UKM Rahmi
UKM Rahmi
UKM Rahmi
Permasalahan:
Pada tanggal 3 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Tonjong yang
merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Permasalahan yang
ditemukan tidaklah banyak, mengingat pelaksanaan sudah cukup baik. Permasalahan
yang ada menurut saya berasal dari faktor eksternal, di mana di masa pandemi ini
masyarakat yang datang masih banyak yang tidak memakai masker, anak-anak bermain
berdekatan tanpa masker dan tidak adanya protokol menjaga jarak. Tidak juga ditemukan
sarana untuk mencuci tangan.
Perencanaan:
Perencanaan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memberi edukasi
kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan terkait Covid-19. Hal ini dilakukan agar
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan memakai masker, menjaga
jarak, mencuci tangan, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan:
Pada tanggal 3 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Tonjong yang
merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Pelaksanaan dilakukan
bersama seorang bidan desa dari puskesmas dan enam orang kader. Posyandu ini
dilaksanakan di rumah kader dengan pengaturan tata letak meja pendaftaran,
penimbangan, pengukuran tinggi/panjang badan, meja imunisasi, matras untuk ANC dan
meja bendahara/kasir. Pelaksanaan cukup legeartis. Sebanyak 15 bayi dan anak datang
untuk melakukan imunisasi dan 8 orang ibu hamil datang untuk ANC. Untuk kesadaran
masyarakat yang datang sudah baik, karena semua yang datang telah mematuhi jadwal
imunisasi anjuran seperti yang tertera di buku, tidak ada yang terlambat.
Permasalahan:
Pada tanggal 12 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Teluk Terate
yang merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Permasalahan yang
ditemukan adalah kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu
yang memiliki anak balita mengenai ANC dan imunisasi wajib.
Perencanaan:
Perencanaan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan melakukan imunisasi
dasar wajib kepada balita dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Pada tanggal 12 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Teluk Terate
yang merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Pelaksanaan
dilakukan oleh 1 dokter internsip bersama seorang bidan desa dari puskesmas dan lima
ibu kader. Posyandu ini dilaksanakan di rumah kader dengan pengaturan tata letak meja
pendaftaran, penimbangan, pengukuran tinggi/panjang badan, meja imunisasi, matras
untuk ANC dan meja bendahara/kasir. Pelaksanaan cukup legeartis. Sebanyak 8 bayi dan
anak datang untuk melakukan imunisasi dan 4 orang ibu hamil datang untuk ANC.
3. Advokasi – IKS
LB:
Program Indonesia Sehat (PIS) merupakan salah satu program dari agenda ke 5
Nawacita; yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. PIS selanjutnya
menjadi program utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-22019,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS
PK) adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan yang menggali faktor resiko terjadinya
penyakit dalam suatu keluarga dan menilai status kesehatan keluarga, yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk Indeks Keluarga Sehat (IKS). Nilai IKS ini merupakan
akumulasi dari nilai 12 indikator PIS PK dan dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yakni
Keluarga Sehat bila nilai IKS > 0,8, Keluarga Pra Sehat bila nilai IKS 0,5 - 0,8 dan
Keluarga Tidak Sehat bila nilai IKS < 0,5.
Permasalahan:
IKS di Desa … masih …
Perencanaan:
Hal-hal yang perlu diingat sebelum melakukan kunjungan rumah
- Pilih waktu yang tepat
- Mengupayakan mengetahui kapan responden ada di tempat
- Hindari pengaruh orang ketiga pada saat wawancara
- Bila orang ketiga tidak dapat dihindari, sampaikan pada orang ketiga tersebut untuk
tidak mempengaruhi jawaban
Pelaksanaan:
Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi KK di Desa … dan melakukan survey
berdasarkan indicator yang ada. Didapatkan hasil sbb:
Permasalahan:
Perencanaan:
Pelaksanaan:
5. Advokasi – IKS
LB:
Permasalahan:
Perencanaan:
Pelaksanaan:
Di samping seimbang, pemberian gizi pada anak harus tepat. Pertama, tepat kombinasi
gizinya. Artinya semua kebutuhan zat gizinya terpenuhi dengan kombinasi dan susunan
yang tepat. Kedua, tepat porsinya. Artinya porsi makanan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan tubuhnya atau sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian. Ketiga,
tepat dengan tahap perkembangan anak. Artinya makanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan kalori anak berdasarkan usia dan berat badan anak. Jika kebutuhan gizi anak
tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kekurangan gizi. Atau sebaliknya, jika anak
mengalami kelebihan energi maka anak akan mengalami kegemukan atau obesitas.
Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, diabetes
maupun penyakit degeneratif lainnya. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang untuk anak.
Permasalahan:
Stunting (bertubuh pendek). Stunting disebabkan karena malnutrisi atau kekurangan gizi
kronis dan penyakit berulang selama kanak-kanak.
Wasting (bertubuh kurus). Wasting adalah masalah kekurangan gizi akut yang
disebabkan oleh penurunan berat badan secara drastis atau kegagalan dalam proses
menaikkan berat badan.
Kasus obesitas pada orang dewasa. Masalah gizi yang satu ini meningkatkan risiko
seseorang terkena penyakit berbahaya seperti diabetes dan juga penyakit kardiovaskular
seperti serangan jantung dan stroke
Perencanaan:
Suplementasi Makanan. Suplemen makanan adalah produk Kesehatan yang mengandung
satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Yang bersifat nutrisi termasuk vitamin,
mineral dan asam amino.
Pendidikan gizi adalah Tindakan dan usaha dengan maksud untuk merubah pikiran serta
sikap masyarakat dengan tujuan menanamkan pengertian kepada masyarakat mengenai
gizi yang baik dikonsumsi sehari-hari.
Fortifikasi adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) ke pangan. Tujuan utama
adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk
meningkatkan status gizi populasi.
Makanan formulasi adalah kegiatan untuk merumuskan kebutuhan gizi spesifik penderita
masalah gizi, memilih bahan-bahan makanan yang berkhasiat dan kemudian menentukan
proses pengolahan, distribusi serta penyajian yang tepat
Subsidi harga pangan
Integrated program adalah program lain yang terintegrasi yang mendukung perubahan
status gizi masyarakat. Penyediaan air bersih, penyetaraan gender dan penanggulangan
kemiskinan.
Pelaksanaan:
1. Menyiapkan materi/bahan penyuluhan
2. Mengatur waktu dan tempat penyuluhan (Posyandu Lebakwana, 6 Juni 2021)
3. Menentukan target sasaran penyuluhan (ibu yang memiliki balita)
4. Melakukan penyuluhan di posyandu
5. Melakukan sesi tanya jawab
Permasalahan:
Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, gout
artritis, dsb merupakan faktor risiko yang tersering yang menyebabkan angka
morbiditas dan mortalitas di Indonesia.
Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan efektif
banyak tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Padahal
hipertensi merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tidak
terdeteksi sejak dini. Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia
(InaSH) menyebutkan, angka kematian di Indonesia mencapai 56 juta jiwa
terhitung dari tahun 2000-2013. Diketahui bahwa factor kematian paling tinggi
adalah hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk
Indonesia. Menurut National Basic Health Survey 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 %, pada kelompok usia
25- 34 tahun adalah 14,7 %, 35-44 tahun 24,8 %, 45-54 tahun 35,6 %, 55-64
tahun 45,9 %, 65-74tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 %.
Dengan prevalensi yang tinggi tersebut, hipertensi yang tidak disadari mungkin
jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. Hal ini karena hipertensi dan komplikasi
jumlahnya jauh lebih sedikit daripada hipertensi tidak bergejala . Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi pre hipertensi di Indonesia
dewasa muda (18-29 tahun) adalah 48,4%.
Perencanaan:
Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tida sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi,
hipoglikemia, hiperkolesterolemia, serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehetan dan segera merujuk ke fasilitas
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru obstruktif kronik, stroke, dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
2.Tujuan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Hipertensi beserta
penanganan dan pencegahan untuk mengurangi angka kejadian hipertensi.
3.Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
(empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan
kepada individu (sasaran) serta keluarga melalui penyuluhan yang dibarengi
dengan kegiatan posyandu. Adapun pesan-pesan yang disampaikan meliputi
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, bahaya jika penyakit tidak diobati, pola
hidup sehat untuk mencegah penyakit hipertensi, serta bagi penderita untuk
mencegah komplikasi lebih lanjutnya.
4.Metode
Metode intervensi yang dilakukan adalah dengan tahapan berikut :
a.Memberikan edukasi tentang penyakit tidak menular.
b.Memberikan penyuluhan tentang hipertensi
c.Mengajarkan pola hidup sehat sebagai bentuk upaya pencegahan penyakit
tidak menular.
5.Evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dengan memberikan pertanyaan terkaitmateri setelah diberikan
penyuluhan.
