Riski Firlana Aysha Putri - 2130094 - Kia Gadar Ok Central-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 81

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA NY.L


DENGAN DIAGNOSA MEDIS APPENDICITIS DI RUANG OK
CENTRAL RSPAL Dr.RAMELAN SURABAYA

Oleh :
RISKI FIRLANA AYSHA PUTRI, S.Kep
2130094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2022
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN NY.L DENGAN


DIAGNOSA MEDIS APPENDICITIS DI RUANG OK CENTRAL RSPAL
Dr.RAMELAN SURABAYA
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ners

Oleh :
RISKI FIRLANA AYSHA PUTRI, S.Kep
2130094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2022

i
SURAT KEASLIAN LAPORAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah ASLI hasil karya saya dan saya susun tanpa

melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang berlaku di Stikes Hang Tuah

Surabaya. Berdasarkan pengetahuan dan keyakinan penulis, semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk, saya nyatakan dengan benar. Bila ditemukan

adanya plagiasi, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima

sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya,07 Juli 2022

Riski Firlana Aysha Putri, S.Kep


NIM. 213.0094

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riski Firlana Aysha Putri

NIM : 213.0094

Program studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Ny.L


dengan diagnose medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa Karya Ilmiah Akhir ini diajukan dalam sidang guna memenuhi

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar :

NERS (Ns.)

Surabaya, 07 Juli 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Ninik Ambar Sari, S.Kep., Ns., M.Kep Tri Sunu Prabolaksono., S.Kep., Ns.
NIP. 03039 TK I III D NIP. 197306171994031005

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 07 Juli 2022

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Riski Firlana Aysha Putri
NIM : 213.0094
Program studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan pada Ny.L dengan
diagnose medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL
Dr.Ramelan Surabaya.
Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Ilmiah Akhir di
STIKES Hang Tuah Surabaya, dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar “NERS” pada Prodi Profesi Ners STIKES Hang
Tuah Surabaya.

Penguji 1 : Iis Fatimawati, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 03067
Penguji 2 : Ninik Ambar Sari, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 03039
Penguji 3 : Tri Sunu Prabolaksono, S.Kep., Ns
TK I III D NIP. 197306171994031005

Mengetahui,
KA PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES HANG TUAH SURABAYA

Dr. Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 03009

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya

Tanggal : 07 Juli 2022

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan

hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan waktu yang telah ditentukan. Karya

ilmiah akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program

Pendidikan Profesi Ners.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari

sempurna, dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

Karya Ilmiah Akhir ini. Terselesaikannya Karya Ilmiah Akhir ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan kali ini dengan segala

kerendahan hati perkenankanlah peulis untuk mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Laksamana Pertama TNI Dr. Gigih Imanta J.,Sp,PD., Finasim., M.M., selaku

Kepala Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Laut (RSPAL) Dr. Ramelan

Surabaya yang telah memberikan ijin dan lahan praktek untuk penyusunan

karya ilmiah akhir.

2. Laksamana Pertama (Purn) DR.A.V. Sri Suhardiningsih, S.Kep., M.Kep.

selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah

memberikan kesempatan kepada kami menyelesaikan pendidikan Ners di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

3. Ibu Dr. Hidayatus S., S.Kep., Ns., M.Kep. selaku kepala program studi

pendidikan proesi ners Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan

v
kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan profesi

ners.

4. Ibu Iis Fatimawati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji ketua, yang telah

bersedia memberikan saran dan masukan terhadap Karya Ilmiah Akhir ini.

5. Ibu Ninik Ambar Sari, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku pembimbing, yang dengan

tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian

dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir ini.

6. Bapak Tri Sunu Prabolaksono, S.Kep., Ns selaku pembimbing ruangan yang

dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam

penyusunan dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

yang telah memberikan bekal bagi penulis melalu materi-materi kuliah yang

penuh nilai dan makna dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir

ini, juga kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani

keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisannya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga Karya Ilmiah

Akhir ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga

hubungan persahabatan tetap terjalin.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

bantuannya. Penulis hanya bisa berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa

membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir.

vi
Selanjutnya, penulis menyedarai bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih

banyak kekurangan dan masih juga dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik

yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

Karya Ilmiah Akhir ini dapat memeberikan manfaat bagi siapa saja yang

membaca terutama Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 07 Juli 2022


Penulis

Riski Firlana Aysha Putri, S.Kep


NIM. 213.0094

vii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i
SURAT KEASLIAN LAPORAN .............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................. 4
1.5 Metode Penelitian .................................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Appendicitis ............................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Appendicitis ....................................................................... 8
2.1.2 Etiologi ............................................................................................... 8
2.1.3 Manifestasi Klinik ............................................................................... 10
2.1.4 Patofisiologi ........................................................................................ 10
2.1.5 Komplikasi .......................................................................................... 12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 14
2.1.7 Penatalaksanaan .................................................................................. 15
2.2 Konsep Perioperatif ............................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Perioperatif ....................................................................... 16
2.2.2 Fase-Fase Pelayanan Keperawatan Perioperatif .................................. 17
2.2.3 Tim Operasi ........................................................................................ 20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 21
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................... 21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 28
2.3.3 Perencanaan Keperawatan ................................................................... 29
2.3.4 Implementasi Keperawatan ................................................................. 31
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 32
2.4 WOC (Web Of Causation) ...................................................................... 33
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ............................................................................................. 34
3.1.1 Data Dasar .......................................................................................... 34
3.1.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 35
3.1.3 Pengkajian Perioperatif ....................................................................... 35
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 38
3.2.1 Analisa Data Pre Operatif ................................................................... 38

viii
3.2.2 Analisa Data Intra Operatif ................................................................. 41
3.2.3 Analisa Data Post Operatif .................................................................. 43
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................................. 45
4.1.1 Identitas .............................................................................................. 45
4.1.2 Keluhan Dan Riwayat Penyakit ........................................................... 46
4.2 Pengkajian ............................................................................................. 46
4.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 47
4.3.1 Nyeri b.d Agen Pencedera Fisiologis ................................................... 47
4.3.2 Ansietas b.d Krisis Situasional ............................................................ 48
4.3.3 Hipotermia b.d Terpapar Suhu Lingkungan Rendah ............................ 48
4 3.4 Nausea b.d Efek Agen Farmakologis ................................................... 49
4.4 Intervensi ............................................................................................... 49
4.5 Implementasi .......................................................................................... 52
4.6 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 53
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 55
5.2 Saran ...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Diagnosa Keperawatan Pre Operatif pada Ny. L


dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 38
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan Pre Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 39
Tabel 3.3 Implementasi Keperawatan Pre Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 40
Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan Intra Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 41
Tabel 3.5 Intervensi Keperawatan Intra Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 41
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan Intra Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 42
Tabel 3.7 Diagnosa Keperawatan Post Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 43
Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan Post Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 43
Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Post Operatif pada Ny. L
dengan Diagnosa Medis Appendicitis di Ruang OK Central
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 44

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae ...................................................................... 60


Lampiran 2 Motto dan Persembahan ............................................................ 61
Lampiran 3 Lembar Konsul ......................................................................... 63
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP) ........................................ 64

xi
DAFTAR SINGKATAN

CRP : C-Reactive Protein


CRT : Capillary Refill Time
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinkes : Dinas Kesehatan
GCS : Glasgow Coma Scale
IV : Intra Vena
PMN : Polymorphonuclear
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
ROM : Range Of Motion
ROS : Review Of System
TTV : Tanda-tanda Vital
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
WOC : Web Of Causation

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Appendicitis adalah suatu peradangan yang terjadi tanpa penyebab yang jelas,

dapat terjadi karena obstruksi feses, atau terpuntirnya apendiks, atau pembuluh

darahnya. Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2009), appendicitis akut adalah

peradangan pada rongga bawah kanan abdomen yang merupakan penyebab

dilakukannya bedah abdomen darurat. Keluhan appendicitis biasanya bermula

dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan

muntah. Nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah dalam 2-12 jam, yang akan

menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Keluhan nyeri pada pasien

dengan appendicitis dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan menghambat

kebutuhan rasa aman dan nyaman (Hidayat, 2020). Pada pasien Appendicitis akan

terganggu kebutuhan dasar fisiologisnya seperti kebutuhan pada nutrisinya dan

eliminasinya (Maslow, 2017). Pada pasien Appendicitis terganggu pada kebutuhan

nutrisi dan eliminasi karena pasien kurang mengkonsumsi asupan makanan yang

mengandung serat sehingga pasien terkadang merasakan rasa nyeri dan mual

muntah (Mediarti et al., 2022).

Penelitian terbaru menunjukkan 7% penduduk di negara barat menderita dan

terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat setiap

tahunnya. Badan World Health Organization (WHO) menyebutkan insidensi di

Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total

populasi. Di Indonesia insiden appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya

peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh 2

1
2

dari Depkes 2016, kasus appendicitis pada tahun 2017 jumlah pasien appendicitis

sebanyak 75.601 orang. Dinkes Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2017

jumlah kasus appendicitis di Jawa Timur sebanyak 5.980 penderita dan 177

penderita diantaranya menyebabkan kematian (Amalina et al., 2018). Berdasarkan

data dari OK Central RSPAL Dr.Ramelan pada bulan April – Juni 2022 dengan

jumlah keseluruhan 20 pasien dengan kasus appendicitis.

Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus

yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut

makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat

tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis

bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang

ditandai oleh nyeri epigastrium. Pada pasien dengan appendicitis kemudian

muncul masalah keperawatan prioritas utama adalah nyeri akut. Dengan

timbulnya nyeri yang terus-menerus yang dirasakan pasien maka pasien dengan

appendicitis (Amalina et al., 2018).

Berlanjutnya kondisi appendicitis akan meningkatkan resiko terjadinya

perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan

inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen kemudian akan memberikan

respon inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Sistem

penanganan pada pasien apendisitis yaitu, pengobatan yang paling baik adalah

operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,


3

istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang

tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan

bawah. Perlu memprioritaskan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan

menghilangkan nyeri, mencegah terjadinya komplikasi, dan memberikan

informasi tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatannya

(Nasution, 2021).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

“Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien

dengan tindakan pembedahan Appendektomy di ruang OK Central RSPAL Dr.

Ramelan Surabaya?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengkaji individu secara mendalam yang dihubungkan dengan

penyakitnya melalui proses asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan

tindakan appendectomy di ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan tindakan appendectomy di ruang

OK Central RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.

2. Melakukan analisa data masalah, prioritas masalah dan menengakkan

diagnosa keperawatan pada pasien di ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya.
4

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada masing-

masing diagnosa keperawatan pasien di ruang OK Central RSPAL

Dr.Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien di

ruang OK Central RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien di

ruang OK Central RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.

1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya tulis ilmiah ini

diharapkan bisa memberikan manfaat baik bagi kepentingan pengembangan

program maupun bagi kepentingan ilmu pengetahuan, adapun manfaat-manfaat

dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti tersebut dibawah ini :

1. Secara teoritis

Dengan pemberian asuhan keperawatan secara cepat, tepat dan efisien

akan menghasilkan keluaran klinis yang baik dan menurunkan angka kejadian

morbidity, disability dan mortalitas pada pasien dengan penyakit appendicitis.

2. Secara praktis

a. Bagi Institusi Rumah Sakit

Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman

pelaksanaan pasien dengan Appendicitis sehingga penatalaksanaan dini

bias dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran klinis yang baik bagi

pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan di institusi rumah sakit

yang bersangkutan.

b. Bagi Institusi Pendidikan


5

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai wacana dan

pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian

pada pasien dengan appendicitis.

c. Bagi Keluarga dan Pasien

Sebagai bahan penyuluhan kepada keluarga tentang bagaimana

cara perawatan pasien dengan sehingga keluarga mampu menggunakan

pelayanan medis gawat darurat.

d. Bagi penulis selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai tambahan referensi

tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus appendicitis.

1.5. Metode Penulisan


1. Metode
Studi kasus yaitu metoda yang memusatkan perhatian pada satu

obyek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara

mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

keluarga maupun tim kesehatan lain.

b. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap

keadaan, reaksi, sikap dan perilaku pasien yang dapat diamati.

c. Pemeriksaan
6

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium serta pemeriksaan

penunjang lainnya yang dapat menegakkan diagnosa dan penanganan

selanjutnya.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari pasien

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan pasien,

catatan medis perawat, hasil-hasil peneriksaan dan tim kesehatan lain.

c. Studi Kepustakaan

Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul karya tulis

dan masalah yang dibahas.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam studi kasus secara keseluruhan dibagi dalam 3 bagian, yaitu :

1. Bagian awal memuat halaman judul, abstrak penulisan, persetujuan

pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

daftar gambar dan daftar lampiran dan abstraksi.

2. Bagian inti meliputi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab

berikut ini :

BAB 1 : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan studi kasus.


7

BAB 2 : Landasan teori yang berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnose

Appendicitis.

BAB 3 : Hasil yang berisi tentang data hasil pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,

dan evaluasi dari pelaksanaan.

BAB 4 : Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan

opini serta analisis

BAB 5 : Simpulan dan saran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahasa mengenai konsep, landasan teori dan berbagai

aspek, meliputi: 1) Konsep Appendicitis, 2) Konsep Perioperatif, 3) Konsep

Asuhan Keperawatan Appendicitis.

2.1. Konsep Appendicitis

2.1.1 Pengertian Appendicitis


Appendicitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis.

Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm.

Appendicitis merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang bedah abdomen

yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera

untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

Appendicitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering

ditemukan dan memerlukan tindakan bedah mayor segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendiks akan berbahaya jika tidak

ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan

pecahnya lumen usus. Penyakit ini dapat dijumpai disemua usia, namun paling

sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian appendicitis 1,4 kali lebih

tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita (Hidayat, 2020).

2.1.2 Etiologi
Penyebab appendicitis masih belum pasti meskipun berbagai teori sudah

ada. Teori-teori terbanyak berpusat pada obstruksi luminal pada apendiks sebagai

patologi primer. Penyebab obstruksi luminal yang paling umum adalah

hiperplasia limfoid akibat penyakit radang usus atau infeksi (lebih sering terjadi

8
9

pada masa anak-anak dan pada dewasa muda), stasis tinja dan fekalit (lebih umum

pada pasien usia lanjut), parasit (terutama di negara-negara timur), atau lebih

jarang seperti benda asing dan neoplasma. Ketika lumen apendiks terhambat,

bakteri akan menumpuk di usus buntu dan menyebabkan peradangan akut dengan

perforasi dan pembentukan abses.

Apendiks mengandung massa besar jaringan limfoid di mukosa dan

submukosa, dan karena itu apendiks cenderung mengalami hiperplasia limfoid

yang mengakibatkan obstruksi lumen. Hiperplasia jaringan limfoid dianggap

sebagai mekanisme yang paling umum. Hiperplasia jaringan limfoid mungkin

hadir dengan appendicitis akut, dengan timbulnya gejala secara bertahap.

Hiperplasia limfoid dikaitkan dengan berbagai gangguan inflamasi dan infeksi

termasuk crohn disease, gastroenteritis, amoebiasis, infeksi saluran pernapasan,

campak, dan mononukleosis.

Appendicitis dapat terjadi karena infeksi bakteri. Hubungan dengan berbagai

bakteri dan virus menular hanya ditemukan dalam kasus yang kecil pada pasien

appendicitis. Flora apendiks yang meradang berbeda dari flora apendiks normal.

Sekitar 60% dari apendiks yang meradang memiliki bakteri anaerob dengan 25%

pada apendiks normal. Spesimen jaringan dari dinding apendiks yang meradang

hampir semuanya menumbuhkan Escherichia coli dan Bacteroides species pada

hasil kultur. Fusobacterium nucleatum yang tidak ada pada flora sekum normal,

telah diidentifikasi pada 62% dari apendiks yang meradang. Parasit penyebab lain

yang diduga menimbulkan appendicitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh

parasit E. histolytica, Viridans streptococci, dan Pseudomonas aeruginosa

(Tomayahu, 2011).
10

2.1.3 Manifestasi Klinik

Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul pada appendicitis antara

lain sebagai berikut :

1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilikus atau

periumbilikus. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri beralih ke kuadaran

kanan bawah ke titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilikus dan

spina anterior ileum) nyeri terasa lebih tajam.

2. Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi perionitis karena

kebocoran apendiks dan meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen.

3. Mual

4. Muntah

5. Nafsu makan menurun

6. Konstipasi

7. Demam

(Cristie et al., 2021)

2.1.4 Patofisiologi

Appendicitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lamen

apendikeal oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid

submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal), atau parasit E-

Histolytica. Selain itu appendicitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan

makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi

obstruktif akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan

perkembangan bakteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kongesti dan

penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan
11

inflamasi apendiks. Pada fase ini penderita mengalami nyeri pada area

periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses inflamasi, akan terjadi

pembentukan eksudat pada permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini

berhubungan dengan perietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan

terjadi.

Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan

meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding

apendiks yang ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen. Adanya

penurunan perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis serta

diikuti peningkatan tekanan intraluminal, juga akan meningkatkan risiko perforasi

dari apendiks. Pada proses fagositosis terhadap respon perlawanan terhadap

bakteri ditandai dengan pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada

lumen apendiks.

Berlanjutnya kondisi appendicitis akan meningkatkan resiko terjadinya

perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan

inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen kemudian akan memberikan

respon inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi

apendiks disertai dengan abses, maka akan ditandai dengan gejala nyeri lokal

akibat akumulasi abses dan kemudian akan memberikan respons peritonitis.

Gejala yang khas dari perforasi apendiks adalah adanya nyeri hebat yang tiba-tiba

datang pada abdomen kanan bawah (Patranita, n.d.).


12

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor

keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita

dapat berasal dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa

kesalahan dalam mendiagnosa, keterlambatan mengangani masalah dan

keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini dapat

memacu meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi yang sering

adalah terjadi pada anak kecil dan orang tua.

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Adapun

jenis komplikasi menurut (Silaban et al., 2020) adalah :

1. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa

lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula

berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal

ini terjadi apabila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh

omentum. Operasi appendectomy untuk kondisi abses apendiks dapat

dilakukan secara dini (appendectomy dini) maupun tertunda (appendectomy

interval). Appendectomy dini merupakan appendectomy yang dilakukan segera

atau beberapa hari setelah kedatangan pasien di rumah sakit. Sedangkan

appendectomy interval merupakan appendectomy yang dilakukan setelah

terapi konservatif awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama

beberapa minggu.
13

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri

menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama

sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat

diketahui pra operatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul

lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri

tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN).

Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat

menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis

segera untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi

lambung ke rongga perut.

3. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar

luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis

umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus

meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,

gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang

semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Penderita

peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.


14

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling),

rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

b. Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng

Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis appendicitis

akut.

c. Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di

angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas

Sign).

d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila

pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.

e. Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih

menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3.

Jika terjadi peningkatan yang lebih, maka kemungkinan apendiks

sudah mengalami perforasi.

3. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang

membantu)

b. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai

inflamasi dari apendiks


15

c. Pemeriksaan CT – Scan pada abdomen untuk mendeteksi

appendicitis dan adanya kemungkinan perforasi.

d. C – Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut

oleh hati sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada

appendicitis didapatkan peningkatan kadar CRP.

2.1.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose

appendicitis telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk

mengurangi risiko perforasi.

b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan

pemebedahan dilakukan.

c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.

d. Operasi (apendiktomy), bila diagnosa telah ditegakan yang harus

dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomy).

Penundaan apendiktomy dengan cara pemberian antibiotik dapat

mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan

drainage.

Apendiktomy adalah pembedahan atau operasi pengangkatan

apendiks. Apendiktomy merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan

operasi hanya untuk penyakit apendicitis atau penyingkiran/pengangkatan

usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomy dilakukan sesegera mungkin

untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau

abses (Ridwan et al., 2014).


16

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah

defisit volume cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko

infeksi yang disebabkan oleh gangguan potensial atau aktual pada

saluran gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan

mencapai nutris yang optimal.

b. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan,

mulai jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang

nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan

laksatif.

c. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik

narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat

ditoleransi.

d. Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya

tanda-tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses

sekunder.

(Silaban et al., 2020)

2.2. Konsep Perioperatif

2.2.1 Pengertian Perioperatif

Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Perioperatif adalah istilah gabungan yag

mencakup tiga fase yaitu fase preoperatif, intra operatif dan pasca operatif

dimana masing-masing fase tersebut dimulai dan berakhir pada waktu tertentu
17

dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalamna bedah, dan masing-masing

mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan

oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik

keperawatan.

Fase Preoperatif merupakan tahapan awal dalam proses pembedahan yang

dimulai dari keputusan untuk informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien

dikirim ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Aktivitas

keperawatan yang termasuk dalam fase preoperatif antara lain mengkaji pasien,

mengidentifikasi masalah keperawatan yang aktual dan potensial/berisiko terjadi

masalah, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan

memberikan penyuluhan preoperatif pada pasien dan keluarga atau orang

terdekatnya. Hal penting yang perlu dilakukan pada fase preoperatif adalah

menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta dampak dari pelaksanaan

pembedahan pada pasien yang dikenal dengan edukasi preoperatif (Indri1 et al.,

n.d.).

2.2.2 Fase-Fase Pelayanan Keperawatan Perioperatif

1. Fase Pre Operatif

Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan

intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup

aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan

pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pre

operatif dan menyiapkan pasien untuk anasthesi yang diberikan serta

pembedahan.
18

Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan

secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian

rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat

darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar

bedah.

2. Fase Intra Operatif

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan

berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan

intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan

infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi

fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga

keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan

psikologis selama induksi anasthesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau

membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan

prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh.

Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra

operatif lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar

segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam

mengenali masalah pasien yang bersifat resiko maupun aktualakan

didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan.

Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan,

koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan

independen dan dependen.


19

Pada fase ini terdapat juga pengisian checklist. Yang bertanggung

jawab untuk memeriksa checklist, yaitu perawat sirkuler tetapi dapat juga

setiap dokter yang berpartisipasi dalam operasi. Checklist dalam operasi

dibagi menjadi tiga fase, masingmasing sesuai dengan periode waktu

tertentu dalam prosedur normal : periode sebelum induksi anasthesi (sign

in), periode setelah induksi dan sebelum insisi (time out) dan periode selama

atau segera setelah penutupan luka.

a. Fase sign in yaitu sebelum induksi anasthesia, koordinator pengisian

checklist akan secara verbal mengkonfirmasi dengan pasien (jika

mungkin) identitasnya, lokasi operasi, prosedur dan persetujuan operasi

telah diperoleh. Koordinator akan selalu mengkonfirmasi bahwa lokasi

operasi sudah ditandai (jika perlu) dan akan meninjau secara lisan

dengan anasthesi profesional mengenai resiko pasien kehilangan darah,

penyulit pernapasan, alergi, dan juga apakah persiapan mesin anasthesi

serta obat-obatan telah lengkap.

b. Fase time out, tim akan berhenti sesaat sebelum sayatan kulit untuk

mengkonfirmasi dengan keras bahwa operasi yang sedang dilakukan

pada pasien yang benar dan lokasi yang benar. Semua anggota tim

kemudian akan meninjau secara verbal satu sama lain, pada gilirannya,

unsur-unsur penting dari rencana mereka untuk operasi, menggunakan

pertanyaan checklist pada panduan. Mereka juga akan mengkonfirmasi

bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya

dan bahwa pencitraan penting ditampilkan sebagaimana mestinya.


20

c. Fase sign out, tim akan meninjau bersama operasi yang dilakukan,

kelengkapan jumlah spons dan instrumen serta label dari setiap spesimen

bedah yang diperoleh. Mereka juga akan meninjau setiap malfungsi

peralatan atau masalah yang perlu ditangani. Pada akhirnya tim akan

meninjau rencana utama dan kekhawatiran untuk manajemen pasca

operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari ruang

operasi.

3. Fase Post Operatif

Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang

pemulihan (recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir

dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di

rumah.lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang

luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen

anasthesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas

keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien

dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, serta rujukan untuk

penyembuhan, rehabilitasi, dan pemulangan (Indri1 et al., n.d.).

2.2.3 Tim Operasi

Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu

anggota tim steril dan anggota tim non steril .

1. Steril : ahli bedah, asisten bedah dan perawat instrumentator (scrub nurse).

2. Nonsteril : ahli anasthesi, perawat anasthesi, perawat sirkuler dan teknisi

(operator alat, ahli patologi dan lain-lain).


21

Perawat kamar bedah dibagi menjadi :

1. Perawat Instrumen (scrub nurse) adalah seorang tenaga perawat profesional

yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan paket alat

pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung. Secara administratif

bertanggung jawab kepada kepala kamar operasi, dan secara operasional atau

tindakan bertanggung jawab terhadap ahli bedah dan perawat kepala kamar

operasi.

2. Perawat Sirkulasi (circulating nurse) adalah seorang tenaga perawat

profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran

pelaksanaan pembedahan. Secara administrasi dan operasional bertanggung

jawab kepada kepala kamar operasi, dan kepada ahli bedah.

3. Perawat Anasthesi adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi

wewenang dan tanggung jawab dalam membantu terselenggaranya

pelaksanaan tindakan pembiusan di kamr operasi. Secara administratif dalam

kegiatan keperawatan bertanggung jawab kepada perawat kepala kamar

operasi dan secara operasional bertanggung jawab kepada ahli anasthesi /

bedah.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

1. Data demografi Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor

register.
22

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

1) Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presitasi nyeri.

2) Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan. Apakah

seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.

3) Region : Apakah rasaa sakit bias reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity (scalr) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang

dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau menerangkkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang

menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami

demam tinggi

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah pasien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang

sama.
23

3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak

menyeringai, konjungtiva anemis. (H Kara, 2014)

b. Airway

Dengan kontrol servikal, yang pertama harus dinilai adalah

kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi

jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian wajah.

Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi tulang

cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien

dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya

memerlukan pemasangan airway definitive.

c. Breathing

Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus

menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi

dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma.

d. Circulation

Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan disini

adalah volume darah, perdarahan, syok, anemia, CRT dan Cardiac

output.

A. B1 (Breathing) Sistem Pernafasan

Inspeksi: Bentuk dada (Normochest, Barellchest, Pigeonchest atau

Punelchest). Pola nafas: Normalnya = 12-24 x/ menit, Bradipnea/ nafas lambat

(Abnormal), frekuensinya = < 12 x/menit, Takipnea/ nafas cepat dan dangkal

(Abnormal) frekuensinya = > 24 x/ menit. Cek penggunaan otot bantu nafas


24

(otot sternokleidomastoideus) Normalnya tidak terlihat. Cek Pernafasan

cuping hidung Normalnya tidak ada. Cek penggunaan alat bantu nafas (Nasal

kanul, masker, ventilator).

Palpasi: Vocal premitus (pasien mengatakan 77)

Normal (Teraba getaran di seluruh lapang paru)

Perkusi dada: sonor (normal), hipersonor (abnormal, biasanya pada pasien

PPOK/ Pneumothoraks)

Auskultasi: Suara nafas (Normal: Vesikuler, Bronchovesikuler, Bronchial dan

Trakeal). Suara nafas tambahan (abnormal): wheezing suara pernafasan

frekuensi tinggi yang terdengar diakhir ekspirasi, disebabkan penyempitan

pada saluran pernafasan distal). Stridor suara pernafasan frekuensi tinggi yang

terdengar diawal inspirasi. Gargling suara nafas seperti berkumur, disebabkan

karena adanya muntahan isi lambung.

B. B2 (Circulation) Sistem Peredaran Darah

Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) tekniknya dengan cara menekan salah

satu jari kuku klien Normal < 2 detik, Abnormal > 2 detik. Adakah sianosis

(warna kebiruan) di sekitar bibir klien, cek konjungtiva klien, apakah

konjungtiva klien anemis (pucat) atau tidak normalnya konjungtiva berwarna

merah muda.

Palpasi: Akral klien Normalnya Hangat, kering, merah, frekuensi nadi

Normalnya 60 - 100x/ menit, tekanan darah Normalnya 100/ 80 mmHg –

130/90 mmHg.

C. B3 (Neurologi) Sistem Persyarafan

Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan
25

suatu skala (secara kuantitatif) pengukuran yang disebut dengan Glasgow

Coma Scale (GCS). GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon

pasien terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik

buka mata, respon verbal, dan respon motorik (E-V-M). Nilai kesadaran pasien

adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen tersebut. Tingkat kesadaran

adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari

lingkungan, tingkat kesadaran (secara kualitatif) dibedakan menjadi:

Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh

Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri

Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan

apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak

ada respon pupil terhadap cahaya).

Pemeriksaan Reflek:

a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps brachii,

posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

Respon: fleksi lengan pada sendi siku


26

b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.

Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps

femoris

Nervus 1(Olfaktorius) : Tes fungsi penciuman (pasien mampu

menciumbebauan di kedua lubang hidung)

Nervus 2 (Optikus) : Tes fungsi penglihatan (pasien mampu

membacadengan jarak 30 cm (normal)

Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)

:Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal)

Nervus 5 (Trigeminus) :

a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi,

pipi dandagu (normal)

b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi)

dan otot masseter (normal)

Nervus 7 (Facialis) :

a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)

b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan

mengerutkan dahi(normal)

Nervus 8 (Akustikus) : Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)

Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus) : pasien mampu menelan dan

ada refleks muntah (Normal)

Nervus 11 (Aksesorius) : pasien mampu mengangkat bahu (normal)

Nervus 12 (Hipoglosus) : pasien mampu menggerakan lidah ke

segala arah (normal)


27

D. B4 (Bladder) Sistem Perkemihan

Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna

merah muda, tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan patologis pada

perempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi

testis yang menyebabkan pembengkakan skrotum.

Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih.

Tidak ada distensi kandung kemih

E. B5 (Bowel) Sistem Pencernaan

Inspeksi: Pada infeksi perlu diperlihatkan, apakah abdomen membuncit

atau mendatar, apakah ada benjolan atau massa

Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,teses) turgor

kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar traba,

apakah lien teraba

Perkusi : Abdomen normal tympanik, ada masa padat atau cair akan

menimbulkan suara pekak (hepar, Asites, Vesika urinaria, Tumor)

Auskultasi: Secara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35x/Menit.

F. B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen

Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot

penuh, tidak ada fraktur, tidak ada lesi

Palpasi: turgor kulit elastis

4. Pemeriksaan diagnostic.

1. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk appendicitis akut.


28

2. Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non

spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk

mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

3. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit

yang merupakan tanda adanya infeksi.

4. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.

b. Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada

semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul, antara

lain :

1.Pre Op

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI D.0077

Hal.172)

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (SDKI D.0080 Hal.180)

c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (SDKI D.0130 Hal.284)


29

2.Intra Op

a. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (SDKI D.0142

Hal.304)

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanis (SDKI

D.0139 Hal.300)

3.Post Op

a. Risiko ketidakseimbangan perfusi gastrointestinal berhubungan dengan

trauma abdomen (SDKI D.0013 Hal.44)

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (SDKI D.0074

Hal.166)

2.3.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan

tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien

berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien

dapat diatasi.

1. Pre Operasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan keperawatan 1x60 menit karakterisitik, durasi,
dengan agendiharapkan keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
pencedera fisik menurun dengan kriteria intensitas nyeri
(SDKI D.0077) hasil meringis menurun, 2. Identifikasi skala nyeri
sikap protektif menurun, 3. Identifikasi factor
gelisah menurun. memperberat dan
Tingkat nyeri (SLKI memperingan nyeri
L.08066 Hal.145) 4. Fasilitasi istirahat dan
tidur
5. Kolaborasi pemberian
30

analgetik

2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan1. Identifikasi teknik


berhubungan keperawatan 1x60 menit relaksasi nafas dalam
dengan krisis diharapkan tingkat ansietas2. Ciptakan lingkungan
situasional membaik dengan kriteria tenang
(SDKI D.0080hasil perilaku gelisah3. Anjurkan mengambil
Hal.180) menurun, perilaku tegang posisi nyaman
menurun, pola tidur4. Anjurkan rileks
membaik.
Tingkat ansietas (SLKI
L.09093 Hal.132)
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
berhubungan keperawatan 1x60 menit hipertermia
dengan proses diharapkan termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh
penyakit (SDKImembaik dengan kriteria 3. Lakukan pendinginan
D.0130 Hal.284) hasil menggigil menurun, eksternal
suhu tubuh membaik.
Termoregulasi (SLKI
L.14134 Hal.129)

2. Intra Operasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
berhubungan dengan keperawatan 1x60 menit gejala infeksi
efek prosedur invasif diharapkan tingkat infeksi 2. Jelaskan tanda dan
(SDKI D.0142menurun dengan kriteria gejala infeksi
Hal.304) hasil kemerahan menurun, 3. Ajarkan cara
nyeri menurun, bengkak memeriksa kondisi
menurun. luka atau luka
Tingkat infeksi (SLKI operasi
L.14137 Hal.139)
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. monitor
jaringan keperawatan 1x60 menit karakteristik luka
berhubungan dengan diharapkan integritas 2. monitor tanda-
factor mekanis jaringan membaik dengan tanda infeksi
(SDKI D.0139kriteria hasil kerusakan 3. Ajarkan prosedur
Hal.300) jaringan menurun. perawatan luka
Integritas kulit dan jaringan secara mandiri
31

(SLKI L.14125 Hal.33)

3. Post Operasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
perfusi gastrointestinal tindakan keperawatan kebiasaan pola
berhubungan dengan 1x60 menit diharapkan makan saat ini
trauma abdomen (SDKIkram abdomen menurun dan masa lalu
D.0013 Hal.44) dengan kriteria hasil 2. Informasikan
mual menurun, muntah makanan yang
menurun, nyeri menurun. diperbolehkan
Mobilitas gastrointestinal dan dilarang
(SLKI L.03003 Hal.66)
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. atur posisi tidur
berhubungan dengan gejala tindakan keperawatan yang disukai
penyakit (SDKI D.00741x60 menit diharapkan 2. posisikan pada
Hal.166) status kenyamanan kesejajaran tubuh
membaik dengan kriteria yang tepat
hasil keluhan tidak 3. tinggikan tempat
nyaman menurun, tidur bagian kepala
gelisah menurun
Status kenyamanan
(SLKI L.08064
Hal.110)

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke-4 dari proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang terlah direncanakan. Dalam

tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan

perlindungan terhadap pasien, Teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman tentang hak pasien serta dalam memahami tingkat

perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat 2 jenis yaitu

: tindakan mandiri dan kolaborasi (Mediarti et al., 2022).


32
33

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan merupakan penilaian dengan cara membandingkan

perubahan yang terjadi pada keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan

dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.


34

2.4. WOC
35

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Bab ini membahas mengenai asuhan keperawatan pada Ny.L dengan

diagnosis medis Appendicitis meliputi : 1) Pengkajian, 2) Diagnosa Keperawatan,

3) Intervensi Keperawatan, 4) Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

3.1. Pengkajian

3.1.1 Data Dasar

Ny. L berjenis kelamin perempuan berusia 75 tahun, beragama Islam, yang

tinggal di Bendul Merisi Surabaya dengan nomor register 534XXX. Pasien

dirawat dengan diagnose medis yang akan direncanakan prosedur pembedahan

Appendectomy. Pasien masuk pada tanggal 16 juni 2022 dengan permintaan

opname melalui poli penyakit dalam yang disetujui oleh rumah sakit pada tanggal

16 juni 2022.

Keluhan utama pasien masuk rumah sakit adalah nyeri pada perut bagian

kanan bawah sejak 2020 pasien sempat rutin kontrol di poli penyakit dalam di RSI

Jemur Sari kemudian pasien sudah tidak ada keluhan, saat bulan Mei 2022 pasien

kembali mengeluh nyeri perut kanan bawah kemudian pasien kembali periksa di

poli penyakit dalam RSPAL Dr.Ramelan Surabaya dan MRS di ruang G2 dan

dijadwalkan operasi appendectomy pada hari Selasa, 21 Juni 2022. Pada saat di

kaji pasien tidak mempunyai riwayat operasi, tidak ada riwayat alergi maupun

obat, dan riwayat keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan

pasien.
36

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik Ny.L didapati bahwa pasien terlihat cemas.

Keadaan umum Ny.L baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 130/90

mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 36,7˚C, dan pernafasan sebanyak 16 x/menit.

Gambaran umum baik tidak ada luka atau jejas di abdomen dan tidak ada

distended abdomen.

3.1.3 Pengkajian Perioperatif

1. Pengkajian Pre Operasi

Pada pengkajian pre operasi dimana pengkajian yang mulai dilakukan dari

awal anamnesa di ruang penerimaan pasien hingga pasien masuk ruang

Operasi. Pada pengkajian ini didapatkan bahwa keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, total GCS : 15, tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80 x/menit,

Suhu 36,7˚C, pernapasan 16 x/menit, pada pemeriksaan airway breathing tidak

ada otot bantuan nafas, suara vesikuler, tidak ada sesak, irama nafas reguler

dan tidak terpasang alat bantuan napas. Pada pemeriksaan circulation teraba

nadi kuat dengan hasil 80 x/menit, tidak di dapatkan kelainan bunyi jantung.

Pada pemeriksaan Brain kesadaran composmentis, GCS 456, pasien dapat

menggunakan indra penciumannya dengan baik, mampu menggerakkan mata

ke segala arah, tidak memakai gigi palsu, dapat mengkerutkan dahi, mampu

mendengar dengan baik, dapat menelan dengan baik dan mampu mengangkat

bahu. Pada pemeriksaan bladder tidak ada nyeri tekan, tidak ada distended

abdomen, tidak terpasang kateter urine. Pada pemeriksaan bowel bentuk

abdomen simetris, tidak ada asites atau merasa mual maupun muntah, adanya

nyeri tekan pada Mc Burney. Pada pemeriksaan bone dan Integumen turgot
37

kulit elastis, tidak pucat, pasien dapat menggerakan anggota tubuh dengan

normal, ROM bebas/aktif tidak ada kelainan pada tulang.

Pada pemeriksaan antropometri didapatkan berat badan pasien : 40 kg

dengan tinggi 155 cm. didapatkan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16

juni 2022 sebagai berikut : Leukosit 6,89 10^3/µL (4.00-10.00), Hemoglobin

13.00 g/dL (12-15), Hematokrit 39,70% (37.0-47.0), Eritrosit 4,36 10^6/µL

(3.50-5.00), Trombosit 266,00 10^3/µL (150-450), PCT L 0,238 10^3/µL

(1.08-2.82), Kreatinin 1,40 mg/dL (0.6-1.5), BUN 16 mg/dL (10-24), Natrium

(Na) 137,6 mEq/L (135-147), Kalium (K) 3,41 mmol/L (3.0-5.0), Clorida (C)

102,0 mEq?L (95-105), pemeriksaan Kimia Klinik SGOT 14 U/L (0-35),

SGPT 10 U/L (0-37), Albumin 4,39 mg/dL (3,50-5,30), Anti HIV Non Reaktif,

Anti HCV Negatif dan telah dilakukan swab PCR dengan hasil negative, foto

USG dengan kesimpulan mengesankan suatu acute dengan diameter appendix

slight membesar +/- 0,85cm Lymphnode di periappendix.

Rangkaian sebelum proses tindakan, keluarga pasien perlu menyetujui

inform concent yang telah disediakan (inform consent pembiusan dan inform

consent pembedahan) dan pasien diharuskan berpuasa terlebih dahulu. Dengan

demikian Ny.L terakhir makan pukul 00.00. pada proses sign in : pasien

diberikan posisi supinasi.

2. Pengkajian Intra Operasi

Pada prosedur intra operasi dimana dimulai saat pasien telah masuk dalam

kamar operasi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kelengkapan operasi.

Proses pembedahan dilakukan oleh Dokter Bedah Digestif, Perawat asisten

dengan bantuan Dokter anasthesi. Jenis anasthesi menggunakan SAB peridural


38

dengan suhu kamar 20˚C dan kelembapan udara 60%. Posisi operasi supinasi

dengan nama prosedur pembedahan (appendectomy). Dengan tindakan operasi

anasthesi dimulai pada pukul 12.30 dengan jenis pembiusan SAB Peridural.

Desinfeksi kulit menggunakan povidone iodine yang dilakukan di area titik Mc

Burney Line. Dengan obat anasthesi Regivel 20 mg dengan estimasi lama

operasi 1 jam. Terpasang infus di tangan kanan dengan cairan NS 20 tpm

dengan jenis operasi bersih terkontaminasi. Obat selama anasthesi

Ondancentron 2mg dan transamin 1gr. Jumlah kassa selama operasi sebanyak

30. Pemantauan Vital Sign : Tekanan darah : 120/69 mmHg, pernapasan : 17

x/menit, Suhu 36,3˚C, Spo2 99%, terpasang O2 nasal kanul 4lpm.

Anasthesi selesai pada pukul 13.40 dengan evaluasi output cairan (darah)

sebanyak +- 580 ml dengan cairan masuk 1 kolf NS 500cc.

3. Pengkajian Post Operasi

Pada post operasi didapatkan pengkajian bahwa pasien keluar dari kamar

operasi pada pukul 14.00 dengan estimasi waktu lama operasi 1 jam. Pada

pengkajian ini dilakukan pada saat pasien telah dipindahkan di ruang recovery

room. Pada pemeriksaan ini didapatkan pasien mengeluh mual dan muntah

lendir berwarna putih satu kali, hasil pemeriksaan airway breathing tidak ada

suara nafas tambahan, pasien terpasang O2 nasal kanul 4lpm, pada

pemeriksaan sirkulasi nadi 130 x/menit dengan irama jantung reguler dan tidak

ada kelainan jantung. Pada pemeriksaan fisik brain kesadaran composmentis

dan GCS 456, pada pemeriksaan fisik bladder pasien tidak terpasang khateter

urine, pada pemeriksaan fisik bowel terdapat luka operasi pada abdomen

bagian kanan pasien mengeluh mual dan muntah, pada pemeriksaan fisik bone
39

dan integumen pasien dapat menggerakkan anggota tubuh bagian bawah

meskipun lemah karena efek anasthesi.

3.2. Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Analisa Data Pre Operatif


Tabel 3.1 Diagnosa Keperawatan Pre Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di OK Central RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Agen Pencedera Nyeri Akut
pada perut sebelah kanan seperti Fisiologis
di tusuk-tusuk dan hilang timbul
PQRST (SDKI D.0077
Hal.172)
- P : Proses penyakit
- Q : perut bagian kanan
- R : seperti ditusuk-tusuk
- S : skala 3
- T : nyeri hilang timbul

DO :
1. Pasien terlihat meringis
2. Pasien terlihat gelisah

2. DS : pasien mengatakan cemas Krisis Situasional Ansietas


dan takut akan tindakan operasi
DO :
(SDKI D.0080
1. Pasien terlihat cemas Hal.180)
2. Pasien terlihat tegang
Nadi : 80 x/menit
TD : 130/90 mmHg
40

Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan Pre Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa Medis
Appendicitis di Ruang OK Central Surabaya.
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
b.d Agen (L.08066) (I.08238) 1. Mengetahui
Pencedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, lokasi,
Fisiologis tindakan karakteristik, durasi, karakteristik,
(SDKI keperawatan frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi,
D.0077 selama 1x60 menit intensitas nyeri kualitas, intensitas
Hal.172) diharapkan : 2. Identifikasi skala nyeri nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang 2. Mengetahui skala
menurun memperberat dan nyeri
2. Meringis memperingan nyeri 3. Mengidentifikasi
menurun 4. Berikan teknik factor yang dapat
3. Gelisah nonfarmakologis untuk memperberat dan
menurun mengurangi nyeri memperingan
4. Frekuensi nadi 5. Anjurkan memonitor nyeri
membaik nyeri secara mandiri 4. Membantu
6. Ajarkan teknik mengurangi nyeri
nonfarmakologis untuk dengan teknik
mengurangi rasa nyeri relaksasi nafas
dalam
5. Memonitor nyeri
yang dirasakan
6. Membantu
mengurangi
tingkat nyeri

2. Ansietas b.d Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi


Krisis (L.090930) (I.09326) 1. Mengidentifikasi
Situasional Setelah dilakukan 1. Identifikasi teknik tingkatan ansietas
(SDKI tindakan relaksasi yang penuh 2. Mengetahui
D.0080 keperawatan efektif digunakkan respons setelah
Hal.180) selama 1x60menit 2. Monitor respons relaksasi
diharapkan : terhadap terapi 3. Membantu
1. Verbalisasi relaksasi memberikan
khawatir akibat 3. Berikan informasi informasi
kondisi yang tentang persiapan dan 4. Membantu
dihadapi prosedur teknik mengurangi rasa
menurun. relaksasi cemas
2. Perilaku gelisah 4. Anjurkan mengambil
menurun posisi yang nyaman
3. Perilaku tegang
menurun.
41

Table 3.3 Implementasi Keperawatan Pre Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.
NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DX
21/06/22 Nyeri akut Aysha
1,2 11.30 1. Mengidentifikasi tingkat cemas S : pasien mengeluh nyeri
pasien (pasien terlihat cemas dan perut bagian kanan
tegang masih dalam kategori - P : proses penyakit
sedang) - Q : seperti di tusuk-tusuk
2. Mengidentifikasi tingkat nyeri, - R : perut bagian kanan
skala, kuantitas, lokasi dan - S : skala nyeri 3
karakteristik - T : nyeri hilang timbul
- P : proses penyakit
2 11.40 - Q : seperti di tusuk-tusuk O:
- R : perut bagian kanan TD : 130/90 mmHg
- S : skala nyeri 3 N : 80 x/menit
1,2 11.50 - T : nyeri hilang timbul A : masalah belum teratasi
3. Mengajarkan pasien teknik P : intervensi dilanjutkan
relaksasi nafas dalam dan Ansietas
1,2 12.00 pendekatan spiritual (berdoa S : pasien mengatakan sudah
sebelum dilakukan tindakan paham tentang tindakan
operasi) operasi yang akan dilakukan
1,2 12.10 4. Menganjurkan mengambil posisi O :
yang nyaman - Pasien terlihat lebih
5. Menciptakan lingkungan tenang rileks
6. Memberikan informasi tentang - Pasien terlihat lebih
persiapan dan prosedur tindakan tenang
operasi Obs. TTV
7. Pasien masuk ruang operasi TD : 130/90 mmHg N : 80
Obs. TTV x/menit RR : 16 x/menit S :
TD : 130/90 mmHg N : 80 x/menit 36,7ºC
RR : 16 x/menit S : 36,7ºC A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Berdasarkan pada standart diagnose keperawatan yang ada dan stase yang

sedang dijalankan dalam keperawatan kegawatdaruratan maka kami hanya

berfokus pada system terkait keperawatan kegawatdaruratan. Nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis didasarkan dengan keluhan nyeri

pasien. Dengan perolehan data subjektif yang menunjukkan bahwa pasien

mengeluh nyeri sperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul dan ditunjukkan dengan

data pasien terlihat meringis dan pasien terlihat gelisah. Pada diagnose ansietas
42

berhubungan dengan krisis situasional didasarkan dengan keadaan pasien yang

cemas. Dengan perolehan data subjektif yang menunjukkan bahwa pasien

mengeluh cemas dan takut akan tindakan operasi dan ditunjukkan dengan data

pasien terlihat cemas dan tegang.

3.2.2 Analisa Data Intra Operatif


Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan Intra Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya.
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Ds : pasien mengeluh Terpapar suhu lingkungan Hipotermia (SDKI
kedinginan rendah D.0131 Hal.286)
Do :
- Kulit teraba dingin
- Menggigil
S : 36,3ºC

Table 3.5 Intervensi Keperawatan Intra Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa Medis
Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr.Ramelan Surabaya.
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Hipotermia Status Kenyamanan Manajemen
(SDKI (SLKI L.08064). hipotermia (SIKI 1. Mengetahui suhu
D.0131 Setelah dilakukan I.14507). tubuh pasien
Hal.286) tindakan keperawatan 1. Monitor suhu 2. Mengetahui
selama 1x60 menit tubuh penyebab
diharapkan Keluhan 2. Identifikasi hipotermia
Kedinginan Menurun, penyebab 3. Memantau tanda
dengan kriteria hasil : hipotermia dan gejala
1. Keluhan tidak 3. Monitor tanda dan hipotermia
nyaman menurun gejala hipotermia 4. Membantu
2. Gelisah menurun 4. Lakukan penghangatan pada
3. Keluhan penghangatan pasien
kedinginan pasif (beri selimut)
menurun
4. Suhu ruangan
membaik
43

Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan Intra Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr.Ramelan.
NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
D
X
1 21/06/22 aysha
12.10 1. Pasien masuk ruang operasi S : pasien mengeluh
12.15 2. Membantu memindahkan pasien kedinginan
kemeja operasi O:
12.30 3. Mengobservasi tindakan anasthesi - Pasien terlihat
1 SAB dengan regivel 20 mg menggigil
12.50 4. Mengobservasi tindakan operasi - Kulit teraba dingin
5. Monitor TTV A : masalah belum
TD : 120/69mmHg RR : 17 x/menit teratasi
1 13.00 N : 84 x/menit P : berikan selimut
6. Monitor intake dan output cairan hangat
13.30 terdapat intake NS 500 ml dan
output darah 580 ml
7. Mengobservasi TTV
1 13.40 TD : 130/88 mmHg RR : 14 x/menit
N : 85 x/menit
8. Mengobservasi risiko terjadinya
hipotermia
9. Mengobservasi TTV
TD : 140/90 mmHg RR : 90 x/menit
N : 14 x/menit

Pada saat intra operasi banyak kemungkinan yang terjadi seperti pada halnya

hipotermia yang dimana pada data subjektif pasien mengeluh kedinginan dengan

data objektif pasien terlihat menggigil dan kulit teraba dingin.


44

3.2.3 Analisa Data Post Operatif


Tabel 3.7 Diagnosa Keperawatan Post Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya.
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Ds : pasien mengeluh Efek Agen Nausea
mual dan muntah Farmakologis (SDKI D.0076
Do : Hal.170)
1. Pasien terlihat pucat
2. Pasien muntah lendir
berwarna jernih

Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan Post Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa Medis
Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
DX KRITERIA
HASIL
1. Nausea b.d Kontrol Manajemen Muntah
Efek Agen Mual/Muntah (I.03118) 1. Mengidentifikasi
Farmakologis (L.10099) 1. Identifikasi muntah
(SDKI Setelah dilakukan karakteristik 2. Membantu
D.0076 tindakan muntah mengurangi
Hal.170) keperawatan 2. Kurangi atau penyebab muntah
selama 1x60 menit hilangkan keadaan 3. Membantu agar
diharapkan : penyebab muntah tidak terjadi aspirasi
1. Kemampuan 3. Atur posisi untuk 4. Membantu pasien
mengenali mencegah aspirasi dengan posisi
penyebab/pemi 4. Berikan nyaman
cu meningkat kenyamanan selama 5. Membantu pasien
2. Kemampuan muntah memperbanyak
melakukan 5. Anjurkan istirahat
tindakan untuk memperbanyak 6. Membantu
mengontrol istirahat mengurangi rasa
mual/muntah 6. Kolaborasi muntah
meningkat pemberian
antiemetik, jika
perlu.
45

Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Post Operatif pada Ny.L dengan Diagnosa
Medis Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya.
NO TANGG IMPLEMENTASI EVALUASI PARA
DX AL F
1. 21/06/22 Aysha
13.55 1. Mempertahankan pasien tetap S : pasien mengeluh
bedrest pada posisi supinasi mual dan ingin
1 14.00 2. Memindahkan pasien keruang muntah
pemulihan O : pasien muntah
14.10 3. Mengobservasi TTV cairan berlendir
1 TD : 130/80mmHg S : 36,3˚C N : warna jernih
14.20 130 x/menit RR : 19 x/menit A : Masalah belum
4. Mengidentifikasi keluhan mual dan teratasi
1 14.30 muntah P : intervensi
5. Posisikan pasien senyaman dilanjutkan
mungkin
6. Mengidentifikasi kekuatan otot
pasien

Pada saat Post Operasi ditemukan diagnose Nausea berhubungan dengan

efek agen farmakologis didasarkan pasien mengeluh mual dan muntah. Dengan

perolehan data subjektif pasien mengeluh mual dan muntah ditunjukkan dengan

data pasien muntah cairan lendir jernih.


BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Ny.L

dengan diagnosa medis Appendicitis di OK Central RSPAL Dr. Ramelan

Surabaya yang dilaksanakan 21 Juni 2022 sesuai dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan kegawatdaruratan dengan pendekatan proses keperawatan dari tahap

pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.1. Pengkajian Keperawatan

Penulis melakukan pengkajian dengan melakukan anamnesa kepada pasien,

melakukan pemeriksaan fisik, dan mendapatkan data dari pemeriksaan penunjang

medis.

4.1.1 Identitas

Data didapatkan dari pasien berjenis kelamin perempuan berusia 75 tahun,

pola makan pasien rendah serat dan jarang beraktiitas olahraga. Pada tanggal

Selasa, 21 Juni 2022 yang akan direncanakan tindakan pembedahan

Appendektomy dengan hasil foto USG dengan kesimpulan mengesankan suatu

acute dengan diameter appendix slight membesar +/- 0,85cm Lymphnode di

periappendix.

Appendicitis bisa terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia

dewasa akhir dan balita, kejadian apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan

dewasa. Penyebab terjadinya appendicitis adalah pasien sering mengkonsumsi

makanan yang rendah serat dan pola hidup yang kurang baik. Hal ini

menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya.

46
47

Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan

tekanan pada rongga usus dan pada akhirnya menyebabkan sumbatan pada saluran

apendiks (Arifuddin et al., 2017). Berdasarkan beberapa studi yang telah

dilakukan, laki-laki lebih cenderung lebih banyak terkena apendisitis jika

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena proporsi jaringan

limpoid pada laki-laki lebih banyak jika dibandingkan perempuan (Awaluddin,

2020).

4.1.2 Keluhan dan Riwayat Penyakit

Keluhan utama pada pasien adalah nyeri yang dirasakan pada bagian perut

sebelah kanan. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit lain sebelumnya.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan dipicu oleh suatu stimulasi pada ujung saraf sensoris. Nyeri yang

dirasakan seperti nyeri penekanan pada pasien appendicitis di rasakan pada titik

Mc Burney. Nyeri biasanya akan diperberat dengan batuk dan berjalan

(Indri1 et al., n.d.).

4.2. Pengkajian

1. Pre operatif

Pada pengkajian Pre operatif didapatkan pasien mengeluh cemas dan nyeri

pada Mc Burney pasien tampak menyeringai dan hasil pasien mengatakan nyeri

pada perut bagian kanan seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dan dirasakan

nyeri hilang timbul. Pasien mengeluh cemas menunjukkan muka pasien tampak

tegang dan tanda-tanda vital kesadaran umum baik, kesadaran composmentis,

GCS 456 dengan total 15, tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80 x/menit.
48

2. Intra Operatif

Pada pengkajian intra operatif didapatkan pasien mengeluh kedinginan dan

kulit teraba dingin dan pasien tampak menggigil dengan hasil TTV S : 36,3ºC.

Jumlah kassa operasi 30, pemantauan Vital Sign Tekanan darah : 120/69 mmHg,

Nadi 84 x/menit, pernapasan : 17 x/menit, Spo2 : 99%, Resp Mode : Terkontrol.

3. Post Operatif

Pada pemeriksaan post operasi didapatkan hasil pengkajian bahwa pasien

mengeluh mual dan muntah, pasien terlihat pucat dan pasien muntah cairan

berlendir berwarna jernih sebanyak satu kali. Obat selama anasthesi Cefobactam

2mg dan antrain 1gr. Cefobactam merupakan obat yang menyebabkan efek

samping mual dan muntah pada pasien. Pasien menggunakan alat bantu

pernafasan O2 nasal kanul 4lpm dengan hasil Vital sign Tekanan darah : 130/80

mmHg, S : 36,3ºC, Nadi 130 x/menit, Pernapasan 19 x/menit.

4.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada dengan diagnosis Appendicitis disesuaikan

dengan diagnose keperawatan menurut (Tim Pokja SDKI PPNI 2017)

4.3.1 Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Data diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan pengkajian yang

diperoleh pada data subjektif dimana dalam keadaan tersebut pasien mengeluh

nyeri pada perut bagian kanan, dan didukung dengan data objektif pasien tampak

meringis.

Menurut asumsi penulis nyeri yang dirasakan pada pasien dengan

appendicitis akibat adanya proses peradangan pada apendiks sehingga pasien

mengalami nyeri. Nyeri yang dirasakan jika tidak segera ditangani akan
49

mengakibatkan terjadinya infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen

usus (Mediarti et al., 2022).

4.3.2 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Data diagnose keperawatan diangkat berdasarkan pengkajian yang

diperoleh pada data subjektif dimana dalam keadaan tersebut pasien mengeluh

cemas dan takut akan dilakukan tindakan pembedahan dan didukung dengan data

objektif pasien tampak tegang.

Menurut asumsi penulis kecemasan adalah salah satu perasaan subjektif

yang dialami seseorang terutama adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien

yang akan mengalami tindakan invasife seperti pembedahan ini. Dari hasil

pengkajian pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan

prosedur tindakan medis yang menyebabkan perasaan tidak nyaman seperti

tidakan pro operasi appendicitis. Kemampuan komunikasi terapeutik diperlukan

untuk mengatasi kecemasan pasien preoperasi. Kecemasan dapat dikurangi

dengan tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik seperti teknik

relaksasi nafas dalam (Soewito, 2017).

4.3.3 Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah.

Diagnosa hipotermia adalah keadaan dimana pasien mengeluh kedinginan

dan menggigil akibat suhu ruangan operasi yang rendah. (Tim Pokja SDKI PPNI

2017).

Menurut asumsi penulis hipotermia terjadi sebagai respon terhadap

tindakan anasthesi yang mengganggu mekanisme pengaturan panas oleh sistem

termoregulasi. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen merupakan salah satu

yang berisiko besar mengalami hipotermia. Pembedahan abdomen merupakan


50

salah satu pembedahan mayor, yang membutuhkan pemberian anasthesi umum

maupun kombinasi anasthesi umum dan epidural, dan memerlukan durasi operasi

lebih lama dibandingkan dengan operasi minor, dan juga adanya paparan yang

besar dari rongga tubuh yang terbuka selama operasi (Pratiwi et al., 2021).

4.3.4 Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis.

Setelah pasien selesai melakukan prosedur operasi didapatkan pengkajian

bahwa pasien mengeluh mual dan muntah. Berdasarkan hasil data subjektif pasien

mengeluh mual dan muntah dengan data objektif pasien muntah cairan lendir

berwarna jernih (Tim Pokja SDKI PPNI 2017).

Menurut asumsi penulis mual muntah pasca operasi merupakan efek yang

tidak menyenangkan bagi pasien pasca anasthesi atau pembedahan karena efek

agen farmakologis. Pencegahan mual dan muntah dapat menggunakan terapi

farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Penanganan mual dan muntah dengan

menggunakan terapi nonfarmakologi yang efektif salah satunya dengan terapi

komplementer (Rahmayati et al., 2017).

4.4. Intervensi

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada

tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada

pencapaian tujuan. Pada tinjauan kasus perencanaan juga menggunakan kriteria

hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, akan tetapi penulis juga ingin

berupaya memandirikan pasien dalam pelaksanaan pemberian asuhan

keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif), ketrampilan mengenai

masalah (Afektif) dan perubahan tingkah laku pasien (Psikomotor).


51

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnosa keperawatan

yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan

namun masing-masing intervensi mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil

yang ditetapkan.

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x60 menit dengan tujuan nyeri

dapat teratasi. Dengan kriteria hasil nyeri berkurang, perilaku gelisah

menurun. Intervensi yang diberikan yaitu identifikasi kualitas, intensitas,

karakteristik nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi factor yang

memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik relaksasi.

Dari data tersebut sudah menjelaskan menurut SLKI (2018) tentang tingkat

nyeri dengan definisi pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan (Indri1 et al., n.d.).

menurut asumsi penulis nyeri dirasakan pada pasien appendicitis seperti nyeri

penekanan pada titik Mc Burney. Nyeri yang dirasakan biasanya hilang timbul

dan disebabkan adanya inflamasi pada appendiks yang menyebabkan pasien

mengeluh nyeri. Nyeri biasanya dirasakan lebih berat saat pasien batuk atau

berjalan dan beraktivitas.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x60 menit dengan tujuan ansietas

teratasi kriteria hasil perilaku gelisah menurun, perilaku tegang menurun

dengan motivasi mengidetifikasi situasi memicu kecemasan serta latih kegiatan


52

pengalihan untuk mengurangi ketegangan. Intervensi yang diberikan yaitu :

mnitor tingkat ansietas, ciptakan suasana yang tenang, anjurkan keluarga

memberikan motivasi kepada pasien.

Ansietas yaitu kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman

(Soewito, 2017). Menurut asumsi penulis pasien yang akan melakukan

tindakan pembedahan wajar mengalami kecemasan dan takut akan keberhasilan

tindakan pembedahan. Dukungan dari keluarga dan menciptakan suasana yang

nyaman dapat memperingan kecemasan yang dirasakan pasien.

3. Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x60 menit dengan tujuan

hipotermia menurun, dengan kriteria hasil suhu tubuh membaik, suhu kulit

membaik, pucat menurun. Intervensi yang diberikan yaitu : monitor suhu

tubuh, identifikasi hipotermia, lakukan penghangatan aktif seperti berkan

selimut.

Pembedahan abdomen merupakan salah satu dari pembedahan mayor, yang

membutuhkan pemberian anastesi umum, memerlukan durasi operasi yang

lebih lama dibandingkan dengan operasi minor, dan juga adanya paparan yang

besar dari rongga tubuh yang terbuka selama operasi. Intervensi lain utnuk

mempertahankan normotermia selama pembedahan salah satunya yaitu

pemberian cairan intravena dan cairan irirgasi yang hangat (Pratiwi et al.,

2021). Menurut asumsi penulis hipotermia yang dialami pasien karena terpapar

suhu lingkungan yang rendah karena di ruang operasi diharuskan untuk


53

mencegah bakteri yang berkembang yang dapat menyebabkan infeksi.

Pmberian selimut hangat atau pemberian irigasi yang sudah dihangatkan dapat

mengurangi hipotermia pada pasien.

4. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x60 menit dengan tujuan keluhan

mual dan muntah berkurang dengan kriteria hasil keluhan mual menurun,

perasaan ingin muntah menurun. Intervensi yang diberikan yaitu : anjurkan

pasien untuk memposisikan nyaman, ajarkan cara mengatasi reaksi obat yang

tidak diinginkan.

Mual muntah pasca operasi merupakan efek yang tidak menyenangkan bagi

pasien pasca anasthesi atau pembedahan karena efek agen farmakologis.

Penanganan mual muntah pasca operasi juga dapat diturunkan dengan terapi

non farmakologi, salah satunya adalah mobilisasi dini (Arisdiani & Asyrofi,

2019). Menurut asumsi penulis efek samping dari pemberian obat anasthesi

dapat menyebabkan efek samping mual dan muntah. Mual dan muntah pasca

operasi dapat di atasi dengan pemberian terapi non farmakologis seperti

pemberian aromaterapi atau bisa juga dilakukan mobilisasi dini untuk

mengurangi mual dan muntah yang dirasakan pasien.

4.5. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dari rencana keperawatan yang telah

disusun mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Implementasi dokumentasi

selama 1x24 jam dan evaluasi dilakukan setiap pergantian shift. Soap di

dokumentasikan sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam

intervensi keperawatan.
54

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Mengidentifikasi kuantitas, intensitas, skala nyeri, menjelaskan factor

penyebab memperingan dan memperberat nyeri, menganjurkan menggunakan

analgesic.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Memonitor tanda ansietas, memberikan suasana lingkungan yang tenang, beri

dukungan pada pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

3. Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah

Monitor suhu tubuh, mengidentifikasi penyebab hipotermia, melakukan

penghangatan pasif seperti memberikan selimut.

4. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis

Mengajarkan cara mengatasi reaksi bat yang tidak diinginkan. Kolaborasi

pemberian terapi aromaterapi.

4.6. Evaluasi Keperawatan

1. Evaluasi keperawatan Pre Operasi

Pada saat dilakukan evaluasi ansietas berhubungan dengan krisis situasional

pasien mengatakan ansietas berkurang dan pasien sudah tidak tegang. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

pasien sudah tidak mengeluh cemas dan berdoa dan optimis tindakan operasinya

berjalan dengan lancar.

2. Evaluasi keperawatan Intra Operasi

Pada diagnosa hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan

rendah didapatkan akral pasien masih dingin, kulit pucat dan pasien mengatakan

kedinginan sudah berkurang.


55

3. Evaluasi keperawatan Post Operasi

Pada diagnosa nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis, pasien

mengatakan sudah berkurang rasa mual dan hanya muntah satu kali lendir

berwarna jernih. Dengan mengatur posisi yang nyaman dan saat pasien merasakan

mual dan muntah.


BAB 5

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa Appendicitis di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan Surabaya,

maka penulis bisa menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang

bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

5.1. Simpulan

Dari hasil uraian yang telah didapat tentang asuhan keperawatan pada pasien

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pre operasi pasien mengalami kecemasan karena baru

pertama kali melakukan tindakan operasi karena pasien sebelumnya tidak

pernah melakukan tindakan operasi. Pengkajian inta operasi pasien terlihat

menggigil dan mengeluh kedinginan karena terpapar suhu ruangan operasi

yang dingin. Pasien diberikan selimut hangat untuk mengurangi rasa

kedinginan. Pada saat post operasi pasien mengeluh mual dan muntah dengan

konsistensi lendir satu kali.

2. Dari diagnosa keperawatan didapatkan pre operasi adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, ansietas berhubungan dengan

krisis situasional, intra operasi adalah hipotermia berhubungan dengan

terpapar suhu lingkungan rendah dan post operasi adalah nausea berhubungan

dengan efek agen farmakologis.

3. Intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Appendicitis

dilakukan sesuai dengan ansietas berhubungan dengan krisis situasional:

monitor tanda ansietas, ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan

56
57

kriteria hasil: ansietas menurun. Pada masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: identifikasi kuantitas, kualitas,

skala nyeri, identfiikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

dengan kriteria hasil keluhan nyeri berkurang. Pada masalah keperawatan

hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah: identifikasi

penyebab hipotermia, lakukan penghangatan pasif dengan kriteria hasil tingkat

hipotermia menurun. Pada masalah keperawatan Nausea berhubungan dengan

efek agen farmakologis: anjurkan cara mengatasi reaksi obat yang tidak

diinginkan dengan kriteria hasil keluhan mual dan muntah menurun.

4. Implementasi keperawatan pada pasien disesuaikan dengan diagnosa

keperawatan yang ada : pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut :

identifikasi kualitas, kuantitas, intensitas, skala nyeri dan identifikasi faktor

yang memperberat dan memperingan nyeri. Pada masalah keperawatan

ansietas : identifikasi tingkat ansietas, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Pada masalah keperawatan hipotermia: lakukan penghangatan pasif seperti

memberikan selimut hangat pada masalah keperawatan nausea: menjelaskan

obat yang diberikan dan mengajarkan cara mengatasi reaksi obat yang tidak

diinginkan.

5. Evaluasi tindakan keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis

situasional, pasien mengatakan sudah tidak cemas. Pada masalah keperawatan

hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah, pasien

mengatakan sudah tidak kedinginan dan menggigil. Pada masalah

keperawatan nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis pasien

mengatakan keluhan mual dan muntah sudah berkurang.


58

5.2 Saran

1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, ketrampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim

kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

3. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia

secara kompherensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amalina, A., Suchitra, A., & Saputra, D. (2018). Hubungan Jumlah Leukosit Pre
Operasi dengan Kejadian Komplikasi Pasca Operasi Apendektomi pada
Pasien Apendisitis Perforasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. In Jurnal
Kesehatan Andalas (Vol. 7, Issue 4). http://jurnal.fk.unand.ac.id
Arifuddin, A., Salmawati, L., & Prasetyo, A. (2017). Faktor Resiko Kejadian
Apendisitis di Bagian Rawat Inap RSU Anutapura Palu. Jurnal Preventif,
8(1), 26–33.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Preventif/article/view/8344
Arisdiani, T., & Asyrofi, A. (2019). Pengaruh Intervensi Keperawatan Non
farmakologi Aromaterapi Jahe Terhadap Mual Muntah Pasien Post Operasi.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Awaluddin. (2020). Risiko Terjadinya Apendis Faktoritis Pada Penderita
Apendisitis Di Rsud Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu Tahun 2020.
Jurnal Kesehatan, 7(1), 67–72.
http://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/30/21
Cristie, J. O., Wibowo, A. A., Noor, M. S., Tedjowitono, B., Aflanie, I., Studi, P.,
Dokter, P., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Digestif, D. B., Ilmu, D.,
Masyarakat, K., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Onkologi, D. B.,
Forensik, D., Kedokteran, F., & Mangkurat, U. L. (2021). Literature
Review : Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Apendisitis Akut. Homeostasis, 4(.), 59–68.

H Kara, O. A. M. A. (2014). 済無No Title No Title No Title. Paper Knowledge .


Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.
Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang
Di Rawat Di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah Kesehatan.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066

Indri1, U. V., Karim2, D., & Elita3, V. (n.d.). 187926-ID-hubungan-antara-nyeri-


kecemasan-dan-ling.
Maslow, A. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.
Mediarti, D., Akbar, H., Jaya, H., Studi, program, Keperawatan, D., Kesehatan,
P., & Kesehatan, K. (2022). Apendisitis dengan masalah nyeri akut. 7.
Nasution, R. A. (2021). Perbandingan efektivitas operasi apendektomi
laparaskopi dan apendektomi terbuka sebagai tatalaksana operasi pada
pasien apendisitis: telaah sistematis dan meta analisis. 1–76.
Pratiwi, N. K. D. T., Raya, N. A. J., & Puspita, L. M. (2021). Manajemen
Hipotermia Dalam Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Yang Menjalani
Pembedahan Abdomen: a Literature Review. Coping: Community of

59
60

Publishing in Nursing, 9(5), 497.


https://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i05.p02
Rahmayati, E., Irawan, A., & Sormin, T. (2017). Pengaruh Terapi Komplementer
Akupresur terhadap Mual Muntah Pasca Operasi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 8(3), 382.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.649
Ridwan, M., Rinawati, S. A. W., & Syah, D. Z. R. (2014). Terdapat Hubungan
Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Appendectomy. 3(3), 192–197.
https://doaj.org/article/de096c68ed0d4452b8876797c56671c7
Silaban, I., Butar-butar, H., & Silitonga, H. A. (2020). Literature Review Apendiks
Pada Apendisitis Akut. 13(1).
Soewito, B. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien
pre operasi apendisitis di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah siti
aisyah kota lubuklinggau tahun 2017 (Vol. 5, Issue 2).
Tomayahu, M. (2011). Persepsi Pasien Apendiksitis terhadap Perawatan
Apendiktomi Yang Di Rawat Di Ruang Bedah RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango. Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo, 8.
LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Riski Firlana Aysha Putri, S.Kep

Nim : 2130094

Program Studi : Ners (Ns)

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 26 Maret 2000

Agama : Islam

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

4. TK Al Hidayah Surabaya Tahun 2005

5. SDN Ujung VIII Surabaya Tahun 2011

6. SMP Muhammadiyah 15 Surabaya Tahun 2014

7. SMK Al Irsyad Surabaya Tahun 2017

61
62

LAMPIRAN 2

MOTTO & PERSEMBAHAN

MOTTO

“MENYERAH HANYALAH UNTUK ORANG YANG KALAH”

PERSEMBAHAN

1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah

bagi saya untuk dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir.

2. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah berjuang dan

memberikan semangat, doa, dukungan kepada saya, dan dana sehingga Karya

Ilmiah Akhir ini bisa saya selesaikan dengan tepat waktu.

3. Terima kasih untuk diri sendiri, udah mau sabar, berjuang dan bekerja keras,

memang tidak mudah tapi yakin pasti bisa, semangat.

4. Terima kasih kepada Mas Ahmad Choirul Anam yang selalu menemani saya

dan membantu saya, serta selalu memberikan dukungan dan semangat untuk

saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan tepat waktu.

5. Terima kasih kepada Bening Juwita Anjaswari, S.Kep, Reza Meidita

Sari,S.Kep dan Rizki Pratama Hariono, S.Kep selaku teman seperbimbingan

saya yang selalu memberikan support dan semangat berjuang menyelesaikan

Karya Ilmiah Akhir.

6. Terima kasih kepada teman-teman Prodi Profesi Ners yang sudah berjuang

bersama satu tahun ini, semoga sukses selalu dan semoga pertemanan kita
63

tetap rukun.

7. Terima kasih kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah memberikan saya semangat dan dukungan untuk saya

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.


64

LAMPIRAN 3

LEMBAR KONSUL/ BIMBINGAN KARYA ILMIAH AKHIR


MAHASISWA PRODI NERS KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
SURABAYA
TA. 2022

Nama : Riski Firlana Aysha Putri, S.Kep

NIM : 2130094

Judul KIA : ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


PADA Ny.L DENGAN DIANGNOSA MEDIS
APPENDICITIS DIRUANG OK CENTRAL
RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

NO HARI/TANGGAL KONSUL/BIMBINGAN NAMA PARAF


PEMBIMBING

1. Senin, 20/06/2022 Koordinasi pengambilan data di Bu Ninik Ambar Sari


ruang OK Central

2. Selasa, 21/06/2022 Koordinasi pengambilan data di Pak Tri Sunu


ruang OK Central

3. Jumat, 24/06/2022 Pembahasan BAB 3 Bu Ninik Ambar Sari

4. Senin, 27/06/2022 Pembahasan BAB 3 Pak Tri Sunu

4. Selasa, 28/06/2022 Pembahasan BAB 1,2,3,4 Bu Ninik Ambar Sari

5. Selasa, 28/06/2022 Pembahasan Acc BAB 3 Pak Tri Sunu

6. Senin, 04/07/2022 ACC ujian sidang KIA Bu Ninik Ambar Sari

7. Senin, 04/07/2022 ACC ujian sidang KIA Pak Tri Sunu

8. Senin, 22/08/2022 Konsul Hasil Revisi Bu Ninik Ambar Sari

9. Senin, 22/08/2022 Konsul Hasil Revisi Pak Tri Sunu


65
66

LAMPIRAN 4

SOP
(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

STIKES LATIHAN RELAKSASI NAFAS DALAM


HANG TUAH
SURABAYA
PROSEDUR
TGL.TERBIT NO.DOC-HAL
TETAP
Suatu tindakan teknik relaksasi yang dilakukan
PENGERTIAN
untuk mengefektifkan saluran pernafasan.
1. Meningkatkan ventilasi alveoli dan meningkatkan kapasitas paru-
paru
2. Memelihara pertukaran gas
TUJUAN 3. Mencegah atelektasi paru
4. Meningkatkan efesiensi batuk
5. Mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
1. Permenkes Nomor 908 Tahun 2010 tentang Pelayanan Keperawatan
Keluarga
KEBIJAKAN
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang penyakit asma
Smeltzer dan Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1.
REFERENSI Alih Bahasa: Agung waluyo. Jakarta: EGC.

1. Persiapan
PROSEDUR /
a. Persiapan alat :
LANGKAH -
1) Tidak ada persiapan alat secara khusus untuk pasien
LANGKAH
2) Bantal tambahan apabila diperlukan
67

b. Tahap prainteraksi
1) Mencuci tangan
c. Tahap orientasi
1) Memberikan salam teraupetik
2) Validasi kondisi klien
3) Menjaga perivacy klien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
2. Pelaksanaan
a. Langkah 1 : Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi
setengah duduk di tempat tidur atau duduk di kursi
b. Langkah 2 : Ajarkan klien untuk melakukan tarik napas melalui
hidung, kemudian
mengerutkan bibir seperti bersiul dan mengeluarkan napas dengan
lembut dan lambat sehingga membuat bunyi “berdesis” tanpa
menggembungkan pipi.
c. Langkah 3 :Minta klien untuk melakukan napas dalam melalui
hidung dan hitung sampai 3 kali hitungan
d. Langkah 4 : Minta klien untuk berkonsentrasi menegangkan otot-
otot abdomen saat mengeluarkan napas secara perlahan melalui
bibir yang dikerutkan sambil menghitung sampai 7 atau sampai
tidak bisa mengeluarkan napas lagi.
e. Langkah 5 : Minta klien untuk melakukan latihan ini pada sesak
napas/dispne dan meningkatkan secara bertahap sebanyak 4 kali
sehari
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
4. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan
68

b. Catat respons pasien


c. Paraf dan nama perawat jaga

Anda mungkin juga menyukai