Makalah Masyarakat Dan Perkembangan Hukum - Riska Reskika

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN HUKUM

DISUSUN OLEH:

RISKA RESKIKA

0112.02.56.2022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis tidak lupa juga untuk mengucapkan Terima Kasih kepada sumber –
sumber yang sudah membantu sehingga Tugas Makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

RISKA RESKIKA

0112.02.56.2022
BAB 1
Pendahuluan

Latar Belakang

Hukum adalah segala bentuk peraturan yang pasti ada dan akan selalu ada,
selama masih ada kehidupan di masyarakat, dan selama masih terjadi hubungan
antar manusia baik dalam lingkup sangat sempit yaitu desa, sampai yang cakupanya
luas yaitu Negara bahkan mencangkup hubungan Internasional.
Tak terkecuali di negara Indonesia, negara yang di kenal sebagai yang rajin
dalm pembuatan undang – undang, hukum di indonesia pun beragam dan hampir
setiap aspek kehidupan sudah terdapat teks peraturan undang-undang yang berisi
aturan beserta sanksi bagi yang melanggar.
Hukum yang ada di indonesia masuk dalam beberapa kategori diantaranaya
adalah hukum perdata, hukum pidana, hukum dagang, hukum Agraria.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Hukum Acara, Yang
Meliputi Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata, Dan Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Negara.
Perkembangan Hukum yang ada di Indonesia tidak terlepas dari sejarah yang
telah berjalan cukup lama. Jika melihat sejarah panjang tersebut, Hukum yang ada
di Indonesia tersebut berasal dari Negara Belanda, yang dulu pernah menjajah
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia telah mengadopsi hukum yang
berasal dari negara Belanda tersebut. Mengingat karena Indonesia adalah negara
kolonial jajahan Belanda, jadi mau atau tidak Indonesia juga harus menerapkan
sistem hukum yang ada di Negara Belanda.
Hukum Indonesia secara keseluruhan masih menggunakan hukum yang
berasal dari negara kolonialnya, yaitu Negara Belanda. Hampir semua hukum yang
berjalan di Belanda juga ikut diterapkan di Indonesia. Dengan kata lain, Hukum
Indonesia adalah hukum yang masih mengacu kepada hukum yang dibuat oleh
Belanda.
Sistem Hukum Eropa Kontinental adalah sistem hukum yang diterapkan di
negara Belanda. Karena Indonesia adalah bekas jajahan Belanda, jadi sistem Eropa
Kontinental juga telah diterapkan di Indonesia. Sistem Hukum Eropa Kontinental
lebih menekankan kepada hukum yang tertulis, dan perundang-undangan
menduduki peran penting dalam sistem hukum ini. Di Indonesia sendiri, dasar
hukumnya adalah konstitusi.
Sebagai salah satu dimensi kehidupan bangsa Indonesia, Hukum Indonesia
adalah suatu kebutuhan mendasar yang didambakan kehadirannya sebagai alat
pengatur kehidupan, baik dalam kehidupan individual, kehidupan sosial maupun
kehidupan bernegara. Kebutuhan hakiki Bangsa Indonesia akan ketentraman,
keadilan serta kesejahteraan (kemanfaatan) yang dihadirkan oleh sistem aturan
yang memenuhi ketiga syarat keberadaan hukum tersebut menjadi sangat
mendesak pada saat ini, ditengah-tengah situasi transisional menuju Indonesia baru.
Sistem Hukum Indonesia sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menunjuk pada sistem norma yang berlaku dan atau diberlakukan di Indonesia.
Hukum Indonesia adalah hukum, sistem norma atau sistem aturan yang berlaku di
Indonesia. Dengan kata lain yang juga populer digunakan, Hukum Indonesia adalah
hukum positif Indonesia, semua hukum yang dipositifkan atau yang sedang berlaku
di Indonesia.
Membicarakan Sistem Hukum Indonesia berarti membahas hukum secara
sistemik yang berlaku di Indonesia. Secara sistemik berarti hukum dilihat sebagai
suatu kesatuan, yang unsur-unsur, sub-sub sistem atau elemen-elemennya saling
berkaitan, saling pengaruh mempengaruhi, serta saling memperkuat atau
memperlemah antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu sistem, Hukum Indonesia terdiri atas sub-sub sistem atau
elemen-elemen hukum yang beraneka, antara lain Hukum Tata Negara (yang
baigia-bagiannya terdiri dari tata negara dalam arti sempit dan Hukum Tata
Pemerintahan), Hukum Perdata (yang bagian-bagiannya terdiri atas hukum Perdata
dalam arti sempit, Hukum Acara Perdata dan Hukum Dagang atau Hukum Bisnis),
Hukum Pidana (yang bagian-bagiannya terdiri dari Hukum Pidana Umum, Hukum
Pidana Tentara, Hukum Pidana Ekonomi serta Hukum Acara Pidana) serta Hukum
Internasional (yang terdiri atas Hukum Internasional Publik dan Hukum Perdata
Internasional).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Acara
1. Pengertian Hukum Acara
Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum
material. Fungsi menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan
hukum material melalui suatu proses dengan berpedoman kepada peraturan yang
dicantumkan dalam hukum acara. Artinya bahwa hukum acara itu baru berfungsi
kalau ada masalah yang dihadapi individu-individu dan terhadap masalah itu perlu
diselesaikan secara adil untuk memperoleh kebenaran.
Tugas hukum acara menjamin ditaatinya norma-norma hukum material oleh
setiap individu. Dengan perkataan lain, hukum acara hanya di jalankan dalam
keadaan istimewa, yaitu dalam hal hukum material / kewenangan yang oleh hukum
material diberikan kepada yang berhak dan perlu dipertahankan.
2. Hukum Acara Perdata (Hukum Acara Formil)
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin di taatinya hukum perdata materil dengan perantara hakim.
Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materil.
Lebih konkrit lagi dapatlah dikatakan, bahwa hukum acara perdata mengatur tentang
bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutuskan dan
pelaksanaan dari pada putusanya. Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah
tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah “Eigenrichting” atau tindakan menghakimi sendiri.
Tindakan menghakimi sendiri merupakan tindakan untuk melaksanakan hak
menurut kehendaknya sendiri yang bersifat sewenang-wenang, tanpa persetujuan
dari pihak lain yang berkepentingan, sehingga akan menimbulkan kerugian. Oleh
karena itu, tindakan menghakimi sendiri tidak dibenarkan dalam hal kita hendak
memperjuangkan atau melaksanakan hak kita.
Ø Asas-asas Hukum Acara Perdata
Asas dalam hukum acara pidana adalah :
1. Hakim bersifat menunggu
2. Hakim Dilarang Menolak Perkara
3. Hakim bersifat pasif
4. Persidangan bersifat terbuka
5. Mendengarkan kedua belah pihak
6. Putusan hakim harus disertai alasan-alasan
7. Pemeriksaan sederhana, cepat dan biaya ringan
8. Objektivitas.
Ø Proses dalam beracara dalam perdata
1. Pengajuan gugatan
2. Membayar biaya perkara
3. Pendaftaran perkara gugatan
4. Penetapan majelis hakim
5. Penunjukan panitera sidang
6. Penetapan hari sidang
7. Pemanggilan para pihak

3. Hukum Acara Pidana


Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum pidana dalam arti luas
yang terdiri dari hukum pidana material dan hukum pidana formal. Hukum pidana
material mengatur tentang perbuatan yang dilarang dan diharuskan, siapa yang
melanggar larangan atau keharusan diancam dengan hukuman atau pemidanaan.
Hukum acara pidana juga disebut sebagai hukum pidana formal adalah keseluruhan
peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara aparatur negara yang
berwenang (kepolisian, kejaksaan, pengadilan) Melaksanakan dan mempertahankan
hukum pidana material yang dilanggar.
Asas-asas Hukum Acara Pidana
o Asas legalitas
o Asas equality before the law
o Asas presumption of innoncence
o Asas accusatior
o Asas peradilan bersifat sederhana, cepat, dan biaya ringan
o Asas tersangka berhak mendapat bantuan hukum
o Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum
o Tidak mengenal asa in absentia
o Asas pemeriksaan oleh hakim majelis
o Asas beracara secara lisan
o Asas putusan pengadilan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, disertai
alasan-alasan yang sah menurut hukum
o Asas pengawasan pelaksanaan putusan oleh pengadilan
o Asas jaksa sebagai eksekutor putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.

4. Hukum Acara PTUN


Hukum acara peradilan tata usaha negara adalah keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang melaksanakan dan mempertahankan hukum tata usaha
material.
Dengan kata lain, hukum acara PTUN adalah keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan pribadi atau publik
bertindak untuk melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di ptun. secara
singkat, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara merupakan hukum yang mengatur
tentang tata cara bersengketa di PTUN.
Ø Asas-Asas Hukum Acara PTUN
1. Asas independensi hakim
2. Asas sidang terbuka untuk umum
3. Asas diperiksa hakim majelis
4. Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
5. Asas hakim bersifat menunggu, inisiatif gugatan dari penggugat
6. Asas beracara secara tertulis
7. Asas persamaan hak di muka hukum
8. Asas berperkara membayar biaya berperkara
9. Asas beracara dapat di wakilkan
10. Asas hakim aktif dalam proses pemeriksaan di persidangan
11. Asas gugatan ke PTUN tidak menunda pelaksanaan putusan TUN
12. Asas tidak di kenal tuntutan balik
13. Asas putusan diucapkan dalam sidanng terbuka untuk umum
14. Asas putusan harus di sertai alasan-alaan hukum.
Ø Pemeriksaan dalam sidang pengadilan
Berbeda dengan pemeriksaan di pengadilan negeri yang memeriksa perkara
perdata, maka pemeriksaan pengadilan tata usaha negara mempunyai sifat
khusus. Sebelum pemeriksaan dilakukan dengan acara biasa, diawali dengan
rapat permusyawaratan (pasal 62) dan pemeriksaan persiapan (pasal 63). Baik
rapat permusyawaratan maupun pemeriksaan persiapan, termasuk bagian dari
fungsi peradilan.
1. Sebelum pemeriksaan pokok perkara
o Rapat Permusyawaratan
o Pemeriksan persiapan
2. Pemeriksaan di persidangan
Menurut sistem hukum acatra Peratun, hakim berperan aktif dari
permulaan gugatan didaftarkan pengadilan hingga akhir proses. Sistem
pemeriksaan perkara dalam sidang ialah bahwa pemeriksaan itu berjalan
secara tertulis dan di samping itu dalam memperoleh penjelasan sengketa
dilakukan secara lisan.

Perkembangan Hukum di Indonesia


1. Sistem Hukum Indonesia
Sistem Hukum Indonesia terbentuk dari dua istilah, sistem dan hukum
Indonesia. Sistem diadaptasi dari bahasa Yunani systema yang berarti suatu
keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian, atau hubungan yang
berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara
teratur.Dalam bahasa Inggris sistem mengandung arti susunan atau jaringan. Jadi
dengan kata lain istilah sistem itu mengandung arti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan dan merupakan satu keseluruhan.
Adapun hukum Indonesia adalah hukum atau peraturan perundang-undangan
yang didasarkan kepada landasan ideologi dan konstitusional negara, yaitu
Pancasila dan Undang-Undang. Sehubungan dengan itu, hukum Indonesia
sebenarnya tidak lain adalah sistem hukum yang bersumber dari nilai-nilai budaya
bangsa yang sudah lama ada dan berkembang. Dengan kata lain, hukum Indonesia
merupakan sistem hukum yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia
yang berjangkauan Nasional, yaitu sistem hukum yang meliputi seluruh rakyat
sejauh batas-batas nasional negara Indonesia.
Perlu dijelaskan disini bahwa pengertian seperti itu tidak bisa dilepaskan dari
konteks sejarah. Sebagaimana diketahui, setelah merdeka bangsa Indonesia belum
memiliki hukum yang bersumber dari tradisinya sendiri tetapi masih memanfaatkan
peraturan perundang-undangan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Kendati
memang, atas dasar pertimbangan politik dan nasionalisme peraturan perundang-
undangan itu mengalami proses nasionalisasi, seperti penggantian nama : Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) merupakan nasionalisasi dari Wetboek Van
Straafrechts, dll. Selain penggantian nama, beberapa pasal tidak lagi sesuai dengan
kebutuhan sebuah negara yang merdeka, berdaulat dan relegius turut pula diganti
dan ditambahkan yang baru.
pendekatan seperti diatas dalam jangka pendek sangat bermanfaat karena
dapat menghindarkan terjadinya kekosongan hukum (Rechtsvacuum). Namun,
dalam jangka panjang upaya “Tambal Sulam” atau Transplantasi itu sebenarnya
kurang efektif dan cenderung kontra produktif bila terus menerus diberlakukan. Ini
didasarkan fakta bahwa upaya “Tambal Sulam” atau transplantasi pada hakikatnya
tidak mengubah watak dasar dari hukum warisan kolonial yang cenderung represif,
feodal, diskriminatif dan individualistik, sebagai salah satu upaya pihak penjajah
untuk menekan kaum inlender. Karakteristik hukum yang seperti itu jelas
bertentangan dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi
kolektivisme.

2. Perubahan Sistem Hukum Indonesia


Setelah mengalami penjajahan oleh negara Belanda, dimana Indonesia saat itu
masih ikut menggunakan sistem hukum yang berasal dari negara Belanda tersebut
yakni sistem hukum eropa kontinental. Namun, seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya kehidupan masyarakat Indonesia, setelah itu terjadi perubahan
dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Awal sistem hukum yang diterapkan
di Indonesia hanya sistem hukum eropa kontinental saja, setelah itu sistem hukum
yang berlaku di Indonesia mengalami perpaduan antara sistem eropa kontinental
dan sistem hukum anglo saxon.
Sistem Hukum Eropa Kontinental lebih mengedapankan hukum tertulis,
peraturan perundang-undangan menduduki tempat penting. Peraturan perundang-
undangan yang baik, selain menjamin adanya kepastian hukum, yang merupakan
syarat mutlak bagi terwujudnya ketertiban, juga dapat diharapkan dapat
mengakomodasi nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan. Lembaga peradilan harus
mengacu pada undang-undang. Sifat undang-undang tertulis yang statis diharapkan
dapat lebih fleksibel dengan sistem bertingkat dari norma dasar sampai norma yang
bersifat teknis, serta dengan menyediakan adanya mekanisme perubahan undang-
undang.
Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum
kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Pembentukan hukum melalui lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi
dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan
kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata.
Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik, sistem
hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan
kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia tidak
hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga mengakomodasi prinsip-prinsip
umum yang dianut oleh masyarakat internasional.
Apapun sistem hukum yang dianut, pada dasarnya tidak ada negara yang
hanya didasarkan pada hukum tertulis atau hukum kebiasaan saja. Tidak ada
negara yang sistem hukumnya menafikan pentingnya undang-undang dan
pentingnya pengadilan.

3. Perkembangan Sistem Hukum Indonesia berdasarkan pemikiran Filsuf


Hukum
Perkembangan sistem Hukum Indonesia makin tampak ketika adanya
sumbangan dari pemikiran para filsuf pemikir hukum. Perkembangan itu salah
satunya adalah dari madzhab positivis. Dalam arti ini, positivisme sama tuanya
dengan filsafat. Tetapi sebagai gerakan yang tetap dalam filsafat umum, sosiologi
dan ilmu hukum pada hakikatnya adalah gejala modern. Yang di satu pihak
menyertai pentingnya ilmu pengetahuan, dan sisi yang lain menjelaskan tentang
filsafat politik dan teori tentang ilmu hukum.
Positivisme atau yang dikenal dengan aliran positivis mempunyai pengaruh
yang besar dalam proses pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia. Pada
kebanyakan tindakan lembaga legilatif untuk membuat undang-undang, tindakan
Pemerintah (Excecutive) dan aparat dalam menegakkan hukum, bahkan tindakan
hakim dalam memutus perkara selalu menjadikan pemikiran mazhab ini sebagai
acuan. Selain itu, aspek keadilan dalam penegakan hukum dalam sistem hukum
nasional selalu dilihat dari perspektif keadilan hukum.
Lahirnya pemikiran mazhab positivis mempunyai landasan tersendiri sehingga
pandangan ini memiliki ciri khas tersendiri, namun sayangnya pejabat negara yang
diberi tugas untuk membentuk dan melaksanakan hukum kurang memperhatikan
landasan pemikiran mazhab hukum positivis, akibatnya keadilan hukum selalu
menjadi perdebatan dalam masyarakat dan tidak jarang selalu melahirkan konflik
baik vertikal maupun horizontal.
Positivisme menekankan setiap metodologi yang dipikirkan untuk menemukan
suatu kebenaran, hendaknya menjadikan realitas sebagai sesuatu yang eksis dan
objektif dan harus dilepaskan dari berbagai macam konsepsi metafisis subjektif.
Ketika pemikiran positivisme diterapkan ke dalam bidang hukum, positivisme hukum
melepaskan pemikiran hukum sebagaimana dianut oleh para pemikir aliran hukum
alam. Jadi setiap norma hukum haruslah eksis secara objektif sebagai norma-norma
yang positif. Hukum tidak dikonsepkan sebagai asas-asas moral yang abstrak
tentang hakikat keadilan, melainkan sesuatu yang telah dipositifkan sebagai undang-
undang guna menjamin kepastian hukum.
Pembentukan hukum yang dimaksud disini adalah lahirnya aturan tertulis yang
memiliki keabsahan untuk diberlakukan. Lahirnya hukum yang sah karena adanya
keputusan dari suatu badan/lembaga yang diberi berwenang oleh konstitusi untuk
menciptakan hukum. Jika mengartikan hukum sebagai sistem aturan hukum positif,
maka lembaga yang membentuk hukum (legislative functie) dalam sistem
Pemerintahan Indonesia dijalankan oleh Lembaga Legislatif (Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan
Daerah), Lembaga Eksekutif (Presiden/Wakil Presiden dibantu para Menteri), dan
Lembaga Yudikatif (kehakiman).
Pembentukan Undang-Undang Oleh Lembaga DPR/DPD dengan persetujuan
Presiden. Bentuk hukum yang diciptakan oleh lembaga ini adalah undang-undang.
Ciri khas undang-undang yang dibentuk oleh Lembaga DPR/DPD dengan
persetujuan Presiden adalah materi atau isinya yang bersifat ”umum”. Hal ini sesuai
dengan pemikiran Hans Kelsen bahwa Undang-undang sebagai norma hukum yang
bersifat umum. Isi undang-undang selalu bersifat umum, sehingga sebagian besar
pasal-pasal yang terdapat di dalamnya masih membutuhkan aturan pelaksana
berupa Peraturan Pemerintah.
Di Indonesia, penerapan prinsip ini melahirkan masalah karena hukum selalu
menjadi kendala dalam pembangunan bahkan hukum itu bersifat statis dan tidak
dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan yang berubah. Banyak kalangan
mengatakan dengan gamblang bahwa hukum itu bersifat statis dan kaku (Rigid).
Pandangan yang demikian adalah keliru karena mengabaikan aspek lain dalam
pembentukan hukum.
Model penegkan hukum di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran
positivisme. Menurut Kelsen bahwa norma hukum yang sah menjadi standar
penilaian bagi setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok dalam
masyarakat . Standar penilaian dimaksud adalah hubungan antara perbuatan
manusia dengan norma hukum. Jadi norma hukum menjadi ukuran untuk
menghukum seseorang atau tidak, dan mengklaim seseorang bersalah atau tidak
harus diukur berdasarkan pasal dalam peraturan tertulis, tanpa memperhatikan
aspek moral dan keadilan.
Kaum positivisme mengartikan keadilan hukum sebagai legalitas. Suatu
perturan hukum dikatakan adil jika benar-benar diterapkan pada semua kasus.
Demikian sebaliknya, suatu peraturan hukum dianggap tidak adil jika hanya
diterapkan pada suatu kasus tertentu, dan tidak diterapkan pada kasus lain yang
sama. Substansi keadilan hukum dalam pandangan positivism adalah penerapan
hukum dengan tanpa memandang nilai dari suatu aturan hukum (asas kepastian).
Jadi hukum dan keadilan adalah dua sisi mata uang. Kepastian hukum adalah adil,
dan keadilan hukum berarti kepastian hukum.
Doktrin positivisme ini masih diterapkan dalam proses penegakan hukum di
Indonesia, terutama pada bidang pidana menyangkut penerapan pasal dan prosedur
dalam sistem pelaksanaan hukum. Oleh karena prinsip yang mengacu pada aturan
hukum tertulis sehingga banyak kasus dalam sengketa lingkungan, para pelaku
kejahatan selalu dinyatakan bebas dari tuntutan hukum karena tidak memenuhi
unsur-unsur dalam aturan hukum lingkungan. Wajar jika dikatakan bahwa wajah
penegakan hukum di Indonesia dinyatakan dengan ungkapan “Hukum hanya
berlaku terhadap mereka yang lemah”. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan
prinsip “Setiap orang bersamaan kedudukannya di depan hukum”.

4. Perubahan dan Perkembangan Sistem Hukum Indonesia Berdasarkan


mazhab Sociological Jurisprudence
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat Indonesia,
senantiasa dihadapkan pada perubahan sosial yang sedemikian dinamis seiring
dengan perubahan kehidupan masyarakat, baik dalam konteks kehidupan individual,
soaial maupun politik bernegara. Pikiran bahwa hukum harus peka terhadap
perkembangan masyarakat dan bahwa hukum harus disesuaikan atau
menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah, sesungguhnya terdapat
dalam alam pikiran manusia Indonesia.
Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological
Jurisprudence yang lebih mengarahkan perhatiannya pada kenyataan hukum
daripada kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada
dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law in
books (hukum tertulis). Sociological Jurisprudence menunjukkan kompromi yang
cermat antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi
terciptanya kepastian hukum (positivism law) dan living law sebagai wujud
penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan hukum
dan orientasi hukum.
Aliran Sociological Jurisprudence dalam ajarannya berpokok pada pembedaan
antara hukum positif dengan hukum yang hidup (living law) , atau dengan perkataan
lain suatu pembedaan antar kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial
lainnya. Bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat. Bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah
terletak pada badan-badan legislatif, keputusan-keputusan badan judikatif ataupun
ilmu hukum, akan tetapi justru terletak di dalam masyarakat itu sendiri.
Roscoe Pound menyatakan dan menjelaskan sebuah ringkasan antinomi lain
yang berwujud ketegangan antara hukum dan aspek-aspek lain dari kehidupan
bersama. Filsafat hukum mencerminkan keadaan bersitegang antara tradisi dan
kemajuan, stabilitas dengan perubahan serta kepastian hukum. Sebegitu jauh,
karena salah satu tugas hukum adalah untuk menegakkan ketertiban.
Dalam buku lain, Pound menjelaskan bahwa tugas pokok pemikiran modern
mengenai hukum adalah tugas rekayasa sosial. Pound berusaha untuk
memudahkan dan menguatkan tugas rekayasa sosial ini. Dengan merumuskan dan
menggolongkan kepentingan-kepentingan sosial yang keseimbangannya
menyebabkan hukum berkembang.
Dalam paham sosiologi hukum, yang dikembangkan oleh aliran Pragmatic
Legal Realism yang dipelopori antara lain oleh Roscoe Pound memiliki keyakinan
bahwa hukum adalah “a tool of social engineering” atau “alat pembaharuan
masyarakat” atau menurut Mochtar Kusumaatmadja “sarana perubahan
masyarakat”, dalam konteks perubahan hukum di Indonesia harus diarahkan ke
jangkauan yang lebih luas, yang berorientasi pada :
1. Perubahan hukum melalui peraturan perundangan ang lebih bercirikan sikap
hidup serta karakter bangsa Indonesia, tanpa mengabaikan nilai-nilai universal
manusia sebagai warga dunia, sehingga kedepan akan terjadi transformasi
hukum yang lebih bersifat Indonesiani (mempunyai seperangkat karakter bangsa
yang positif).
2. Perubahan hukum harus mampu membimbing bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang mandiri, bermartabat dan terhormat dimata pergaulan antar bangsa, karena
hukum bisa dijadikan sebagai sarana mencapai tujuan bangsa yang efektif.
Perubahan hukum di Indonesia pada kenyataannya berlangsung, baik yang
dilakukan oleh penyelenggara negara yang berwenang (lembaga legislatif dan
eksekutif) melalui penciptaan berbagai peraturan perundangan yang menjangkau
semua fase kehidupan baik yang berorientasi pada kehidupan perorangan,
kehidupan sosial maupun kehidupan bernegara (politik) atau yang diusulkan oleh
berbagai lembaga yang memiliki komitmen tentang pemabruan dan pembinaan
hukum, sehingga mampu mengisi kekosongan atau kevakuman hukum dalam
berbagai segi kegidupan.
Dengan perencanaan yang baik, perubahan hukum diarahkan sesuai dengan
konsep pembangunan hukum di Indonesia, yang menurut Mochtar Kusumaatmadja
harus dilakukan dengan jalan :
1. Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan antara lain
mengadakan pembaharuan, kodifikasiserta unifikasi hukum di bidang-bidang
tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum masyarakat.
2. Menertibkan fungsi lembaga hukum menurut proporsinya masing-masing.
3. Peningkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum.
4. Memupuk kesadaran hukum masyarakat, serta
5. Membina sikap para penguasa dan para pejabat pemerintah/ negara ke arah
komitmen yang kuat dalam penegakan hukum, keadilan serta perlidungan
terhadap harkat dan martabat manusia.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dalam makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:


Hukum Acara Atau Hukum Formal adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum
material.
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin di taatinya hukum perdata materil dengan perantara hakim. Asas-
asas hukum acara ada banyak, namun asas yang paling pokok ada 2, yaitu asas
hakim bersifat pasif dan asas mendengarkan para pihak.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur tata cara aparatur negara yang berwenang melaksanakan dan
mempertahankan hukum pidana material yang dilanggar. Asas dalam hukum acara
pidana memiliki perbedaan dengan hukum acara perdata, salah satunya yaitu pada
hukum acara pidana hakim bersifat aktif, tidak pasif.
Hukum Acara PTUN adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur tata cara orang atau badan pribadi atau publik bertindak untuk
melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di ptun.
Hukum yang ada di Indonesia tidak terlepas dari konteks sejarah. Hukum yang
ada di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda. Indonesia menggunakan
sistem Hukum Belanda karena pada saat itu Indonesia merupakan negara jajahan
kolonial Belanda dan karena pada saat yang bersamaan Indonesia belum memiliki
hukum yang berasal dari tradisinya sendiri.
Sistem Hukum Indonesia menggunakan sistem Eropa Kontinental. Seiring
berkembangnya tradisi dan kebiasaan masyarakat Indonesia, menyebabkan
Indonesia menjalankan sistem perpaduan hukum antara Sistem Hukum Eropa
Kontinental dan Anglo Saxon. Selain itu Indonesia juga menjalankan sistem hukum
yang sesuai dengan pemikiran para filsuf dengan aliran/ mazhab Positivisme.
Aliran/ mazhab Sociological Jurisprudence menekankan bahwasanya sistem
hukum positif akan berjalan efektif apabilai sesuai kaidah dan norma yang hidup di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai