Revisi Sempro
Revisi Sempro
PROPOSAL
Oleh :
PUPUT PURWANTI
NIM: 2013101059
PROGRAM STUDI
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Proposal Tesis : Meta Analisis Intervensi Stunting Metoda Kohort Dan
Exsperiment Di Asia Tahun 2010-2021
Nama : Puput Purwanti
NIM : 2013101059
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Neila Sulung, S.Pd., Ns., M.Kes Dr. Oktavianis, S.ST., M.Biomed
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Proposal Tesis : Meta Analisis Intervensi Stunting Metoda Kohort Dan
Exsperiment Di Asia Tahun 2010-2021
Nama : Puput Purwanti
NIM : 2013101059
tim penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi dan sudah memenuhi syarat dan
Moderator Notulen
Dr. Neila Sulung, S.Pd, Ns, M.Kes Dr. Oktavianis, S.ST, M.Biomed
Penguji I Penguji II
kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
ASIA TAHUN 2010-2021”.
Tujuan penulisan Proposal ini adalah sebagai pemenuhan salah satu syarat
Tesis ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd.,
Ns., M. Kes selaku pembimbing satu dan ibu Dr. Oktavianis, S.ST., M.Biomed
selaku pembimbing dua yang telah membimbing dan memberi masukan kepada
bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai pihak, akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan Proposal ini dengan maksimal, pada kesempatan ini peneliti
1. Ibu Dr.Hj. Evi Hasnita, S.Pd,Ns. M.Kes sebagai Rektor Universitas Fort De
Kock Bukittinggi
3. Ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd., Ns. M.Kes, selaku Ketua Progam Studi Magister
Kesehatan Masyarakat.
iii
4. Ibu Dr. Efriza, SKM, MKM selaku Penguji 1 dan Bapak Dr.
5. Bapak Dan Ibu Dosen serta seluruh staf Universitas Fort De Kock Bukittinggi
6. Orang Tua dan seluruh keluarga serta yang selalu memberi dukungan moril,
peneliti merasa ada kesalahan baik dalam isi maupun dalam penyajian nya. Untuk
itu peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stunting........................................................................ 10
B. Konsep Intervensi Stunting di Indonesia .................................. 23
C. Konsep Meta Analisis .............................................................. 34
D. Telaah Penelitian Terdahulu .................................................... 39
E. Kerangka Teori ......................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 46
B. Definisi Operasional ................................................................. 47
C. Hipotesis ................................................................................... 49
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 50
B. Lokasi Studi Penelitian ............................................................ 51
C. Populasi dan Sampel................................................................. 51
D. Seleksi Studi ............................................................................. 51
E. Ekstraksi Data dan Telaah Sistematis....................................... 52
F. Proses Penelurusan Artikel dan Jurnal ..................................... 53
G. Analisis Data ............................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan salah satu tantangan dan masalah gizi secara global
tahun 2025. Global Nutritional Report 2018 melaporkan bahwa terdapat sekitar
150,8 juta (22,2%) balita Stunting yang menjadi salah satu faktor terhambatnya
manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal
yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
memperkirakan, pada 2020 jumlah anak penderita stunting di bawah usia lima
tahun sebanyak 149,2 juta pada 2020. Jumlah balita penderita stunting di wilayah
Afrika Barat dan Tengah sebanyak 29,3 juta Afrika Timur dan Selatan mengalami
hal serupa. Jumlah balita yang mengalami stunting naik 1,4% dari 27,6 juta pada
2000 menjadi 28 juta. Jumlah balita penderita stunting tertinggi berasal dari Asia
Timur dan Pasifik. Wilayah ini mencatatkan sebanyak 20,7 juta. Sementara
1
2
jumlah balita Stunting di Eropa Timur dan Asia Tengah sebanyak 2,5 juta pada
2020. Di Amerika Latin dan Karibia, jumlah balita penderita stunting sebanyak
5,8 juta. Kemudian, jumlah balita penderita stunting di Asia Selatan sebanyak
53,8 juta. Jumlah balita penderita stunting di Timur Tengah dan Afrika Utara
stunting di dunia sekitar 21,9% atau 149 juta balita, dimana 22,7% atau 81,7 juta
balita stunting di Asia dengan proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan 32,7%
atau 57,9 juta pada tahun 2018. Prevalensi balita stunting di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun 2017 (29,6%) menjadi (30,8%) pada tahun 2018.
Persentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-23 bulan di Indonesia tahun
2018 yaitu 12,8% dan 17,1%, sedangkan persentase balita sangat pendek dan
pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2018 adalah 11,5% dan 19,3%
sehingga masih banyak anak atau bayi di bawah usia 5 tahun (Balita) di Indonesia
yang mengalami masalah gizi atau gizi buruk di usia belia dan menderita stunting
2022).
