPKBT Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00
tanggal 25
Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
Mei 2021
Tambahan jumlah pajak YMHD Rp 40.000.000,00
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)

PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00
JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan SKPLB apabila jumlah kredit
pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran
pajak, menerbitkan SKPLB apabila terdapat pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
ayat 3
SKPLB masih dapat diterbitkan lagi apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data
baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih
besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan.
Contoh Ps 17(1)
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2020 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2021, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2021.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp252.500.000,00.

Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)
SKPLB Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,
setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak surat
pemotongan atau pemungutan permohonan diterima

a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut

PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak
yang dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan.

PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang
dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum
dibebankan sebagai biaya.
Pasal-Pasal dalam UU KUP yang berkaitan dengan restitusi

kredit pajak / jml pajak yg


PASAL 17(1) PEMERIKSAAN dibayar > jml pajak yg terutang

WP MENGAJUKAN Pajak yang seharusnya


PASAL 17(2) RESTITUSI tidak terutang

PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI (selain 17C & 17 D)

PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

Beli BKP di dalam Daerah


Pabean namun tidak
PASAL 17E OP BUKAN SPDN dikonsumsi di dalam Daerah
Pabean
148
SKPPKP
(SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK)

Permohonan WP

Penelitian

Pasal 17C (1) UU KUP Pasal 17D (1) UU KUP Pasal 9 (4c) UU PPN

PPh & PPN PPh & PPN PPN

PPh 3 bulan PPN 1 bulan


SKPPKP

diperhitungkan dengan utang pajak


Ps. 11 (1) UU KUP

SKPKPP
1 bulan sejak tanggal SKPPKP
SKPPKP
WP KRITERIA TERTENTU

Tepat waktu dalam menyampaikan SPT

PASAL 17C Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua


jenis pajak, kecuali tunggakan tsb telah
memperoleh izin untuk mengangsur/menunda

LK diaudit dengan pendapat WTP selama 3 tahun


berturut-turut

Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak


pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu
5 tahun terakhir.

150
SKPPKP
PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian
WP
PENELITIAN
Pendahuluan
DAPAT
DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh
PPN
3 Bulan
1 Bulan 5 tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN

100%
151
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)

POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00
PAJAK NIHIL Rp --

POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --
PAJAK NIHIL Rp --
PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP

Direktur Jenderal Pajak setelah


melakukan pemeriksaan, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak
atau tidak ada pembayaran pajak.
Contoh
PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen
menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2020 (tahun takwim) pada tgl 30 April
2021 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb:
Rugi Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya


adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.

DJP menerbitkan SKPN


Pokok Pajak Rp --
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Pajak Nihil Rp --
SURAT TAGIHAN PAJAK
(STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat


untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
(Pasal 1 angka 20 UU KUP)

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum


yang sama dengan surat ketetapan pajak.
(Pasal 14 angka 2 UU KUP)
sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
Surat Paksa.
PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah
b tulis dan/atau salah hitung;

c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d PKP tidak membuat faktur pajak atau terlambat membuat faktur pajak;

PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam
e Pasal 13 ayat (5) dan (6) UU PPN, selain identitas pembeli BKP/JKP serta nama
dan tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b, c, h
UU PPN dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

h terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak.
STP
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.

PPh dalam tahun berjalan Tidak atau Kurang Bayar


+ SANKSI
PENYEBAB
BUNGA
DITERBITKANNYA Terdapat Kurang Bayar akibat salah tulis &/hitung

STP WP dikenai sanksi berupa Bunga atau Denda


Sesuai Pasal yg
mengatur

(Ps.14) Tidak membuat FP atau terlambat


membuat FP + SANKSI
PKP

DENDA
Tidak mengisi FP secara lengkap 1% x DPP

Diterbitkan berdasarkan penelitian atau pemeriksaan

157
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan pajak

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang


dibayar;

b dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak


sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

serangkaian Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam


kegiatan yang STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan untuk dan huruf b ditambah dengan sanksi
menilai kelengkapan administrasi berupa bunga
pengisian Surat
Pemberitahuan dan
sebesar tarif bunga per bulan
lampiran- yang ditetapkan oleh Menteri
lampirannya Keuangan untuk paling lama 24
termasuk penilaian bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
tentang kebenaran atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
penulisan dan atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
penghitungannya. STP (Pasal 14 ayat (3) UU KUP)
Contoh
PPh Pasal 25 Tahun 2021 setiap bulan sebesar Rp100.000.000 jatuh
tempo tiap tanggal 15. Bulan Masa Juni 2021, dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000.

Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar Rp60juta.

Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan


STP pada tanggal 18 September 2021 dengan
penghitungan sbb:

Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2021 Rp60.000.000


Bunga = 3 x 0,95% x Rp60.000.000 Rp 1.710.000
Jumlah yang harus dibayar di dalam STP Rp61.710.000

16 Juli 2021 – 18 September 2021 = 3 bulan


dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan (Ps 9(2))
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
Contoh
SPT Tahunan PPh OP tahun 2020 (tahun takwim) yang
disampaikan pada tanggal 31 Maret 2021 setelah dilakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.

Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada


tanggal 12 Juni 2021 dengan penghitungan sbb:

- Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00


- Bunga = 3 x 0,93% x Rp1 juta Rp 27.900,00
- Jumlah YMHD di dalam STP Rp1.027.900,00

1 April 2021 – 12 Juni 2021 = 3 bulan


dihitung mulaidari berakhirnya batas waktu penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1(satu) bulan.
CONTOH - lanjutan

tarif bunga yang


digunakan
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa bunga
Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;

Pasal 9 ayat 2a KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam
suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat 2b KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo penyampaian SPT Tahunan

Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut
ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;

Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda


pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal WP diperbolehkan menunda penyampaian
SPT Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari
jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: PKP tidak membuat faktur pajak atau terlambat membuat
faktur pajak;

Pasal 14 ayat 1 huruf e: PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan (6) UU PPN, selain identitas
pembeli BKP/JKP serta nama dan tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b, c, h UU PPN dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP
pedagang eceran;

Terhadap PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 1% dari Dasar Pengenaan Pajak (Pasal 14 ayat 4 UU
KUP)

Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya;
Contoh
PKP A pada tanggal 30 Mei 2021 menyerahkan Barang Kena Pajak dengan
harga jual Rp10juta kepada PKP B. Pelunasan dilakukan oleh PKP B pada
tanggal 2 Juli 2021 dan bersamaan dengan itu PKP A menerbitkan Faktur
Pajak tertanggal 2 Juli 2021.

PKP A terlambat membuat Faktur Pajak yang seharusnya


pada tanggal 30 Mei 2021

Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal


melalui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 1% x DPP

DJP menerbitkan
STP

1% x Rp10.000.000,00 = Rp100.000,00
KETENTUAN UU HPP
TERKAIT KUP
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP ORANG PRIBADI

Untuk mengintegrasikan basis data


kependudukan dengan sistem administrasi
perpajakan dan mempermudah WP orang
pribadi melaksanakan pemenuhan
kewajiban hak dan kewajiban perpajakan
BESARAN SANKSI
PADA SAAT PEMERIKSAAN DAN SANKSI DALAM UPAYA HUKUM

a. Sanksi pemeriksaan dan WP tidak b. Sanksi setelah upaya hukum


menyampaikan SPT/membuat namun keputusan
pembukuan keberatan/pengadilan menguatkan
ketetapan DJP
Uraian KUP UU HPP
lama
Uraian KUP lama UU HPP
PPh kurang dibayar 50% Sanksi bunga per bulan →
suku bunga acuan + uplift Keberatan 50% 30%
factor 20% (maks. 24 bulan)
PPh kurang 100% Sanksi bunga per bulan →
dipotong suku bunga acuan + uplift Banding 100% 60%
factor 20% (maks. 24 bulan)
PPh dipotong tetapi 100% 75%
tidak disetor Peninjauan - 60%
PPN & PPnBM 100% 75% Kembali
kurang dibayar
KUASA WAJIB PAJAK

Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh siapapun,


sepanjang memenuhi persyaratan kompetensi
menguasai bidang perpajakan. Pengecualian
syarat diberikan jika kuasa yang ditunjuk
merupakan suami, istri, atau keluarga
sedarah/semenda 2 (dua) derajat

Anda mungkin juga menyukai