Sucia's Skripsi - Revisi New - Mon 17 Oct 22
Sucia's Skripsi - Revisi New - Mon 17 Oct 22
Sucia's Skripsi - Revisi New - Mon 17 Oct 22
Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mecapai gelar sarjana (S1)
Disusun oleh:
Sucia Rinneke Faradhilah
2017310027
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat
dan karunia- NYA yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “Strategi Mitigasi Risiko Pada Proyek Pembangunan
Fasilitas Pendukung PT. Pertamina EP Field Jatibarang Dengan Pendekatan
Analytical Network Process (ANP)”.
Dalam proses penulisan skripsi serta penyelesaian studi strata satu (S1) di
Universitas Sahid Jakarta. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik dalam
bentuk kritik, waktu, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu sudah sepantasnya penulis menghantarkan ucapan terima kasih kepada:
1. Terimakasih kepada Ibu dan Saudari saya yang tidak henti – hentinya
memberikan do’a serta semangat yang dengan sabar menuruti keinginan
penulis, sehingga penulis bisa dengan lancar mengerjakan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ekaterina Setyawati, S.T., M.T. selaku pembimbing pertama yang
terus memotivasi saya dan memberikan dorongan yang kuat setiap hari
nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Serta
kesabaran dalam mengingatkann hal – hal kecil yang sering saya lupakan.
3. Ibu Lisa Ratnasari, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua yang dengan
sabar menasehati saya dan membantu saya dalam mengingatkan deadline
skripsi saya, sehingga saya bisa dengan tepat waktu menyelesaikan skripsi
saya.
4. Rekan-rekan seperjuangan Universitas Sahid Jakarta yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sehinga penulis makin termotivasi menyelesaikan
studi.
5. Staf ahli Proyek Pembangunan Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang.
6. Segenap Staff dan pengelola Jurusan Tekhnik Industri yang telah
menjadikan suasana perkuliahan yang kondusif untuk pengembangan
keilmuan.
ii
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang
perlu dilengkapi dan disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
v
2.9.2. Prinsip Dasar Analytical Network Process (ANP) .......................... 17
2.9.3. Bentuk Jaringan Dalam Analytical Network Process (ANP) .......... 18
2.9.4. Supermatrix Dari Sistem Feedback ................................................. 18
2.9.5. Langkah-Langkah Pengerjaan Analytical Network Process (ANP) 19
2.10. Super Decision Software.................................................................. 21
2.11. Rata-Rata Geometrik ....................................................................... 21
2.12. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 23
vi
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN .......................................................... 47
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
terjadi pada rentan sisa waktu proyek konstruksi ini. Perlunya melakukan analisa
risiko, dan memperhatikan prioritas risiko, akan tetapi tidak semua kendala bisa
diprediksi. Maka dapat dilihat pada kendala sebelumnya untuk mengidentifikasi
risiko tersebut berdasarkan dengan pendapat para ahli atau pakar atau pada
pengalaman yang terjadi sebelumnya pada proses poyek konstruksi tersebut.
Upaya untuk dapat melakukan mitigasi risiko yang tepat pada proyek
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang ini yang nantinya diharapkan dapat terselesaikan sesuai dengan
jadwal yang sudah ditetapkan. Salah satu metode yang tepat menurut Haastrup,
dalam menangani permasalahan keterkaitan antar kriteria satu dengan kriteria
lainnya dan dengan hubungan sub kriterianya, yaitu metode Analytical Network
Process (ANP) (Lryaning, 2018). Didalam penelitian ini dilakukan pendekatan
untuk mencari risiko – risiko yang paling utama dan tertinggi untuk dapat
menentukan urutan prioritas risiko – risiko yang terjadi agar selanjutnya dapat
dicari alternatif mitigasi risiko dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat
terhadap risiko tersebut. Dan beberapa metode analisis yang dapat digunakan utuk
mengidentifikasi potensi risiko salah satunya yaitu metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA) dalam penelitian ini dikarenakan dapat mengdeskripsikan
failure mode, mengidentifikasi failure mode dengan jelas, mengidentifikasi
dampak dibantu dengan failure mode standar data dengan pengambilan data
melalui data premier dan sekunder. Penggunaan metode ini diharapkan agar dapat
memprediksi proses yang mungkin mengalami kegagalan dalam upaya memenuhi
suatu spesifikasi dalam proses proyek konstruksi tersebut, dan menciptakan
perkiraan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada proses proyek
konstruksi ini. Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) tidak bisa
memperbaiki kegagalan, namun yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk
atau melakukan suatu upaya mitigasi agar risiko bisa kita maksimalkan seminim
mungkin.
Penelitian ini dilakukan pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT.
Pertamina EP Field Jatibarang dengan pelaksanaan proyek adalah Konsorsium
PT. Karyas Mas Energi – PT. Gerindo Dwidaya Energi Solusi (KKG) dalam
2
bentuk kontrak Engineering, Procurement, Construction and Comissioning
(EPCC).
3
1.4. Batasan Penelitian
Penulisan pada penelitian ini akan dibatasi dalam ruang lingkup
pembahasan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada pelaksanaan proyek Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang, dan mengkhususkan keterlibatan kontraktor secara
langsung pada proyek konstruki ini.
2. Pembahasan yang dilakukan adalah menganalisis indentifikasi risiko
yang tertinggi pada pelaksanaan proyek kegiatan Pembangunan
Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang.
4
BAB 5 Analisa dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai obyek penelitian,
penjelasan mengenai hasil pengambilan data yang didapat serta hasil
analisa.
BAB 6 Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang dihasilkan dari
keseluruhan penelitian ini. Kesimpulan yang diambil akan meliputi
keseluruhan hasil pengolahan data dan memberikan saran yang sesuai
dengan kondisi saat ini atau untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proyek
Berdasarkan Wyscoki dan McGary (2003) untuk memasukkan proyek
kedalam suatu prespective, dibutuhkan suatu definisi. Proyek sebenarnya
memiliki definisi yang sangat spesifik. Jika suatu kumpulan dari tugas atau
pekerjaan diselesaikan tidak menemui definisi sempurna, maka itu tidak bisa
disebut suatu proyek. Proyek adalah suatu sequence unik, kompleks, dan
serangkaian aktivitas yang mempunyai suatu sasaran dan tujuan dan bahwasanya
harus diselesaikan dengan kurun waktu tertentu dalam budget, dan sesuai dengan
spesifikasi.
6
Gambar 1. Empat Tahap Dalam Siklus Hidup Proyek
2.3. Risiko
Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, property atau keuntungan
finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield & Trugunarsyah, 1999). Secara
umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probability) terjadinya peristiwa
diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995).
Jadi hanya dengan memandang personal dari sudut pandang yang berbeda
akan mempengaruhi presepsi seseorang tentang risiko. Ada bermacam -macam
pengertian risiko, antara lain:
1. Risiko adalah suatu ancaman/peluang dimana dia dapat memberikan
akibat yang sangat tidak menyenangkan atau sebaliknya terhadap
pencapaian dari suatu proyek yang dibuat (Thelford, 1998, p.13).
2. Risiko adalah uncertainty yang telah didefinisikan, suatu konsep
sederhana, suatu cara berfikir menyeluruh dan perencanaan suatu
program atau proyek (Barkley, 2004, p.1).
3. Risiko adalah produk dari dua faktor: akibat yang diharapkan dari
suatu peristiwa dan kemungkinan peristiwa itu terjadi (Kendrick,
2003).
7
Dalam mendifinisikan risiko ada 2 komponen yang harus diperhatikan, yakni:
1. Likelihood
Likelihood atau probabilitas adalah kemungkinan terjadinya hazard event.
Hazard itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sumber potensial terjadinya
accident.
2. Impact
Impact atau yang disebut juga sebagai konsekuensi adalah hasil dari
terjadinya hazard event, yang mencakup kerusakan, kehilangan, kerugian
atau luka pada seseorang.
8
Terdapat beberapa versi yang menggambarkan tahapan yang dilakukan
dalam manajemen risiko. misalnya saja tahapan manajemen risiko berdasarkan
Project Management Body of Knowledge (PM Book) adalah:
1. Perencanaan risiko manajemen
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko secara kualitatif
4. Analisa risiko secara kuantitatif
5. Perencanaan respon terhadap risiko
6. Kontrol dan pengawasan terhadap risiko
9
Gambar 2. Langkah Penanganan Terhadap Resiko
10
1. Penyebab kegagalan yang berpotensial dari sistem, desain dan proses
selama siklus produksi.
2. Efek dari kegagalan tersebut.
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain
produk, dan proses.
Ada banyak ragam didalam rincian metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) (Sari, 2016), tetapi semua itu mempunyai tujuan untuk
mencapai:
1. Memahami serta memprediksi potensial kegagalan dari produk
ataupun proses yang dapat terjadi.
2. Memprediksi serta mengevaluasi pengaruh dari kegagalan pada
peranan dalam sistem yang ada.
3. Menampilkan prioritas terhadap perbaikan sesuatu proses ataupun sub
sistem melalui daftar kenaikan proses ataupun sub sistem uang wajib
diperbaiki.
4. Mengenali serta membangun tindakan perbaikan yang dapat diambil
untuk menghindari ataupun mengurangi kesempatan terbentuknya
potensi kegagalan ataupun pengaruh pada sistem.
5. Mendokumentasikan proses secara keseluruhan.
11
Menurut metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dilakukan
dengan melaksanakan tahapan, sebagai berikut :
- Melaksanakan pengamatan terhadap proes yang hendak diteliti.
- Melaksanakan identifikasi kemampuan mode kegagalan dari tiap
mode kegagalan protensial yang telah diidentifikasi.
- Menyusun catatan akibat dari potensi kegagalan dari tiap mode
kegagalan potensial yang telah diidentifikasi.
- Memastikan bobot kriteria severity untuk tiap mode kegagalan.
- Memastikan bobot kriteria occurance untuk tiap mode kegagalan.
- Memastikan bobot detection untuk tiap mode kegagalan ataupun
akibat yang ditimbulkan.
- Melaksanakan perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN) untuk
tiap mode kegagalan.
- Menyusun prioritas mode kegagalan bersumber pada nilai Risk
Priority Number (RPN).
- Menghitung hasil Risk Priority Number (RPN) selaku mode kegagalan
yang jadi prioritas untuk diminimalisir.
- Melaksanakan aksi perbaikan untuk menanggulangi kegagalan yang
paling diprioritaskan.
12
Potensial kegagalan atau risiko
Hazardous: with
mempengaruhi keamanan sistem dengan 9
warning
peringatan
Tidak dapat dioperasikan dengan
Very high kegagalan yang merusak tanpa 8
mengorbankan keamanan
13
High: Failures occur 1 kali terjadi setiap tiga hingga
9
almost as often as not empat hari
High: Repeated Failures 1 kali terjadi setiap minggu
8
14
Sangat jauh kemungkingan pengontrol
Very Remote 9
akan menemukan kegagalan
Jarang kemungkinan pengontrol akan
Remote 8
menemukan potensi kegagalan
Kemungkinan pengontrol untuk
Very Low 7
mendeteksi kegagalan sangat rendah
Kemungkinan pengontrol untuk
Low 6
mendeteksi kegagalan rendah
Kemungkinan pengontrol untuk
Moderate 5
mendeteksi kegagalan sedang
Kemungkinan pengontrol untuk
ModeratelyHigh 4
mendeteksi kegagalan agak tinggi
Kemungkinan pengontrol untuk
High 3
mendeteksi kegagalan tinggi
Kemungkinan pengontrol untuk
Very High 2
mendeteksi kegagalan sangat tinggi
Kegagalan dalam proses tidak dapat
Almost Certain terjadi karena telah dicegah melalui 1
desain solusi
15
High 121 < 200
Very High > 200
16
2. Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen – elemen yang akan
dibandingkan tidak memiliki perbedaan terlalu besar. Berikut skala
yang digunakan dalam Analytical Network Process (ANP) yang
diringkas pada tabel dibawah ini.
3. Aksioma
Adalah setiap elemen dan komponen yang digambarkan dalam
jaringan kerangka kerja baik hirarki maupun feedback.
17
1. Dekomposisi masalah – masalah yang dikumpulkan dengan
melakukan studi lapangan ketika penelitian sedang berlangsung
merupakan masalah yang sangat kompleks.
2. Penilaian komparasi prinsip ini diterapkan untuk melihat
perbandingan pasangan dari semua jaringan/hubungan/pengaruh yang
dibentuk dalam suatu kerangka kerja.
3. Komposisi hirarki atau sintesis prinsip ini diterapkan untuk
mengalikan prioritas lokal dari elemen – elemen dalam cluster dengan
prioritas global dari elemen induk.
18
Rumus Format Dasar Supermatrix
4. Membuat Supermatriks
Supermatriks terdiri dari tiga tahap, yaitu Supermatriks tidak berbobot
(Unweighted Supermatrix), Supermatriks berbobot (Weighted
Supermatrix), dan Supermatriks Limit (Limiting Supermatrix).
a. Unweighted Supermatrix
b. Weighted Supermatrix
20
c. Limiting Supermatrix
Rumus Geometrik
, = 0- .i
i%&
Rumus Logaritma
21
Keterangan:
G = rata-rata ukur (geometrik)
n = jumlah sampel
Π = kegunaannya hampir sama dengan Σ, bedanya Σ digunakan
untuk penjumlahan, sedangkan Π digunakan untuk
perkalian
xi = nilai sample ke-i
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 8: Peta Lokasi NFG Cemara Barat, NFG Cemara Selatan, dan Sistem Lift SKG
Kandanghaur Timur
23
2. Data sekunder
Data sekunder berupa data dan informasi dari kontraktor mengenai
profil proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat PT. Pertamina EP Field Jatibarang.
24
1. Mengumpulkan potensi risiko menggunakan metode brainstorming
serta depth interview terhadap responden ahli/pakar.
2. Melakukan penyortiran risiko, potensi risiko yang ditemukan disortir
dan dikelompokkkan menjadi kelompok – kelompok risiko yang
sejenis dan terkait.
25
memprioritaskan risiko dan membuat keputusan tentang tindakan
korektif. Untuk menghitung nilai Risk Priority Number (RPN) dapat
dengan menggunakan rumus:
26
Konstruksi Model Analytical Network Process (ANP) yang digunakan
dalam analisis Analytical Network Process (ANP) adalah dengan
menggunakan kriteria Benefit-Cost.
2. Kuantifikasi Model
Tahap kuantifikasi model menggunakan pertanyaan dalam kuesioner
Analytical Network Process (ANP) berupa pairwise comparison
(perbandingan pasangan) antar elemen dalam cluster untuk
mengetahui mana diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya
(lebih tertinggi) dan seberapa besar perbedaannya melalui skala
numerik 1-9.
3. Sintesis dan Analisis Bobot dan Prioritas Alternatif
Hasil atau sintesis jaringan Analytical Network Process (ANP) di
perangkat lunak super decisions untuk masing-masing termohon dapat
dihasilkan. Data kemudian di verifikasi kedalam Microsoft Excel
Worksheet.
3.4. Tahapan Penelitian
Berikut ini adalah Tahapan Penelitian dalam penelitian ini:
27
Latar Belakang Masalah
Strategi Mitigasi Risiko Pada Proyek Pembangunan Fasilitas
Pendukung PT Pertamina EP Field Jatibarang Dengan Pendekatan
Analytical Network Process (ANP)
Rumusan Masalah
1. Potensi risiko apa yang tertinggi pada proses kegiatan Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang.
2. Usulan strategi mitigasi terhadap risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
3. Mengusulkan mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada proses
kegiatan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang.
Tujuan Penelitian
1. Melakukan identifikasi risiko yang tertinggi pada proses kegiatan Pembangunan
Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field
Jatibarang.
2. Merumuskan strategi mitigasi risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
3. Usulan mitigasi yang tepat terhadap risiko yang tertinggi pada proses kegiatan
Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang.
Pengumpulan Data
1. Identifikasi Risiko
2. FMEA: Pemberian ranking Severity, Occurrence, Detection, dan menghitung Risk
Priority Number (RPN) dari masing-masing Risiko
3. Identifikasi Alternatif Aksi Penanganan/Mitigasi dari Risiko
4. ANP BC (Benefit & Cost): Pemberian rating perbandingan berpasangan terhadap
setiap kriteria dan alternatif
Kesimpulan
28
Gambar 11. Tahapan Penelitian
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa risiko pada proyek
Engineering Procurement Construction (EPC) dengan objek penelitan dalam studi
kasus ini adalah proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang milik PT. Pertamina EP.
Langkah terpenting dalam manajemen risiko adalah mengidentifikasi
risiko yang ada. Risk Breakdown Structure (RBS) telah diakui sebagai alat yang
berguna untuk penataan proses risiko. Risiko-risiko dalam Pembangunan Fasilitas
Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang
memiliki keterkaitan, demikian juga antara risiko dan sub risiko. Risk Breakdown
Structure (RBS) pada penelitian ini digunakan untuk mengindentifikasi risiko,
sedangkan Analytical Network Process (ANP) untuk menentukan bobot masing –
masing risiko, dari bobot tersebut ingin diketahui risiko yang tertinggi dalam
proyek ini.
29
Engineering, Procurement dan Construction sampai dengan Commissionning,
gambar dengan Plot Plan terlampir pada lampiran.
No Variabel Sub-variabel
Kekurangan Skill Labour
Kinerja Buruk
Tidak Mengerti Gambar
Produktivits Rendah
1 Risiko Pekerja Lapangan
Kekurangan Labour
Masalah Komunikasi
Kekurangan Alat Kerja
Keterlambatan Pembayaran Upah
Tanah Longsor
Banjir
2 Risiko Fisik
Hujan Lebat
Angin Kencang
Data Tanah Tidak Akurat
Keterlambatan Pemesanan Alat
3
Informasi Proyek Kesalahan Pengaturan Tanah Bekas Galian
Tidak Adanya Drawing Existing Plant
Kesalahan Pelaksanaan
4 Masalah Koordinasi
Proses Konstruksi Iklim Ekstrim Mengganggu Produktivitas
Keterlambatan Informasi Dari Perencana
Pekerjaan Tidak Tercantum Di BOQ
30
Keterlambatan Pihak Ketiga
Keterlambatan Kedatangan Material
Metode Kerja Kurang Mengerti
Kurang Kompeten
5 Engineering
Masalah Komunikasi Dan Koordinasi
Interface Antar Engineer Secara Daring
Keterlambatan Dokumen
6 Procurement Kurangnya Resources Vendor
Keterlambatan Dokumen Vendor
Adanya Aliran Air Bawah Tanah
Pile Tidak Sesuai (Tambahan)
7 Kondisi Aktual
Tanah Timbunan
Banyak Pipa Dan Kabel Eksisting
Ketidakjelasan Spesifikasi
Ketidaksesuaian Antara Gambar Dan Metode
Diperlukan Inovasi Metode Kerja
Kemungkinan Perubahan Desain
8 Desain Penyebab Risiko
Kesalahan Gambar
Detail Gambar Tidak Standar
Menyebabkan Kesalahan Estimasi Biaya
Scope Pekerjaan Tidak Jelas
31
Lapangan Keterlambatan pembayaran upah RPL2
Kekurangan labour RPL3
Kekurangan alat kerja RPL4
Tanah longsor RF1
2 Risiko Fisik Banjir RF2
Angin kencang RF3
Data tanah tidak akurat IP1
Keterlambatan pemesanan alat IP2
3 Informasi Proyek
Kesalahan pengaturan tanah bekas galian IP3
Tidak adanya drawing existing plant IP4
Kesalahan pelaksanaan PK1
Masalah koordinasi PK2
4 Proses Konstruksi
Iklim ekstrim mengganggu produktivitas PK3
Keterlambatan pihak ketiga PK4
Masalah komunikasi dan koordinasi E1
5 Engineering Interface antar engineer secara daring E2
Kesalah metode kerja E3
Keterlambatan dokumen TBE P1
6 Procurement Kurangnya resources vendor P2
Keterlambatan dokumen vendor P3
Adanya aliran air bawah tanah KA1
Pile tidak sesuai (tambahan) KA2
7 Kondisi Aktual
Tanah timbunan KA3
Banyak pipa dan kabel eksisting KA4
Ketidakjelasan spesifikasi DPR1
Desain Penyebab
8 Ketidaksesuaian antara gambar dan metode DPR2
Risiko
Kemungkinan perubahan desain DPR3
32
Gambar 13. Risk Breakdown Structure Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Coperssor di NFG Cemara Barat Fiel Jati Barang
33
Kriteria (Kelompok Risiko) Subkriteria (Risiko)
Risiko pekerja lapangan 4
Risiko fisik 3
Informasi proyek 4
Proses konstruksi 4
Engineer 3
Procurement 3
Kondisi actual 4
Desain penyebab risiko 3
Tabel 11. Jumlah Kriteria (Kelompok Risiko) Dan Sub Kriteria (Risiko)
34
4.4.1. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Pekerja Lapangan
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Pekerja Lapangan adalah sebagai
Tabel 12. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Pekerja Lapangan
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Process Mode Kegagalan
RPN
No Potential FailureEffects Potential Causes Current Controls
Step/Input Potensial
Terjadi kesalahan
Diadakan meeting rutin
Masalah pengaplikasian dari adanya pekerjaan repair Kurang adanya
1 sebelum melakukan
Komunikasi desain dan pekerjaan atau rework 8 komunikasi antar lini 7 5 280
pekerjaan
lapangan
Perusahaan mendapat
Keterlambatan kekurangan dalam tingkat Alokasi Danayang
2 Pekerja mogok kerja 8 5 Monitoring alokasidana 5 200
pembayaran upah kepercayaan sebagai kurang terstruktur
pelaksana
Melakukan rekrutmen
penundaan beberapa Keterlambatan progress Adanya minimum
3 KekuranganLabor pekerjayang memenuhi
aktivitas kerja pekerjaan requirementpekerja
7 5 minimum requirement 5 175
35
4.4.2. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Risiko Fisik
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Fisik adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Risiko Fisik
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Process
RPN
No. Potential Failure Mode Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls
Step/Input
36
4.4.3. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Informasi Proyek
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Informasi Proyek adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Informasi Proyek
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
No. Process Step/Input Potential FailureMode Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls
RPN
data tanah dari company
Data tanah tidak adanya perubahan adanya penambahan biaya melakukan soil
1 8 supply tidak sesuai dengan 4 6 192
akurat desain pondasi dan waktu investigasi ulang
aktual
Terjadi sistem tunggu Koordinasi Lead
Penundaan aktifitas
waktu proyek semakin padat menunggu karena aktivitas Construction dengan
Keterlambatan pekerjaanyang
2 dan menyebabkan adanya 7 satuterlambat membuat 4 Procurement dan 5 140
pemesanan alat menggunakan alat
sistem lembur aktivitas selanjutnyatidak melakukan perencanaan
berat
bisa dikerjakan penggunanaan alat.
