Kebijakan Akses Dan Kesinambungan Pelayanan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.

04
RUMAH SAKIT TK IV 02.07.05 dr. NOESMIR
JL. Dr. Moh. Hatta N0.64 Baturaja Tlp. (0735) 320123
Fax (0735) 321287Baturaja
E-Mail : [email protected]

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 DR. NOESMIR BATURAJA
Nomor : SK/029/IV/2022

TENTANG

AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN


RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 DR. NOESMIR BATURAJA

Menimbang :
1. Bahwa untuk mendukung terwujudnya pelayanan di rumah sakit Tk. IV
02.07.05 dr. Noesmir yang optimal maka perlu dibentuk kebijakan Akses dan
kesinambungan pelayanan; dan
2. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Rumah
Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja.

Mengingat :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan;
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 312 Tahun 2020 tentang Standar Profesi
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien;
6. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;
7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856 Tahun 2009 Tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit;
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
11. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun 2009
tentang Standar Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1. Keputusan kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir tentang
kebijakan Akses dan kesinambungan pelayanan di Rumah Sakit Tk. IV.
02.07.05 dr. Noesmir Baturaja.
2. Kebijakan Pelayanan di Rumah Sakit Tk. IV. 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja
yang dimaksud sebagaimana tertuang dalam lampiran surat keputusan ini.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila kemudian hari
ditemukan kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Baturaja
Pada tanggal 01 April 2022
Pgs. Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja,

dr. Rezky Sagita Girsang,Sp.B., M.Ked.Klin


Mayor Ckm NRP 11060002581179
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04 Lampiran : Keputusan Kepala Rumah Sakit Tentang
Akses dan Kesinambungan Pelayanan Tk. IV
RUMAH SAKIT TK.IV.02.07.05 DR. NOESMIR 02.07.05 dr. Noesmir
Nomor : KEP/029/ IV/ 2022
Tanggal : 01 April 2022

KEBIJAKANAKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN

1) Skrining dan Triase


 Skrining dilakukan pada kontak pertama pasien dengan RS untuk
menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS, dan memastikan
kebutuhan pasien akan pelayanan darurat atau reguler/elektif.
 Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase (di IGD), visual atau pengamatan
(petugas pendaftaran), pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik (oleh
staf medis) atau diagnostik imajing.
 Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
 Proses triase dilakukan dengan mengkategorikan pasien pada kriteria triage,
evaluasi visual /pengamatan, pemeriksaan fisik / hasil dari pemeriksaan fisik,
psikologi, laboratorium klinis, dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
 Proses skrining fast track dilakukan untuk pengidentifikasin kebutuhan pasien
rawat jalan dan memprioritaskan pasien untuk mendapatkan pelayanan
disesuaikan dengan indikasi medis.

2) Skrining Penerimaan Pasien


 Pada proses admisi pasien rawat inap, dilakukan skrining kebutuhan pasien
untuk menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif yang di
prioritaskan berdasarkan kondisi pasien.
 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
 Pelayanan harus berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
 Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasi diantara berbagai unit kerja
dan pelayanan oleh seorang case manager.

3) Penundaan pelayanan
 Rumah Sakit memperhatikan kebutuhan klinis (observasi) pasien pada waktu
menunggu atau penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan atau
rujukan.
 Rumah Sakit memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan
pelayanan atau pengobatan
 Rumah Sakit memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan
memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan
keperluan klinis mereka dan dicatat dalam rekam medis pasien.

4) Pendaftaran Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap


 Pelayanan pendaftaran UGD melayani pasien yang berkunjung 24 jam .yang
didukung oleh tenaga rekam medis yang sudah tersetandarisasi dan staf yang
professional yang akan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
pasien
 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk layanan rawat
jalan berdasarkan kebutuhan perawatan kesehatan yang teridentifikasi dan
disesuaikan dengan sumber daya Rumah Sakit.
 Pasien diterima sesuai dengan sumber daya yang tersedia di rumah sakit
sehingga pasien dapat dilayani sesuai dengan fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit sehingga diperoleh informasi yang tepat tentang masalah
kesehatan yang dihadapi pasien. Dengan skrining awal sangat perlu
dilakukan untuk menentukan dan mengambil keputusan tentang pengobatan
dan tindak lanjut

5) Pengelolaan Alur
 Penerimaan pasien yang berkunjung ke poliklinik, unit nrawat jalan, unit rawat
inap, unit gawat darurat ataupun yang akan dirawat adalah bagian dari
system prosedur pelayanan RS
 Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien (seperti penerimaan, assesmen
dan tindakan, transfer pasien, serta pemulangan) dilaksanakan agar dapat
mengurangi penundaan asuhan kepada pasien.
 Untuk menghindari penumpukan di UGD disediakan ruang transit rawat inap.

