LP Hill

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS HERNIA INGUINALIS LATERALIS PADA TN.A


DI RUANGAN KAMAR OPERASI
DI RSUD TORABELO SIGI

Oleh :

Nuralfi Syahraeni L
Nim : PO7120422075

Preceptor Ruangan Preceptor Institusi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMETERIAN KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS HERNIA INGUINALIS LATERALIS PADA TN.A


DI RUANGAN KAMAR OPERASI
DI RSUD TORABELO SIGI

Oleh :

Niluh Sukma Juniari


Nim : PO7120422066

Preceptor Ruangan Preceptor Institusi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMETERIAN KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

A. DEFINISI.
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga
peritoneum dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung
yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran :
2010 ). Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R.
Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005). Hernia inguinalis adalah hernia yang
melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer  : 2000).
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra
abdominal keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek )
dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus
inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus
inguinalis eksternus ( Henderson ; 1992).

B. ETIOLOGI
1. Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan
annulus inguinalis yang cukup lebar.
2. Didapat
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk
timbulnya hernia:
a. Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
b. Peninggian tekanan intra abdomen:
1) Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
2) Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
3) Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
2. Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
3. Mual dan kembung
4. Tidak flatus / BAB

D. PATOFISIOLOGI

Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah


factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui
kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil,
batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri,
batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang
saat penderita berbaring.
2. Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

F. KOMPLIKASI
1. Muntah.
2. Perdarahan.
3. Shok.
4. Kembung.
5. Radang paru.
6. Retensio urine.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks
(fekalit), ileus terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya
penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung,
mengarah kepada penurunan curah jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas
perhatian untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.

H. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan
tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya
bila telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat
mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
1. Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor,
asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa
tegangan.
2. Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan
diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal
normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan
mengecilkan cincin keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia
orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstuksi.
3. Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang
terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua
kelemahan yang progresif pada fasia pasien.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada
bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan
dilakukan bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif.
Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak.
Bila vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan
reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas,
setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit
dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa.
a. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung
jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak,
penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah
dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
d) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko
terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung,
TBC, Epilepsi, dll.
e) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual,
Pola pemecahan masalah, Daya ingat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum.
a. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
b. Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi
abdomen, dll.
c. Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin,
warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan,
nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
d. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
e. Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
f. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman
mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil,
nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
g. Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor
ekstremitas, dll.
h. Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
i. Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
j. Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Rontgen
4. Therapi

B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
deficit cairan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakitnya.
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan
keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh
merangsang perstaltik dan lelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian
dapat meningkatkankoping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman
Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
Intervensi :
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan
pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian
pasien.
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian
pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang
khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
d. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama
pasien selama melakukan aktivitas.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan
penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
e. Lihat semua insisi.
f. Evaluasi proses penyembuhan.
g. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
h. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda
bahwa fungsi defekasi hilang.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
deficit cairan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainase.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal
pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Pertahankan keperawatan luka aseptic
Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan
kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang
proses penyakitnya.
Intervensi
a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga
fapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat
Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia.
d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya
Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan
pasien untuk membuat pilihan tentang masa depan dan control
penyakit kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1992
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2000
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992
Amin Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta : MediAction

Anda mungkin juga menyukai