menyebabkan crowded di Terjadi sistem tunggu
Kesalahan area konstruksi dikarenakan menunggu karena aktivitas
Keterlambatan Pengaturan alat kerjadan
3 pengaturan tanah tanah timbunan yang 7 satu terlambat membuat 4 6 168
pekerjaan tanah komunikasi antar lini
bekas galian menghalangi akses/mobiltas aktivitas selanjutnya tidak
alat maupun pekerja bisa dikerjakan
37
perubahan terhadap desain Berkoordinasi dengan
Tidak adanya Risiko bahaya pada Plant eksisting peralihan
4 rencana dan penambahan 7 3 pihak owner sebelum 7 147
drawing eksisting aktivitasproyek dari PGN
waktu dan biaya memulai pekerjaan
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Potential Failure Potential Failure
RPN
No. Process Step/Input Potential Causes Current Controls
Mode Effects
38
Keterlambatan Ketidaksiapan
Pemilihan menambah intensitas
Keterlambatan material yang vendor dan
4 vendor kurang 8 7 koordinasi antara vendor, 6 336
pihak ketiga berkaitan dengan berubahnya
maksimal kontraktor dan user
proyek spesifikasi
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Potential Failure Potential Failure
RPN
No. Process Step/Input Potential Causes Current Controls
Mode Effects
39
Keterlambatan terhadap Perubahan desain dari Menambah intensitas
Keterlambatan Keterlambatan
3 progress 8 pihak owner, terbatasnya 7 koordinasi antara vendor, 5 280
dokumen vendor pengadaan barang LLI
pekerjaan engineering vendor kontraktor dan user
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Potential
RPN
No. Process Step/Input Potential Failure Effects Potential Causes Current Controls
Failure Mode
40
Menambah intensitas meeting
Lokasi plant Tidak validnya data
Perubahan bersama owneruntuk
3 merupakan bekastanah Kenaikan pada biaya proyek 7 yang diberikan 8 4 224
metode kerja percepatan approval metode
timbunan owner
kerja
Tingkat Tidak validnya data Menambah intensitas meeting
Banyak terdapatpipa Membahayakan pekerja dan
4 keamanan pada 7 tanah yang 8 bersama owneruntuk 4 224
dan kabel eksisting pekerjaan menjadi kurang efektif
aktivitas kerja diberikan owner mengetahui fasilitas eksisting
41
4.4.7. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Desain Penyebab Risiko
Hasil Failure Mode Effect Analysis (FMEA) berdasarkan variabel Desain Penyebab Risiko adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Hasil FMEA berdasarkan variabel Desain Penyebab Risiko
OCCURRENCE
DETECTION
SEVERITY
Potential Failure
RPN
No. Process Step/Input Potential FailureEffects Potential Causes Current Controls
Mode
42
4.5. Klasifikasi Risiko Prioritas
Berdasarkan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) didapatkan nilai risk
priority number (RPN), yang selanjutnya akan disusun dengan menggunakan
pareto chart untuk mengetahui risiko mana yang paling signifikan. Berikut ini
adalah gambar dan tabulasi dari pareto chart:
90%
500
80%
70%
400
60%
40%
200
30%
20%
10%
100
0%
E3
PK1
PK4
DPR1
DPR3
RF1
RPL1
P1
P3
KA2
E2
RPL4
KA1
P2
KA3
KA4
DPR2
RPL2
IP1
RPL3
IP3
PK2
E1
IP4
IP2
RF2
RF3
PK3
G
amb
Pare
ar
14.
Gambar 15. Pareto Chart Risiko Keterlambatan Pelaksanaan Proyek
Dapat dilihat dari gambar Pareto Chart diatas terdapat risiko – risiko yang
merupakan risiko tinggi terdapat pada risiko Engineering dengan kode (E3), risiko
sedang terdapat pada Risiko Pekerja Lapangan dilambangkan dengan kode (RPL
4) dan risiko rendah terdapat pada risiko Proyek Konstruksi (PK2). Masing-
masing dari risiko yang sudah disebutkan merupakan contoh perwakilan hasil
klasifikasi risiko dari kategori risiko tinggi, risiko sedang dan risiko rendah.
43
Tabel 19. Hasil Tabulasi Pareto Chart
44
yang dapat menghambat pelaksanaan proyek. Kemudian ada 9 sub-variabel risiko
yang dapat diklasifikasikan sebagai risiko sedang atau sebesar 82%.
45
Risiko Kemungkinan perubahan desain DPR3 Risiko Tinggi
Setelah melalui tahap klasifikasi risiko dari hasil tabulasi pareto chart,
dapat dilihat dari tabel diatas dari setiap variabel (risiko), terdapat sub variabel
(sub risiko) beberapa didalam nya merupakan risiko tinggi, risiko sedang dan
risiko rendah. Dapat dilihat kembali dari tabel diatas contoh pertama pada variabel
Risiko Pekerja Lapangan, terdapat sub variabel didalamnya yang pertama yaitu
masalah komunikasi yang dimana termasuk dalam kategori risiko tinggi,
selanjutnya pada keterlambatan pembayaran upah termasuk dalam kategori
sedang, dan kekurangan labor termasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan tabel
diatas dengan melalui tahap klasifikasi risiko melalui tabulasi pareto chart, maka
dapat diketahui bahwa klasifikasi risiko tinggi dan risiko sedang telah mewakili
82% dari total risiko yang dapat menghambat pelaksanaan proyek, maka dari itu
sub variabel yang mewakili 82% dari risiko itu akan selanjutnya masuk kedalam
tahap penentuan rekomendasi mitigasi.
46
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
47
Dalam penelitian ini rekomendasi mitigasi risiko didapatkan dengan
melakukan brainstorming terhadap para tenaga ahli/pakar dalam proyek. Berikut
ini adalah rekomendasi mitigasi risiko dalam Pembangunan Fasilitas Pendukung
Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang:
Tabel 21. Rekomendasi Mitigasi Risiko Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang
perencanaan dan
Menyediakan budget untuk turap
4 Tanah longsor monitoring pekerjaan galian
(dinding penahan tanah)
tanah
Data tanah tidak Melakukan soil investigasi Melakukan soil investigasi ulang
5
akurat ulang
48
Meminimalisir interface secara daring
dengan membentuk tim khusus dan
Lead Engineer selalu
Interface Engineer ruangan khusus untuksarana
8 mecatat kegiatan interface
secaradaring konsinyering dan interface
engineer
antar engineer dari pihak kontraktor ke
pihak owner
Engineer melakukan survey
lapangan sebelum Meningkatkan intensitas meeting antar
Kesalahan metode
9 melakukan pekerjaan dan lini setiap sebelum memulai atau pada
kerja
menambah intensitas saat perencanaan proyek
meeting
Memastikan resources vendor yang
Menambah intensitas
Keterlambatan kompeten dan sesuai dengan requirement
10 koordinasi antara vendor,
dokumen TBE proyek sebelum/pada saat
kontraktor dan user
AANWIJZING
Mempercepat proses Memastikan resources vendor yang
Kurangnya resources dokumen TBE dan kompeten dan sesuai dengan requirement
11
vendor menambah resources proyek sebelum/pada saat
vendor AANWIJZING
Menambah intensitas Membuat SOP komunikasi antar lini
Keterlambatan
12 koordinasi antara vendor, untuk disiplin engineering dan
dokumen vendor
kontraktor dan user procurement
Mengadakan soil Mendapatkan informasi detail terkait
Adanya aliran air
13 investigasi ulang secara kondisi awal proyek pada
bawah tanah
mandiri saat AANWIJZING lapangan
Spunpile (pancang) Melakukan estimasi design
Mengadakan soil
tidaksesuai desain dengan melebihkan safety factor design
14 investigasi ulang secara
(tambahan guna antisipasi kekurangan tiang pancang
mandiri
perubahan) di lapangan
Menambah intensitas
Lokasi plant Mendapatkan informasi detail terkait
meeting bersama owner
15 merupakan bekas kondisi awal proyek padasaat
untuk percepatan approval
tanah timbunan AANWIJZING di lapangan
metode kerja
Menambah intensitas
Banyak terdapat Mendapatkan informasi detail terkait
meeting bersama owner
16 pipa dan kabel kondisi awal proyek padasaat
untuk mengetahui fasilitas
eksisting AANWIJZING di lapangan
eksisting
49
Menambah intensites
Mendapatkan informasi detail terkait
Ketidakjelasan koordinasi dan ketelitian
17 kondisi awal proyek pada saat
spesifikasi pada saat proses
AANWIJZING di lapangan
engineering
Menambah intensites Melakukan kordinasi dan kontrol antar
Ketidaksesuaian
koordinasi dan ketelitian engineering dan supervisi pada saat
18 antara gambar dan
pada saat proses sebelum memulai pekerjaan dan sesudah
metode kerja
engineering pekerjaan
Menambah intensites
Mendapatkan informasi detail terkait
Kemungkinan koordinasi dan ketelitian
19 kondisi awal proyek padasaat
perubahan desain pada saat proses
AANWIJZING di lapangan
engineering
Keterangan:
1. AANWIJZING adalah Suatu aktivitas pertemuan antara pemilik
tender dengan semua peserta tender yang lolos dalam seleksi tender.
2. Petty Cash adalah Dana yang digunakan untuk pembiayaan
operasional perusahaan maupun kebutuhan yang berkaitan dengan
aktivitas dari perusahaan.
50
Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada
RF 1
saat AANWIJZING di lapangan
51
(ANP) dengan menggunakan kriteria Benefit-Cost.
52
sama yaitu 0.21613. Selanjutnya pada kelompok risiko Desain Penyebab
Risiko atau dilambangkan dengan (DPR 1) mempunyai bobot nilai
0.13044. Dan masih dilanjutkan dengan kelompok risiko Desain Penyebab
Risiko atau dilambangkan dengan (DPR 3) dengan bobot nilai 0.10929.
Lalu pada kelompok risiko Procurement atau dilambangkan dengan kode
(P 1) mempunyai bobot nilai 0.10313. Dilanjutkan lagi dengan kelompok
risiko Kondisi Aktual atau dilambangkan dengan (KA 2) mempunyai
bobot nilai 0.07892. Lalu pada kelompok risiko Proses Konstruksi atau
dilambangkan dengan (PK 1) mempunyai bobot nilai 0.07298, dan
terakhir pada kelompok risiko Engineering atau dilambangkan dengan (E
3) mempunyai bobot nilai yang sama yaitu 0.07298.
Jadi pada bobot kriteria kelompok risiko benefit didalam metode
konstruksi Analytical Network Process (ANP) tantangan terbesarnya
adalah melakukan mitigasi yang tepat dan sesuai dengan jadwal. Jika
dilihat secara keseluruhan maka kelompok risiko pada Pekerja Lapangan
atau dilambangkan dengan kode (RPL) dan Risiko Fisik atau
dilambangkan dengan (RF) adalah kelompok risiko yang tertinggi.
Tantangan dalam proyek konstruksi ini dengan pengerjaan menggunakan
metode Analytical Network Process (ANP) adalah melakukan mitigasi
terhadap sub risiko mengenai masalah komunikasi, keterlambatan
pembayaran upah, kekurangan alat kerja, kekurangan labor, tanah longsor,
banjir dan angin kencang. Pada sub risiko tersebut menyebabkan pekerjaan
menjadi repair atau re-work dengan melakukan perkerjaan yang berulang
dan volume galian bertambah, hal ini menyebabkan penundaaan beberapa
aktivitas pekerjaan lapangan dan keterlambatan progress pekerjaan.
Risiko Pekerja Lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
mempunyai bobot nilai sebesar 0.23730. Jadi dalam hal ini kelompok
risiko pada kriteria kelompok cost menunjukan bahwa kelompok risiko
Pekerja Lapangan (RPL 1) merupakan kelompok risiko yang tertinggi
pada Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas Compressor di NFG
Cemara Barat Field Jatibarang. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok
53
Risiko Fisik atau dilambangkan dengan kode (RF) dengan bobot nilai yang
sama yaitu 0.23730. Selanjutnya pada kelompok risiko Proses Konstruksi
atau dilambangkan dengan (PK 1) mempunyai bobot nilai 0.0.14422 dan
masih dilanjutkan dengan kelompok risiko Engineering atau
dilambangkan dengan (E 3) dengan bobot nilai yang sama 0.14422. Lalu
pada kelompok risiko Procurement atau dilambangkan dengan kode (P 1)
mempunyai bobot nilai 0.08805. Dilanjutkan lagi dengan kelompok risiko
Kondisi Aktual atau dilambangkan dengan (KA 2) mempunyai bobot nilai
0.06191. Lalu pada kelompok risiko Desain Penyebab Risiko atau
dilambangkan dengan (DPR 1) mempunyai bobot nilai 0.5381, dan
terakhir masih dengan kelompok risiko Desain Penyebab Risiko atau
dilambangkan dengan (DPR 3) mempunyai bobot nilai 0.03319.
Jadi pada bobot kriteria kelompok risiko cost didalam metode
konstruksi Analytical Network Process (ANP) tantangan terbesarnya
adalah melakukan mitigasi yang tepat dan sesuai dengan jadwal.
Selanjutnya jika dilihat kembali secara keseluruhan masih sama pada
kelompok risiko pada Pekerja Lapangan atau dilambangkan dengan kode
(RPL) dan Risiko Fisik atau dilambangkan dengan (RF) adalah kelompok
risiko yang tertinggi. Tantangan dalam proyek konstruksi ini dengan
pengerjaan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP)
adalah melakukan mitigasi terhadap sub risiko tersebut mengenai masalah
komunikasi, keterlambatan pembayaran upah, kekurangan alat kerja,
kekurangan labour, tanah longsor, banjir dan angin kencang. Pada sub
risiko tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi repair atau re-work
dengan melakukan perkerjaan yang berulang dan volume galian
bertambah, hal ini menyebabkan penundaaan beberapa aktivitas pekerjaan
lapangan dan keterlambatan progress pekerjaan.
54
Gambar 19. Bobot Kriteria Kelompok Risiko Benefit
Gambar 17. Bobot Kriteria Kelompok Risiko BenefitGambar 18. Bobot Kriteria
Kelompok Risiko Cost
55
2. Risiko Fisik (RF)
Didalam kelompok risiko fisik ini terdapat pada risiko tanah longsor
yang menyebabkan galian tanah tertimbun kembali. Menyebabkan
volume galian bertambah dan keterlambatan pekerjaan pondasi. Untuk
strategi mitigasi yang dilakukan yaitu:
- Melakukan perencanaan dan monitoring pekerjaan galian tanah.
- Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek saat
AANWIJZING di lapangan.
- Menyediakan budget untuk turap (dinding penahan tanah).
3. Proses Konstruksi (PK)
Didalam kelompok risiko proses konstruksi terdapat pada risiko
kesalahan pelaksanaan yang mengakibatkan adanya pekerjaan
berulang dan penambahan waktu dan biaya. Untuk strategi mitigasi
yang dilakukan yaitu:
- Melakukan meeting sebelum pelaksanaan pekerjaan Proyek
konstruksi ini.
- Memastikan dokumen telah approval sebelum masuk ke lapangan
dalam kelompok risiko proses kontruksi terdapat kelompok risiko
yaitu pada keterlambatan pihak ketiga, karena pemilihan vendor
kurang maksimal menyebabkan keterlambatan material yang
berkaitan dengan proyek. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
a. Menambah intensitas koordinasi antara vendor, kontraktor dan
user dalam proses pembangunan proyek konstruksi ini.
4. Engineering (E)
Didalam kelompok risiko pada engineering terdapat kelompok risiko
yaitu risiko kesalahan metode kerja pada pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi dan menyebabkan penambahan biaya dan waktu.
Untuk strategi mitigasi yang dilakukan yaitu:
- Engineer melakukan survey lapangan sebelum melakukan
pekerjaan dan menambah intensitas meeting.
56
- Melakukan koordinasi dan kontrol antar engineering dan
supervisi pada saat sebelum memulai.
5. Procurement (P)
Di dalam kelompok risiko pada procurement terdapat pada
keterlambatan dokumen Technical Bid Evaluation (TBE) atau
keterlambatan pengadaan barang yang menyebabkan keterlambatan
terhadap progress pekerjaan. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
- Menambah intensitas koordinasi antar vendor, kontraktor dan
user pada proses proyek konstruksi ini.
- Didalam kelompok risiko pada procurement terdapat pula risiko
lainnya yaitu pada risiko yang terjadi pada dokumen vendor,
menyebabkan keterlambatan progress pekerjaan. untuk strategi
yang dilakukan yaitu:
a. Mempercepat proses dokumen Technical Bid Evaluation
(TBE) dan menambah sourcing vendor.
6. Kondisi Aktual (KA)
Di dalam kelompok risiko pada kondisi aktual terdapat pada jumlah
pile tidak sesuai menyebabkan kesalah pada detail material dan
kenaikan pada biaya proyek. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan
yaitu:
- Mengadakan soil investigasi ulang secara mandiri pada saat
milestone proyek dimulai.
7. Desain Penyebab Risiko (DPR 1) dan (DPR 3)
Di dalam kelompok risiko pada desain penyebab risiko terdapat pada
risiko ketidakjelasan spesifikasi menyebabkan kesalahan pembelian
barang dan terjadi penambahan waktu dan biaya. Untuk strategi
mitigasinya yaitu:
- Menambah intensitas koordinasi dan ketelitian pada saat proses
engineering.
57
- Memastikan dokumen kontrak tidak ada perubahaan spesifikasi
atau informasi yang detail dan spesifik terhadap suatu barang
yang akan dibeli.
- Didalam kelompok risiko pada desain penyebab risiko terdapat
juga pada risiko kemungkinan perubahan desain yang
menyebabkan keterlambatan pekerjaan lapangan dan pekerjaan
berulang. Untuk strategi mitigas risiko nya yaitu:
a. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada
saat AANWIJZING di lapangan.
58
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi kesimpulan penelitian serta saran – saran mengenai hal
yang dapat dilakukan oleh pihak – pihak yang berkepentingan.
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian pada proses Pembangunan Fasilitas Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, disimpulkan sebagai berikut:
1. Risiko tertinggi dengan pendekatan Failure Mode Effect Analysis
(FMEA) didapat 10 risiko, yaitu: Masalah komunikasi, tanah longsor,
kesalahan pelaksanaan, keterlambatan pihak ketiga, kesalahan metode
kerja, keterlambatan dokumen TBE, keterlambatan dokumen vendor,
pile tidak sesuai, ketidakjelasan spesifikasi, kemungkinan perubahan
desain.
2. Pada risiko dengan pertimbangan berdasarkan kriteria benefit dengan
pendekatan Analytical Network Process (ANP) kelompok risiko yang
tertinggi pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, yaitu risiko
pekerja lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
selanjutnya ada risiko fisik atau dilambangkan dengan kode (RF 1).
3. Pada risiko dengan pertimbangan berdasarkan kriteria cost dengan
pendekatan Analytical Network Process (ANP) kelompok risiko
tertinggi pada proyek Pembangunan Fasilitas Pendukung Sistem Gas
Compressor di NFG Cemara Barat Field Jatibarang, yaitu risiko
pekerja lapangan atau dilambangkan dengan kode (RPL 1),
selanjutnya ada pada risiko fisik atau dilambangkan dengan kode (RF
1).
4. Strategi penanganan risiko tertinggi pada kriteria benefit pada risiko
pekerja lapangan (RPL 1) yaitu membuat Standard Operating
59
Procedure (SOP) komunikasi secara detail jelas dan terperinci,
sedangkan rekomendasi strategi mitigasi penanganan risiko fisik (RF
1) yaitu dengan mendapatkan informasi terkait kondisi awal proyek
pada saat AANWIJZING lapangan dan melakukan soil investigasi
ulang.
5. Strategi penanganan risiko tertinggi pada kriteria cost pada risiko
pekerja lapangan (RPL 1) yaitu melakukan meeting rutin sebelum
melakukan pekerjaan dengan membuat Standard Operating
Procedure (SOP) komunikasi yang jelas tepat dan detail antar lini
dilapangan, sedangkan rekomendasi strategi mitigasi penanganan
risiko fisik (RF 1) yaitu dengan melakukan perencanaan dan
monitoring pekerjaan galian tanah dengan menyediakan budget untuk
turap (dinding penahan).
6.2. Saran
6.2.1. Saran Untuk Kontraktor
Penelitian ini memberikan batasan hanya pada risiko terkait proses
konstruksi. Maka penelitian selanjutnya dapat menggali risiko – risiko
pada masing – masing divisi yang ada diorganisasi kontraktor maupun
owner, baik aspek manajemen, scheduling, financial, dan aspek lainnya.
Beberapa saran dapat dikembangkan oleh pelaksana proyek
Pembangunan Fasilitas Sistem Gas Compressor di NFG Cemara Barat
Field Jatibarang, yaitu:
1. Pelaksanaan proyek perlu mengembangkan model evaluasi dan
controlling yang comprehensive dan terintegrasi.
2. Sebaiknya kontraktor lebih jeli dan cermat ketika mendapatkan proyek
yang berupa pengembangan fasilitas eksisting karena faktor yang
tertinggi pada proyek ini seperti tidak cukupnya informasi yang
didapatkan dan kurangnya komunikasi antar lini didalam organisasi
kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan dan kerugian.
60
3. Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terkait aspek finansial dengan perbandingan tingkat keyakinan dan
kepentingan antara metode rasio benefit – biaya (Benefit – Cost –
Ratio) dan analisa risiko yang dipergunakan sehingga keputusan yang
diambil lebih solid dan kuat.
4. Aspek quality dengan metode lainnya seperti metode House of Risk
(HOR) atau House of Quality (HOQ) sehingga dapat meminimalisir
cacat pada produk.
