Bani Abbasiyah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERADABAN


ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembimbing:
Muhammad Nursalim Azmi S.Ag.,M.Ag

Oleh:
Fatimah Azzahra : 22.88204.02106
Fitria Lestari : 22.88204.02195
Hafizah : 22.88204.02107

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu tercurah
keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh keluarganya,
sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang berjudul
“Pertumbuhan dan Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah” sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam program studi Pendidikan
Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amutai dapat diselesaikan.
Kami sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, kami
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim Muhammad Nursalim Azmi S.Ag.,M.Ag. yang telah banyak
memberikan bimbingan dan petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini
serta semua pihak yang telah memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan
buku-buku dan literatur-literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa
diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do‟a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 29 September 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
D. Keguanaan Penelitian ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah .......................................... 3
B. Kemajuan dan Perkembangan Pada Masa Bani Abbasiyah ..... 5
C. Sebab-Sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah ......................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10


A. Kesimpulan ............................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan
langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah
tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem
pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah. Dan dalam sejarah,
Islam pernah mengalami zaman keemasan di berbagai aspek, yaitu pada masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Abbasiyah menempati kedudukan
penting dalam sejarah Islam, antara lain karena kejayaan Islam mencapai
puncaknya dalam rentang waktu yang panjang. Dinasti ini mulai berkuasa
tahun 132-656 H, bertepatan dengan tahun 750-1258 H. Penulis barat
terkemuka bernama Philip K. Hitti menyebut masa dinasti ini sebagai the most
brillian period atau masa yang paling cemerlang.

Pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengatahuan sangat


maju yang diawali dengan penerjemahan naskah asing terutama yang
berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu
dan perpustakaan dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan
sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban islam. Para ahli
sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti
Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

Disamping kesuksesan dan kegemilangan yang didapatkan oleh ummat


Islam pada masa itu, ternyata daulah Abbasiyah pun mengalami masa
kemunduran. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat
bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara
Eropa. Bahkan kita harus berbangga karena peradaban yang terjadi dan ada
pada masa Daulah Abbasiyah diadopsi oleh peradaban Eropa hingga saat ini.
Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh

1
seluruh dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita
mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk
mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam
saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Bani Abbasiyah?
2. Bagaimana Kemajuan dan Perkembangan Pada Masa Dinasti
Abbasiyah?
3. Bagaimana Sebab-sebab kemunduran dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Bani Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui Kemajuan dan Perkembangan Pada Masa Dinasti
Abbasiyah.
3. Untuk mengetahui Sebab-sebab kemunduran dinasti Abbasiyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah


Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
pemerintahan Dinasti Umayyah yang telah runtuh di Damaskus. Dinamakan
kekhalifahan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya diambil dari
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW yaitu Abbas bin Abdul
Mutholib. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-
Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani
Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M.1 Adapun
penggagas pertama berdirinya Dinasti Abbasiyah adalah Ali bin Abdullah bin
Abbas bin Abdul Mutholib bin Abdi Manaf bin Hasyim. Walaupun Ali bin
Abdullah tidak sempat mewujudkan berdirinya Daulah Abbasiyah namun anak
cucunya berhasil mewujudkan cita-cita Ali bin Abdullah tersebut setelah
melalui proses yang sangat panjang.

Ketika pemerintahan Islam berada dibawah kekuasaan Bani Umayyah,


keluarga Bani Hasyim adalah adalah pihak yang paling banyak dirugikan. Bani
Umayyah mengubah sistem pengalihan kekuasaan Islam yang demokratis
menjadi dinasti turun temurun, terlebih lagi perlakuan para penguasa Bani
Umayyah terhadap Ali bin Abi Tholib dan keturunannya yang sangat
diskriminatif. Oleh karena itu maka beberapa tokoh dari keturunan Abbas
sangat berambisi untuk merebut kekuasaan dari Bani Umayyah.2

Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari Bani Umayyah atas


Kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang
secara garis keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, Bani
Umayyah menguasai bangku kekhalifahan Islam secara paksa, dengan melalui
tragedi Perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah,

1
Iqra Nagia Rahman, Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah, “Kearsipan Fakultas
Dakwah Universitas Islam Bandung, 2015.” hal. 5.
2
Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam, (Tegal: FGP Press, 2017), hal. 11.

