0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan

Revisi Sempro

Diunggah oleh

Lilis Aprianis
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan

Revisi Sempro

Diunggah oleh

Lilis Aprianis
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 81

META ANALISIS INTERVENSI STUNTING METODA

KOHORT DAN EXPERIMENT DI ASIA


TAHUN 2010-2021

PROPOSAL

Oleh :

PUPUT PURWANTI
NIM: 2013101059

PROGRAM STUDI
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal Tesis : Meta Analisis Intervensi Stunting Metoda Kohort Dan
Exsperiment Di Asia Tahun 2010-2021
Nama : Puput Purwanti
NIM : 2013101059

Proposal Tesis ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim

penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi pada Tanggal, November 2022.

Bukittinggi, November 2022


Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Neila Sulung, S.Pd., Ns., M.Kes Dr. Oktavianis, S.ST., M.Biomed

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal Tesis : Meta Analisis Intervensi Stunting Metoda Kohort Dan
Exsperiment Di Asia Tahun 2010-2021
Nama : Puput Purwanti
NIM : 2013101059

Proposal Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan

tim penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi dan sudah memenuhi syarat dan

telah diizinkan untuk melakukan penelitian.

Bukittinggi, Desember 2022


Komisi Penguji

Moderator Notulen

Dr. Neila Sulung, S.Pd, Ns, M.Kes Dr. Oktavianis, S.ST, M.Biomed

Penguji I Penguji II

Dr. Efriza, SKM, MKM Dr. Nurdin, SKM, MPH


KATA PENGANTAR
ik

Alhamdulillah Alhamdulillah hirobbil a’lamin puji syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan Proposal dengan judul “META ANALISIS

INTERVENSI STUNTING METODA KOHORT DAN EXPERIMENT DI

ASIA TAHUN 2010-2021”.

Tujuan penulisan Proposal ini adalah sebagai pemenuhan salah satu syarat

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam proses penyusunan

Tesis ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd.,

Ns., M. Kes selaku pembimbing satu dan ibu Dr. Oktavianis, S.ST., M.Biomed

selaku pembimbing dua yang telah membimbing dan memberi masukan kepada

peneliti dalam penyusunan Proposal ini.

Dalam penyusunan Proposal ini banyak terdapat kekurangan namun berkat

bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai pihak, akhirnya peneliti

dapat menyelesaikan Proposal ini dengan maksimal, pada kesempatan ini peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.Hj. Evi Hasnita, S.Pd,Ns. M.Kes sebagai Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi

2. Ibu Dr. Oktavianis, S.ST, M. Biomed sebagai Dekan Fakultas Kesehatan.

3. Ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd., Ns. M.Kes, selaku Ketua Progam Studi Magister

Kesehatan Masyarakat.

iii
4. Ibu Dr. Efriza, SKM, MKM selaku Penguji 1 dan Bapak Dr.

Nurdin, SKM, MPH, selaku Penguji II yang telah memberikan bimbingan dan

tambahan untuk kesempurnaan proposal ini.

5. Bapak Dan Ibu Dosen serta seluruh staf Universitas Fort De Kock Bukittinggi

6. Orang Tua dan seluruh keluarga serta yang selalu memberi dukungan moril,

materil, dan spritual selama peneliti menjalankan program pendidikan.

7. Teman-Teman Mahasiswi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan semangat dalam penulisan proposal ini, semoga kebersamaan ini

menjadi kekuatan yang berarti untuk kita terus melangkah maju

Penulisan proposal ini telah dilakukan dengan sebaik-baiknya, namun

peneliti juga menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada sehingga

peneliti merasa ada kesalahan baik dalam isi maupun dalam penyajian nya. Untuk

itu peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, Oktober 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stunting........................................................................ 10
B. Konsep Intervensi Stunting di Indonesia .................................. 23
C. Konsep Meta Analisis .............................................................. 34
D. Telaah Penelitian Terdahulu .................................................... 39
E. Kerangka Teori ......................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 46
B. Definisi Operasional ................................................................. 47
C. Hipotesis ................................................................................... 49
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 50
B. Lokasi Studi Penelitian ............................................................ 51
C. Populasi dan Sampel................................................................. 51
D. Seleksi Studi ............................................................................. 51
E. Ekstraksi Data dan Telaah Sistematis....................................... 52
F. Proses Penelurusan Artikel dan Jurnal ..................................... 53
G. Analisis Data ............................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Prosedur umum dalam Meta Analisis ............................................. 38


Bagan 2.2 Kerangka Teori .............................................................................. 44
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 45
Bagan 4.1 Proses pencarian Artikel ............................................................... 53

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Masalah Stunting ......................................................................... 16


Gambar 2.2 Kerangka penyebab masalah Stunting............................................ 17
Gambar 2.2 Dampak Stunting Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia .... 21
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi 30

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Berdasarkan PB/atau TB/U Indeks .................................................. 14
Tabel 2.2 Intervensi Gizi Spesifik Percepatan Penurunan Stunting ................ 32
Tabel 2.3 Intervensi Cizi Sensitif Percepatan Penurunan Stunting ................. 34
Tabel 2.4 Telaah Analisa Jurnal ...................................................................... 39
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 47

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu tantangan dan masalah gizi secara global

yang sedang dihadapi oleh masyarakat di dunia. Ambitious World Health

Assembly menargetkan penurunan 40% angka Stunting di seluruh dunia pada

tahun 2025. Global Nutritional Report 2018 melaporkan bahwa terdapat sekitar

150,8 juta (22,2%) balita Stunting yang menjadi salah satu faktor terhambatnya

pengembangan manusia di dunia. WHO menetapkan lima daerah subregio

prevalensi Stunting, termasuk Indonesia yang berada di regional Asia Tenggara

(36,4%) (UNICEF, 2022). Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas

manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal

ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya

(bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya,

yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,

produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)

memperkirakan, pada 2020 jumlah anak penderita stunting di bawah usia lima

tahun sebanyak 149,2 juta pada 2020. Jumlah balita penderita stunting di wilayah

Afrika Barat dan Tengah sebanyak 29,3 juta Afrika Timur dan Selatan mengalami

hal serupa. Jumlah balita yang mengalami stunting naik 1,4% dari 27,6 juta pada

2000 menjadi 28 juta. Jumlah balita penderita stunting tertinggi berasal dari Asia

Timur dan Pasifik. Wilayah ini mencatatkan sebanyak 20,7 juta. Sementara

1
2

jumlah balita Stunting di Eropa Timur dan Asia Tengah sebanyak 2,5 juta pada

2020. Di Amerika Latin dan Karibia, jumlah balita penderita stunting sebanyak

5,8 juta. Kemudian, jumlah balita penderita stunting di Asia Selatan sebanyak

53,8 juta. Jumlah balita penderita stunting di Timur Tengah dan Afrika Utara

sebanyak 7,7 juta (Bayu, 2021)

Berdasarkan World Health Organization (WHO) (2019), Prevalensi

stunting di dunia sekitar 21,9% atau 149 juta balita, dimana 22,7% atau 81,7 juta

balita stunting di Asia dengan proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan 32,7%

atau 57,9 juta pada tahun 2018. Prevalensi balita stunting di Indonesia mengalami

peningkatan dari tahun 2017 (29,6%) menjadi (30,8%) pada tahun 2018.

Persentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-23 bulan di Indonesia tahun

2018 yaitu 12,8% dan 17,1%, sedangkan persentase balita sangat pendek dan

pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2018 adalah 11,5% dan 19,3%

(Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian

Kesehatan, prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021.

Artinya, hampir 1 dari 4 Balita mengalami stunting. Dengan demikian prevalensi

stunting Indonesia termasuk dalam kelompok sedang menurut standar WHO,

sehingga masih banyak anak atau bayi di bawah usia 5 tahun (Balita) di Indonesia

yang mengalami masalah gizi atau gizi buruk di usia belia dan menderita stunting

sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang anak di masa depan (Kusnandar,

2022).

Status gizi merupakan hal yang sangat prioritas dalam mempengaruhi

tumbuh kembang anak. Salah satu masalah gizi yang berpengaruh buruk dalam
3

kapasitas dan tumbuh kembang anak adalah stunting. Permasalahan ini terjadi

hampir di seluruh negara yang sedang berkembang. Stunting yang terjadi pada

masa balita dapat meningkatkan angka kematian, kemampuan kognitif dan

perkembangan motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang

(Wolde et al., 2015). Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang

disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini

menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami

kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak

stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata-

rata IQ anak normal (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi gizi, yaitu

intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik merupakan kegiatan

yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting sedangkan intervensi

sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung

stunting yang umumnya berada di luar kewenangan Kementerian Kesehatan.

Selain dua hal tersebut, diperlukan juga faktor pendukung yang memungkinkan

terjadinya penurunan stunting seperti komitmen politik dan kebijakan,

keterlibatan pemerintah dan lintas sektor serta kapasitas untuk melaksanakan

intervensi yang ada (BAPPENAS, 2020). Salah satu kebijakan pemerintah diatur

dalam Permenkes RI nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi

Gizi. Pemberian Makanan Tambahan sangat diperlukan dalam rangka pencegahan

balita stunting yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi

balita dan ibu hamil (Kemenkes RI, 2020).


4

Menurut WHO (2018) intervensi gizi yang tepat untuk bayi yang lahir

stunting adalah pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, memberikan MP-ASI

sesuai dengan pedoman gizi seimbang sejak 6 bulan serta memberikan ASI

hingga 2 tahun. Intervensi yang diberikan dapat berupa program kunjungan rumah

dan pendidikan berbasis masyarakat. Intervensi yang dilaksanakan melalui

platform pemberian layanan berbasis masyarakat dapat disampaikan oleh petugas

kesehatan atau pekerja masyarakat yang terlatih, dan dilaksanakan secara lokal

dirumah, desa atau kelompok masyarakat. Hal ini memiliki potensi untuk

meningkatkan kesehatan dan gizi anak di antara populasi yang sulit dijangkau

dengan adanya tenaga pelaksana terampil/terlatih (WHO, 2018).

Program dan intervensi gizi di Indonesia spesifik untuk menangani

penyebab langsung masalah gizi, berupa pemberian asupan makanan dan

timbulnya infeksi pada balita, sedangkan intervensi gizi sensitif lebih luas

mencakup masalah tidak langsung terkait gizi dan kebijakan-kebijakan di

sektor pendukung lain seperti pertanian, pendidikan, kebersihan air dan

sanitasi, perlindungan sosial, dan pemberdayaan perempuan. Program

intervensi stunting di Indonesia, dilaporkan dapat mengurangi kematian anak

balita hingga 15% dan menurunkan prevalensi stunting sekitar 20,3%, serta

mengurangi prevalensi sangat kurus sebesar 61,4% (Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan, 2018).

Penelitian intervensi stunting dengan metode kohort dari beberapa

penelitian juga menunjukkan hasil yang signifikan. Menurut Saputri et al., (2019)

yang termasuk ke dalam pemberian nutrisi selama satu tahun pertama kehidupan

yaitu Air Susu Ibu (ASI), Makanan Pendamping ASI (MPASI) harus diperhatikan
5

usia awal mulai pemberian dan jenis makanan awal yang diberikan. Hasil

penelitian menunjukkan yang paling berperan terjadinya stunting yaitu usia awal

MP-ASI kurang dari 4 bulan atau lebih dari 6 bulan, jenis awal MPASI tidak

terfortifikasi, dan ASI tidak eksklusif. Intervensi edukasi yang dilakukan oleh

Teshome et al. (2020) menyatakan pendidikan gizi yang disampaikan pekerja

penyuluh kesehatan dengan kunjungan rumah berhasil meningkatkan konsumsi

anak-anak terhadap kacang-kacangan dan status gizinya. Edukasi nutrisi yang

diberikan kepada ibu selama 9 bulan.

Begitu juga dengan penelitian Panjwani & Heidkamp (2017) yang

menyatakan bahwa edukasi gizi dan intervensi MP-ASI keduanya memiliki

dampak yang kecil namun signifikan terhadap pertumbuhan linier, dan intervensi

pemberian makanan pendamping juga berdampak pada pertumbuhan poneral anak

usia 6-23 bulan. Pada penelitian Ayalew & Belachew (2020) menyatakan

Intervensi perubahan perilaku melalui layanan kesehatan selama 9 bulan efektif

untuk meningkatkan pertumbuhan bayi dan pencegahan kekurangan gizi dengan

rata-rata pertambahan panjang 0,96 cm.

Penelitian intervensi stunting juga banyak yang menggunakan metode

eksperiment, seperti pada penelitian Lanou et al. (2019) yang menyatakan

suplemen bubuk mikronutrien dikombinasikan dengan pendidikan gizi selama 12

bulan berpengaruh terhadap pertumbuhan linear dengan hasil p-value 0,027 dan

meningkatkan praktik pemberian makan anak. Penelitian Kaimila et al. (2019)

menyatakan bahwa mengkonsumsi protein yang bersumber hewani dapat

meningkatkan pertumbuhan menurut usia (HAZ, LAZ dan WHZ). Intervensi yang

dilakukan untuk mendorong anak-anak mengkonsumsi ASF lebih tinggi dapat


6

berpotensi mengurangi stunting karena peningkatan konsumsi protein hewani 1 gr

saja dapat menambahkan tinggi badan menurut usia sekitar 0,02 perbulannya.

Dengan meningkatnya tinggi badan secara langsung dapat menurunkan angka

prevalensi stunting.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting antara lain yaitu praktek

pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan, masih

kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Dan kurangnya

akses ke air bersih dan sanitasi (Bappenas, 2018). Menurut Putra & Fitri (2021),

determinan faktor kasus stunting adalah ketidaktahuan masyarakat atau ibu muda

terhadap pola hidup dan gizi seimbang, sehingga pendidikan keluarga dapat

memberikan solusi dalam menanggulangi dan mengurangi angka stunting. Usaha

perbaikan pengetahuan dan sikap adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan pada

peningkatan status kesehatan dan gizi anak stunting. Usaha perbaikan

pengetahuan dan sikap ini dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

ibu tentang pencegahan stunting (Fitriami & Galaresa, 2022)

Banyaknya penelitian tentang intervensi stunting ini menuntut adanya

penarikan kesimpulan yang dapat digunakan untuk intervensi dalam pencegahan

dan penanganan stunting di Asia. Satu penelitian tidak cukup kuat untuk

digeneralisasikan ke populasi, sehingga dibutuhkan beberapa penelitian sehingga

kesimpulan yang ditarik memiliki power yang lebih kuat. Pendekatan ini disebut

sebagai Meta-Analisis. Meta-Analisis sering disebut sebagai systematic review.

Systematic review yang disertai dengan meta-analisis menjadi desain terbaik

dalam memberikan evidence (Berlin & Golub, 2014).


7

Oleh karena itu diperlukannya rangkuman dalam bentuk Meta Analisis

yang berkaitan dengan intervensi gizi yang sesuai dan terbaik untuk melihat

intervensi apa saja yang dapat diberikan kepada anak stunting dengan kondisi

yang sama di Asia. Banyaknya penelitian tentang intervensi stunting ini menuntut

adanya penarikan kesimpulan yang dapat digunakan untuk intervensi dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Asia. Satu penelitian tidak cukup kuat

untuk digeneralisasikan ke populasi, sehingga dibutuhkan beberapa penelitian

sehingga kesimpulan yang ditarik memiliki power yang lebih kuat. Pendekatan ini

disebut sebagai Meta-Analisis. Meta-Analisis sering disebut sebagai systematic

review. Systematic review yang disertai dengan meta-analisis menjadi desain

terbaik dalam memberikan evidence (Berlin & Golub, 2014).

Meta-Analisis adalah analisis dari beberapa penelitian dengan

menggunakan pendekatan sistematis dan teknik statistik untuk mengidentifikasi,

menilai, dan menggabungkan hasil dari penelitian yang relevan untuk mencapai

sebuah kesimpulan yang lebih kuat dengan menggunakan analisis statistic dengan

menggunakan Meta-analysis of Observational Studies in Epidemiology (MOOSE)

untuk membantu peneliti yang ingin melakukan penelitian Meta-Analisis dari

penelitian observasional dengan metoda kohort dan eksperiment dengan masing-

masing metode sebanyak 10 jurnal terkait intervensi gizi spesifik untuk mengatasi

penyebab langsung dalam bentuk pendidikan kesehatan dan pemberian nutrisi.

Berdasarkan fenomena tersebut serta mengingat pentingnya masalah dan dampak

yang ditimbulkan dari stunting, maka Penulis tertarik untuk meneliti mengenai

“Meta Analisis Intervensi Stunting Metoda Kohort Dan Eksperiment Di Asia

Tahun 2010-2021”.
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan apa saja bentuk

intervensi dalam pencegahan dan penanganan stunting di Asia tahun 2010-2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hasil penelitian ilmiah terkait intervensi yang

dilakukan dalam pencegahan dan penanganan stunting di Asia tahun 2010-

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi hasil penelitian ilmiah terkait

intervensi gizi spesifik dalam pencegahan dan penanganan stunting di

Asia tahun 2010-2021.

b. Diketahui determinan Intervensi gizi spesifik dalam pencegahan dan

penanganan stunting terbanyak di Asia dari telaah sistematis studi

observasional penelitian publikasi internasional tahun 2010-2021.

c. Untuk mengetahui perhitungan estimasi efek Spesifik (effect Size ) dan

efek gabungan (Pooled Effect Ratio) terkait intervensi dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Asia tahun 2010-2021 dari

Meta-analisis penelitian publikasi internasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan informasi ilmiah,

tentang pencegahan dan penanganan stunting di Asia.


9

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tentang

pencegahan dan penanganan stunting di Asia.

3. Bagi Pemangku Kepentingan (Stakeholder Kesehatan)

Menambah pengetahuan dan sebagai dasar dalam mengambil suatu

kebijakan tentang pencegahan dan penanganan stunting yang bisa

diaplikasikan di Indonesia umumnya dan wilayah kerja masisng-masing

pemangku kepentingan khususnya,

4. Bagi Peneliti dan peneliti selanjutnya

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan

penelitian tentang pencegahan dan penanganan stunting, dan manfaat bagi

peneliti selanjutnya sebagai sumber referensi penelitian-penelitian lebih lanjut

bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Prevalensi stunting di dunia berdasarkan World Health Organization

(2019) 81,7 juta balita stunting di Asia. Ruang lingkup penelitian ini mencangkup

intervensi gizi spesifik yang dilakukan dalam pencegahan dan penanganan

stunting di Asia tahun 2010-2021 yang diidentifikasi dari penelusuran artikel dan

telaah sistematis artikel penelitan publikasi internasional kemudian di lakukan

analisis dengan Meta-analisis. Identifikasi artikel studi dengan melakukan

pencarian melalui penelusuran database Google Scholar, Researchgate, PubMed,

Springer Link, Science Direct dan Wiley di internet dan berlokasi di wilayah Asia

dari penelitian tahun 2010 sampai dengan tahun 2021. Penilaian kualitas studi
10

yang disertakan dalam penelitian ini diseleksi terlebih dahulu, jurnal yang dipilih

adalah jurnal publikasi yang relevan dengan pertanyaan penelitian, riset asli

(original), terindek Scopus Q1,Q2,Q3,Q4 dan terindeks Sinta (S1,S2,S3,S4).

Studi penelitian yang digunakan adalah studi observasional desain cohort dan

ekspperiment. Analisis statistik dengan fixed effect model atau random effect

model untuk melihat estimasi efek spesifik dan gabungan intervensi gizi spesifik

yang dilakukan dalam pencegahan dan penanganan stunting.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stunting

1. Definisi Stunting

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini

menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang

lama (kronis) (Candra, 2020). Stunting pada anak menjadi permasalahan

karena berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian,

gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan

motorik dan terhambatnya pertumbuhan mental anak (Rahayu et al., 2018).

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur

dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi

median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk

masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial

ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi

pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan

dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2018)

Stunting menurut WHO merujuk pada suatu keadaan terganggunya

pertumbuhan yang terjadi pada anak anak karena buruknya asupan gizi atau

nutrisi, infeksi yang berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.

11
12

Anak anak yang dikategorikan sebagai stunted (pendek) apabila tinggi

badannya (sesuia usia) lebih dari dua deviasi di bawah median WHO Child

Growth Standards. Stunting merupakan suatu kondisi yang menunjukan

adanya ketidak normalan berupa tinggi badan seseorang yang lebih pendek

dibandi gtinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia. Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak menyatakan bahwa kondisi pendek

dan sangat pendek merupakan status gizi yang didasarkan pada indkes

Panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menururt umur yang

merupakan padanan istilah stunted.

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi

badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan

panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median

standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi

kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,

gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi

Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam

mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Buletin Jendela

Data dan Informasi Kesehatan, 2018)

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh gizi

yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam

kandungan dan baru Nampak saat berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada

usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan


13

penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat

dewasa. Kemampuan kognitif pada penderita juga berkurang, sehingga

mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Indonesia

menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi

stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia

tingginya berada di bawah rata-rata (Nugroho & Wijaya, 2018).

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah

lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek

untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada

masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah

bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely

stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)

menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS

(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting

menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai

z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD

(severely stunted) (TNP2K, 2017).

2. Patofisiologi

Proses pertumbuhan pada manusia di bawah kendali genetik dan

pengaruh lingkungan, yang beroperasi sedemikian rupa pada waktu tertentu

selama periode pertumbuhan, dimana satu atau yang lain mungkin merupakan

pengaruh dominan (Candra, 2020). Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi

dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak
14

setelah anak berusia 2 tahun, dimana keadaan gizi ibu dan anak merupakan

faktor penting dari pertumbuhan anak (Rahayu et al., 2018). Periode 0-24

bulan usia anak merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan

sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang

sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini bersifat

permanen dan tidak dapat dikoreksi, sehingga diperlukan pemenuhan gizi

yang adekuat di usia tersebut.

3. Cara Ukur

Diagnosis stunting pada anak dapat dilakukan dengan cara pengukuran

antropometri seperti pengukuran tinggi badan. Indikator pengukuran tinggi

badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) dapat mengukur

pencapaian pertumbuhan linier bayi yang menggambarkan kondisi gizi anak

pada masa lalu (Fikawati et al., 2015). Penggunaan indeks PB/U atau TB/U

dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek

(severely stunted), sehingga indikator status gizi tinggi badan menurut umur

(TB/U) atau panjang badan menurut umur (PB/U) dapat menggambarkan

masalah gizi kronis pada anak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak

di Indonesia mengacu pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-

5 tahun. Berikut ini merupakan kategori status gizi PB/U atau TB/U beserta

nilai ambang batas yang ditetapkan oleh WHO:


15

Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan PB/U
atau TB/U Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-score)
Panjang Badan atau Sangat Pendek (severely < -3 SD
Tinggi Badan stunted)
Menurut Umur Pendek (stunted) -3 SD s.d. < -2 SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD s.d. 3 SD
anak usia 0 – 60 Tinggi > 3 SD
bulan
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020

Stunting dapat diketahui melalui pengukuran antropometri dengan

kondisi panjang/tinggi badan menurut umur anak berada di bawah -2 Standar

Deviasi (-2 SD) dari populasi rujukan WHO. Anak terlihat normal namun

lebih pendek dari anak sesusianya. Stunting dapat diketahui bila seseorang

sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar,

dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek

dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini menggunakan standar

Z-score dari WHO yang sudah diadopsi di Indonesia dengan dikeluarkannya

SK Menkes 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

oleh Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Nugroho &

Wijaya, 2018).

4. Faktor Risiko

Menurut Trihono et al. (2015), faktor yang menyebabkan hal stunting

pada Balita dengan mengacu pada beberapa faktor dari “Logical framework of

the Nutritional Problems” atau dari Conceptual framework of the determinans

of the child undernutrition, meliputi status gizi balita, riwayat infeksi, terpapar
16

pencemaran udara, status ekonomi, faktor lingkungan, akses pelayanan

kesehatan, dan faktor kesehatan reproduksi.

Faktor penyebab stunting merupakan suatu proses kronis akumulatif

yang dapat terjadi dimulai dari faktor gizi ibu sejak sebelum dan selama

kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan anak di masa janin (dalam

kandungan), masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan atau sering

dikatakan masa 1000 HPK. Keadaan malnutrisi yang terjadi pada wanita usia

reproduksi pada saat hamil akan menyebabkan gangguan hambatan

pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim (Fetal Growth

Reardation/FGR) yang berkontribusi dengan terjadinya stunting pada masa

anak. Perkembangan yang pesat pada periode intra uterine (dalam kandungan)

dan 2 tahun pertama kehidupan menjadi kunci intervensi penanganan kasus

stunting dikenal sebagai 1000 Hari pertama Kehidupan (HPK)(Berawi, 2021).

Konsumsi asupan gizi yang rendah dan memiliki penyakit infeksi

selama kehamilan dapat menyebaban kelahiran bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) atau panjang badan lahir bayi dibawah standar. Asupan

gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersedian pangan tetapi juga

melalui pola asuh secara tepat sepert pemberian ASI Eksklusif, Inisiasi

Menyusu Dini (IMD), pemberian Kolostrum, dan pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI). Faktor kesehatan lingkungan dan sanitasi yang

baik mempengaruhi kejadian infeksi penyakit pada anak. Kehidupan anak

dimulai dari dalam kandungan ibu hingga usia 2 tahun atau disebut 1.000

HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang merupakan fase kritis yang


17

menduukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Bappenas,

2018).

Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh beberapa

faktor meliputi pendapatan, kesenjangan ekonomi, globalisasi, sistem

kesehatan, pembangunan pertanian dan lainya. Untuk mengatasi penyebab

stunting diperlukan kerja sama yang mencakup komitmen politik dan

kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, serta

kapasitas untuk melaksanakan (Bappenas, 2018).

Gambar 2.1
Masalah Stunting

Masalah Stunting Hasil

Asupan Gizi Status Kesehatan Penyebab


langsung

Ketahanan Lingkungan Lingkungan


Pangan Sosial (norma, Lingkungan
Kesehatan
(ketersediaan, makanan bayi pemukiman Penyebab
(akses
keterjangkauan dan anak, (air, sanitasi, tidak
hygiene, pelayanan
daan akses kondisi langsung
pendidikan, preventif dan
pangan bergizi) bangunan)
tempat kerja) kuratif)

Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi,


globalisasi, system pangan, perlindungan sosial, system kesehatan, Proses
pembangunan pertanian dan pemberdayaan perempuan

Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi kebutuhan


dan tekanan untuk implementasi, tata kelola keterlibatan Prasyarat
antar lembaga pemerintahan dan non pemerintah, kapasitas pendukung
untuk implementasi
18

Sumber : UNICEF 1997 dalam Bappenas (2018)

Gambar 2.2
Kerangka penyebab masalah stunting
Masalah yang terjadi & dampak jangka pendek Dampak Jangka Panjang

Kesehatan Perkembangan Ekonomi Kesehatan Perkembangan Ekonomi


↑Kematian ↓Kognitif, ↑Pengeluaran ↓perubahan ↓prestasi ↓Kapasitas
↑Kelahiran motoric kesehatan fisik dewasa kesekolah kerja
dan bahasa ↑kemungkinan ↑Komorbid ↓apasitas ↓Produktivitas
biaya dan penyakit belajar kerja
perawatan anak penyerta
sakit ↓Kesehatan
reproduksi

Akibat

Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terhambat

Penyebab

Faktor keluarga & Rumah tangga Makanan Pendamping yang tidak adekuat Menyusui Infeksi

Faktor ibu lingkungan makanan Praktik yang keamanan Praktik yang Infeksi Klinis
 gizi buruk rumah yang tidak pangan dan air tidak dan Subklinis
selama  stimulasi dan berkualitas memadai  makanan dan memadai  infeksi usus,
prakonsepsi, aktivitas rendah  Jarang air yang  IMD penyakit
kehamilan anak yang  kualitas zat menyusui tercemar tertunda diare,
dan laktasi tidak gizi mikro  makan yang  praktek higiene  Non ASI- enteropati
 Ibu bertubuh memadai yang buruk tidak yang buruk Ekslusif lingkungan,
pendek  praktik  keanekaraga memadai  penyimpanan  MP ASI dini cacingan
 Infeksi perawatan man dan selama dan dan persiapan  Infeksi
 Kehamilan yang buruk asupan setelah sakit makanan yang pernafasan
pada usia  sanitasi dan pangan  makan yang tidak aman  Malaria
remaja air bersih sumber tidak  Berkurangny
 Kesehatan yang tidak hewani yang memadai a nafsu
mental memadai rendah selama dan makan
 IUGR dan  kerawanan  kandungan setelah sakit karena
kelahiran pangan anti gizi  memberi infeksi
premature  alokasi  kandungan makan  Peradangan
 Jarak makanan energi dalam
kelahiran dalam makanan jumlah yang
yang pendek rumah pendamping tidak
 hipertensi tangga yang yang rendah mencukupi
tidak sesuai  makan yang
 pendidkan tidak
19

rendah responsif
dalam
pengasuhan
Kontek

Mayarakat dan faktor sosial

Politik ekonomi Kesehatan dan Pendidikan Sosial dan pertanian dan Air, sanitasi
 harga pangan perawatan  akses Budaya sistem pangan dan
dan kebijakan  Akses pendidikan  kepercayaan  pembuatan lingkungan
perdagangan kesehatan yang dan norma dan  Prasarana
berkualitas  jaringan pengolahan dan
 Regulasi  Penyedia
pemasaran kesehatan yang  guru dukungan makanan pelayanan air
berkualitas berkualitas sosial  ketersediaan dan sanitasi
 kestabilan  Penyuluh  pengasuh
politik  Ketersediaan pangan kaya  Kepadatan
kesehatan anak mikronutrien penduduk
 kemiskinan, suplai yang (Orangtua
 Keamanan dan  Perubahan
penghasilan,  Infrastruktur berkualitas dan non-
mutu iklim
dan kekayaan  sistem  infrastruktur orangtua)
makanan  Urbanisasi
 layanan pelayanan (sekolah dan  Status
keuangan kesehatan dan lembaga perempuan  bencana
kebijakan pelatihan) alam dan
 lapangan kerja buatan
dan mata
pencaharian

Sumber : Kerangka Konseptual WHO dalam James et al. (2017)

Kerangka konseptual stunting menurut WHO dibagi menjadi 3

tingkatan yaitu konsekuensi (kesehatan jangka panjang dan jangka pendek

termasuk pembangunan dan ekonomi, lalu penyebab terdekat masalah stunting

(yaitu faktor rumah tangga dan keluarga, pemberian makanan pendamping asi

yang tidak memadai, menyusui, dan penyakit infeksi). Kemudian konteks

(yaitu faktor masyarakat. Ketiga hal ini memberikan kontribusi utama dalam

stunting pada anak, konsekuensi kesehatan dan perkembangan dan ekonomi

yang merugikan (James et al., 2017).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kasus stunting adalah

ketidaktahuan masyarakat atau ibu muda terhadap pola hidup dan gizi

seimbang. Dengan demikian, Pendidikan keluarga dapat memberikan solusi


20

dalam menanggulangi dan mengurangi angka stunting. Untuk itu, pencegahan

stunting dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat menggunakan akses

pendidikan nonformal (pendidikan keluarga) untuk memberikan pengetahuan

mengenai gizi serta pola hidup sehat mampu mengurangi bayi lahir dengan

kondisi stunting. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan keluarga dalam

mencapai prioritas pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memberikan

informasi berupa pembelajaran kepada ibu yang sedang hamil dan menyusui

sehingga terwujud pembangunan kesehatan dan balita terbebas dari belenggu

stunting (Putra & Fitri, 2021).

Balita gizi kurang memiliki tingkat asupan energi, protein dan lemak

lebih rendah dibandingkan dengan balita gizi baik. Perlu meningkatkan asupan

bahan makanan sumber energi, protein dan lemak yang tinggi serta bervariasi

agar kondisi gizi kurang tidak semakin memburuk (Diniyyah & Nindya,

2017).

5. Dampak Stunting

Stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan

berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting

menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di

dunia dan menyebabkan 55 juta Disability Adjusted life years (DALYs) yaitu

hilangnya masa hidup sehat setiap tahun. Dampak stunting dibagi menjadi 2

yaitu dampak jangka pendek dan jangka panjang (Bappenas, 2018).


21

Menurut WHO (2017) dampak yang ditimbulkan apabila seorang anak

mengalami stunting terbagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka

panjang. Dampak jangka pendek yang akan dialami dapat meningkatkan

kejadian kesakitan dan kematian serta menghambat proses perkembangan

kognitif, motorik, dan verbal pada anak. Sedangkan dalam jangka panjang,

anak akan memiliki postur tubuh yang tidak optimal (lebih pendek dari anak

seusianya), meningkatnya risiko terkena obesitas, dan menurunnya

produktivitas dan kapasitas kerja.

Kekurangan gizi yang menetap di masa kanak-kanak akan mengubah

komposisi normal mikrobiota usus, yang menyebabkan disbiosis. Sebaliknya,

dysbiosis mikrobiota usus dikaitkan dengan malnutrisi dan penurunan kadar

asam amino esensial plasma. Pengerdilan umumnya akibat konsumsi energi

yang tidak memadai, infeksi berulang, dan/atau akibat peradangan kronis

seperti disfungsi enterik lingkungan Environmental enteric dysfunction (EED).

Mekanisme spesifik EED dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan

pengerdilan pascakelahiran. Salah satu faktor yang mendasari hal ini termasuk

ketidakmatangan mikrobiota usus dan defisiensi mikrobiota usus. Kondisi

diare berulang dapat menjadi penyebab atau akibat dari penurunan keragaman

mikrobiota saluran pencernaan pada anak gizi buruk (Cahyawati & Sujaya,

2021).

Tidak hanya anak-anak yang kekurangan gizi kronis dengan

perawakan fisik yang pendek, tetapi perkembangan otak mereka juga

terhambat. Antara trimester ketiga dan tahun ketiga kehidupan, satu juta

sinapsis terbentuk setiap detik dan koneksi ini membangun arsitektur otak
22

yang esensial, yang merupakan fondasi di mana semua pembelajaran,

perilaku, dan kesehatan bergantung. Lebih sedikit koneksi saraf yang terbentu

di otak. otak anak kurang gizi, dan kesenjangan ini tidak dapat ditutup di

kemudian hari (Kakietek et al., 2016).

Dalam jangka pendek stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan

perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh

serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, stunting menyebabkan

menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-

sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan

menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada

produktivitasnya saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan

gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan risiko

penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner

dan stroke (Bappenas, 2018).

Gambar 2.3
Dampak stunting terhadap kualitas sumber daya manusia
23

Sumber : Bappenas (2018)

Efek nutrisi pada karakteristik epigenetik dapat menghasilkan

plastisitas fenotipe pada awal kehidupan yang melekat pada konsep

pemrograman janin. Lebih jauh lagi, tipe plastisitas ini berarti bahwa

pemrograman hasil jangka panjang mungkin tidak memerlukan defisit nutrisi

yang besar selama organogenesis dan diferensiasi, tetapi dapat dihasilkan dari

perubahan lingkungan nutrisi yang berumur pendek dan tidak kentara pada

tahap perkembangan ketika kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhannya masih

cukup kecil, seperti pada periode prekonsepsi dan awal embriogenesis (Fall &

Kumaran, 2019).

Nutrisi ibu hamil merupakan salah satu faktor utama penentu

kesehatan ibu dan janin. Nutrisi memengaruhi tumbuh kembang janin sejak

awal kehidupan, karena nutrisi yang tepat dan seimbang mendukung

perkembangan otak, sistem daya tahan tubuh dan pertumbuhan janin sejak
24

dalam kandungan agar tetap optimal. Apabila terjadi defisiensi nutrisi selama

kehamilan, maka akan sangat berdampak terhadap kehidupan janin

selanjutnya seperti Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, daya tahan tubuh rendah dan risiko

meninggal dunia (Flora, 2021).

Kekurangan gizi yang terjadi di dalam kandungan dan awal kehidupan

menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel

penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan

jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh

lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada

usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif

atau kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan

perkembangan otak. Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga

meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti

hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes (Flora, 2021).

Pertumbuhan tinggi badan merupakan interaksi antara faktor genetik,

makronutrien maupun mikronutrien selama periode pertumbuhan. Nutrisi

memegang peranan penting terhadap kontrol mekanisme pertumbuhan linier.

Penelitian pada hewan coba menunjukkan restriksi pemberian energi dan

protein menyebabkan penurunan konsentrasi insulin growth factor (IGF-1)

dalam darah dan akan kembali normal setelah diberikan energi yang sesuai.

Penelitian pada manusia menyebutkan bahwa, terdapat hubungan antara status

nutrisi dan IGF-1 (Flora, 2021).


25

B. Konsep Intervensi Stunting

1. Intervensi Yang Dilaksanakan Untuk Mengatasi Anak Stunting


Menurut WHO
Stunting menjadi masalah yang kompleks, tidak ada intervensi gizi

tunggal untuk mengatasi stunting pada anak-anak melainkan intervensi gizi

sensitive dan gizi spesifik multipel, kompleks dan terkoordinasi dalam

kemitraan dengan sektor kesehatan dan non kesehatan lainnya dalam

pembangunan. Berikut beberapa contoh jenis intervensi untuk mengatasi

pengerdilan anak, yang menyoroti perlunya determinan sosial dari pendekatan

berorientasi kesehatan dan kesetaraan (WHO, 2018).

a. Suplemen Energi dan Protein Untuk Wanita

Suplemen energi dan protein yang seimbang menyediakan kira-

kira 25% dari total suplemen energi protein, merupakan intervensi penting

untuk pencegahan hasil perinatal yang merugikan ada wanita kekurangan

gizi. Ini meningkatkan berat badan lahir sebesar 41 gr dan mengurangi

resiko lahir mati sebesar 40% dan kelahiran prematur untuk usia

kehamilan sebesar 21%. WHO merekomendasikan pendidikan gizi dan

peningkatan asupan energi dan protein harian untuk ibu hamil pada

populasi kurang gizi, untuk mengurangi BBLR direkomendasikan nutrisi

neonatus.

Di daerah yang sangat rawan pangan atau dalam pendidikan dan

populasi meningkat setiap hari dengan sedikitt akses ke berbagai makanan,

asupan energi dan protein tambahan untuk intervensi komplementer


26

direkomendasikan untuk mengurangi resiko lahir mati dan ibu hamil

kurang gizi. Pemantauan program untuk suplementasi energi dan protein

untuk menilai efeknya, kelayakan, akseptabilitas dan pemerataan implikasi

neonatus dengan BBLR sangat dianjurkan.

b. Platform Berbasis Masyarakat Untuk Pendidikan Dan Promosi Gizi

Intervensi untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan

anak dapat dilakukan melalui platform pemberian layanan berbasis

masyarakat dan mencegah stunting. Mereka dapat membantu mengurangi

kematian akibat penyakit menular seperti diare. Beberapa contoh termasuk

program untuk suplementasi asam folat, suplementasi mikronutrien ganda,

pemberian vitamin K, atau Asi Eksklusif, serta perawatan antenatal,

perinatal dan postnatal. Program-program ini dapat mencakup komunikasi

perubahan perilaku dan strategi untuk mobilisasi masyarakat.

Pendidikan atau konseling pengasuh tentang praktik pemberian

makanan pelengkap yang tepat (misalnya, menawarkan keragaman

makanan padat nutrisi, persiapan makanan yang aman dan sesuai dengan

perkembangan, frekuensi pemberian makan yang sesuai usia, melanjutkan

menyusui) adalah strategi yang efektif untuk meningkatkan asupan anak

dan mengurangi masalah pertumbuhan dalam situasi di mana rumah

tangga memiliki sumber daya yang cukup untuk menerapkan rekomendasi

(WHO, 2018).

c. Multi Micronutrient suplementation


27

Defisiensi makro atau mikronutrien selama periode prenatal

berpotensi memprogram janin menuju pertumbuhan linier yang lebih

lambat selama kehidupan pascanatal atau mengakibatkan simpanan nutrisi

yang rendah saat lahir. Asupan mikronutrien yang rendah pada bayi muda

di negara berkembang dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat berbagai

mikronutrien dalam ASI karena defisiensi ibu, dan juga dari praktik

pemberian makanan pendamping ASI yang tidak memadai selama paruh

kedua masa bayi.

Mikronutrien juga berdampak pada sistem insulin growth factor

(IGF-1), seperti defisiensi seng, yang dapat menyebabkan retardasi

pertumbuhan akibat penurunan kadar IGF-1 dalam plasma dan penurunan

kadar growth hormone (GH) dan akan kembali normal setelah pemberian

seng. Defisiensi mikronutrien seperti besi, magnesium, seng menyebabkan

anoreksia yang secara tidak langsung menyebabkan berkurangnya asupan

energi dan protein yang penting untuk pertumbuhan (Flora, 2021).

Vitamin D dibutuhkan untuk absorpsi kalsium. Kekurangan

vitamin D menimbulkan manifestasi klinis berupa deformitas tulang

panjang dan tanda-tanda hipokalsemia seperti kejang dan tetani. Vitamin

A atau asam retinoik berpengaruh pada hormon yang mengontrol

pertumbuhan jaringan skeletal dengan mekanisme memengaruhi

percepatan pelepasan adenosin monophospate (AMP) siklik dan sekresi

dari hormone pertumbuhan. Vitamin A memiliki peranan penting dalam

menjaga integritas sel epitel seperti epitel di mata, saluran napas dan

saluran kemih, imunitas seluler dan humoral sehingga kekurangan vitamin


28

A menyebabkan anak cenderung mudah sakit. Penelitian meta analisis

menunjukkan bahwa, pemberian vitamin A pada anak usia 6 bulan hingga

5 tahun mengurangi kejadian campak dan diare (Flora, 2021).

Defisiensi zat besi menyebabkan gangguan pertumbuhan organ

tubuh yang diduga akibat anoreksia, gangguan DNA sel, gangguan sintesis

RNA dan gangguan absorpsi makanan dan diduga berperan dalam proses

mitosis sel. Pemberian vitamin A saja atau zat besi tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan, namun akan berdampak terhadap pertumbuhan

apabila disertai dengan pemberian mikronutrien seperti seng (Flora, 2021).

Zinc merupakan zat gizi yang berperan penting pada pertumbuhan

sel, pembelahan sel, metabolisme tubuh, fungsi imunitas dan

perkembangan. Defisiensi Zinc dikaitkan dengan kejadian diare,

penurunan fungsi imunitas serta kegagalan pertumbuhan. Kegagalan

pertumbuhan secara bersama sama dijumpai dengan penurunan

konsentrasi IGF-I. Menurunnya konsentrasi IGF-I disebabkan bukan

hanya karena kekurangan energi protein tetapi juga kekurangan Zn (Flora,

2021).

d. Perbaikan Lingkungan Rumah Tangga /Water, Sanitation & Hygiene


(WASH)
Sanitasi salah satu hal yang harus dievaluasi dengan intervenes

sensitif dalam pencegahan stunting karena menyangkut banyak pihak dan

ekonomi keluarga. Sanitasi yang baik maka akan memberikan dampak

yang baik juga terhadap kesehatan anak. Fokus utama sanitasi adalah

menyediakan jamban sehat dimana tempat pembuangan yang tertutup.


29

Permasalahan sanitasi di masyarakat diselesaikan dengan cara mobilisasi

dan kegiatan berbasis masyarakat melalui pendekatan STBM. STBM

adalah sebuah pendekatan untuk memperbaiki kesehatan lingkungan

masyarakat yang meliputi 5 indikator kesehatan lingkungan (Berawi,

2021).

Lima pilar STBM merupakan gambaran upaya memutus mata

rantai penularan penyakit yaitu dari sumber penyakit (tinja, sampah dan

limbah) dengan media penularan yakni tangan, lalat/serangga, makanan

dan air minum, serta tanah. Dalam kaitannya dengan kegiatan pencegahan

stunting, salah satu cara untuk mencegah stunting secara tidak langsung

adalah dengan memutus rantai penularan penyakit atau alur kontaminasi

dan melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan

melalui pendekatan STBM. Bayi dan balita umumnya rentan terhdap

serangan penyakit menular seperti diare yang dapat ditularkan melalui air

minum dan makanan. Untuk menghindari keluarga dari penyakit menular

bersumber air dan makanan, maka setiap rumah tangga harus memahami

dan mempraktikan pengelolaan air minum dan makanan yang aman

(Berawi, 2021).

Stunting adalah kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan

penentu struktural seperti jenis kelamin, pengasuh, usia, sumber air, dan

praktik perilaku seputar cuci tangan. Faktor demografi dan sosial seperti

usia anak dan jenis kelamin pengasuh juga berkontribusi pada kenyataan

bahwa stunting itu kompleks. Determinan WASH yang menarik untuk

stunting adalah sumber air minum, cuci tangan setelah buang air besar
30

(ibu), dan cuci tangan sebelum makan (anak). Hubungan dengan cuci

tangan setelah buang air besar dapat dijelaskan oleh fakta bahwa

perempuan akan menjadi penangan utama anak dan kontaminasi apapun

kemungkinan besar akan diturunkan kepada anak (Kwami et al., 2019).

Untuk anak-anak, mencuci tangan sebelum makan dikaitkan

dengan stunting yaitu karena anak-anak akan menelan air yang tidak

bersih dan/atau patogen lainnya. Ada beberapa faktor seperti penggunaan

air rumah tangga lainnya dan penggunaan sabun dan air yang berbeda

yang signifikan dalam regresi linier tunggal namun, ini memiliki

kolinearitas yang kuat dengan faktor-faktor seperti sumber air minum

(penggunaan air rumah tangga lainnya) dan cuci tangan pakai sabun (cuci

tangan setelah buang air besar) (Kwami et al., 2019).

2. Konsep Intervensi Stunting di Asia

Berdasarkan Ruel & Alderman (2013) dan Hossain et al. (2017)

terdapat beberapa program dan intervensi gizi di Asia antara lain yaitu:

a. Kesehatan dan nutrisi selama masa remaja, pre konsepsi, masa

kehamilan dan menyusui.

b. Memberikan makanan ibu atau suplemen gizi mikro.

c. Mempromosikan pemberian ASI yang optimal.

d. Pemberian makanan tambahan, praktik pemberian makan yang

responsif dan simulasi pemberian makanan.

e. Suplementasi makanan, diversifikasi makanan dan suplementasi

mikronutrien atau fortifikasi untuk anak-anak.


31

f. Pengobatan pada kasus malnutrisi akut parah.

g. Pencegahan dan manajemen bencana,

h. Nutrisi dalam keadaan darurat.

Sedangkan program gizi sensitif yang telah diterapkan antara lain:

a. pertanian dan ketahanan pangan

b. jaringan keamanan sosial

c. perkembangan anak usia dini

d. kesehatan mental ibu

e. pemberdayaan perempuan

f. perlindungan anak,

g. sekolah

h. air, sanitasi dan hygiene

i. kesehatan dan pelayanan keluarga berencana

Program intervensi gizi ini telah diterapkan di Bangladesh dan

Vietnam dan terbukti menurunkan average annual rate of reduction

(AARR) atau rata-rata penurunan tahunan untuk stunting hingga 4,5%.

Program-program yang dilakukan untuk mencegah dan mengobati malaria

hanya diterapkan di negara-negara Afrika contohnya Malawi, Niger dan

Afrika sub-Sahara di mana terdapat tingkat prevalensi Malaria yang tinggi

(Handayani et al., 2020).

Untuk mengurangi stunting di negara-negara Asia membutuhkan

kombinasi faktor dan komponen yang bersama-sama memberikan konteks

yang sesuai. Komitmen politik yang kuat dan kolaborasi multi-sektoral


32

antara pemerintah, non-pemerintah, nasional dan organisasi internasional

menjadi salah satu kunci kesuksesan program (Qirbi and Ismail, 2017).

Meskipun intervensi gizi sangat diperlukan, namun bila fokus program

hanya pada aspek gizi saja maka cenderung tidak cukup (Handayani et al.,

2020).

3. Konsep Intervensi Stunting di Indonesia

Intervensi yang dimaksud disini adalah untuk penurunan stunting.

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu

a. Intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung

b. Intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.