6) Pelayanan HCU
 Pelayanan HCU diperuntukan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang
sakit kritis yang bertujuan untuk memberikan pelayanan medik, terintegrasi
dan berkelanjutan.Serta mencegah fragmentasi pengelolaan berdasarkan
orientasi organ.
 Untuk efektifitas keselamatan dan ekonomisnya pelayanan HCU, Maka perlu
dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi High Care Unit (HCU).Fungsi
utama HCU adalah menjadi unit perawatan antara dari bangsal rawat dan
HCU.Di HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi yang
diperlukan adalah kewaspadaan dari pemantauan yang tinggi.
 DPJP menetapkan pasien yang telah mendapatkan perawatan intensif
sehingga kondisinya mulai membaik dan kebutuhan fisiologisnya sudah
terpenuhi maka pasien dinyatakan dapat pindah ke ruang perawatan biasa.

7) Discharge Planning / Pemulangan pasien


 DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan termasuk pendidikan atau
latihan yang harus dilaksanakan selama masa perawatan sebelum pasien
pulang.
 Ada ketentuan atau kriteria bagi pasien yang siap untuk dipulangkan
 Bila diperlukan, perencanaan untuk merujuk &memulangkan pasien dapat
diproses lebih awal dan bila perlu mengikut sertakan keluarga
 Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
 Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
 Kebijakan Rumah Sakit mengatur proses pasien yg diperbolehkan
meninggalkan RS, sementara dalam proses rencana pengobatan dgn izin yg
disetujui untuk waktu tertentu (Cuti Perawatan).
 Rumah Sakit bekerjasama dgn para praktisi kesehatan dan institusi di luar
Rumah Sakit untuk memastikan bahwa rujukan dilakukan dengan baik dan
tepat waktu.
 Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan yan penunjang dan
kelanjutan pelayananmedis.
 Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di
rumah sakit serta populasi pasien.
 Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
 Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut termasuk kebutuhan
mendesak yang mengharuskan pasien segera datang ke RS.
 Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
 Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan yang
dirujuk.
8) Kesinambungan Pelayanan
 Rumah sakit mengatur seluruh proses pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
pasien sesuai dengan sumber daya rumahsakit. Rumah sakit mengatur posisi
rujuk atau transfer bila sumber daya rumah sakit tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien.
 Rumah sakit mengatur proses koordinasi antar dokter, perawat,untuk
mengatur proses koordinasi antara dokter, perawat dan petugas kesehatan
lainnya.
 Proses koordinasi termasuk dalam hal :
a. Assesmen medis dan keperawatan, rencana pelayanan dan perawatan
serta discharge planning
b. Perkembangan, implementasi dan evaluasi dari rencana pelayanan dan
perawatan yang terdokumentasi dalam rekam medis pasien dan mudah
diakses oleh petugas yang berwenang memberi pelayanan pada pasien
 Proses koordinasi kesinambungan pelayanan didukung dengan panduan
praktek klinik, clinical pathway, care plans, form transfer, checklist dan data-
data lain.

9) Penetapan DPJP
 Penanggung jawab pelayanan DPJP;
(a) Setiap pasien di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir berhak
mendapat pelayanan dari seorang DPJP
(b) Setiap pasien di rumah sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmiryang
dilayani oleh 1 orang dokter maka dokter tersebut adalah DPJP
(c) Setiap pasien di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmiryang
dilayani lebih dari seorang dokter dengan spesialisasi berbeda maka
DPJP nya lebih dari satu orang dokter, dan dokter yang menangani
kasus utama menjadi DPJP utama
 Pemberlakuan Panduan DPJPdanTugas DPJP dan pola operasional
diuraikan dalam buku pedoman, antara lain :
(a) Melaksanakan Asuhan Medis
(b) Memberi informasi kepada pasien tentang hak dan
kewajibanya.
(c) Menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan pasien.

10)Transfer/ perpindahan pasien di dalam rumah sakit


 Transfer pasien di dalam rumah sakit dapat berupa konsultasi, rawat bersama
atau alih rawat dari seorang DPJP ke DPJP lainnya sesuai kebutuhan pasien.
 Transfer dapat hanya merupakan pengalihan tanggung jawab DPJP baik
sementara ataupun tetap, atau dapat juga pemindahan pasien ke ruang
perawatan lain.
 Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan serta dicatat kondisi pra transfer.
 Dilakukan serah terima pasien yang ditransfer, dan dicatat dalam rekam
medis.

11) Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ)


 Rumah Sakit menetapkan proses untuk mengelola dan melakukan tindak
lanjut pasien dan memberitahu staf Rumah sakit bahwa mereka yang berobat
atau berkunjung ke rumah sakit ke poliklinik dibuatkan profil ringkas medis.
 Setiap pasien rawat jalan mempunyai resume rawat jalan atau summary list
 Resume rawat jalan dibuat setiap tahun sekali atau apabila pasien
memerlukan dapat dibuatkan sebelum satu tahun dan dibuat berdasarkan
summary list tahun sebelumnya hingga periode berjalan
 Resume rawat jalan disimpan didokumen rekam medis rawat jalan pasien.

12) Pengelolaan pasien yang menghendaki penghentian pengobatan


 Prosedur permintaan pasien untuk pulang perawatan yang disebabkan oleh
penolakan pasien atas tindakan medik yang direncanakan atau perawatan
yang diberikan oleh rumah sakit meskipun sudah mendapatkan penjelasan
yang cukup.
 Semua pasien yang pulang atas permintaan sendiri tetap diberikan informasi
mengenai penyakitnya, perawatan dan pengobatan serta alternatif
tindakanyang diperlukan ;
(a) Perawat menerima permintaan pulang dari pasien.
(b) Perawat menghubungi DPJP dan memberitahukan bahwa pasien atau
keluarga mempunyai keinginan untuk pulang atas keinginan sendiri, Jika
diluar jam kerja maka yang dihubungi adalah Dokter jaga
(c) Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang kondisi pasien serta risiko
yang terjadi apabila pasien diajak pulang sebelum diijinkan oleh dokter
yang merawat.
(d) Penjelasan dilakukan oleh DPJP / Dokter Jaga dengan didampingi oleh
perawat yang bertugas pada saat itu di ruangan.
(e) Pasien / keluarga yang berwenang mengisi surat penolakan tindakan
yang isinya penolakan terhadap perawatan di rumah sakit dan dengan
jelas menuliskan alasan penolakan pada tempat yang tersedia.
(f) DPJP / Dokter Jaga memberikan penjelasan bahwa pasien tetap bisa
kembali untuk melanjutkan perawatan ataupun kontrol ke Rumah sakit
TK.IV. 02.07.05 dr. Noesmir Mempersiapkan administrasi pasien yang
dilakukan oleh petugas administrasi rumah sakit.
(g) DPJP membuat resume pulang dan menyerahkannya kepada keluarga
pasien.
(h) Perawat melepaskan semua peralatan medis yang masih dipakai pasien
setelah pasien (keluarga) menyerahkan bukti pembayaran administrasi.
(i) Perawat menggunting gelang pasien dan menyimpannya di status pasien.
(j) Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk berobat ke dokter
langganan atau dokter keluarga.

13)Tata kelola pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa pemberitahuan


(Melarikan Diri)
 Tata kelola pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa pemberitahuan atau
melarikan diri meliputi upaya-upaya mencegah terjadinya ketidaklengkapan
data identitas pasien, ketidaklengkapan pengisian data rekam medis, tidak
teridentifikasinya penyakit yang membahayakan pasien dan lingkungan
sekitar pasien.
 Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi secara lengkap
meliputi nama pasien, penanggung jawab, alamat dan no telepon yang bisa
dihubungi.
 Pasien dan penanggung jawab (keluarga pasien) harus diberi penjelasan
tentang hak dan kewajibannya serta menandatangani persetujuan umum,
pada saat mendaftar.
 Assesmen awal harus menghasilkan pemahanan tentang penaganan yang
sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan
asesmen, keputusan tentang pelayanan apa yang terbaik untuk pasien (best
setting of care) serta adanya diagnosis awal dan rencana
penatalaksanaannya.
 Menerapkan langkah-langkah upaya untuk mengurangi resiko melarikan diri
dan penanganannya.
 Memonitor pengurangan angka kejadian akibat melarikan diri maupun
dampak yang berkaitan.

14)Transfer pasien keluar rumah sakit / rujukan


 Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada unit atau
individu secara spesifik. Pasien harus distabilisasi terlebih dahulu sebelum
dirujuk.
 Rumah Sakit merujuk pasien berdasarkan atas kondisi kesehatan dan
kebutuhan akan pelayanan berkelanjutanRumah Sakit menunjuk siapa yang
bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan peralatan
apa yang dibutuhkan selama transportasi.
 Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
 Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
15)Transportasi :
 Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
kendaraan.
 Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien berdasarkan asesmen kebutuhan transportasi pasien yang dilakukan
oleh staf RS.
 Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.

Ditetapkan di Baturaja
Pada tanggal 01 April 2022
Pgs. Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05
dr. Noesmir Baturaja,

dr. Rezky Sagita Girsang,Sp.B., M.Ked.Klin


Mayor Ckm NRP 11060002581179

Anda mungkin juga menyukai