Pelaksanaan:
Penyuluhan Hipertensi dilakukan pada saat Posyandu Desa Kramatwatu pada tanggal 10 Juni 2021
pukul 09.00 sampai 11.00 dengan peserta ibu-ibu di desa Kramatwatu sejumlah 30 orang. metode
penyuluhan berupa presentasi materi melalui leaflet dan sesi tanya jawab
Meja 1: Registrasi dan pemberian nomor urut berdasarkan kedatangan oleh
kader
Meja 2: Wawancara oleh kader
Meja 3: Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut oleh kader
Meja 4: Pemeriksaan tekanan darah oleh kader
Meja 5: Edukasi kesehatan oleh tenaga medis/paramedis dari puskesmas
LB:
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, persentase jumlah kasus
baru tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di Indonesia banyak ditemukan pada
penduduk usia produktif: usia 15-24 tahun (16,41%), usia 25-34 tahun (18,29%), usia 35-
44 tahun (18,93%), dan usia 45-54 tahun (19,97%). Angka Case Detection Rate (CDR)
penyakit TB di Indonesia adalah 60,7%, yang berarti jumlah pasien baru TB BTA positif
yang ditemukan dan diobati baru sebesar 60,7%. Dari 204.394 kasus baru TB paru
terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2018, sebanyak 81,88% dinyatakan pengobatan
berhasil (baik sembuh maupun pengobatan lengkap).
Angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak kasus TB dapat terdeteksi dan diobati,
dengan monitoring yang baik, pengobatan akan berhasil. Oleh karena itu, diperlukan
suatu upaya untuk menjaring tersangka TB sehingga angka penemuan kasus baru TB
paru BTA positif meningkat dan demikian dapat segera dilakukan intervensi.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, dibutuhkan peran serta
masyarakat sebagai salah satu strategi penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
meliputi perorangan misalnya kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
politisi, figur masyarakat, kelompok masyarakat misalnya posyandu, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga sosial masyarakat dan pemerintah yang
berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat.
Permasalahan:
Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, penyebab cakupan temuan kasus baru TB
paru BTA positif antara lain: kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penyakit TB,
kurangnya sosialisasi tenaga kesehatan mengenai penyakit TB, kurangnya penemuan
kasus oleh kader kesehatan, pencarian kasus oleh kader kesehatan yang belum
maksimal, dan tidak ada transpor kader untuk penemuan suspek. Maka, sebagai solusi
pemecahan masalah, kami mengusulkan pembaharuan ilmu dan pendampingan
langsung kader kesehatan dalam upaya meningkatkan temuan kasus baru TB paru BTA
positif. Diharapkan kader TB tersebut dapat membuka wawasan masyarakat dengan
memberikan edukasi mengenai penyakit TB kepada masyarakat sekitarnya dan sekaligus
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam menjaring suspek TB, yang
selanjutnya diharapkan memberikan kontribusi dalam memberantas penyakit TB di
Indonesia.
Perencanaan:
Untuk memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kader Desa Pegadingan
mengenai permasalahan tentang Tuberkulosis, Puskesmas Kramatwatu
menyelenggarakan penyuluhan tentang Tuberkulosis di Posyandu Pegadingan
agar memberdayakan kader-kader di desa tersebut.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan saat kegiatan Posyandu di Desa Pegadingan pada tanggal 15 Juni
2021. Peserta mengikuti kegiatan sebagai berikut:
1. Kader datang dan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh petugas Puskesmas
2. Kader menempatkan diri sesuai tempat yang disiapkan
3. Kader mendapatkan materi dari narasumber
4. Kader mempraktikkan apa yang sudah diberikan narasumber dan menanyakan hal
yang belum dipahami kepada narasumber
5. Kader menularkan ke kader lain mengenai apa yang sudah diberikan di pertemuan
ini
Permasalahan:
– Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya.
– Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi.
– Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS.
– Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan transaksi seks
komersial.
Perencanaan:
I. Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi di tingkat Puskesmas
II. Menetapkan sasaran:
o 1. Menetapkan sasaran primer (anak remaja, PUS)
o 2. Menetapkan sasaran sekunder
III. Menetapkan Strategi
o 1. Advokasi
o 2. Gerakan Masyarakat
o 3. Dukungan social
IV. Menetapkan Pesan Pokok
Pelaksanaan:
- Menyiapkan materi/bahan penyuluhan
- Mengatur waktu dan tempat penyuluhan (Aula Puskesmas Kramatwatu, 31 Mei
2021)
- Menentukan target sasaran penyuluhan (remaja di wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu)
- Melakukan penyuluhan bersamaan dengan pihak dari BKKBN
- Melakukan sesi tanya jawab
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang
diselenggarakan untuk membatasi kelahiran guna mengurangi pertumbuhan penduduk
dan menurunkan laju penduduk.Program KB diatur berdasarkan UU No 10 Tahun 1992
dan disempurnakan lagi dengan terbitnyaUU No 52 Tahun 2009. Program KB merupakan
upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (UU No 52, 2009). Tujuan dari program KB pada
dasarnya yaitu pengaturan kelahiran guna membangun keluarga sejahtera
(Sulistyaningsih, 2013). Awalnya pada tahun 1957, terbentuklah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam
bidang KB. Namun setelah adanya perkembangan, program KB diambil oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai tindak lanjut dari
UU No. 52 Tahun 2009 (Rismawati, 2015).
Permasalahan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Terate, diawali dengan mengamati secara langsung
untuk melihat dan mengobsercasi pasangan usia subur dalam memilih dan yang sudah
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, dari kegiatan yang dilakukan adalah
wawancara kepada pasangan usia subur menenai program KB yang diadakan oleh
pemerintah serta manfaat KB mulai dari kelebihan dan kekurangan dari KB tersebut,
selain itu bagaimana para pasangan usia subur tersebut memilih KB yang cocok untuk
mereka gunakan. Lalu, dapat disimpulkan dari beberapa responden masalah yang terjadi
yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan warga pada program KB.
2. Kurangnya sosilisasi dari tenaga kesehatan kepada para ibu.
3. Sulitnya memberikan kepercayaan tentang manfaat alat kontrasepsi khususnya bagi
wanita usia subur, karena masih terpengaruh oleh mitos dan masih bergantung pada
teman-teman.
Perencanaan:
Untuk memberikan informasi dan tambahan pengetahuan warga Desa Terate
mengenai Keluarga Berencana, Puskesmas Kramatwatu menyelenggarakan
penyuluhan tentang KB di Posyandu Terate agar memberdayakan para pasangan
usia subur di desa tersebut.
Pelaksanaan:
- Menyiapkan materi/bahan penyuluhan
- Mengatur waktu dan tempat penyuluhan (Posyandu Desa Terate, 21 Mei 2021)
- Menentukan target sasaran penyuluhan (pasangan usia subur Desa Terate)
- Melakukan penyuluhan tentang KB
- Melakukan sesi tanya jawab
F2 KESLING
11. Upaya Pelayanan Kesling: Keluarga Tanpa Air Bersih di Rumah
LB:
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam
kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan
minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus
menerus diupayakan pemerintah. Oleh karena itu, salah satu indikator penting untuk
mengukur derajat kesehatan adalah ketersediaan sumber air minum rumah tangga.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara
berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk komsumsi rumah tangga,
kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan airbersih,
maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan
utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan
kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana
dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan
dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik
secara individu maupun kelompok.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan.
Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu
semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan.
Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan
derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal
yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga.
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan,
ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air
tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Data dari Statistik Kesejahteraan
Rakyat (BPS, 2003) menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang menggunakan
air minum dari air kemasan sebesar 1,83%, ledeng 17,03%, pompa 14,51%, sumur
terlindung 35,57%, sumur tidak terlindung 12,09%, mata air terlindung 7,88%, mata air
tidak terlindung 4,93%, air sungai 3,10%, air hujan 2,66% dan sumber lainnya 0,39%.
Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat dilihat,
dirasa, dicium, dan diraba) seperti air tidak berwarna harus bening/jernih, air tidak keruh,
harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya, air tidak berasa,
tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau,dan tidak pahit, harus bebas daribahan
kimia beracun, air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang.
Ada banyak manfaat menggunakan air bersih yakni terhindar dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera, disentri,thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau
keracunan.
Permasalahan:
Beberapa keluarga masih menggunakan air tanah atau air sumur sebagai sumber
kebutuhan air utama mereka, baik digunakan sebagai air minum langsung (tanpa dimasak
terlebih dahulu), untuk mandi, mencuci dan lain-lain. Selain itu jentik nyamuk juga masih
ditemukan di bak mandi salah satu rumah warga yang kami kunjungi. Melihat
permasalah yang ada di masyarakat, maka perlu dilakukan penyuluhan yang intensif
seperti penyuluhan.
Perencanaan:
Materi penyuluhan berupa pengetahuan mengenai definisi air sehat, manfaat menggunakan air
bersih, syarat-syarat air yang sehat, dan cara pengolahan air yang bersih. Edukasi kepada
masyarakat bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Walaupun air yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan tidak
dikonsumsi, tapi tetap saja dapat berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Edukasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk juga perlu ditekankan. Bak mandi harus
secara berkala dikuras dan disikat bagian dinding bak nya. Apabila ada genangan air
harus ditutup, Setelah penyuluhan, diadakan diskusi interaktif dengan warga mengenai materi
pengolahan dan penggunaan air bersih.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 8 Juni 2021 di Desa Toyomerto. Program kesehatan
lingkungan dilakukan dengan cara skrining situasi lingkungan di Desa Toyomerto. Aspek
yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus, sirkulasi udara, dan juga lokasi
atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil keluarga. Pengamatan juga
dilakukan terhadap kebiasaan masyarakat sekitar kali yang sedang mencuci baju dan
memandikan anaknya. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi beberapa rumah warga
secara acak.
Permasalahan:
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan
lingkungan terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan
Puskesmas Kramatwatu. Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di
rumahnya. Masih ada masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran
pembuangan air, kebun, kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Perencanaan:
Penerapan hidup bersih dan sehat sangat penting untuk menciptakan bangsa yang sehat.
Oleh karena itu, perlunya penerapan pola hidup bersih dan sehat di setiap desa, termasuk
penggunaan jamban yang tepat. Mengingat di beberapa daerah di Indonesia masih banyak
terdapat keterbatasan, baik dalam hal; penyediaan jamban, pemeliharaan kebersihan
jamban, maupun pemanfaatan jamban oleh masyarakat, maka perlu diadakan penyuluhan
kepada masyarakat Desa Margatani tentang jamban sehat. Pentingnya untuk membuang
air besar dan kecil di jamban adalah untuk menjaga lingkungan agar selalu bersih, sehat
dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, dan tidak
menimbulkan datangnya lalat yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri,
tifoid, cacingan, dan lain-lain. Perencanaan yang cocok untuk kasus ini adalah edukasi
mengenai pentingnya setiap rumah memiliki jamban keluarga. Atau bila hal ini tidak
memungkinkan, dapat dibuat jamban bersama (jamban umum) di wilayah pemukiman.
Hal ini bertujuan agar tidak terulangnya kebiasaan untuk buang air besar di sungai, kali,
kebun atau saluran pembuangan air.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 11 Juni 2021, di Desa Margatani. Program kesehatan lingkungan
dilakukan dengan cara skrining situasi lingkungan di Desa Margatani. Aspek yang diperhatikan
adalah kebersihan, mandi cuci kakus, sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang
rentan menjadi sarang nyamuk. Aspek utama yang diperhatikan dalam kunjungan ini
adalah inspeksi jamban keluarga di rumah masyarakat. Kegiatan dilakukan dengan
mengunjungi beberapa rumah warga secara acak. Kegiatan yang dilakukan antara lain
memberikan penyuluhan singkat berupa pengetahuan mengenai definisi jamban sehat,
manfaat menggunakan jamban bersih, syarat-syarat jamban sehat, dan cara memelihara
jamban.
Kegiatan ini berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tingkat pengetahuan peserta masih kurang
mengenai materi penyuluhan sebelum diadakannya penyuluhan, tetapi setelah penyuluhan peserta
antusias saat diberi kesempatan sesi tanya jawab. Diharapkan setelah pemberian materi
penyuluhan, warga lebih memperhatikan lagi mengenai jamban yang sehat
Permasalahan:
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihasilkan dari asap rokok
yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Beberapa masyarakat masih belum
menyadari bahaya merokok.
Perencanaan:
Perencanaan untuk kasus ini adalah memberikan edukasi mengenai bahaya merokok pada
anggota keluarga yang masih merokok. Merokok dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan seperti hipertensi, stroke, masalah kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),
impotensi, bahkan kanker. Bahaya merokok tidak hanya bagi yang merokok, namun juga bagi
perokok pasif, dalam hal ini adalah keluarga perokok yaitu anak-anaknya dan istrinya.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 16 Juni 2021, di Desa Wanayasa. Program kesehatan
lingkungan dilakukan dengan cara skrining situasi lingkungan di Desa Wanayasa. Aspek
yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus, sirkulasi udara, dan juga lokasi
atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil keluarga khususnya
kebiasaan merokok di keluarga. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi beberapa
rumah warga secara acak.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias, diskusi
mengenai bahaya merokok berjalan dengan lancar.
Permasalahan:
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesian telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan lndustri. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air. Memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
kualitas air dari penyedia air minum isi ulang dikarenakan dampak kesehatan yang luas terhadap
masyarakat.
Perencanaan:
Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air, terutama air minum,
maka dilakukan sampling kualitas air dari depot pengisian air minum di beberapa wilayah. Program
dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel air di 2 depot air minum yang ada di wilayah
Toyomerto. Pemilihan subjek depot air minum dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang.
Pelaksanaan:
Pengambilan sampel air dilakukan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab
kesehatan lingkungan dari Puskesmas Kramatwatu dan dilaksanakan di wilayah Desa Toyomerto pada 28
Mei 2021. Pengambilan sampel air dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.00
WIB. Pengambilan sampel air meliputi:
1. Kunjungan ke depot dan melakukan wawancara sesuai borang kualilas air minum
Monev:
Pengambilan sampel air berjalan dengan baik dan lancar. Pihak pengusaha depot air minum
memberikan respon yang baik terhadap petugas dan sudah memahami soal prosedur pemeriksaan
rutin depot air minum isi ulang.
Evaluasi yang dilakukan menyesuaikan dengan hasil uji kualitas air yang dikeluarkan dari Labkesda. Hasil
dari Labkesda menunjukkan bahwa air di kedua depot tersebut bersih dan aman dikonsumsi oleh
masyarakat.
Permasalahan:
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Kramatwatu
Perencanaan:
Program KESLING dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
- Hygiene Sanitasi
- Pembinaan TPM
- Pembinaan TTU
- Klinik Sanitasi
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada hari 31Mei 2021, di Desa Pamengkang, oleh 1 dokter internship dan 1 orang
penanggung jawab kesehatan lingkungan dari Puskesmas Kramatwatu. Program kesehatan lingkungan
dilakukan dengan cara skrining situasi lingkungan di Desa Pamengkang. Aspek yang diperhatikan adalah
kebersihan, mandi cuci kakus, sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang
nyamuk.
Monev:
Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan secara sewaktu–waktu selama proses
pendataan dengan survey di setiap desa.
F3 KIA KB
Permasalahan:
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara
dini serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan rutin dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 16 Juni di Posyandu Tonjong, dilaksanakan oleh 1
dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
Nama: Ibu C
Usia: 27 tahun
Suami: Bapak Y
Status: G1P0A0
BB/TB: 64 kg / 160 cm
Lila: 24 cm
TFU: 27 cm
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Kader-kader
terpilih harus tetap aktif untuk mengajak warga khususnya ibu hamil untuk melakukan
ANC.
17. ANC di Posyandu Kramatwatu Ibu D G1P0A0 23/6
LB:
Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan angka kematian ibu dan perinatal
tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masihh
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis dan anestesia. Angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia masih tinggi yaitu angka kematian ibu rata-rata 307/100.000 kelahiran
hidup sedangkan target dari Millenium Development Goals 2015 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Sementara untuk angka kematian bayi sebesar 26,9/1000 kelahiran
hidup. Adapun target dari MDGs 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Tingginya angka
kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan
frekuensi pemeriksaan antenatal care yang tidak teratur. Pada pemeriksaan dan
pemantauan antenatal dilakukan dengan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan
deteksi dini komplikasi kehamilan. Antenatal care terpadu merupakan pelayanan
antenatal yang komprehensif dan berkualitas. Pelayanan ini diberikan kepada seluruh ibu
hamil. Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC, yaitu keadaan umum, suhu
tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi janin, DJJ, Hb,
golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria, BTA, deteksi sifilis,
serologi HIV, dan USG (Kemenkes, 2012).
Permasalahan:
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara
dini serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan rutin dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni di Posyandu Kramatwatu, dilaksanakan oleh
1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
1) Pendaftaran
Nama: Ibu D
Usia: 25 tahun
Suami: Bapak N
Status: G1P0A0
BB/TB: 46 kg / 120 cm
Lila: 22,5 cm
TFU: 26 cm
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Kader-kader
terpilih harus tetap aktif untuk mengajak warga khususnya ibu hamil untuk melakukan
ANC.
Permasalahan:
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara
dini serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan rutin dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 25 Juni di Posyandu Lebakwana, dilaksanakan oleh
1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
1) Pendaftaran
Nama: Ibu M
Usia: 24 tahun
Suami: Bapak K
Status: G3P2A0
BB/TB: 54 kg / 165 cm
Lila: 24 cm
TFU: 30 cm
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Kader-kader
terpilih harus tetap aktif untuk mengajak warga khususnya ibu hamil untuk melakukan
ANC.
Permasalahan:
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara
dini serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan rutin dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 9 Juni di Posyandu Terate, dilaksanakan oleh 1
dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
1) Pendaftaran
Nama: Ibu T
Usia: 22 tahun
Suami: Bapak F
Status: G2P1A0
BB/TB: 80 kg / 160 cm
Lila: 23,5 cm
TFU: 30 cm
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Kader-kader
terpilih harus tetap aktif untuk mengajak warga khususnya ibu hamil untuk melakukan
ANC.
Permasalahan:
Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan pentingnya antenatal care untuk menilai keadaan
kesehatan ibu dan janin dan memberikan kesempatan untuk menentukan kelainan secara
dini serta perkembangan dari keluhan pada kunjungan sebelumnya.
Perencanaan:
Melakukan pemeriksaan rutin dan konseling kepada ibu hamil.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2 Juni di Posyandu Teluk Terate, dilaksanakan oleh
1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
1) Pendaftaran
Nama: Ibu L
Usia: 23 tahun
Suami: Bapak A
Status: G1P0A0
BB/TB: 68 kg / 158 cm
Lila: 25 cm
TFU: 30 cm
Masih didapatkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC. Kader-kader
terpilih harus tetap aktif untuk mengajak warga khususnya ibu hamil untuk melakukan
ANC.
Untuk kemudian setelah dilakukan skrining bahwa ditemukan adanya resti (risiko tinggi) pada
kehamilan, dapat diberikan edukasi dan penanganan yang tepat, guna mencegah terjadinya
keadaan-keadaan yang tidak dinginkan.
Selain '4 terlalu' tersebut, juga banyak didapatkan preeclampsia, riwayat SC, penyakit komorbid
lainnya dalam kehamilan, yang juga menjadi risiko-risiko tinggi lainnya bagi para ibu hamil yang
patut diwaspadai dan diberikan tata laksana khusus.
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak
balita mengenai ANC dan pengetahuan mengenai risiko-risiko tinggi dalam kehamilan.
Perencanaan:
Rencana dan intervensi untuk masalah KIA-KB-Imunisasi kali ini difokuskan untuk ibu hamil
dengan risiko tinggi terlebih dahulu sehingga direncakanan sebagai berikut :
1. Informasi disebarluaskan antar desa melalui kader bahwa akan diadakan skrining di posyandu
untuk ibu hamil dengan risiko tinggi
2. Kader menyebar info pada seluruh ibu hamil
3. Bidan desa mendukung dan mengupayakan untuk para ibu hamil risiko tinggi hadir di skrining
4. Ibu hamil datang dan mendapat penanganan dalam acara skrining
5. Outcome yang diharapkan adalah bahwa risiko tinggi dapat di handle, diantisipasi, diberi
tatalaksana yang lebih siap
Pelaksanaan:
Berikut Skrining yang dilakukan dengan pasien :
Nama: Ibu W
Usia: 37 tahun
Suami: Bapak D
Status: G4P3A0
BB/TB: 73 kg / 156 cm
Lila: 29 cm
TFU: 27 cm
kemudian untuk cek laboratorium terakhir diketahui Ibu W tidak anemia (Hb 13), sudah
mendapat tablet Fe dan Kalsium dari puskesmas dan posyandu.
Perencenaan KB Ibu W setelah ini adalah IUD atau tubektomi, karena telah dikonseling untuk
tidak punya anak lagi setelah yang kali ini (anak sudah 4, dan usia sudah 37 tahun).
1) pendaftaran
3) pemberian tablet besi, asam folat, kalsium, dan obat obatan tambahan lainnya
4) acara selesai
Monitoring dan Evaluasi:
Acara berlangsung dengan baik, total jumlah peserta 20 orang ibu hamil. Evaluasi untuk acara ini
adalah apabila tidak terjadi dalam masa pandemi covid19, acara bisa lebih ramai, akan tetapi
karena sedang pandemi, acara diadakan dengan protokol kesehatan terkait covid19 yaitu
membatasi peserta, sehingga tidak seluruh ibu hamil dengan resti dapat hadir.
Skrining resti untuk ibu hamil dengan risiko tinggi dilakukan sama dengan kegiatan ante natal
care berdasarkan Kemenkes 2012 yaitu mencakup : keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah,
berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula
darah/ reduksi, deteksi malaria, BTA, deteksi sifilis, serologi HIV, dan USG, yang ditambahkan
dengan penapisan risiko-risiko tinggi yang adam yaitu 4 Terlalu dalam syarat BKKBN :
Untuk kemudian setelah dilakukan skrining bahwa ditemukan adanya resti (risiko tinggi) pada
kehamilan, dapat diberikan edukasi dan penanganan yang tepat, guna mencegah terjadinya
keadaan-keadaan yang tidak dinginkan.
Selain '4 terlalu' tersebut, juga banyak didapatkan preeclampsia, riwayat SC, penyakit komorbid
lainnya dalam kehamilan, yang juga menjadi risiko-risiko tinggi lainnya bagi para ibu hamil yang
patut diwaspadai dan diberikan tata laksana khusus.
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak
balita mengenai ANC dan pengetahuan mengenai risiko-risiko tinggi dalam kehamilan.
Perencanaan:
Rencana dan intervensi untuk masalah KIA-KB-Imunisasi kali ini difokuskan untuk ibu hamil
dengan risiko tinggi terlebih dahulu sehingga direncakanan sebagai berikut :
1. Informasi disebarluaskan antar desa melalui kader bahwa akan diadakan skrining di posyandu
untuk ibu hamil dengan risiko tinggi
2. Kader menyebar info pada seluruh ibu hamil
3. Bidan desa mendukung dan mengupayakan untuk para ibu hamil risiko tinggi hadir di skrining
4. Ibu hamil datang dan mendapat penanganan dalam acara skrining
5. Outcome yang diharapkan adalah bahwa risiko tinggi dapat di handle, diantisipasi, diberi
tatalaksana yang lebih siap
Pelaksanaan:
Berikut Skrining yang dilakukan dengan pasien :
Nama: Ibu Y
Usia: 19 tahun
Suami: Bapak F
Status: G1P0A0
BB/TB: 70 kg / 150 cm
Lila: 23,5 cm
TFU: 22 cm
Ibu Y merencanakan persalinan di puskesmas kramatwatu dengan bidan desa, kemudian untuk
cek laboratorium terakhir diketahui Ibu Y anemia (Hb 9,4), sudah mendapat tablet Fe dan
Kalsium dari puskesmas dan posyandu.
1) pendaftaran
3) pemberian tablet besi, asam folat, kalsium, dan obat obatan tambahan lainnya
4) acara selesai
Acara berlangsung dengan baik, total jumlah peserta 20 orang ibu hamil. Evaluasi untuk acara ini
adalah apabila tidak terjadi dalam masa pandemi covid19, acara bisa lebih ramai, akan tetapi
karena sedang pandemi, acara diadakan dengan protokol kesehatan terkait covid19 yaitu
membatasi peserta, sehingga tidak seluruh ibu hamil dengan resti dapat hadir.
Permasalahan:
Kegiatan pemasangan IUD ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 19
Juni 2021. Permasalahan yang muncul pada kegiatan KB ini adalah rendahnnya keinginan
masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan Implan dan memilih
untuk menggunakan KB suntik atau pil. Masyarakat juga banyak yang masih takut untuk memilih
kontrasepsi IUD karena sering mendengar dari ibu-ibu yang lain bahwa IUD itu sakit dan tidak
nyaman, padahal IUD merupakan kontrasepsi pilihan pertama dengan efektivitas tinggi tanpa
efek samping hormonal.
Perencanaan:
Edukasi kepada wanita usia produktif mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan
kelebihan masing-masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, dan cara
penggunaannya perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Selain melalui poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat dilakukan dengan bantuan kader-kader
di masyarakat, atau melalui bidan desa di berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.
Pelaksanaan:
Kegiatan pemasangan KB IUD ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal
19 Juni 2021. Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter internship dan 2 orang bidan
puskesmas, dengan akseptor bernama Ny. H dengan identitas sbb:
Nama: Ny. H
Usia: 26 tahun
Suami: Tn. J
BB/TB: 55 kg / 160 cm
Sebelum dilakukan pemasangan IUD, akseptor dijelaskan terlebih dahulu mengenai keuntungan
dan kerugian, teknik pemasangan, komplikasi serta jangka waktunya. Ditanyakan juga mengenai
riwayat KB sebelumnya, jumlah anak hidup, usianya, riwayat penyakit, riwaiyat berhubungan
seksual terakhir, menstruasi terakhir, sedang hamil atau tidak, dan sebagainya. Setelah itu kami
melakukan informed consent pada akseptor.
Alat dipersiapkan dengan prosedur yang steril. Gunakan teknik no touch, withdrawal dalam
memasukkan IUD. Lakukan edukasi menyeluruh mengenai kejadian yang mungkin terjadi selama
menggunakan KB IUD dan cara mengatasinya.
Permasalahan:
Salah satu pilihan kontrasepsi yang dapat digunakan adalah implan. Metode kontrasepsi ini cukup efektif
dengan risiko kehamilan kurang dari 1 antara 100 ibu dalam 1 tahun. Metode ini cukup disukai, karena
tidak perlu lagi melakukan apapun untuk periode 3 - 7 tahun setelah pemasangan dan tidak mengganggu
hubungan seksual. Namun kontrasepsi jenis ini seringkali masih dihindari oleh peserta KB, mereka lebih
memilih untuk mengkonsumsi pil KB atau KB suntik karena mendengar dari rekan-rekannya bahwa KB
implan sakit dan tidak nyaman.
Perencanaan:
Kontrasepsi implan memiliki keuntungan adalah memiki daya guna yang tinggi, perlindungan dalam
jangka waktu yang panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan
senggama, tidak mengganggu produksi ASI.
Edukasi kepada wanita usia produktif mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan kelebihan
masing-masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, dan cara penggunaannya perlu
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Selain melalui poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat dilakukan dengan bantuan kader-kader di
masyarakat, atau melalui bidan desa di berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.
Pelaksanaan:
Kegiatan pemasangan KB Implan ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 1
Juni 2021. Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang bidan puskesmas, dengan
akseptor bernama Ny. K dengan identitas sbb:
Nama : Ny. K
Usia : 27 tahun
Suami : Tn. L
BB/TB : 65 kg / 165 cm
Alat dan bahan dipersiapkan, akseptor diminta untuk tiduran dengan lengan atas kiri terexpose. Dilakukan
tindakan sepsis dan asepsis pada lokasi pemasangan. Setelah implant dimasukan ke subkutan, luka ditutup
menggunakan veerband. Akseptor diedukasi bahwa jangan terkena air selama 3 hari dan setelah 3 hari
balutan harap diganti sendiri. Akseptor diajarkan untuk mengecek posisi implant dengan cara merabanya.
Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan sewaktu-waktu. Tingkat pengetahuan
wanita usia produktif mengenai pilihan KB dapat dievaluasi secara berkala oleh bidan desa di Puskesmas
Kramatwatu.
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil mengenai pentingnya IMD dan
ASI eksklusif bagi ibu dan sang buah hati.
Perencanaan:
- Ibu mendapatkan pengetahuan dari petugas kesehatan mengenai IMD dan ASI Eksklusif
- Ibu mengetahui mengenai definisi, cara melakukanl, serta manfaat dari IMD dan ASI Eksklusif
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni di Posyandu Margatani, dilaksanakan oleh 1
dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
4) Penutupan
Pelaksanaan berlangsung dengan lancar dan tertib, peserta dapat mengikuti kegiatan
dengan baik, memperhatikan, dan aktif bertanya kepada pemberi materi.
LB:
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada awalawal kelahiran merupakan salah satu prinsip
menyusui yaitu dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Di Indonesia akhir –akhir ini
sedang digiatkan satu program yang disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang dapat
memberikan keuntungan baik bagi bayi maupun bagi ibu. Kebijakan inisiasi menyusui
dini telah disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007. World Health Organization
(WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk mendapatkan kolostrum
yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan berbagai infeksi dan
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Upaya pencegahan untuk mengurangii angka kesakitan dan angka kematian bayi salah
satunya dengan pemberian ASI eksklusif. World Health Organization (WHO) dan United
Nations Children’s Fund (UNICEF) telah merekomendasikan beberapa hal untuk
peningkatan cakupan ASI eksklusif, yaitu memberikan kesempatan untuk inisiasi
menyusui dini pada satu jam setelah lahir, menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai
usia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI bergizi sejak bayi berusia 6 bulan
dan melanjutkan menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
Hubungan IMD dan ASI eksklusif telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, antara
lain menyatakan bahwa bayi mulai menyusu dini dalam 1 jam pertama akan
meningkatkan ASI eksklusif dan lama menyusui, hal ini sesuai dengan penelitian yang
melaporkan bahwa IMD dapat memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk
keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil mengenai pentingnya IMD dan
ASI eksklusif bagi ibu dan sang buah hati.
Perencanaan:
- Ibu mendapatkan pengetahuan dari petugas kesehatan mengenai IMD dan ASI Eksklusif
- Ibu mengetahui mengenai definisi, cara melakukanl, serta manfaat dari IMD dan ASI Eksklusif
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni di Posyandu Harjatani, dilaksanakan oleh 1
dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader.
4) Penutupan
Pelaksanaan berlangsung dengan lancar dan tertib, peserta dapat mengikuti kegiatan
dengan baik, memperhatikan, dan aktif bertanya kepada pemberi materi.
Tempat yang ideal untuk melahirkan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan
tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas
kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan PONED.
Persalinan normal terjadi melalui empat kala persalinan, dimuali dari kala I (pembukaan
0-10 cm), kala II (kala pengeluaran), kala III (kala uri), kala IV (kala pengawasan). Proses
dinamik dari persalinan meliputi empat komponen adalah passager (janin), passage
(pelvis ibu), power (kontraksi uterus) dan psikis (status emosional ibu). Bila persalinan
dimulai interaksi antara passager, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam secara spontan (Lockhart A & Saputra L, 2014).
Permasalahan:
Masih banyak ibu di beberapa desa di wilayah Kramatwatu yang tidak mau bersalin di
fasilitas kesehatan dan lebih memilih dukun beranak terdekat di desanya. Proses
persalinan tradisional oleh dukun juga kerap membahayakan jiwa ibu bersalin. Hal ini
dikarenakan dukun kurang mampu mengenali keadaan patologis pada saat kehamilan
dan persalinan seperti anemia pada ibu hamil, robekan rahim karena tindakan
mendorong perut ibu pada saat persalinan, terjadinya perdarahan karena mengurut-
urut rahim pada waktu pengeluaran plasenta, dan persalinan tidak maju (persalinan
lama) karena tidak menganali tanda kelainan dalam persalinan.
Perencanaan:
Edukasi terus menerus dilakukan oleh bidan desa dan kader-kader untuk mengajak ibu-ibu hamil
untuk melakukan persalinan di bidan terdekat atau Puskesmas. Puskesmas dengan pelayanan
persalinan normal merupakan Puskesmas yang mempunyai ruangan khusus untuk persalinan
dan ruangan pemantauan pasca bersalin (nifas) serta alat (partus set) untuk pelayanan
persalinan 16 normal sesuai standar. Ruangan persalinan, ruangan nifas dan partus set mengacu
pada buku Pedoman Pelayanan Puskesmas. Proses persalinan dilakukan di Puskesmas
Kramatwatu sesuai dengan SOP yang berlaku dengan standar pelayanan tertinggi.
Pelaksanaan:
Proses persalinan dilakukan di VK pada tanggal 3 Agustus 2021 dibantu oleh 1 dokter internship dengan
3 bidan dan 2 mahasiswi bidan yang sedang bertugas di VK. Pasien dengan identitas Ny. S; 28th; 160cm;
78kg melakukan persalinan normal spontan dengan proses sebagai berikut.
Seorang pasien wanita berusia 27 tahun datang ke IGD Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 3 Agustus 2021
dengan keluhan rasa sakit ingin mengedan.
RPS:
- Nyeri dirasakan sejak pukul 08.00
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan
- HPHT: 31-10-2020 TP: 05-08-2021
- RHM: Mual muntah (-) perdarahan (-)
- ANC: kontrol teratur ke bidan mulai usia kehamilan 3 bulan, belum pernah USG, selalu meminum tablet tambah
darah.
RPD: Tidak pernah menderita sakit jantung, ginjal, DM, HT. alergi (-)
RPK: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: sakit sedang Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah: 119/73 mmHg
Nadi: 88x/menit
Respirasi: 20x/menit
Suhu: 36,5oC
LILA: 25 cm
Status Obstetrikus
TFU: 29 cm
Leopold I: FUT teraba 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II: tahanan terbesar janin disebelah kanan, bagian kecil di kiri
Leopold III: teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV: divergen
DJJ : 150x/menit
Genitalia:
Inspeksi: V/U tenang, PPV (-)
VT: Bukaan 6-7 cm ketuban (+), teraba kepala UUK kiri melintang ii-iii
Tatalaksana:
3 Agustus 2021 12.00 Pimpin persalinan
3 Agustus 2021 12.40 Lahir bayi perempuan, berat 3200g, panjang 48cm
3 Agustus 2021 12.50 Lahir plasenta spontan, lengkap, berat 500gr
Proses persalinan berjalan dengan normal, pasien dapat dipulangkan setelah selesai observasi and
inisiasi menyusui dini. Tidak lupa dilakukan edukasi mengenai breast care dan vulva hygiene oleh bidan.
Evaluasi akan dilakukan oleh bidan desa secara berkala.
Tempat yang ideal untuk melahirkan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan
tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas
kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan PONED.
Persalinan normal terjadi melalui empat kala persalinan, dimuali dari kala I (pembukaan
0-10 cm), kala II (kala pengeluaran), kala III (kala uri), kala IV (kala pengawasan). Proses
dinamik dari persalinan meliputi empat komponen adalah passager (janin), passage
(pelvis ibu), power (kontraksi uterus) dan psikis (status emosional ibu). Bila persalinan
dimulai interaksi antara passager, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam secara spontan (Lockhart A & Saputra L, 2014).
Permasalahan:
Masih banyak ibu di beberapa desa di wilayah Kramatwatu yang tidak mau bersalin di
fasilitas kesehatan dan lebih memilih dukun beranak terdekat di desanya. Proses
persalinan tradisional oleh dukun juga kerap membahayakan jiwa ibu bersalin. Hal ini
dikarenakan dukun kurang mampu mengenali keadaan patologis pada saat kehamilan
dan persalinan seperti anemia pada ibu hamil, robekan rahim karena tindakan
mendorong perut ibu pada saat persalinan, terjadinya perdarahan karena mengurut-
urut rahim pada waktu pengeluaran plasenta, dan persalinan tidak maju (persalinan
lama) karena tidak menganali tanda kelainan dalam persalinan.
