Makalah Manajemen Jaminan Mutu Kesehatan Pak Tri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MANAJEMEN JAMINAN MUTU KESEHATAN

“SISTEM MANAJEMEN MUTU RUMAH SAKIT”

Dosen Pengampuh : Tri Wahyudi, S.ST., M.M

KELOMPOK 1 :

1. Luthfia Ainun Nompo 202001107 11. Sintikhe W.R 202001086


2. Nurfahira 202001080 12. Hesty Kusnaeda 202001066
3. Yuni Safitri R 202001096 13. Cinderana Julya Putri 202001106
4. Melinda Halim 202001127 14. Susi Putri Sari Sihite 202001089
5. Dihan Shahifah 202001109 15. Haswirah 202001117
6. Andi Tenri Rui 202001101 16. Serlianti 202001085
7. Andi Ulfa Hasfita 202001102 17. Nunung Rahmadani 202001077
8. Khusnul khatimah 202001124 18. Rahmah 202001083
9. Lusi R Tube 202001125 19. Khairun Nisa Ainul K 202001123
10. Alya Adelia 202001100 20. Mardiana 202001126

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
Matakuliah (Manajemen Jaminan Mutu Kesehatan) dengan judul makalah (Sistem
Manajemen Mutu Rumah Sakit).

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada bapak yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu
memberikan saran dan masukan kepada penulis tentang Sistem Manajemen Rumah
Sakit.

Sekiranya hanya ini yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan sara penulis harapkan guna
perbaikan makalah ini sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya.

Makassar, 1 Desember 2022


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

A. Pengertian Sistem Manajemen Mutu............................................ 2

B. Berbagai Modal SMM (SMM ISO 9001, MBNQA, EGM).............. 2

C. Standar Mutu Pelayanan Kesehatan............................................ 4

D. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan........................................ 6

E. Manfaat Program Jaminan Mutu...................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 7

A. Kesimpulan .................................................................................. 7

B. Saran ............................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi pokok permasalahan
yang penting selama beberapa dekade terakhir ini, ditunjukkan oleh adanya
sejumlah negara yang bertujuan memberikan mutu tinggi dan kesehatan yang
aman di rumah sakit.  Mutu dan keselamatan pasien menjadi fokus perhatian
banyak pihak karena menurut penelitian didapatkan antara 2,9% sampai
dengan 16,6% pasien dirugikan oleh perawatan kesehatan yang tidak
sesuai. Hal yang sama juga dilaporkan bahwa 98.000 kematian per tahun di
Amerika Serikat disebabkan oleh kesalahan medis (medical error). Kebijakan
dan komitmen untuk peningkatan mutu berhubungan dengan sasaran mutu
masing-masing RS yang sudah direncanakan. Sasaran mutu merupakan
suatu indikator yang harus diukur untuk mengetahui apakah RS telah dapat
mencapai tujuannya. Sasaran mutu yang disusun RS dapat sesuai dengan
indikator kinerja RS. Dari hasil penelitian oleh Maharani dkk, didapatkan
bahwa indikator kinerja dari RS yang diteliti antara lain kepuasan pasien,
program pendidikan dan pelatihan, kecepatan penanganan pasien gawat
darurat, Lenght of Stay (LOS), angka infeksi nosokomial, waktu tunggu
sebelum operasi, indikator keuangan, mortalitas, lingkungan, dan promosi
keuangan.

Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam organisasi


pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
dan pelayanan kesehatan mendorong setiap organisasi pelayanan kesehatan
untuk sadar mutu dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa
organisasi pelayanan kesehatan. Setiap permasalahan yang muncul dalam
organisasi pelayanan kesehatan khususnya berkaitan dengan mutu layanan
kesehatan, terdapat tiga konsep utama yang selalu muncul. Konsep tersebut
adalah akses, biaya, dan mutu (Herlambang, 2016).
Tentu saja, akses mencakup akses fisik, keuangan, dan mental atau
intelektual terhadap perawatan dan layanan kesehatan yang tersedia.
Masalah keterjangkauan dan efisiensi juga merupakan hal yang penting.
Namun, layanan yang disediakan dalam suatu institusi kesehatan harus
memiliki karakteristik tertentu, di samping persoalan keterjangkauan dan
ketersediaan. Karakteristik itu harus mencakup elemen dan karakteristik mutu
(Pohan, 2006)

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Manajemen Mutu.
2. Untuk Mengetahui Informasi (SMM ISO 9001, MBNQA, EFQM).
3. Untuk Mengetahui Standar Mutu Pelayanan Kesehatan.
4. Untuk Mengetahui mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan.
5. Untuk Mengetahui Manfaat Program Jaminan Mutu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Manajemen Mutu


Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu hal yang diharapkan Dan
sudah menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Fasilitas kesehatan seperti
rumah Sakit dan puskesmas juga klinik atau balai pengobatan yang
didalamnya terdiri atas pelayanan yang beragam seperti pemeriksaan,
perawatan, farmasi, laboratorium, termasuk pelayanan rekam medis
merupakan organisasi jasa pelayanan umum yang melayani masyarakat
secara langsung, oleh karena itu rumah sakit dan puskesmas harus
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan harapan pasien. Rekam
medis memiliki peran yang vital di fasilitas kesehatan, dengan data dan
informasi rekam medis dan kualitas pelayanan kesehatan dapat diukur.
Tujuan yang paling utama dalam pelayanan kesehatan adalah menghasilkan
outcome yang menguntungkan bagi pasien, provider dan masyarakat.
Pencapaian outcome yang diinginkan sangat tergantung dari mutu pelayanan
kesehatan (Iman & Lena, 2017).

Informasi mengenai pelayanan kesehatan, baik dari seluruh pengguna


jasa pelayanan medik maupun seluruh individu dalam populasi dipelukan
sebagai sumber data untuk dapat menjawab pertanyaan mengenai
pemerataan (equity), Efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan (EEQ),
sehingga menajemen informasi dan teknologinya dalam banyak hal sangat
diperlukan dalam manajemen klinis, untuk mendapatkan informasi yang
akurat. Mutu pelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan
pelayanan kesehatan baik untuk individu maupun untuk populasi sesuai
dengan keluaran yang diharapkan dan sesuai dengan pengetahuan
profesional terkini. Upaya untuk dapat melakukan penilaian matu dengan
berbagai pendekatan yang ada, diperlukan suatu data kinerja yang akurat dan
relevan sehingga dapat membantu pihak pihak rumah sakit dalam melakukan
perubahan. Ketersediaan sumber data merupakan syarat utama keberhasilan
pengukuran mutu.

Masukan dari berbagai proses spesifik diatas berasal dari persepsi


subyektif konsumen kemudian diolah menjadi suatu pengukuran yang objektif
dan berhubungan dengan kebutuhan konsumen. Di rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lain terdapat tiga sumber data utama yaitu: berkas
administrasi. Hasil pendataan pasien dan rekam medis pasien. Dengan
manajemen informasi kesehatan, ketiga sumber data utama tersebut dapat
diintegrasikan dalam suatu sistem yang mudah diakses untuk dievaluasi dan
dianalisis bagi kepentingan perencanaan dan perbaikan mutu informasi
kesehatan serta pelayanan kesehatan pada umumnya.

B. Berbagai Modal SMM (SMM ISO 9001, MBNQA, EGM)


1. Sistem Manajemen Mutu ISO
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen untuk
mengarahkan dan mengontrol organisasi berkalain Dengan mutu. Adapun
batasan mutu antara lain:
a) Sesuai dengan persyaratan (Conformance to requirements)
b) Sesuai dengan pemakaian (Fitness for use)
c) Kepuasan pelanggan (User satisfaction)

Menurut ISO 9001:2008 mutu adalah derajat yang dicapai oleh


karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan (Degree to which
a set of inherent characteristics fulfils requirements). Organisasi pengelola
standar international ini adalah International Organization for
Standardization yang bermarkas di Geneva-Swiss. Didirikan pada tanggal
23 Februari 1947, kini beranggotakan lebih dari 147 negara yang mana
setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional, Indonesia
diwakili oleh KAN. Berikut ini perkembangan ISO di Indonesia :

a. ISO 9001:2008

Salah satu standar mutu yang telah diakui banyak kalangan bisnis
adalah ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 dikeluarkan pertama kali oleh
International Organization for Standardization yang berkedudukan di
Jenewa, Swiss. Sertifikat ISO 9001:2008 dapat digunakan sebagai tiket
bisnis bagi perusahaan dalam perdagangan bebas yang penuh
persaingan. ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama ISO
9001 merupakan standar international yang mengatur tentang sistem
management Mutu (Quality Management System), oleh karena itu
seringkali disebut sebagai "ISO 9001, QMS". Tahun 2008 menunjukkan
tahun revisi, maka ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu ISO
9001 hasil revisi tahun 2008. Sejarah ISO 9001:2008 dimulai dari dunia
militer sejak masa perang dunia II. Pada tahun 1943 pasukan Inggris
membutuhkan sekali banyak amunisi untuk perang sehingga untuk
kebutuhan ini dibutuhkan banyak sekali supplier Sebagai
konsekuensinya, maka demi kebutuhan standarisasi kualitas, mereka
merasa perlu untuk menetapkan standar seleksi supplier. Selanjutnya, 20
tahun kemudian perkembangan standarisasi ini menjadi semakin
dibutuhkan hingga pada tahun 1963, departemen pertahanan Amerika
mengeluarkan standar untuk kebutuhan militer yaitu MIL-Q. 9858 A.
NATO menjadi AQAP-! (AlliedQuality Assurance Publication-1). Militer
Inggris sebagai DEF/STAN 05-8. Seiring dengan kebutuhan implementasi
yang semakin kompleks, maka DEF/STAN 05-8 dikembangkan menjadi
BS- 5750 pada tahun 1979. Atas usulan American National Standard
Institute kepada Inggris, maka pada tahun 1987 melalui International
Organization for Standardization, standard BS-5750 diadopsi sebagai
sebuah international standard yang kemudian dinamai ISO 9000:1987.

Ada 3 versi pilihan implementasi pada versi 1987 ini yaitu yang
menekankan pada aspek Quality Assurance, aspek QA and Production
dan Quality Assurance for Testing. Concern utamanya adalah inspection
product di akhir sebuah proses (dikenal dengan final inspection) dan
kepatuhan pada aturan system procedure yang harus dipenuhi secara
menyeluruh. Kelemahan ISO 9001:2008 ialah lebih dominan kepada
membangun panduan kualitas. Sistem manajemen mutu diarahkan untuk
memenuhi persyaratan tersebut dan lebih mengedepankan pencapaian
aturan pengembangan kualitas. Perusahaan yang melaksanakan dari
sertifikasi ISO 9001:2008 untuk tujuan komersial, perusahaan tersebut
untuk mendapatkan sertifikasi dapat melakukan manipulasi cakupan
sistem ke dalam satu proses atau area saja yang tidak memiliki
keuntungan nyata bagi konsumen, maupun perusahaan itu sendiri.

Implementasi ISO 9001:2008 sejak dipublikasikan pada tahun 1987.


