Hiperemesis Gravidarium Kel.2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

DI BUAT OLEH :
Nur Annisa 204201416083
Melia Fitriani 204201416014
Medelin Fransiska Kolyaan 204201416155
Silvia Amanda Putri 204201416161

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini secara maksimal dan optimal. Sholawat serta salam
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang telah begitu
banyak mengajarkan kebijakan dan menyebarkan ilmunya pada semua umatnya dan yang kita
nanti-nantikan syafaatnya diakhirat nanti
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas II yang berjudul “ Hiperemesis
Gradarum”.
Makalah ini kami susun berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Dikemas dengan
ringkas materi yang menarik untuk memudahkan mahasiswa/i dalam proses kegiatan belajar.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca untuk ke depannya
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
bisa terselesaikan dengan baik. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Jakarta 16 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Tinjauan Teori.................................................................................................................................4
1. Hiperemesis Gravidarum.................................................................................................................4
a. Pengertian....................................................................................................................................4
b. Etiologi........................................................................................................................................4
c. Tanda dan Gejala.........................................................................................................................5
d. Patofisiologis...............................................................................................................................5
e. Diagnosis.....................................................................................................................................6
f. Penanganan..................................................................................................................................6
g. Pemeriksaan diagnostik...............................................................................................................7
h. Komplikasi..................................................................................................................................7
i. Penatalaksanaan...........................................................................................................................7
2. Konsep Masalah Keperawatan.........................................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan pada awal
kehamilan, mual dan muntah yang dirasakan oleh ibu hamil berlangsungsejak usia kehamilan
9-10 minggu dan hanya sebagian kecil yang berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 Minggu
(Ogunyemi, 2017). Sekitar 80% terjadi mual dan muntah pada kehamilan, mual dan muntah
yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai dengan 9-10 minggu kehamilan,
puncaknya pada 11-13 minggu, dan berakhir pada 12-14 minggu, dalam 1- 10% dari
kehamilan, gejala dapat berlanjut setelah 20-22 minggu (Ogunyemi, 2017).
Menurut Jusuf (2016) akibat yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah yang biasanya menyebabkan wanita hamil mengalami penurunan berat badan
(<15,4 lb atau 7 kg) dengan meningkatnya risiko bayi berat lahir rendah, persalinan prematur,
dapat meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim atau PJT sedangkan
menurut ACOG (2016) hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan masalah pada tiroid, hati
dan keseimbangan cairan penderita.
Menurut Triana (2017) mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di Negara berkembang, kematian pada saat melahirkan biasanya menjadi
faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2015 sebanyak 303.000 perempuan meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi kehamilan atau melahirkan terkait diseluruh dunia setiap hari dan sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara- negara berkembang,
rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di 12 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2015).
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AngkaKematian Ibu
(AKI) di Indonesia berada pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Situasi ini tentu
membutuhkan kerja keras bersama untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi di
Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
dan berdasarkan Laporan World Bank tahun 2017, dalam sehari ada empat ibu di Indonesia
yang meninggal akibat melahirkan, dengan kata lain ada satu ibu di Indonesia yang
meninggal setiap enam jam sedangkan menurut Departemen Kesehatan tahun 2017 angka
kematian Ibu di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus (Depkes, 2017).
Salah satu penyebab AKI ada mual muntah (emesis gravidarum) yang biasa terjadi pada
ibu hamil, emesis gravidarum adalah gejala yang wajar terjadi pada ibu hamil tetapi gejala itu
menjadi sangat membahayakan jika emesis gravidarum akan bertambah berat menjadi
hyperemesis gravidarum atau mual muntah terus menerus yang bisa mengakibatkan kematian

2
pada ibu dan janin dikandungannya (Rachmaningtyas, 2013) selain itu, faktor psikologis atau
kecemasan merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal, yang jelas wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spatik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Marmi, 2014).
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam
mulai dari 0,5-2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9%
di Turki (Inthan Atika, 2016) sedangkan berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh
data ibu denganhiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan,
keluhanmual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan Hormon Chorionic Gonadotropin
(HCG) dalam serum perubahan fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang (Depkes RI, 2013).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami Definisi Hiperemesis Gradarum
2. Mahasiswa mampu memahami Etiologi Hiperemesis Gradarum
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala Hiperemesis Gradarum
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologis Hiperemesis Gradarum
5. Mahasiswa mampu memahami penanganan Hiperemesis Gradarum