61
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, S. (2007). Manajemen Risiko Perencanaan SDM Pada PT.X Skripsi Teknik
Industri. Depok: Universitas Indonesia.
(2016). Analisis Keputusan dan Data Mining Materi Praktikum. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Arikunto, & Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asiyanto. (2008). Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. Jakarta: UI-Press.
Darmawan, A. (2011). Perancangan Pengukuran Risiko Operasional pada
Perusahaan Pembiayaan dengan Metode Risk Breakdown Structure (RBS)
dan Analytical Network Process (ANP). Depok: Universitas Indonesia.
Darmawi, H. (2005). Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
Flanangan, R., & Norman, G. (1993). Risk Management and Construction.
Australia: Blackwell Science.
Hawari, K. (2009). Identifikasi Risiko Pada Tahap Konstruksi Bangunan
Bertingkat 4-20 Lantai di Jabodetabek dari Sudut Pandang Kontraktor.
Depok: Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Hillson, D. (2002). The Risk Breakdown Struckture (RBS) as an Aid to Effective
Risk Management (Vol. 5th European Project Management Conference).
Husein, A. (2011). Manajemen Proyek. Yogyakarta: Andi Offset.
I.S Haq, D. A., & Batubara, R. (2021). Penggunaan Metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) dalam Identifikasi Kegagalan Mesin untuk Dasar
Penentuan Tindakan Perawatan di Pabrik Kelapa Sawit Libo. Bandung:
Program Studi Teknologi Pengolahan Sawit Fakultas Vokasi Institut
Teknologi Sains Bandung.
Iriani, N. (2008). Analisa Risiko Pekerjaan Tanah dan Pondasi pada Proyek
Bangunan Gedung di Jabodetabek Skripsi Teknik Sipil. Depok:
Universitas Indonesia.
Kartam, N., & Kartam, S. (2001). Risk and its Management in the Construction
Industry: A Contractor Perspective. International Journal Project
Management Vol.19 No.6, 325-335.
Kazimieras, E. (2010). Multi-cirteria Risk Assessment of a Construction Project.
Lithuania: Vilnius Gediminas Technical University.
62
Kianggoen, D. (2016). Pemilihan Vendor Ekspedisi Pt. Asia Cakra Ceria Plastik
Di Pulau Jawa Dengan Model Analytical Network Process (ANP).
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Maharani, G. R. (2011). Manajemen Risiko, Biaya dan Waktu pada Pekerjaan
Struktur Bawah dari Proyek Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi di
Jakarta, Skripsi Teknik Sipil. Depok: Universitas Indonesia.
Mega, N. P. (2014). Analisis Risiko Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol
Benowo-Bandara Nusa Dua. Denpasar: Universitas Udayana.
PMI. (2008). A Guide to The Project Management Body of Knowledge.
Pensylvania: Project Management Institute.
Pradhityo, R. (2005). Identifikasi Risiko Penyimpangan Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Material pada Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat.
Depok: Universitas Indonesia.
Project Management Body of Knowledge (Vol. 7th edition). (2021). Project
Management Institute.
PT.PP (Peseo). (2008). Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan dan Sipil.
Surabaya.
Raftery, J. (1994). Risk Analysis in Project Management. New York: Routledge.
Rahman, M., & Kumaaswamy, M. (2002). Construction Management and
Economics. In Joint Risk Management Through Transactionally Efficeint
Relational Contracting (pp. 45-54).
Ramadhan, M. (2017). Usulan Penentuan Vendor Peserta Lelang Menggunakan
Metode Analytical Network Process (ANP) di PT. PINDAD (Persero).
Bandung: Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha.
Ravi, V. (2005). ANp and Balanced Scorecard Approach. In Analyzing
Alternatives in Reverse Logistics for End-of-Life Computers (pp. 340-341).
Elsevier.
Rusydiana, A., & Devi, A. (2013). Analytical Netwrok Process: Pengantar Teori
dan Aplikasi. Smart Publisher: Bogor.
Saaty, R. W. (2004). Validation Examples for The Analytic Hierarchy Process
and The Analytic Network Process MCDM. Cana Whstler B.C: Canada.
Saaty, T. L. (2008). The Analytic Hierarchy and Analytic Network Measurement
Processes. 1 No.1, 122-196.
63
Saaty, T. L., & Vargas, L. G. (2006). Decision Making with The Analytic Network
Process. USA: Springer Science.
Santosa, B. (2009). Manajemen Proyek. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shen, L. (1997). Project Risk Management in Hong Kong. International Journal
of Project Management, 15, 101-105.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Siswanto. (2008). Analisa Risiko Proyek Pembanguinan Dermaga Multi Purpose
Teluk Lamongan Surabaya Dari Persepsi Kontraktor. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Suwandi, P. A. (2010). Kajian Manajemen Risiko pada Proyek dengan Sistem
Kontrak Lumpsum dan Sistem Kontrak Unit Price (Studi Kasus Pada
Proyek Jalan dan Jembatan, Gedung, Bangunan Air) Thesis Magister
Teknik. Semarang: Universitas Diponegoro.
Suwarno. (2007). Perencanaan Ulang Basement Gedung Hi-Tech Centre Surabaya
Dengan Dinding Penahan Tanah Model Modified Diaphragm Wall Dan
Pondasi Utama Bell-Shaped Bored Pile. Jurnal Teknologi dan Rekayasa
Sipil, Surabaya.
Tanjung, H., & Devi, A. (2013). Metode Penlitian Ekonomi Islam. Jakarta:
Gramatika Publishing.
Trisiana, A. (2007). Analisa Faktor Risiko Waste pada Proyek Konstruksi
Gedung. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Trisna, I. G. (2015). Analisa Risiko Pembangunan Underpass Dewa Ruci.
Denpasar: Universitas Udayana.
Well-Stam, V., Lindenaar, F., Kinderen, V., & Bunt, B. v. (2004). Project Risk
Management: an Essential Tool for Managing and Controlling Projects.
London: Kogan Page.
Williams, T. (1993). Risk Management Infrastructures. International Journal of
Project Management.
Yu, R., & Gwo-Hsiung, T. (2006). A Soft Computing Method for Multi-criteria.
In Decision Making with Depedencies and Feedback (p. 3). Elsevier Inc.
Zainal, N., & N, S. R. (1995). Pondasi. Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik Bandung, 85.
64
Zhi, H. (1995). Risk Management for Overseas Construction Project.
Internationla Journal of Project Management, 231-237.
65
Lampiran 1: Kuisioner FMEA
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :……………
Posisi/Jabatan : … … … … …
Alamat :……………
Petunjuk pengisian
Berikut ini adalah pentunjuk (tatacara) pengisian formulir penelitian untuk metode
Failure Mode Effect Analysis (FMEA), mohon diisi dengan sebenar – benarnya.
Berilah tanda nilai yang sesuai menurut anda, berdasarkan kategori serta skala
perbandingan yang telah diklasifikasikan untuk setiap aspek/severity, occurance
dan detection.
FMEA
(1
(1 -
OCCURRENCE
-
DETECTION
SEVERITY
RPN
Mode Potential
No. Process Step/Input Kegagalan Failure Potential Causes Current Controls
Potensial Effects
1 Masalah Terjadi adanya Kurang adanya Diadakan R
Komunikasi kesalahan pekerjaanrepair komunikasi antar meetingrutin ca
TIDAK PERLU DIISI
pengaplikasian atau rework lini sebelum 0
dari desain dan melakukan 4
pekerjaan pekerjaan
lapangan
2 Keterlambatan Pekerja Perusahaan Alokasi Dana Monitoring
pembayaran upah mogokkerja mendapat yangkurang alokasidana
kekurangan terstruktur
dalamtingkat 0 0
kepercayaan
sebagai
pelaksana
3 Kekurangan Labor penundaan Keterlambatan Adanya minimum Melakukan
beberapa progress requirement pekerja rekrutmen
aktivitas pekerjaan pekerjayang 0 0
kerja memenuhi
minimum
requirement
4 Kekurangan alat penundaan Keterlambatan kurangnya Monitoring
Kerja beberapa progress perencanaan alokasidana 0 0
aktivitas pekerjaan lapangan
kerja
FMEA
DETECTION
0)
SEVERITY
OCCURREN
CE (1 - 10)
Potential Potential
(1 - 10)
(1 - 10)
RPN
RPN
No. Process Failure Failure Potential Current
Step/Input Mode Effects Causes Controls
1 Tanah longsor Galian tanah Pekerjaan Hujan lebat, perencanaan dan R
tertimbun berlulangdan adanya aliran air monitoring
kembali volume galian
bertambah dan
tanah, galiantidak
memakai turap
pekerjaangalian
tanah
c
TIdak Perlu di Isi
0 4
keterlambatan
pekerjaan
pondasi
2 Banjir Lokasi yang Penundaan banjir tahunan dan mengalihkan
beradadi dekat beberapa instensitas hujan pekerjaanke
sawah aktivitas tinggi workshop
0 0
teremdam air pekerjaan
(banjir) lapangan
3 Angin kencang Aktifitas Penundaan angin kencang mengalihkan
pekerjaan beberapa pekerjaanke
menggunakan aktivitas workshop
0 0
craneterhenti pekerjaan
lapangan
0
0
0
FMEA
10)
OCCURREN
DETECTION
SEVERITY
)
Potential Potential
RPN
RPN
CE
Failure Failure
No. Process Step/Input Potential Causes Current
Mode Effects
Controls
perubahan
Berkoordinasi
Tidak adanya Risiko bahaya terhadap desain Plant eksisting
4 dengan pihak 0
drawing eksisting pada aktivitas rencana dan perlaihan dari
owner sebelum
proyek penambahan PGN
memulai
waktu dan
pekerjaan
biaya
0
FMEA
10)
OCCURREN CE
)
DETECTION
SEVERITY
Potential
RPN
RPN
No. Process Step/Input Potential Failure Potential Current
Failur
Effects Causes Controls
eMode
Kesalahan
pelaksanaan
adanya
pekerjaan
adanya penambahan
waktudan biaya
kurangnya
komunikasiantar
dilakukan
meeting
TIdak Perlu di Isi 24
1 0
berulang lini sebelum
pelaksanaan
pekerjaan
N
0)
Y
OCCURREN
DETECTION
SEVERITY
Potential Potential Failure
CE
RPN
RPN
No. Process Potential Current
Failure Effects
Step/Input Causes Controls
Mode
adanya pekerjaan
Masalah Kesalahan berulang yang
menyebabkan
komunikasi meeting sebelum TIdak Perlu di Isi
1 komunikasidan pelaksanaan antardisiplin pelaksanaan 0 24
koordinasi pekerjaan penambahan biaya engineer pekerjaan
dan waktu
Keterlambatan keterlambatan pandemi yang Lead Eng
2 dokumen pekerjaan, menyebabkan selalu 0 0
Interface
Engineer engineering keterlambaran kegiatan interface mecatat
N
OCCURREN
DETECTION
SEVERITY
Potential Potential
CE
RPN
RPN
No. Process Step/Input Failure Failure Potential Current
Mode Effects Causes Controls
waktu review menambah R
TIdak Perlu di
Keterlambatan keterlambatan
1 Keterlambatan pengadaan terhadap dokumen yang intensitas 0 c 4
dokumen TBE barang LLI progress terlalulama koordinasi antara
pekerjaan vendor, kontraktor
dan
user
Isi
mempercepat
Kurangnya resources Keterlambatan keterlambatan Vendor untuk prosesdokumen
0
vendor pengadaan terhadap materialkhusus TBE dan
2 0
progress yang terdaftar menambah
barang LLI
pekerjaan sedikit resourcesvendor
0)
OCCURREN
DETECTION
SEVERITY
Potential Potential
CE
No Process Potential Current
RPN
RPN
Failur Failure
. Step/Input Causes Controls
eMode Effects
R
Pekerjaan
ca TIdak Perlu di Isi
berlulang dan Tidak validnya mengadaka
Adanya aliran air Desain 4
1 volume galian data tanah yang n soil 0
bawah tanah pondasi
bertambah dan diberikan owner investigasi
berubah
keterlambatan ulang secara
pekerjaan pondasi mandiri
Pile (pancang) mengadaka
2 tidak sesuai n soil 0 0
Kesalahan kenaikan pada Tidak validnya
desain investigasi
pada detail biaya proyek data yang
(tambahan ulang secara
material diberikan owner
perubahan) mandiri
menambah
Lokasi intensitas
plant meeting
3 Perubahan kenaikan pada Tidak validnya 0
bersama owner 0
merupakan metode kerja biaya proyek data yang
bekas tanah untuk
diberikan owner
percepatan
timbunan approval
metode kerja
membahayaka menambah
Banyak terdapat tingkat n pekerja dan intensitas
Tidak validnya
pipa dan kabel keamanan pekerjaan meeting
4 data tanah yang 0 0
eksisting pada aktivitas menjadikurang bersama owner
diberikan owner
kerja efektif untuk
mengetahui
fasilitas
eksisting
FMEA
OCCURREN CE
0)
DETECTION
SEVERITY
Potential Potential
No. Process Potential Current
RPN
RPN
Failure Failure
Step/Input Causes Controls
Mode Effects
TIdak Perlu
menambah R
di Isi
teliti saat proses
saat proses
engineering
engineering
Pekerjaan menambah
PENGANTAR
Peneliti
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :……………
Posisi/Jabatan : … … … … …
Alamat :……………
Petunjuk pengisian
Berikut ini adalah pentunjuk (tatacara) pengisian formulir penelitian untuk metode
ANP, mohon diisi dengan sebenar – benarnya.
Berilah tanda silang (X) nilai sesuai menurut anda, berdasarkan kategor serta
skala perbandingan yang telah diklasifikasikan untuk setiap aspek/risiko terhadap
aspek/risiko lainnya.
Pemberian nilai yang semakin besar ke kanan berarti aspek/risiko bagian kanan
lebih dipentingkan dari pada aspek/risiko bagian kiri, dan begitu sebaliknya.
Keterangan:
1. Equal (sama)
2. Equal – moderate (nilai antara sama sampai sedang)
3. Moderate (sedang)
4. Moderate – strong (nilai antara sedang sampai kuat)
5. Strong (kuat)
6. Strong – very strong (nilai antara kuat sampai sangat kuat)
7. Very strong (sangat kuat)
8. Very strong – extreme (nilai antara sangat kuat sampai esktrim)
9. Extreme (Ekstrim)
Kode Rekomendasi Mitigasi
Mitigasi
RPL 1 Membuat SOP komunikasi antar lini dilapangan
2. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (RF1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
3. Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai/ pada saat perencanaan proyek (PK1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
4. Meningkatkan intensitas meeting antar lini setiap sebelum memulai/ pada saat perencanaan proyek (E3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
5. Memastikan resources vendor yg kompeten dan sesuai dengan requirement proyek sebelum/ pada saat
AANNWIJZING (P1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
6. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (KA2)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
7. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (DPR1)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost
8. Mendapatkan informasi detail terkait kondisi awal proyek pada saat AANWIJZING lapangan (DPR3)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Benefit Cost