Penurunan stunting dalam TNP2K (2018) memerlukan pendekatan

yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung.

Pemerintah kabupaten/kota diberikan kesempatan untuk berinovasi untuk

menambahkan kegiatan intervensi efektif lainnya berdasarkan pengalaman

dan praktik baik yang telah dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota

dengan fokus pada penurunan stunting.

a. Target Intervensi Penurunan Stunting

Target indikator utama dalam intervensi penurunan stunting

terintegrasi adalah:

1) Prevalensi stunting pada anak baduta dan balita

2) Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

3) Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita

4) Prevalensi wasting (kurus) anak balita


33

5) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI

eksklusif

6) Prevalensi anemia pada ibu hamil dan remaja putri

7) Prevalensi kecacingan pada anak balita

8) Prevalensi diare pada anak baduta dan balita

Gambar 2.4
Kerangka konseptual intervensi penurunan stunting terintegrasi

INTERVENSI INTERMEDIATE
INTERVENSI OUTPUT
OUTCOME DAMPAK
KONVERGENSI

Peningkatan
PILAR 1: Cakupan
Komitmen dan  Tablet tambah
darah (Bumil dan intervensi pada
Visi
Remaja) sasaran 1.000
Kepemimpinan Perbaikan
 Promosi dan HPK asupan gizi
konseling menyusi
PILAR 2:  Promosi dan Konsumsi
Kampanye konseling PMBA Gizi
Nasional dan  Suplemen gizi
Perubahan makro (PMT)
Perilaku  Tataaksana Gizi  Anemia
Buruk Pola Asuh  BBLR
 Suplementasi
 ASI Ekslusif
PILAR 3: kalsium
Konvergensi  Diare
 Suplementasi
 Kecacingan STUNTING
Program Pusat, vitamin A
Daerah dan Desa  Suplemtasi Zinc  Gizi Buruk
untuk diare
Pelayanan
 Pemeriksaan
Kesehatan
PILAR 4: kehamilan
Ketahan pangan  Imunisasi
dan gizi  Suplemen gixi Penurunan
mikro (Taburia) infeksi
 MTBS Kesehatan
PILAR 5:  Pemberian obar Lingkungan
Pemantauan dan cacing
evaluasi
34

Sumber: TNP2K (2018)

b. Jenis Intervensi Penurunan Stunting di Indonesia

1) Intervensi gizi spesifik

Kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti

asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan

kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini umumnya diberikan oleh

sektor kesehatan.

Terdapat tiga kelompok intervensi gizi spesifik:

a) Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi

memilik dampak paling besar pada pencegahan stunting dan

ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas;


35

b) Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada

masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan

diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.

c) Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi

yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk

kondisi darurat bencana (program gizi darurat).

Tabel 2.2
Intervensi gizi spesifik percepatan penurunan stunting
KELOMPOK INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI
SASARAN PRIORITAS PENDUKUNG PRIORITAS
SESUAI KONDISI
TERTENTU
Kelompok Sasaran 1000 HPK
Ibu hamil  Pemberian  Suplementasi  Perlindungan
makanan tambahan kalsium dari malaria
bagi ibu hamil dari  Pemeriksaan  Pencegahan
kelompok miskin/ kehamilan HIV
Kurang Energi
Kronik (KEK)
 Suplementasi tablet
tambah darah
Ibu Menyusui  Promosi dan  Suplemetasi  Pencegahan
dan anak 0-23 konseling menyusui kapsul vitamin kecacingan
bulan  Promosi dan A
36

konseling  Suplementasi
pemberian taburia
makanan bayi dan  Imunisasi
anka (PMBA)  Suplementasi
 Pemantauan dan zinc untuk
promosi pengobatan
pertumbuhan diare
 Manajemen
Terpadu balita
sakit (MTBS)
Kelompok Sasaran Usia Lainnya
Remaja putri  Suplementasi tablet
dan wanita tambah darah
usia subur
Anak 24-59  Tatalaksana gizi  Suplementasi  Pencegahan
bulan buruk kapsul vitamin A kecacingan
 Pemberian  Suplemtasi
makanan tambahan taburia
pemulihan bagi  Suplemntasi zinc
anak kurus untuk pengobatan
 Pemantauan dan diare
promosi  Manajemen
pertumbuhan terpadu balita
sakit (MTBS)
Sumber: TNP2K (2018)

2) Intervensi gizi sensitif

Intervensi gizi mencakup:

a) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi;

b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan;

c) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi

ibu dan anak;

d) Peningkatan akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif

umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan.


37

Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat

dan dilakukan melalui berbagai program.

Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Holistik, Intergratif,

Tematik, dan Spatial (HITS). Upaya penurunan stunting akan lebih

efektif apabila intervensi gizi spesifik dan sensitif dilakukan secara

terintegrasi atau terpadu. Beberapa penelitian baik dari dalam maupun

luar negeri telah menunjukkan bahwa keberhasilan pendekatan

terintegrasi yang dilakukan pada sasaran prioritas di lokasi fokus untuk

mencegah dan menurunkan stunting.

Tabel 2.3
Intervensi gizi sensitif percepatan penurunan stunting
JENIS INTERVENSI PROGRAM/ KEGIATAN INTERVENSI
Peningkatan penyedia  Akses air minum yang banyak
air minum dan sanitasi  Akses sanitasi yang layak
Peningkatan akses dan  Akses pelayanan keluarga Berencana (KB)
kualitas pelayanan gizi  Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
dan kesehatan  Akses bantuan uangtunai untuk keluarga miskin
(PKH)
Peningkatan kesadaran,  Pnyebarluasan informasi melalui berbagai media
komitmen, dan praktik  Penyediaan konseling perubahan perilaku antar
pengasuhan dan gizi pribadi
ibu dan anak  Penyediaan konseling pengasuh untuk orang tua
38

 Penyediaan akses Pendidikan Anak Usia Dini


(PAUD), promosi stimulasi anak usia dini, dan
pemantauan tum buh kembang anak
 Penyediaan konseling kesehatan reproduksi untuk
remaja
 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Peningkatann akses  Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk
pangan bbergizi keluarga kurang mampu
 Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam,
tepung terigu, minyak goring)
 Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL)
 Penguatan mengenai label dan iklan panagn

Sumber: TNP2K (2018)

C. Konsep Meta Analisis

1. Definisi

Analisis meta (meta analysis) merupakan penelitian menggunakan

studi-studi yang telah ada dan telah digunakan oleh peneliti lain yang

dilakukan secara sistematis dan kuantitatif untuk memeroleh kesimpulan yang

akurat dengan menggunakan data penelitian-penelitian lain yang telah ada

(data sekunder). Oleh karena itu analisis meta merupakan metode penelitian

kuantiatif dengan cara menganalisis data kuantitatif dari hasil penelitian

sebelumnya untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dalam

penelitian-penelitian tersebut (Retnawati et al., 2018).

Analisis meta juga merupakan cara untuk meringkas,

mengintegrasikan, menggabungkan/mengagregasikan dan mengintepretasikan

hasil penelitian-penelitian terpilih dalam bidang ilmu tertentu. Analisis meta

tidak dapat digunakan untuk meringkas makalah yang disajikan secara

teoretis, review penelitian-penelitian kualitatif, dan usulan kebijakan. Analisis


39

meta hanya dapat menganalisis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

menggunakan pengukuran kuantitatif dari suatu variabel dan melaporkan

statistik deskriptif atau inferensial untuk menjelaskan hasil penelitian

(Retnawati et al., 2018).

2. Tahapan Meta Analisis

Dalam melakukan analisis meta, ada beberapa langkah awal yang perlu

dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu menentukan pertanyaan penelitian,

menentukan penelitian yang relevan, melacak dan mengumpulkan penelitian,

dan pilot coding. Langkah-langkah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut

(Retnawati et al., 2018).

a. Menentukan Pertanyaan Penelitian

Pada dasarnya meta-analisis menggunakan dua pendekatan umum,

yaitu combining studies dan comparing studies. Dalam studi kombinasi

melibatkan effect size dari studi primer untuk mengestimasi effect size

yang setipe atau rentang dari effect size tersebut. Sedangkan comparing

studies melibatkan heterogenitas dari effect size. Tujuan dari combining

studies dalam meta-analisis adalah untuk mengidentifikasi rata-rata dari

effect size, sedangkan tujuan dari comparing studies dalam meta-analisis

adalah untuk mengevaluasi hubungan antara effect size dan karakteristik

penelitian.

Pertanyaan dalam analisis meta terkait dengan 4 hal, yakni ukuran

pemusatan, perbandingan pre-post, perbandingan dua kelompok, dan

korelasi. Masing-masing disajikan sebagai berikut.


40

1) Penelitian terkait dengan ukuran pemusatan (Central Tendency Re-

search).

2) Perbandingan pre-post (Pre-post contrast)

3) Perbandingan antar grup (Comparison of group contrast)

4) Hubungan antar variabel (Association between variables)

b. Menentukan Penelitian yang Relevan

Karakteristik penelitian yang digunakan dalam analisis meta harus

jelas. Salah satu karakteristik dari analisis meta yang baik adalah bahwa

peneliti sangat eksplisit tentang populasi penelitian yang temuannya harus

diperiksa dan dirangkum. Kriteria kelayakan pada penelitian yang

digunakan dalam analisis meta tergantung pada topik analisis meta.

c. Melakukan Pengkodean

Dalam mengadministrasikan hasil penelitian yang akan

diagregasikan dalam analisis meta, pengkodean perlu dilakukan, Hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan pertanyaan penelitian,

mempertimbangkan aspek spesifik dari penelitian tertentu. Pengkodean ini

diperlukan ketika peneliti memerlukan informasi tambahan untuk

menginterpretasikan hasil analisis meta.

d. Menghitung Effect Size

Statistik effect size menghasilkan standarisasi statistik dari temuan

penelitian sehingga nilai numerik yang dihasilkan dapat ditafsirkan secara

konsisten di semua variabel dan ukuran yang terlibat. kunci dalam meta-

analisis adalah menentukan effect size yang mampu mewakili temuan

kuantitatif dari sekumpulan studi penelitian dalam bentuk standar yang


41

memungkinkan perbandingan numerik dan analisis bermakna di seluruh

penelitian. Meta-analis harus menggunakan statistik effect size yang

memberikan standarisasi yang sesuai untuk desain penelitian tertentu,

bentuk temuan kuantitatif, variabel, dan operasionalisasi yang disajikan

dalam rangkaian penelitian yang sedang diselidiki.

Adanya effect size menjadikan meta-analisis mungkin untuk

dilakukan, karena effect size diperoleh dari dependent variable. Effect size

menstandarisasi temuan dari berbagai macam studi yang dapat secara

langsung dibandingkan. Indeks standar yang dapat digunakan sebagai

effect size ada-lah standarized mean difference, koefisien korelasi, dan

odds-ratio, asalkan mempunyai karakteristik yaitu dapat dibandingkan

antar penelitian, menun-jukkan besaran dan arah hubungan yang diminati,

serta ukuran sampel yang independen.

e. Mengkonversi Nilai Effect Size

Apabila suatu penelitian dalam analisis didasarkan pada jenis data

yang sama (rata-rata, biner, atau korelasi), peneliti harus memilih ukuran

efek berdasarkan jenis data tersebut. Ketika beberapa penelitian

menggunakan rata-rata, data yang lain menggunakan data biner, dan yang

lainnya menggunakan data korelasional, maka kita dapat menerapkan

formula untuk mengkonversi antara effect size. Studi yang menggunakan

effect size yang berbeda mungkin mempunyai perbedaan satu sama lain

secara substansif, dan perlu dipertimbangkan apakah akan digunakan

dalam meta-analisis atau tidak.


42

3. Alur Meta Analisis

Langkah-langkah analisis meta disajikan dalam diagram alur berikut

Bagan 2.1
Prosedur Umum dalam Meta Analisis

(Sumber: Retnawati et al., 2018)


1

D. Telaah Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4
Telaah Analisa Jurnal
Peneliti/ Judul Populasi/
No Negara Metode Intervensi Hasil
Tahun sampel
1 Shi et al., Effectiveness of an China Bayi usia 2-4 RCT Intervensi pendidikan yang Bayi dalam kelompok
2010 educational bulan N= disampaikan melalui intervensi memperoleh
intervention on 599 penyedia 0·22 kg lebih berat (95%
complementary tentang pemilihan CI 0·003, 0·45 kg, P =
feeding practices makanan, persiapan dan 0·047) dan Bayi dalam
and growth in rural kebersihan, nutrisi dan kelompok kontrol
China: a cluster pertumbuhan masa kanak- memperoleh 0·66 cm
randomised kanak, dan gaya makan lebih panjang (95% CI
controlled trial yang responsive. 0·03, 1·29 cm, P = 0·04)
2 Effendy et al., Nutrition education Indonesia Bayi usia 6- RCT 1. Edukasi GEN ASIK (kelas Pendidikan/penyuluhan
2020 in Southeast 17 bulan gizi dan kunjungan gizi dikombinasikan
Sulawesi Province, n=266 rumah) ketersediaan dengan kunjungan
Indonesia: A konstan dan harga rendah, rumah rutin selama 2
cluster randomized hanya dua sumber hewani minggu berpengaruh
controlled study. makanan ikan dan telur terhadap keragaman
dipilih untuk makanan diet
dipromosikan dalam anak /Dietery Dren
intervensi Score (DDS) dengan p-
2. Pratik masak pangan lokal value 0,03
mendemonstrasikan cara
membuat bubuk ikan teri,
biskuit ikan teri dan kue
2

bulu babi (bagea )serta


membat jajanan sehat dari
bayam dan tempe
3 Lai et al., Independent Kamboja Usia 1-28 RCT 1. Intervensi gizi termasuk Intervensi gizi berpengaruh
2021 and bulan kegiatan pemberian terhadap penurunan
combined n=4.124 makanan pendamping dan stunting dengan hasil
effects of pendidikan melalui sesi +0,10, (CI 0,01-0,20)
nutrition promosi pertumbuhan
and berbasis masyarakat,
sanitation kelompok pengasuh,
interventions kunjungan rumah, dan
on child bantuan tunai bersyarat
growth in (BTB) yang terkait
rural dengan pemanfaatan
Cambodia: layanan kesehatan dan
a factorial gizi utama yang berfokus
cluster- pada 1.000 hari pertama
randomized kehidupan. Intervensi
controlled sanitasi terutama terdiri
trial. dari CLTS seperti yang
disampaikan di sini,
voucher jamban ditambah
dengan dukungan sisi
pasokan untuk produk
sanitasi dan kebersihan,
dan komunikasi
perubahan perilaku sosial
(SBCC)
3

4 Sharma et al., Effectiveness India Bayi usia 4-6 Quasi 1. Pra intervensi diskusi pendidikan gizi melalui
2020 of a bulan Eksperimen kelompok terfokus tenaga kesehatan
culturally n=404 (FGD) intervensi (perawat, bidan/ANW,
appropriate pendidikan gizi, clinical nutrition) dan
nutrition pelacakan berbasis web suami ibu tentang
educational anak-anak kurang gizi makanan yang tepat
intervention kurang, pembicaraan berpengatuh terhadap
delivered kesehatan dan video pertumbuhan dan praktik
through tentang makanan pemberian makanan
health pendamping ASI, pendamping ASI pada
services to kebersihan tangan dan bayi dengan p value 0,01
improve pemberian makan
growth and responsif
complement 3. 2 sesi pendidikan dan
ary feeding konseling gizi dilakukan
of infants: A untuk ibu ketika bayi
quasi- berusia 6-8 bulan, dan 9-
experimental 11 bulan. Inu
study from diperlihatkan video
Chandigarh, tentang pentingnya
India. kebersihan dan sanitasi
tangan, menjaga
kebersihan saat
memasak, memberi
makan dan cara mencuci
tangan yang benar.
5 Wang et al., A combined Kamboja Anak usia RCT 1. Menerima 20 mg seng Intervensi gabungan
2017 intervention 12-35 bulan sulfat seng, mikronutrien
of zinc, n= 247 2. Dosis tunggal gandamempengaruhi
4

multiple albendazole (200 mg disfungsi enterik


micronutrien usia 12-23 bulan 400 mg lingkungan (di are)/
ts, and usia 24-35 buulan) Environmental Enteric
albendazole 3. Placebo maltodextrin dan Disfungsi (EED) anak
does not mnp harian (vit.A 400 stunting dengan p value
ameliorate RE, Vit.C 300 mg, Vit.D = 0,087
environment 5 g,Vit E 5mg, B1 0,5
al enteric mg, B2 0,5mg, B6 0,5
dysfunction mg, B12 0,9 g, B9 6 g,
or stunting B3 mg, Fe 12,5 mg, seng
in rural 4,1 mg, tembaga 0,56
malawian mg, yodium 90 g)
children in a 4. Seng dan albendazzole
double-blind dilarutkan dalam 20 ml
randomized encer sari buah
controlled
trial.
6 Christian et Prenatal Nepal Anak usia 7 RCT 1. Kelompok intervensi Aspek fungsi intelektual
al., 2010 micronutrient sampai 9 adalah anak yang termasuk memori kerja,
supplementation tahun pada diberikan zat besi/asam kontrol penghambatan,
and intellectual and bulan Juni folat, zat besi/asam dan fungsi motorik halus
motor function in 2007-April folat/seng, atau beberapa di antara keturunan
early school-aged 2009 mikronutrien yang berhubungan positif
children in Nepal n= 676 anak mengandung ini dengan suplementasi zat
ditambah 11 besi/asam folat prenatal
mikronutrien lainnya, dengan rata-rata 2,38
semuanya dengan (interval kepercayaan
vitamin A 95% [CI],
2. kelompok kontrol 0,06-4,70;P=.04).
5

vitamin A saja sejak


dini.
7 Chang et al., Supplementing iron Ba Anak usia 6- RCT Anak-anak diacak untuk Pemberian zat besi dan
2010 and zinc: Double ngl 18 bulan menerima salah satu dari seng secara terpisah dan
blind, randomized ade n=1000 anak lima rejimen intervensi gabungan sama-sama
evaluation of sh berbeda yang mengandung efektif untuk
separate or berbagai kombinasi zat mengurangi diare, rawat
combined delivery besi/asam folat, seng, dan inap dan meningkatkan
plasebo selama 6 bulan. hasil zat besi.
8 Nugroho et Pengaruh Ind Anak usia 24 Quasi Kelompok perlakuan suplementasi sprinkle
al., 2014 mikronutrien one – 48 bulan Eksperimen mendapat sprinkle micronutrien selama dua
taburia terhadap sia yang pendek mikronutrien 2 hari sekali bulan tidak
perkembangan n= 63 anak selama 2 bulan. mempengaruhi
motorik anak usia Perkembangan motorik perkembangan motorik
24-48 bulan yang kasar dan morotik halus halus dan motoric
stunting (Studi di diukur dengan kuesioner dengan persentase
Tanjungkarang deteksi tubuh kembang keterlambatan
Barat Kabupaten, Denver Tes II sebelum dan perkembangan motorik
Bandar Lampung) sesudah intervensi. halus (p = 0.514) dan
motorik kasar (p =
0.571)
9 Ahmed et al., Long-term Ba Anak RCT diberikan MMN sekali atau Peningkatan Hb yang
2010 intermittent ngl perem dua kali seminggu atau IFA lebih besar diamati
multiple ade puan dua kali seminggu, dengan MMN dua kali
micronutrient sh anemi mengandung 60 mg zat seminggu pada 26
supplementation a (n = besi/dosis dalam kedua minggu (P = 0,045).
enhances 324) suplemen, selama 52
hemoglobin and berusi minggu dalam uji coba buta
micronutrient a 11- ganda acak .
6

status more than 17


iron + folic acid tahun
supplementation in
bangladeshi rural
adolescent girls
with nutritional
anemia
10 Fatima et al., Impact of Pak Anak usia RCT Anak diberikan RUTF dan ONS sama
2017 therapeutic food ista 5–10 tahun menerima RUTF atau efektifnya dalam
compared to oral n n= 68 Anak ONS (500 kkal/hari), meningkatkan hasil gizi
nutritional sebagai tambahan dari pada anak usia 5 sampai
supplements on 10 tahun yang berisiko
diet kebiasaan mereka
nutritional kekurangan gizi
selama empat minggu.
outcomes in mildly
underweight
healthy children in
a low-medium
income society
7
45

E. Kerangka Teori

Dari intervensi yang disebutkan diatas, maka kerangka teori secara lebih

jelas dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Bagan 2.2
Kerangka Teori

Kejadian Stunting Menurut WHO (2018)


a. Suplemen Energi dan Protein Untuk Wanita
b. Platform Berbasis Masyarakat Untuk
Pendidikan Dan Promosi Gizi
Intervensi c. Multi Micronutrient supplementation
d. Perbaikan Lingkungan Rumah
Tangga /Water, Sanitation & Hygiene
(WASH)
Di Indonesia
Intervensi Gizi spesifik
a. Tablet tambah darah (Bumil dan Di Asia
Remaja) Intervensi Gizi Spesifik
b. Promosi dan konseling menyusi a. Kesehatan dan nutrisi selama masa
c. Promosi dan konseling PMBA remaja, pre konsepsi, masa kehamilan dan
d. Suplemen gizi makro (PMT) menyusui.
e. Tata laksana Gizi Buruk b. Memberikan makanan ibu atau suplemen
f. Suplementasi kalsium gizi mikro.
g. Suplementasi vitamin A c. Mempromosikan pemberian ASI yang
h. Suplementasi Zinc untuk diare optimal.
i. Pemeriksaan kehamilan d. Pemberian makanan tambahan, praktik
j. Imunisasi pemberian makan yang responsif dan
k. Suplemen gizi mikro (Taburia)\MTBS simulasi pemberian makanan.
l. Pemberian obat cacing e. Suplementasi makanan, diversifikasi
makanan dan suplementasi mikronutrien
atau fortifikasi untuk anak-anak.
Intervensi Gizi sensitif
f. Pengobatan pada kasus malnutrisi akut
a. Penyediaan akses air bersih danai
parah.
minum
g. Pencegahan dan manajemen bencana,
b. akses sanitasi yang layak
h. Nutrisi dalam keadaan darurat.
c. Akses terhadap layanan kesehatan JKN
dan KB
d. Akses bantuan tunai bersyarat Intervensi Gizi sensitif
e. Promosi gizi seimbang, a. pertanian dan ketahanan pangan
penyebarluasan informasi melalui b. jaringan keamanan sosial
media, konseling perubahan perilaku, c. perkembangan anak usia dini
promosi stimulasi anak usia dini dan d. kesehatan mental ibu
pemantauan tumbuh kembang anak e. pemberdayaan perempuan
f. Fortifikasi pangan, bantuan ketahanan f. perlindungan anak,
pangan g. sekolah
h. air, sanitasi dan hygiene
i. kesehatan dan pelayanan KB

(Sumber: TNP2K (2017), WHO (2018) dan Ruel & Alderman (2013) dan Hossain
et al. (2017)
46

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Bedasarkan kerangka teori intervensi penanganan stunting, maka

kerangka konsep penelitian ini adalah seperti pada bagan berikut.

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Penelitian Publish
Internasional dan
Nasional

Variabel Independent
Intervensi Gizi spesifik
1. Tata laksana Gizi Buruk
2. Suplementasi mikronutrien atau
makronutrien:
a. Suplemen gizi makro (PMT) Variabel dependent
b. Tablet tambah darah (Bumil dan
Remaja)
c. Suplementasi kalsium Pencegahan dan
d. Suplementasi vitamin A penanganan stunting
e. Suplementasi Zinc untuk diare di Asia
f. Suplemen gizi mikro (Taburia)\
MTBS
g. Pemberian obat cacing
3. Pendidikan gizi
a. promosi dan konseling menyusui
b. Promosi dan konseling Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

Telaah Sistematis Meta-Analysis Intervensi Stunting Metoda Kohort


Dan Eksperiment Di Asia Tahun 2010-2021
Ukuran Efek (effect size) Efek Gabungan (Fixed effect)

46
47

B. Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional Telaah Sistematis Intervensi Stunting

Metoda Kohort Dan Eksperiment Di Asia.

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
Cara
No Variabel Defenisi Operasional Hasil
Pengukuran
Studi
1 Pencegahan dan Intervensi yang Telaah dan Nominal
penanganan dilakuakan dalam Review
Stunting pencegahan dsan Artikel
penanganan Anak balita
dengan nilai z-scorenya
kurang dari 2 SD/ standar
deviasi (Stunted) dan
kurang dari -3SD
(Severely Stunted)
2 Tablet tambah Pemberian Tablet Telaah dan Nominal
darah (Bumil Tambah Darah (TTD) Review
dan Remaja) sebanyak satu kali dalam Artikel
seminggu kepada remaja
dan wanita usia subur
(WUS), sebanyak 90
tablet atau lebih untuk
ibu hamil selama masa
kehamilannya untuk
mencegah anemia saat
hamil.
2 Promosi dan Promosi dan edukasi Telaah dan Nominal
konseling untuk memberikan ASI Review
menyusui eksklusif melalui Artikel
berbagai cara baik
pertemuan langsung
(konseling menyusui oleh
tenaga kesehatan terlatih)
maupun promosi di
media massa cetak dan
elektronik.
3 Promosi dan Promosi dan Telaah dan Nominal
konseling edukasi untuk Review
Pemberian memberikan MP- Artikel
Makanan Bayi ASI mulai usia 6
dan Anak bulan menjadi
48

(PMBA) sangat penting


dengan prinsip gizi
seimbang agar
tidak cenderung
tinggi karbohidrat
tetapi juga
memenuhi
kebutuhan
karbohidrat,
protein, vitamin
dan mineral yang
berbasis pangan
lokal akan lebih
berkelanjutan
karena
memanfaatkan
pangan yang ada di
masyarakat.
4 Suplemen gizi Pemberian Makanan Telaah dan Nominal
makro (PMT) Tambahan (PMT) Review
dilakukan kepada ibu Artikel
hamil yang mengalami
Kurang Energi Kronik
(KEK) dan PMT Balita
diberikan pada balita
kurus usia 6-59 bulan
5 Tata laksana Pemberian makanan Telaah dan Nominal
Gizi Buruk tambahan untuk Review
mengejar pertumbuhan Artikel
balita gizi buruk
6 Suplementasi Pemberian suplemen Telaah dan Nominal
kalsium kalsium selama Review
kehamilan untuk Artikel
mengurangi penyulit
selam kehamilan
7 Suplementasi Pemberian vitamin A Telaah dan Nominal
vitamin A dilakukan terintegrasi Review
dengan pemberian obat Artikel
cacing
8 Suplemetasi Zinc Pemberian Suplementasi Telaah dan Nominal
untuk diare zinc untuk pengobatan Review
diare bagi anak usia 0-59 Artikel
bulan.
9 Suplemen gizi Pemberian pada balita Telaah dan Nominal
mikro (Taburia)\ usia 6-24 bulan untuk Review
MTBS memenuhi kebutuhan Artikel
49

gizi dan tumbuh


kembang balita usia 6-59
bulan yang terdiri dari 12
macam vitamin dan 4
jenis mineral yang
diberikan pada sarapan
pagi anak yang disiapkan
di rumah untuk
mencegah terjadinya
anemia pada balita.
10 Pemberian obat Pemberian obat cacing Telaah dan Nominal
cacing bagi anak usia 0-59 Review
bulan. Artikel

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan dan pengaruh intervensi

stunting metoda kohort dan eksperiment di Asia dari estimasi ukuran efek spesifik

( efek size) dan efek gabungan (Pooled Odds Rasio).


50

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Systematic Review yang bersifat kuantitatif

dengan desain studi Meta-analisis. Meta-analisis adalah analisis dari beberapa

penelitian dengan menggunakan pendekatan sistematis dan teknik statistik untuk

mengidentifikasi, menilai, dan menggabungkan hasil penelitian ilmiah yang

relevan untuk mencapai sebuah kesimpulan yang lebih kuat (Nindrea, 2016).

Penelitian ini berpedoman MOSEE (Meta-Analysis of Observasional Studies in

Epidemiology) (Stroup DF, 2000).

Langkah-langkah dalam dalam Meta-analisis terdiri dari empat langkah,

yakni (1) Identifikasi artikel yang akan disertakan dalam Meta-analisis, (2)

seleksi, yakni penilaian kualitas artikel/ laporan penelitian juga disesuaikan

dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian, (3) Abstraksi dan telaah sistematis,

berupa kuantifikasi hasil masing-masing penelitian untuk digabungkan, dan (4)

Analisis, yaitu untuk menggabungkan effect size dan pelaporan hasil meta-

analysis. Meta-analisis yang dilakukan dengan baik dapat memberikan informasi

yang lebih reliabel tentang hal-hal yang dilaporkan dalam penelitian aslinya,

termasuk effect size yang lebih pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit serta,
51

analisis terhadap sub-group (masing-masing hubungan antara variable yang

diteliti) (Dahlan, 2012).

B. Lokasi Studi Penelitian 50

Tempat studi penelitian observasional dari artikel publikasi Internasional

dan Nasional pada penelitian ini berlokasi di Asia Tahun 2010-2021.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, sumber informasi didapatkan melalui pencarian yang

dilakukan dengan penelusuran internet dalam data base Medline (PubMed),

Spinger link, PLOS Negalated Tropical Diseases dan Google Scholar yang

dipublikasikan hingga Desember 2021. Strategi mengacu pada rumusan (PICO),

yaitu (P) = Population, Patient, Problem, (I) = Intervention, Prognostic Factor,

atau Exposure, = Comparation/Intervention (Jika dibutuhkan), (O) = Outcome,

tahap selanjutnya menetukan keyword pencarian dengan mengkombinasikan

sinonim dengan “OR” atau kombinasi setiap keyword dengan “AND”.

D. Seleksi Studi

Studi yang dipilih adalah artikel yang relevan dengan pertanyaan penelitian

dan merupakan riset asli (original). Pemilihan studi yang diikutkan dalam

penelitian ini harus di seleksi terlebih dahulu berdasarkan, kriteria inklusi dan

eksklusi untuk proses filtering. artikel yang diikutsertakan dalam meta-analisis

dengan kata kunci asia, intervensi tablet tambah darah (bumil dan remaja),
52

promosi dan konseling menyusi, promosi dan konseling pmba, suplemen gizi

makro (pmt), tata laksana gizi buruk. suplementasi kalsium, suplementasi vitamin

a, suplemetasi zinc untuk diare, pemeriksaan kehamilan, imunisasi, suplemen

gizi mikro (taburia)\mtbs, pemberian obat cacing, stunting, edukasi, dan nutrisi

(Asia, intervention (blood supplement tablets (pregnant women and teenagers),

breastfeeding promotion and counseling, pmba promotion and counseling,

macronutrient supplements (pmt), management of malnutrition, calcium

supplementation, vitamin a supplementation, zinc supplementation for diarrhea,

pregnancy test, immunization, micro nutrition supplement (taburia) \ mtbs, worm

medication) stunting, education, and supplementation) harus diseleksi terlebih

dahulu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas.

1. Kriteria Inklusi

a. Penelitian yang melihat intervensi dalam pencegahan dan penanganan

stunting di Asia tahun 2010-2021

b. Penelitian dengan desain studi kohort dan eksperiment;

c. Penelitian berada di wilayah Asia.

2. Kriteria Eksklusi

a. Penelitian yang memiliki metode penelitian yang berbeda dari yang

diinginkan.

b. Penelitian yang tidak tersedia dalam bentuk full text.

c. Tidak terindeks Scopus (Q1,Q2,Q3,Q4) dan Sinta (S1,S2,S3,S4).

E. Ekstraksi Data dan Telaah Sistematis


53

Pengumpulan data dilakukan dengan membuat tabel atau formulir ekstraksi

data yang seragam berisi informasi Peneliti/ tahun terbit, Lokasi/ Waktu

penelitian, desain studi, total subjek penelitian, variable yang diteliti, effect size,

outcome dan keterangan. Kemudian melakukan pemilihan item data literatur yang

digunakan untuk menjawab pemasalahan yang dirumuskan (Dahlan, 2012).

F. Proses Penelusuran Artikel dan Jurnal

Bagan 4.1
Proses pencarian Artikel

Total Penelusuran data base dengan


kata kunci
PubMed (Istilah MesH) n = 2
Springer Link n = 909
Google Schoolar n = 23300
PLOS Negalated Tropical Diseases n= 279
Artikel tidak relevan
berdasar bahasa yang tidak
sama dan tidak ditemukan
variabel = 22969
Artikel berpotensi relevan
diidentifikasi dan review
lebih lanjut = 1521

Artikel tidak relevan


berdasarkan review abstrak
dan beda disain = 1445

Artikel disaring berdasarkan


seleksi full text = 76

Artikel di eksklusi :
Outcome tidak sesuai = 44

Artikel dimasukkan dan


ditelaah sistematik n = 32
17 kohort
15 eksperiment
54

G. Analisis Data

Analisis data menggunakan fixed effect model atau random effect model.

Pada fixed effects model diasumsikan bahwa variabilitas di antara berbagai

penelitian semata-mata didasarkan oleh faktor peluang; artinya apabila penelitian

dilakukan tak terbatas, akhirnya akan diperoleh hasil yang sama. Pada random

effects model, selain variabilitas intra-studi juga diperhitungkan variabilitas antar-

studi. Dengan teknik ini akan diperoleh interval kepercayaan yang lebih lebar

dibanding pada fixed effects model. Hasil pengolahan data disajikan dalam grafik

forest plot untuk menggambarkan ukuran efek gabungan dari setiap variable yang

diteliti. Penelitian dapat memberi hasil akhir (outcome) berupa data numerik,

nominal dan ordinal. Penggabungan hasil dilakukan sesuai dengan data pada

penelitian aslinya yakni:

1. Hasil berskala numerik

a. Perbedaan rerata (mean difference)

b. Perbedaan rerata yang distandarisasi (standardized mean differences)

2. Hasil berskala nominal

a. Data nominal non komparatif

1) Odds

2) Insiden

b. Data nominal komparatif

1) Rasio Odds
55

2) Rasio Relatif

3) Perbedaan Resiko (risk difference)

4) Number needed to tret

c. Hasil Berskala Ordinal

Analisis variabel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi penelitian yang relevan

Identifikasi ini dilakukan melalui pencarian sistematis dan eksplisit,

dari segi prosedur, menggunakan kata kunci tertentu maupun melalui

pencarian manual yang dilakukan berdasarkan daftar referensi pada artikel.

2. Membuat kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi & eksklusi harus ditetapkan sejak awal, pada saat

tahap desain meta analysis. Penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

dimasukkan dalam meta analisis, sedangkan penelitian yang memenuhi

kriteria eksklusi dikeluarkan dari meta analisis.

3. Abstraksi data

Abstraksi merupakan kuantifikasi hasil masing-masing penelitian

untuk digabungkan dalam meta analisis. Setiap unit analisis dari hasil

penelitian diidentidikasi dan dilakukan pengolahan menggunakan meta

analisis.

4. Analisis Statistik

Langkah terakhir adalah dilakukan uji variable. Dalam langkah ini

dilakukann penggabungan data untuk mengetahui besarnya hubungan antar

variable penelitian. Salah satu uji yang dilakukan dalam meta analisis adalah
56

uji homogenitas terhadap effect size. Apabila data penelitian variable, maka

estimasi dengan menggunakan effect size dapat diestimasi dengan baik. Dalam

analisis ini juga dilakukan estimasi pada variansi dan 95% interval

konfidensinya, Jika OR > 1 artinya variable tersebut memiliki efek resiko

untuk DBD dan apabila nilai OR = 0 (nol), maka variabel berbanding terbalik

terhadap resiko pada perbandingan proporsi atau perbedaan proporsi pada

kategorik.
57

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, F., Khan, M. R., Akhtaruzzaman, M., Karim, R., Williams, G., Torlesse,
H., Darnton-Hill, I., Dalmiya, N., Banu, C. P., & Nahar, B. (2010). Long-
term intermittent multiple micronutrient supplementation enhances
hemoglobin and micronutrient status more than iron + folic acid
supplementation in bangladeshi rural adolescent girls with nutritional
anemia. Journal of Nutrition, 140(10), 1879–1886.
https://doi.org/10.3945/jn.109.119123
Ayalew, C. A., & Belachew, T. (2020). Effect of complementary feeding
behaviour change communication delivered through community-level
actors on infant growth and morbidity in rural communities of West
Gojjam Zone , Northwest Ethiopia : A cluster-randomized controlled trial.
Matern Child Nutr, 17(3), 1–13. https://doi.org/10.1111/mcn.13136
Bappenas. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
(Stunting) (2nd ed.). Sekretariat Percepatan Pencegahan Stunting
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
BAPPENAS. (2020). Intervensi Spesifik Cegah Stunting. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS). https://cegahstunting.id/intervensi/intervensi-
spesifik/
Bayu, D. J. (2021). Jumlah Balita Stunting di Dunia Menurun, tapi Tak Merata.
Katadata Media Network; Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/jumlah-balita-
stunting-di-dunia-menurun-tapi-tak-merata
Berawi, K. N. (2021). Buku Pedoman; Asupan & Asuahan 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1st ed.). PUSAKA MEDIA.
Berlin, J. A., & Golub, R. M. (2014). Meta-analysis as Evidence Building a Better
Pyramid. JAMA, 312(6), 603–605. https://jamanetwork.com/ on
11/19/2022
Cahyawati, P. N., & Sujaya, I. N. (2021). Gut microbiota in stunting children :
literature review. Bali Anatomy Journal (BAJ) 2, 4(1), 1–4.
https://doi.org/10.36675/baj.v4i1.51
Candra, A. (2020). Epidemiologi Stunting (1st ed.). Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Chang, S., El Arifeen, S., Bari, S., Wahed, M. A., Rahman, K. M., Rahman, M.
T., Mahmud, A. B. A., Begum, N., Zaman, K., Baqui, A. H., & Black, R.
E. (2010). Supplementing iron and zinc: Double blind, randomized
evaluation of separate or combined delivery. European Journal of Clinical
Nutrition, 64(2), 153–160. https://doi.org/10.1038/ejcn.2009.127
58

Christian, P., Murray-Kolb, L. E., Khatry, S. K., Katz, J., Schaefer, B. A., Cole, P.
M., LeClerq, S. C., & Tielsch, J. M. (2010). Prenatal micronutrient
supplementation and intellectual and motor function in early school-aged
children in Nepal. Jama, 304(24), 2716–2723.
https://doi.org/10.1001/jama.2010.1861
Dahlan, M. S. (2012). Pengantar Meta-Analisis Disertai Aplikasi Meta-analisis
Dengan Menggunakan Program Excel (1st ed.). Epidemiologi Indonesia.
Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak
dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci,
Gresik. Amerta Nutrition, 1(4), 341.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i4.7139
Effendy, D. S., Prangthip, P., Winichagoon, P., & Kwanbunjan, K. (2020).
Nutrition education in Southeast Sulawesi Province , Indonesia : A cluster
randomized controlled study. April, 1–14.
https://doi.org/10.1111/mcn.13030
Fall, C. H. D., & Kumaran, K. (2019). Metabolic programming in early life in
humans. Phil. Trans. The Royal Society, 374(20180123), 1–9.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1098/rstb.2018.0123
Fatima, S., Malkova, D., Wright, C., & Gerasimidis, K. (2017). Impact of
therapeutic food compared to oral nutritional supplements on nutritional
outcomes in mildly underweight healthy children in a low-medium income
society. Clin Nutr, 37(3), 858–863. https://doi.org/doi:
10.1016/j.clnu.2017.03.006. Epub 2017 Mar 16.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Karima, K. (2015). Gizi ibu dan bayi (1st ed.). Raja
Grafindo Persada.
Fitriami, E., & Galaresa, A. V. (2022). Edukasi Pencegahan Stunting Berbasis
Aplikasi Android Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu.
CITRA DELIMA, 5(2), 78–85. https://doi.org/10.33862/citradelima.
v5i2.258
Flora, R. (2021). Stunting dalam Kajian Molekur. Universitas Sriwijaya.
Handayani, R. T., Darmayanti, A. T., Setyorini, C., Widiyanto, A., & Atmojo, J.
T. (2020). Intervensi Gizi dalam Penanganan dan Pencegahan Stunting di
Asia. Jurnal Keperawatan Global, 5, 1–55.
Hossain, M., Choudhury, N., Abdullah, K. A. B., Mondal, P., Jackson, A. A.,
Walson, J., & Ahmed, T. (2017). Evidence-based approaches to childhood
stunting in low and middle income countries: A systematic review.
Archives of Disease in Childhood, 102(10), 903–909.
https://doi.org/10.1136/archdischild-2016-311050
James, P. W., Rohner, F., Petry, N., Onyango, A. W., Matji, J., Bailes, A., Onis,
M. De, & Woodruff, B. A. (2017). Assessment of the WHO Stunting
Framework using Ethiopia as a case study. Maternal & Child Nutrition,
13(e12310), 1–16. https://doi.org/10.1111/mcn.12310
Kaimila, Y., Divala, O., Agapova, S. E., Stephenson, K. B., Thakwalakwa, C.,
Trehan, I., Manary, M. J., & Maleta, K. M. (2019). Consumption of
animal-source protein is associated with improved height-for-age Z scores
in rural malawian children aged 12–36 months. Nutrients, 11(2), 1–21.
59

https://doi.org/10.3390/nu11020480
Kakietek, J., Hekar, M., & Eberwein, J. D. (2016). The costs of stunting in South
Asia and the benefits of public investments in nutrition. Maternal & Child
Nutrition Published, 12(Suppl. 1), 186–195.
https://doi.org/10.1111/mcn.12281
Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS) 2018.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
___________. (2020). Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional,
Provinsi, Dan Kabupaten/Kota Tahun 2021.
___________. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementerian
Kesehatan RI, 1–582.
__________. (2018). Buletin Jendela (Situasi Balita Pendek (Stunting) Di
Indonesia). Pusdatin Kementrian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010. (2010).
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kusnandar, V. B. (2022). Prevalensi Balita Stunting di 6 Provinsi Ini Masih
Tinggi. Katadata; Katadata.co.id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/01/prevalensi-balita-
stunting-di-6-provinsi-ini-masih-tinggi
Kwami, C. S., Godfrey, S., Gavilan, H., Lakhanpaul, M., & Parikh, P. (2019).
Water , Sanitation , and Hygiene : Linkages with Stunting in Rural
Ethiopia. Int. J. Environ. Res. Public Health, 16(3793), 1–21.
https://doi.org/10.3390/ijerph16203793
Lai, A. J., Velez, I., Ambikapathi, R., Seng, K., & Cumming, J. . O. (2021).
Effects Of Sanitation On Child Growth , Enteric Infection , And Carriage
Of Antimicrobial Resistance Genes In Rural Cambodia Copyright © 2021
By Amanda Lai Effects Of Sanitation On Child Growth , Enteric Infection
, And Carriage Of Antimicrobial Resistanc. MedRxiv, 1(165), 1–13.
Lanou, H. B., Polnay, K. De, Ouédraogo, C., Kouanda, S., & Kolsteren, P. (2019).
Micronutrient powder supplements combined with nutrition education
marginally improve growth amongst children aged 6 – 23 months in rural
Burkina Faso : A cluster randomized controlled trial. Matern Child Nutr,
e12820(2018), 1–13. https://doi.org/10.1111/mcn.12820
Nindrea, R. D. (2016). Pengantar Langkah-Langkah Praktis Studi Meta Analisis
(Hardisman (ed.); 1st ed.). Gosyen Publishing.

Nugroho, A., Susanto, H., & Kartasurya, M. I. (2014). Pengaruh mikronutrien


taburia terhadap perkembangan motorik anak usia 24-48 bulan yang
stunting ( Studi di Tanjungkarang Barat. Jurnal Gizi Indonesia, 3(1), 52–
59.
Nugroho, A., & Wijaya, S. M. (2018). Gizi 1000 HPK : (hari pertama kehidupan)
(1st ed.). Anugrah Utama Raharja.
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan,
Pola Asuh dan Sanitasi - Direktorat P2PTM. In Kemkes.Go.Id.
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-
melitus-dan-gangguan-metabolik/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-
60

makan-pola-asuh-dan-sanitasi
Panjwani, A., & Heidkamp, R. (2017). Complementary Feeding Interventions
Have a Small but Significant Impact on Linear and Ponderal Growth of
Children in Low- and Middle-Income Countries : A Systematic Review
and Meta-Analysis. American Society for Nutrition, 147(11), 2169S-
2178S. https://doi.org/10.3945/jn.116.243857
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020. (2020).
Standar Antropometri Anak.
Putra, A., & Fitri, Y. (2021). Studi Meta Analisis : Efektifitas Pencegahan
Stunting Melalui Program Literasi Gizi Menggunakan Pendekatan
Pendidikan Keluarga. 4(1).
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study Guide -
Stunting Dan Upaya Pencegahannya (Hadianor (ed.); 1st ed.). CV Mine.
Retnawati, H., Apino, E., Kartianom, Djidu, H., & Anazifa, R. D. (2018).
Pengantar Meta Analisis. In E. Apino (Ed.), Pengantar Analisis Meta
(Pertama). Parama Publishing.
Ruel, M. T., & Alderman, H. (2013). Nutrition-sensitive interventions and
programmes: How can they help to accelerate progress in improving
maternal and child nutrition? The Lancet, 382(9891), 536–551.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)60843-0
Saputri, N. K. D., Sidiartha, I. G. L., & Pratiwi, I. G. A. P. E. (2019). Prevalensi
stunting pada toddler dengan keluhan sulit makan dan hubungannya
dengan asupan nutrisi pada satu tahun pertama. MEDICINA, 50(June
2020), 370–376. https://doi.org/10.15562/medicina.v50i2.60
Sharma, N., Gupta, M., Aggarwal, A. K., & Gorle, M. (2020). Effectiveness of a
culturally appropriate nutrition educational intervention delivered through
health services to improve growth and complementary feeding of infants :
A quasi-experimental study from Chandigarh ,. PLoS ONE, 15(3), 1–22.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229755

Shi, L., Zhang, J., Wang, Y., Caulfield, L. E., & Guyer, B. (2010). Effectiveness
of an educational intervention on complementary feeding practices and
growth in rural China : a cluster randomised controlled trial. Public Health
Nutrition, 13(4), 556–565. https://doi.org/10.1017/S1368980009991364
Teshome, G. B., Whiting, S. J., Green, T. J., Mulualem, D., & Henry, C. J.
(2020). Scaled-up nutrition education on pulse- cereal complementary
food practice in Ethiopia : a cluster-randomized trial. BMC Public Health,
20(1437), 1–12. https://doi.org//10.1186/s12889-020-09262-8
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten /
Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) Ringkasan
(Pertama). Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil
Stunting. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Trihono, Atmarita, Tjandrarini, D. H., Irawati, A., Utami, N. H., Tejayanti, T., &
Nurlinawati, I. (2015). Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan
Solusinya (Sudomo (ed.); 1st ed.). Lembaga Penerbit Balitbangkes.
61

UNICEF. (2022). Malnutrition in Children - UNICEF DATA. UNICEF Data;


UNICEF. https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/
Wang, A. Z., Shulman, R. J., Crocker, A. H., Thakwalakwa, C., Maleta, K. M.,
Devaraj, S., Manary, M. J., & Trehan, I. (2017). A Combined Intervention
of Zinc, Multiple Micronutrients, and Albendazole Does Not Ameliorate
Environmental Enteric Dysfunction or Stunting in Rural Malawian
Children in a Double-Blind Randomized Controlled Trial. Community and
International Nutrition, 147(1), 97–103.
https://doi.org/10.3945/jn.116.237735.97
WHO. (2017). The State of food security and nutrition in the world. Building
resilience for peace and food security.
WHO. (2018). Reducing Stunting In Children.Equity Considerations For
Achieving The Global Nutrition Targets 2025. WHO.
WHO. (2019). World Health Statistics 2019 Monitoring health for the SDGs.
WHO.
Wolde, M., Berhan, Y., & Chala, A. (2015). Determinants of underweight,
stunting and wasting among schoolchildren. BMC Public Health, 15(1), 1–
9. https://doi.org/10.1186/s12889-014-1337-2
62
63
64
65
66
67

Anda mungkin juga menyukai