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual muntah hebat lebih dari 10
kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan atau membahayakan janin dalam kandungan nya. Mual
dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil dapat menyebabkan
terjadinya ketidak seimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari
5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut
mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepulluh kehamilan dan
selanjuttnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada
beperapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada usia kehamilan tahap berikutnya
(Runiari, 2010).
Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada primigravida, hal ini
merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari. Gejala-gejala ini 40 - 60% dialami oleh multigravida. Gejala-gejala
ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung sampai 4 bulan (Sumai, dkk, 2014).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan
karena penyakit seperti appendistritis, pielititis dan sebagainya (Joseph, Nugroho,
2011).
Hiperemesis gravidarum merupakan keluhan muntah yang berlebihan
pada ibu hamil yang terjadi mulai dari minggu ke 6 kehamilannya dan bisa
berlangsung sampai minggu ke 12 atau lebih (Lisnawati, 2013).

b. Etiologi
Menurut Fauziyah (2012) penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti. Akan tetapi faktor-faktor seperi biologi, fisiologi,
psikologi, dan social kultural dapat menjadi faktor risiko untuk hiperemesis
gravidarum. Beberapa teori menyatakan bahwa mual dan muntah selama
kehamilan mungkin berhubungan dengan adaptasi untuk mencegah asupan
makanan yang berbahaya, seperti mikro organisme patogen yang ada dalam
daging dan racun yang berada disayuran dan minuman. Mencegah masuknya
komponen yang berbahaya, hal ini akan mencegah embrio dari keguguran.
Penyebab utama belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor

4
predisposisi dan faktor lain ditemukan, diantaranya

5
1) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatosa dan kehamilan ganda.
2) Faktor organik
3) Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
4) Faktor psikologi memegang peranan yang penting pada penyakit ini.
Hubungannya dengan terjadinya hipremesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan
dan takut pada kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran
hidup

c. Tanda dan Gejala


Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi
dalam tiga tingkatan (Manuaba, 2012)
1) Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar
100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan
suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
2) Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun
suhu tubuh kadang-kadang naik, hemokonsentrasi, oliguria, dan
konstipasi.
3) Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf
yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul
seperti nistagmus, zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan
ini juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan retina.
(Runiari. N, 2010)
d. Patofisiologis
Perasaan mual diakibatkan oleh berbagai faktor, keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum
6
kehamilan sudah

7
menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Fauziyah, 2012).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian
pula klorida dalam urin. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium
sebagai akibat muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, disamping
dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esophagus dan lambung (sindroma Mallory-weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya, robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri, jarang sampai diperlukan tranfusi atau Tindakan operatif. (Fauziyah,
2012).

e. Diagnosis
Menurut Tiran (2009), mual sering kali merupakan gejala pertama yang
dialami ibu yang sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama
tidak datang. Oleh karena itu rasa mual didiagnosis oleh diri sendiri, dan dalam
banyak kasus, ditangani oleh diri sendiri. Akan tetapi, kemampuan koping wanita
yang mengalami mual dan muntah selama kehamilan sangat beragam, yang akan
dipengaruhi oleh kepribadian dan sikapnya terhadap penyakit, komitmen keluarga
dan pekerjaan, kesehatan umum dan ketersediaan mekanisme pendukung. Jika
dehidrasi, gangguan elektolit, malnutrisi protein-kalori dan defisiensi vitamin
turut dialami ibu hamil, hospitalisasi sangat penting untuk kesehatan ibu dan
janin. Akan tetapi, penting untuk menyingkirkan dugaan penyebab lain
terjadinya muntah berlebihan sebelum diagnosis hiperemesis gravidarum
ditegakkan.
Wanita yang sebelumnya memiliki riwayat hiperemesis gravidarum secara
personal atau memiliki ibu dengan riwayat hiperemesis akan lebih rentan terhadap
kondisi, begitu juga wanita yang memiliki penyakit hati. Diagnosis banding yaitu
Perlemakan hati akut, Gastroeneteritis, Hernia hiatus, Infeksi helicobacter pylori,
Hepatitis, Hiperkalsemia, Kondisi intra abdomen, Hipertens iintracranial
(benigna), Pielonefritis dan Refluks esophagitis sebagai gambaran dari adanya
masalah medis.

f. Penanganan
Menurut Fauziyah (2012), strategi penanganan hiperemesis gravidarum
berdasarkan tingkat keparahan tanda dan gejalanya. Penanganan dapat berupa
8
edukasi, hidrasi, medikasi, hospitalisasi, dan konseling psikosomatik apabila

9
dibutuhkan. Penanganan yang pertama yaitu dapat berupa edukasi tentang diet
dan gaya hidup untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup ibu
hamil.
Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah yang ringan dapat diberikan
edukasi tentang nutrisi seperti asupan makanan dan minuman dalam porsi kecil
tapi sering (sepanjang hari). Makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah
lemak dan asam. Merekomendasi sering memakan snack, kacang dan biskuit.
Ditambah dengan minuman pengganti elektrolit dan suplemen nutrisi dianjurkan
untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan kecukupan asupan kalori. Jika bau
pada makanan yang baru dimasak (panas) dapat memicu muntah, maka
dianjurkan untuk menyediakan selalu makanan dingin. Edukasi tentang gaya
hidup juga dapat membantu mencegah stres dan istirahat dapat mengurangi
muntah. Dukungan emosional juga penting untuk mencegah hiperemesis
gravidarum menjadi lebih parah.

g. Pemeriksaan diagnostik
1) USG ( dengan menggunakan waktu yang tepat ) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta
2) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3) Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT, dan kadar LDH
h. Komplikasi
Dehidrasi berat, ikterik, takikardi, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan,
gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga, dan menarik diri dan depresi
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum
menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a) Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
b) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
c) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f) Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g) Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang,maka
diperlukan seperti :

1
a. Obat-obatan

1
1) Sedativa : Phenobarbital

2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks

3) Anti histamine : dramamin, avomin

4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin

hidroklorideatau khlorpromasine.

5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola

di rumah sakit

b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter
dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman
dan selama 24 jam.
c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin
(vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam
amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak
cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung
diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis,

somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa.

2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,

kemunduran penglihatan.

1
3) Gangguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus,

1
ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah

terjadi nadimeningkat, tekanan darah menurun.

2. Konsep Masalah Keperawatan

1) Pengertian
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
mengidentifikasi respon individu, keluarga, dankomunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
2) Kriteria mayor dan minor
Kriteria mayor adalah tan da dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-
100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria mayor adalah tanda dan gejala
yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegakan diagnosis
(PPNI, 2017).
3) Faktor yang berhubungan
Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang dapat
menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis atau masalah
keperawatan (PPNI, 2017).

1
1
5) Masalah Keperawatan Hiperemesis Gravidarum
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien hiperemesis gravidarum
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) :
a. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
1) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikanventilasi adekuat
2) Penyebab
a) Depresi pusat pernapasan

b) Penurunan energi

c) Kecemasan
3) Batasan Karakteristik
a) Data Mayor
(1) Subjektif
(a) Dispnea
(2) Objektif
(a) Penggunaan otot bantu pernapasan
(b) Fase ekspirasi memanjang
(c) Pola napas abnormal (mis.takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, chryne-stokes)

b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Ortopnea
(2) Objektif
(b) Pernapasan pursed-lip
(c) Pernapasan cuping hidung
(d) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(e) Ventilasi semenit menurun
(f) Kapasitas vital menurun
(g) Tekanan ekspirasi menurun
(h) Tekanan insiprasi menurun
(i) Ekskursi dada berubah

4) Kondisi Klinis Terkait


a) Depresi sistem saraf pusat

1
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual muntah hebat lebih dari 10 kali sehari
dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan
atau membahayakan janin dalam kandungan nya. Mual dan muntah 60-80% sering terjadi
pada primigravida, hal ini merupakan gejala yang wajar dan sering di dapatkan pada
kehamilan trimester I.
Beberapa teori menyatakan bahwa mual dan muntah selama kehamilan mungkin
berhubungan dengan adaptasi untuk mencegah asupan makanan yang berbahaya, seperti
mikro organisme patogen yang ada dalam daging dan racun yang berada disayuran dan
minuman. Mencegah masuknya komponen yang berbahaya, hal ini akan mencegah embrio
dari keguguran.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah.

B. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Perlu di lakukannya penyuluhan tenang Hiperemesis Gravidarum secara lebih optimal
dan melakukan evaluasi secara nyata
2) Bagi Penulis
diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan pembanding pada peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian pada klien Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum.
3) Bagi Mahasiswa
Hasil makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ibu dengan
Hiperemesis Gravidarum secara komprehensif dan mengikuti perkembangan literature
keperawatan yang terbaru serta memacu pada pembuat selanjutnya sehingga menjadi
bahan pembanding dalam melakukan pembuatan makalah pada Ibu dengan Hiperemesis
Gravidarum.

1
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, L. (2011). hiperemesis gravidarum. Phys. Rev. E, 24. Retrieved from


http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Muñoz_Zap
ata_Adriana_Patricia_Artículo_2011.pdf
SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Retrieved from
http://sdki.bkkbn.go.id/files/buku/2017IDHS.pdf
Setyawati, N., Wahyuningsih, M. S. H., & Nurdiati, D. S. (2014). Pemberian jahe instan
terhadap kejadian mual muntah dan asupan energi pada ibu hamil trimester pertama.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(4), 191. https://doi.org/10.22146/ijcn.18871
Sumarni, S. (2017). Model sosio ekologi perilaku kesehatan dan pendekatan.
The Indonesian Journal of Public Health, 12, No.1(August), 129–141.
https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.129-000
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). (2018). Jakarta. Retrieved
from http://www.inna-ppni.or.id
Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st
ed.). (2019). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.innappni.or.id
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia. Dewan
Pengurus Pusat. https://doi.org/10.1103/PhysRevLett.77.1889
Tiran, Denise. 2008. Mual muntah kehamilan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai