LP Dan Askep Kelompok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 81

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OP CLOSE


FRAKTUR FEMUR DENGAN MASALAH NYERI AKUT

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Kelompok 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA. 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang orthopaedi.

Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang

sangat kuat, sehingga diperlukan suatu trauma sangat besar yang

menyebabkan fraktur femur. Fraktur femur juga mengalami terjadinya

perdarahan dan peradangan yang ditimbulkan karena rupturnya pembuluh

darah sehingga mengakibatkan volume darah menurun dan terjadi

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Andra dan Yessie, 2017). Apabila

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer tidak segera ditangani maka

menyebabkan nekrosis otot, cedera saraf parsial atau total, dan gangguan

vaskular yang bisa menimbulkan hilangnya fungsi ekstremitas (Kathleen

S.Oman dkk, 2018).

Di Provinsi Lampung proporsi cedera kejadian fraktur atau patah

tulang di dapatkan data 6,0%, luka robek 22,7%, lecet/memar 68,0%, terkilir

27,3%, anggota tubuh terputus 0,3%, cedera mata 0,5%, gegar otak 0,7

lainnya 1,7%. ( Riset Kesefhatan Dasar, 2018 ).

Kasus fraktur femur di Indonesia merupakan kasus yang sering terjadi

yaitu sebesar 39% kemudian diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia

dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan

lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau

kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari ketinggian (37,3%) dan

mayoritas adalah pria (63,8%).


Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak kedua (17,0

per 10.000 orang per tahun 2017) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang

per tahun 2017). Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia

dewasa 15-34 tahun dan orang tua diatas 70 tahun (Desiartama, 2017).

Kasus fraktur femur dikarenakan adanya trauma besar yang mana juga

mengalami rupturnya pembuluh darah sekitar yang menyebabkan perdarahan

disekitar daerah tulang yang patah dan jaringan lunak sekitar tulang tersebut

yang menimbulkan reaksi peradangan. Peradangan ketika tidak segera

ditangani dapat terjadi insufisiensi pembuluh darah sehingga serabut saraf

mengalami penekanan dan menurunkan asupan darah pada ekstremitas dan

mengakibatkan kerusakan jaringan perifer. Apabila terjadinya kerusakan saraf

perifer tidak terkontrol maka menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, dan

oklusi darah yang merusak serabut saraf maupun jaringan otot yang disebut

sindrom kompartemen (Wijaya, 2018).

Gangguan perfusi jaringan perifer pada fraktur femur maka perlu segera

ditangani dengan melakukan pemantauan neurocirculatory yang diberikan

setiap jam pada daerah yang mengalami cedera. Pengkajian warna jaringan,

jaringan yang sehat harus bewarna merah muda, dan kulit harus teraba hangat,

serta perhatikan kualitas dan keberadaan denyut pembuluh darah. Kemudian

berikan posisi dengan tidak meninggikan ekstremitas sebelum dilakukan

pembedahan, dan tempatkan ekstremitas setinggi jantung untuk

meningkatkan aliran masuk darah arteri. Untuk


mempertahankan posisi fraktur sebelum tindakan pembedahan maka diperlukan traksi

yaitu pemasangan beban yang menarik bagian tubuh untuk menjaga kekuatan otot, dan

meluruskan, mengurangi deformitas serta menambah ruangan diantara kedua permukaan

patahan tulang (Muttaqin, 2018).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur femur dengan

masalah nyeri akut

C. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan umum

Asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur femur dengan

masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hasil pengkajian pada Ny. M dengan post op close fraktur femur

dengan masalah nyeri akut

b. Diketahuinya diagnosis keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur

femur dengan masalah nyeri akut

c. Diketahuinya intervensi keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur

femur dengan masalah nyeri akut

d. Diketahuinya implementasi keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur

femur dengan masalah nyeri akut

e. Diketahuinya evaluasi keperawatan pada Ny. M dengan post op close fraktur

femur dengan masalah nyeri akut.


BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Teori Fraktur


A. Definisi Fraktur dan Fraktur Femur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari

yang dapat diabsorbsinya (Kemenkes, 2016). Fraktur merupakan istilah

hilangnya kontinuitas tulang rawan, baik yang bersifat total maupun

sebagian biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Adrianto.

2019).

Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau

disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan

pembuluh darah). Fraktur femur disebut terbuka apabila terdapat hubungan

langsung antara tulang dengan udara luar, dan disebut tertutup apabila tidak

terdapat hubungan antara tulang dengan udara luar. Kondisi ini secara

umum disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).

B. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008) penyebab fraktur antara lain yaitu:

1. Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur 7 pada daerah tekan.

Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut

mengalami kerusakan.

2. Trauma tidak langsung

Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah


fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya, jatuh

dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada

klavikula.Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

C. Patofisiologi

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan

metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang

terbuka maupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan

perdarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi

perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan

poliferasi menjadi edem local maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur

terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan

gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat

terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas

fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan

lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara

luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas

kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada

umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan

imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah

dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Wijaya, 2019).


Pathway Fraktur

Trauma Langsung Kondisi Patologis Trauma Tidak Langsung

Fraktur

Kerusakan/Pergeseran
Diskontinuitas Tulang Fragmen Tulang

Open Fraktur Close Fraktur Pemasangan pen/ platina /


Tindakan ORIF/OREF
Timbul respon fiksasi eksternal
Pengeluaran
stimulus nyeri
histamin,
Luka terbuka Luka Perubahan
Perawatan post op
fragmen tulang

Laserasi kulit Reaksi


Gangguan fungsi tulang
Spasme otot, nosiseptor
ruptur vena atau
Putus vena/arteri
arteri Hambatan Mobilitas Fisik
Respon reflek

Perdarahan protektif pada


Protein plasma
tulang
hilang

Kehilangan volume
cairan Edema Nyeri Akut

Resiko Shock Penekanan


Hipovolemik pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
D. Tanda dan Gejala

Menurut Kemenkes (2016) Tanda dan gejala yang biasa muncul pada

kasus fraktur yakni :

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019)

menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Sinar X/Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan

jenis fraktur. Sinar-X memberikan gambar struktur padat, seperti

tulang.Rontgen dilakukan dari sejumlah sudut yang berbeda untuk

mencari fraktur dan untuk melihat keselarasan tulang.Meskipun

jarang, seseorang mungkin dilahirkan dengan tulang ekstra di patela

yang belum tumbuh bersama.Kondisi ini disebut patela bipartit dan

dapat disalahartikan sebagai fraktur. Sinar-X akan membantu

mengidentifikasi patella bipartit. Karena banyak orang mengalami

kondisi di kedua lutut.

b. Scan tulang, tomogram, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak


c. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi

fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah

putih adalah respon stress normal setelah trauma.

d. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

ginjal. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, transfuse multiple, atau cedera hati

e. Pemeriksaan fisik, tepi-tepi fraktur sering dapat dirasakan melalui

kulit, terutama jika fraktur tersebut tergeser. Selama pemeriksaan,

akan diperiksa apakah terjadi hemarthrosis. Dalam kondisi ini, darah

dari ujung tulang yang patah terkumpul di dalam ruang sendi,

menyebabkan pembengkakan yang menyakitkan. Jika terdapat banyak

darah di lutut, maka harus dikeringkan untuk membantu meringankan

rasa sakit.

F. Komplikasi

American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019) menyatakan bahwa

komplikasi yang dapat terjadi terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Pre Operatif

a. Sindrom Kompartemen

Kondisi menyakitkan ini berkembang ketika lengan atau

tungkai yang terluka membengkak dan tekanan terbentuk di dalam

otot.Ketika ini terjadi, operasi segera untuk menghilangkan tekanan

diperlukan.Jika tidak diobati, sindrom kompartemen dapat

menyebabkan kerusakan jaringan permanen dan kehilangan fungsi.


b. Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma

yang lebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh

tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,

tindakan reduksi dan pembedahan.

c. Fat Emboli Sindrom

Fat Emboli Sindrom (FES) adalah komplikasi serius yang

terjadi pada kasus fraktur tulang ranjang.FES terjadi karena sel-

sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah

yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,

takipnue dan demam.

d. Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

jaringan.Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit

(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada

kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan

lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke

tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis

tulang dan diawali dengan adanya volkman’s ischemia.


f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan

menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2. Post Operatif

a. Infeksi

Infeksi merupakan komplikasi paling umum dari fraktur

terbuka.Infeksi adalah hasil dari bakteri memasuki luka pada saat

cedera.Infeksi dapat terjadi sejak awal selama penyembuhan atau jauh

setelah luka dan patah telah sembuh.Infeksi tulang dapat menjadi

kronis (osteomielitis) dan menyebabkan operasi lebih lanjut.

b. Nonunion

Beberapa fraktur terbuka mungkin mengalami kesulitan

penyembuhan karena kerusakan suplai darah di sekitar tulang pada

saat cedera.Jika tulang tidak sembuh, operasi lebih lanjut, termasuk

pencangkokan tulang ke lokasi fraktur dan ulangi fiksasi internal,

mungkin diperlukan.

c. Arthritis Pascatrauma

Artritis posttraumatic adalah jenis artritis yang berkembang

setelah cedera.Bahkan ketika tulang Anda sembuh secara normal,

tulang rawan artikular yang menutupi tulang bisa rusak,

menyebabkan rasa sakit dan kekakuan dari waktu ke waktu.Artritis

parah terjadi pada sebagian kecil pasien dengan fraktur

patela.Artritis ringan hingga sedang suatu kondisi yang disebut

chondromalacia patella jauh lebih umum.


d. Kelemahan otot

Beberapa pasien mungkin memiliki kelemahan permanen pada

otot paha depan di bagian depan paha setelah fraktur. Beberapa

kehilangan gerak pada lutut, termasuk meluruskan (ekstensi) dan

menekuk (fleksi), juga sering terjadi.Kehilangan gerak ini biasanya

tidak melumpuhkan.

e. Sakit kronis

Nyeri jangka panjang di depan lutut sering terjadi pada fraktur

patela. Meskipun penyebab nyeri ini tidak sepenuhnya dipahami, ada

kemungkinan bahwa hal itu terkait dengan artritis posttraumatic,

kekakuan, dan kelemahan otot.Beberapa pasien menemukan bahwa

mereka lebih nyaman mengenakan penyangga atau penyangga lutut.

G. Penatalaksanaan

American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019) dan (Muttaqin,

2008) menyatakan bahwa penatalaksanaan fraktur terbuka yang dapat

dilakukan yaitu:

1. Non operatif

a. Reposisi

Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan

imobilisasi dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang

berarti seperti pada fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi

dilakukan terus- menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa

minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.


b. Imobilisasi

Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa

reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi

dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur

tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting. Imobilisasi yang lama

akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.

c. Rehabilitasi

Rehabilitasi berupaya mengembalikan kemampuan anggota yang

cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali

seperti sebelum mengalami gangguan atau cedera.Pasien

dianjurkan untuk keluar dari tempat tidur dengan dibantu ahli

fisioterapi.

d. Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain

untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.

Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau

spasme otot dalam usaha dan untuk memperbaiki deformitas dan

mempercepat penyembuhan.

2. Debridemen dan Irigasi

Debridemen dan irigasi merupakan langkah pertama dalam

mengendalikan risiko infeksi. Dalam debridemen, semua bahan asing,

bahan yang terkontaminasi dan jaringan yang rusak dari luka akan

dikeluarkan. Luka kemudian akan dicuci atau diairi dengan beberapa

liter larutan garam. Setelah luka dibersihkan, selanjutnya mengevaluasi

fraktur dan menstabilkan tulang. Patah tulang terbuka diobati dengan


fiksasi internal atau eksternal.
a. Fiksasi Internal

Fiksasi internal dapat digunakan untuk mengobati fraktur

terbuka di mana: lukanya bersih; ada kerusakan kulit atau

jaringan minimal; potongan-potongan tulang yang patah bisa

disejajarkan dengan baik.

Hal ini dapat dilakukan sebagai operasi awal atau ditunda

jika jaringan lunak perlu sembuh. Setelah fiksasi internal,

anggota tubuh yang terluka akan diimobilisasi dalam sling cast

atau belat hingga fraktur sembuh. Selanjytnya dapat diberikan

antibiotik untuk jangka waktu tertentu untuk membantu

mencegah infeksi. Selama proses penyembuhan, luka harus

selalu diperiksa untuk memastikan tidak ada tanda-tanda infeksi.

b. Fiksasi Eksternal

Fraktur terbuka yang parah pertama kali distabilkan

dengan fiksasi eksternal. Dalam operasi ini, akan dimasukkan

sekrup atau pin logam ke tulang di atas dan di bawah lokasi

fraktur. Pin dan sekrup diproyeksikan keluar dari kulit yang

menempel pada logam atau batang serat karbon. Fiksasi eksternal

memiliki keuntungan menstabilkan tulang yang patah.Dalam

beberapa kasus, luka mungkin memerlukan debridemen lebih

lanjut atau pencangkokan kulit dan jaringan untuk menutupi

tulang yang terluka.Fiksasi eksternal di tempat, pasien sering

dapat bangun dari tempat tidur dan bergerak meskipun luka

terbuka.

Dalam kebanyakan kasus, fixator eksternal tetap di


tempatnya hanya sampai aman untuk melakukan fiksasi
internal.Namun, kadang-kadang, fixator eksternal digunakan

untuk menstabilkan tulang sampai penyembuhan selesai.Ini

kemudian dihapus selama prosedur kedua ketika fraktur sembuh.

3. Penatalaksanaan Pembedahan

a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan

dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.

b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction

internal Fixation).

c. Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction

Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati

fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini

memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif

(hancur atau remuk).

H. Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur

dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang

hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah

tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti

imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan,

selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial

dalam penyembuhan fraktur.


II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

1. Anamnesis

2. Identitas klien : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,

bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,

asuransi, golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit,

diagnosis medis (Padila, 2012).

3. Keluhan utama : Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik.

Selain itu klien juga akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh

pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan (Padila

2012).

4. Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presipitasi nyeri

a. Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk

b. Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah

rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

c. Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit memepengaruhi kemampuan fungsinya.

d. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari

5. Riwayat penyakit sekarang

6. Riwayat penyakit dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang menyebabkan fraktur

patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit

diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut

maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan

tulang (Padila, 2012).

7. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Padila,

2012).

8. Riwayat psikososial

Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya

dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012).

9. Pola-pola

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan

pada dirinya dan harus menjalani penatalaksaan kesehatan untuk

membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga

meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang

dapat menggangu metabolisme kalsium, pengonsumsian alkohol

yang
bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melaksanakan

olahraga atau tidak (Padila, 2012).

b. Pola nutrisi dan metabolism

Insufisiensi pancreas/DM (predisposisi untuk hipoglikemia atau

ketoasidosis), malnutrisi termasuk obesitas, membran mukosa

kering karena pembatasan pemasukan atau periode post puasa

(Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010). Pada klien

fraktur harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-

harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin untuk membantu

proses penyembuhan tulang dan pantau keseimbangan cairan

(Padila, 2012).

10. Pola eliminasi

Pola eliminasi Pantau pengeluaran urine frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah apakah terjadi retensi urine. Retensi urine

dapat disebabkan oleh posisi berkemih yang tidak alamiah, pembesaran

prostat dan adanya tanda infeksi saluran kemih Kaji frekuensi,

konsistensi, warna, serta bau feses.

11. Pola tidur dan istirahat

Klien akan merasakan nyeri, keterbatasan gerak sehingga hal ini

dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Padila,

2012). Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, peka terhadap

rangsang, stimulasi simpatis.


12. Pola aktivitas

Timbulnya nyeri, keterbatasan gerak maka semua bentuk kegiatan

klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu

oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas

(Padila, 2012).

13. Pola hubungan dan peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat

karena klien harus menjalani rawat inap (Padila, 2012)

14. Persepsi dan konsep diri

Dampak yang timbul pada klien adalah rasa takut akan kecacatan,

rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

optimal dan pandangan dirinya yang salah (Padila, 2012).

15. Pola sensori dan kognitif

Klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian

fraktur, sedangkan pada indera yang lainnya tidak timbul gangguan

begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan (Padila,

2012).

16. Pola reproduksi seksual

Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri. Selain itu,

klien juga perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak,

lama perkawinannya (Padila, 2012).

17. Pola penanggulangan stress

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress multiple

seperti masalah finansial, hubungan, gaya hidup (Doenges dalam


Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010).
18. Timbul kecemasan akan kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.

Mekanisme koping yang ditempuh klien biasanya tidak efektif (Padila,

2012).

19. Pola tata nilai dan keyakinan

Klien tidak dapat melakukan kebutuhan beribadah dengan baik

terutama frekuensi dan konsentrasi (Padila, 2012).

20. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menurut Suratun dkk (2008) antara lain :

a. Keadaan umum :

1) Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,

komposmentis tergantung pada keadaan klien.

2) Tanda-tanda vital : Kaji dan pantau potensial masalah yang

berkaitan dengan pembedahan : tanda vital, derajat kesadaran,

cairan yang keluar dari luka, suara nafas, pernafasan infeksi

kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.

3) Pantau keseimbangan cairan

4) Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah

pada pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan

darah turun, konfusi, dan gelisah)

5) Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis

biasanya timbul selama minggu kedua) dan tanda vital

6) Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai

nyeri tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis

7) Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola panas, tingkah

laku, dan tingkat kesadaran


8) Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung : observasi

perubahan frekuensi frekuensi nadi, pernafasan, warna kulit,

suhu tubuh, riwayat penyakit paru, dan jantung sebelumnya

9) Kaji pernafasan : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk dan

merokok secara sistemik

Menurut Padila (2012) antara lain:

1. Sistem integumen : Terdapat eritema, suhu disekitar daerah

trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan.

2. Kepala : Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris,

tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

3. Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada

penonjolan, reflek menelan ada.

4. Muka Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tak edema

5. Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis

6. Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.

Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

7. Hidung: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping

hidung.

8. Mulut dan faring : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak

terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

9. Thoraks : Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada

simetris

10. Paru
Inspeksi :Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya

tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan

dengan paru.

Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama

Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan

lainnya

Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronkhi

11. Jantung

Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung

Palpasi :Nadi meningkat, iktus tidak teraba

Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal tak ada mur-mur

12. Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia

Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak

teraba

Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan

Auskultasi : Kaji bising usus

13. Sistem musculoskeletal

Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan,

darah merembes atau tidak.


B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Berdasarkan SDKI 2017 beberapa diagnose keperawatan yang sesuai dengan

kondisi klinis terkait fraktur yaitu:

1. Nyeri Akut

a. Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar

dan berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

b. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Mengeluh Nyeri

Objektif

1) Tampak meringis

2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)

3) Gelisah

4) Frekuensi nadi meningkat

5) Sulit tidur

c. Gejala dan tanda Minor

Subjektif

Tidak tersedia

Objektif

1) Tekanan darah meningkat

2) Pola napas berubah

3) Nafsu makan berubah


4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri

6) Berfokus pada diri sendiri

7) Diaphoresis

2. Risiko Infeksi

a. Definisi

Berisiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik

b. Faktor Risiko

1) Penyakit kronis

2) Efek prosedur invasif

3) Malnutrisi

4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer

 Gangguan peristaltik

 Kerusakan integritas kulit

 Perubahan sekresi pH

 Merokok

6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder

a) Penurunan hemoglobin

b) Imununosupresi

c) Leukopenia

3. Gangguan mobilitas fisik

a. Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri

b. Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif

Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif

1) Kekuatan otot menurun

2) Retang gerak menurun

c. Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1) Sendi Kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi

3) Gerakan terbatas

4) Fisik Lemah

4. Risiko Jatuh

a. Definisi

Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat

terjatuh

b. Faktor Risiko

1) Usia > 65 tahu atau < 2 tahun

2) Riwayat jatuh

3) Anggota gerak bawah prosetsis

4) Penurunan tingkat kesadaran

5) Perubahan fungsi kognitif


6) Kondisi pasca operasi

7) Enemia

8) Kekuatan otot menurun

9) Gangguan pendengaran

10) Gangguan penglihatan

5. Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

a. Defenisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat mengganggu metabolism tubuh

b. Faktor Risiko

1) Hiperglikemia

2) Gaya hidup kurang gerak

3) Hipertensi

4) Merokok

5) Prosedur endovaskuler

6) Trauma

7) Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat

6. Gangguan integritas kulit/jaringan

a. Defenisi

Kerusakan kulit (dermis atau epidermis) atau jaringan ( membrane

mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, ligament)

b. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Tidak tersedia

Objektif
Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit

c. Gejala dan tanda Minor

Subjektif

Tidak tersedia

Objektif

1) Nyeri

2) Pendarahan

3) Kemerahan

4) Hematoma

C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)

1. Nyeri Akut

Manajemen Nyeri

a. Tujuan dan kriteria hasil

Kriteria Hasil

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat dan konstan dapat

menurut dengan kriteria hasil:

1) Keluhan nyeri menurun (5)

2) Meringis dapat menurun (5)

3) Gelisah dapat menurun (5)

4) Sikap protektif dapat menurun (5)

5) Kesulitan tidur menurun (5)

b. Intervensi keperawatan dan rasional

1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan intensitas nyeri

Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan intensitas nyeri dari pasien

b) Identifikasi skala nyeri

Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien

c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Rasional : mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat

ataupun memperingan nyeri yang dirasakan pasien

d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui

kualitas hidup pasien

2) Terapeutik

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi

napas dalam)

Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan

pasien dari rasa nyerinya

b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat

nyeri/menimbulkan nyeri

c) Fasilitasi isterahat dan tidur

Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat

pasien
d) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan

pasien

e) Jelaskan strategi mengatasi nyeri

Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul

f) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri

Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik,

penyebak, lokasi saat nyeri muncul

g) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan

cara sederhana

3) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang

dirasakan pasien

2. Risiko Infeksi

Pencegahan Infeksi

a. Tujuan dan Kriteria Hasil

Kriteria Hasil

Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:

1) Demam menurun (5)

2) Nyeri menurun (5)

3) Kadar sel darah putih membaik (5)

b. Intervensi Keperawatan dan rasional

Observasi
1) Monitor tanda dan gejalan infeksi

Rasional :mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi

Terapeutik

1) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien

Rasional :mengurangi risiko kontaminasi

mikroorganime

2) Pertahankan teknik aseptik

Rasional :mengurangi kontaminasi mikroorganisme

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejalan infeksi

Rasional :memberikan infoemasi kepada pasien terkait tanda

dan gejala infeksi

2) Ajarkan etika batuk

Rasional : mencegah penyebaran mikroorganime saat batuk

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi

3) Gangguan Mobilitas Fisik

Dukungan Mobilisasi

a. Tujuan dan kriteria hasil

Kriteria Hasil

Kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri dapat meningkat dengan kriteria hasil:

1) Pergerakan ekstremitas meningkat

2) Kekuatas otot meningkat


3) Rentang gerak meningkat
b. Intervensi keperawatan dan rasional

1) Observasi

a) Identifikasi adanya nyeri atau keluahan fisik lainnya

Rasional : mengetahui keluhan lain pasien dan rencana tidakan

berikutnya yang dapat dilakukan

b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

Rasional : mengetahui kemampuan dan batasan pasien terkait

latiahan/gerak yang akan dilakukan berikutnya

c) Monitor frekuensi dan tekanan darah sebelum dan memulai

mobilasasi

Rasional : mengetahui adanya perubahan status kerja frekuensi

dan tekanan darah pasien

d) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Rasional: mengetahui kondisi terkini pasien dan perubahan

yang dapat terjadi selama melakukan mobilisasi

2) Terapeutik

a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.

Berpegang pada pagar tempat tidur)

Rasional : memberikan bantuan kepada pasien saat akan

melakukan mobilisasi dan mengurangi resiko jatuh/ sakit saat

berpindah

b) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

Rasional : meningkatkan status mobilitas fisik pasien

c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan


15
pergerakan
Rasional : keluarga dapat secara mandiri membantu pasien

melakukan latihan pergerakan.

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan Prosedur Tindakan

Rasional : memberikan informasi kepada pasien dan keluarga

terkait tindakan yang akan diberikan

b) Anjurkan mobilisasi dini

Rasional : untuk mengurangi resiko kekakuan dan kelemahan

otot yang berkepanjangan

c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang dapat dilakukan (mis.

Duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur)

Rasional : melatih kekuatan otot dan pergerakan pasien agar

tidak terjadi kekakuan otot maupun sendi.

4) Risiko Jatuh

Pencegahan Jatuh

a. Tujuan dan kriteria hasil

Kriteria Hasil

Dearajat jatuh berdasarakan observasi atau sumber informasi menurun

kriteria hasil:

1) Jatuh dari tempat tidur menurun

b. Intervensi keperawatan dan rasional

1) Observasi

a) Identifikasi factor risiko jatuh

Rasional :mengetahui factor yang dapat menyebabkan jatuh

b) Identifikasi factor lingkungan


Rasional : mengetahui situasi lingkungan sekitar pasien yang

dapat menyebabkan jatuh

2) Terapeutik

a) Pasang handrail tempat tidur

Rasional :mencegah pasien jatuh dari tempat tidur

3) Edukasi

a) Anjurkan memanggil perawat saat akan berpindah

Rasional : membantu pasien untuk berpindah dan meminimalisir

pasien terjatuh.

5) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

Perawatan Sirkulasi

a. Tujuan dan kriteria hasil

Kriteria Hasil

Perfusi perifer dapat meningkat dengan kriteria hasil:

1) Kekuatan nadi peririfer meningkat

2) Warna kulit pucat menurun

3) Pengisisan kapiler membaik

4) Akral membaik

5) Tugor kulit membaik

b. Intervensi keperawatan dan rasional

1) Observasi

a) Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian

kapiler, warna, suhu, ankle brachial index )

Rasional :mengetahui kemungkinan adanya gangguan pada

perfusi perfier.
b) Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi

Rasional :beberapa penyakit seperti diabetes , hipertensi ,

hiperkolesterol dapat menyebabkan gangguan sirkulasi perifer

c) Monitor panas, kemeraham nyeri atau bengkak pada ekstremitas

Rasional : mengetahui adanya masalah atau gangguan yang

terjadi pada bagian perifer tubuh

2) Terapeutik

a) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea

keterbatasan perfusi

Rasional :untuk mencegah kekurangan / perubahan sirkulasi

perifer

b) Hindari penekana dan pemasangan tourniquet pada area yang

cedera

Rasional : sirkulasi perfier yang terganggu dapat memperlambat

penyembuhan luka pada area yang cedera

c) Lakukan pencegahan infeksi

Rasional : untuk mencegah munculnya infeksi akibat invasi

bakteri

d) Lakukan perawatan kaki dan kuku

Rasional : mencegah terjadinya luka pada kaki

3) Edukasi

a) Anjurkan berhenti merokok

Rasional :merokok merupakan salah satu pemicu terjadinya

ganggaun perfusi perifer

b) Anjurkan berolaraga rutin


Rasional : untuk memperlanjar sikulasi perfusi perifer

c) Anjurkan minum obat pengotrol tekanan darah

Rasional : penyakit hipertensi merupakan salah satu penyebab

gangguan sirkulasi perifer

d) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat

Rasional : mengcegah terjadinya luka

6) Gangguan integritas kulit

Perawatan Integritas kulit

c. Tujuan dan kriteria hasil

Kriteria Hasil

Integritas kulit dapat meningkat dengan kriteria hasil:

1) Elastisistas meningkat

2) Kerusakan jaringan menurun

3) Nyeri menurun

4) Pendarahan penurun

5) Kemerahan menurun

d. Intervensi keperawatan dan rasional

1) Observasi

a) Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit/jaringan

Rasional :gangguan ingetgritas kulit/jaringan dapat terjadi

karena perubahan sirkulasi, perubahan nutrisi, penurunan

kelembababn, suhu lingkungan ekstrim dan penurunan

mobilitas

2) Terapeutik

a) Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring


Rasional :mencegah terjadinya lesi atau ulkus pada kulit yang

tertindis

b) Gunakan produk berbahan petroleum aatau minyak pada kulit

kering

Rasional : untuk menjagan kelembaban kulit

c) Hindari produk berbahan dasar alcohol

Rasional : produk berbahan dasar alcohol dappat mengiritasi

kulit

3) Edukasi

a) Anjurkan menggunakan pelembab

Rasional :menjagan kelembaban

kulit

b) Anjurkan minum air yang cukup

Rasional : menjagan status hidrasi

kulit

c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Rasional : menjaga kesehatan kulit tetap

baik

d) Anjurkan menggunakan tabir surya

Rasional : sinar matahari dapat menyebabakn kerusakn kulit/

senssai terbakar
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OP CLOSE
FRAKTUR FEMUR DENGAN MASALAH NYERI AKUT
DI PUSKESMAS SEPUTIH BANYAK

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien
Inisial Pasien : Ny. M
Umur : 46 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Teluk Dalem Way Seputih
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
Ruang Rawat Inap : Bedah
No. Rekam Medik : 391008
Diagnosa Medis : Pre op Close Fraktur Femur
Tanggal/Jam Masuk : 13 November 2022 /Pukul 20.15 WIB
Tanggal/Jam Pengkajian : 14 November 2022/Pukul 08.30 WIB
2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

klien mengatakan nyeri pada daerah paha dan terasa tebal sampai ujung

kaki sebelah kanan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. M mengalami kecelakaan jatuh dari tangga setinggi 2 meter pada

tanggal 13 November 2022 jam 11.00 WIB , kemudian klien di bawa

ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek dan dirawat di

ruang Melati dengan hasil observasi klien mengeluh nyeri sejak kakinya

fraktur, nyeri seperti di tusuk-tusuk pada paha kiri, dengan skala nyeri 6

(nyeri sedang), nyeri hilang timbul dan berlangsung lama.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

keluarga klien mengatakan tidak memiliki penyakit alergi ataupun


penyakit menular.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

luarga Ny. M mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit yang di derita oleh klien saat ini. Dan Keluarga

klien mengatakan tidak ada yang memiliki DM dan hipertensi.

e. Riwayat Psikososial

1) Respon klien terhadap penyakitnya : Ny. M menganggap bahwa

penyakitnya ini adalah cobaan dari tuhan.

2) Pengaruh penyakit terhadap perannya di keluarga, masyarakat: Ny.

M hanya bisa berbaring di rumah sakit dan tidak bisa melakukan

aktifitas seperti biasanya, klien tidak bisa berkumpul dengan teman

– temannya, dan tidak bisa bekerja sebagai buruh pabrik.

C. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15, E: 4 V:5 M:6
Pengetahuan : Pasien pengerti dengan penyakitnya
Pasca operasi : Pre-op Close Fraktur Femur

D. KEBUTUHAN DASAR

NYERI
Suhu : 36,4oC
Gambaran nyeri : Klien mengatakan nyeri sedang dirasakan
pada kaki sebelah kiri dengan kualitas perih
dan frekuensi menetap
P : Tiba-tiba, walau tanpa digerakkan
Q : Perih
R : Ekstremitas bawah sinistra
S : 6, nyeri sedang
Respon emosional : Klien nampak meringis kesakitan saat
diberi penekanan pada nyeri (Saat ganti
verband)
Cara mengatasi nyeri : Tidur
:
Gambaran nyeri post op Klien mengatakan nyeri meningkat saat akan
operasi.
P: Tiba-tiba, walau tanpa digerakkan
Q: berat, perih
R: ektermitas bawah sinistra
S: 8, nyeri hebat
T: terus-menerus
Respon emosional post op : Klien nampak meringis kesakitan. Klien
nampak menggeleng-gelengkan kepalanya.
Masalah keperawatan : Nyeri Akut

NUTRISI
TB : 150 cm
BB : 50 kg
Kebiasaan makan : Isteri klien mengatakan sebelum sakit
klien tidak terbiasa sarapan dengan
makanan berat hanya meminum kopi dan
makan dengan porsi besar 2x sehari. Istri
klien mengatakan sejak sakit klien hanya
mampu menghabiskan 2 sendok bubur
yang diberikan setiap jam makan. Klien
mengatakan tidak mampu menghabiskan
porsi makannan yang diberikan. Makanan
klien nampak tidak dihabiskan
Keluhan saat ini : Klien mengatakan tidak mampu
menghabiskan porsi makanan yang
diberikan
Pembesaran tiroid : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Holitosis : Ada
Kondisi gigi/gusi : Nampak gigi seri bagian atas depan telah
tanggal
Penampilan lidah : Permukaan lidah nampak warna putih
Bising usus : Tidak ada
Jenis cairan terpasang : RL 500 cc 23 tpm
Porsi makan yg dihabiskan : Isteri klien mengatakan klien hanya mampu
menghabiskan 2 sendok makanan yang
diberikan
Makanan disukai : -
Diet : Tidak ada
Masalah keperawatan : Risiko Defisit Nutrisi

CAIRAN
Kebiasaan minum : Klien mengatakan sebelum sakit kadang-
kadang hanya minum air putih setelah
makan ±1500 cc perhari. Klien
mengatakan
sering mengkonsumsi kopi
Jenis : Air putih dan teh
Turgor kulit : Baik
CRT : <2 detik
Mata : Cekung
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Berwarna merah, nampak akumulasi darah
pada sklera
Edema : Tidak ada edema
Distensi V.Jugularis : Tidak ada
Asites : Tidak ada
Spider Navy : Tidak ada
Infuse : Terpasang infuse RL 500 CC 23 tpm
Masalah keperawatan : Tidak ada
PERSONAL HYGNE
Kebiasaan mandi : Klien mengatakan selama sakit belum
pernah mandi. Isteri klien mengatakan
selama sakit klien belum pernah mandi
menggunakan waslap
Cuci rambut : Klien mengatakan selama sakit tidak
pernah cuci rambut
Kebiasaan gosok gigi : Klien mengatakan selama dirawat tidak
pernah menggosok gigi
Kebersihan badan : Nampak kotor pada abdomen, kedua
tangan dan ekstremitas
Keadaan rambut : Distribusi rambut normal, dominan
beruban
Keadaan kulit kepala : Kotor
Keadaan kuku : Kuku nampak kotor dan panjang
Keadaan vulva/perineal : Tidak dikaji
Keluhan saat ini : Klien mengatakan merasa tidak nyaman
dengan kondisinya
Integritas kulit : Baik
Keadaan luka : Open fraktur pada tibia et fibula terpasang
verband dan spalak. Terdapat luka terbuka
pada occipital dektra
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan diri

AKTIVITAS DAN LATIHAN


Aktivitas waktu luang : Klien mengatakan hanya bisa berbaring di
tempat tidur. Klien nampak berbaring
Aktivitas/hoby : Klien mengatakan sehari-hari beraktivitas
sebagai petani di sawah dan baru-baru ini
selesai panen padi
Kesulitan bergerak : Klien mengatakan sulit menggerakkan kaki
sebelah kiri.
Postur : tidak dapat dikaji secara keseluruhan
karena pasien hanya mampu berbaring
Rentang gerak : Terbatas
Keluahn saat ini : Klien mengatakan kesulitan bergerak,
karena terdapat nyeri pada ekstremitas
bawah sinistra pasca kecelakaan
Penggunaan alat bantu : Tidak ada penggunaan alat bantu. Klien
nampak hanya mampu bergerak di atas
tempat tidur
Pelaksanaan aktivitas : Nampak segala aktivitas dibantu oleh
keluarga
Jenis aktivitas yg perlu : Pemenuhan cairan dan nutrisi, personal
dibantu hygne, eliminasi
Kekuatan otot : 5 5
1 5
Masalah keperawatan : Gangguan mobilitas fisik

ELIMINASI
Kebiasaan BAB :
- Sebelum : 1-2 kali sehari
sakit
- Saat sakit : Klien mengatakan sejak sakit satu kali
pernah BAB. klien mengatakan terkahir
kali BAB 1 hari yang lalu
Kebiasaan BAK :
- Sebelum : 1-2 kali sehari
sakit
- Saat sakit : Terpasang cateter urin dengan pengeluaran
300 cc
Penggunaan diuretic : Tidak ada
Peristaltik usus : 12x / menit
Abdomen : Tidak ada pembesaran massa, tidak ada
nyeri tekan. Terdapat perbedaan warna
abdomen pada kuadran 2 & 3 dengan
kuadran lainnya
Kateter urin : Terpasang kateter urin
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

OKSIGENASI
Nadi : 82x/i
Pernapasan : 24x/i
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Respirasi : Tidak ada penggunaan alat bantu napas,
tidak suara napas tambahan, tidak ada
pernapasan cuping hidung
Sputum : Tidak ada produksi sputum
Sirkulasi oksigenasi : Baik, klien tidak merasa pusing
Dada : Tidak ada penggunana otot bantu napas
Oksigen kanul/mask : Tidak terpasang
WSD : Tidak terpasang
Riwayat penyakit : Klien mengatakan pernah dirawat di
Rumah Sakit tiga tahun yang lalu karena
.....
Masalah keperawatan : Tidak ada

ISTIRAHAT DAN TIDUR


Kebiasaan tidur malam
- Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit tidur
malam mulai pukul 23.00-06.00 dengan
kualitas nyenyak
- Saat sakit : Klien mengatakan selama sakit tidak ada
gangguan tidur. Klien mengatakan selama
sakit lebih banyak tidur
Lama tidur
- Malam : Klien mengatakan tidur malam ±8 jam
- Siang : Klien mengatakan tidur siang ±2 jam
Cara mengatasi : -
Masalah keperawatan Tidak ada masalah
NEUROSENSORI
Rasa ingin pingsan : Tidak ada, klien mengatakan tidak pusing
Stroke : Tidak ada riwayat
Kejang : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
kejang
Status mental : Baik. klien mampu mengenali waktu,
tempat dan orang-orang di sekitarnya
Kesadaran : Composmentis. GCS 15
Memori : Baik, klien mampu mengingat kejadian
masa lampau
Kama mata : Klien tidak menggunakan kaca mata
Alat bantu dengar : Klien tidak menggunakan alat bantu dengar
Ukuran reaksi pupil : 2 mm kiri dan kanan, isokor, miosis
Facial drop : Tidak ada
Genggaman tangan : Genggaman kedua tangan kuat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
Refleksi : Baik
Penglihatan : Klien dapat melihat secara normal
Pendengaran : Klien dapat mendengar dan merespon suara
Penciuman : Penciuman klien baik
Perabaan : Kemampuan meraba klien baik
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
KEAMANAN
Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
alergi
Riwayat penyakit : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit menular
Prilaku risiko tinggi : Tidak ada
Transfusi darah : Tidak pernah
Riwayat cedera : Klien menegatakan mengalami kecelakan
kurang 2 hari yang lalu
Fraktur : Terdapat closed fraktur femur
distal sinistra
Atritis sendi : Tidak ada
Masalah punggung : Tidak ada
Kekuatan punggung : Tidak dapat dikaji karena pasien hanya
mampu berbaring
ROM : Terbatas
Masalah keperawatan : Tidak ada
SEKSUALITAS
Hubungan seksual : Aktif
Penggunaan kondom : Klien mentakan tidak pernah menggunakan
Gangguan prostat : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
gangguan prostat
Sirkumsisi : Klien mengatakan melakukan sirkumsisi
waktu SD
Masalah keperawatan : Tidak ada

INTERAKSI SOSIAL
Masalah kesehatan/stres : Klien mengatakan merasa bosan
Cara mengatasi stres : -
Orang pendukung lain : Keluarga
Sosiologis : Komunikasi lancar
Perubahan bicara : Tidak ada
Laringektomi : Tidak ada
Psikologis : Baik
Keputusasaan : Tidak ada
Komunikasi verbal : Baik. lancar. Klien mampu berkomunikasi
dan kooperatif dengan perawat
Spiritual : Klien mengatakan selama sakit tidak
pernah melaksanakan shalat
Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan keagamaan di tempat tinggalnya
Gaya hidup : Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya
adalah berkebun
Masalah keperawatan :
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
Bahasa dominan : Indonesia
Informasi yang diberikan : Pengaturan jam besuk
: Hak dan kewajiban klien
: Petugas yang merawat
Masalah yang dijelaskan : Perawatan diri di RS
: Obat-obatan yang diberikan
: Modifikasi diet
Obat yang diresepkan
Obat Dosis Waktu Rute Tujuan
ceftriaxone 1 gr 06.00 Wib IV Infeksi bakteri
Ketocrolac 1 Amp 07.00 Wib IV Nyeri
Ranitidin 1Amp 06.00 Wib IV
Asam lambung

Faktor risiko keluarga : Ibu klien mengatakan keluarga klien tidak


memiliki riwayat penyakit menular dan
tidak menular
PEMERIKSAAN PENUJANG
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tgl 13 November 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Kimia Klinik
SGOT 47 L:37 P:31 UI/L
SGPT 18 L:42 P:32 UI/L
Bilirubin Total - 0.2 1.0 Mg/dl
Bilirubin Direk - 0.05 0.3 Mg/dl
Bilirubin Indirek - - -
Kolesterol Total - 200 Mg/dl
Kolesterol LDL - 130 Mg/dl
Kolesterol HDL - L: 35-55 P:45-55 Mg/dl
Trigliserida - 150 Mg/dl
Ureum 22.8 10-50 Mg/dl
Kreatinin 1.11 0.6-1.1 Mg/dl
Asam Urat - L:3.4-7 P:2.4-5.7 Mg/dl
Gula Darah Sewaktu 149 110 Mg/dl
Gula Darah Puasa - 100 Mg/dl
Gula Darah 2 jam PP - 140 Mg/dl
Protein Total - 6.6-8.7 Gr/dl
Albumin - 3.4-4.8 Gr/dl
Globulin - - -
Natrium - 135-150 mmoI/L
Kalium - 3.5-5.5 mmoI/L
KLASIFIKASI DATA
OBJEKTIF SUBJEKTIF
1. Kesadaran composmentis 1. Klien mengatakan nyeri dirasakan
2. GCS 15 pada kaki sebelah kiri sejak dua
3. TTV hari yang lalu setelah mengalami
Suhu: 36.4oC kecelakaan tunggal bermotor
TD: 110/60 mmHg 2. Klien mengatakan skala nyeri
4. Closed Fraktur Femur sinistra sedang (6) dengan frekuensi
distal menetap dengan kualitas perih
5. P: Tiba-tiba, walau 3. Klien mengatakan nyeri sedang
tanpa digerakkan dirasakan pada kaki sebelah kiri
Q: sedang, perih dan terasa perih dengan frekuensi
R: sektermitas bawah sinistra menetap
S: 6, nyeri sedang 4. Klien mengatakan kesulitan
T: menetap bergerak, karena nyeri pada kaki
6. Klien nampak meringis saat diberi sebelah kiri setelah kecelakaan
penekanan pada nyeri (Saat ganti 5. Klien mengatakan sulit
verband) menggerakkan kaki sebelah kirinya
7. Makanan klien nampak tidak 6. Klien mengatakan hanya bisa
dihabiskan berbaring di tempat tidur.
8. Nampak gigi seri bagian atas depan 7. Klien mengatakan sulit bergerak
telah tanggal dan hanya bisa beraktivitas di atas
9. Badan nampak kotor pada tempat tidur.
abdomen, kedua tangan dan 8. klien mengatakan kurang nafsu
ekstremitas makan dan hanya makan 2 sendok
10. Keadaan kulit kepala nampak kotor di setiap jam makan
11. Kuku nampak kotor dan panjang 9. Isteri klien mengatakan sejak sakit
12. Klien nampak berbaring klien hanya mampu menghabiskan
13. Klien nampak hanya mampu 2 sendok bubur yang diberikan
bergerak di atas tempat tidur setiap jam makan.
14. Rentang gerak klien terbatas
15. Nampak segala aktivitas dibantu
oleh keluarga
16. Kekuatan otot 10. Klien mengatakan tidak mampu
5 5 menghabiskan porsi makanan yang
1 5 diberikan
17. Nyeri post op: 11. Klien mengatakan selama sakit
P: Tiba-tiba, walau belum pernah mandi
tanpa digerakkan 12. Isteri klien mengatakan selama
Q: berat, perih sakit klien belum pernah mandi
R: ektermitas bawah sinistra menggunakan waslap
S: 8, nyeri hebat 13. Klien mengatakan selama sakit
T: terus-menerus tidak pernah cuci rambut
18. Klien nampak menggeleng- 14. Klien mengatakan selama dirawat
gelengkan kepalanya. tidak pernah menggosok gigi
15. Klien mengatakan merasa tidak
nyaman dengan kondisinya
16. Klien mengatakan nyeri meningkat
setelah operasi.
KATEGORISASI DATA
KATEGORI SUBKATEGORI DATA SUBKETIF &OBJEKTIF
Fisiologi Respirasi Do:
RR: Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tidak ada penggunaan alat bantu napas
Sirkulasi Do:
TD: 110/60 mmHg
Suhu: 36.4oC
CRT: <2 detik
Nutrisi dan cairan Ds:
1. klien mengatakan kurang nafsu makan
dan hanya makan 2 sendok di setiap
jam makan
2. Isteri klien mengatakan sejak sakit
klien hanya mampu menghabiskan 2
sendok bubur yang diberikan setiap
jam makan.
3. Klien mengatakan tidak mampu
menghabiskan porsi makanan yang
diberikan
Eliminasi Ds:
1. Klien mengatakan terakhir BAB 1 hari
yang lalu
Do:
2. Terpasang cateter urin dengan jumlah
300 cc
Aktivitas dan istirahat Ds:
1. Klien mengatakan sulit bergerak dan
hanya bisa beraktivitas di atas tempat
tidur
2. Klien mengatakan hanya bisa berbaring
di tempat tidur.
3. Klien mengatakan sulit menggerakkan
kaki sebelah kirinya.
4. Klien mengatakan kesulitan bergerak,
karena nyeri pada kaki sebelah kiri
setelah kecelakaan
5. Klien mengatakan selama sakit tidak
pernah shalat
Neurosensori Do:
1. Tidak ada penggunaan alat
bantu melihat dan mendengar
2. Indra penciuman dan perabaan baik
Reproduksi dan Ds:
seksualitas 1. Klien mengatakan melakukan
sirkusmsisi waktu SD
Psikologis Nyeri dan kenyamanan Ds:
1. Klien mengatakan nyeri dirasakan
pada kaki sebelah kiri sejak dua hari
yang lalu setelah mengalami
kecelakaan tunggal bermotor
2. Klien mengatakan nyeri sedang dan
terasa perih dengan frekuensi
menetap
Do:
P: Tiba-tiba, walau tanpa
digerakkan Q: sedang, perih
R: sektermitas bawah sinistra
S: 6, nyeri sedang
T: menetap
Ds:
3. Klien mengatakan nyeri meningkat
setelah operasi.
Do:
P: Tiba-tiba, walau tanpa
digerakkan Q: berat, perih
R: ektermitas bawah sinistra
S: 8, nyeri hebat
T: terus-menerus
Integritas ego Ds: Klien nampak meringis saat diberi
penekanan pada nyeri (Saat ganti verband)
Pertumbuhan dan Tidak ada masalah khusus
perkembangan
Perilaku Kebersihan diri Ds:
1. Klien mengatakan selama sakit belum
pernah mandi
2. Isteri klien mengatakan selama sakit
klien belum pernah mandi menggunakan
waslap
3. Klien mengatakan selama sakit tidak
pernah cuci rambut
4. Klien mengatakan selama dirawat tidak
pernah menggosok gigi
5. Klien mengatakan merasa tidak nyaman
dengan kondisinya
Penyuluhan dan Do:
pembelajaran 1. Bahasa dominan yang
digunakan Bahasa Indonesia
2. Informasi yang diberikan:
Pengaturan jam besuk, Hak dan
kewajiban klien,
Petugas yang merawat
Interaksi sosial Ds:
1. Klien mengatakan merasa bosan
2. Komunikasi verbal klien Baik.
lancar. Klien mampu berkomunikasi
dan kooperatif dengan perawat
3. Klien mengatakan selama sakit tidak
pernah melaksanakan shalat
Keamanan dan proteksi Do:
1. Closed Fraktur Femur sinistra
2. Tidak penggunaan alat bantu
penglihatan dan pendengaran
ANALISIS DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 Data Subjektif Trauma (KKL) Nyeri akut
1. Klien mengatakan nyeri
Inflamasi
dirasakan pada kaki sebelah
jaringan
kiri sejak dua hari yang lalu
Pelepasan
setelah mengalami
mediator
kecelakaan jatuh dari tangga kimiawi
2. Klien mengatakan nyeri
Rangsangan
sedang dan terasa perih nosiseptor
dengan frekuensi menetap
Implus nyeri
Data Objektif
Medulla
1. TTV
spinalis
Suhu: 36.4oC
Hipotalamus
TD: 110/60 mmHg
2. Closed Fraktur Femur Korteks serebri
3. P: Tiba-tiba, walau
Nyeri
tanpa digerakkan dipersepsikan
Q: sedang, perih
Nyeri Akut
R: sektermitas bawah sinistra
S: 6, nyeri sedang
T: menetap
4. Klien nampak meringis saat
diberi penekanan pada nyeri
(Saat ganti verband)

2 Data subjektif Trauma (KKL) Gangguan Mobilitas


1. Klien mengatakan sulit Deformitas Fisik
bergerak dan hanya bisa
Penurunan
beraktivitas di atas tempat fungsi otot
dan tulang
tidur
2. Klien mengatakan hanya bisa Keterbatasan
gerak
berbaring di tempat tidur.
3. Klien mengatakan sulit Gangguan
Mobilitas Fisik
menggerakkan kaki sebelah
kirinya
4. Klien mengatakan kesulitan
bergerak, karena nyeri pada
kaki kiri setelah kecelakaan
Data objektif
1. Klien nampak berbaring
2. Klien nampak hanya mampu
bergerak di atas tempat tidur
3. Nampak segala aktivitas
klien dibantu oleh keluarga
4. Jenis aktivitas yang perlu
dibantu: pemenuhan cairan
dan nutrisi, personall hygne
dan eliminasi
5. Kekuatan otot
5 5
1 5
3 Data subjektif Trauma (KKL) Defisit perawatan diri
1. Klien mengatakan selama Inflamasi
jaringan
sakit belum pernah mandi
2. Istri klien mengatakan selama Perubahan
status
sakit klien belum pernah
kesehatan
mandi menggunakan waslap
Stressor dan
3. Klien mengatakan selama pola koping
sakit tidak pernah cuci
Kurang
rambut pengetahuan
4. Klien mengatakan selama
Defisit
dirawat tidak pernah Perawatan Diri
menggosok gigi
5. Klien mengatakan merasa
tidak nyaman dengan
kondisinya
Data objektif
1. Badan nampak kotor pada
abdomen, kedua tangan dan
ekstremitas
2. Keadaan kulit kepala nampak
kotor
3. Kuku nampak kotor dan
panjang
4 Data subjektif Trauma (KKL) Risiko defisit nutrisi
1. klien mengatakan kurang Inflamasi
jaringan
nafsu makan dan hanya
makan 2 sendok di setiap jam Perubahan
status
makan
kesehatan
2. Isteri klien mengatakan sejak
Stressor dan
sakit klien hanya mampu pola koping
menghabiskan 2 sendok
Kurang
bubur yang diberikan setiap pengetahuan
jam makan.
Intake
3. Klien mengatakan tidak menurun
mampu menghabiskan porsi
Anoreksia
makanan yang diberikan
Data objektif Risiko Defisit
Nutrisi
1. Makanan klien nampak tidak
dihabiskan
2. Nampak gigi seri bagian atas
depan telah tanggal
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan:
Data Subjektif
1) Klien mengatakan nyeri dirasakan pada kaki sebelah kiri sejak dua hari
yang lalu setelah mengalami kecelakaan tunggal bermotor
2) Klien mengatakan nyeri sedang dan terasa perih dengan frekuensi
menetap
Data Objektif
i. TTV
Suhu: 36.4oC
TD: 110/60 mmHg
ii. Open fraktur 1/3 tibia et fibula disnistra distal
iii. P: Tiba-tiba, walau tanpa digerakkan
Q: sedang, perih
R: sektermitas bawah sinistra
S: 6, nyeri sedang
T: menetap
iv. Klien nampak meringis saat diberi penekanan pada nyeri (Saat ganti
verband)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot ditandai
dengan:
Data subjektif
1) Klien mengatakan sulit bergerak dan hanya bisa beraktivitas di atas
tempat tidur
2) Klien mengatakan hanya bisa berbaring di tempat tidur.
3) Klien mengatakan sulit menggerakkan kaki sebelah kirinya
4) Klien mengatakan kesulitan bergerak, karena nyeri pada kaki kiri
setelah kecelakaan
Data objektif
1) Klien nampak berbaring
2) Klien nampak hanya mampu bergerak di atas tempat tidur
3) Nampak segala aktivitas klien dibantu oleh keluarga
4) Jenis aktivitas yang perlu dibantu: pemenuhan cairan dan nutrisi,
personall hygne dan eliminasi
5) Kekuatan otot
5 5

15

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan


ditandai dengan:
Data subjektif
1. Klien mengatakan selama sakit belum pernah mandi
2. Istri klien mengatakan selama sakit klien belum pernah mandi
menggunakan waslap
3. Klien mengatakan selama sakit tidak pernah cuci rambut
4. Klien mengatakan selama dirawat tidak pernah menggosok gigi
5. Klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya
Data objektif
1. Badan nampak kotor pada abdomen, kedua tangan dan ekstremitas
2. Keadaan kulit kepala nampak kotor
3. Kuku nampak kotor dan panjang
d. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan:
Data subjektif
1. klien mengatakan kurang nafsu makan dan hanya makan 2 sendok di
setiap jam makan
2. Isteri klien mengatakan sejak sakit klien hanya mampu menghabiskan
2 sendok bubur yang diberikan setiap jam makan.
3. Klien mengatakan tidak mampu menghabiskan porsi makanan yang
diberikan
Data objektif
1. Makanan klien nampak tidak dihabiskan
2. Nampak gigi seri bagian atas depan telah tanggal
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : “Ny. M"
Rekam Medik : 391007
Masalah Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
No
1. Nyeri akut berhubungan dengan Manajemen Nyeri 1) Observasi 1. Mengetahui lokasi dan
agen pencedera fisiologis yang Setelah dilakukan asuhan a) Identifikasi lokasi, karakteristik, krakateristik nyeri untuk
ditandai dengan: keperawatan 3 x 24 jam durasi, frekuensi, kualitas, penentuan intervensi
Data Subjektif maka diharapakan nyeri intensitas nyeri 2. Mengurangi skala nyeri
3) Klien mengatakan nyeri dapat menurun dengan b) Identifikasi skala nyeri dan memberikan efek
dirasakan pada kaki sebelah kriteria hasil: c) Identifikasi respon nyeri secara relaksasi
kiri sejak dua hari yang lalu - Keluhan nyeri verbal 3. Meperbaiki pola koping
setelah mengalami menurun (5) d) Identifikasi faktor yang klien dan keluarga klien
kecelakaan jatuh dari tangga - Meringis menurun (5) memperberat dan memperingan
4) Klien mengatakan nyeri - Kemampuan nyeri
sedang dan terasa perih menuntaskan aktivitas e) Monitor keberhasilan terapi
dengan frekuensi menetap meningkat (5) komplementer yang sudah
Data Objektif diberikan
5. TTV
Suhu: 36.4oC
TD: 110/60 mmHg 2) Terapeutik
6. Closed fraktr femur a. Berikan teknik non farmakologis
7. P: Tiba-tiba, walau untuk mengurangi rasa nyeri
tanpa digerakkan (terapi musik, dan relaksasi
Q: sedang, perih napas dalam)
R: sektermitas bawah sinistra b. Fasilitasi istirahat dan tidur
S: 6, nyeri sedang 3) Edukasi
T: menetap a. Jelaskan penyebab, periode dan
8. Klien nampak meringis saat penyebab nyeri
diberi penekanan pada nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
(Saat ganti verband)
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
2 Gangguan Mobilitas Fisik Teknik Latihan Penguatan 1) Observasi 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan penurunan Otot a) Identifikasi risiko latihan kemampuan otot dan
fungsi otot yang ditandai dengan: Setelah dilakukan asuhan b) Identifikasi jenis dan durasi kemampuan pergerakan
Data subjektif keperawatan 3 x 24 jam aktivitas pemanasan/pendinginan klien
5) Klien mengatakan sulit maka diharapakan gangguan c) Monitor efektifitas latihan 2. ROM berfungsi untuk
bergerak dan hanya bisa mobilitas fisik dapat 2) Terapeutik mencegah kekakuan
beraktivitas di atas tempat meningkat dengan kriteria a) Lakukan latihan sesuai program sendi dan
tidur hasil: yang ditentukan (ROM) mengembalikan fungsi
6) Klien mengatakan hanya bisa - Kekuatan otot b) Berikan instruksi tertulis tentang otot
berbaring di tempat tidur. meningkat pedoman dan bentuk gerakan 3. Meningkatkan
7) Klien mengatakan sulit - Rentang gerak (ROM) untuk setiap gerakan otot pengetahuan klien dan
menggerakkan kaki sebelah meningkat 3) Edukasi keluarga tentang
kirinya - Pergerakan ekstremitas a) Jelaskan fungsi otot, fisiologi pentingnya penggunaan
8) Klien mengatakan kesulitan meningkat olahraga dan konsekuensi tidak otot dengan latihan
bergerak, karena nyeri pada digunakannya otot
kaki kiri setelah kecelakaan b) Ajarkan tanda dan gejala
Data objektif intoleransi selama dan setelah
6) Klien nampak berbaring sesi latihan
7) Klien nampak hanya mampu c) Anjurkan menghindari latihan
bergerak di atas tempat tidur selama suhu ekstrim
8) Nampak segala aktivitas
klien dibantu oleh keluarga
9) Jenis aktivitas yang perlu
dibantu: pemenuhan cairan
dan nutrisi, personall hygne
dan eliminasi
10) Kekuatan otot
6 5
1 5

3 Defisit perawatan diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri: Mandi 1. Mengetahui kebutuhan
berhubungan dengan penurunan a. Tujuan 1) Observasi personal hygne klien
status kesehatan yang ditandai Memfasilitasi a) Identifikasi jenis bantuan yang 2. Mengetahui faktor
dengan: pemenuhan kebutuhan dibutuhkan budaya dan kebiasaan
Data subjektif perawatan diri b) Monitor kebersihan tubuh yang menghambat
1. Klien mengatakan selama b. Kriteria hasil c) Monitor integritas kulit perawatan diri
sakit belum pernah mandi 1) Minta melakukan 2) Terapeutik 3. Memberikan edukasi
2. Istri klien mengatakan selama perawatan diri a) Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan kepad aklien dan
sakit klien belum pernah meningkat b) Fasilitasi menggosok gigi sesuai kelaurga agar dapat
mandi menggunakan waslap kebutuhan melakukan tindakana
3. Klien mengatakan selama 2) Mempertahankan 3) Edukasi perawatan tubuh secara
sakit tidak pernah cuci kebersihan diri a) Jelaskan manfaat mandi dan mandiri berikutnya.
rambut meningkat dampak tidak mandi terhadap
4. Klien mengatakan selama 3) Meningkatkan kesehatan
dirawat tidak pernah kebersihan mulut b) Ajarkan kepada keluarga cara
menggosok gigi memandikan pasien
5. Klien mengatakan merasa
tidak nyaman dengan
kondisinya
Data objektif
a. Badan nampak kotor pada
abdomen, kedua tangan dan
ekstremitas
b. Keadaan kulit kepala nampak
kotor
c. Kuku nampak kotor dan
panjang
4 Risiko deficit nutrisi berhubungan Manajemen Gangguan 1) Observasi 1. Untuk mengetahui jumlah
dengan anoreksia yang ditandai Makan input dan output makanan
dengan:
a. Tujuan dan ciran
Data subjektif Mengindentifikasi dan Monitor asupan dan keluarnya 2. Membantu membentu

4. klien mengatakan kurang mengelola diet yang makanan dan cairan serta kebutuhan koping positif terkait

nafsu makan dan hanya buruk, olahraga kalori pemenuhan nutrisi

makan 2 sendok di setiap berlebihan dan/atau 2) Terapeutik 3. Modifikasi diet untuk

jam makan pengeluaran makanan Berikan penguatan positif terhadap mempertahankan nutrisi

5. Isteri klien mengatakan sejak dan caran berlebihan keberhasilan target dan perubahan

sakit klien hanya mampu b. Kriteria hasil perilaku

menghabiskan 2 sendok 1) Fekeunsi makan 3) Edukasi

bubur yang diberikan setiap meningkat a) Ajarkan pengaturan diet yang

jam makan. 2) Nafsu makan tepat

6. Klien mengatakan tidak membaik b) Ajarkan keterampilan koping

mampu menghabiskan porsi untuk penyelesaian masalah

makanan yang diberikan perilaku makan

Data objektif
3. Makanan klien nampak tidak
dihabiskan
4. Nampak gigi seri bagian atas
depan telah tanggal
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Nyeri akut b.d agen 1. Mengidentifikasi frekuensi, intensitas nyeri, skala S:
pencedera fisiologis nyeri - Klien mengatakan skala nyeri 6.
2. Memonitor efek samping pemakaian analgesik - Klien mengatakan posisi nyamannya
3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk berbaring.
mengurangi nyeri (terapi musik) - Klien mengatakan suka mendengarkan musik
4. Mengajarkan teknik RND rohani saat nyeri.
5. kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik - Klien mengatakan mengerti bagaimana cara
mengontorl nyeri dengan teknik RND

O:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak rileks saat mendengarkan musik
rohani
- Klien dapat mempraktekkan teknik RND

A: Masalah nyeri akut belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d 1. Identifikasi risiko latihan S:
penurunan fungsi otot 2. Identifikasi jenis dan durasi aktivitas - Klien mengatakan skala nyeri 6.
pemanasan/pendinginan - Klien mengatakan posisi nyamannya
3. Monitor efektifitas latihan berbaring.
4. Mengajarkan latihan sesuai program yang ditentukan - Klien mengatakan suka mendengarkan musik
(ROM) rohani saat nyeri.
5. Memberikan instruksi tertulis tentang pedoman dan - Klien mengatakan mengerti bagaimana cara
bentuk gerakan untuk setiap gerakan otot mengontorl nyeri dengan teknik RND
6. Menjelaskan fungsi otot, fisiologi olahraga dan
konsekuensi tidak digunakannya otot O:
7. Mebgajarkan tanda dan gejala intoleransi selama dan - Klien tampak meringis
setelah sesi latihan - Klien tampak rileks saat mendengarkan musik
8. Menganjurkan menghindari latihan selama suhu rohani
ekstrim - Klien dapat mempraktekkan teknik RND

A: Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
3 Defisit perawatan diri b.d 1. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan S:
penurunan status kesehatan 2. Monitor kebersihan tubuh - Klien mengatakan skala nyeri 6.
3. Monitor integritas kulit - Klien mengatakan posisi nyamannya
4. Fasilitasi mandi sesuai kebutuhan berbaring.
5. Fasilitasi menggosok gigi sesuai kebutuhan - Klien mengatakan suka mendengarkan musik
6. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi rohani saat nyeri.
terhadap kesehatan - Klien mengatakan mengerti bagaimana cara
7. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien mengontorl nyeri dengan teknik RND

O:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak rileks saat mendengarkan musik
rohani
- Klien dapat mempraktekkan teknik RND

A: Masalah defisit perawatan diri belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
4 Resiko defisit nutrisi b.d 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan S:
anoreksia serta kebutuhan kalori - Klien mengatakan skala nyeri 6.
2. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan - Klien mengatakan posisi nyamannya
target dan perubahan perilaku berbaring.
3. Menganjurkan makan dan minum sedikit tapi sering - Klien mengatakan suka mendengarkan musik
4. Ajarkan pengaturan diet yang tepat rohani saat nyeri.
5. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian - Klien mengatakan mengerti bagaimana cara
masalah perilaku makan mengontorl nyeri dengan teknik RND

O:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak rileks saat mendengarkan musik
rohani
- Klien dapat mempraktekkan teknik RND

A: Masalah nyeri akut belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

Klien dengan identitas “Ny.M” mengalami closed fraktur femur sinistra

disebabkan kecelakaan jatuh dari tangga yang dialami dua hari yang lalu. Klien

merupakan pasien rujukan dari rumah sakit

Aktivitas sehari-hari klien adalah bertani dan menggunakan motor sebagai

transportasi utama. Benjamin (2020) mengatakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan fraktur adalah kecelakaan bermotor. Kecelakaan dapat

mengakibatkan trauma langsung atau tidak langsung dengan energi pada tulang.

Sejalan dengan itu, Jessica L. & Aaron (2021) menyebutkan fraktur dapat terjadi

karena trauma berenergi tinggi dan dapat berakibat pada kerusakan jaringan lunak.

Keluhan utama yang dirasakan klien adanya nyeri dengan skala 6 sebelum operasi.

Setelah dilakukan operasi nyeri klien mengatakan nyeri meningkat menjadi skala 8

(berat).

Suriya & Zuriati (2019) dan Thompson et al. (2020) menyebutkan bahwa

nyeri merupakan karakteristik utama pada fraktur tibia fibula dengan skala dan

kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan

pengalaman subjektif klien. Dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(2017) disebutkan nyeri merupakan pengalaman sensorik atau emosional terkait

dengan adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun fungsional. Nyeri akut

adalah diagnosis keperawatan utama pada kasus ini. Masalah tersebut didapatkan

di hari pertama saat klien masuk di rumah sakit. Klien mengatakan nyeri dirasakan

pada kaki kiri sejak dua hari yang lalu. Hasil pengkajain komprehensif terhadap
nyeri ditemukan P: Tiba-tiba, walau tanpa digerakkan, Q: perih, R: estremitas

bawah sinistra, S: 6, nyeri sedang, T: Menetap. Oleh karena itu, klien nampak

meringis dan mnegalami kesulitan bergerak karenaa efek nyeri secara emosional

dan fisik yang dialami klien. Nyeri yang dirasakan klien menyebabkan klien

merasa terganggu dan tidak nyaman. Klien mengatakan hanya mampu baring

diatas tempat tidur. Klien juga mengatakan nyeri muncul walau tanpa digerakkan.

Klien mengatakan hanya mampu mengatasi nyeri dengan tidur. Nyeri dirasakan

klien akibat benturan keras atau adanya trauma yang mengakibatkan terjadinya

fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan

pembuluh darah) ( Susanti, Susi., et al. 2019).

Menurut Susanti, Susi., et al. (2019), penangan terhadap fraktur dapat dengan

pembedahan atau tanpa pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi.

Kondisi fraktur, baik pada fase awal atau klien dengan fraktur malunion, akan

mengidentifikasi Tindakan invasive bedah fiksasi internal reduksi terbuka (Open

Reduction Internal Fixation/ ORIF) sebagai intervensi untuk memfiksasi kedua

ujung fragmen tulang yang patah atau fraktur sedapat mungkin kembali seperti

letak asalnya. Hal ini sama denga tindakan yang diberikan terhadap “Tn. B”. B.

Analisis Intervensi Intervensi yang diberikan pada kasus ini untuk diagnosis utama

nyeri akut adalah memberikan manajemen dengan pemberian teknik relaksasi

napas dalam (PPNI, 2018).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan pada “Ny.M dengan

diagnosa closed fraktur femur dapat disimpulkan yaitu:

1. Hasil pengkajian ditemukan keluhan utama adalaha nyeri

2. Diagnosis keperawatan yang muncul berjumlah 5 yaitu: nyeri akut, gangguan

mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan risiko defisit nutrisi

3. Intervensi dan impelmentasi yang dilakukan pada klien dengan closed fraktur

femur yaitu: manajemen nyeri, teknik latihan penguatan, perawatan diri, dan

manajemen gangguan makan

4. Proses evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa fraktur 1/3 tibia et

fibula yaitu: nyeri akut menurun, gangguan mobilitas fisik belum teratasi

(klien telah menjalani operasi), defisit perawatan diri teratasi, dan risiko

defisit nutrisi teratasi.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan referensi dalam memenuhi

intervensi manajamen nyeri klien. Perawat tidak boleh hanya berfokus pada

pengobatan farmakalogi saja dalam asuhan keperawatan manajemen nyeri.

Perawat perlu menggunakan intervensi non farmakalogi untuk mengurangi

penggunaan analgesik pada klien yang mengalami nyeri.


2. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan dalam penerapan

manajemen keperawatan yang harus diimplementasikan secara komprehensif

sesuai dengan disiplin ilmu keperawatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan referensi tambahan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien closed fraktur femur dalam

manajemen nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianti, Hebert. 2019. Modul Workhsop Biologi Abdimas. Jawa Barat: CV Jejak

Aini, Lela & Reskita, Reza. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan: Program Studi Ners,
STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia. Volume 9, Nomor 2.

Aji, S. B., Armiyati, Y., & Sn, S. A. (2015). Efektifitas Antara Relaksasi Autogenik
Dan Slow Deep Breathing Relaxation Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
Post Orif Di Rsud Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan
(JIKK), 002.

Alligood. (2017). Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka. Elsevier: Singapore.

American Academy of Orthopaedic Surgeons . 2019. Distal Femur (Thighbone)


Fractures of The Knee. Tersedia di

Apley, A. G., & Solomon, L. (2018). System of Orthopaedics and Trauma (A. Blom,
D. Warwick, & M. R. Whitehouse (eds.); 10th Editi). CRC Press.
https://doi.org/https://doi.org/10.432 4/9781315118192

Asikin, M. dkk., (2016). Keperawatab Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Erlangga

Ayudianingsih, N. G., & Maliya, A. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur
Femur Di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. 191–199
Balitbangkes RI. (2013). Riset dan Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Kesehatan
Kemenkes RI.
Benjamin. (2020, June 20). What is Bone Fracture? [Kesehatan]. Penn Medicine.
Cahyanti, E. I., Anugrahanti, W., & Wibowo. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gastritis Dengan Masalah Nyeri Akut
Dahlan, M. S. (2019). Besar sampel: Cara pengambilan sampel dalam penelitian.
kedokteran dan kesehatan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Fasa, I.F, Firmawati, E.,. (2016). Pengaruh Murotal AlQur’an Terhadap Tingkat
Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Pku
Muhammadiyah Gamping.
Handayani, S., Arifin, H., & Manjas, M. (2019). Kajian penggunaan analgetik
Pada Pasien Pasca Bedah Fraktur di Trauma Centre RSUP M. Djamil Padang.
JSFK (Jurnal Sains Farmasi & Klinis), 6(2), 113–120.
https://doi.org/10.25077/JSFK.6.2.11 3-120.2019

Anda mungkin juga menyukai