tumbuh kembang anak. Salah satu masalah gizi yang berpengaruh buruk dalam
3
kapasitas dan tumbuh kembang anak adalah stunting. Permasalahan ini terjadi
hampir di seluruh negara yang sedang berkembang. Stunting yang terjadi pada
perkembangan motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang
(Wolde et al., 2015). Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak
Selain dua hal tersebut, diperlukan juga faktor pendukung yang memungkinkan
intervensi yang ada (BAPPENAS, 2020). Salah satu kebijakan pemerintah diatur
balita stunting yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi
Menurut WHO (2018) intervensi gizi yang tepat untuk bayi yang lahir
sesuai dengan pedoman gizi seimbang sejak 6 bulan serta memberikan ASI
hingga 2 tahun. Intervensi yang diberikan dapat berupa program kunjungan rumah
kesehatan atau pekerja masyarakat yang terlatih, dan dilaksanakan secara lokal
dirumah, desa atau kelompok masyarakat. Hal ini memiliki potensi untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi anak di antara populasi yang sulit dijangkau
timbulnya infeksi pada balita, sedangkan intervensi gizi sensitif lebih luas
balita hingga 15% dan menurunkan prevalensi stunting sekitar 20,3%, serta
mengurangi prevalensi sangat kurus sebesar 61,4% (Buletin Jendela Data dan
penelitian juga menunjukkan hasil yang signifikan. Menurut Saputri et al., (2019)
yang termasuk ke dalam pemberian nutrisi selama satu tahun pertama kehidupan
yaitu Air Susu Ibu (ASI), Makanan Pendamping ASI (MPASI) harus diperhatikan
5
usia awal mulai pemberian dan jenis makanan awal yang diberikan. Hasil
penelitian menunjukkan yang paling berperan terjadinya stunting yaitu usia awal
MP-ASI kurang dari 4 bulan atau lebih dari 6 bulan, jenis awal MPASI tidak
terfortifikasi, dan ASI tidak eksklusif. Intervensi edukasi yang dilakukan oleh
dampak yang kecil namun signifikan terhadap pertumbuhan linier, dan intervensi
usia 6-23 bulan. Pada penelitian Ayalew & Belachew (2020) menyatakan
bulan berpengaruh terhadap pertumbuhan linear dengan hasil p-value 0,027 dan
meningkatkan pertumbuhan menurut usia (HAZ, LAZ dan WHZ). Intervensi yang
saja dapat menambahkan tinggi badan menurut usia sekitar 0,02 perbulannya.
prevalensi stunting.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting antara lain yaitu praktek
akses ke air bersih dan sanitasi (Bappenas, 2018). Menurut Putra & Fitri (2021),
determinan faktor kasus stunting adalah ketidaktahuan masyarakat atau ibu muda
terhadap pola hidup dan gizi seimbang, sehingga pendidikan keluarga dapat
perbaikan pengetahuan dan sikap adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan pada
dan penanganan stunting di Asia. Satu penelitian tidak cukup kuat untuk
kesimpulan yang ditarik memiliki power yang lebih kuat. Pendekatan ini disebut
yang berkaitan dengan intervensi gizi yang sesuai dan terbaik untuk melihat
intervensi apa saja yang dapat diberikan kepada anak stunting dengan kondisi
yang sama di Asia. Banyaknya penelitian tentang intervensi stunting ini menuntut
pencegahan dan penanganan stunting di Asia. Satu penelitian tidak cukup kuat
sehingga kesimpulan yang ditarik memiliki power yang lebih kuat. Pendekatan ini
menilai, dan menggabungkan hasil dari penelitian yang relevan untuk mencapai
sebuah kesimpulan yang lebih kuat dengan menggunakan analisis statistic dengan
masing metode sebanyak 10 jurnal terkait intervensi gizi spesifik untuk mengatasi
yang ditimbulkan dari stunting, maka Penulis tertarik untuk meneliti mengenai
Tahun 2010-2021”.
8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2021.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Masyarakat
(2019) 81,7 juta balita stunting di Asia. Ruang lingkup penelitian ini mencangkup
stunting di Asia tahun 2010-2021 yang diidentifikasi dari penelusuran artikel dan
Springer Link, Science Direct dan Wiley di internet dan berlokasi di wilayah Asia
dari penelitian tahun 2010 sampai dengan tahun 2021. Penilaian kualitas studi
10
yang disertakan dalam penelitian ini diseleksi terlebih dahulu, jurnal yang dipilih
adalah jurnal publikasi yang relevan dengan pertanyaan penelitian, riset asli
Studi penelitian yang digunakan adalah studi observasional desain cohort dan
ekspperiment. Analisis statistik dengan fixed effect model atau random effect
model untuk melihat estimasi efek spesifik dan gabungan intervensi gizi spesifik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stunting
1. Definisi Stunting
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
pertumbuhan yang terjadi pada anak anak karena buruknya asupan gizi atau
nutrisi, infeksi yang berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
11
12
badannya (sesuia usia) lebih dari dua deviasi di bawah median WHO Child
adanya ketidak normalan berupa tinggi badan seseorang yang lebih pendek
dibandi gtinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia. Keputusan
dan sangat pendek merupakan status gizi yang didasarkan pada indkes
Panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menururt umur yang
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru Nampak saat berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat
stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD
2. Patofisiologi
selama periode pertumbuhan, dimana satu atau yang lain mungkin merupakan
pengaruh dominan (Candra, 2020). Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak
14
setelah anak berusia 2 tahun, dimana keadaan gizi ibu dan anak merupakan
faktor penting dari pertumbuhan anak (Rahayu et al., 2018). Periode 0-24
sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang
sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini bersifat
3. Cara Ukur
badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) dapat mengukur
pada masa lalu (Fikawati et al., 2015). Penggunaan indeks PB/U atau TB/U
(severely stunted), sehingga indikator status gizi tinggi badan menurut umur
di Indonesia mengacu pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-
5 tahun. Berikut ini merupakan kategori status gizi PB/U atau TB/U beserta
Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan PB/U
atau TB/U Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-score)
Panjang Badan atau Sangat Pendek (severely < -3 SD
Tinggi Badan stunted)
Menurut Umur Pendek (stunted) -3 SD s.d. < -2 SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD s.d. 3 SD
anak usia 0 – 60 Tinggi > 3 SD
bulan
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020
Deviasi (-2 SD) dari populasi rujukan WHO. Anak terlihat normal namun
lebih pendek dari anak sesusianya. Stunting dapat diketahui bila seseorang
sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar,
dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
oleh Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Nugroho &
Wijaya, 2018).