3
mereka mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan
terhadap Dinasti Umayyah.3

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbasiyah, berawal sejak merapuhnya


sistem internal dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada
keruntuhan dinasti Umayah di Damaskus, maka untuk menggantikannya dalam
memimpin umat Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah. Propaganda
revolusi Abbasiyah ini banyak mendapat simpati masyarakat terutama dari
kalangan Syi‟ah, karena bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan
kembali keadilan seperti yang dipraktikkan oleh khulafaurrasyidin.4 Kelompok
Sunni ini berhasil menjalin kerja sama dengan kelompok Syi‟ah, karena
mereka sama-sama keturunan Bani Hasyim. Kedua kelompok di atas juga
menjalin kerja sama dengan orang-orang Persia, karena orang-orang Persia
dianaktirikan oleh Daulah Umayyah, baik secara politik, ekonomi maupun
sosial. Padahal mereka sudah lebih dahulu memiliki peradaban maju.

Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah,


wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir,
Sudan, Syam, Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini
mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah
lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan peradaban
setiap daerah. Selama kekuasaan mereka tersebut, peradaban Islam sangat
berkembang. Jika pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya
ekspansinya, maka pada masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah
berkembangnya peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-
orang „Arab Oriented‟, dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional,
assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan
sebagainya. Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan
menjadi dinasti paling terkenal dalam sejarah Islam. Diktum dari Tsalabi: „ al-
Mansur sang pembuka, al-Ma‟mun sang penengah, dan al-Mu‟tadhid sang

3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009), hal. 143.
4
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta:
LESFI, 2003), hal. 118

4
Penutup‟ mendekati kebenaran, Setelah al-Watsiq pemerintahan mulai
menurun hingga al-Mu‟tashim khalifah ke 37, jatuh dan mengalami
kehancuran di tangan orang Mongol 1258.5

B. Kemajuan dan Perkembangan Pada Masa Bani Abbasiyah

Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan


dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak
keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-
Mahdi (775-785 M), al-Hadi (785- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-
Ma‟mun (813-833 M), al-Mu‟tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan
al-Mutawakkil (847-861 M).6

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan


di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti
perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan
Barat juga banyak membawa kekayaan dengan Bashrah menjadi pelabuhan
yang penting.

Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah


Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma‟mun (813-
833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk
keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan
farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan,
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma‟mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang


sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan
buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia

5
Rina Estu Ratna, Sejarah Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah, “Kearsipan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017.” hal. 2.

5
menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama
lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwataillaa billaah). Ia juga banyak
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma‟mun
inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Al-Mu‟tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar


kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan
mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah
Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.
Praktek orang-orang Muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina
secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian,
kekuatan militer Dinasti Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat.

Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal,
yaitu:

1. Terjadinya assimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang


lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, bangsa-bangsa non-Arab banyak
yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam.
2. Gerakan terjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama,pada masa
khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq.
Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah al-Ma‟mun hingga tahun 300
H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan
kedokteran. Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah
adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas.7

7
Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hal. 93-96.

6
Imam-imam Madzhab hukum yang empat juga hidup pada masa
pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah Rahimahullah (700-767
M), Imam Malik Rahimahullah (713-795 M), Imam Syafi‟i
Rahimahullah(767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-
855 M). Disamping empat pendiri Madzhab besar tersebut, pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah banyak para Mujtahid lain yang mengeluarkan
pendapatnya secara bebas dan mendirikan Madzhab-nya pula. Akan tetapi,
karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan Mazhab itu hilang
bersama berlalunya zaman.

Penulisan Hadits juga berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasiyah.


Hal ini disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi yang sangat
memadai, sehingga memudahkan para pencari dan penulis Hadits bekerja.

Pengaruh gerakan terjemahan juga terlihat dalam perkembangan ilmu


pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia
dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari dan
AlFarghani. Bidang kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina, bidang
optikal dikenal Abu Ali al-Hasan bin al-Haitsami, bidang kimia, terkenal nama
Jabir bin Hayyan, bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa
alKhawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi, bidang sejarah
terkenal nama al-Mas'udi dia juga ahli dalam ilmu geografi, bidang filsafat
lahir para tokoh terkenal Al-Farabi dan Ibnu Rusyd, dll.8

C. Sebab-Sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Periode disintegrasi ditandai dengan menurunya kekuasaan Khalifah di
bidang politik karena dilanda perpecahan. Politik sentral Khalifah telah
berpindah ke daerah-daerah. Pemerintahan Daulah Abbasiyah banyak
melakukan tidakan yang tidak menyenangkan rakyat yang mengakibatkan
rakyat menjauhkan diri dari pemerintahan pusat dan mendirikan pemerintahan-
pemerntahan kecil di daerah, akibatnya kekuasaan sentral pusat menjadi hilang

8
Mogiyono,” Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Dalam Perspektif Sejarah” , Jurnal
Ilmu Agama UIN Raden Fatah, Vol.14, no. 1, 2013, pp.1-20, hal. 13-14.

7
peranannya kalau tidak dikatakan lumpuh, maka Khalifah hanya sebagai
lambang belaka.9 Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam
mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun
mulai kaku dan akhirnya runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan dinasti
Abbasyiah, yaitu:
1. Faktor Internal
 Mayoritas khalifah Abbasiyah periode akhir lebih mementingkan
urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap
negara.
 Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi
pusat dengan daerah sulit dilakukan.
 Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok
Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
 Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi.
 Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
 Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2. Faktor Eksternal
 Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan
banyak korban.
 Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan
menandai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncullah beberapa
kerajaan, yaitu : Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.10

Dalam Al-Qur‟an juga disebutkan penyebab kemunduran atau


kehancuran suatu negeri sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat al-Isra

9
H. Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2007),
hal. 214.
10
Iqra Nagia Rahman, Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah, “Kearsipan Fakultas
Dakwah Universitas Islam Bandung, 2015.” hal. 14-15.

8
ayat 16:

         

    

Artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka


Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka
sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Q.S. Al-Isra: 16/17).”

Dari penjelasan ayat di atas dapat dipahami bahwa salah satu penyebab
kemunduran suatu negeri atau pemerintahan adalah kemewahan dan
kenikmatan. Apabila para pejabat suka bermewah-mewan adalam hidupnya
akan mengakibatkan lupa kepada Allah SWT dan lalai dalam melaksanakan
tugasnya, sebagai seorang pejabat dengan kelalaian tersebut dapat
menyebabkan kemunduran dan kehancuran pemerintahan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah adalah keturunan dari paman Nabi
Muhammad SAW. Yaitu Abbas bin Abdul Mutholib. Pendirinya ialah
Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal
dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Yang berdiri antara tahun 132 –
656 H / 750 – 1258 M
2. Masa puncak keemasan dinasti Abbasiyah berada pada kepemimpinan
tujuh khalifah berikut, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M),
Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma‟mun (813-833 M), al-Mu‟tashim
(833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
3. Dinasti Abbasiyah mengalami kesuksesan hampir segala bidang tetapi juga
mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh beberapa faktor baik internal
maupun eksternal yang ditandai dengan menurunya kekuasaan Khalifah di
bidang politik karena dilanda perpecahan.

B.Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Sejarah Peradaban Islam. Masa Klasik Hingga Modern,


Yogyakarta: LESFI, 2003.

Karim, Abdul, M. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka


Book Publisher, 2009.

Mogiyono. “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Dalam Perspektif


Sejarah. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah”, Vol.14, no. 1, 2013,
pp.1-20.

Mujayanah. Sejarah Kebudayaan Islam. Tegal: FGP Press, 2017.

Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pustaka


Riau, 2007.

Rahman, Nagia, Iqra. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah. Kearsipan
Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung, 2015.

Ratna, Estu, Rina. Sejarah Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah. Kearsipan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, 2017.

Zubaidah, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing, 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai