Bab 1-4 Proposal Ni Luh Komang Sri Budiani-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 58

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DAN TINGKAT PENGETAHUAN


REMAJA TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS
DI PERUMAHAN TAMAN SAKURA JIMBARAN

NI LUH KOMANG SRI BUDIANI


18C10121

FAKULTAS KESEHATAN
PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2021
USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI PERUMAHAN
TAMAN SAKURA JIMBARAN

NI LUH KOMANG SRI BUDIANI


18C10121

FAKULTAS KESEHATAN
PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2021

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Proposal penelitian dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura
Jimbaran” telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian proposal
penelitian.

Denpasar, 28 Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. I Putu Gde Yudara Sandra P., S. Kep., M. Kep A.A. Istri Mas Padmiswari, S.Si., M.Si.
NIR. 0820068301 NIDN. 0818089202

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Proposal Penelitian dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura
Jimbaran” telah mendapat persetujuan pembimbing dan Rektor ITEKES Bali untuk dilaksanakan
sesuai dengan rencana penelitian yang tertuang dalam proposal penelitian.

Denpasar, 28 Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. I Putu Gde Yudara Sandra P., S. Kep., M. Kep A.A. Istri Mas Padmiswari, S.Si., M.Si.
NIR. 0820068301 NIDN. 0818089202

Menyetujui
Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng.,Ph.D


NIDN.0823067802

iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN PROPOSAL

Proposal ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi

Sarjana Keperawatan Institusi Teknologi Dan Kesehatan Bali

Pada Tanggal 28 Desember 2021

Pantitia Penguji Proposal Berdasarkan SK Rektor ITEKES BALI

Nomor:

Ketua:
Ns. I Ketut Alit Ardiana, S. Kep., MNS .........................
NIDN. 0829097901

Anggota:
1. Ns. I Putu Gede Yudara Sandra P., S. Kep., M. Kep ........
NIR. 0820068301

2. A.A. Istri Mas Padmiswari, S.Si., M.Si. ........


NIDN. 0818089202

v
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Proposal dengan judul “Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura Jimbaran” telah
mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan ke hadapan Tim Penguji Proposal pada
Program Studi Sarjana Keperawatan Institusi Teknologi Dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 28 Desember 2021

Disahkan

Oleh: Dewan Penguji Proposal

1. Ns. I Ketut Alit Ardiana, S. Kep., MNS......................................


NIDN 0829097901

2. Ns. I Putu Gde Yudara Sandra P., S. Kep., M. Kep ....................


NIR. 0820068301

3. A.A. Istri Mas Padmiswari, S.Si., M.Si. Kep ....................


NIDN. 0818089202

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan Bali
Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng.,Ph.D Ns. Anak Agung Ayu Yuliati Darmi, S.Kep., MNS
NIDN.0823067802 NIDN.0821076701

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dan
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan
Taman Sakura Jimbaran”

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada
penulis menyelesaikan proposal ini.

2. Ibu Ns Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor (Warek) I yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Ardiana, S. Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan proposal ini. Selaku
penguji tamu yang akan memberikan masukan atau saran dalam proposal ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S. Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang
memberikan dukungan kepada penulis.
5. Ibu Ns.A.A.A. Yuliati Darmini, S. Kep., MNS selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.
6. Bapak Ns. I Putu Gde Yudara Sandra P., S. Kep., M. Kep selaku pembimbing I yang
telah memberikan banyak dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
ini.
7. Ibu A.A. Istri Mas Padmiswari, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang telah
memberikan dukungan dan banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
proposal ini.
8. Bapak I Wayan Siptayasa selaku kepala lingkungan banjar Buana Gubug yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan pengumpulan data di Perumahan Taman

vii
Sakura Jimbaran.
9. Seluruh keluarga terutama Ibu, Bapak dan kakak yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya proposal ini.
10. Seluruh teman atau sahabat yang sudah memberikan dukungan kepada saya dalam
menyelesaikan proposal ini.
11. Serta orang yang saya sayangi yang sudah memberikan dukungan kepada saya dalam
menyelesaikan proposal ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini. Penulis menyadari dalam penyusunan proposal
ini masih belum sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik
dan saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam penyusunan proposal ini masih
belum sempurna. Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan
pemikiran ke dalam proposal ini, tentunya akan masih banyak ditemukan hal-hal yang masih
perlu diperbaiki. Untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran guna
menyempurnakan proposal ini.

Denpasar, 28 Desember 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN


PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN PROPOSA
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah.
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II Tinjauan Pustaka


A. peran Orang tua
B. Tingkat Pengetahuan Remaja
C. Seks Bebas
D. Penelitian Terkait

BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN


A. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
C. Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian

ix
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
C. Populasi-Sample-Sampling
D. Pengumpulan Data
E. Pengolahan Data Dan Analisis Data
F. Etika Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Orangtua dan Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas di Perumahan Taman Sakura Jimbaran.

xi
DAFTAR TABEL

Gambar 3.2 Definisi Operasional Hubungan Peran Orangtua dan Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas di Perumahan Taman Sakura Jimbaran. ..

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Plan of Actio (POA)/ Jadwal Kegiatan Penelitian


Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Kuesioner)
Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Kuesioner
Lampiran 6. Kisi kisi kuesioner
Lampiran 7. Surat izin pengumpulan data jumlah remaja usia 12-21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah seorang individu yang baru beranjak dewasa dan baru
mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mulai mengenal lawan jenis,
memahami peran dalam dunia sosial, menerima jadi diri apa yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan pada dirinya, dan mampu mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam diri individu (Jannah, 2016). Remaja saat ini harus dituntut
harus siap dan mampu dalam menghadapi tantangan kehidupan dan pergaulan. Usia
remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, yang dimana
menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa terjadinya tahap perkembangan
yang paling pesat, dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya (Wong, 2016).
Seseorang dikatakan remaja apabila berusia antara 12-21 tahun yang sudah
mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15
tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-
21 adalah masa remaja akhir (Firdaus, 2018).
Orang tua sebagai sumber utama dan sumber informasi tentang mengenai
perilaku seks bebas. Orang tua menjadi bagian yang sangat penting dalam masa
perkembangan remaja, karena orang tua termasuk sahabat terbaik dan orang yang
seharusnya paling mengenal sosok anak (Kosati, 2019). Komunikasi antara orang tua
dan anak remaja sangat penting dalam mengetahui arah pergaulan anak remajanya.
Bila komunikasi antara orang tua dan anak berjalan tidak baik, maka orang tua sulit
untuk mengawasi dan mengontrol pergaulan anak (Kosati, 2019). Peran orang tua
sangat mempunyai pengaruh terhadap perilaku seks pada remaja. Semakin tinggi
peran orang tua dalam remaja maka, remaja akan terhindar dari perilaku seks bebas
(Untari, 2018).
Maraknya pergaulan bebas memicu remaja untuk melakukan seks bebas.
Sejalan perkembangan zaman yang semakin pesat, orang tua di haruskan untuk selalu

1
2

memberikan pengawasan pada anak-anaknya dalam hal pergaulan dan seksualitas.


Kurangnya pelajaran dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, sehingga
mempengaruhi gaya pacaran dan pergaulannya. Apabila remaja tidak mendapatkan
pemahaman yang benar, serta peran pola asuh dari orang tua yang baik maka remaja
akan terjerumus pada perilaku seks bebas (Wijaya, 2019).
Perilaku seks pranikah merupakan permasalahan dan sekaligus fenomena
sosial yang sudah umum di dalam masyarakat. Pada kelompok remaja, perilaku seks
pranikah semakin dianggap normal dan tidak menjadi hal yang tabu seperti dulu.
Salah satu bentuk perilaku seks pranikah yang paling sering ditemukan adalah
dilakukannya hubungan seks (Rohardjo, 2017). Menurut World Health Organization
(WHO) satu dari lima di dunia ini yang hidup di dunia ini adalah remaja (Usia 10-19
tahun) 85% berada di Negara berkembang. Berdasarkan data WHO 2007
menunjukkan 44% wanita dan lebih dri 70% pria usia remaja mengaku pernah
melakukan hubungan seksual (Aritonang, 2016). Hal ini menyebabkan beberapa
penyimpangan seperti pernikahan muda ataupun terjadi kehamilan di usia remaja.
Banyaknya juga usia muda yang mengalami hamil di luar nikah mengambil
keputusan untuk menggugurkan kandungannya dengan cara aborsi di tempat yang
bukan dilakukan oleh dokter. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang telah mensurvei yang menunjukkan hasilnya bahwa lebih
dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.
Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada
dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual
disebut juga dengan heteroseksual. Heteroseksual merupakan ketertarikan romantik,
ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual orang-orang yang berbeda jenis kelamin
atau gender (Jannah, 2016).
Masa remaja sangat penting untuk diberikan pendidikan seksual yang
bertujuan untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan pendidikan ini
3

sangat penting untuk sikap emosiaonal yang sehat dan bertanggung jawab terhadap
kehidupan seksualnya. Selain itu juga pendidikan ini juga mengajarkan remaja
tentang akibat dari perilaku seks bebas di luar niikah dapat menimbulkan penyakit
HIV/AIDS dan penyakit lainnya (Rompas, 2015).
Di era globalisasi sekarang semakin banyak remaja mengakses situs-situs
yang tidak layak untuk di pertonton. Pada masa ini semua remaja memiliki gadget
ataupun handphone untuk mengakses situs tersebut. Di masa pandemi ini semua
anak-anak sekolah menjalani pembelajaran secara online. Website yang terdapat tidak
dipergunakan dengan baik, tetapi website yang ada di pergunakan untuk hal-hal yang
tidak layak ditirukan oleh remaja. Sebagian remaja salah mencari pergaulan di
lingkungan luar, seperti banyak remaja bergaul dengan teman teman dewasa yang
umurnya jauh lebih tua darinya. Pergaulan tersebutlah mereka diajarkan ataupun di
berikan perintah tentang hal-hal yang tidak layak dilakukan oleh seorang remaja.
Pengertian seks bebas sebaiknya diberikan sejak dini, baik melalui pendidikan
formal maupun melalui sex education. Hal ini sangat penting untuk pemahaman usia
remaja tentang dampak-dampaknya. Tetapi, saat ini di masyarakat Indoneisa sex
education ini masih dianggap vulgar ataupun bugil dan banyak masyarakat salah
memahami tentang sex education contohnya mendorong remaja untuk melakukan
hubungan seksual. Maka dari itu pengetahuan remaja tentang hubungan seks saat ini
masih kurang. Kurangnya pengetahuan mengakibatkan remaja rasa ingin mencoba-
coba tentang rasanya melakukan hubungan seks di luar mengetahui dampak yang
terjadi selanjutnya. Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya
minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas (Setyoningrum,
2019).
Penting adanya sex education untuk pengetahuan remaja tentang seks di
lingkungan sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memperbaiki
pemahaman dan perilaku seksual remaja. Apalagi secara biologis, remaja siap dan
ingin mengetahui, namun mereka kurang informasi atau kurang mengetahui tentang
4

seks bebas. Pengarahan juga bisa di berikan kepada orang tua bagaimana cara
mendidik anak-anaknya yang sudah remaja (MR Usfinit, 2017).
Orang tua sebaiknya jangan terlalu membatasi pergaulan anaknya dan jangan
juga terlalu membebaskan anaknya dalam pergaulannya. Pengawasan orang tua juga
sangat penting untuk mencegah adanya seks bebas saat ini. Banyak orang tua masih
mengabaikan pergaulan anaknya dan cara berpacaran anaknya. Peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Keluarga yang harmonis selalu berupaya dalam menjalankan fungsinya sehingga
akan terjalin interaksi yang berkualits antar anggota keluarga (Novitasari, 2019).
Trend perkawinan usia remaja di Indonesia, baik yang melangsungkan
perkawinan pertama sebelum usia 18 tahun maupun 15 tahun pada periode 2020
sebanyak 48,9%. Tercatat setiap tahunnya Indonesia mengalami peningkatan tentang
usia remaja yang nikah di bawah umur, dan didapatkan datanya dari Kementerian
Agama (Faorick, 2020). Dari hasil data survei BKKBN tahun 2017 di 33 provinsi di
Indonesia sebanyak 63% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seksual
sebelum nikah. Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GNAKSA) tahun
2015 mencatat 97% remaja sudah pernah melihat materi porno. Dari data penelitian
yang diteliti oleh Putri Lestari pada tahun 2019 lalu menyatakan bahwa masih
rendahnya pengetahuan siswa/siswi tentang seksual pranikah. Kasus seksual pranikah
sudah banyak ditemui di Indonesia. Perkawinan usia remaja di Bali ditemukan
datanya sebanyak 8,55% yang dimana ditemukan usia pernikahannya dari usia 18-20
tahun (Hafil, 2020).
Berdasarkan data survei yang telah dilakukan di Kabupaten Badung
didapatkan jumlah presentse usia remaja yang mengalami tingkat seks bebas dan
sudah melakukan pernikahan usia remaja sebanyak 1.7% (BP STATISTIK Kab.
Badung, 2016). Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa terdapat lumayan besar
data presentase yang terjadi di Indonesia, terutama di Bali. Khususnya di perumahan
5

Taman Sakura banyak usia remaja yang sering keluar pada malam hari, dan banyak
juga remaja-remaja dari usia SMP-SMA sudah menjalani yang namanya pacaran. Hal
ini sesuai dengan data dari kepala perumahan Taman Sakura Jimbaran bahwasanya di
perumahan Taman Sakura Jimbaran tidak pernah ada penyuluhan tentang perilaku
seks bebas, dan di perumahan tersebut juga terhambat akses informasi yang kurang
memadai dan tempat yang kurang strategis. Berdasarkan informasi dari 10 orang
yang tinggal di perumahan tersebut, terdapat 3 orang remaja yang hamil di luar nikah
(Siptayasa, 2021).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura
Jimbaran”.

B. Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Hubungan Peran Orang Tua dan tingkat
pengetahuan remaja terhadap perilaku seks bebas di Perumahan Taman Sakura
Jimbaran”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang
tua dan tingkat pengetahun remaja terhadap perilaku seks bebas di Perumahan
Taman Sakura Jimbaran.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengidentifikasi peran orang tua terhadap perilaku seks bebas
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja terhadap seks bebas
6

c. Untuk menguji hubungan peran orng tua dan tingkat pengetahuan remaja
terhadap perilaku seks bebas.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pada peneliti diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
pembaca dan di harapkan dapat dijadikan sumber penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi, sebagai
sumber untuk menambah wawasan.
b. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
pemahaman mengenai ilmu baru yang didapatkan dari hasil peneliti ini.
Selain itu juga, peneliti diharapkan menjadi dasar dalam penerapan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan.
c. Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat khususnya pada orang tua dan remaja mengetahui perilaku seks
bebas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Orang Tua


1. Definisi Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap
individu memiliki berbagai dungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi
individu (Muhith, 2015).
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran (Tangkilisan, 2015).
2. Peran Orang Tua
Peran orang tua adalah mengelola keluarga dalam berbagai dimensi
kehidupan, memelihara, memperdulikan, mendisiplinkan anak, dan memberi
tanggung jawab dan tugas kepada anak sesuai dengan perkembangan usia anak
(Untari, 2018). Peran orang tua sangat mempunyai pengaruh terhadap perilaku
seks pada remaja. Semakin tinggi peran orang tua dalam remaja maka, remaja
akan terhindar dari perilaku seks bebas (Untari, 2018).
Orang tua berperan penting dalam membangun penilaian diri melalui
bimbingan, instruksi dan bantuan, orang tua yang efektif melibatkan diri dalam
kehidupan anak akan mendukung terbentuknya penilaian diri. Rasa aman
berakar dari kasih saying dan perhatian serta kemampuan orang tua memberi
kebutuhan psikologis mendasar yang diperlukan anak sedangkan rsa tidak
aman adalah rasa cemas kronis, karena kurangnya kasih saying dan perhatian
orang tua (Martono, 2010).
Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
reproduksi remaja terdiri dari faktor di dalam individu. Faktor di luar individu
dalah faktor lingkungan dimana remaja tersebut berada baik di lingkungan

7
8

keluarga, kelompok sebaya (per group), dan lingkungan sekitar. Sedangkan


faktor di dalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif individu
yang bersangkutan, sementara sifat permisif ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak,
nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini
merupakan bekal dan banteng mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja (Kurniawati, 2011).
Peran orang tua sebagai berikut :
a. Orang Tua Sebagai Pendorong
Pada masa transisi, remaja sering membutuhkan dorongan dari
orang tua. Terutama saat mengalami kegagalan yang mampu
memberikan semangat mereka, pada saat itu orang tua perlu
menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam
menghadapi masalah serta tidak gampang menyerah dari kesulitan yang
dihadapinya.
b. Orang Tua Sebagai Panutan
Remaja memerlukan pantauan dari lingkungannya. Orang tua
harus bias menjadi contoh teladan untuk anak, peran orang tua yang
baik akan mempengaruhikepribadian anaknya.
c. Orang Tua Sebagai Pengawas
Merupakan kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawsi
sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus kedalam pergaulan
salah. Pengawasan yang dilakukan hendaknya dengan cara-cara
pendekatan yang baik sehingga remaja tidak akan merasa terintimidasi.
d. Orang Tua Sebagai Teman
Remaja pada masa transisi memerlukan pendekatan sdengan sabra.
Remaja akan merasa aman dan terlindungi apabila orang tua dapat
menjadi sumber informasi serta teman yang dapat diajak atu bertukar
pendapat tentang kesulitan atau masalah mereka.
9

e. Orang Tua Sebagai Konselor


Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja ketika
menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan bagi dirinya.
Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang
positif dan negatif, sehingga mereka akan mampu belajar mengambil
keputusan terbaik, selain itu juga orang tua juga perlu memiliki
kesabaran tinggi serta kesiapan mental yang kuat menghadapi segala
tingkah laku mereka.
f. Orang Tua Sebagai Komunikator
Suasana harmonis dan saling memahami anatar satu sama lain
(orang tua dengan anak) dapat menciptakan komunikasi yang baik.
Orang tua perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi aktif,
menciptakan rasa aman dan terlindungi untuk membicarakan
msalahnya secara terbuka.

B. Tingkat Pengetahuan Remaja


1. Tingkat Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengliatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan perasa. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar.
Selain itu proses pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal
maupun informal (Notoatmodjo, 2003 dan Lestari, 2015).
b. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengethuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang
dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana
10

manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan


kemampuan dalam belajar di kelas maupun di lingkungan( Lestari, 2015).
Menurut Wawan (2010, dalam Lestari 2015) pengetahuan atau kognitif yang
mendasari perilaku menurut pengalaman dan penelitian akan lebih bertahan
lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan, sangat erat
kaitannya kognitif ini dalam pembentukan perilaku. Untuk mengukur tingkat
pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan:
1) Tahu ( know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
yang digubakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari anatara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan,
menyatakan dan lain sebagainya.
2) Memaham (comprehension)
Dalam arti ini memahami secara materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yng
telah dipelajari pada situasi sebenarnya dan dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa (analysis)
Amalisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, namun masih dalam
suatu struktur organisasi dan msih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru
dan formulasi yang ada.
11

6) Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi Tingkat Pengetahuan (Lestari, 2015)
Faktor yang memengaruhi pengetahuan antara lain :
1) Tingkat pendidikan, adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang akan meningkat.
2) Informasi, bila seseorang mendapatkan informasi yang banyak maka
akan menambah pengetahuannya lebih luas.
3) Pengalaman, sesuatu yang pernah dilakukan oleh seseorang yang akan
menambah pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang bersifat
informal.
4) Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
5) Sosial ekonomi, adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Lestari, 2015) adapun berbagai cara untuk memperoleh pengetahuan
sebagai berikut:
1) Cara Coba Salah ( trial and eror)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka
di coba kembali.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Cara ini dilakukan oleh pimpinan-pimpinan masyarakat baik itu formal
ataupun informal, seperti ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai orang lain yang menerima, maupun yang dikemukanan oleh
12

orang yang mempunyuai otoritas dan tanpa membuktikan kebenarannya


baik berdasarkn fakta empiris ataupun penalaran sendiri.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
dilaksanakan dan dapat memecahkan permasalahan yang telah dilalui.
4) Cara Penelitian
Cara ini juga disebut dengan metode ilmiah atau metodologi penelitian
adalah suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa dalam suatu
cara untuk memecahkan permasalahan.
5) Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran ini bisa dilakukan dengan cara wawancara yang
menanyakan isi dari materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
biasa disebut dengan responden. Berikut kriteria pengukuran
pengetahuan ( Wawan, 2010) :
a) baik : bila jumlah pernyataan yang telah dijawab benar oleh
responden sebanyak 76% - 100%
b) cukup : bila jumlah pernyataan responden yang telah dijawab
benar sebanyak 56% - 75%
c) kurang : bila jumlah pernyataan responden yang telah di jawab
benar sebanyak <56.
2. Remaja
Remaja adalah seorang individu yang baru beranjak dewasa dan baru
mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mulai mengenal lawan jenis,
memahami peran dalam dunia sosial, menerima jadi diri apa yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan pada dirinya, dan mampu mengembangkan seluruh
potensi yang ada dalam diri individu (Jannah, 2016). Seseorang dikatakan
remaja apabila berusia antara 12-21 tahun yang sudah mengalami peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun
13

termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-
21 adalah masa remaja akhir (Firdaus, 2018).
Remaja merupakan suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat
individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai dia mencapai kematangan seksual, individu mengalami
perkembangan psikologi dan pola indefikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa,
dan terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh pada
keadaan yang relative lebih mandiri (Bachruddin, 2017). Dalam proses
penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja :
a. Remaja Awal (early adolescence)
Pada tahap ini seorng remja masih tidak akan terima atau masih
terheran-heran tentang perubahan-perubahan yang terjadi. Mereka akan
mengembangkan pikirn baru, mulai akan muncul rasa cepat tertarik pada
lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan contohnya
seperti dipegang bahunya oleh lawan jenis saja, ia sudah berfantasi
erotis. Pada remaja tahap awal ini akan lebih sensitive terhadap egonya
yang akan mengakibatkan sulit mengerti dan dimengerti oleh orang
dewasa.
b. Remaja Madya (middle adolence)
Pada tahap ini remaja sangat senang mempunyai banyak teman
apalagi ada teman yang menykainya. Remaja akan lebih mencintai
dirinya, dan juga akan muncul sifat menyukai teman yang memiliki sifat
yang sama dengannya. Tetapi pada tahap ini remaja akan merasa
bingung, karena ia bingung memilih peka atau tidak peduli, ramai-ramai
atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materalis. Pada pria akan
membebaskan perasaan cinta kepada ibunya sendiri pada masa kanak-
kanak dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan
jenis.
14

c. Remaja Akhir
Pada tahap ini tahap dimna menuju periode dewasa yang ditandai
dengan :
1) minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru
3) terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4) terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan
keseimbangan atara kepentingan diri sendiri dengan orang lain
5) tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum.

C. Seks Bebas
1. Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar,
baik oleh agama, Negara maupun filsafat. Selain itu, seks bebas juga dilarang,
namun masih sering dilakukan ( Bachruddin, 2017 ). Menurut Bachruddin
(2017) menjelaskan bahwa seks bebas merupakan hubungan sweksul yang
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan.
Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai sampak negatif pada remaja,
diantaranya ; dampak psikologi, fisologis dan fisik, serta menyebabkan
berbagai penykit menular seksual pada renmaja. Seks bebas adalah sebuah
model berhubungan seks yang dilakukan secara bebas, tanpa dibatasi oleh
aturan-aturan serta tujuan yang jelas (Nugroho, 2015).
Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain
dapat mempebesar kemungkinan terkena penyakit menular seksual dan virus
HIV (Human Immuno Geficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya
sel kanker pada Rahim remaja perempuan. Sebab pada remaja poerempuan
15

usia 12-17 tahun mengalami perubahan pada mulut rahimnya yang aktif
( Setiyaningrum, 2015).
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Bebas Menurut Susanti (2013).
Bentuk perilaku seks bebas antara lain :
a. Kissing, berciuman berup pertemuan bibir dengan bibir pada pasangan
lawan jenis yang di dorong oleh hasrat seksual.
b. Necking, bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin,
biasanya dilakukan dengan pelukan, memegang payudara, atau
melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama.
c. Petting, upaya membangkitkan dorongan seksual dengan cara
bercumbu sampai menempelkan alat kelamin dan menggesek-gesekan
alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama.
d. Seksual Intercource, terjadi kontak melakukan hubungan kelamin atau
persetubuhan.
3. Faktor-faktor yang mendorong perilaku seks bebas pada remaja
Menurut Nurhalimah (2013) ada beberapa factor yang mendorong untuk
melakukan tindakan tersebut, anatara lain :
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk
tingkah laku seksual tertentu.
b. Penyaluran seks yang tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hokum karena adanya undang-
undang perkawinan maupun karena norma-norma social.
c. Larangan untuk melakukan seks sebelum menikah, untuk remaja yang
tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar
larangan-larangan.
d. Sdanya rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya
teknologi canggih ( video cassete, satelit, VCD, telepon genggam,
internet, dan lain-lain). Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu
16

dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dolihat atau didengarnya
dari media massa.
e. Orang tua, karena ketidaktahunya maupun karena sikapnya yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seks bebas dengan anak dan tidak
terbuka dengan anak, maka akan cenderung membuat jarak dengan
anak akan terjalin tidak baik.
f. Pergaulan bebs, adanya kecenderungan pergaulan bebas yang makin
bebs anatar pria dan wanita dalam masyarakat.

4. Dampak seks bebas pada remaja


Adapun beberapa dampak perilaku seks bebas, antara lain :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana
pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran, akibat dari kehamilan
itu bias merupakan akibat dari suatu perilaku seksual.
Menurut Setyaningrum(2015), kehamilan diluar nikah yang dialami
oleh remaja, secara kejiwaan menimbulkan stress tidak saja bagi dirinya,
tetapi juga bagi keluarga/orang tuanya. Tidak jarang merek terpaksa
dikawinkan dalam keadan belum siap mengambil jalan pintas yaitu dengan
menggugurkan kehamilannya.
b. Aborsi
Menurut Hawari (2013) aborsi atau pengguguran kandungan adalah
terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja. Yakni kehamilan yang
diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran.
Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena factor-faktor
alamiah. Aborsi itu sendiri mempunyai resiko kematian jauh lebih tinggi
daripada melahirkan, apalagi kalau aborsi itu dilakukan dengan cara-cara
non medis.
17

c. Penyakit menular seksual HIV/AIDS


Dampk lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi
adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan
hubungan seks yang tidak aman. Adanya kebisaan berganti-ganti pasangan
dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk
tertular penyakit. Dari data yang ada menunjukkan bahwa kasuspenderita
HIV/AIDS 53% diantaranya berusia 15-19 tahun. Tidak terbatasnya cara
melakukan hubungan kelamin pada genital-genital saja menyebabkan
penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi dapat juga
pada daerah-daerah ekstra genital (Setuyaningrum, 2015).

D. Penelitian Terkait
Pertama, penelitian Wustha Bachruddin (2017) yang berjudul Pengaruh
penyuluhan tentang bahaya seks bebas terhadap pengetahuan remja tentang seks
bebas di SMA Negeri Binsus 9 Manado merupakan penelitian eksperimen semu
dengan desain pendekatan one group pretest posttest. Populasi penelitian ini adalah
sisw kelas X SMA Negeri Binsus 9 Manado yang berjumlah 37 siswa, dengan jumlah
sample yaitu 37 responden, teknik pengambilan sample adalah sampling jenuh atau
total sampling. Terdapat 34 siswa (91,9%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dan 3 siswa (8,1%) memiliki tingkat pengetahuan tidak baik.
Kedua, penelitian Rahayu Trisna Dewi (2017) yang berjudul Gambaran
tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri 5 Denpasar
merupakan penelitian pre eksperimen dengan desain pendekatan cross sectional.
Populasi ppenelitian ini siswa siswi kels X dan XI di SMA Negeri 5 Denpasar yang
berjumlah 790 orang, dengan jumlah sample yaitu 89 responden, teknik pengambilan
sample adalah simple random sampling. Terdapat 65 responden (66,3%) memiliki
tingkat tahu yang baik tentang seks bebas dan 24 responden (33,7%) memiliki tingkat
tahu yang kurang tentang seks bebas.
18

Ketiga, penelitian Umi Setyoningrum (2019) yang berjudul Hubungan peran


keluarga dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMP Negeri 5 Ungaran
merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan desain penelitian pendektan cross
sectional. Populasi penelitian ini siswa dan siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 5
Ungaran yang berjumlah 185 orang dengan jumlah sample yaitu 185 responden,
teknik pengambilan sample adalah purposive proposional random sampling. Terdapat
116 responden (62,7%) melakukan perilaku seksual berisiko dan 69 responden
(37,3%) memiliki perilaku seksual yang tidak berisiko.
Berdasarkan penelitian terkait tersebut, ada persamaan dan perbedaan jika
dikaitkan dengan penelitian ini. Wustha Bachruddin meneliti tentang pengaruh
penyuluhan tentang bahaya seks bebas terhadap pengetahuan remaja. Dalam
penelitian ini digunakan metode experiment. Perbedaan penelitian ini adalah tempat
pengambilan sample, yaitu penelitian Wustha Bachruddin menggunakan total
sampling.
Rahayu Trisna Dewi (2017) meneliti mengenai tingkat pengetahuan remaja
tentang seks bebas. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen. Umi
Setyoningrum (2019) meneliti mengenai peran orang tua terhadap seksual pranikah,
penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari


sebuah masalah hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi
peran orang tua :
Tingkat Pengetahuan Remaja
Usia
Tentang Seks Bebas :
Keterlibatan orang tua dalam
Faktor internal :
pengasuhan anak
Umur
Pendidikan sebelum menjadi orang
Pendidikan
tua.
Pengalaman
Pengalaman sebelumnya menjadi
Sikap
orang tua.
Faktor eksternal :
Stress orang tua.
Faktor lingkungan
Hubungan kedua orang tua
Faktor budaya
.

Tingkat Pengetahuan Remaja


Peran Orang Tua
Tentang Seks Bebas

Perilaku Seks Bebas

19
20

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Orangtua dan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas di Perumahan Taman
Sakura Jimbaran.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Pada kerangka konsep ini, dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi peran orang
tua terdiri dari usia, keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak, pendidikan
sebelum menjadi orang tua, pengalaman sebelumnya menjadi orang tua, stress orang
tua dan hubungan kedua orang tua. Kemudian dengan tingkat pengetahuan remaja
tentang seks bebas dipengaruhi oleh 2 faktor antara lain faktor internal yang terdiri
dari umur, pendidikan, pengalaman, dan sikap. Faktor selanjutnya yaitu faktor
eksternal yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor budaya. Dalam kerangka
konsep ini peneliti ingin mengetahui tentang hubungan peran orang tua, tingkat
pengetahuan remaja tentang seks bebas terhadap perilaku seks bebas.

B. Hipotesis
Setelah masalah penelitian ini di rumuskan, selanjutnya peneliti merumuskan
hipotesis. Hipotesis merupakan hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari
sebuah penelitian tersebut (Sawarjana, 2015). Terdapat dua hipotesis dalam penelitian
yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol (H0) adalah
21

hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan signifikan antara variabel


penelitian. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan atau pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Swarjana,
2015). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha)
yaitu ada hubungan peran orangtua dan tingkat pengetahuan remaja tentang seks
bebas terhadap perilaku seks bebas.

C. Variabel penelitian dan definisi operasional


1. Variabel Penelitian
Menurut Swarjana (2015:42), variabel merupakan sebuah konsep yang
dioperasionalkan. Lebih tepatnya, operasional properti dari sebuah objek agar dapat
operasionalkan, diaplikasikan, dan menjadi property dari objek. Variabel dalam
penelitian ini adalah peran orangtua dan tingkat pengetahuan remaja dan perilaku
seks bebas.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian adalah pemberian definisi terhadap
variabel penelitian secara operasional sehingga peneliti mampu mengumpulkan
informsi yang dibutuhkan terkait dengan konsep. Definisi operasional yang dibuat
harus in line dengan conceptual definitions (Loiselle et al., 2010 dalam Swarjana,
2015).

Gambar 3.2 Definisi Operasional Hubungan Peran Orangtua dan Tingkat


Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas di
Perumahan Taman Sakura Jimbaran.

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Operasional

Peran Orang Peran orang tua Kuisioner Kuat apabila skor Ordinal
22

Tua merupakan suatu > median x,


tindakan yang lemah apabila
mendidik, <median x.
memberikan
cinta kasih
sayang,
dukungan serta
memberikan
arahan dalam
proses
kedewasaan
terutama dalam
bergaul dengan
teman sebaya
dan memberikan
informasi
mengenai bahaya
perilaku seks
bebas.
Tingkat Kemampuan Kuisioner Baik: 76-100% Ordinal
Pengetahuan remaja dalam
Cukup: 56-75%
Remaja menjawab
kuisioner tentang Kurang: <56%
seks bebas yang
terdiri dari
pengetahuan
tentang
pengertian seks
bebas,perilaku
seksual, bentuk-
bentuk seks
bebas, faktor-
faktor yang
mendorong
hubungan seks
bebas, akibat
hubungan seks
bebas,
penyimpangan
perilaku seksual
23

dan cara
menghindari seks
bebas.
Perilaku Seks Aktivitas seksual Kuisioner 0: Ya, apabila Nominal
Bebas yang dilakukan remaja
dengan bebas pernah/melakukan
diluar ikatan perilaku seks
pernikahan yang bebas seperti
sah diantaranya petting, oral seks,
melakukan anal seks dan
petting, oral seng gama.
seks, anal seks
dan seng gama.

1: Tidak, apabila
remaja tidak
pernah melakukan
perilaku petting,
oral seks, anal
seks dan seng
gama.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi akurasi suatu nilai (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik korelatif yang artinya penelitian yang menekankan
adanya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Swarjana,
2015) dengan pendekatan yang digunakan yaitu cross-sectional. Pendekatan
cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2017). Penelitian ini menganalisis hubungan antara peran orang tua,
tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas dan perilaku seks bebas pada
remaja usia 12 – 21 tahun. Penelitian menilai setiap peran dengan perilaku seksual
yang dialami oleh remaja, mengarah ke yang berisiko atau tidak berisiko yang
dinilai menggunakan instrumen kuesioner.

B. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Taman Sakura Jimbaran. Pemilihan
lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi di lingkungan sekitarnya,
menggugah penelitian ini untuk fokus melakukan penelitian di lokasi tersebut.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2022

24
25

C. Populasi-Sample-Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh rangkaian orang, benda atau peristiwa yang
diinginkan oleh peneliti untuk dilakukan besarnya sampel diambil dari
populasi. Besar populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur 12-
21 tahun di Perumahan Taman Sakura Jimbaran sebanyak 400 orang.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014). Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja usia 12-21 tahun di
Perumahan Taman Sakura Jimbaran.
a. Besar sampel
Penentuan besarnya sample pada penelitian ini diambil menurut
Sugiyono (2016). Ukuran sampel atau besarnya sample diambil dari
populasi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-
21 tahun di Perumahan Taman Sakura Jimbaran sebanyak 80 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probality sampling
yaitu proporsionate stratified random sampling dengan menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut:
N
n=
1+ N e 2
Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas kelonggaran kesalahan yang digunakan (10%)
Berdasarkan data jumlah remaja, jumlah populasi adalah 50 orang.
Berdasarkan rumus diatas sampel dapat dihitung sebagai berikut :
26

400
n=
1+ 400(0.1)2
n = 80
Dari perhitungan diatas, sampel yang diperoleh sebanyak 80 orang.

b. Kriteria sampel
Dalam penelitian kriteria sampel ini meliputi kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi, yang dimana kriteria ini menentukan dapat atau tidaknya sample
tersebut digunakan (Nursalam, 2016).
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti, menurut
Nursalam (2016). Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini antara
lain :
a) Remaja di Perumahan Taman Sakura Jimbaran yang bersedia
menjadi responden dan telah mengisi informed consent untuk
bersedia menjadi responden
b) Remaja yang berusia 12-21 tahun yang berada di Perumahan
Taman Sakura Jimbaran.
2) Kriteria ekslusi
Menurut Nursalam (2016), kriteria ekslusi adalah menghilangkan
atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi
karena berbagai sebab. Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Remaja yang berusia 12-21 tahun yang sudah menikah.
3. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2016). Teknik sampling merupakan
27

cara-cara yang di tempuh dalam pengambilan sample, agar memperoleh


sample yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Sastroyasmoro & Ismail, 1995: Nursalam, 2015). Metode pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk di pilih menjadi sampel (Sugiyono,2013). Penelitian ini
menggunakan nonprobability sampling tepatnya teknik probality sampling
yaitu proporsionate stratified random sampling dengan menggunakan
rumus Slovin.

D. Pengumpulan Data
1.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan
kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
dibutuhkan dalam penelitian (nursalam, 2016). Dalam penelitian ini,
akuratnya data penelitian yang di kumpulkan sangat mempengaruhi hasil
penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan metode kuesioner dengan menggunakan skala
Guttman. Penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner di tempat
penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas.
Setiap responden yang bersedia menjadi responden diminta
menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya responden diberi
kuesioner oleh peneliti. Data yang diperoleh oleh peneliti dikumpulkan
dan diolah untuk hasil dari penelitian.

2 Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah
menggunakan lembar kuesioner. . Kuesioner merupakan teknik
28

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat


pertanyaan dan pernyatan tertulis untuk responden yang akan di jawab
oleh responden (Swarjana, 2015). Kuesioner dalam penelitian ini berupa
pernyataan tentang peran orang tua, pengetahuan tentang seks bebas, dan
perilaku seks bebas.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang
berupa kuesioner pengetahuan dengan skala Guttman. Jenis kuesioner
yang digunakan oleh peneliti ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan
tertutup yang akan diajukan pada responden dengan cara memilih jawaban
yang benar dan salah. Pernyataan positif apabila jawaban benar diberi skor
1 (satu) dan salah diberi skor 0 (nol). Pernyataan negatif apabila jawaban
bernar diberi skor 0 (nol) dan salah diberi skor 1 (satu).
Peneliti membuat serta mengembangkan sendiri pernyataan yang akan
diajukan dalam kuesioner dengan mengacu pada teori dan konsep di bab
dua yang meliputi pengetahuan tentang seks bebas. Kuesioner tentang
pengetahuan yang akan diajukan terdiri dari 15 pertanyaan yang terbagi
menjadi 10 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Kelima belas
pernyataan yang diajukan mencankup 3 domain yaitu domain peran orang
tua, tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas, dan perilaku seks
bebas dengan 5 pernyataan untuk masing-masing domain.
Pernyataan yang diajukan dalam kuesioner diperlukan untuk
mengukur tingkat peran orang tua, pengetahuan remaja tentang seks bebas
dn perilaku seks bebas. Data yang diperoleh dari lat ukur tersebut berskala
ordinal dalam bentuk presentase. Hasil ukur yang diperoleh adalah sebagai
berikut: tingkat pengetahuan baik bila subjek mampu menjawab dengan
benar 76-100%, pengetahuan cukup bila subjek menjawab benar 56-75%,
pengetahuan kurang bila subjek menjawab dengan benar <56% dari
seluruh pernyataan. Sebelum diajukan kepada responden, untuk
memperoleh data yang valid maka kuesioner dilakukan uji validitas.
29

Uji validitas yang digunakan oleh peneliti adalah face validity yang
artinya peneliti akan membawa instrument peneliti kepada dua dosen
expert dibidang yang diteliti. Setelah dosen tersebut menganggap bahwa
instrumen penelitian tersebut layak, maka dosen yang bersangkutan
menandatangi formulir validitas yang telah disediakan. Setelah itu barulah
kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Tahap Persiapan
Adapun hal-hal yang dipersiapkan sebelum penelitian
dilaksanakan adalah antara lain:
1) Peneliti telah mendapatkan izin dari institusi pendidikan
(ITEKES BALI) untuk melakukan penelitian
2) Kemudian peneliti menyerahkan surat rekomendasi kepada
Kepala Lingkungan Banjar Buana Gubug.
3) Mempersiapan alat-alat yang digunakan dalam penelitian
yaitu 80 lembar kuesioner
4) Lembar persetujuan menjadi responden
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun ha-hal yang dipersiapkan sebelum penelitian
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Penelitin dibantu oleh beberapa teman untuk mengumpulkan
data, sebelum ke tempat penelitian, penelitian akan
menyamakan presepsi terlebih dahulu.
2) Peneliti menentukan sampel dengan jumlah 80 orang
menggunakan teknik probality sampling yaitu proporsionate
stratified random sampling.
3) Saat peneliti berhadapan dengan responden, peneliti akan
mengucapkan salam kepada responden.
30

4) Peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian serta


memberikan lembar informasi. Bila bersedia menjadi
responden, calon responden wajib mernandatangani informed
consent.
5) Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang
berisikan karakteristik umum responden dan pernyataan
mengeni peran orang tua, tingkat pengetahuan remaja tentang
seks bebas dan perilaku seks bebas.
6) Peneliti menjelaskan kepada responden agar responden
mengisi atau menjwab kuesioner sesuai petunjuk pengisian.
7) Setelah responden selesai menjawab kuisoner, kemudian
peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh
responden dan memeriksa kelengkapan jawaban dari masing-
masing pertanyaan yang telah disediakan.
8) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terima
kasih kepada responden karena telah bersedia mendukung
penelitian ini.
9) Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data.

E. Pengolahan Data Dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
Sebelum dianalisis data harus diolah terlebih dahulu, dengan kegiatan
mengolah data sebagai berikut:
a. Editing
Dalam penelitian ini proses editing yang dilakukan adalah
dengan memeriksa hasil pengisian kuesioner dan kelengkapan
jawaban serta melakukan koreksi meliputi pertanyaan sudah
diisi jawaban semuanya, jawaban masih ada yang tidak sesuai,
tidak ada kesalahan dalam pengisian kuesionernya.
31

b. Coding
Coding yaitu mengubah data berbentu kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Disini peneliti akan
memberikan kode-kode pada karakteristik umum responden
yakni berupa simbol angka untuk mempermudah proses
pengolahan data.
1) Karakteristik umum
Jenis-jenis kelamin laki-laki dengan kode (1) dan
perempuan dengan kode (2).
2) Pada pernyataan kuesioner jawaban benar akan diberi
kode (1) dan jawaban salah akan diberi kode (0).
3) Pada setiap pernyataan kuesioner akan diberi kode (P1)
umtuk pernyataan no.1, kode (P2) untuk pernyataan
no.2 dan seterusnya sampai kode (P15) untuk
pernyataan no.15.
c. Entry
Entry merupkan kegiatan dimana peneliti memasukan data
yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database
komputer (Hidayat,2010). Disini peneliti akan memasukan
data-data yang telah lengkap kedalam suatu tabel dengan
bantuan Microsoft excel sehingga data dapat dianalisis dengan
bantuan program SPSS version 20.0 for windows.

d. Cleaning
Pembersihan data yaitu mengecek kembali kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
32

Disini peneliti akan memeriksa kembali apakah ada data yang


tidak tepat yang masuk dalam ke program komputer.
2. Teknik analisis data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yakni
menganalisa tiga variabel yaitu : peran orang tua, tingkat pengetahuan
remaja tentang seks bebs dan perilku seks bebas. Pada umumnya
analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap
variabel (Notoatmodjo, 2012). Anallisis data deskriptif dalam
penelitian ini merupakan jenis data kategorik dengan penyajian data
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi antara lain:
a. distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
b. distribusi responden berdasarkn umur
c. distribusi frekuensi responden berdasarkan peran orang tua
d. distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan remaja tentang seks bebas
e. distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku seks
bebas.
Untuk mendistribusikan peran orang tua, tingkat pengetahuan
remaja dan perilaku seks bebas diperoleh berdasarkan hasil analisis
data perhitungan nilai presentase skor tiap responden. Rumus yang
digunakan untuk mendapatkan nilai presentase arikunto (Supartini
dalam Siti Aspuah, 2013).

N=
∑ Benar x 100
∑ Soal

Keterangan:
N = Nilai
∑ Benar = Jumlah jawaban yang tepat
33

∑ Soal = Jumlah soal


Hasil presentse selanjutnya ditafsirkan berupa data kualitatif dengan
skala ordinal:
1) Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup apabiloa skor atau nilai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai <56%
Untuk menghasilkan data presentase dan distribusi, peneliti akan
dibantu dengan program SPSS 20.0 for window dikarenakan
banyaknya data sehingga peneliti tidak memungkinkan untuk
melakukannya secara manual.

F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah keperawatan yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus diperhatikan ( Hidayat, 2014).
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1) Informed consent
Informed consent merupakan bentu persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara
lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan
terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
34

2) Anonymity ( tanpa nama )


Masalah etika keperawatan merupakan msalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3) Confidentiality ( kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalaj-masalah lainnya.
semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Putu Rahayu Trisna. (2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja


Tentang Seks Bebas Di Sma Negeri 5 Denpasar Tahun 2017, tidak diterbitkan.
Firdaus. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan NAPZA Dan Sikap
Remaja Dengan Penggunaan NAPZA Di SMK: Semarang.
Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data:
Salemba Medika.
Hidayat, Ar. (2014). Peran Orang Tua Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja Di Smkn 1 Sedayu, Yogyakarta, 15 februari 2017.
Jannah, Mitahul. (2016). Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam
Islam.
Lestari. (2015).Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Infeksi Menular Seksual
Dengan Sikap Terhadap Seks Pranikah Siswa Kela Xi Di Smk 3 Piri Tahun 2011.
Kti. Yogyakarta : Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Notoadmodjo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke
Cipta.
Novitasari, R. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Sifilis
Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Siswa Kelas Xi Sman Rengat. Rengat:
Akademi Kebidanan Indragiri.
Rosalina, Rusma. (2019). Pengaruh Pendidikan Seks Bebas Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Di Lingkungan Banjar Tanjung Sanur,
tidak diterbitkan.
Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D:Alfabeta.
Swarjana, I.K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan [Edisi Revisi}.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Untari, A.D. (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Berisiko Penyakit Hiv/Aids Pada Remaja Di Sman 6 Kecamatan Pada Selatan
Kota Padang Tahun 2016.Universitas Andalas.

35
36

Wawan, dewi. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Manusia. Jakarta : Nuha Medika.
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

NO BULAN
KEGIATAN
Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian
Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Kepala Lingkungan Banjar Buana Gubug Dan Remaja Usia 12-21 Tahun
Di Perumahan Taman Sakura Jimbaran

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ni Luh Komang Sri Budiani
NIM : 18C10121
Pekerjaan : Mahasiswa semester VIII Program Studi Sarjana Keperawatan, ITEKES
Bali
Alamat Kampus: Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali
Alamat Peneliti : Jalan Jepun Blok D No. 6 Jimbaran
No. Tlp Peneliti : 081246229211

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dan
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks
Bebas Di Perumahan Taman Sakura Jimbaran” yang pengumpulan datanya akan
dilaksanakan pada bulan Februari s.d April 2022. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua dan tingkat pengetahun remaja
terhadap perilaku seks bebas di Perumahan Taman Sakura Jimbaran. Saya akan tetap
menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.

Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari


kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.
Denpasar, ……………….2022
Peneliti

Ni Luh Komang Sri Budiani


NIM. 18C10121
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ...............................................................................................
Jenis Kelamin : ...............................................................................................
Pekerjaan : ...............................................................................................
Alamat : ...............................................................................................

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh Saudara
Ni Luh Komang Sri Budiani, Mahasiswa semester VIII Program Studi Sarjana Keperawatan-
ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman
Sakura Jimbaran” maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.

Demikian persetujuaninisaya berikan agar dapatdigunakan.Sebagaimana mestinya.

Denpasar,
Responden

(…………………………)
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


TENTANG SEKS BEBAS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI PERUMAHAN
TAMAN SAKURA JIMBARAN

Kata Pengantar
Om Swastiastu,

Selamat Pagi adik-adik semua, Perkenalkan saya Ni Luh Komang Sri Budiani dari ITEKES Bali,
sedang mengadakan penelitian tentang Hubungan Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura
Jimbaran. Kepada para adik-adik remaja yang berusia 12-21 akan diberikan kesempatan untuk
ikut serta dalam studi ini. Semua informasi akan disimpan secara rahasia dan hanya dipakai
kepentingan ilmiah.

Partisipasi dari remaja sekalian dalam survei ini bersifat sukarela, bantuan dari remaja semua nya
sangat saya harapkan.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih atas partisipasinya serta keikutsertaan dalam penelitian ini,
Terimakasih dan Selamat Pagi

Ni Luh Komang Sri Budiani


Lampiran 5

A. Petunjuk cara pengisian kuesioner


1. Sebelum memulai responden diberikan kuesionernya sebelum dijawab
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat sendiri, jawaban responden dijamin kerahasiannya
dan tidak akan mempengaruhi nilai
3. Untuk pengisian nama bisa di singkat, contohnya : Sri Budiani bisa di tulis dengan (SB)
4. Jawablah semua pertanyan yang disediakan
5. Centang atau berilah tanda (√) pada kolom jawaban dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Benar
b. Salah

6. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas


7. Terima kasih atas kesediaan remaja untuk mengisi dan menjawab angket ini dengan tulus
dan jujur.

B. Data Umum Responden


Data Umum Remaja
1. Nama :

2. Umur : …….. Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

C. Peran Orang Tua


N PERTANYAAN JAWABAN
O
BENAR SALAH
1 Orang tua selalu mendukung anak untuk
tidak melakukan hubungan seksual saat
berpacaran
2 Orang tua mengawasi pergaulan anaknya
dengan lawan jenis untuk menghindari
terjadinya perilaku seks bebas
3 Orang tua memberikan penjelasan efek
tentang perilaku seks bebas
4 Orang tua memanfaatkan waktu luang untuk
berdiskusi terkait bahaya berhubungan
seksual sejak dini
5 Orang tua saya membebaskan saya untuk
menonton film-film porno

D. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas


N PERTANYAAN JAWABAN
O
BENAR SALAH
1 Seks bebas merupakan hubungan seksual
yang dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan
2 Pergaulan bebas bukan merupakan faktor
pendorong terjadinya seks bebas
3 Faktor yang mendorong perilaku seks
bebas salah satunya adalah kurangnya
control dari orang tua
4 Kissing adalah ciuman yang dilakukan
dengan pasangan lawan jenis
5 Anal seks tidak merupakan perilaku dari
seks bebas

E. Perilaku Seks Bebas


NO PERTANYAAN JAWABAN
BENAR SALAH
1 Berciuman dengan pacar adalah hal yang
tidak wajar
2 Saya tidak setuju dengan teman yang
mempengaruhi saya untuk melakukan seks
bebas
3 Saya memandang negatif perilaku
berangkulan yang dilakukan oleh pasangan
yang sedang berpacaran
4 Saya membebskan pasangan saya untuk
melakukan apapun yang mengarah
kedalam perilaku seksual pada saat sedang
berdua
5 Tetap bergaul dengan teman lawan jenis
tanpa ada perbatasan jenis kelamin
Lampiran 6

Kisi-Kisi Peran Orang Tua Dan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas
Terhadap Perilaku Seks Bebas Di Perumahan Taman Sakura Jimbaran

NO VARIABEL Indikator No. Item Jumlah


Positif Negatif
1 Peran orang tua - Orang tua sebagai 1 1
pendorong/penduk
ung
- Orang tua sebagai 2
pengawas
- Orang tua sebagai 1
panutan 3
- Orang tua sebagai
teman 1
4
5 2
2 Tingkat - Pengertian dari 1 1
pengetahun seks bebas
remaja tentang - Faktor penyebab
seks bebas seks bebas 3 2 2
- Bentuk-bentuk
dari seks bebas
- Dampak dari seks 4 1
bebas

5 1
3 Perilaku seks - Gaya berpacaran 1,2,3 4,5 5
bebas pada remaja

Deskripsi :
Seks bebas merupakan kebiasaan melakukan seksual secara bebas dilakukan oleh mereka
yang menentang atau merasa enggan jika diri mereka terikat dalam suatu pernikahan suci.

Anda mungkin juga menyukai