4. Faktor Risiko
pada Balita dengan mengacu pada beberapa faktor dari “Logical framework of
of the child undernutrition, meliputi status gizi balita, riwayat infeksi, terpapar
16
yang dapat terjadi dimulai dari faktor gizi ibu sejak sebelum dan selama
dikatakan masa 1000 HPK. Keadaan malnutrisi yang terjadi pada wanita usia
anak. Perkembangan yang pesat pada periode intra uterine (dalam kandungan)
Lahir Rendah (BBLR) atau panjang badan lahir bayi dibawah standar. Asupan
gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersedian pangan tetapi juga
melalui pola asuh secara tepat sepert pemberian ASI Eksklusif, Inisiasi
dimulai dari dalam kandungan ibu hingga usia 2 tahun atau disebut 1.000
2018).
Gambar 2.1
Masalah Stunting
Gambar 2.2
Kerangka penyebab masalah stunting
Masalah yang terjadi & dampak jangka pendek Dampak Jangka Panjang
Akibat
Penyebab
Faktor keluarga & Rumah tangga Makanan Pendamping yang tidak adekuat Menyusui Infeksi
Faktor ibu lingkungan makanan Praktik yang keamanan Praktik yang Infeksi Klinis
gizi buruk rumah yang tidak pangan dan air tidak dan Subklinis
selama stimulasi dan berkualitas memadai makanan dan memadai infeksi usus,
prakonsepsi, aktivitas rendah Jarang air yang IMD penyakit
kehamilan anak yang kualitas zat menyusui tercemar tertunda diare,
dan laktasi tidak gizi mikro makan yang praktek higiene Non ASI- enteropati
Ibu bertubuh memadai yang buruk tidak yang buruk Ekslusif lingkungan,
pendek praktik keanekaraga memadai penyimpanan MP ASI dini cacingan
Infeksi perawatan man dan selama dan dan persiapan Infeksi
Kehamilan yang buruk asupan setelah sakit makanan yang pernafasan
pada usia sanitasi dan pangan makan yang tidak aman Malaria
remaja air bersih sumber tidak Berkurangny
Kesehatan yang tidak hewani yang memadai a nafsu
mental memadai rendah selama dan makan
IUGR dan kerawanan kandungan setelah sakit karena
kelahiran pangan anti gizi memberi infeksi
premature alokasi kandungan makan Peradangan
Jarak makanan energi dalam
kelahiran dalam makanan jumlah yang
yang pendek rumah pendamping tidak
hipertensi tangga yang yang rendah mencukupi
tidak sesuai makan yang
pendidkan tidak
19
rendah responsif
dalam
pengasuhan
Kontek
Politik ekonomi Kesehatan dan Pendidikan Sosial dan pertanian dan Air, sanitasi
harga pangan perawatan akses Budaya sistem pangan dan
dan kebijakan Akses pendidikan kepercayaan pembuatan lingkungan
perdagangan kesehatan yang dan norma dan Prasarana
berkualitas jaringan pengolahan dan
Regulasi Penyedia
pemasaran kesehatan yang guru dukungan makanan pelayanan air
berkualitas berkualitas sosial ketersediaan dan sanitasi
kestabilan Penyuluh pengasuh
politik Ketersediaan pangan kaya Kepadatan
kesehatan anak mikronutrien penduduk
kemiskinan, suplai yang (Orangtua
Keamanan dan Perubahan
penghasilan, Infrastruktur berkualitas dan non-
mutu iklim
dan kekayaan sistem infrastruktur orangtua)
makanan Urbanisasi
layanan pelayanan (sekolah dan Status
keuangan kesehatan dan lembaga perempuan bencana
kebijakan pelatihan) alam dan
lapangan kerja buatan
dan mata
pencaharian
(yaitu faktor rumah tangga dan keluarga, pemberian makanan pendamping asi
(yaitu faktor masyarakat. Ketiga hal ini memberikan kontribusi utama dalam
ketidaktahuan masyarakat atau ibu muda terhadap pola hidup dan gizi
mengenai gizi serta pola hidup sehat mampu mengurangi bayi lahir dengan
informasi berupa pembelajaran kepada ibu yang sedang hamil dan menyusui
Balita gizi kurang memiliki tingkat asupan energi, protein dan lemak
lebih rendah dibandingkan dengan balita gizi baik. Perlu meningkatkan asupan
bahan makanan sumber energi, protein dan lemak yang tinggi serta bervariasi
agar kondisi gizi kurang tidak semakin memburuk (Diniyyah & Nindya,
2017).
5. Dampak Stunting
Stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan
Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di
dunia dan menyebabkan 55 juta Disability Adjusted life years (DALYs) yaitu
hilangnya masa hidup sehat setiap tahun. Dampak stunting dibagi menjadi 2
kognitif, motorik, dan verbal pada anak. Sedangkan dalam jangka panjang,
anak akan memiliki postur tubuh yang tidak optimal (lebih pendek dari anak
pengerdilan pascakelahiran. Salah satu faktor yang mendasari hal ini termasuk
diare berulang dapat menjadi penyebab atau akibat dari penurunan keragaman
mikrobiota saluran pencernaan pada anak gizi buruk (Cahyawati & Sujaya,
2021).
terhambat. Antara trimester ketiga dan tahun ketiga kehidupan, satu juta
sinapsis terbentuk setiap detik dan koneksi ini membangun arsitektur otak
22
perilaku, dan kesehatan bergantung. Lebih sedikit koneksi saraf yang terbentu
di otak. otak anak kurang gizi, dan kesenjangan ini tidak dapat ditutup di
perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh
menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-
Gambar 2.3
Dampak stunting terhadap kualitas sumber daya manusia
23
pemrograman janin. Lebih jauh lagi, tipe plastisitas ini berarti bahwa
yang besar selama organogenesis dan diferensiasi, tetapi dapat dihasilkan dari
perubahan lingkungan nutrisi yang berumur pendek dan tidak kentara pada
cukup kecil, seperti pada periode prekonsepsi dan awal embriogenesis (Fall &
Kumaran, 2019).
kesehatan ibu dan janin. Nutrisi memengaruhi tumbuh kembang janin sejak
perkembangan otak, sistem daya tahan tubuh dan pertumbuhan janin sejak
24
dalam kandungan agar tetap optimal. Apabila terjadi defisiensi nutrisi selama
Rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, daya tahan tubuh rendah dan risiko
jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh
usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif
dalam darah dan akan kembali normal setelah diberikan energi yang sesuai.
kira 25% dari total suplemen energi protein, merupakan intervensi penting
resiko lahir mati sebesar 40% dan kelahiran prematur untuk usia
peningkatan asupan energi dan protein harian untuk ibu hamil pada
neonatus.
makanan padat nutrisi, persiapan makanan yang aman dan sesuai dengan
(WHO, 2018).
yang rendah saat lahir. Asupan mikronutrien yang rendah pada bayi muda
mikronutrien dalam ASI karena defisiensi ibu, dan juga dari praktik
kadar growth hormone (GH) dan akan kembali normal setelah pemberian
menjaga integritas sel epitel seperti epitel di mata, saluran napas dan
tubuh yang diduga akibat anoreksia, gangguan DNA sel, gangguan sintesis
RNA dan gangguan absorpsi makanan dan diduga berperan dalam proses
mitosis sel. Pemberian vitamin A saja atau zat besi tidak berpengaruh
2021).
yang baik juga terhadap kesehatan anak. Fokus utama sanitasi adalah
2021).
rantai penularan penyakit yaitu dari sumber penyakit (tinja, sampah dan
dan air minum, serta tanah. Dalam kaitannya dengan kegiatan pencegahan
stunting, salah satu cara untuk mencegah stunting secara tidak langsung
dan melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan
serangan penyakit menular seperti diare yang dapat ditularkan melalui air
bersumber air dan makanan, maka setiap rumah tangga harus memahami
(Berawi, 2021).
penentu struktural seperti jenis kelamin, pengasuh, usia, sumber air, dan
praktik perilaku seputar cuci tangan. Faktor demografi dan sosial seperti
usia anak dan jenis kelamin pengasuh juga berkontribusi pada kenyataan
stunting adalah sumber air minum, cuci tangan setelah buang air besar
30
(ibu), dan cuci tangan sebelum makan (anak). Hubungan dengan cuci
tangan setelah buang air besar dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
dengan stunting yaitu karena anak-anak akan menelan air yang tidak
air rumah tangga lainnya dan penggunaan sabun dan air yang berbeda
(penggunaan air rumah tangga lainnya) dan cuci tangan pakai sabun (cuci
terdapat beberapa program dan intervensi gizi di Asia antara lain yaitu:
e. pemberdayaan perempuan
f. perlindungan anak,
g. sekolah
menjadi salah satu kunci kesuksesan program (Qirbi and Ismail, 2017).
hanya pada aspek gizi saja maka cenderung tidak cukup (Handayani et al.,
2020).
terintegrasi adalah:
eksklusif
Gambar 2.4
Kerangka konseptual intervensi penurunan stunting terintegrasi
INTERVENSI INTERMEDIATE
INTERVENSI OUTPUT
OUTCOME DAMPAK
KONVERGENSI
Peningkatan
PILAR 1: Cakupan
Komitmen dan Tablet tambah
darah (Bumil dan intervensi pada
Visi
Remaja) sasaran 1.000
Kepemimpinan Perbaikan
Promosi dan HPK asupan gizi
konseling menyusi
PILAR 2: Promosi dan Konsumsi
Kampanye konseling PMBA Gizi
Nasional dan Suplemen gizi
Perubahan makro (PMT)
Perilaku Tataaksana Gizi Anemia
Buruk Pola Asuh BBLR
Suplementasi
ASI Ekslusif
PILAR 3: kalsium
Konvergensi Diare
Suplementasi
Kecacingan STUNTING
Program Pusat, vitamin A
Daerah dan Desa Suplemtasi Zinc Gizi Buruk
untuk diare
Pelayanan
Pemeriksaan
Kesehatan
PILAR 4: kehamilan
Ketahan pangan Imunisasi
dan gizi Suplemen gixi Penurunan
mikro (Taburia) infeksi
MTBS Kesehatan
PILAR 5: Pemberian obar Lingkungan
Pemantauan dan cacing
evaluasi
34
sektor kesehatan.
Tabel 2.2
Intervensi gizi spesifik percepatan penurunan stunting
KELOMPOK INTERVENSI INTERVENSI INTERVENSI
SASARAN PRIORITAS PENDUKUNG PRIORITAS
SESUAI KONDISI
TERTENTU
Kelompok Sasaran 1000 HPK
Ibu hamil Pemberian Suplementasi Perlindungan
makanan tambahan kalsium dari malaria
bagi ibu hamil dari Pemeriksaan Pencegahan
kelompok miskin/ kehamilan HIV
Kurang Energi
Kronik (KEK)
Suplementasi tablet
tambah darah
Ibu Menyusui Promosi dan Suplemetasi Pencegahan
dan anak 0-23 konseling menyusui kapsul vitamin kecacingan
bulan Promosi dan A
36
konseling Suplementasi
pemberian taburia
makanan bayi dan Imunisasi
anka (PMBA) Suplementasi
Pemantauan dan zinc untuk
promosi pengobatan
pertumbuhan diare
Manajemen
Terpadu balita
sakit (MTBS)
Kelompok Sasaran Usia Lainnya
Remaja putri Suplementasi tablet
dan wanita tambah darah
usia subur
Anak 24-59 Tatalaksana gizi Suplementasi Pencegahan
bulan buruk kapsul vitamin A kecacingan
Pemberian Suplemtasi
makanan tambahan taburia
pemulihan bagi Suplemntasi zinc
anak kurus untuk pengobatan
Pemantauan dan diare
promosi Manajemen
pertumbuhan terpadu balita
sakit (MTBS)
Sumber: TNP2K (2018)
Tabel 2.3
Intervensi gizi sensitif percepatan penurunan stunting
JENIS INTERVENSI PROGRAM/ KEGIATAN INTERVENSI
Peningkatan penyedia Akses air minum yang banyak
air minum dan sanitasi Akses sanitasi yang layak
Peningkatan akses dan Akses pelayanan keluarga Berencana (KB)
kualitas pelayanan gizi Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
dan kesehatan Akses bantuan uangtunai untuk keluarga miskin
(PKH)
Peningkatan kesadaran, Pnyebarluasan informasi melalui berbagai media
komitmen, dan praktik Penyediaan konseling perubahan perilaku antar
pengasuhan dan gizi pribadi
ibu dan anak Penyediaan konseling pengasuh untuk orang tua
38
1. Definisi
studi-studi yang telah ada dan telah digunakan oleh peneliti lain yang
(data sekunder). Oleh karena itu analisis meta merupakan metode penelitian
Dalam melakukan analisis meta, ada beberapa langkah awal yang perlu
melibatkan effect size dari studi primer untuk mengestimasi effect size
yang setipe atau rentang dari effect size tersebut. Sedangkan comparing
penelitian.
search).
jelas. Salah satu karakteristik dari analisis meta yang baik adalah bahwa
c. Melakukan Pengkodean
konsisten di semua variabel dan ukuran yang terlibat. kunci dalam meta-
dilakukan, karena effect size diperoleh dari dependent variable. Effect size
yang sama (rata-rata, biner, atau korelasi), peneliti harus memilih ukuran
menggunakan rata-rata, data yang lain menggunakan data biner, dan yang
effect size yang berbeda mungkin mempunyai perbedaan satu sama lain
Bagan 2.1
Prosedur Umum dalam Meta Analisis
Tabel 2.4
Telaah Analisa Jurnal
Peneliti/ Judul Populasi/
No Negara Metode Intervensi Hasil
Tahun sampel
1 Shi et al., Effectiveness of an China Bayi usia 2-4 RCT Intervensi pendidikan yang Bayi dalam kelompok
2010 educational bulan N= disampaikan melalui intervensi memperoleh
intervention on 599 penyedia 0·22 kg lebih berat (95%
complementary tentang pemilihan CI 0·003, 0·45 kg, P =
feeding practices makanan, persiapan dan 0·047) dan Bayi dalam
and growth in rural kebersihan, nutrisi dan kelompok kontrol
China: a cluster pertumbuhan masa kanak- memperoleh 0·66 cm
randomised kanak, dan gaya makan lebih panjang (95% CI
controlled trial yang responsive. 0·03, 1·29 cm, P = 0·04)
2 Effendy et al., Nutrition education Indonesia Bayi usia 6- RCT 1. Edukasi GEN ASIK (kelas Pendidikan/penyuluhan
2020 in Southeast 17 bulan gizi dan kunjungan gizi dikombinasikan
Sulawesi Province, n=266 rumah) ketersediaan dengan kunjungan
Indonesia: A konstan dan harga rendah, rumah rutin selama 2
cluster randomized hanya dua sumber hewani minggu berpengaruh
controlled study. makanan ikan dan telur terhadap keragaman
dipilih untuk makanan diet
dipromosikan dalam anak /Dietery Dren
intervensi Score (DDS) dengan p-
2. Pratik masak pangan lokal value 0,03
mendemonstrasikan cara
membuat bubuk ikan teri,
biskuit ikan teri dan kue
2
4 Sharma et al., Effectiveness India Bayi usia 4-6 Quasi 1. Pra intervensi diskusi pendidikan gizi melalui
2020 of a bulan Eksperimen kelompok terfokus tenaga kesehatan
culturally n=404 (FGD) intervensi (perawat, bidan/ANW,
appropriate pendidikan gizi, clinical nutrition) dan
nutrition pelacakan berbasis web suami ibu tentang
educational anak-anak kurang gizi makanan yang tepat
intervention kurang, pembicaraan berpengatuh terhadap
delivered kesehatan dan video pertumbuhan dan praktik
through tentang makanan pemberian makanan
health pendamping ASI, pendamping ASI pada
services to kebersihan tangan dan bayi dengan p value 0,01
improve pemberian makan
growth and responsif
complement 3. 2 sesi pendidikan dan
ary feeding konseling gizi dilakukan
of infants: A untuk ibu ketika bayi
quasi- berusia 6-8 bulan, dan 9-
experimental 11 bulan. Inu
study from diperlihatkan video
Chandigarh, tentang pentingnya
India. kebersihan dan sanitasi
tangan, menjaga
kebersihan saat
memasak, memberi
makan dan cara mencuci
tangan yang benar.