Perencanaan:
Edukasi terus menerus dilakukan oleh bidan desa dan kader-kader untuk mengajak ibu-ibu hamil
untuk melakukan persalinan di bidan terdekat atau Puskesmas. Puskesmas dengan pelayanan
persalinan normal merupakan Puskesmas yang mempunyai ruangan khusus untuk persalinan
dan ruangan pemantauan pasca bersalin (nifas) serta alat (partus set) untuk pelayanan
persalinan 16 normal sesuai standar. Ruangan persalinan, ruangan nifas dan partus set mengacu
pada buku Pedoman Pelayanan Puskesmas. Proses persalinan dilakukan di Puskesmas
Kramatwatu sesuai dengan SOP yang berlaku dengan standar pelayanan tertinggi.
Pelaksanaan:
Proses persalinan dilakukan di VK pada tanggal 17 Juli 2021 dibantu oleh 1 dokter internship dengan 3
bidan dan 2 mahasiswi bidan yang sedang bertugas di VK. Pasien dengan identitas Ny. A; 25th; 165cm;
83kg melakukan persalinan normal spontan dengan proses sebagai berikut.
Seorang pasien wanita berusia 25 tahun datang ke IGD Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 17 Juli 2021 dengan
keluhan rasa sakit ingin mengedan.
RPS:
- Nyeri dirasakan sejak pukul 06.00
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan
- HPHT: 16-10-2020 TP: 20-07-2021
- RHM: Mual muntah (-) perdarahan (-)
- ANC: kontrol teratur ke bidan mulai usia kehamilan 3 bulan, belum pernah USG, selalu meminum tablet tambah
darah.
RPD: Tidak pernah menderita sakit jantung, ginjal, DM, HT. alergi (-)
RPK: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: sakit sedang Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 88x/menit
Respirasi: 20x/menit
Suhu: 36,5oC
LILA: 25 cm
Status Obstetrikus
TFU: 29 cm
Leopold I: FUT teraba 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II: tahanan terbesar janin disebelah kanan, bagian kecil di kiri
Leopold III: teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV: divergen
DJJ : 150x/menit
Genitalia:
Inspeksi: V/U tenang, PPV (-)
VT: Bukaan 7-8 cm ketuban (+), teraba kepala UUK kiri melintang ii-iii
Tatalaksana:
17 Juli 2021 10.00 Pimpin persalinan
17 Juli 2021 10.40 Lahir bayi laki-laki, berat 3300g, panjang 50cm
17 Juli 2021 10.50 Lahir plasenta spontan, lengkap, berat 500gr
Proses persalinan berjalan dengan normal, pasien dapat dipulangkan setelah selesai observasi
and inisiasi menyusui dini. Tidak lupa dilakukan edukasi mengenai breast care dan vulva hygiene oleh
bidan. Evaluasi akan dilakukan oleh bidan desa secara berkala.
F4 GIZI
29. Pengukuran BB dan TB di Posyandu Pelamunan
LB:
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu, salah satu faktor
penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Akar
permasalahan gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial dalam masyarakat, sehingga
menyebabkan kekurangan pangan, kemiskinan dan tingginya angka inflasi dan
pengangguran.
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh kembangnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi
organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-
fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku
terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang anak akan memuaskan pula. Tumbuh
kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang
berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan
yang cepat yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Permasalahan:
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita
yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan:
Pada tanggal 14 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Pelamunan yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan
desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 10 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Pelamunan dimulai pukul 9.00-selesai.
Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan berat dan tinggi badan
anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak.
Alur Posyandu terdiri dari:
I : Pendaftaran
II : Penimbangan
V : Pelayanan kesehatan
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun, meskipun telah
dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum mencapai target karena masih
kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengantarkan balitanya deteksi tumbuh kembang.
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh kembangnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi
organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-
fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku
terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang anak akan memuaskan pula. Tumbuh
kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang
berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan
yang cepat yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Permasalahan:
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita
yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan:
Pada tanggal 7 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Pamengkang yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan
desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 8 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Pamengkang dimulai pukul 9.00-selesai.
Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan berat dan tinggi badan
anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak.
I : Pendaftaran
II : Penimbangan
V : Pelayanan kesehatan
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun, meskipun telah
dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum mencapai target karena masih
kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengantarkan balitanya deteksi tumbuh kembang.
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh kembangnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi
organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-
fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku
terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang anak akan memuaskan pula. Tumbuh
kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang
berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan
yang cepat yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Permasalahan:
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita
yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan:
Pada tanggal 21 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Wanayasa yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan
desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 8 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Wanayasa dimulai pukul 9.00-selesai.
Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan berat dan tinggi badan
anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak.
I : Pendaftaran
II : Penimbangan
V : Pelayanan kesehatan
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh kembangnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi
organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-
fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku
terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang anak akan memuaskan pula. Tumbuh
kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang
berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan
yang cepat yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Permasalahan:
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita
yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan:
Pada tanggal 13 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Pegadingan yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan
desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 9 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Pegadingan dimulai pukul 9.00-selesai.
Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan berat dan tinggi badan
anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak.
Alur Posyandu terdiri dari:
I : Pendaftaran
II : Penimbangan
V : Pelayanan kesehatan
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun, meskipun telah
dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum mencapai target karena masih
kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengantarkan balitanya deteksi tumbuh kembang.
Sebagai generasi penerus masa depan bangsa, anak harus dijaga tumbuh kembangnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan ukuran fisik seseorang serta
perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi
organ atau individu. Proses tumbuh kembang anak pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling terkait seperti faktor genetik, lingkungan biologis-
fisik-dan psikososial serta faktor perilaku. Apabila faktor lingkungan dan perilaku
terbentuk secara optimal maka tumbuh kembang anak akan memuaskan pula. Tumbuh
kembang anak sudah dimulai sejak bertemunya sperma ayah dan sel telur ibu, yang
berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Pada
perjalanan tumbuh kembang anak menjadi dewasa terdapat 3 periode pertumbuhan
yang cepat yaitu pada masa janin, masa satu tahun pertama dan masa pubertas.
Permasalahan:
Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita
yang biasanya dilakukan di posyandu setiap bulan.
Perencanaan:
- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang
- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu
- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu
Pelaksanaan:
Pada tanggal 5 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Pejaten yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama seorang bidan
desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 11 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Pejaten dimulai pukul 9.00-selesai.
Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan berat dan tinggi badan
anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai tumbuh kembang anak.
I : Pendaftaran
II : Penimbangan
V : Pelayanan kesehatan
Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun, meskipun telah
dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum mencapai target karena masih
kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengantarkan balitanya deteksi tumbuh kembang.
Usia Balita disebut sebagai “Masa kritis”, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada
masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak
bayi masih dalam kandungan (Kania, 2010).
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Kemenkes RI, 2012).
Permasalahan:
Anak usia 0-6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan
terus-menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh-kembang yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang
menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya bervariasi dan ditujukan terhadap
kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi dan kemandirian,
kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual.
Perencanaan:
Stimulasi perlu dilakukan menurut aturan yang benar seperti anjuran para ahli, stimulasi
yang salah dapat menyebabkan pembentukan anak yang menyimpang. Oleh karena itu
stimulasi sebaiknya dilakukan oleh orang-orang terdekat dengan anak yang telah
mendapat pengertian tentang cara memberi stimulasi yang benar, misal: ayah, ibu,
pengasuh, anggota keluarga lain, petugas kesehatan dan kelompok masyarakat tertentu,
misal kader kesehatan atau kader pendidikan.
• Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan
kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara
optimal sesuai usia anak.
• Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining
atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh
kembang anak balita.
• Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya
tidak menjadi lebih berat.
• Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah
penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi
dini.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga
sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua
sampai tiga tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari
asupan energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena
dalam keadaan normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau linierdengan
tinggi badannya.
Permasalahan:
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi
beban negara. Efek jangka panjang stunting juga berakibat pada gangguan metabolik
seperti penyakit yang terkait dengan obesitas, hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh
karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan dan screening (deteksi dini) stunting
dengan tujuan para orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-
anaknya agar menurunkan angka stunting pada balita di Desa Toyomerto,
Kecamatan Kramatwatu.
Perencanaan:
Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program penyuluhan dan deteksi
dini stunting kepada wanita usia produktif di Desa Toyomerto.
Pelaksanaan:
Kegiatan penyuluhan stunting ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2021 di Desa Toyomerto
oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Penyuluhan gizi,
Edukasi ini diharapkan dapat menyebabkan Wanita usia produktif lebih mengerti
pentingnya 1000 hari pertama kehamilan dan persiapan sebelum kehamilan. Peran
ibu memegang kunci keberhasilan dari pencegahan stunting dan tumbuh kejar bagi
pasien yang telah stunting.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga
sering disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua
sampai tiga tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari
asupan energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena
dalam keadaan normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau linierdengan
tinggi badannya.
Permasalahan:
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi
beban negara. Efek jangka panjang stunting juga berakibat pada gangguan metabolik
seperti penyakit yang terkait dengan obesitas, hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh
karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan dan screening (deteksi dini) stunting
dengan tujuan para orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-
anaknya agar menurunkan angka stunting pada balita di Desa Margatani,
Kecamatan Kramatwatu.
Perencanaan:
Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program penyuluhan dan deteksi
dini stunting kepada wanita usia produktif di Desa Margatani.
Pelaksanaan:
Kegiatan penyuluhan stunting ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2021 di Desa Margatani oleh
1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Penyuluhan gizi,
Edukasi ini diharapkan dapat menyebabkan Wanita usia produktif lebih mengerti
pentingnya 1000 hari pertama kehamilan dan persiapan sebelum kehamilan. Peran
ibu memegang kunci keberhasilan dari pencegahan stunting dan tumbuh kejar bagi
pasien yang telah stunting.
Peserta tampak aktif mendengarkan dan bertanya. Wanita usia produktif dan ibu
terus dimotivasi dan diberikan penyuluhan mengenai gizi 1000 hari pertama
kehamilan dan tumbuh kejar. Evaluasi terus menerus dilakukan seiring dengan
berjalannya pemantauan pasien melalui Posyandu.
Permasalahan:
Pada masa balita, nutrisi memegang peranan penting dalam perkembangan seorang anak.
Masa balita juga disebut masa transisi, terutama di usia 1-2 tahun, dimana seorang anak
akan mulai makan makanan padat dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru.
Selain itu usia balita adalah usia kritis dimana scorang anak akan bertumbuh dengan pesat
baik secara fisik maupun mental. Di masa balita, seorang anak membutuhkan nutrisi dari
berbagai sumber dan makanan. Kebutuhan balita akan makanan dan nutrisi tergantung
dari usia, besar tubuh dan tingkat aktivitas balita itu sendin. Seorang balita biasanya
membutuhkan sekitar 1000- 1400 kalori per hari. Nutrisi yang tepat dan lengkap akan
memberikan dampak yang positif bagi tumbuh kembang otak dan juga fisik. Balita yang
kurang terpenuhi kebutuhan nutrisinya dapat mengakibatkan dampak negatif bagi balita
itu sendin seperti kejadian gizi kurang dan gizi buruk.
Perencanaan:
Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program Gizi Balita Bawah Garis Merah.
Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
Kegiatan: Skrining pertumbuhan (ukur tinggi badan, timbang berat badan), pemeriksaan
kesehatan, penyuluhan gizi, dan pemberian makanan tambahan berupa susu dan biskuit
MP ASI
Pelaksanaan:
Kegiatan kunjungan ke balita BGM ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2021 di Desa Pejaten oleh 1
orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu ke 1 orang balita.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
2. Pemeriksaan kesehatan
3. Penyuluhan gizi,
Edukasi ini diharapkan dapat menyebabkan keluarga pasien lebih mengerti kebutuhan
anak dan dapat berperan lebih aktif dengan tidak mengandalkan bantuan PMT dari
Puskesmas saja. Peran orang tua memegang kunci keberhasilan dari peningkatan status
gizi balita BGM.
Memantau kondisi anak setelah mendapat PMT dan memastikan ibu mengerti cara
pemberian makan untuk anak secara tepat. Jika anak belum mengalami peningkatan dari
bulan sebelumnya, ibu terus dimotivasi dan diberikan penyuluhan mengenai gizi balita,
jenis dan cara pemberian makanan. Bila anak sudah mengalami peningkatan, berikan PMT
pemulihan.
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita
mengenai imunisasi wajib.
Perencanaan:
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 12 Juni 2021 di Posyandu Pegadingan, dilaksanakan oleh 1 dokter
internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader. Peserta Imunisasi berjumlah 8 anak.
1) pendaftaran
Nama: An. S
Jenis kelamin: laki-laki
Usia: 2 bulan
BB: 5,6 kg
Diberikan edukasi mengenai imunisasi dan penjadwalan sesuai buku imunisasi untuk datang
kembali sesuai jadwal.
- Monitoring
- Evaluasi
Kader - kader terpilih harus tetap aktif untuk mengajak keluarga membawa anak-anaknya untuk
imunisasi
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita
mengenai imunisasi wajib.
Perencanaan:
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 1 Juni 2021 di Posyandu Toyomerto, dilaksanakan oleh 1 dokter
internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader. Peserta Imunisasi berjumlah 8 anak.
1) pendaftaran
Nama: An. M
Usia: 10 bulan
BB: 8,5 kg
Imunisasi: Campak
Diberikan edukasi mengenai imunisasi dan penjadwalan sesuai buku imunisasi untuk datang
kembali sesuai jadwal.
- Monitoring
- Evaluasi
Kader - kader terpilih harus tetap aktif untuk mengajak keluarga membawa anak-anaknya untuk
imunisasi
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita
mengenai imunisasi wajib.
Perencanaan:
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 5 Juni 2021 di Posyandu Serdang, dilaksanakan oleh 1 dokter
internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader. Peserta Imunisasi berjumlah 8 anak.
1) pendaftaran
Nama: An. J
Usia: 1 bulan
BB: 5,2 kg
Imunisasi: Pentabio 1 dan Polio 2
Diberikan edukasi mengenai imunisasi dan penjadwalan sesuai buku imunisasi untuk datang
kembali sesuai jadwal.
- Monitoring
- Evaluasi
Kader - kader terpilih harus tetap aktif untuk mengajak keluarga membawa anak-anaknya untuk
imunisasi
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita
mengenai imunisasi wajib.
Perencanaan:
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 4 Juni 2021 di Posyandu Margasana, dilaksanakan oleh 1 dokter
internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader. Peserta Imunisasi berjumlah 8 anak.
Susunan acara dilaksanakan sebagai berikut :
1) pendaftaran
Nama: An. R
Usia: 18 bulan
BB: 11,3 kg
Diberikan edukasi mengenai imunisasi dan penjadwalan sesuai buku imunisasi untuk datang
kembali sesuai jadwal.
- Monitoring
- Evaluasi
Kader - kader terpilih harus tetap aktif untuk mengajak keluarga membawa anak-anaknya untuk
imunisasi
Permasalahan:
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil maupun ibu yang memiliki anak balita
mengenai imunisasi wajib.
Perencanaan:
Melakukan imunisasi dasar wajib kepada balita.
Pelaksanaan:
Kegiatan dilaksanakan pada 7 Juni 2021 di Posyandu Kramatwatu, dilaksanakan oleh 1 dokter
internsip, 1 bidan desa, dan beberapa kader. Peserta Imunisasi berjumlah 8 anak.
1) pendaftaran
Nama: An. Z
Usia: 10 bulan
BB: 8,4 kg
Imunisasi: IPV
Diberikan edukasi mengenai imunisasi dan penjadwalan sesuai buku imunisasi untuk datang
kembali sesuai jadwal.
- Evaluasi
Kader - kader terpilih harus tetap aktif untuk mengajak keluarga membawa anak-anaknya untuk
imunisasi
43. Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit: Pencarian Kasus Penyakit
Menular (Covid-19)
LB:
Penyakit corona virus 2019 atau Corona Virus Disease-19 (COVID-19)
adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh jenis virus
corona. Nama lain dari penyakit ini adalah Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-COV2). Kasus COVID-19 pertama kali
dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada Desember
2019. Dalam beberapa bulan saja, penyebaran penyakit ini telah
menyebar ke berbagai negara, baik di Asia, Amerika, Eropa, dan Timur
Tengah serta Afrika. Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan
Dunia atau World Health Organization (WHO) mendeklarasikan
penyebaran COVID-19 dikategorikan sebagai pandemi.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda
dan gejala umum infeksi COVID-19 meliputi gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. COVID-19 dapat menimbulkan manifestasi yang serius seperti
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Pemerintah telah
mengambil langkah untuk pencegahan penularan COVID-19 dengan melaksanakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk
menekan penyebaran COVID-19 semakin meluas. Pengaturan PSBB ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan secara
teknis dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).
Permasalahan:
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan
jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020
Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan
2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5%
kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54
tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi
ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.
Perencanaan:
1. Merekap daftar kontak erat pasien COVID-19 per hari
Pelaksanaan:
1. Menghubungi kontak erat pasien COVID-19 melalui whatsapp atau telpon
3. Menanyakan kondisi pasien, durasi isolasi mandiri, komorbid, siapa anggota keluarga
yang terkonfirmasi positif swab, kondisi rumah, orang yang tinggal satu rumah dengan
pasien, sudah pernah swab atau belum, hasil swab bila sudah melakukan swab
Monitoring dan evaluasi gejala pasien, durasi isolasi, dan hasil swab pasien.
Hasil swab dari Puskesmas menunjukkan keluarga Tn. R seluruhnya memiliki hasil (+) PCR. Isolasi
mandiri kemudian dilakukan dari tanggal 3 Juni hingga 17 Juni 2021, bersama dengan Ny. ASL, An.
LSZ, dan An. LZR. Semua berada dalam kondisi baik, tidak ada demam, tidak batuk, tidak pilek.
Semua anggota keluarga tidak ada komorbid diabetes, hipertensi, sakit ginjal, ataupun sakit kronik
lainnya.
Untuk di Indonesia, pada tahun 2018, diperkirakan terdapat 842 ribu kasus dengan 32%
kasus yang belum terlaporkan. Diantaranya, terdapat 4.413 kasus TB RO ternotifikasi,
60.676 TB anak, dan 10.174 TB-HIV. Keberhasilan pengobatan ditemukan pada 85% kasus.
Permasalahan:
Tingginya persentase kasus TB yang belum terlaporkan dapat meningkatkan risiko
penularan, insidensi, mortalitas, serta resistensi obat.
Perencanaan:
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk penapisan TB, seperti pot dahak
2. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk melakukan penapisan TB
3. Berkoordinasi dengan kader desa
Pelaksanaan:
1. Petugas puskesmas dan kader berkumpul di tempat yang sudah ditentukan
3. Petugas puskesmas dan kader membagikan pot dahak kepada warga yang
memiliki keluhan demam, batuk, keringat dingin di malam hari, penurunan BB
45. Upaya Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit: Pengobatan Pasien TB Paru
LB:
Infeksi M. tuberculosis adalah penyebab tersering dari penyakit kronik saluran napas bawah dan
merupakan ancaman yang cukup besar bagi kesehatan dunia. Terdapat sekitar empat belas juta orang
orang dengan tuberkulosis(TB) di seluruh dunia pada tahun 2014 (174 kasus per 100.000 populasi).
Berdasarkan suatu studi pada tahun 2015, kasus insidensi TB di seluruh dunia diperkirakan sebesar 10,6
juta(142 kasus per 100.000 jiwa). Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 9,6 juta(133 kasus
per 100.000 jiwa)(WHO, 2016).
Indonesia termasuk ke dalam 22 negara dengan beban TB yang tinggi(High burden countries). Indonesia,
bersama India dan Cina, merupakan negara dengan jumlah insidensi TB terbanyak. Total jumlah
insidensi di ketiga negara ini bila digabungkan sama dengan 43% total kasus global.(WHO, 2016)
Tatalaksana sesuai standar merupakan salah satu komponen yang penting dalam mengurangi beban TB
yang tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, tatalaksana TB sebagai suatu upaya kesehatan masyarakat
perlu dilakukan di fasilitas layanan kesehatan primer.
Permasalahan:
Kasus TB di Indonesia cukup tinggi, sehingga diperlukan upaya penganggulangan TB yang komprehensif.
Tatalaksana TB sesuai standar terapi di fasilitas layanan kesehatan primer merupakan salah satu upaya
kesehatan masyarakat untuk mengurangi beban TB.
Perencanaan:
Pasien yang datang ke poliklinik umum dengan gejala TB seperti, batuk lebih dari dua minggu,
penurunan berat badan yang signifikan, demam ringan, keringat malam, pembesaran kelenjar getah
bening, atau lainnya dapat dirujuk ke poli TB untuk pemeriksaan ke arah TB. Kasus dengan kecurigaan
resistensi obat, gagal terapi, riwayat terapi tidak terstandar dengan quinolone atau obat suntik, loss to
follow up, kasus kambuh, kontak dengan kasus resisten, dan ko-infeksi TB-HIV dirujuk untuk
pemeriksaan Tes Cepat Molekular dan tatalaksana kasus resisten obat bila terbukti. Tatalaksana dengan
OAT lini 1, baik kategori I maupun II, dapat diberikan di puskesmas.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien Ny. S; 55th; 158cm; 48kg pada 15 Juli 2021.
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien batuk berdahak warna putih kadang kehijauan sejak 2 bulan lalu.
Batuk berdarah tidak ada. Terdapat keluhan demam hilang timbul dan berat badan turun. Pasien
mengeluh ada keringat malam hari.
• Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien menyangkal riwayat perawatan di RS, operasi, atau kecelakaan.
Riwayat TB sebelumnya disangkal.
• Riwayat Sosial Kebiasaan: Kebiasaan merokok disangkal. Pasien tinggal dengan suami, anak dan
cucunya.
Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital
o N: 88 kali/menit
o S: 37,2 oC
o RR: 20 x/menit
• Antropometri
o BB: 48 kg
o TB: 158 cm
• Status Generalis
o Kepala: normosefal
o Hidung: simetris, deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan sinus (-), konka tidak hiperemis
DIAGNOSIS
Edukasi
o Pencegahan transmisi TB: Gunakan masker dan mengupayakan paparan sinar matahari dan ventilasi
udara yang baik di rumah
o Protokol kesehatan COVID19: gunakan masker, jaga jarak minimal 1 meter, hindari kerumunan, cuci
tangan
Monev:
Regimen OAT diberikan untuk dosis 2 minggu. Seorang kerabat pasien atau orang lain yang mampu
mengawasi pasien dipilih dan diedukasi untuk berperan sebagai pengawas minum obat (PMO). Setelah 2
minggu sejak pemberian OAT, pasien perlu datang kembali ke puskesmas untuk mengambil kembali OAT
dosis berikutnya, serta monitoring dan evaluasi terapi secara klinis. Pada bulan ke-2 dan bulan ke-5
terapi OAT kategori I atau bulan ke-3 dan bulan ke-5 terapi OAT kategori II, dilakukan pemeriksaan BTA
untuk evaluasi terapi secara mikrobiologis. Apabila BTA tetap positif setelah bulan ke-2 terapi kategori I
atau bulan ke-3 terapi kategori II, dinyatakan tidak konversi yang tetap dapat melanjutkan terapi lini 1,
tetapi perlu dirujuk untuk pemeriksaan TCM. Apabila BTA tetap positif setelah bulan ke-5 terapi,
dinyatakan gagal terapi, sehingga tidak dapat melanjutkan terapi lini 1 dan perlu melakukan
pemeriksaan TCM.
F6 PENGOBATAN DASAR
Permasalahan:
Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi
juga di kota-kota besar.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan Skabies secara menyeluruh
dan komprehensif.
Perencanaan:
Diperlukan intervensi pada penderita Skabies dengan perawatan secara individual seperti
melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup.
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta
faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan
mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Rencana yang akan dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan fisik,
pentatalaksanaan. Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan
edukasi yang adekuat dan penetapan target personal dari pasien.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien An. J, 8 th, 140cm, 32kg pada 20 Juli 2021
Terapi:
- Krim permetrin 5% di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim permetrin dibersihkan dengan
sabun.
- Salep kloramfenikol 3xue
- Amoksisilin forte 250mg/5mL syr 3x1 cth
- Cetirizine syr 2x1 cth
Edukasi:
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol. Evaluasi apakah pengobatan sudah adekuat
dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.
Perencanaan:
Diperlukan intervensi pada penderita hipertensi dengan perawatan secara individual
seperti melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya
hidup dan pola makan. Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai
dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target personal dari pasien.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. Z, 57th; 158cm; 68kg pada 24 Juli 2021.
Terapi:
- Amlodipine 1x5 mg
- Paracetamol 3x500mg (bila nyeri)
- Vitamin B complex 1x1
Edukasi:
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi apakah pengobatan
sudah adekuat dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.
Perencanaan:
Diperlukan intervensi pada penderita DM dengan perawatan secara individual seperti melakukan
pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan. Pengobatan
ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target
personal dari pasien.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. G, 58 th, 165cm, 80kg pada 28 Juli 2021.
Terapi:
- Metformin 1x500mg
- Vit B kompleks 1x1
Edukasi:
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi apakah pengobatan
sudah adekuat dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.
Permasalahan:
Meningkatnya pengidap hiperkolesterolemia di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan hiperkolesterolemia
secara menyeluruh selain dari obat-obatan (perubahan gaya hidup, pola makan, dan olahraga).
Perencanaan:
Diperlukan intervensi pada penderita hiperkolesterolemia dengan perawatan secara individual seperti
melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan.
Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan
penetapan target personal dari pasien.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. C, 47 th, 167cm, 70kg pada 4 Agustus 2021.
Terapi:
- Simvastatin 1x10mg
Edukasi:
- Pasien dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh, dan
meningkatkan asupan lemak tak jenuh. Kurangi asupan karbohidrat, alkohol, dan lemak.
- Pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai kondisi dan kemampuannya.
- Pasien harus kontrol teratur untuk pemeriksaan kolesterol untuk melihat target terapi
dan maintenance jika target sudah tercapai.
Permasalahan:
Meningkatnya pengidap artritis gout di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kramatwatu
serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan artritis gout secara menyeluruh selain
dari obat-obatan (perubahan gaya hidup, pola makan, dan olahraga).
Perencanaan:
Diperlukan intervensi pada penderita artritis gout dengan perawatan secara individual seperti
melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan.
Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan
penetapan target personal dari pasien.
Pelaksanaan:
Dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. C, 55 th, 167cm, 85kg pada 9 Agustus 2021.
Terapi:
Edukasi:
- Mengelola hiperurisemia dengan obat-obat penurun asam urat (tidak digunakan selama
serangan akut) seperti Allopurinol 1x100mg
- Minum cukup 8-10 gelas/hari
- Mengelola obesitas dan menjaga berat badan ideal
- Pola diet sehat rendah purin
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi apakah pengobatan
sudah adekuat dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.