Perbaikan KTI Kompre

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 109

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”Y” UMUR

24 TAHUN USIA KEHAMILAN 17-18 MINGGU DENGAN


ABORTUS IMMINENS DI RUMAH SAKIT TENTARA
DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Pendidikan pada Program Studi DIII Kebidanan
Universitas Baiturrahmah

Oleh:

NURAZLIN
1910070130019

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Studi Kasus : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Abortus

Imminens di RST dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2022.

Nama : Nurazlin

Npm : 1910070130019

Studi kasus ini telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi D III Kebidanan

Universitas Baiturrahmah.

Padang, April 2022

Pembimbing

Mengetahui

Ketua Program Studi Pembimbing

(Hendri Devita, S.KM. M. Biomed) (Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes)

ii
PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Studi Kasus : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Abortus

Imminens di RST dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022.

Nama : Nurazlin

Npm : 1910070130019

Studi kasus ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan

Tim penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi DIII Kebidanan Universitas

Baiturrahmah dan dinyatakan lulus pada Tanggal

Pembimbing

Mengetahui

Ketua Program Studi Pembimbing

(Hendri Devita, S.KM, M. Biomed) (Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes)

Pengesahan

Dekan Fakultas Vokasi

(Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Spt)

iii
RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri:

Nama : Nurazlin

Tempat, Tanggal Lahir : 10 juli 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Kawin : Belum Menikah

Alamat : Desa Debai, Rt 001 Kec. Kumun Debai Kota


Sungai Penuh

B. Riwayat Pendidikan:

TK Pahlawan Desa Debai Lulus Tahnun 2008

SDN 45/IX Debai Lulus Tahun 2013

SMPN 3 Sungai Penuh Lulus Tahun 2016

SMAN 2 Sungai Penuh Tahun 2019

Universitas Baiturrahmah Padang: 2019-2022

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, dan shalawat beserta salam untuk Nabi Besar Muhammad SAW,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Studi Kasus yang berjudul

“Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens di Rumah

Sakit Tentara dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2022”.

Studi Kasus ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

pada program studi DIII Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas Biturrahmah

Padang tahun 2022. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis

banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu

penulis menyampaikan terimakasih kepada Yth Bapak/Ibu:

1. Prof, Dr. Amri Bachtiar, M.DESS, S. Apt selaku Dekan Fakultas Vokasi

Universitas Baiturrahmah.

2. Oktavia Sari, Dipl. Rad, S.Si, M. Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas

Vokasi Universitas Baiturrahmah.

3. Ns. Zufrias Riaty, S. Kep, M. Kes selaku Wakil Dekan III Fakultas Vokasi

Universitas Biturrahmah dan juga selaku Pembimbing yang dalam

kesibukanya telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan dorongan

kepada penulis dengan penuh kesabaran sejak awal sampai akhir sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

4. Hendri Devita,S. KM. M. Biomed selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidaan Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.

i
5. Dosen beserta staf DIII Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas

Baiturrahmah Padang.

6. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga

tercinta yang telah memberikan do’a, bantuan dan dorongan baik moril

maupun materil.

7. Rekan-rekan yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam

pembuatan studi kasus ini.

8. Serta semua pihak yang banyak membantu pemantauan dan penyususnan

studi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Studi Kasus ini masih terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan tanggapan, kritikan dan

saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Studi Kasus

ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

semua kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Padang, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK
KATA PENGANTAR .............................................................................................
i

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................


1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................


1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................


7

1.1 Konsep Kehamilan ........................................................................................


7
1.2 Konsep Abortus Imminens ............................................................................
30
1.3 Manajemen Varney .......................................................................................
41
1.4 Kerangka teori ...............................................................................................
47
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................
48
3.1. Rancangan Pelaksanaan ..............................................................................
48
3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................
48
3.3. Subjek Studi Kasus .....................................................................................
48

iii
3.4. Jenis Data ....................................................................................................
48
3.5. Alat dan Metode Pengumpulan Data .........................................................
49
3.6. Teknik Analisa Data ....................................................................................
51
BAB IV TINJAUAN KASUS ................................................................................
52
4.1 Pengumpulan Data ......................................................................................
52
4.2 Pendokumentasian SOAP .............................................................................
57
4.3 Catatan Perkembangan .................................................................................
66
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................
71
5.1 Pembahasan berdasarkan pola piker varney ...............................................
71
5.2 Kketerbatasan Asuhan .................................................................................
93
BAB VI PENUTUP .................................................................................................
95
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................
95
6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


98
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 yaitu mencapai 303.000

jiwa, Afrika utara 201.000 jiwa, Asia Tenggara 13.000 dan Amerika 7300

jiwa, AKI di Negara-negara Asia Tenggara itu sendiri seperti Indonesia 126

per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 114 per 100.000 kelahiran hidup,

Vietnam 54 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 20 per 100.000 kelahiran

hidup, Brunei 23 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 40 per 100.000

kelahiran hidup. Hal ini disebabkan oleh perdarahan 42%, keracunan

kehamilan (eklampsia) 13%, abortus 11%, infeksi 10%, persalinan macet 9%

dan penyebab lainnya 15%. Selain itu terdapat juga penyebab tidak langsung,

yakni status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia pada ibu hamil, terlambat

mendapat pelayanan, serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, dan terlalu

dekat jarak melahirkan (Citra, 2020).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sendiri masih tinggi jika

dibandingkan dengan Negara ASEAN lainya. Menurut survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah kasus kematian ibu turun dari 4.999

kasus tahun 2015 menjadi 4912 di tahun 2016 dan ditahun 2017 sebanyak

1712 kasus (Kemenkes RI, 2017).

Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh

akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau

berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu

1
untuk hidup diluar kandungan. Abortus dini terjadi pada kehamilan sebelum

12 minggu umur kehamilan, sedangkan abortus tahap akhir (late abortion)

terjadi antara 12-20 minggu umur kehamilan (Purwaningrum, 2017).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2008 persentase

kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi, sekitar 14-40% (abortus

inkomolit 15-25%, abortus imminens 8-16,2%, abortus complete 4-13,5%)

(Pitriani, 2013). Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah

ke aborsi dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di Negara berkembang,

90% abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11-13 terhadap

kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO, diperkirakan 4,2

juta abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta

dilakukan di Vietnam dan singapura, 750.000-1,5 juta dilakukan di Indonesia,

155.000-750.000 dilakukan di Filipina dan 300.000-900.000 dilakukan di

Thailand. Laporan dari Australian Consortium ForIndonesia Studies, bahwa

hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia

menunjukan terjadi 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (Purwaningrum,

2017).

Sumatra Barat pada tahun 2015 kasus kematian ibu berjumlah 111 kasus,

mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu berjumlah 107 kasus. Rincian

ibu ini terdiri atas kematian ibu hamil sebanyak 30 orang, kematian ibu

bersalin sebanyak 25 orang, dan kematian ibu nifas sebanyak 52 orang. Pada

tahun 2018 dilihat dari data dinas kesehatan sumatra barat sampai dengan

bulan September 2018 kasus kematian ibu mengalami penurunan menjadi 88

kasus. Kabupaten/Kota penyumbang angka kematian ibu tertinggi ialah

2
Pasaman Barat dan Kota Padang. Faktor yang mempengaruhi jumlah kematian

ini dikarenakan rendahnya pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan

kepatuhan masyarakat terhadap perawatan kehamilan sesuai standar,

rendahnya pendidikan dan status ekonomi masyarakat (Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatra Barat Tahun 2017, Profil Kesehatan Kota Padang 2017).

Abortus pada kehamilan akan mengakibatkan pengaruh yang buruk pada

ibu diantaranya adalah perdarahan, perforasi uterus terutama pada uterus

dalam posisi hiper retrofleksi, syok hemoragik, infeksi dan juga kematian pada

ibu yang terjadi sekitar 15%. Data tersebut seringkali tersembunyi dibalik data

kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukan bahwa

sekitar 70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dan sekitar 60%

kematian akibat perdarahan tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum,

sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis (Yanti, 2018).

Komplikasi yang sering kali terjadi pada awal kehamilan yaitu Abortus

Imminens yang ditandai dengan adanya perdarahan dari uterus sebelum usia

kehamilan 20 minggu yang disertai kontraksi dimana hasil konsepsi masih

utuh didalam uterus dan ostium tertutup (Pratiwi, 2019). Deteksi dini

terjadinya abortus imminens pada masa kehamilan yaitu dengan mengenali

tanda dan gejala terjadinya abortus imminens sepeerti keluarnya flek dari

kemaluan yang disertai mules ringan seperti pada saat menstruasi. Adapun

upaya pencegahan terjadiny abortus imminens yaitu dengan menjaga pola

makan, tidak melakukan aktivitas berlebihan, menghindari stress, membuat

program kehamilan serta sering melakukan konsultasi kepada petugas

kesehatan yang terdekat (debby, partiwi, dkk, 2019).

3
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya abortus

spontan yaitu seperti tingginya umur ibu, rendahnya tingkat pendidikan,

kurang berat badan dan obesitas, banyaknya paritas dan graviditas, jauhnya

jarak kehamilan, adanya riwayat abortus, usia menarche yang terlalu dini,

buruknya pola konsumsi, pekerjaan ibu, tidak dilakukannya pemeriksaan

kehamilan 1, stress dan paparan asap rokok (Purwaningrum, 2017).

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya abortus yaitu faktor paritas,

umur, riwayat abortus. Pada wanita hamil dengan usia terlalu muda < 20 tahun

dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya

optimal. Dari segi fisik belum matang dalam menghadapi tuntutan beban

moral, emosional dan dari segi medis sering mendapat gangguan (Hutapea,

2017).

Data yang di dapatkan di Ruang Kebidanan RST dr. Reksodiwiryo pada

tahun 2021 di dapatkan jumlah ibu hamil yang mengalami abortus iminens

sebanyak 44 orang. Berdasarkan data diatas angka kejadian kehamilan dengan

Abortus Imminens cukup tinggi namun jika tidak segera ditangani atau

dilakukan pencegahan dapat berkelanjutan ke hal yang lebih membahayakan

ibu dan janin.

berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas maka penulis melakukan

pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens di

Ruang Kebidanan RST dr. Reksodiwiryo padang tahun 2022.

4
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens

dengan menerapkan atau menggunakan pendokumentasian manajemen

kebidanan 7 langkah varney tahun 2022?

1.3 Tujuan Pengkajian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

Abortus Imminens sesuai dengan teori manajemen kebidanan 7 langkah

varney di Ruang Kebidanan RS Tingkat III dr. Reksodiwiryo Padang

tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian atau pengumpulan data pada pasien

abortus imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR.

Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

b. Mampu mendiskripsikan interpretasi data dasar pada pasien abortus

imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR. Rekdosiwiryo

padang tahun 2022.

c. Mampu mendiskripsikan diagnosa atau masalah potensial pada pasien

abortus imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR.

Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

d. Mampu mendiskripsikan tindakan kebidanan yang telah dibuat pada

pasien abortus imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR.

Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

5
e. Mampu mendiskripsikan perencanaan asuhan kebidanan pada pasien

abortus imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR.

Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

f. Mampu mendiskripsikan pelaksanaan perencanaan asuhan kebidanan

pada pasien abortus imminens di ruang kebidanan RS Tingkat III DR.

Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

g. Mampu melakukan evaluasi pada pasien abortus imminens di ruang

kebidanan RS Tingkat III DR. Rekdosiwiryo padang tahun 2022.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Mampu mengaplikasikan konsep Asuhan Kebidanan Pada Kasus Abortus

Imminens dengan manajemen varney.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil pendidikan yang diperoleh dapat memberikan konstribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik kebidanan.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi petugas

kesehatan RST dr. Reksodiwiryo Padang dalam meningkatkan mutu

pelayanan khusus abortus imminens melalui metode ilmiah proses

kebidanan. Disamping itu hasil penelitian ini juga dapat sebagai suatu

perbanding dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan

abortus imminens.

6
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya

untuk menambah pengetahuan dan data dasar dalam penelitian

selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan

perubahan pada ibu maupun lingkunganya. Dengan adanya kehamilan

maka seluruh sitem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar

untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam Rahim

selama proses kehamilan berlangsung. Kehamilan merupakan suatu

peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita dan keluarga pada

umumnya, walaupun perubahan besar yang akan terjadi sangat

mempengaruhi semua orang terutama wanita (Hutahaean, 2013).

Ada beberpa tanda-tanda kehamilan yang dapat diperhatikan, yaitu

sebagai berikut:

a. Tanda Tidak Pasti

Tanda tidak pasti hamil adalah sebagai berikut:

1) Amenorea (Tidak datang bulan)

Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, akan mengeluarkan

tanda sedikit bercak perdarahan yang penyebabnya tidak diketahui

pada awal kehamilan, biasanya wanita akan mengeluh terlambat haid

(Lockhart, 2014).

2) Mual muntah

8
Mual dan muntah adalah gejala umum, mulai dari rasa tidak enak

sampai muntah yang berkepanjangan. Mual dan muntah diperberat

oleh maknan yang baunya menusuk dan juga emosi penderita yang

tidak stabil. Untuk mengatasinya penderita deberi makanan-makanan

ringan, mudah dicerna.

3) Nyeri pada payudara/ Mastodinia

Mostodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan

payudara membesar (Suryati, 2014).

4) Quickening

Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya disadari

oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.

5) Mengidam

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama. Ibu hamil sering

meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada trimester

pertama. Akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

b. Tanda Mungkin Hamil

1) Tanda Hegar

Tanda ini berupa pelunaan pada daerah istismus uteri, sehingga pada

daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan

uterus mudah dideflelsikan dapat diketahui melalui pemeriksaan

bimanual.

2) Tanda Goodells

Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih lunak.

3) Tanda Chadwick

9
Dinding vagina dan vulva tanpak lebih warna kebiru-biruan

4) Terjadi pembesaran uterus

Pembesaran uterus menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena pada

saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ

rongga pelvis dan menjadi rongga perut.

c. Tanda Pasti Kehamilan

1) Denyut jantung janin

Dapat didengarkan dengan stetoskop leanec pada minggu ke 17-18.

Dapat juga didengar dengan menggunakan doppler, DJJ dapat

didengar lebih awal lagi sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi

pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti,

bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu (Suryati, 2014).

2) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12

minggu. Tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan

16-20 minggu. Karena diusia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat

merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi usia kehamilan

16-20 minggu, gerakan pertama bayi yang dapat dirasakan ibu

pertama kali (Quickning).

2.1.2 Proses kehamilan

Kehamilan terjadi karena pembuahan, dimana pembuahan adalah

suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur di tuba fallopi,

umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke sebelas-keempat belas

dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya

10
sel telur) sehingga siap untuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus,

sperma yang mengandung kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua

puluh juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik

ke serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi di sinilah ovum dibuahi

(Suryati, 2014).

Pembuahan (konsepsi/fertilitas) adalah suatu peristiwa penyatuan

sperma dengan sel telur di tuba fallopi. Hanya satu sperma yang telah

mengalami proses kapasitas yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk

ke vetilus ovum. Setelah itu, zona peletus mengalami perubahan sehingga

tidak dapat dilalui sperma lain. Proses tersebut diikuti pleh penyatuan

kedua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari

wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan, zigot-XX

menurunkan bayi perempuan atau zigot-XY menurunkan bayi laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot yang

terjadi selama tiga hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi tadi tetap

digerakan ke arah rongga rahim oleh arus dan geteran rambut getar (silia),

kontaksi tuba. Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada tingkat blastula

(Mochtar, 2013).

Nidasi (implantasi) adalah masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi ke dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai,

disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.

Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada

dalam masa sekresi. Jaringan endometrium tersebut banyak mengandung

glokogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian

11
yang berisi masa sel ke dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk ke

dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan

menutup. Itulah sebabnya, kadang-kadang pada saat nidasi terjadi sedikit

perdarahan akibat luka desidua (tanda hartman). Umumnya, nidasi terjadi

pada dinding depan atau belakang rahim (korpus), dekat fundus uteri. Jika

nidasi telah terjadi, dimulailah deferensial sel-sel blastula, sel-sel kecil

yang terletak dekat ruang eksoselom membentuk entoderm dan kantong

kuning telur, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan

membentuk ruang amnion (kavitas amniotika). Dengan demikian,

terbentuklah suatu lempeng embrional (embryonal plate) di antara amnoin

dan yolk sac 9sakus-vetelinus-kantong kuning telur) (Mochtar, 2013).

2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Kehamilan

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian

besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin.

Semua perubahan akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah

proses persalinan dan menyusui selesai (Prawirohardjo, 2016).

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

12
seperti semula dalam beberapa minggu setelah persalinan

(Prawirohardjo, 2016).

Pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uteri ibu

hamil, dapat ditafsirkan sebagai berikut:

a) Tidak hamil/normal sebesar telur ayam

b) 8 minggu : telur bebek

c) 12 minggu : telur angsa

d) 16 minggu : pertengahan simpisi ke pusat

e) 20 minggu : pinggir bawah pusat

f) 24 minggu : pinggir atas simpisis

g) 28 minggu : sepertiga pusat dan PX

h) 32 minggu : petengahan pusat dan PX

i) 36-42 minggu : 3 jari dibawah PX

2) Serviks

a) Serviks terdapat tanda-tanda chenwick, goodle dan mucu plug

b) Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi dan pelunakan

(tanda hegar)

c) Lender serviks meningkat seperti gejala keputihan

3) Ovarium

13
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah relative

minimal (Prawirihardjo, 2016).

4) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang di

kenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan

mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari

sel-sel polos (Prawirohardjo, 2016).

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hipertrifi sel otot polos. Perubahan ini

mengakbatkan bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla

mukosa juga mengalami hipertrofi (Prawirohardjo, 2016).

5) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara

akan bertambah ukuranya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih

14
telihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak.

Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang

disebut colostrum akan keluar. Colostrum ini berasal dar

kelenjar=kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat

dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormone

prolactin ditekan oleh proclatin inhibiting hormone. Setelah

persalinan kadar progesterone dan esterogen akan menurun

sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap laktalbumin akan

hilang (Prawirahardjo, 2016).

b. Sistem Integumen

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan

nama striaegravdarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu

seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang

merupakan sikatrik dari striae sebelumnya (Prawirohardjo, 2016).

Pada banyak perempuan kulit di garis pertenghan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut

dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran

yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan

choloasma atau melisma gravidarum. Selain itu, pada areola dan

daerah ginjal juga akan terlihat atau sangat jauh berkurang setelah

15
persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan terjadinya

hiperpigmentasi yang sama (Prawirohardjo, 2016).

c. Sitem Muskulosketal

1) Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul memungkinkan

untuk terjadinya lordosis.

2) Ibu sering mengalami nyeri dibagian punggung dan pinggang

karena mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada otot

punggung dan kolumna vertebrae.

3) Adaptasi muskulosketal

Pengaruh hormonal (relaksasi persendian karena pengaruh

hormone relaksin, mobilitas dan pliabilitas atau pelunakan

meningkat pada sendi sakroiliaka). Pengaruh mekanik

(peningkatan berat badan karena pembesaran uterus, perubahan

postur, relaksasi dan hipermobilitasi sendi pada masa hamil

kembali stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil kecuali

pada kaki) (Hutahaen, 2013).

d. Sistem Endokrin

1) Kelenjar tiroid

a) Pembesaran kelenjar titoid merupakan akibat hyperplasia

jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas.

16
b) Konsumsi oksigen (O2) dan peningkatan basal metabolic rate

(BMR) merupakan akibat aktivitas metabolisme janin.

2) Kelenjar paratiroid

a) Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan,

suatu refleks peningkatan kebutuhan kalsium (Ca) dan Vitamin

D.

b) Saat kebutuhan rangka janin mencapai puncak (pertengahan

kedua kehamilan kadar parathormon plasma meningkat, kadar

meningkat antara minggu ke-15 dan ke-35 gestasi.

3) Pankreas

a) Janin butuh glukosa sebagai bahan bakar pertumbuhan, tidak

hanya menghasilkan simpanan glukosa ibu tetapi menurunkan

kemampuan ibu menyintesis glukosa dengan menyedot habis

asam amino ibu.

b) Kadar glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat menembus

plasenta untuk sampai ke janin. Akibatnya, pada awal

kehamilan pancreas meningkatkan produksi insukinnya.

c) Seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh dan

secara progresif memproduksi hormone dalam jumlah yang

lebih besar (misalnya: human placental lactogen-HPL, estrogen

dan progesterone). Peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar

adrenal juga terjadi.

17
d) Estrogen, progesterone, dan kortisol secara kolektif

menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin. Hal

ini merupakan mekanisme protektif yang menjamin suplai

glukosa untuk mencukupi kebutuhan unit fetoflacental.

Akibatnya, tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak insulin.

4) Proklatin hipofisis

a) Pada kehamilan, proklatin serum mulai meningkat secara

progresif pada trimester 1 sampai aterm.

b) Secara umum diyakini bahwa walaupun semua unsur hormonal

(estrogen, progesterone, tiroid, insulin, dan kartisol bebas) yang

diperlukan untuk pertumbuhan payudara dan prosuksi susu

terdapat dalam kadar yang meningkat selama kehamilan, kadar

esterogen yang tinggi menghambat peningkatan proklatin pada

jaringan payudara, sehingga menghambat efek proklatin pada

epitel target.

c) Progesterone meyebabkan lemak disimpan dalam jaringan

subcutan di abdomen, punggung, dan paha atas. Lemak

berfungsi sebagai cadangan energi, baik pada masa hamil

maupun menyusui.

e. Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen meningkat 15-20%, diafragma terdorong ke

atas, hiperventilasi, pernapasan dangkal (20-24x/i) mengakibatkan

18
penurunan komplikasi dada, volume residu dan kapasitas paru serta

terjadi peningkatan volume tidal. Pleh karena itu, sistem respirasi

selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan inspirasi dan

ekspirasi dalam pernapasan yang secara langsung juga memengaruhi

suplai oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) pada janin (Hutahean,

2013).

1) Jika inspirasi meningkat, maka jumlah kebutuhan oksigen (O2)

akan meningkat (oksigen diarteri meningkat), sehingga suplai

oksigen yang sampai kefetus meingkat.

2) Jika eksipirasi meningkat, makan output karbon dioksida (CO2)

meningkat, sehingga karbon diogsida dalam darah maternal

menurun yang selanjutnya akan memudahkan transfer karbon

diogsida dari fetus kepada maternal.

f. Sistem Gastrointestinal

Selama masa hamil, nafsu akan meningkat, sekresi usus berkurang,

fungsi hati berubah, dan absorbs nutrient meningkat. Aktivitas

peristaltik (motilitas) menurun, akibatnya bising usus menghilang,

sehingga menyebabkan konstipasi mual, serta muntah. Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena meningkat, sehingga menyebabkan

hemmoroid terbentuk pada akhir kehamilan (Hutahaean, 2013).

19
g. Sistem Kardiovaskular

Hipertfofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh

peningkatan volume darah dan curah jantung. Oleh karena diafragma

terdorong keatas, jantung terangkat keatas lalu berotasi ke depan dan

ke kiri. Peningkatan ini juga menimbulkan perubahan hasil auskultasi

yang umum terjadi selama masa hamil. Perubahan pada auskultasi

mengirim perubahan ukuran dan posisi jantung (Hutahaean, 2013).

1) Tekanan darah

Tekanan darah arteri (arteri brakhialis) dipengaruhi oleh

usia, posisi ibu, kecemasan ibu, dan saat ukuran manset

pengukuran tekanan darah. Posisi ibu mempengaruhi hasil karena

posisi uterus menghambat menghambat aliran balik darah vena,

dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun.

Tekanan darah brakialis memiliki nilai tertinggi saat wanita duduk

dan terendah saat wanita berbaring (posisi recumbent lateral kiri),

sedangkan pada posisi telentang berada pada nilai normal. Selama

pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic menurun 5-

10 mmhg, kemungkinan hal ini disebabkan vasodilatasi perifer

akibat perubahan hormonal. Edema pada ekstermitas bawah dan

varices terjadi akibat abstruksi vena iliaka dan vena cava inferior

oleh uterus. Hal ini juga menyebabkan tekanan vena meningkat

(Hutahaean, 2013).

20
2) Volume dan komposisi darah

Voume darah meningkat sekitar 1.500 ml (dengan penambahan

berat badan 8,5-9 kg) peningkatan terdiri atas 1.000 ml plasma dan

450 ml sel darah merah. Terjadi sekitar minggu ke 10 sampai

dengan minggu ke 12. Peningkatan volume darah ini merupakan

mekanisme protektif yang penting untuk:

a) Sistem vascular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran

uterus

b) Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri

atau terlentang

c) Mengganti darah yang hilang selama persalinan.

3) Curah jantung

Curah jantung meningkat 30-50% pada minggu ke 32

kehamilan, kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu

ke 40. Peningkatan curah jantung ini terutama disebabkan oleh

peningkatan volume sekuncup (stroke volume) dan merupakan

respons terhadap peningkatan kebutuhan o2 jaringan (nilai 5-5,5

1/mnt). Curah tahap lanjut lebih meningkat saat ibu hamil dalam

posisi recumbent lateral dari pada posisi terlentang.

h. Sistem Perkemihan

1) Perubahan anatomi ginjal

21
Perubahan struktur ginjal merupakan akibat aktivitas

hormonal (estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul akibat

pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Sejak minggu

ke 10 kehamilan, oleh karena ureter terkompresi antara uterus dan

PAP, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi. Perubahan ini membuat

pelvis dan ureter mampu menampung urine daam volume yang

sangat besar dan juga memperlambat laju aliran urin. Iritabilitas

kandung kemih, nokturia, dan sering berkemih dan urgensi (tanpa

dysuria)(Hutahaean, 2013).

2) Perubahan fungsi ginjal

Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak

berubah, yaitu laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal

meningkat pada awal kehamilan. Fungsi ginjal ini berubah akibat

adanya hormone kehamilan, peningkatan voleme darah, postur ibu,

aktivitas fisik dan asupan makanan. Ginjal berfungsi paling efisien

pada posisi terlentang.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Dalam keadaan normal, 500-900 mEq natrium

dipertahankan selama masa hamil untuk memenuhi kebutuhan

janin. Dapat terjadi hipovelemik berat dan penurunan fungsi

plasenta akibat diet dan restriksi yang berlebihan. Terkadang

terjadi edema fisiologis pada tungkau yang tidak memerlukan

22
pengobatan. Pada ibu hamil, reabsorbsi gula terganggu sehingga

terjadi glikosuria (Hutahaean, 2013).

i. Sistem Neurologi

1) Kompresi saraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran

uterus dapat menyebabkan perubahan sensori ditungkai bawah.

2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan

pada saraf atau kompresi akar saraf

3) Akroestasia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat posisi

bahu yang membungkuk, terkait dengan tarikan pada segmen

pleksus brakialis.

4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas, atau

juga gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi, sinusitis atau

migraine (Hutahaean, 2013).

2.1.4 Perubahan Psikologi Kehamilan

a. Trimester 1

Perubahan psikologis yang sering terjadi pada ibu hamil trimester

pertama adalah sebagai berikut:

1) Trimester pertama erring dianggap sebagai periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah menghadapi kenyataan

bahwa ia sedang hamil, dan ini merupakan tugas psikologis yang

penting.

23
2) Sebagian ibu merasa sedih dan ambivalen tentang kehamilanya.

Hampi 80% ibu kecewa, menolak, gelisah, depresi, dan murung

terutama terjadi pada ibu yang belum menikah atau yang tidak

merencanakan kehamilan.

3) Kebingungan secara normal akan berakhir setelah ibu mampu

menerima kehamilanya. Perasaan ini biasanya terjadi pada akhir

trimester pertama.

4) Perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh adanya rasa mual dan

muntah, rasa lelah, perubahan selera makan, serta emosional yang

mungkin mencerminkan konflik dan depresi.

5) Penambahan berat badan merupakan bagian dari masalah

psikologis ketika seorang ibu ingim menyembunyikan kehamilanya

layaknya seperti remaja yang belum menikah.

6) Perubahan keinginan hubungan seksualmenurun (libido menurun),

hal ini dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi dan kekhawatiran.

b. Trimester II

Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester kedua adalah

sebagai berikut:

1) Trimester dua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan

yang baik, yakni periode ketika ibu merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidak nyamanan yang biasanya dialami pada trimester I.

24
2) Trimester dua juga merupakan fase ketika ibu menelusur ke dalam

dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester dua ini

dibagai menjadi dua fase, yaitu pra-quikening dan pasca

quickening. Quikening mendatangkan sejumlah perubahan seperti

penerimaan kehamilan, meningkatnya hubungan social dengan ibu

hamil lainya, serta ketertarikan pada peran baru.

3) Kebanyakan ibu hamil akan merasa lebih erotis selama trimester

dua, kurang lebih 80% ibu mengalami kemajuan yang nyata dalam

hubungan seksual mereka disbanding pada trimester I, hal ini

banyak dipengaruhi oleh hilanya rasa kebingungan dan keraguan

pada trimester I.

c. Trimester III

1) Trimester ketiga sering disebut sebgaai periode penantian. Ibu

menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu

menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya, da nada perasaan tidak

menyenangkan ketika bayinya tidak kunjung lahir pada waktunya.

2) Ibu merasa khawatir karena dimasa ini terjadi perubahan peran

(persiapan ibu untuk menjadi orang tua). Selain khawatir karena

perubahan peran, ibu juga khawatir dengan keadaan bayinya, ibu

khawatir jika bayinya lahir cacat (tidak normal). Akan tetapi,

kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat

mengurangi rasa ini.

25
3) Hasrat seksual tidak seperti pada trimester sebelumnya. Hal ini

dipengaruhi oleh perubahan bentuk perut yang semakin membesar

dan adanya perasaan khawatir akan terjadi sesuatu pada dirinya.

4) Ibu akan kembali merasakan ketidak nyamanan fisik yang semakit

kuat menjelang akhir kehamilan. Ibu akan merasa canggung, jelek,

berantakan dan memerlukan yang sangat berarti dari pasanganya.

2.1.5 Komplikasi pada Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis. Namun dalam

perjalananya ada faktor-faktor yang dapat membuat ibu mengalami

komplikasi selama perjalanan kehamilan tersebut. Berikut akan dijelaskan

komplikasi-komplikasi yang biasa ditemukan pada ibu hamil.

a. Trimester I

1) Anemia kehamilan

Anemia kehamilan adalah jika kadar haemoglobin dibawah

11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga atau jika kadar

haemoglobin lebih kecil 10,5 g/dl pada trimester kedua.

2) Hyperemesis Gravidarum

Gravidarum adalah morning sickness dengan muntah terus-

menerus yang berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan, asupan

nutrisi kurang yang dapat menyebabkan gangguan suasana

kehidupan sehari-hari. Hyperemesis gravidarum pada tingkat

26
ringan, sebaiknya memeriksakan diri jika ditemukan gejala muntah

berlebihan, keadaan lemas dan lemah.

3) Abortus (keguguran kandungan)

Keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

mampu hidup di luar kandungan pada usia kurang dari 28 minggu,

karena sebagian besar keguguran tidak diketahui dan terjadi secara

spontan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah

sebagai berikut:

a) Faktor telur (ovum) yang kurang baik

b) Faktor spermatozoa yang kurang sempurna

c) Ketidak suburban lapisan dalam Rahim (endometrium) yang

disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan dengan jarak

pendek, terdapat penyakit dalam Rahim.

d) Faktor penyakit sistemik pada ibu seperti penyakit jantung,

paru, ginjal, tekanan darah tinggi, hati, dan penyakit kelenjar

dengan gangguan hormone pada ibu.

4) Kehamilan dengan degenerasi penyakit trofoblas

Penyakit ini sering disebut dengan penyakit mola

hidatidosa. Penyakit trofoblas adalah penyimpangan kehamilan

dengan terjadinya degenerasi hidrofik dari jonjot koreon.

5) Kehamilan servikal

27
Kehamilan servikal ini jarang terjadi. Kehamilan servikal

ini biasanya ditandai dengan perdarahan pervaginam tanpa disertai

rasa nyeri, terjadi abortus spontan sangat besar.

6) Kehamilan ovarium

Tuba pada sisi kehamilan harus normal, kantung janin

harus terletak di ovarium, dan jaringan ovarium yang nyata harus

di tentukan dalam dinding kantung janin.

b. Trimester II

Penyulit yang terjadi pada trimester dua secara garis besar dibagi 2

keompok yaitu:

1) Kehamilan dengan hipertensi

a) Hipertensi essensial

b) Hipertensi kronik

c) Hipertensi karena kehamilan (PER, PEB, Eklampsi)

2) Kehamilan dngan perdarahan antepartum

a) Solusio plasenta

b) Plasenta previa

c) Plasenta akreta

d) Vasa pravia

28
c. Trimester III

1) Persalinan prematuritas

Adalah persalinan yang terjadi antara umur kehamilan 29-

36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. persalinan

prematuritas merupakan masalah besar karena berat janin kurang

dari 2,5 kg dan umur kurang dari 37 minggu.

2) Kehamilan ganda

3) Kehamilan dengan perdarahan

a) Solusio plasenta

b) Plasenta previa

c) Perdarahan karena pecahnya vasa previa

d) Pecahnya sinus marginaslis

4) Kehamilan dengan ketuban pecah dini

5) Kehamilan dengan kematian janin dalam Rahim

6) Kehamilan lewat waktu persalinan (senotinus)

7) Kehamilan dengan preeklamsia dengan eklamsi

2.1.6 Kebutuhan Ibu Hamil

a. Trimester I

1) Perubahan fisik ibu pada trimester pertama

29
2) Perubahan emosional ibu pada trimester pertama

3) Seksualitas

4) Ketidak nyamanan ringan pada kehamilan trimester pertama

5) Tanda bahaya yang terjadi pada kehamilan trimester pertama

6) Nutrisi ibu hamil trimester pertama

7) Penggunaan obat-obatan

8) Kebiasaan sehari-hari

b. Trimester II

1) Perubahan fisik pada trimester ke II

2) Perubahan emosional pada trimester ke II

3) Seksualitas

4) Ketidak nyamanan ringan kehamilan

5) Tanda bahaya

6) Nutrisi

7) General hygine

8) Istirahat, tidur dan latihan

9) Penggunaan obat

10) Perubahan kelahiran janin

30
c. Trimester III

1) Perubahan fisik yang terjadi pada trimester ke III

2) Perubahan emosional yang terjadi pada trimester ke III dan periode

postpartum

3) Ketidak nyamanan ringan kehamilan

4) Tanda bahaya

5) Nutrisi ibu hamil trimester III

6) Kebersihan umum

7) Penggunaan obat

8) Pertumbuhan janin

9) Sistem pendukung

10) Persiapan kelahiran janin

11) Persiapan untuk bayi baru lahir

12) Rencana keluarga

2.2 Abortus Imminens

2.2.1 Definisi

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum

janin dapat hidup didunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut

31
WHO, aborsi berarti keluarnya janin dengan berat badan janin <500 gram

atau usia kehamilan <22 minggu (Maartadisoebrata, 2017).

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari

uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Keluhan perdarahan

pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi , serviks masih tertutup.

Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai

kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam

waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin di

lakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin

dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu

denyut jantung janin di coba didengarkan dengan alat doppler atau

leannec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena

mempengaruhi rencana penatalaksanaan atau tindakan (Maternity, 2016).

Abortus imminens (keguguran mengancam atau threatened

abortion) terjadi pada usia kehamilan <20 minggu, perdarahan biasanya

tidak banyak, baru mulai mengancam, dan masih ada harapan untuk

mempertahankan kehamilan. Ostiumuteri tertutup dan ukuran uterus sesuai

dengan usia kehamilan (Djamhoer, 2016).

Bila seorang wanita yang sedang hamil <20 minggu mengeluarkan

darah pervaginam. Perdarahan dapat berlanjut selama beberapa hari atau

berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri

punggung bawah, seperti saat menstruasi. Sekitar 50% abortus imminens

32
akan menjadi abortus komplit atau inkomplit, 50% akan melanjutkan

kehamilanya. Resiko keguguran berkurang jika janin sudah

memperlihatkan aktivitas jantung pada pemeriksaan ultrasonografi (USG),

tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan adanya resiko persalinan

preterm atau gangguan pertumbuhan dalam Rahim (intrauterine growth

restriction) pada kasus seperti ini (Chamberlain dan morgan, 2013).

Perdarahan yang sedikit pada kehamilan muda mungkin juga

disebabkan oleh hal lain, misalnya plasenta sign, yakni perdarahan dari

pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta. Gejala ini selalu dijumpai

pada kera macacus rhesus yang sedang hamil. Erosi porsio lebih mudah

berdarah pada kehamilan. Demikian juga pilop serviks, ulserasi vagina,

kairsinoma serviks, kehamilan ektopik dan kelainan fortoblas harus

dibedakan dari abortus imminens Karen dapat pula mnyebabkan

perdarahan pervaginam. Pemeriksaan speculum dapat membedakan polip,

ulserasi vagina, karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain didiagnosis

dengan pemeriksaan ultrasonografi (Chamberlian dan morgan, 2013).

2.2.2 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya abortus

yaitu faktor paritas 25%, umur 12-26 % dan riwayat abortus 30-45% yang

mempunyai pengaruh besar. Resiko abortus semakin tinggi dengan

bertambahnya paritas, semakin bertambahnya umur ibu dan ayah juga

faktor lain yang berpengaruh yaitu riwayat abortus merupakan predisposisi

terjadinya abortus berulang. Kemungkinan terjadinya abortus berulang

33
pada wanita yang mengalami abortus tiga kali atau lebih adalah 83,6%.

Penelitian wulan tahun 2019 di kota prabumilih juga mengatakan selain

umur dan paritas kadar Hb juga menjadi penyebab tingginya angka abortus

pada ibu.

Selain itu ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya

abortus, salah satunya adalah terjadinya abortus pada ibu usia ibu hamil

yang terlalu muda, karena wanita hamil dengan usia terlalu muda < 20

tahun dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum

sepenuhnya optimal. Dari segi fisikis belum matang dalam menghadapi

tuntutan beban moril, emosional dan dari segi medis sering mendapat

gangguan (Hutapea, 2017).

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian abortus adalah

jarak kehamilan karena terlalu dekat dapat memberikan indikasi kurang

siapnya Rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat

akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil bila ditunjang dengan

social ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan ini dan menyusui akan

menurunkan derajat kesehatan yang akan meingkatkan resiko terjadinya

abortus (Hutapea, 2017).

Faktor yang juga berhubungan dengan kejadian abortus adalah

pekerjaan dan status gizi pada ibu hamil karena jenis pekerjaan seseorang

wanita hamil dapat mempengaruhi kehamilannya baik ibu maupun janin

yang dikandungnya. Pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa di

34
damping dengan istirahat akan mempengaruhi kesehatan pertumbuhan dan

perkembangan janin (Hutapea, 2017).

Bentuk Rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang

tidak sehat seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman berakohol,

minum kopi, pengguna ganja dan kokain, minum obat-obatan yang dapat

membahayakan kandungan, stress atau ketakukan, hubungan seks dengan

orgasme waktu hamil dan kelelahan karena serig berpergian dengan

kendaraan. Faktor lingkungan juga dapat menyebabkan abortus seperti

trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi, pastisida, dan berada dalam

medan mgnet di atas batas normal (Darmawati, 2017).

2.2.3 Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor.

Umumnya abortus didahului oleh kamatian janin. Faktor-faktor yang dapat

meningkatkan terjadinya abortus antara lain. Menurut buku Djamhoer,

2017:

a. Faktor janin

Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan

pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut

biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, berupa:

1) Kelainan telur

Telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, kelainan

kromosom (monosomi, trisomy atau poliploidi), merupakan sekitar

50% penyebab abortus.

35
2) Trauma embrio pasca sampling vili korionik, amniosentesis.

3) Kelainan pembentukan plasenta hypoplasia trofablas.

b. Faktor maternal

1) Infeksi

Beresiko pada janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir

trimester pertama atau awal trimester ke dua. Penyebab kematian

janin tidak diketahui secara pasti akibat infeksi janin atau oleh

toksin yang dihasilkan mikroorganisme penyebab infeksi.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus antara

lainVirus rubella, sitomegavirus, hiper simpleks, varicella zoster,

vaccinia, campak, hepatitis, polio ensefalomielitis. Bakteri

salmonella thypi/ parasite toxoplasma gondii, plasmodium.

2) Penyakit vascular hipertensi, penyakit jantung.

3) Kelainan endokrin abortus spontan dapat terjadi bila produksi

progesteron tidak mencukupi, terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi

insulin.

4) Imunologi ketidak cocokan (inkompatibilitas) system HLA (human

leukocyte antigen), SLE (systemic lupus eryhematosus, lupus

eritematosus sistemik).

5) Trauma jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya

trauma akibat pembedahan:

a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum

graviditatum sebelum minggu ke-8.

36
b) Pembedahan intraabdominal dan pembedahan uterus pada saat

hamil.

6) Kelainan uterus hypoplasia uterus, mioma (terutana mioma

submukosa), serviks inompeten atau retroflexio uteri gravidi

incarcerate.

7) Psikosomatik pengaruh faktor ini masih dipertanyakan.

c. Faktor eksternal

1) Radiasi dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu, dosis

lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

2) Obat-obatan antagonis asam folat, antikoagulan dll. Sebaiknya

tidak menggunakan obat-obatan ketika usia kehamilan < 16

minggu kecuali obat terbukti tidak membahayakan janin atau

indikasi penyakit ibu yang parah.

3) Zat kimia lain, bahan yang mengandung arsesn, benzene, dll.

4) Sosial ekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan bekerja ketika

sedang hamil tidak terbukti merupakan resiko abortus.

2.2.4 Patofisiologi

Pada awal kehamilan terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti

nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan

dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum

menembus desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan

37
seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih

dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan

banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin

dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam

berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang

tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,

fetus kompresus, maserasi atau fetus papi raseus.

Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus

pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam

uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosa abortus imminens

ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium

uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus

membesar sebesar usia kehamilan, serviks belum membuka, dan tes

kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan

sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi

pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan Villi korialis kedalam

desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya

sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules.

2.2.5 Tanda dan Gejala

Ibu yang keguguran biasanya ditandai dengan perdarahan pervaginam dan

dapat mengalami sedikitnya nyeri dibagian abdomen bawah. Pada

keguguran imminens:

a. Perdarahan sedikit atau bercak

b. Kadang disertai rasa mual/kontraksi

38
c. Periksa dalam belum ada pembukaan

d. Palpasi: tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan (uterus

membesar sebagaimana usia kehamilan biasanya)

e. Hasil tes kehamilan positif

2.2.6 Komplikasi

Apabila penanganan sudah dilakukan dan perdarahan tidak

berhenti, abortus imminens bisa menjadi abortus insipient dan bisa

terjadinya perdarahan dan bisa terjadinya syok pada ibu baik syok

hemoragik di akibatkan karena perdarahan (Maryunani, 2016).

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Tirah baring

Istirahat baring (badrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke

uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu (pasien) dianjurkan

untuk istirahat baring, tidak melakukan aktivitas seksual sampai gejala

perdarahan hilang atau selama 3x24 jam

b. Coitus dilarang selama 2 minggu sampai perdarahan benar-benar

berhenti dan untuk mengurangi resiko terjadinya abortus yang

berulang

c. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak

panas dan tiap 4 jam bila pasien panas

39
d. Kolaborasi dengan pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit

dan rasa cemas), tokolisis dan progesterin, preparat hematimik (seperti

sulfas ferosus/tablet besi

e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f. Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi

terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

g. Tes kehamilan dapat dilakukan. Pemerksaan USG juga menentukan

apakah jading masih hidup atau tidak.

2.3 Manajemen Varney

a. 7 langkah varney

Pada tahap ini, bidan harus mengumpulkan data dasar klien secara

lengkap untuk mengevaluasi pasien, meliputi identitas riwayat

pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul atas indikasi, mempelajari

catatan sekarang atau laporan yang lalu, dan membuat laporan singkat

untuk menentukan kondisi pasien. Dalam memberikan asuhan kebidanan

pada klien, bidan menerapkan pola pikir dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan tersebut terdiri atas tujuh langkah.

Menurut IBI, manajemen kebidanan adalah pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah

secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Depkes RI,

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan

masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam

40
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan

masyarakat. Menurut Helen Varney, Manajemen kebidanan merupakan

salah satu proses penyelesaian masalah yang digunakan sebagai metode

untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-pemenuan.

Langkah-langkah manajemen varney merupakan suatu proses

penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam

mengantisipasi masalah. Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan

menurut varney yang akan di jelaskan sebagai berikut.

1) Langkah 1: pengumpuln data dasar

Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk

mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan

dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada langkah

ini kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap.

Data yang dikumpulkan anata lain: keluhan klien, riwayat kesehatan

klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data

laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien., pada

langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.

2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar

41
Menurut teori Soepardan, 2009 interpretasi data merupakan metode

identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Pada langkah ini,

kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data yang

telah dikumpulkan sehingga diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan

yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal

yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil

pengkajian.

3) Langkah III: diagnosa potensial

Menurut teori Soepardan 2009, diagnose potensial merupakan

identifikasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Pada langkah ini, membutuhkan antisipasi bila

memingkinkan dilakukan pencegahan agar tidak terjadi kegawatdaruratan.

Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar

diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-

siap apabila diagnosis/masalah potensial: potensial perdarahan post

partum, apabila diperoleh data ibu hamil kembar, polihidramnion, hamil

besar akan menderita diabetes. Kemungkinan distonsia bahu, apabila

datayang ditemukan adalah kehamilan besar.

4) Langkah IV: Tindakan Segera

Pada langkah ini yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dikonsultasi atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan

kondisi klien. Ada kemungkinan data yang kita peroleh memerlukan

42
tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang

lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi (varney, 2009).

5) Langkah V: Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini, direncankaan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan

menyeluruh tidak hanya meliputi han yang sudah teridentifikasi dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga

dari apa yang diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah konseling dan

apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien (Soepardan,

2009).

6) Langkah VI: Pelaksanaan

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan

rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara mana dan

efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan

yang lian. Jika bidan tidak melakukan pelaksanaannya. Dalam situasi ini,

bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan

demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana

asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat tersebut (Soepardan 2009).

7) Langkah VII: Evaluasi

Langkah ini merukapakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan

yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiyah

43
dkk, 2013). Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:

melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang

mencangkup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah benar-benar

terlaksana/terpenuhi dengan keseluruhan yang telah teridentifikasi dalam

masalah diagnosis. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak

efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.

b. Dokumentasi SOAP

Pendokumentasian asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan

ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu

pendokumentasian menurut Muslihatun (2009), SOAP merupakan

singkatan dari (Subjektif, Objektif, Asessesment, Planning)

1) Subjektif

a) Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis

b) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi

mengenai kekhawatiran dan keluhanya).

c) Pada orang yang bisu, dibelakang data diberikan tanda”0” dan “x”

2) Objektif

a) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien

b) Pemeriksaan diagnostig, pemeriksaan laboratorium.

c) Informasi dari keluarga atau orang lain.

3) Assesmant

44
a) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data

subjektif dan objektif.

b) Diagnosis/masalah

c) Diagnosis atau maslah potensial

d) Antisipasi diagnosis/masalah potensial/tindakan segera

4) Planning

Pendokumentasin tindakan dan evaluasi, meliputi asuhan mandiri,

kolaborasi, tes diagnostik atau laboratorium, konseling dan tindak

lanjut.

45
2.2.8 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori dan apa yang telah diuraikan maka

digunakan kerangka teori sebagai berikut:

Faktor janin:

1. Pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau Faktor maternal:
plasenta
1. Infeksi

2. Penyakit vaskuler

3. Kelainan endokrin

4. Imonologi
Abortus
5. Gaya hidup

6. Paritas

7. Usia ibu
Faktor eksternal:
8. Aktivitas/pekerjaan
1. Radiasi
9. Pendidikan
2. Obat-obatan
10. Jarak kehamilan
3. Bahan kimia lainnya
11. Kelainan uterus

46
BAB III

METODE PELAKSANAAN

c.1 Rancangan Pelaksanaan

Jenis rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu dengan

metode deskriptif kejadian tentang asuhan kebidanan yang dilakukan di lokasi

tempat pemberian asuhan kebidanan.

c.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini akan dilaksanakan di RST dr. Reksodiwiryo Padang di

Ruang Kebidanan.

c.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam studi kasus ini adalah ibu hamil dengan abortus imminens.

c.4 Jenis Data

Studi kasus ini yang digunakan sebagai metode untuk pengumpulan data

antara lain:

c.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dari pasien, yang dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapinya (maternity, 2014).

47
a. Wawancara merupakan metode data dengan cara mewawancarai

langsung (Hidayat, 2011).wawancara dilakukan oleh tenaga medis

dengan ibu hamil dengan abortus imminens.

b. Pemeriksaan fisik yang meliputi: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

c. Pengamatan

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang

berhubungan dengan kasus yang akan diambil.

c.4.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penulis dari rekam

medis dan Ruang Kebidanan RST. Dr. Reksodiwiryo Padang. Data

sekunder yang digunakan yaitu berupa bukti dan data penunjang

seperti status pasien, buku registrasi pasien masuk, buku laporan

perkembangan pasien (laporan dinas) dan data hasil pemeriksaan

laboratorium (Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, Keton).

c.5 Alat dan Metode Pengumpulan Data

c.5.1 Alat/ Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah

format asuhan kebidanan ibu hamil (pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi), alat perlindungan diri, alat pemeriksaan

fisik yang terdiri dari (Tensimeter, Termometer, stetoskop, timbangan,

arloji dengan detik, penlight). Pengumpulan data adalah satu proses

47
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian.

c.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumulan data merupakan cara peneliti untuk

mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian menggunakan

observasi, wawancara, dan dokumentasi (Hidayat, 2013):

a. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

melihat kondisi pasien, seperti keadaan umum pasien.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, dimana peneliti

mendapat keterangan atau informasi secara langsung dari sasaran

penelitian (responden) (Hidayat, 2013). Wawancara yang peneliti

lakukan dengan pasien mencangkup identitas pasien, riwayat

kesehatan pasien, data psikologis, data spiritual, data social ekonomi

dan aktivitas sehari-hari pasien. Dalam wawancara menggunakan

format asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai

evaluasi yang tertera.

c. Pemeriksaan Fisik

Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemerksaan fisik.

Pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan dngan wawancara. fokus

pengkajian fisik adalah pada kemampuan fungsional pasien.

48
d) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli

biasanya berupa gambar, tulisan, table, atau karya-karya monumental

dari seseorang (Hidayat, 2013). Dalam penelitian ini menggunakan

dokumen dari Rumah Sakit untuk menunjang penelitian yang akan

dilakukan seperti status pasien, buku registrasi pasien, buku laporan

dinas untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, hasil

laboratorium, dan lainya. Dalam penelitian metode studi dokumentasi

digunakan peneliti melihat hasil laboratorium pasien khususnya

(Hemoglobin, leukosit, trombosit, hematokrit, keton), dan catatan

perkembangan pasien.

c.6 Analisis Data

Analisa data dalam studi kasus ini dilakukan secara kualitatif. Analisa

secara kualitatif dilakukan dengan menekankan sebuah proses dalam

memperoleh data melalui kontak yang intensif dan membutuhkan waktu lama

dalam berinteraksi di lapangan. Dengan demikian, penulis dalam studi kasus

ini harus mengikuti prosedur, metode, dan teknik yang benar dalam

mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterpretasikanya (Djamal,

2017).

49
BAB IV
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NY”Y”


G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN 12-13 MINGGU DENGAN ABORTUS
IMMINENS DI RUMAH SAKIT TENTARA DR. REKSODIWIRYO
PADANG TANGGAL 08-11 APRIL 2022

4.1 Pengumpulan Data


A. Identitas/ Biodata :

1. Nama Ibu : Ny”Y”

2. Umur : 24 Tahun

3. Suku / Kebangsaan : Jambak/ Indonesia

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

7. Alamat : Jl. Gantiang III Komp Permata Blok A/15

1. Nama Suami : Tn”A”

2. Umur : 27 Tahun

3. Suku / Kebangsaan : Caniago/ Indonesia

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Jl. Gantiang III Komp Permata Blok A/15

B. Anamnesa (Data Subjektif)

Tanggal Anamnesa : 08 April 2022

50
1. Alasan Kunjungan : Pertama Rutin

Ada Keluhan

2. Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan sejak


pagi tadi pukul 06.45 WIB

3. Riwayat Menstruasi

a. Haid Pertama : 13 Tahun

b. Siklus : 28 Hari

c. Banyaknya :2-3 kali ganti pembalut

d. Lamanya : 6-7 hari

e. Teratur / Tidak : Teratur

f. Sifat Darah : Encer berbuku-buku

g. Warna Darah : Merah Segar

h. Disminorhea : Tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu:

G: 2 P: 1 A: 0 H: 1
Bayi Nifas
Tgl Lahir / Usia Jenis Tempat Penolong
No.
Umur Kehamilan Persalinan Persalinan Persalinan BB / PB /
Keadaan Lactasi Keadaan
JK

1. 2020

2. Ini

Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi :Ada

Alat Kontrasepsi yang dipakai :Kb Pil

Berapa Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi : 1 Tahun

5. Riwayat Kehamilan Sekarang :

a. Hari Pertama Haid Terakhir : 09 Januari 2022

b. Tafsiran Persalinan : 16 Oktober 2022

51
c. Keluhan : Trimester 1 : Mual dan Muntah

Trimester 2 :-

Trimester 3 :-

d. Pergerakan Anak Ppertama Kali : belum ada

e. Bila Pergerakan Sudah Terasa, Pergerakan 24 Jam Terakhir :


belum ada

f. Bila lebih dari 20 x dalam 24 jam, dengan frekuensi : belum


ada

g. Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan) :

- Rasa lelah : Tidak ada

- Mual dan muntah yang lama : Tidak ada

- Nyeri perut : ada

- Panas dan menggigil : Tidak ada

- Sakit kepala berat : Tidak ada

- Penglihatan kabur : Tidak ada

- Rasa nyeri/ panas waktu BAK : Tidak ada

- Rasa panas pada vulva / vagina : Tidak ada

- Pengeluaran cairan pervaginam : ada

- Nyerei, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada

- Edema : Tidak ada

6. Pola Kebiasaan Sehari-hari :

a. Biologis

- Nutrisi :- Menu Makan sehari-hari:

 Pagi : Roti Kering, 1 Porsi Lontong Sayur

 Siang : sepiring nasi + ikan


goring + 5 sendok amakn sayur
bayam

52
 Malam : sepiring Nasi + ikan, telur + 5 sayur
bayam

- Minum : 7-8 Gelas air putih + 1 gelas Susu


Ibu Hamil

Perubahan Makan yang dialami (ngidam, nafsu makan, dll):


Tidak ada

- Eliminasi :

BAK

 Frekuensi : 4-5 Kali

 Warna : Kuning Jernih

BAB

 Konsistensi : tidak ada

 Frekuensi : 1-2 Kali

- Aktivitas :

Senam Hamil : Tidak ada

Istirahat (Tidur siang, malam) : siang 1-2 jam,


malam 6-8 jam

Pekerjaan : Tidak Mengganggu


Kehamilan

- Hygiene

Mandi : 2-3 Kali

Ganti pakaian : 2-3 Kali

Kebersihan Ibu : Cukup Bersih

- Kebiasaan Ibu yang lain

Merokok : Tidak ada

Minum Alkohol : Tidak ada

Minum obat tanpa pengawasan : Tidak ada

- Seksualitas selama kehamilan

53
Frekuensi : 1 kali seminggu

- Social Bbudaya :

Ibu tidak menganut kepercayaan yang merugikan


kesehatan : Tidak ada

b. Psikologis

 Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan :


Senang

 Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik

c. Social Ekonomi : Cukup

Spiritual : Tetap menjalankan ibadah

7. Riwayat Penyakit Sistemik Yang Pernah Diderita:

a. Jantung : Tidak ada

b. Ginjal : Tidak ada

c. Asma : Tidak ada

d. TBC paru : Tidak ada

e. Hepatitis : Tidak ada

f. Diabetes mellitus : Tidak ada

g. Dan lain-lain : Tidak ada

8. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

a. Jantung : Tidak ada

b. Hipertensi : Tidak ada

c. Diabeter mellitus : Tidak ada

d. Keturunan kembar : Tidak ada

9. Perilaku Kesehatan :

a. Merokok : Tidak ada

b. Minum alcohol : Tidak ada

c. Obat-obatan : Tidak ada

54
10. Riwayat Sosial :

a. Perkawinan : Pertama

b. Kehamilan ini : Direncanakan

c. Perasaan tentang kehamilan ini : Senang

d. Status Perkawinan : Sah

e. Kawin : 1 Kali

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) :

1. Status Emosional : Composmentis

2. Keadaan Umum : Lemah

3. Tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 110/70 mmhg

b. Denyut Nadi : 86 X/i

c. Pernapasan : 20 X/i

d. Suhu : 36,6 ‘C

e. BB Sebelum Hamil : 54 kg

f. BB Sekarang : 56,3 kg

g. Tinggi Badan : 156cm

h. LLA : 27 cm

4. Pemeriksaan Khusus (Obstetri) :

a. Inspeksi (periksa pandang)

- Jalan : Normal

- Bentuk badan : Lordosis

- Rambut : Bersih, Hitam, tidak


berketombe

- Mata :

55
 Conjungtiva : Tidak anemis

 Skelera : Tidak ikterik

- Muka :

 Cloasma Gravidarum : Tidak ada

 Edema : Tidak ada

- Mulut :

 Caries : ada

 Hygine : Cukup bersih

 Stomatitis : Tidak ada

- Leher :

 Kelenjar Tiroid : Tidak ada

 Kelenjar Limfe : Tidak ada

 Hyperpigmentasi : Tidak ada

- Mamae :

 Pembesaran : Membesar
 Areola Mamae : Coklat kehitaman
 Putting Susu : Menonjol
 Kolostrum : Belum ada
- Abdomen :
 Bekas Operasi : Tidak ada
 Membesar : Sesuai usia kehamilan
 Linia nigra / Alba : ada
 Strie Livide / Albikan : ada
 Gerakkan Anak : Belum ada
- Vulva (dilakukan jika ada indikasi) :
 Perineum : Tidak dilakukan
 Tanda Chadwick : Tidak dilakukan
 Varices : Tidak dilakukan
 Edema : Tidak dilakukan
 Flour Albus : Tidak dilakukan
 Pengeluaran dari Vagina : keluar darah dari
kemaluan

56
 Hygiene : Tidak dilakukan
- Ekstremitas :
 Varices : Tidak ada
 Edema : Tidak ada
 Kelainan-kelainan : Tidak ada
- Palpasi Uterus :

 Leopold I : TFU 2 jari diatas sympisis


 Leopold II : teraba ballotement
 Leopold III : Tidak dilakukan
 Leopold IV : Tidak dilakukan
- Tinggi Fundus Uteri (cm) : 14 cm TBBJ: (14-13)x
155= 155 gram
a. Auskultasi :
- DJJ : 138 X/i
- Frekuensi Teratur / Tidak : Teratur
- Punctum Maximum : Kuadran
kanan bawah
b. Perkusi :
- Reflek Patela Ki / Ka : +/+
d. Pengukuran Panggul :
- Konjungata Eksterna : Tidak dilakukan
- Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
- Distansia Cristarum : Tidak dilakukan
- Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
D. Uji Diagnostik :
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal April
2022
1. Hb : 12,2 gr%
2. Plano Test : Positif (+)
3. Golongan Darah : AB
4. Leukosit : 6.660/mm3
5. Eritrosit :2
6. Hematokrit : 36,4%
7. Trombosit : 300.000/mm3
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG), Pukul 11. 30 WIB didapatkan
hasil bahwa masih ada kantong kehamilan dan janin masih ada.

57
58
4.2 Pendokumentasian SOAP
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”Y” G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN 12-13 MINGGU DENGAN ABORTUS
IMMINENS DI RUANG KEBIDANAN RST DR. REKSODIWIRYO PADANG TANGGAL 08-11 APRIL 2022

Kunjungan I

SUBJEKTIF OBJEKTIF ASESSMANT PLANNING

Tanggal: 08 April 2022 Ku: lEMAH Diagnosa: 1) Memberitahukan kepda ibu


Pukul: 13.00 Wib Kesadaran: Composmentis Ibu hamil G2P1A0H1, usia dan keluarga tentang hasil
1. Ibu mengatakan keluar TP: 16 Oktober 2022 kehamilan 12-13 minggu, pemeriksaan yang
darah dari jalan lahir 1. Tanda Vital ballottement (+), Djj 138X/i, dilakukan:
sejak 06.45 WIB dan  TD: 110/70 dengan Abortus Imminens,  Ku: Sedang
mules pada perut bagian mmhg Keadaan umum ibu dan janin  Kesadaran:
bawah  N: 84 X/i baik. Composmentis
2. Ibu mengatakan ini  P: 20 X/i Dasar  TTV: TD 110/70
merupakan kehamilan  S: 36,6’C 1. Ibu mengatakan keluar mmhg, N 84x/I, P
pertamanya 2. Skala nyeri: 3 darah dari jalan lahir 20X/i, S 36,6’C
3. Ibu mengatakan HPHT 3. Pengeluaran pervaginan: 2. Ibu mengatakan ini  Palpasi: teraba
09 Januari 2022 keuar darah dilihat dari ballottement, TFU 3

58
pembalut ibu kehamilan kedua jari dibawah pusat
4. Bb Sebelum hamil: 54 kg 3. HPHT 09 Januari 2021 Evaluasi: ibu dan
5. Bb sekarang: 56,3 kg 4. Hasil pemeriksaan dalam keluarga telah
6. TB: 156 cm batas normal mengetahui hasil
7. LILA: 27 cm Masalah pemeriksaan
8. Pemeriksaan Khusus - masalah aktual: keluar darah 2) Memantau Ku dan TTV
Inspeksi dari kemaluan, nyeri perut pada Evaluasi: Ku dan TTV ibu
a. Jalan: Normal ari-ari dipantau setiap 2 jam sekali
b. bentuk badan: lordosis - masalah potensial: antisipasi 3) Menganjurkan ibu bed rest
c. kepala terjadinya infeksi, antisipasi total ditempat tidur tanpa
 rambut: bersih, tidak terjadinya abortus insipiens melakukan aktivitas apapun
ada ketombe, sedikit Kebutuhan Evaluasi: ibu bersedia bed
rontok 1. Informasikan hasil rest total ditempat tidur
 muka: bersih, tidak pemeriksaan tanpa melakukan aktivitas
pucat dan tidak ada 2. Pantau Ku dan TTV 4) Memberikan penjelasan
edema 3. Anjurkan ibu bed rest pada pasien dan keluarga
 mata: conjungtiva tidak total tentang penyebab nyeri yang
anemis, sclera tidak 4. Penjelasan tentang di rasakan oleh ibu yaitu
ikterik karena otot Rahim

59
 mulut: bersih, tidak ada penyebab nyeri berkontraksi sehingga
caries dan stomatitis 5. Anjurkan teknik relaksasi mengganggu aliran darah
d. leher: tidak ada 6. Anjurkan ibu makan yang menimbulkan rasa
pembengkakan kelenjar makanan bergizi nyeri akibat kekurangan
tiroid dan kelenjar limfe 7. Anjurkan ibu utuk oksigen
e. Mamae: kedua payudara menjaga kebersihan Evaluasi: ibu dan keluarga
simetris, tidak ada genitalianya paham dengan penjelasan
pembengkakan, areola 8. Informasikan pada ibu yang diberikan
berwarna coklat untuk tidak melakukan 5) Mengajarkan kepada ibu
kehitaman, papilla mamae hubungan seksual dulu teknik relaksasi apabila
menonjol, kolostrum 9. Beri dukungan moril timbul rasa nyeri
belum keluar 10. Kolaborasi dengan dr. Evaluasi: ibu dapat
f. Abdomen: tidak ada luka SpOG melakukan teknik relaksasi
bekas operasi, perut dengan menarik nafas dalam
membesar sesuai usia melalui hidung dan
kehamilan dan terdapat menghembuskan secara
linia nigra perlahan lewat mulut.
g. Vulva: pada vulva tidak ad 6) Menganjurkan ibu untuk
avarices dan oedema, pada makan makanan bergizi

60
vulva tidak dilakukan VT seperti makanan yang
tetapi dilakukan mengandung vitamin,
pemeriksaan inspekulo protein dan mineral.
dengan hasil porsio lunak Contohnya nasi, sayur, ikan,
h. Anus: tidak ada hemoroid daging sapi atau ayam, dan
i. Ekstermitas: minum air putih yang cukup
 Atas: kedua tangan Evaluasi: ibu bersedia
simetris, tidak ad makan makanan yang
avarices dan oedema bergizi
 Bawah: tidak ad 7) Menganjurkan ibu menjaga
avarices dan oedema kebersihan genitalia dan
Palpasi selalu mengganti pembalut
a. Leopold I: TFU 2 jari 2-3 kali dalam sehari
diatas sympisis Evaluasi: ibu paham dan
b. Leopold II: teraba bersedia menjaga kebersihan
ballottement genitalia
c. Leopold III: tidak 8) Menginformasikan pada ibu
dilakukan untuk tidak melakukan
d. Leopold IV: tidak hubungan seksual terlebih

61
dilakukan dahulu sampai ibu
e. TFU: 14 cm dinyatakan membaik oleh
f. TBBJ: 155 gram dokter untuk menghindari
Auskultasi abortus lanjutan
a. Djj: + Evaluasi: ibu dan suami
b. Frekuensi: 138 X/i bersedia tidak melakukan
c. Irama: teratur hubungan seksual terlebih
d. Intensitas: kuat dahulu
Perkusi 9) Memberikan dukungan
Refleks patella: +/+ moril kepada ibu dan
Pemeriksaan penunjang: keluarga dengan
a. Hb: 12, 2 gr% memberitahukan bahwa
b. Plano test: Positif kehamilanya masih dapat
c. Gol. Darah: AB dipertahankan
d. Hasil USG: terlihat Evaluasi: ibu dan keluarga
kantong kehamilan, buah sudah mengetahui kedaan
kehamilan masih utuh ibu dan janin namun masih
dan masih ada tanda khawatir terhadap
kehidupan, kehamilan

62
masih dapat kehamilannya
dipertahankan. 10) Melakukan kolaborasi
dengan dr. SpOG dalam
pemberian terapi
Evaluasi: pemberian terapi
 Inj. Ceftriaxone 2x1
gr/ 12 jam
 Asam mefenamat
500 mg 3x1 tablet
 Asam folat 1x1
 Terpaanh RL 20 tts/i

63
4.3 Catatan Perkembangan
Sabtu, 09 April 2022
Di ruang kebidanan

Subjektif Objektif Assessment Planning

Tanggal: 09 April 2021 Keadaan Umum: sedang Diagnosa: 1. Memberitahukan hasil


Pukul: 15.40 Wib Kesadaran: Composmentis Ibu G2P1A0H1, usia kehamilan pemeriksaan kepda ibu dan
1. Ibu mengatakan masih 1. TTV: 12-13 minggu, ballottement (+), keluarga:
mengeluarkan flek-flek  TD: 100/70 mmhg DJJ 146x/i, dengan abortus  Ku: sedang
berwarna kecoklatan dari  N: 80x/i imminens, Ku ibu dan janin  Kesadaran:
kemaluan  P: 20x/i baik. Composmentis
2. Ibu mengatakan mules  S: 36,7’C Dasar  TTV: TD 100/70 mmhg,
pada perut sudah mulai 2. Tidak ada oedema pada 1. Ibu mengatakan ini N 80x/I, P 20x/I, S
berkurang wajah ibu dan tidak pucat kehamilan keduanya 36,7’C
3. Ibu mengatakan masih 3. Conjungtiva berwarna 2. Ballottement (+)  Palpasi teraba
sangat ceas dengan merah muda dan sclera ballottement, TFU 3 jari

64
kedaan kandunganya tidak ikterik 3. DJJ 146x/i dibawah pusat
4. Ibu mengatakan sudah 4. Inspeksi: pada pembalut 4. Pemeriksaan dalam batas  Auskultasi: Djj 146x/i
mengonsumsi obat yang ibu terdapat flek-flek normal Evaluasi: ibu dan keluarga
diberikan kecoklatan 5. Pengeluaran pervaginan telah mengetahui hasil
5. Palpasi: teraba flek-flek kecoklatan pemeriksaan yang dilakukan
ballottement, TFU 2 jari Masalah 2. Memantau Ku dan TTV ibu
diatas sympisis Masalah actual: keluar darah setiap 4 jam sekali
6. Auskultasi: DJJ 146x/i, dari kemaluan, mules pada perut Evaluasi: Ku dan TTV
bagian bawah dalam batas noemal dan
Masalah potensial: antisipasi sudah dilaporkan pada
terjadinya infeksi, antisipasi dokter jaga
terjadinya abortus insipien 3. Menganjurkan ibu untuk
Kebutuhan tetap bed rest total sampai
1. Informasikan hasil ibu dinyatakan sembuh oleh
pemeriksaan dokter dan mengurangi
2. Pantau ku dan ttv resiko pada kandungan ibu
3. Anjurkan ibu untuk tetap Evaluasi: ibu sudah
bed rest total beristirahat total diatas bed
4. Anjurkan ibu untuk makan

65
makanan yang bergizi tanpa melakukan aktivitas
5. Anjurkan ibu untuk tetap 4. Menganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan makan makanan yang
genitalia bergisi seperti tinggi kalori
6. Libatkan keluarga untuk (beras, kentang, ubi, dll),
memberi dukungan pada dan protein (ikan, daging,
ibu agar ibu tidak terlalu tempe, telur, tahu, dll)
cemas dengan Evaluasi: ibu sudah makan
kandunganya makanan dengan gizi
7. Lakukan observasi seimbang yang diberikan
perdarahan pervaginam oleh pihak rumah sakit
8. Ganti flabot infus RL 20 5. Menganjurkan kepada ibu
tts/i untuk tetap menjaga
9. Lakukan kolaborasi kebersihan genitalia dan
dengan dr. SpOG mengganti pembalut 2-3x
dalam sehari
Evaluasi: ibu bersedia
menjaga kebersihan genitalia
dan selalu mengganti

66
pembalutnya
6. Melibatkan keluarga untuk
selalu memberikan sukungan
kepada ibu supaya ibu tidak
terlalu cemas memikirkan
kandunganya karena dapat
berpengaruh pada kesehatan
ibu
Evaluasi: keluarga dan
suami selalu memberikan
dukungan kepada ibu
7. Melakukan observasi
perdarahan pervaginam
Evaluasi: pengeluaran
pervaginam masih berupa
flek-flek, tapi sudah mulai
berkurang
8. Mengganti flabot infus RL

67
20 tts/i
Evaluasi: flabot infus sudah
terganti
9. Melakukan kolaborasi
dengan dr. SpOG dan
melanjutkan terapi dokter
Evaluasi:
 Inj. Ceftriaxone 2x1
gr/12 jam
 Asam mefenamat
500 mg 3x1 tablet /
oral
 Asam folat 1x1

68
Minggu, 10 April 2022
Di ruang kebidanan

Subjektif Objektif Assessment Planning

Tanggal: 10 April 2021 Ku: sedang Diagnosa 1) Menginformasikan hasil


Pukul: 14. 35 Wib Kesadaran: Composmentis Ibu G2P1A0H1, usia kehamilan pemeriksaan kepada ibu dan
1. ibu mengatakan flek- 1.TTV: 17-18 minggu, ballottement (+), keluarga:
fleknya sudah agak DJJ 140x/I, dengan abortus

69
berkurang  TD: 110/80 mmhg imminens, Ku ibu dan janin  Ku: baik
4 ibu mengatakan perut  N: 80x/i baik.  Kesadaran:
bagian bawah sudah tidak  P: 20x/i Dasar Composmentis
terasa nyeri  S: 36,6’C 1. ibu mengatakan ini kehamilan  TTV: TD 110/80 mmhg,
5 ibu mengatakan sudah 2. Inspeksi: flek-flek kecoklatan keduaya N 80x/I, P 20x/I, S
sedikit tenang dan tidak masih keluar tapi sedikit 2. Ballotement (+) 36,6’C
terlalu menghawatirkan 3. palpasi: teraba ballottement, 3. DJJ 140 x/i  Palpasi: teraba
kandunganya TFU 2 jari diatas sympisis 4. pengeluaran pervaginam ballottement, TFU 3 jari
6 ibu mengatakan masih 4. Auskultasi : DJJ 140x/i berupan flek-flek sudah dibawah pusat
istirahat di tempat tidur berkurang  Auskultasi: Djj 140x/i
5. Hasil pemeriksaan dalam Evaluasi: ibu dan keluarga
batas normal telah mengetahui hasil
Masalah pemeriksaan
Masalah actual: keluar flek-flek 2) Memantau Keadaan umum
dari kemaluan ibu dan TTV setiap 6 jam
Masalah ptensial: antisipasi sekali
terjadinya infeksi, antisipasi Evaluasi: pada pemeriksaan
terjadinya abortus insipien Ku dan TTV didapatkan Ku
baik dan TTV dalam batas

70
Kebutuhan normal
1. informasikan hasil 3) Menganjurkan ibu untuk
pemeriksaan tetap bed rest
2. pantau Ku dan TTV Evaluasi: ibu sudah istirahat
3. anjurkan ibu untuk tetap bed di tempat tidur dan tidak
rest melakukan aktivitas yang
4. anjurkan kepada ibu untuk berat, ibu hanya duduk
tetap makan makanan bergizi untuk makan.
5. ingatkan ibu untuk tetap 4) Menganjurkan ibu untuk
melakukan personal hygine tetap mengonsumsi makanan
pada alat genitalia dengan gizi seimbang seperti
6. kolaborasi dengan dr. SpOG tinggi kalori (beras, kentang,
ubi, dll), tinggi protein
(ayam, ikan, daging, telur,
tahu, tempe, kacang-
kacangan, dll).
Evaluasi: ibu sudah makan-
makanan yang diberikan

71
oleh pihak rumah sakit
5) Menganjurkan kepada ibu
untuk tetap melakukan
personal hygine pada alat
genitalia
Evaluasi: ibu selalu menjaga
kebersihan genitalia dan
mengganti pembalut
6) Melakukan kolaborasi
dengan dr. SpOG untuk
pemberian terapi lanjutan
Evaluasi:
 Terpasang infus RL
20 tts/i dilanjutkan
 Inj. Cefriaxone 2x1
gr/12 jam
 Asam mefenamat
500 mg 3x1 tablet

72
peroral
 Asam folat 1x1

Senin, 11 April 2022


Di ruang kebidanan

Subjektif Objekif Assessment Planning

Tanggal: 11 Maret 2022 Ku: Baik Diagnosa 1. Menginformasikan hasil


Pukul: 10.00 Wib Kesadaran: Composmentis Ibu hamil G2P1A0H1, usia pemeriksaan kepada ibu dan
1. Ibu mengatakan flek-flek 1. TTV: kehamilan 17-18 minggu, keluarga:
sudah tidak keluar  TD: 110/80 mmhg Ballotement (+), DJJ 144x/I,  Ku: Baik
2. Ibu mengatakan sudah tidak  N: 80x/i dengan abortus imminens, Ku  Kesadaran:
cemas karena tidak ada flek  P: 20x/i ibu dan janin baik. Composmentis
yang keluar  S: 36,6’C Dasar  TTV: TD 110/80
3. Ibu mengatakan perutnya 2. Inspeksi: flek-flek kecoklatan 1. ibu mengatakan ini kehamilan mmhg, N 80x/I, P
sudah tidak nyeri sudah tidak ada keduaya 20x/I, S 36,6’C
3. palpasi: teraba ballottement, 2. Ballotement (+)  Inspeksi:
3. DJJ 144 x/i pengeluaran

73
TFU 2 jari diatas sympisis 4. pengeluaran pervaginam pervaginam berupa
4. Auskultasi : DJJ 144x/i berupan flek-flek sudah tidak flek-flek sudah tidak
ada ada
5. Hasil pemeriksaan dalam  Palpasi: ballottement
batas normal (+), TFU 3 jari
Masalah dibawah pusat
Kebutuhan  Auskultasi: Djj
1. Informasikan hasil 144x/I
pemeriksaan Evaluasi: ibu dan
2. Ingatkan ibu untuk menjaga keluarga telah
personal hygine mengetahui hasil
3. Anjurkan memenuhi pemeriksaan dan ibu
kebutuhan nutrisi juga mengetahui bahwa
4. Ingatkan agar tidak kehamilannya dapat
melakukan hubungan dipertahankan
seksual 2. Mengingatkan ibu untuk
5. Persiapkan ibu untuk pulang selalu menjaga personal
6. Kolaborasi dengan dr. SpOG hygine seperti
membersihkan vulva setiap

74
kali BAK dan keringkan
Evaluasi: ibu paham dan
bersedia menjaga personal
hygine
3. Menganjurkan kepada ibu
untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi selama
hamil dengan mengonsumsi
makan bergizi
Evaluasi: ibu bersedia
memenuhi gizi ibu hamil
4. Mengingatkan kepada ibu
dan suami agar tidak
melakukan hubungan
seksual terlebih dahulu pada
usia kehamilan baru. Karena
melakukan hubungan
seksual pada kehamilan
muda dapat menyebabkan

75
perdarahan, dan apabila
melakukan hubungan
seksual suami dianjurkan
mengeluarkan sperma diluar
vagina karena mengeluarkan
sperma di dalam vagina
dapat menyebabkan
kontraksi pada uterus
Evaluasi: ibu dan suami
bersedia untuk tidak
melakukan hubungan
seksual terlebih dahulu
5. Mempersiapkan ibu untuk
pulang:
 AFF infus yang
terpasang pada ibu
 Merapikan ibu dan
lingkungan
Evaluasi: infus sudah

76
dilepaskan dan ibu sudah
dibantu untuk membersihkan
diri
6. Melakukan kolaborasi
dengan dokter:
Evaluasi:
 ibu sudah diperbolehkan
pulang hari ini
 memberikan terapi obat
untuk diminum dirumah:
asam mefenamat 500 mg
3x1 tablet peroral

77
78
4.3 Catatan Perkembangan
Jum’at, 08 April 2022

No Jam Evaluasi Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis Perencanaan Selanjutnya
Masalah (A) (P)

1. 15 45 WIB Pasien mengatakan masih Tekanan darah: Masalah belum Intervensi dilanjutkan:
keluar darah dari kemaluan 110/70 mmhg teratasi a. Memantau TTV
dan merasakan nyeri Nadi: 80x/i b. Memberikan
a. Nyeri di bagian Pernapasan: 22x/i lingkungan yang
abdomen Suhu: 36,6’C nyaman dan
b. Nyeri menyebar tenang
keseluruh bagian c. Menganjurkan
perut bed rest
d. Berkolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat-obatan

Sabtu, 9 April 2022

79
No Jam Evaluasi Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis Masalah Perencanaan selanjutnya
(A)

1. 17.00 WIB a. pasien mengatakan masih Tekanan darah: 100/70 Masalah belum Intervensi dilanjutkan:
ada flek-flek yang keluar mmhg teratasi a. Memantau TTV
dari vagina Nadi: 84x/i b. Memantau
b. pasien mengatakan masih Pernapasan: 20x/i pengeluaran
cemas dengan kehamilanya Suhu: 36,5’C pervaginam
Terpasang infus RL c. Pasien tetap bed
rest total
d. Beri dukungan
moril terhadap ibu

Minggu, 10 April 2022

No Jam Evaluasi Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisa masalah Perencanaan selanjutnya

80
(A) (P)

1. 16.20 WIB Pasien mengatakan flek-flek Tekanan darah: 120/80 Masalah belum Intervensi lanjutan:
yang keluar dari kemaluan mmhg teratasi a. Pantau KU dan
sudah mulai berkurang Nadi: 80x/i TTV
Pernapasan: 20x/i b. Pantau
Suhu: 36,5’C pengeluaran
Terpasang infus RL pervaginam
c. Pasien tetap
dianjurkan bed
rest
d. Perhatikan
kebersihan
genitalia

Senin, 11 April 2022

No Jam Evaluasi Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis masalah Perencanaan selanjutnya
(A) (P)

81
1. 17.30 WIB Pasien mengatakan flek-flek Tekanan darah: 110/70 Masalah sudah Intervensi lanjutan:
yang keluar dari vagina sudah mmhg teratasi a. Anjurkan
tidak ada, pasien mengatakan Nadi: 80x/i pemenuhan
nyeri pada perut bagian bawah Pernapasan: 20x/i nutrisi
sudah tidak ada. Suhu: 36,5’C b. Menjaga
Pengeluaran pervaginam: personal hygine
lender keputihan genitalia
c. Melepaskan
infus pasien
d. Kolaborai
dengan dokter
untuk obat
pulang

82
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Berdasarkan Pola Pikir Vvarney

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidananan

yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara dr. Reksodiwiryo Padang selama 4

hari asuhan antenatal care (ANC) di ruang kebidanan, melakukan pemantauan

dimulai pada tanggal 08 sampai 11 April 2022

Penulis akan menguraikan berdasarkan pola piker varney. Bab ini, penulis

akan membandingkan antara tinjauan kasus pada NY”Y” dengan abortus

imminens di Rumah Sakit Tentara dr. Reksodiwiryo Padang dengan teori

penanganan abortus imminens.

Pembahasan ini penulis akan membahas berdasarkan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu pengumpulan data

dasar, merumuskan diagnosis atau masalah actual, merumuskan diagnosis

atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

merencanakan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan

kebidanan.

Langkah-langkah Penatalaksanaan Menurut Varney yaitu:

A. Identifikasi Data Dasar

Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk evaluasi

pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan

fisik apabila perlu, tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari rumah

sakit. Tinjauan singkat dari data lanoratorium dan pemeriksaan tambahan

83
lainya, semua informasi pasien dari semua sumber yang berhubungan

dengan kondisi pasien. Bidan kumpulan data awal yang menyeluruh

walaupun pasien itu ada komplikasi yang akan diajukan kepada dokter

konsulen. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila perlu (Yulistina,

2017).

Anamnes meliputi Tanya jawab meliputi riwayat kesehatan ibu,

riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat KB, riwayat

pemenuhan kebutuhan dasar, data, social, ekonomi, dan psikologi serta

meliputi HPHT dan TP (Yulistina, 2017).

Pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum klien, tanda-tanda vital

dan dan pemeriksaan fisik yang dilakukan secara inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi dan biasanya dilakukan pemeriksaan penunjang bila

perlu. Klien yang mengalami abortus imminens biasanya menunjukan

adanya pengeluaran darah dari kemaluan, rasa mules pada perut bagian

bawah, pada pemeriksaan penunjang USG kehamilan ditemukan masih

adanya kantong kehamilan.

Ny”Y”, usia 24 tahun, G2P1A0H1, datang kerumah sakit dengan

keluhan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi tgl 08 April 2022

pukul 06.45 WIB, disertai rasa mules pada perut bagian bawah, dan

merasa lemas.

Tanda dan gejala abortus imminens berdasarkan teori yaitu

terjadinya perdarahan dari jalan lahir bewarna merah segar, adanya kram

perut bagian bawah, tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Perdarahan pada

84
hamil muda sebelum kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan

keluarnya sedikit seperti bercak merupakan abortus imminens yang baru

mengancam dan masih dapat dipertahankan.

Studi kasus pada Ny”Y” maka data yang diperoleh dari hasil

pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran

komposmentis, keadaan umum ibu lemah, tekanan darah 110/70 mmhg,

nadi 86x/I, pernapasan 20x/I, suhu 36,6’C, ekspresi wajah tampak

cemas, pucat, meringis menahan sakit serta tidak ada oedea dan

pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis, tidak

ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe, payudara tampak simetris kiri

dan kanan dan tidak ada bekas operasi pada abdomen.

HPHT 09 Januari 2022 dengan usia kehamilan 12-13 minggu,

perdarahan berupa bercak-bercak darah, rasa mules pada perut bagian

bawah pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pemeriksaan darah

rutin yang normal yaitu 12,2 gr%, plano test (+), golongan darah AB,

leukosit 6.660/mm3, eritrosit 2%, hematokrit 36,4%, trombosit

300.000/mm3.

Hasil penelitian akbar (2019) di Indonesia tahun 2018-2019, faktor

penyebab abortus di Indonesia diantaranya usia ibu, paritas, anemia,

nutrisi, riwayat abortus, pekerjaan ,kelelahan, jarak kehamilan, usia

kehamilan, penyakit, antenatal care, kejiwaan, antiseptic, indek masa

tubuh, pendidikan, status perkawinan, gravida, rokok, pelayanan

kesehatan, riwayat persalinan, kontrasepsi, dan hormone (Akbar, 2019).

85
Pasien mengatakan hanya selama kehamilanya hanya sekali

memeriksakan kehamilan untuk melakukan test pack, pasien mengatakan

tidak pernah mengalami trauma selama kehamilan, pasien tidak memiliki

riwayat penyakit hipertensi, asma, jantung, dan diabetes, riwayat

mengonsumsi obat-obatan selama hamil juga tidak ada. Selama hamil

nutrisi pasien terpenuhi dengan baik namun pasien mengatakan sebelum

keluar darah dari kemaluan pada tanggal 07 januari ibu membantu

suaminya berjualan dipasar dan melakukan aktivitas yang cukup berat,

istirahat cukup.

Menurut hasil penelitian Arvina, dkk, 2020, menjelaskan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian

abortus. Pekerjaan merupakan symbol status seseorang dimasyarakat,

pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan

yang diinginkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang menunukan penyebab karyawati mengalami abortus

karena faktor aktivitas pekerjaan yang berdampak pada kelelahan.

Klelahan karena bekerja, kelelahan karena jarak rumah yang jauh, nutrisi

yang tidak sehat. Jenis pekerjaan yang sebaiknya dihindari ketika hamil,

misalnya para wanita yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli di

laboratorium, juru masak sering kali memiliki resiko apabila yang

bersangkutan harus duduk atau berdiri berjam-jam (Arvina, dkk, 2020).

86
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala

yang timbul pada kasus abortus imminens. Hal ini membuktikan bahwa

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

B. Interpretasi Data

Interpretasi data adalah langkah kedua yang dilakukan untuk

mengidentifikasi yang benar terhadap diagnosis/masalah dan kebutuhan

klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah

dikumpulkan (Rismalinda, 2014).

Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny”y”

G2P1A0H1 umur 24 tahun usia kehamilan 12-13 minggu dengan abortus

imminens. Masalah dari kasus ini adalah Ny”Y” merasa cemas terhadap

kehamilanya karena mengeluarkan darah dari jalan lahir dan rasa mules

pada perut bagian bawah.

Kebutuhan yang diperlukan oleh Ny”Y” yaitu informasikan hasil

pemeriksaan, perawatan pada abortus imminens, melakukan bedrest total,

penuhi kebutuhan nutrisi dan berikan dukungan moril kepada ibu.

C. Diagnosa Potensial

Menurut Rismalinda (2014), diagnosa potensial digunakan untuk

mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang telah didefinisikan.

Pada kasus Ny”Y” dengan abortus imminens diagnosa potensial

yang ditegakan adalah abortus insipiens, tetapi tidak terjadi karena

87
mendapatkan perawatan yang intensif yang cukup cepat dan tepat oleh

tenaga kesehatan.

Pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens diagnosa potensial

yang kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah abortus

inkomplit (Rukiyah, 2014).

Berdasarkan data diatas, pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek di lahan.

D. Tindakan Segera/ Kolaborasi

Tindakan segera adalah data baru dikumpulkan dan dievaluasi

kemungkinan bisa terjadi kegawatdaruratan dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak

(Rismalinda, 2014).

Pada Ny”Y” tindakan segera yang diberikan yang diberikan yaitu

menganjurkan ibu untuk bed rest total ditempat tidur dan kolaborasi

dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi berupa: infus RL 20 tts/i, inj.

Ceftriaxone 2x1 gr/12 jam, asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet per oral,

asam folat 1x1 tablet.

Menurut Rukiyah (2014), pada abortus imminens tindakan segera

yang dilakukan pada kasus abortus imminens adalah bed rest total

(istirahat). Serta melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk

memberian sedative, tikolisis dan progesterone, preparat hematimik

(Maryunani, 2009).

Berdasarkandata diatas, pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik di lahan.

88
E. Rencana Tindakan Asuhan

Pada kasus Ny”Y” penulis merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosa/ masalah yang dilakukan di rumah sakit

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini, informasi

data yang tidak lengkap dapat dilengkapai yaitu sebagai berikut: cuci

tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan klien, mendengar

keluhan, menjelaskan keadaan yang dialami, memberikan otivasi,

menganjurkan untuk beristirahat yang teratur, pemeriksaan laboratorium.

Pada kasus Ny”Y” dengan abortus imminens perencanaan yang

dilakukan dari tanggal 08 sampai dengan 11 April yaitu beritahu ibu dan

keluarga hasil pemeriksaan, anjurkan ibu untuk bed rest total, anjurkan

ibu untuk tidak berhubungan seksual dahulu, anjurkan ibu untuk makan-

makanan yang bergizi, anjurkan ibu utuk menjaga kebersihan

genitalianya, beri dukungan moril terhadap ibu dan keluarga, olaborasi

dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi.

Rencana asuhan kebidanan selanjutnya yaitu melakukan

pemantauan selama dirawat di rumah sakit untuk menentukan keadaan

pasien apakah nyeri pada perut bagian bawah dan pengeluaran darah dari

vagina berhenti atau tidak.

Menurut nugroho (2011), asuhan kebidanan yang dilakukan untuk

abortus imminens yaitu istirahat ditempat tidur agar aliran darah ke uterus

meningkat dan rangsangan mekanik berkurang, pemeriksaan USG,

pasien boleh pulang setelah perdarahan pervaginam berenti dengan hasil

pemeriksaan kehamilan baik, bila perlu diberi penenangphenobarbital

89
3x30 mg/hari, dan spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik per

infus atau per oral, menganjurkan untuk control kembali 2 minggu

kemudian.

Rencana tindakan asuhan sudah disusun berdasarkan diagnosa/

masalah yang ada, hal ini menunjukan tidak adanya kesenjangan antara

tinjauan teori manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus

dilahan praktek.

F. Implementasi Asuhan Kebidanan

Menurut Nugroho (2011), pelaksanaan asuhan kebidanan yang

dilakukan untuk abortus imminens yaitu istirahat ditempat tidur tidur agar

aliran darah ke uterus meningkat dan rangsangan mekanik berkurang,

pemeriksaan USG, pasien boleh pulang setelah perdarahan pervaginam

berenti dengan hasil pemeriksaan kehamilan baik, bila perlu diberi

penenangphenobarbital 3x30 mg/hari, dan spasmolitika misalnya

papaverin atau tokolitik per infus atau per oral, menganjurkan untuk

control kembali 2 minggu kemudian.

Pada kasus Ny”Y” dengan abortus imminens, pelaksanaan yang

diberikan meliputi memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan yang dilakukan, menganjurkan ibu untuk bed rest total

ditempat tidur, menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seksual

terlebih dahulu, menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi

seimbang, menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genitalianya,

memberikan dukungan moril terhadap ibu dan keluarga bahwa kehamilan

ibu masih dapat dipertahankan, serta melakukan kolaborasi dengan dr.

90
SpOG untuk pemberian terapi: infus RL 20 tts/I, inj. Ceftriaxone 2x1

gr/12 jam, asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet per oral, asam folat 1x1.

Pada hari kedua yaitu pada tanggal 09 April 2022 dengan abortus

imminens melanjutkan infus RL 20 tts/I, melanjutkan pemberian inj.

Ceftriaxone 2x1 mg/12 jam, asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet per oral,

asam folat 1x1 tablet per oral, memantau tanda-tanda vital, Keadaan

umum ibu ditandai dengan ttv dalam batas normal. Tetap memberikan

konseing untuk ibu mengonsumsi makan yang bergizi, personal hygine

yaitu dngan menjaga kebersihan dirinya dan genitalia, mengganti

pembalut, istirahat yang cukup yaitu menganjurkan ibu tidur siang 1-2

jam dan malam 6-7 jam, mengingatkan kepada ibu untuk teratur

mengonsumsi obat yang telah diberikan.

Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan

hambatan, karena seluruh hambatan yang diberikan sudah berorientasi

pada kebutuhan klien.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Menurut Riamalinda (2014), tujuan evaluasi yaitu melakukan

evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah

teridentifikasi didalam masalah dan diagnosis.

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan

kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan membandingkan data

yang dikumpulkan dengan kriteria yang diitenfifikasikan, memutuskan

91
apakah tujuan telah dicapai atau tidak tidak dengan tindakan yang sudah

diimplementasikan. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses

manajemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah

teratasi tanpa adanya komplikasi.

Hasil asuhan pada Ny”Y” dengan abortus imminens setelah

dilakukan perawatan dirumah sakit selama 4 hari didapatkan hasil

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pengeluaran pervaginam

sudah tidak ada flek-flek darah berwarna merah kecoklatan dan sudah

tidak ada rasa mules pada perut bagian bawah ibu.

Studi manajemen asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus

Imminens tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi

tinjauan pustaka. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan tinjauan

pustaka dan studi kasus Ny”Y” serta garis besar tidak ditemukan

kesenjangan.

5.2 Keterbatasan Asuhan

Pada saat memberikan asuhan, terdapat sedikit hambatan yaitu waktu

pengambilan pasien untuk studi kasus bertepatan dengan jadwal kuliah yang

dalam hal itu tentunya membuat penulis sedikit kesulitan untuk membagi

waktu dalam pengambilan data terhadap pasien dilapangan, namun dengan

usaha dan keberanian hal itu tidak begitu mengganggu penulis memberikan

asuhan dan tetap berjalan dengan baik. Pihak rumah sakit pada dasarnya juga

92
dengan senang hati memberikan izin selagi hal tersebut sudah diizinkan oleh

pihak kampus dan instaldik Rumah Sakit.

93
BAB VI
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengamatan langsung tentang asuhan

yang diberikan pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens. Asuhan

kebidanan yang diberikan pada Ny”Y” di Rumah Sakit Tentara dr. Reksodiwiryo

Padang Tahun 2022 sudah sesuai teori dan SOP (PMK NOMOR

HK.02.02/MENKES/ 514/ 2015 tentang panduan Praktik Klinis Dokter di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer). Selain itu, dari penatalaksanaan kasus,

saya dapat menarik kesimpulan, dari pengkajian dan intervensi data serta analisa

maka diagnosa yang ditegakan pada Ny “Y” ibu hamil dengan abortus imminens.

6.1 Kesimpulan

1. Dari pengkajian data

subjektif yaitu ibu mengatakan keluarnya darah dari kemaluan sejak tadi

pagi tanggal 08 April pukul 06. 45 WIB, disertai dengan rasa mules pada

perut bagian bawah, pada usia kehamilan 12-13 minggu sesuai dengan

teori merupakan abortus karena perdarahan dari uterus pada kehamilan

kurang dari 20 minggu.

2. Pengkajian data objektif

dengan melakukan pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang didapatkan hasil keadaan umum ibu lemah,

kesadaran composmentis hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas

normal, hasil USG oleh dokter obgyn terdapat kantong kehamilan dan

janin masih utuh, kehamilan ibu masih dapat dipertahankan.

94
3. Analisa sesuai dengan

data subjektif dan objektif maka diagnosa yang dapat ditegakan sesuai

dengan teori yaitu abortus imminens karena masih terdapat kantong

kehamilan dan janin masih bisa dipertahankan.

4. Penatalaksanaan yang

dilakukan pada kasus abortus imminens ini adalah observasi keadaan

umum, tanda vital, observasi perdarahan, bed rest total, pemenuhan

kebutuhan nutrisi, istirahat yang cukup, dukungan moril terhadap ibu dan

keluarga, dan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk terapi yang diberikan.

6.2 Saran

1. Bagi Penulis

Dengan adanya laporan studi kasus ini diharapkan penulis dapat

menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur yang

benar.

2. Bagi Klien

a. Menganjurkan

kepada klien untuk banyak istirahat

b. Menganjurkan ibu

untuk makan dengan gizi seimbang

c. Menganjurkan

kepada ibu untuk mengonsumsi obat secara teratur

d. Menganjurkan

kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan genitalia.

3. Institusi Pendidikan

95
Penulis mengharapkan laporan studi kasus ini bisa menjadi bahan bacaan

pustaka di Universitas Baiturrahmah Padang.

4. Bagi Bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang professional sehingga dapat berperan dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI), oleh karena itu bidan harus

meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui

program pendidikan, pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang

berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK).

b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu

manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat

yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan

berbagai kasus.

5. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada institusi pelayanan di Rumah Sakit Tentara dr.

Reksodiwiryo Padang dapat menerapkan manajemen kebidanan sesuai

dengan asuhan dan masalah pada pasien, sehingga pasien merasa puas

dengan asuhan yang diberikan.

96
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Aidil, 2019. Faktor Penyebab Abortus di Indonesia Tahun 2010-2019:


Studi Meta Analisis. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatra Utara. Medan.

Citra, Sari. 2020. Hubungan antara Umur dan Paritas dengan Kejadian Abortus
Imminens. Vol 10, No.1, Diakses pada tanggal 10 Januari 2022

Dinas Kesehatan Kota Padang. PRofil Kesehatan Kota Padang: Dinkes Kota
Padang

Dr. Nugroho Tufik. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rosadi, E. Fitriyani & M. Hidayat. 2019. Faktor-Faktor yang Berhubungan


Dengan Kejadian Abortus di RSUD Raden Mattaher Privinsi Jambi. Vol 8.
No 2, Diakses pada tanggal 27 Januari 2022

Fitri, Nuri. 2017. Hubungan Usia Dan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian
Abortus. Vol.1, No.1. Diakses pada tanggal 23 Januari 2022

Jayani, I. (2017). Tingkat Usia dan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus,
Vol, 1. No, 1. Diakses Padata Tanggal 23 Januari 2022

Salsabila dan Reni. 2018. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus.
Daiakses pada tanggal 4 Januari 2022

Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Hutapea, Marta. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus. Vol


1 No. 1. Diakses pada tanggal 23 Januari 2022

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses Pada Tanggal 10 Januari 2022

Lisnawati, lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Medika

97
Martaadisoebrata, Djamhoer 2017. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maryunani dan Eka, 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Trans Info Medika

Nur Sholihah dan Ira Sukyanti. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan
Abortus Imminens. Diakses pada tanggal 4 Januari 2022

Prawirohardjo, 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Purwaningrum, Elisa. 2017. Faktor Resiko Kejadian Abortus Spontan. Diakses


pada tanggal 23 Januari 2022

Pratiwi, D. 2019. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens Di Rumah


Sakit Umum Mitra Medika Medan Tahun 2017

Rangkuti, L. F., Sanusi, S.R. & Lutan, D. (2029) Penyakit Ibu Terhadap Kejadian
Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Padang Sidimpuan.
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti, Lia, 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Trans Info Medika.

Salsabila dan Reni. 2018. Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Abortus.
Diakses pada Tanggal 4 Januari 2022

98
99

Anda mungkin juga menyukai