5 Wang et al., A combined Kamboja Anak usia RCT 1. Menerima 20 mg seng Intervensi gabungan
2017 intervention 12-35 bulan sulfat seng, mikronutrien
of zinc, n= 247 2. Dosis tunggal gandamempengaruhi
4
E. Kerangka Teori
Dari intervensi yang disebutkan diatas, maka kerangka teori secara lebih
Bagan 2.2
Kerangka Teori
(Sumber: TNP2K (2017), WHO (2018) dan Ruel & Alderman (2013) dan Hossain
et al. (2017)
46
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Penelitian Publish
Internasional dan
Nasional
Variabel Independent
Intervensi Gizi spesifik
1. Tata laksana Gizi Buruk
2. Suplementasi mikronutrien atau
makronutrien:
a. Suplemen gizi makro (PMT) Variabel dependent
b. Tablet tambah darah (Bumil dan
Remaja)
c. Suplementasi kalsium Pencegahan dan
d. Suplementasi vitamin A penanganan stunting
e. Suplementasi Zinc untuk diare di Asia
f. Suplemen gizi mikro (Taburia)\
MTBS
g. Pemberian obat cacing
3. Pendidikan gizi
a. promosi dan konseling menyusui
b. Promosi dan konseling Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
46
47
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
Cara
No Variabel Defenisi Operasional Hasil
Pengukuran
Studi
1 Pencegahan dan Intervensi yang Telaah dan Nominal
penanganan dilakuakan dalam Review
Stunting pencegahan dsan Artikel
penanganan Anak balita
dengan nilai z-scorenya
kurang dari 2 SD/ standar
deviasi (Stunted) dan
kurang dari -3SD
(Severely Stunted)
2 Tablet tambah Pemberian Tablet Telaah dan Nominal
darah (Bumil Tambah Darah (TTD) Review
dan Remaja) sebanyak satu kali dalam Artikel
seminggu kepada remaja
dan wanita usia subur
(WUS), sebanyak 90
tablet atau lebih untuk
ibu hamil selama masa
kehamilannya untuk
mencegah anemia saat
hamil.
2 Promosi dan Promosi dan edukasi Telaah dan Nominal
konseling untuk memberikan ASI Review
menyusui eksklusif melalui Artikel
berbagai cara baik
pertemuan langsung
(konseling menyusui oleh
tenaga kesehatan terlatih)
maupun promosi di
media massa cetak dan
elektronik.
3 Promosi dan Promosi dan Telaah dan Nominal
konseling edukasi untuk Review
Pemberian memberikan MP- Artikel
Makanan Bayi ASI mulai usia 6
dan Anak bulan menjadi
48
C. Hipotesis
stunting metoda kohort dan eksperiment di Asia dari estimasi ukuran efek spesifik
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
relevan untuk mencapai sebuah kesimpulan yang lebih kuat (Nindrea, 2016).
yakni (1) Identifikasi artikel yang akan disertakan dalam Meta-analisis, (2)
dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian, (3) Abstraksi dan telaah sistematis,
Analisis, yaitu untuk menggabungkan effect size dan pelaporan hasil meta-
yang lebih reliabel tentang hal-hal yang dilaporkan dalam penelitian aslinya,
termasuk effect size yang lebih pasti, interval kepercayaan yang lebih sempit serta,
51
Spinger link, PLOS Negalated Tropical Diseases dan Google Scholar yang
D. Seleksi Studi
Studi yang dipilih adalah artikel yang relevan dengan pertanyaan penelitian
dan merupakan riset asli (original). Pemilihan studi yang diikutkan dalam
penelitian ini harus di seleksi terlebih dahulu berdasarkan, kriteria inklusi dan
dengan kata kunci asia, intervensi tablet tambah darah (bumil dan remaja),
52
promosi dan konseling menyusi, promosi dan konseling pmba, suplemen gizi
makro (pmt), tata laksana gizi buruk. suplementasi kalsium, suplementasi vitamin
gizi mikro (taburia)\mtbs, pemberian obat cacing, stunting, edukasi, dan nutrisi
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
diinginkan.
data yang seragam berisi informasi Peneliti/ tahun terbit, Lokasi/ Waktu
penelitian, desain studi, total subjek penelitian, variable yang diteliti, effect size,
outcome dan keterangan. Kemudian melakukan pemilihan item data literatur yang
Bagan 4.1
Proses pencarian Artikel
Artikel di eksklusi :
Outcome tidak sesuai = 44
G. Analisis Data
Analisis data menggunakan fixed effect model atau random effect model.
dilakukan tak terbatas, akhirnya akan diperoleh hasil yang sama. Pada random
studi. Dengan teknik ini akan diperoleh interval kepercayaan yang lebih lebar
dibanding pada fixed effects model. Hasil pengolahan data disajikan dalam grafik
forest plot untuk menggambarkan ukuran efek gabungan dari setiap variable yang
diteliti. Penelitian dapat memberi hasil akhir (outcome) berupa data numerik,
nominal dan ordinal. Penggabungan hasil dilakukan sesuai dengan data pada
1) Odds
2) Insiden
1) Rasio Odds
55
2) Rasio Relatif
Kriteria inklusi & eksklusi harus ditetapkan sejak awal, pada saat
3. Abstraksi data
untuk digabungkan dalam meta analisis. Setiap unit analisis dari hasil
analisis.
4. Analisis Statistik
variable penelitian. Salah satu uji yang dilakukan dalam meta analisis adalah
56
uji homogenitas terhadap effect size. Apabila data penelitian variable, maka
estimasi dengan menggunakan effect size dapat diestimasi dengan baik. Dalam
analisis ini juga dilakukan estimasi pada variansi dan 95% interval
untuk DBD dan apabila nilai OR = 0 (nol), maka variabel berbanding terbalik
kategorik.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, F., Khan, M. R., Akhtaruzzaman, M., Karim, R., Williams, G., Torlesse,
H., Darnton-Hill, I., Dalmiya, N., Banu, C. P., & Nahar, B. (2010). Long-
term intermittent multiple micronutrient supplementation enhances
hemoglobin and micronutrient status more than iron + folic acid
supplementation in bangladeshi rural adolescent girls with nutritional
anemia. Journal of Nutrition, 140(10), 1879–1886.
https://doi.org/10.3945/jn.109.119123
Ayalew, C. A., & Belachew, T. (2020). Effect of complementary feeding
behaviour change communication delivered through community-level
actors on infant growth and morbidity in rural communities of West
Gojjam Zone , Northwest Ethiopia : A cluster-randomized controlled trial.
Matern Child Nutr, 17(3), 1–13. https://doi.org/10.1111/mcn.13136
Bappenas. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
(Stunting) (2nd ed.). Sekretariat Percepatan Pencegahan Stunting
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
BAPPENAS. (2020). Intervensi Spesifik Cegah Stunting. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS). https://cegahstunting.id/intervensi/intervensi-
spesifik/
Bayu, D. J. (2021). Jumlah Balita Stunting di Dunia Menurun, tapi Tak Merata.
Katadata Media Network; Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/jumlah-balita-
stunting-di-dunia-menurun-tapi-tak-merata
Berawi, K. N. (2021). Buku Pedoman; Asupan & Asuahan 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1st ed.). PUSAKA MEDIA.
Berlin, J. A., & Golub, R. M. (2014). Meta-analysis as Evidence Building a Better
Pyramid. JAMA, 312(6), 603–605. https://jamanetwork.com/ on
11/19/2022
Cahyawati, P. N., & Sujaya, I. N. (2021). Gut microbiota in stunting children :
literature review. Bali Anatomy Journal (BAJ) 2, 4(1), 1–4.
https://doi.org/10.36675/baj.v4i1.51
Candra, A. (2020). Epidemiologi Stunting (1st ed.). Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Chang, S., El Arifeen, S., Bari, S., Wahed, M. A., Rahman, K. M., Rahman, M.
T., Mahmud, A. B. A., Begum, N., Zaman, K., Baqui, A. H., & Black, R.
E. (2010). Supplementing iron and zinc: Double blind, randomized
evaluation of separate or combined delivery. European Journal of Clinical
Nutrition, 64(2), 153–160. https://doi.org/10.1038/ejcn.2009.127
58
Christian, P., Murray-Kolb, L. E., Khatry, S. K., Katz, J., Schaefer, B. A., Cole, P.
M., LeClerq, S. C., & Tielsch, J. M. (2010). Prenatal micronutrient
supplementation and intellectual and motor function in early school-aged
children in Nepal. Jama, 304(24), 2716–2723.
https://doi.org/10.1001/jama.2010.1861
Dahlan, M. S. (2012). Pengantar Meta-Analisis Disertai Aplikasi Meta-analisis
Dengan Menggunakan Program Excel (1st ed.). Epidemiologi Indonesia.
Diniyyah, S. R., & Nindya, T. S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak
dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci,
Gresik. Amerta Nutrition, 1(4), 341.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i4.7139
Effendy, D. S., Prangthip, P., Winichagoon, P., & Kwanbunjan, K. (2020).
Nutrition education in Southeast Sulawesi Province , Indonesia : A cluster
randomized controlled study. April, 1–14.
https://doi.org/10.1111/mcn.13030
Fall, C. H. D., & Kumaran, K. (2019). Metabolic programming in early life in
humans. Phil. Trans. The Royal Society, 374(20180123), 1–9.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1098/rstb.2018.0123
Fatima, S., Malkova, D., Wright, C., & Gerasimidis, K. (2017). Impact of
therapeutic food compared to oral nutritional supplements on nutritional
outcomes in mildly underweight healthy children in a low-medium income
society. Clin Nutr, 37(3), 858–863. https://doi.org/doi:
10.1016/j.clnu.2017.03.006. Epub 2017 Mar 16.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Karima, K. (2015). Gizi ibu dan bayi (1st ed.). Raja
Grafindo Persada.
Fitriami, E., & Galaresa, A. V. (2022). Edukasi Pencegahan Stunting Berbasis
Aplikasi Android Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu.
CITRA DELIMA, 5(2), 78–85. https://doi.org/10.33862/citradelima.
v5i2.258
Flora, R. (2021). Stunting dalam Kajian Molekur. Universitas Sriwijaya.
Handayani, R. T., Darmayanti, A. T., Setyorini, C., Widiyanto, A., & Atmojo, J.
T. (2020). Intervensi Gizi dalam Penanganan dan Pencegahan Stunting di
Asia. Jurnal Keperawatan Global, 5, 1–55.
Hossain, M., Choudhury, N., Abdullah, K. A. B., Mondal, P., Jackson, A. A.,
Walson, J., & Ahmed, T. (2017). Evidence-based approaches to childhood
stunting in low and middle income countries: A systematic review.
Archives of Disease in Childhood, 102(10), 903–909.
https://doi.org/10.1136/archdischild-2016-311050
James, P. W., Rohner, F., Petry, N., Onyango, A. W., Matji, J., Bailes, A., Onis,
M. De, & Woodruff, B. A. (2017). Assessment of the WHO Stunting
Framework using Ethiopia as a case study. Maternal & Child Nutrition,
13(e12310), 1–16. https://doi.org/10.1111/mcn.12310
Kaimila, Y., Divala, O., Agapova, S. E., Stephenson, K. B., Thakwalakwa, C.,
Trehan, I., Manary, M. J., & Maleta, K. M. (2019). Consumption of
animal-source protein is associated with improved height-for-age Z scores
in rural malawian children aged 12–36 months. Nutrients, 11(2), 1–21.
59
https://doi.org/10.3390/nu11020480
Kakietek, J., Hekar, M., & Eberwein, J. D. (2016). The costs of stunting in South
Asia and the benefits of public investments in nutrition. Maternal & Child
Nutrition Published, 12(Suppl. 1), 186–195.
https://doi.org/10.1111/mcn.12281
Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS) 2018.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
___________. (2020). Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional,
Provinsi, Dan Kabupaten/Kota Tahun 2021.
___________. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Kementerian
Kesehatan RI, 1–582.
__________. (2018). Buletin Jendela (Situasi Balita Pendek (Stunting) Di
Indonesia). Pusdatin Kementrian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010. (2010).
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kusnandar, V. B. (2022). Prevalensi Balita Stunting di 6 Provinsi Ini Masih
Tinggi. Katadata; Katadata.co.id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/01/prevalensi-balita-
stunting-di-6-provinsi-ini-masih-tinggi
Kwami, C. S., Godfrey, S., Gavilan, H., Lakhanpaul, M., & Parikh, P. (2019).
Water , Sanitation , and Hygiene : Linkages with Stunting in Rural
Ethiopia. Int. J. Environ. Res. Public Health, 16(3793), 1–21.
https://doi.org/10.3390/ijerph16203793
Lai, A. J., Velez, I., Ambikapathi, R., Seng, K., & Cumming, J. . O. (2021).
Effects Of Sanitation On Child Growth , Enteric Infection , And Carriage
Of Antimicrobial Resistance Genes In Rural Cambodia Copyright © 2021
By Amanda Lai Effects Of Sanitation On Child Growth , Enteric Infection
, And Carriage Of Antimicrobial Resistanc. MedRxiv, 1(165), 1–13.
Lanou, H. B., Polnay, K. De, Ouédraogo, C., Kouanda, S., & Kolsteren, P. (2019).
Micronutrient powder supplements combined with nutrition education
marginally improve growth amongst children aged 6 – 23 months in rural
Burkina Faso : A cluster randomized controlled trial. Matern Child Nutr,
e12820(2018), 1–13. https://doi.org/10.1111/mcn.12820
Nindrea, R. D. (2016). Pengantar Langkah-Langkah Praktis Studi Meta Analisis
(Hardisman (ed.); 1st ed.). Gosyen Publishing.
makan-pola-asuh-dan-sanitasi
Panjwani, A., & Heidkamp, R. (2017). Complementary Feeding Interventions
Have a Small but Significant Impact on Linear and Ponderal Growth of
Children in Low- and Middle-Income Countries : A Systematic Review
and Meta-Analysis. American Society for Nutrition, 147(11), 2169S-
2178S. https://doi.org/10.3945/jn.116.243857
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020. (2020).
Standar Antropometri Anak.
Putra, A., & Fitri, Y. (2021). Studi Meta Analisis : Efektifitas Pencegahan
Stunting Melalui Program Literasi Gizi Menggunakan Pendekatan
Pendidikan Keluarga. 4(1).
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study Guide -
Stunting Dan Upaya Pencegahannya (Hadianor (ed.); 1st ed.). CV Mine.
Retnawati, H., Apino, E., Kartianom, Djidu, H., & Anazifa, R. D. (2018).
Pengantar Meta Analisis. In E. Apino (Ed.), Pengantar Analisis Meta
(Pertama). Parama Publishing.
Ruel, M. T., & Alderman, H. (2013). Nutrition-sensitive interventions and
programmes: How can they help to accelerate progress in improving
maternal and child nutrition? The Lancet, 382(9891), 536–551.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)60843-0
Saputri, N. K. D., Sidiartha, I. G. L., & Pratiwi, I. G. A. P. E. (2019). Prevalensi
stunting pada toddler dengan keluhan sulit makan dan hubungannya
dengan asupan nutrisi pada satu tahun pertama. MEDICINA, 50(June
2020), 370–376. https://doi.org/10.15562/medicina.v50i2.60
Sharma, N., Gupta, M., Aggarwal, A. K., & Gorle, M. (2020). Effectiveness of a
culturally appropriate nutrition educational intervention delivered through
health services to improve growth and complementary feeding of infants :
A quasi-experimental study from Chandigarh ,. PLoS ONE, 15(3), 1–22.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229755
Shi, L., Zhang, J., Wang, Y., Caulfield, L. E., & Guyer, B. (2010). Effectiveness
of an educational intervention on complementary feeding practices and
growth in rural China : a cluster randomised controlled trial. Public Health
Nutrition, 13(4), 556–565. https://doi.org/10.1017/S1368980009991364
Teshome, G. B., Whiting, S. J., Green, T. J., Mulualem, D., & Henry, C. J.
(2020). Scaled-up nutrition education on pulse- cereal complementary
food practice in Ethiopia : a cluster-randomized trial. BMC Public Health,
20(1437), 1–12. https://doi.org//10.1186/s12889-020-09262-8
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten /
Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting) Ringkasan
(Pertama). Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil
Stunting. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Trihono, Atmarita, Tjandrarini, D. H., Irawati, A., Utami, N. H., Tejayanti, T., &
Nurlinawati, I. (2015). Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan
Solusinya (Sudomo (ed.); 1st ed.). Lembaga Penerbit Balitbangkes.
61