Pengukuran Laba Kelompok 11
Pengukuran Laba Kelompok 11
Pengukuran Laba Kelompok 11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengukuran Laba
Pengukuran laba adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengukur dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba
rugi. laba (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa
mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. 5 Alasan
yang mendasar mengapa pengukuran laba memimbulkan masalah bagi akuntan
adalah karena tidak adanya definisi yang tepat mengenai laba, faktor penting
lainnya adalah karena perlu dibuatnya keputusankeputusan atai berbagai hal
dalam usaha untk mencapau pengukuran tersebut. Dengan demikian penelitian
yang sungguh-sungguh diarahkan kepada penetapan laba itu, tiga pendekatan
yang banyak dikenal pada pengukuran laba adalah :6 1. Pedekatan Tansaksi
(Cash Basis) Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya
transaksi dan kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan
pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan
biaya. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas
dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan
misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode serta perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang
diakui secara objektif. 2. Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis) Dalam
pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan perusahaan dan bukan sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini
paralel dengan konsep penghimpunan sebagai basis akrual pendapatan. Dengan
konsep ini, laba dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan
dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan,
dan pengumpulan kas) walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara
real. Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam membantu management
melakukan analisis internal seperti mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap
kegiatan operasional perusahaaan. 3. Pendekatan Pertahanan Kapital (Capital
Maintenance Concept) Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah
kapital awal dapat dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas
dasar konsep mempertahankan kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih
dahulu mengenai konsep laba dan kapital. Dalam konsep mempertahankan
kemakmuran, kapital (capital) artian luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi
kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa memperhatikan siapa
yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefinisikan laba sebagai
berikut : Laba (income) adalah perubahan dalam kapital perusahaan diantara
dua titik waktu yang berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena
investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan
dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada skala pengukuran tertentu (p.
194) Sementara Hendrikson (1989) mengartikan kapital laba sebagai berikut :
Laba adalah aliran jasa sepanjangperiode waktu. Kapital adalah persediaan
kemakmuran (the embodiment of future services), dan laba merupakan aliran
kemakmuran yang dapat dinikmati selama satu periode tertentu (p. 142) Dari
pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai
tingkat kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di
konsumsikan (dinikmati) selama satu periode, tanpa mengurangi tingkat
kemakmuran sebelumnya. Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih
antara tingkat kemakmuran pada akhir periode dengan tingkat kemakmuran
pada awal periode [ Laba = total aktiva neto (akhir periode)- kapital yang
diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan
konsep mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance
concept). Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto
(networth) atau aktiva neto. Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi
pada skala pengukuran tertentu. pengukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh
nilai (unit pengukur), jenis kapital, dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap
ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang
diperoleh. C. Elemen Laba Laba dapat dijadikan untuk menilai keberhasilan
perusahaan. Pengukuran terhadap laba tidak akan memberikan informasi yang
bermanfaat bila tidak menggambarkan sebab-sebab timbulnya laba. Ada dua
konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba perusahaan, yaitu7 : 1.
Konsep Laba Periode (Earnings) Konsep laba periode dimaksudkan untuk
mengukur efisiensi suatu perusahaan. Efisiensi berhubungan dengan
penggunaan sumber-sumber ekonomi perusahaan untuk memperoleh laba.
Konsep laba periode memusatkan perhatiannya pada laba operasi periode
berjalan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Oleh karena itu, yang
termasuk elemen laba adalah peristiwa atau perubahan nilai yang dapat
dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan periode
berjalan. 2. Laba Komprehensif (Comprehensif Income) FASB dalam SFAC
No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba komprehensif
adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode,
yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber
yang berasal dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas
seluruh perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi operasi. FASB
menjelaskan bahwa alasan utama digunakannya istilah laba komprehensif
adalah untuk membedakan laba komprehensif dengan laba periode. D. Tujuan
Pelaporan Laba Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara
akrual. Pengertian seperti ini akan memudahkan dalam pengukuran dan
pelaporan laba secara obyektif, dan bermakna sebagai pengukur kembali atas
investasi dari pada sekedar perubahan kas. Berdasarkan pengertian dan cara
pengukuran laba akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai:8 1.
Perhitungan Pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima
Negara. 2. Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan
yang akan ditahan dalam perusahaan. 3. Untuk menjadi pedoman dalam
menentikan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan. 4. Untuk
menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang. 5. Untuk menilai prestasi atau kinerja
perusahaan. 6. Perhitungan Zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba
kepada Allah SWT melalui pembayaran Zakat kepada masyarakat.
Nida, Fitriatun, Yusnia Pohan, and Yuniasih Solifah. “Sistem Pengukuran Laba Dan
Modal (Teori Akuntansi).” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ahmad Dahlan Jakarta,
2014. http://ayunieblog.blogspot.com/2014/06/sistem-pengukuran-laba-danmodal-teori.html.
Apa saja yang menjadi tingkat kelemahan dari masing-masing konsep laba ?
Jawaban : Keduanya seimbang mengenai tingkat kelemahannya, hanya saja tergantung dalam
penerapannya. Pada konsep Sintaksis berfokus pada pendekatan transaksi (Cash Basis), pendekatan
kegiatan (Accrual Basis), dan pendekatan pertahanan kapital. Sedangkan pada konsep Semantik
berfokus pada pengukur kinerja, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik.
Jika melihat salah satu tujuan pengukuran laba yaitu untuk menilai prestasi atau kinerja
perusahaan, lalu bagaimana jika besarnya laba diikuti dengan besarnya utang perusahaan?
Bagaimana cara kita mengukur kinerja perusahaan? Apakah hal tersebut bisa dikatakan bahwa
perusahaan sudah baik prestasinya?
Jawaban : Untuk mengukur kinerja perusahaan pastinya ada beberapa langkah, tidak hanya
berfokus pada satu titik saja seperti pada tujuan pengukuran laba. Sehingga kalau hanya melihat dari
sisi ini “besarnya laba diikuti dengan besarnya utang perusahaan” saja belum bisa menyatakan
apakah kinerja perusahaan tersebut baik atau buruk. Seperti yang sudah dijelaskan pada mata kuliah
perencanaan keuangan syariah untuk mengukur kinerja perusahaan kita harus menganalisis
beberapa elemen, tidak fokus pada satu elemen saja
Dari ke tiga pendekatan dalam pengukuran data, pendekatan yang manakah yang lebih sering
digunakan? Berikan argumenya.
Jawaban : Dimasa kini pencatatan dengan accrual Basic paling sering dipilih untuk pencatatan
keunagan perusahaan. Pada umumnya sebuah bisnis akan memulai dengan metode akuntansi
berbasis kas karena kesederhanaannya, dan kemudian beralih ke metode akrual ketika mereka
tumbuh, karena memungkinkan analisis lebih mendalam terhadap keuangan bisnis. Dalam banyak
kasus, perusahaan dipaksa untuk beralih dari metode berbasis kas menjadi akrual karena berubah
dari pedagang tunggal menjadi perusahaan terbatas, atau karena meningkatnya omzet tahunan.
Bagaimana penerapan pengukuran laba pada ukm/usaha mikro kecil lainnya. Apakah sama
dengan perusahaan besar atau berbeda. Lalu apakah ada aturan khusus dalam PSAK yang mengatur
tentang pengukuran laba itu sendiri? Jawaban : Penerapan pengukuran laba pada ukm yaitu
menggunakan basis kas. Tentu saja berbeda, karena pada perusahaan-perusahaan besar
menggunakan basis akrul. Untuk PSAK mengenai pengukuran laba tidak ada.