ISO 9001 merujuk kepada sistem kualitas dengan proses revisi beberapa
kali. Revisi yang paling penting dilakukan pada tahun 2000 dan revisi
terakhir tahun 2008. Dengan kedua revisi tersebut, standar ISO 9001 telah
berubah dari Quality Assurance menuju kepada Quality Management.
Implementasi sistem manajemen 9001:2008 menyediakan mutu menurut
ISO alat bantu untuk prioritas pengambilan keputusan, dalam definisi dari
indikator- indikator kunci dan tujuan-tujuan mereka, serta. Identifikasi
tindakan-tindakan untuk mengoreksi atau melakukan pengembangan
dalam setiap area organisasi. Hal ini harus dilaksanakan secara dinamis
dan dikembangkan secara berkelanjutan menurut kepuasan pelanggan
dan kebutuhan mereka yang berbeda-beda, berdasarkan Siklus Deming.

Pada perkembangan berikutnya, versi tahun 2008 sebagai bentuk


penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Perbedaan antara versi 2000
dengan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada effectivitas proses
yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000
mengatakan harus dilakukan tindakan korektif dan preventif, maka versi
2008 menetapkan bahwa proses tindakan korektif dan preventif yang
dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada perubahan proses
yang terjadi dalam organisasi.

Model sistem manajemen mutu berdasarkan proses ditunjukkan dalam


ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa pihak yang berkepentingan
memainkan peran berarti dalam menetapkan persyaratan sebagai
masukan. Pemantauan kepuasan pelanggan dan pihak yang
berkepentingan menghendaki evaluasi informasi berkaitan dengan
persepsi pihak yang berkepentingan apakah organisasi telah memenuhi
persyaratan mereka. Delapan prinsip manajemen ISO 9001: 2008 antara
Lain :

1) Customer Focus Semua aktivitas perencanaan dan implementasi


sistem semata-mata untuk memuaskan customer. Suatu
perusahaan/organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan karena
pelanggan adalah kunci meraih keuntungan. Oleh karena itu organisasi
harus memahami kebutuhan/keinginan pelanggan baik saat ini maupun
di masa mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan
mampu melebihi harapan pelanggan.

2) Leadership Top Management berfungsi sebagai leader dalam


mengawal implementasi sistem, bahwa semua gerak organisasi selalu
terkontrol dalam satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak
yang sinergi pada setiap elemen organisasi Penerapan prinsip
kepemimpinan mengarah pada :

a) Menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi. Mengidentifikasi


dan menyediakan sumber daya.
b) Menciptakan lingkungan kerja dimana semua personel ambil bagian
dalam pencapaian target atau sasaran oorganisasi.
c) komitmen” continual improvement “ sistem manajemen mutu

3) Keterlibatan semua orang


Semua elemen dalam organisasi terlibat dan concern dalam
implementasi sistem manajemen mutu sesuai fungsi kerjanya masing-
masing. Personil semua level adalah inti organisasi secara penuh
harus ikut serta dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga:

a) Mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang.


b) Mengidentifikasi kompetensi, ker tuhan, penyediaan dan
mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan.
c) Mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia Dan area kerja
untuk mencapai kesesuaian produk.
4) Pendekatan Proses
Aktivitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi
dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses dipetakan melalui
business process. Dengan demikian, pemborosan karena proses yang
tidak perlu bisa dihindari. Pendekatan proses mencakup :

a) Orientasi hasil yang efektif.


b) Sumber daya dan aktivitas dikendalikan sebagai proseprose.
c) Secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan Proses yang
digunakan untuk memastikan kesesuaian Produk.

5) Pendekatan sistem ke manajemen


Implementasi sistem mengedepankan pendekatan pada cara
pengelolaan (management) proses bukan sekedar menghilangkan
masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual
improvement sangat ditekankan. Mengidentifikasikan, memahami dan
mengendalikan sistem dan interaksi antar proses untuk memberikan
kontribusi pada efektifitas dan efisiensi organisasi. Sehingga suatu
organisasi mampu :

a) Menetapkan sasaran mutu tiap proses.


b) Menetapkan interaksi dan rangkaian proses
c) Memantau dan mengukur efektifitas tiap proses

6) Perbaikan berkelanjutan, Peningkatan berkelanjutan harus dijadikan


sasaran dan tujuan tetap organisasi sehingga sasaran tetap organisasi
dapat diketahui dan ditetapkan. Organisasi juga mampu memantau
kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi terkait dan level
dengan menggunakan peralatan seperti: audit internal, tinjauan
manajemen, corrective and preventive action.
7) Pendekatan fakta sebagai dasar pengambilan keputusan, Setiap
keputusan dalam implementasi sistem sell didasarkan pada fakta dan
data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak
dilaksanakannya sistem ISO 9001:2008, Pengambilan keputusan harus
didasarkan pada logika, analisa data. Serta informasi yang tepat dan
dapat dipertangung jawabkan
8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok, Supplier
bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu
harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan. Hubungan saling
menguntungkan didasarkan pada :
- Menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemasok
- Meningkatkan kemampuan kedua organisasi untuk Lebih baik
- Seleksi, meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk
mengendalikan produk yang dipasok.

b. ISO 9001:2008
Pada perkembangan berikutnya, ditahun 1994 karena kebutuhan
guaranty quality bukan hanya pada aspek final inspection, tetapi lebih
jauh ditekankan perlunya proses preventive action untuk menghindari
kesalahan pada proses yang menyebabkan ketidaksesuaian pada
produk. Namun demikian versi 1994 ini masih menganut system
procedure yang kaku dan cenderung document centre dibanding
kebutuhan organisasi yang disesuaikan dengan proses internal
organisasi. Versi 1994 lebih fokus pada proses manufacturing dan sangat
sulit diaplikasikan pada organisasi bisnis kecil karena banyaknya
procedure yang harus dipenuhi (sedikitnya ada 20 klausa yang semuanya
wajib di dokumentasikan menjadi procedure organisasi). Technical
committee melakukan review atas standard yang hingga akhirnya lahirlah
revis: ISO 9001:2000 yang merupakan penggabungan dari ISO 9001,
9002, dan 9003 versi 1994.

c. ISO 9001:2000
Pada versi tahun 2000, tidak lagi dikenal 20 klausa wajib tetapi lebih
pada proses business yang terjadi dalam organisasi. Organisasi sekecil
apapun bisa mengimplementasi sistem ISO 9001:2000 dengan berbagai
pengecualian pada proses bisnisnya. Maka dikenal istilah BPM atau
Business Process Mapping, setiap organisasi harus memertakan proses
bisnisnya dan menjadikannya bagian utama dalam quality manual
oorganisasi, Manfaat sertifikasi ISO 9001 dapat dibagi dua yaitu manfaat
internal dan manfaat eksternal berikut ini :

1) Manfaat Internal

a. Rasionalisasi proses di rumah sakit yakni menghemat biaya dan


memperbaiki profitabilitas serta memaksimalkan sumber daya
rumah sakit.
b. Memperbaiki sistem mutu yakni Sistem dokumentasi prosedur &
pedoman kerja yang rapi, persetujuan, penerbitan, distribusi, revisi
& pemusnahan, disiplin dalam pencatatan & pelaporan hasil kerja,
sistem filing yang rapi serta kerapihan lingkungan kerja.
c. Uraian tugas, tanggung jawab & wewenang yang jelas dan rapi
d. Kejelasan sasaran & target kinerja yang harus dicapai olehmasing-
masing bagian/karyawan.
e. Tindak lanjut hasil rapat & program program perbaikan akan
termonitor dengan baik.
f. Semua karyawan harus bekerja sesuai prosedur seperti kepatuhan
terhadap prosedur akan selalu diperiksa selama audit ISO serta
Karena sangat patuh terhadap prosedur, kemungkinan kesalahan &
komplain bisa dikurangi.
g. Memastikan sistem mutu digunakan terus yakni melalui Audit mutu
Internal secara berkala, teamwork & komunikasi internal akan
diperbaiki. Audit sistem kualitas perusahaan yang telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 dilakukan secara periodik
sehingga pelanggan tidak perlu melakukan audit kualitas.
h. Pengertian & kesadaran mutu menyeluruh dengan meningkatkan
kesadaran karyawan tentang anti mu & kepuasan pelanggan.

2) Manfaat eksternal
a. Meningkatkan citra dan daya saing dalam memasuki pasar global.
Perusahaan yang sudah bersertifikat ISO 9001:2008 dapat
mengiklankannya dalam media massa.
b. Bersaing di semua pasar yakni meminimalkan Audit berulang.
c. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan melalui
jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematis.
d. Peningkatan citra rumah sakit dalam hal mutu pelayanan.
e. Memperkuat kepercayaan customer dan supplier cocok dengan
customer yang meminta persyaratan ISO 9000 dan meningkatkan
mutu subkontraktor dan supplier.
f. Keyakinan pasar akan akurasi peralatan & hasil pemeriksaan
laboratorium.
g. Calon pelanggan korporat perusahaan merasa lebih aman &
terjamin tentang sistim manajemen rumah sakit serta kerja
departemen marketing akan lebih mudah.
h. Calon pasien merasa lebih terjamin & mengurangi keragu
raguannya dalam memilih rumah sakit.
i. Perusahaan yang telah memperoleh serifikat ISO 9001:2008,
secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi. Apabila
pelanggan potensial ingin mencari pemasok yang bersertifikat ISO
9001:2008, mereka hanya menghubungi lembaga registrasi.
j. Meningkatkan kualitas dan produkti tas produk melalui kerjasama
dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang
konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena
operasi internal menjadi lebih baik.
k. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan.
l. Memberikan pelatihan secara sistematis kepada seluruh karyawan
melalui prosedur dan instruksi yang terdefinisi dengan baik.

2. Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQA)


Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) merupakan salah
satu tool yang digunakan untuk mengukur kinerja yang dikembangkan di
Amerika. Empat tujuan utama pada criteria MBNQA yaitu :

a. Membantu memperbaiki kinerja dan kemampuan organisasi.


b. Memberikan fasilitas komunikasi dan berbagai informasi dari best
practices diantara organisasi pendidikan dan tipe-tipe Organisasi yang
lain.
c. Memelihara perkembangan kemitraan yang melibatkan Sekolah-
sekolah. Industri dan organisasi lain.
d. Melayani sebagai alat kerja untuk memahami dan memperbaiki kinerja
organisasi, dan menuntun dalam perencanaan dan pelatihan
organisasi.

MBNQA kriteria for performance excellence framework : Leadership,


Strategic Planning, Customer Focus, Measurement, analysis and
knowledge management, Workforce focus, Process management, Result.
Model Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan MBNQA (Muzakki,
2016) :

1) Leadership: Memeriksa Apakah eksekutif mengarahkan organisasi.


Dan bagaimana organisasi menjalankan tanggung jawabnya kepada
publik dan berperan sebagai “warga” yang baik. Senior
2) Strategic Planning: Memeriksa apakah organisasi tersebut telah
membuat arah strateginya dan bagaimana dapat menentukan key
action plan.
3) Customer Focus: Memeriksa bagaimana organisasi memutuskan
kebutuhan serta ekspektasi pasar serta pelanggan; membangun
hubungan dengan pelanggan; dan bagaimana mendapatkan.
Memuaskan serta menjaga pelanggan.
4) Measurement, analysis, and knowledge management: Menganalisis
sistem manajemen, aplikasi manajemen yang efektif, perbaikan data
serta informasi untuk mendukung proses organisasi dan performansi
sistem manajemen.
5) Human Resource organisasi Focus: Menganalisa bagaimana mampu
mendukung pekerjanya dalam membangun potensi individu dan
bagaimana para pekerjanya dapat mengikuti tujuan organisasi.
6) Process Management: Memeriksa bagaimana proses perancangan,
pengaturan serta peningkatan aspek-aspek penting dari produksi dan
delivery juga proses pendukung lainnya, dilakukan.
7) Business Result: Pilar ini hendak melihat bagaimana hasil akhir kinerja
organisasi apakah makin kompetitif, makin efektif. dan makin
mengkilap kinerja seluruh aspek organisasinya.

3. Foundation For Quality Management (EFQM)


Untuk mengidentifikasi dan meningkatkan posisi kompetitif organisasi
dalam menghadapi lingkungan yang selalu berubah maka organisasi
melakukan Self Assessment. Self Assessment adalah review,
komprehensif sistematis dan teratur dari kegiatan organisasi dan hasil
yang diacu dari Bussiness Excellent Model. EFQM (European Foundation
for Quality Management) adalah salah satu model manajemen mutu yang
memungkinkan untuk melihat organisasi secara holistik. Model ini
merupakan jawaban dari model manajemen mutu ala Amerika (Malcolm
Baldrige National Quality Award) dan model ala Jepang (Deming) yang
dianggap lebih sesuai untuk Eropa.
Model EFQM Excellence terdiri dari sembilan unsur dikelompokkan
dalam ENABLER (Leadership, People, Policy and Strategy. Partnership.
Staff and Process) dan RESULT (People Results. Customer Results.
Society Results, dan Key Performance Results) berikut ini :
a. Leadership Bagaimana para pemimpin mengembangkan memfasilitasi
pencapaian misi dan visi, mengembangkan nilai-nilai yang diperlukan
untuk keberhasilan jangka panjang dan mengimplementasikan melalui
tindakan dan perilaku yang tepat, dan pribadi yang terlibat dalam
memastikan bahwa sistem manajemen organisasi dikembangkan
diimplementasikan.
b. People Bagaimana organisasi mengelola, mengembangkan dan
melepaskan dan melepaskan pengetahuan dan potensi penuh dari
orang tersebut pada individu, tim-based dan tingkat organisasi yang
lebih luas dan rencana kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung
kebijakan strategi dan operasi yang efektif ari proses tersebut.
c. Policy and strategy Bagaimana organisasi melaksanakan misi dan visi
yang jelas melalui pemangku kepentingan yang berfokus pada
strategi, didukung oleh kebijakan yang relevan, rencana, tujuan,
sasaran dan proses.
d. Partnership and resources Bagaimana rencana organisasi dalam
mengelola kemitraan eksternal sumber daya internal untuk
mendukung kebijakan dan strategi dan operasi yang efektif dari proses
tersebut.
e. Process Bagaimana desain organisasi. pengelolaan dan peningkatan
proses dalam rangka mendukung sepenuhnya strategi kebijakan untuk
meningkatkan nilai bagi pelanggan dan stakeholder
f. People results. Apakah organisasi ini mencapai hubungan dengan
SDM yang ada dalam lingkup organisasi tersuk pemenuhan atas
kebutuhan dan harapan SDM nya.
g. Custumer rresult. Berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam
memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan eksternal
h. Society results. Apa organisasi ini mencapai dalam hubungannya
dengan lokal, nasional dan masyarakat internasional yang sesuai.
Menunjukkan keberhasilan organisasi dalam memuaskan kebutuhan
dan harapan masyarakat pada umumnya.
i. Key performance rresult. Pencapaian organisasi dalam kaitannya
dengan kinerja yang telah direncanakan diawal.
j. Keberhasilan Jepang dalam meningkatkan mutu, memicu negara
Eropa dan Amerika untuk mengikuti jejaknya. Awalnya negara-negara
ini telah memiliki peringkat dalam pasar dunia, tetapi setelah perang
dunia 2. Jepang mulai membangun negaranya kembali bahkan hingga
dapat menyaingi negara Eropa dan Amerika. Amerika dan Eropa juga
berusaha untuk bersaing kembali agar dapat merebut pasur
international dengan memperbaiki sistem manajemen mutunya.

Untuk memotivasi hal itu dibuatlah program penghargaan kualitas


Amerika yaitu MBNQA dan Eropa yaitu EFQM. European Foundation for
Quality Management (EFQM) dibentuk pada tahun 1988, yang
selanjutnya memprakarsai European Quality Award (EQA) dalam rangka
mendorong perusahaan-perusahaan Eropa untuk berkompetisi di pasar
global. EQA pertama kali diberikan pada tahun 1992. Dalam konteks
Eropa, EFQM Excellence Model dianggap merupakan represetasi dari
Total Quality Management. Model keunggulan memungkinkan organisasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dan untuk mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Calvo- Mora, 2006).

Karakteristik yang menonjol dan mencolok dalam model keunggulan


EFQM antara lain :

1) EFQM Model mencakup semua aspek dan komponen dari sebuah


organisasi.
2) Aplikasi dari model EFQM tidak dibatasi oleh jenis, sektor dan ukuran
organisasi.

Kelebihan EFQM Model ini menyediakan kerangka holistic yang


sistematik yang ditujukan pada seluruh bagian organisasi dan masalah
kualitas yang menjadi perhatian dan melalui kriteria hasil. Memberikan
diagnosa yang jelas dari sebuah kegiatan organisasi dan berguna untuk
membuat perencanaan seperti apa hubungan antar sebuah organisasi
yang tidak mencapai hasil, tetapi dapat mencapai hasil dengan
menggunakan cara mereka. Model ini berusaha untuk menanamkan
budaya perbaikan secara berkesinambungan. EFQM cukup fleksibel untuk
digunakan dalam bagian atau isu tertentu, misalnya analisis sebuah
kebijakan organisasi lingkungan dalam waktu kurang dari satu hari serta
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk meninjau semua
kegiatan organisasi selama beberapa bulan. Tidak ada kebutuhan untuk
menvalidasi model yang dapat digunakan sebagai penilaian internal yang
memungkinkan sebuah organisasi menjadi jujur dan terbuka dalam
mengukur kinerjanya. Score dapat menjadi patokan internal bagi sebuah
organisasi untuk selanjutnya melakukan self assessment.

Keterbatasan EFQM Meskipun terdapat pilihan untuk scoring, namun


model ini mungkin mahal bagi perusahaan kecil. Tidak ada tanda resmi
atau akreditasi untuk model ini dan tidak akan terlihat atau dikenalkan
kepada pelanggan, penggunaan layanan, penyandang dana, dan para
pihak berkepentingan lainnya. Meskipun berhasil dilakukan oleh beberapa
media besar dan organisasi- organisasi sukarela yang pada awalnya
dikembangkan untuk sektor komersial dari beberapa model bahasa
mungkin tidak mudah untuk menerjemahkan.

Self-assessment adalah suatu tinjauan yang komprehensif, sistematik,


dan regular oleh sebuah organisasi mengenai aktifitasnya dan hasil yang
diperoleh dengan menerapkan model EFQM excellent. Penilaian diri
terhadap excelence model dapat dilakukan menggunakan sistem yang
disebut RADAR berikut ini :

a. Result (Hasil)
b. Approach (Pendekatan)
c. Deployment (Pengembangan)
d. Assessment (Penilaian)
e. Review (Ulasan)

Keuntungan self-assessment ialah Membantu organisasi besar dan


kecil milik pribadi dan sektor publik. untuk bekerja lebih efektif. Proses self
assessment memungkinkan organisasi untuk mengenali secara jelas
kekuatannya dan area dimana perbaikan dapat dilakukan. Mengajarkan
kepada orang-orang mengenai konsep fundamental dan kerangka kerja
untuk mengatur dan meningkatkan organisasi dan bagaimana
nibungannya dengan responsibilitas. Mengintegrasikan berbagai
perbaikan menjadi suatu kegiatan normal.

Kelemahan self-assessment ialah waktu, sumber daya manusia,


pemborosan. Karena ini membutuhkan suatu analisis yang kritis dari
organisasi oleh seluruh staf dan manajemen, maka hal ini termasuk
kesempatan untuk dikomunikasikan dan dievaluasi. Isu kunci adalah
kesulitan dalam memotivasi beberapa stat khususiya staf yang mengerti
manajemen bahwa mereka harus menjadi bagian dari self assessment.

a. leadership : menguji bagaimana manager eksekutif senior harus dapat


memberikan inspirasi dan mengarahkan dalam organisasi.
b. Policy and Strategy: menyelidiki bagaimana kebijakan dan strategi
organisasi merefleksikan konsep Total Quality dan bagaimana Total
Quality digunakan dalam menentukan, menyebarkan, meninjau ulang
dan meningkatkan kebijakan dan strategi
c. People (Employee) Management: menguji bagaimana organisasi
mengembangkan dan merealisasikan potensi dari pekerja dalam
mengejar pengingkatankualitas ssecar Berlanjut dan sasaran
performansinya.
d. The resources: menguji bagaiman: sumber keuangan, informasi,
material dan teknologi secara efektif dapat mendukung kebijakan dan
strategi TQM.
e. Process: menyelidiki bagaimana proses dan system diidentifikasi,
ditinjau ulang dan jika perlu direvisi untuk memastikan perningkatan
yang berkelajutan pada produk dan layanan yang diproduksi oleh
organisasi.
f. Customer satisfaction: menguji indikator utama yang digunakan untuk
memahami dan mengukur kepuasan pelanggan, juga menguji metode
organisasi dalam menentukan kepuasan pelanggan. Trend saat ini,
dan tingkat kepuasan.
g. People (employee) Satisfaction: menyelidiki bagaimana perasaan
perkerja organisasi dan memahami dan mengembangkan indikator
utama untuk mengukur Kepuasan pelanggan.
h. Impact on Society: menguji pendekatan kualitas organisasi,
Lingkungan dan pemeliharaan sumber daya.
i. Business Results: menyelidiki performansi rencana bisnis Dan
keuntungannya secara finansial.

C. Standar Mutu Pelayanan Kesehatan


Untuk menjaga pelaksanaan program pelayanan kesehatan agar tetap
berpedoman kepada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah
pedoman petunjuk pelaksanaan, yaitu penyataan tertulis yang disusun secara
sistematis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh pelaksanaan dalam
mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
(Herlambang, 2016). Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar yang
telah ditetapkan maka dipergunakan indikator, yaitu ukuran kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan. Semakin sesuai suatu yang diukur
dengan indikator, semakin sesuai keadaanya dengan standar yang telah
ditetapkan (Herlambang, 2016). Menurut Herlambang (2016), sesuai dengan
peranan yang dimiliki oleh masingmasing unsur pelayanan kesehatan,
standar dalam program menjaga mutu secara umum dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Standar Persyaratan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk kepada keadaan
minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan bermutu.

a. Standar Masukan Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan


minimal unsur masukan yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu jenis,
jumlah, dan kualifikasi tenaga pelaksana, jenis, jumlah dan spesifikasi
pada tenaga pelaksana, serta jumlah dana (standar tenaga, standar
sarana)
b. Standar Lingkungan Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan
minimal unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yaitu garis-
garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem manajemen yang
harus dipenuhi oleh setiap pelaksana pelayanan (standar organisasi
dan manajemen)
c. Standar Proses Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal
unsur proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggaran
pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu tindakan medis dan tindakan
nonmedis pelayanan kesehatan (standar tindakan)

2. Standar Penampilan Minimal


Standar penampilan minimal adalah yang menunjuk kepada penampilan
pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena
menunjuk kepada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran
atau standar penampilan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan keempat standar ini perlulah dipantau serta dinilai secara
obyektif dan berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan, perlu
segera diperbaiki. Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari
indikator yang sesuai, yang secara umum dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu indikator masukan, indikator proses, indikator lingkungan,
serta indikator keluaran.

Menurut Azwar (1996) dalam Herlambang (2016), menyatakan bahwa


syarat pokok dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah :

1) Tersedia dan berkesinambungan Syarat pokok pertama pelayanan


kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di
masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous).
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
2) Dapat diterima dan wajar Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan
yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh
masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan
kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
3) Mudah dicapai Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik
adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksud disini terutama dalam sudut lokasi.
Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik,
maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4) Mudah dijangkau Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat
adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan disini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk
mewujudkan keadaan seperti ini harus diupayakan pendekatan sarana
pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat.
5) Bermutu Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang
bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

D. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan


Menurut pohan, I (2003) dalam Prastiwi (2010), langkah pengukuran mutu
tersebut dapat dipilah-pilah menjadi beberapa langkah sebagai berikut :
1. Pembentukan kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan.
2. Penyusunan standar pelayanan kesehatan
3. Pemilihan tehnik pengukuran mutu
4. Pengukuran mutu dengan cara membandingkan standar pelayanan
kesehatan dengan kenyataan yang tercapai.

Donabedian, A (1982) dalam Prastiwi (2010), menganjurkan agar standar


dan kriteria diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, hal ini pada prinsipnya
sama dengan yang dianjurkan oleh World Health Organitation (WHO) yaitu :

1. Standar struktur/input
Standar struktur atau masukan menentukan tingkat sumber daya yang
diperlukan agar standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Contohnya
antara lain ialah : personel, pasien, peralatan, bahan gedung, pencatatan,
keuangan, singkatnya semua sumber daya yang digunakan untuk dapat
melakukan pelayanan kesehatan seperti yang tersebut dalam standar
pelayanan kesehatan. Standar struktur antara lain ialah tenaga kesehatan
yang kompeten, peralatan pemeriksaan, obat, kamar pemeriksaan, pasien
dan waktu konsultasi harus ditentukan.

2. Standar proses/process
Standar proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar
standar pelayanan kesehatan dapat dicapai, proses akan menjelaskan
apa yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan
bagaimana standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Dalam contoh
standar pelayanan ISPA, maka sebagai proses adalah, petugas kesehatan
memeriksa balita yang batuk, dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik seperti apa yang telah ditentukan dalam standar
pelayanan kesehatan. Semua hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
tersebut dicatat dengan lengkap dan akurat dalam rekam medik.

3. Standar keluaran atau output


Standar keluaran atau output atau hasil pelayanan kesehatan ialah hasil
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan
kesehatan dan ini sangat penting. Kriteria ‘outcome’ yang umum
digunakan antara lain :

a) Kepuasan pasien
b) Pengetahuan pasien
c) Fungsi pasien
d) Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi dll.
Menurut pohan, I (2003) dalam Prastiwi (2010), Salah satu
pengukuran mutu pelayanan kesehatan dengan membandingkan
terhadap standar pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan.
Pengertian standar pelayanan kesehatan ialah suatu pernyataan
tentang mutu yang diharapkan, yang menyangkut input/masukan,
proses dan keluaran/output. Standar pelayanan kesehatan merupakan
suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu kedalam terminologi
operasional. Standar, indikator dan nilai ambang batas merupakan
unsur–unsur yang akan membuat jaminan mutu pelayanan kesehatan
dapat diukur. Indikator didefinisikan sebagai tolok ukur untuk
mengetahui adanya perubahan yang dikaitkan dengan target/standar
yang telah ditentukan sebelumnya.
Jenis-jenis indikator bisa dikelompokkan berdasarkan; Input
(berkaitan dengan man, money, material, method dan management),
process (berkaitan dengan proses yang dilakukan untuk menghasilkan
sesuatu baik barang maupun jasa), output (berkaitan dengan sesuatu
yang dihasilkan bisa dalam bentuk barang ataupun selesainya
pekerjaan jasa), outcome (berkaitan dengan ukuran yang dirasakan
pelanggan, biasanya merupakan persepsi pelanggan terhadap
pemanfaatan layanan), benefit (berkaitan dengan ukuran terhadap
manfaat bagi pelanggan atau bagi pemberi pelayanan) dan impact
(berkaitan dengan ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan
biasanya jangka panjang).

Menurut Pohan, I (2003) dalam Prastiwi (2010), pengukuran mutu


pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

1. Pengukuran mutu prospektif Pengukuran mutu prospektif yaitu


pengukuran mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan sebelum
pelayanan kesehatan diselengarakan. Oleh sebab itu, pengukurannya
ditujukan terhadap struktur atau masukan pelayanan kesehatan
dengan asumsi bahwa pelayanan kesehatan harus memiliki sumber
daya tertentu agar dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, seperti :

a. Pendidikan profesi kesehatan Pendidikan profesi pelayanan


kesehatan ditujukan agar menghasilkan profesi pelayanan
kesehatan yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang dapat mendukung pelayanan kesehatan yang
bermutu.
b. Perizinan atau ‘Licensure’ Perizinan merupakan salah satu
mekanisme untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan. SID
(Surat Izin Dokter) dan SIP (Surat Izin Praktek) yang diberikan
merupakan suatu pengakuan bahwa dokter tersebut memenuhi
syarat untuk melakukan profesi dokter. Demikian pula halnya
degan profesi kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai
dengan profesinya. Mekanisme perizinan belum menjamin
sepenuhnya kompetensi tenaga kesehatan yang ada atau mutu
pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
c. Standardisasi Dengan menerapkan standardisasi, seperti
standardisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi,
anggaran, dll, maka diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan
menjadi bermutu. Standardisasi akan membangun klasifikasi
pelayanan kesehatan. Contohnya standardisasi pelayanan rumah
sakit akan dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan rumah
sakit dalam berbagai kelas tertentu, misalnya rumah sakit umum
kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Rumah sakit jiwa kelas A
dan kelas B. d. Sertifikasi (certification) Sertifikasi adalah langkah
selanjutnya dari perizinan. Misalnya, pengakuan sebagai dokter
spesialis adalah sertifikasi. Di Indonesia perizinan itu dilakukan
oleh departemen kesehatan atau dinas kesehatan sedang
sertifikasi oleh pendidikan profesi (Dpdikbud, CHS, Organisasi
Profesi). e. Akreditasi Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu
instuisi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi
beberapa standar pelayanan kesehatan tertentu. Indonesia telah
melakukan akreditasi rumah sakit umum yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan. Pengukuran mutu prospektif terfokus
pada penilaian sumber daya, bukan kinerja penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Ini merupakan salah satu kekurangan
pengukuran mutu dengan cara prospektif (Prastiwi, 2010).

2. Pengukuran mutu konkuren Pengukuran mutu konkuren yaitu


pengukuran pengukuran mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan
selama pelayanan kesehatan sedang berlangsung, yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu
dilengkapi dengan melihat rekam medik, wawancara dengan
pasien/keluarga/petugas kesehatan, dan melakukan pertemuan
dengan pasien/keluarga/petugas kesehatan.

3. Pengukuran mutu retrospektif Pengukuran mutu retrospektif yaitu


pengukuran mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan sesudah
pelayanan kesehatan selesai dilaksanakan dan biasanya merupakan
gabungan beberapa kegiatan yang berikut :

a. Menilai rekam medik, Memeriksa dan kemudian menilai catatan


rekam medik atau catatan lain dan kegiatan ini disebut sebagai
audit.
b. Wawancara dengan pasien dan keluarga/teman/petugas
kesehatan.
c. Membuat Kuisioner yang dibagikan kepada pasien dan
keluarga/teman/petugas kesehatan.
d. Melakukan pertemuan

E. Manfaat Program Jaminan Mutu


Kesehatan Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan
secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016). Menurut
Herlambang (2016), menyatakan bahwa manfaat dari program jaminan mutu
adalah :
1. Dapat Meningkatkan Efektifitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan
efektifitas pelayanan kesehatan ini erat hubungannya dengan dapat
diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi
ataupun standar yang telah ditetapkan.
2. Dapat Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Kesehatan, Peningkatan
efisiensi yang dimaksudkan ini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar ataupun yang
berlebihan. Biaya tambahan karena harus menangani efek samping atau
komplikasi karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat dihindari.
Demikian pula halnya mutu pemakaian sumber daya yang tidak pada
tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan.
3. Dapat Meningkatkan Penerimaan Masyarakat, Terhadap Pelayanan
Kesehatan Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah
sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai
jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan,
pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dapat Melindungi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan
Kemungkinan Timbulnya Gugatan Hukum.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan


yang sesuai dengan standar profesi dan pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan norma, etika, hukum, dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat.
2. Terdapat beberapa perspektif mengenai mutu pelayanan kesehatan diantara
menurut konsumen layanan kesehatan sebagai suatu layanan kesehatan yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, menurut provider layanan kesehatan
yang bermutu yaitu tersedianya peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi
dalam melakukan layanan kesehatan, menurut penyandang dana layanan
kesehatan sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan efisien, menurut
pemilik sarana layanan kesehatan bahwa layanan kesehatan yang bermutu
dapat menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional tetapi
terjangkau oleh masyarakat sedangkan menurut administrator layanan
kesehatan dapat menyediakan kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi
layanan kesehatan.
3. Standar mutu pelayanan kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu standar persyaratan
minimal yaitu menunjuk kepada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk
dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bermutu dan standar
penampilan minimal yaitu menunjuk kepada penampilan pelayanan kesehatan
yang masih dapat diterima.

Saran

Adapun saran yang diberikan yaitu agar mutu pelayanan kesehatan di Indonesia
harus lebih ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan disiplin kepada
karyawan yang sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat menumbuhkan
kehandalan dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga ada kepuasan
tersendiri bagi konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

makalah-konsep-mutu-pelayanan-rumah-sakit.pdf (Diakses pada tanggal 1


Desember 2022)
mangindara, SKM., M.KES, Suci Rahmadani, SKM., M.KES, Sri Devi, S.KES,
Manajamen Jaminan Mutu Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai