Nama
Nama
Nama
NIM : 1910322025
Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembangan melalui proses
yang cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, serta dalam agama-agama bangsa Indoneisa sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila berasar dari nilai-nilai pandangan
hidup bangsa telah diyakini kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai
filsafat negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Oleh karena itu, ideology
Pancasila ada pada kehidupan bangsa dan terlekat pada keberlangsungan hidup bangsa dalam
rangka bermasyarakat. berbagsa dan bernegara.
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu, ideologi Pancasila mengakui adanya kebebasan
dan kemerdekaan individu, tetapi dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan
orang lain secara bersamaan. Dengan demikian, harus mengakui hak-hak masyarakat. Selain itu,
manusia menurut Pancasila sesuai dengan kodratnya berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, nilai-nilai ketuhanan senantiasa
menjiwai kehidupan manusia dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. kebebasan manusia
dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai ketuhanan yang terjelma dalam
bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia
Liberalisme - Kapitalisme
Ada empat ciri pokok dari doktrin liberalisme klasik menurut Ludwig von Mises (tokoh
Liberalisme abad ke-20), yaitu kesejahteraan material, kecenderungan rasionalistik, kebaikan
bagi lebih banyak orang, dan kepemilikan hak pribadi atau property. (Hendar Putranto, dkk.,
2015;71-72)
Berpangkal dari dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk
individu yang bebas. Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai
manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai
individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah
maka dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Thomas Hobbes disebut ‘homo homini
lupus’ sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama. Atas dasar kepentingan
bersama, negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan untuk itu
maka manusia secara bersama-sama mengatur negara. (Kaelan, 2004;142)
Jadi bisa dikatakan bahwa liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang negara,
ekonomi dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya, hukum, ekonomi dan
tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya sebebas mungkin.
1. Sistem totaliter
2. Sistem pemerintahan kediktatoran satu partai
3. Sistem ekonomi negara
4. Sistem sentralisme demokratis.
Fasism-Totalitarianisme-Nasionalisme (Nazi)
Sosialisme
Sosialisme bertumpu pada ide keadilan dan solidaritas sosial. Paham “solidaritas sosial”
sebenarnya sudah bisa ditelusuri akar historisnya sejak Abad Pertengahan, lewat paham religius
Kristiani yang mengatakan bahwa untuk mencapai kesempurnaan hidup, orang harus terbebas
dari segala jenis keterikatan atau kelekatan duniawi, terutama keterikatan terhadap hak milik.
Gagasan kunci pelepasan diri dari kelekatan duniawi ini berkeyakinan bahwa hak milik pribadi
sebagai sarana yang membuat manusia menjadi egois dan, pada gilirannya, menghancurkan
keselarasan alami atau harmoni antara alam dan manusia. Sosial-demokrasi merupakan ideologi
politik yang mengkampanyekan transisi masyarakat secara damai dan evolusioner, dari
kapitalisme menuju sosialisme, dengan menggunakan prosesproses politik yang sudah ada dan
dianggap mapan. Meminjam cukup banyak ide dan mimpi dari sosialisme abad ke-19,
digabungkan dengan pokok-pokok ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels, ideologi sosial-
demokrasi berbagi akar-akar ideologis yang sama dengan ideologi komunisme, namun tidak
mengadopsi semangat militan, penggunaan kekerasan, maupun pandangan totaliternya. Ideologi
ini awalnya dikenal dengan nama revisionisme, karena di dalamnya berisikan ajaran Marxis yang
sudah mengalami modifikasi, khususnya dalam hal tidak menggunakan jalan revolusi untuk
membentuk masyarakat yang sosialis.
Referensi