Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia
Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia
Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Pada awal perkembangan ilmu Kimia, penamaan unsur dan senyawa yang ditemukan bervariasi bergantung kepada
penemunya. Unsur dan senyawa tersebut diberi nama sesuai dengan nama penemu, tempat ditemukan, sumber, bahkan
nama dewa‐dewa, atau orang‐orang yang dekat dengan penemunya.
‐ morfin diambil dari nama Dewa Morpheus, ‐ Garam glauber, yaitu natrium sulfat (Na2SO4) yang
‐ asam barbiturat diberi nama berdasarkan nama ditemukan oleh J.R. Glauber;
sahabat penemunya, Barbara. ‐ Salmiak, yaitu amonium klorida (NH4Cl), suatu garam
‐ Fullerene (salah satu alotrop karbon berbentuk bola yang awal mulanya diperoleh dari kotoran sapi di
berongga seperti sangkar, selain intan dan grafit) dekat kuil untuk dewa Jupiter Ammon di mesir;
dinamai sesuai dengan nama arsitek Amerika R. ‐ Amonia (NH3) yang dinamai berdasarkan nama dewa
Buckminster Fuller yang merancang kubah, yang Jupiter Ammon;
secara kebetulan mempunyai bentuk dan struktur yang ‐ Soda pencuci, yaitu natrium karbonat (Na2CO3) yang
sama dengan Fullerene. digunakan untuk melunakkan air (membersihkan air
‐ Asam Format, yaitu asam metanoat (HCOOH) berasal dari ion Ca2+ dan ion Mg2+).
dari kata formica (semut), karena senyawa ini
ditemukan pada semut.
Hingga tahun 1922, telah ditemukan lebih dari 10 juta senyawa kimia dan pada tahun 2006 telah ditemukan lebih dari
18 juta senyawa kimia. Coba Anda bayangkan, berapa jumlah senyawa kimia yang berhasil ditemukan hingga tahun 2015?
Apakah sistem penamaan dengan cara di atas masih dapat digunakan? Tentunya tidak praktis dan efisien bukan? Oleh
karena itu, diperlukan suatu standar tata nama yang disepakati dan dapat dipahami oleh kalangan ilmiah di seluruh dunia.
Saat ini, tata nama senyawa kimia dilakukan secara sistematis dan standar yang disepakati secara internasional oleh IUPAC
(International Union Pure and Applied Chemistry). Dengan cara penamaan yang sistematis, kita akan lebih mudah
menentukan nama suatu senyawa dengan mengetahui unsur yang menyusun senyawa tersebut beserta komposisinya.
Penamaan secara sistematis juga dapat menggunakan lambang unsur kimia sehingga akan bermanfaat untuk membuat
persamaan reaksi kimia. Tata nama standar ini menggambarkan senyawa secara khas, meliputi jenis unsur penyusun dan
struktur molekulnya. Kelompok senyawa yang berbeda diberi nama dengan aturan tata nama yang berbeda pula.
Berdasarkan jumlah atom penyusunnya, senyawa kimia dapat dikelompokkan menjadi senyawa biner dan poliatomik.
Dalam pembelajaran ini, kita akan membahas tata nama senyawa kimia dalam bentuk biner dan poliatomik serta senyawa
organik sederhana.
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan aturan tata nama senyawa kimia sederhana.
2. Siswa dapat membedakan tata nama kimia senyawa biner dan poliatomik.
3. Siswa dapat membedakan tata nama kimia senyawa biner kovalen dan ion.
4. Siswa dapat membedakan tata nama kimia senyawa poliatomik asam, basa, garam dan organik.
5. Siswa dapat menerapkan aturan tata nama untuk menuliskan tata nama senyawa kimia, biner dan poliatomik.
1.1 Tata Nama Senyawa Kimia Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Berdasarkan ikatannya, senyawa biner
dikelompokkan menjadi senyawa biner kovalen (molekul) dan senyawa biner ion. Perhatikan Bagan 1.1 di bawah ini.
Senyawa biner
terdiri atas
Senyawa biner ionik Senyawa biner kovalen
tersusun dari tersusun dari
Ion logam Ion nonlogam unsur nonlogam
unsur nonlogam
Bagan 1.1 Pengelompokkan Tata Nama Senyawa Biner
Copy Right @ La Fayn Print 271213 1
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
A. Senyawa Biner Kovalen (molekul)
Rumus senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan.
B – Si – C – S – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Contoh
Rumus kimia air lazim ditulis sebagai H2O, bukan O2H;
Rumus kimia metana lazim ditulis CH4, bukan H4C;
Rumus kimia amonia lazim ditulis NH3, bukan H3N.
Nama senyawa
1. Penamaan senyawa biner kovalen berhubungan dengan nama unsur nonlogam penyusunnya dengan akhiran ida
pada unsur yang kedua.
2. Jumlah atom setiap unsur dituliskan dalam bahasa Yunani sebagai nama awalan. Jumlah atom setiap unsur disebut
angka indeks.
Tabel 1.1 Penyebutan Angka Indeks Penamaan Senyawa Biner Kovalen
senyawa/molekul
Jumlah atom Bahasa (nama Yunani jumlah atom unsur ke‐1) (nama unsur ke‐1)
(angka indeks) Yunani + (nama Yunani jumlah atom unsur ke‐2) + ida
1 mono
2 di 3. Penyebutan angka indeks juga berfungsi untuk membedakan
3 tri pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari satu
4 tetra jenis senyawa.
5 penta Jadi, senyawa biner kovalen diberi nama dengan menyebutkan
6 heksa unsur pertama pertama yang telah diberi awalan, disusul dengan
7 hepta unsur kedua yang telah diberi awalan dan akhiran –ida.
8 okta
9 nona Catatan:
10 deka Jika unsur yang disebut pertama hanya 1 atom,
maka awalan mono tidak disebutkan.
Contoh
Perhatikan tabel di bawah ini tentang penamaan senyawa biner kovalen!
Depan Belakang
Rumus Jumlah Jumlah Nama
Nama Nama Nama Nama Lengkap Senyawa
Molekul Indeks Indeks Belakang +
Unsur Depan Unsur
(penyebutan) (penyebutan) Akhiran‐ida
CO karbon 1 (mono) karbon oksigen 1 (mono) monoksida karbon monoksida
P2O5 forfor 2 (di) difosfor oksigen 5 (penta) pentaoksida difosfor pentaoksida
N2O nitrogen 2 (di) dinitrogen oksigen 1 (mono) monooksida dinitrogen monoksida
P4S3 fosfor 4 (tetra) tetrafosfor sulfur 3 (tri) trisulfida tetrafosfor trisulfida
4. Senyawa biner kovalen yang mengandung unsur H pada bagian depan, misalnya HCl; dan HBr, memiliki cara penamaan
yang agak berbeda dengan senyawa biner kovalen yang lain. Nama Yunani jumlah atom yang dinyatakan sebagai
awalan, tidak disertakan dalam penamaan.
atau
hidrogen + nama unsur nonlogam selain H + ida asam + nama unsur nonlogam selain H + ida
Contoh
Rumus Atom Penyusun
Nama Senyawa
Molekul Depan Belakang
H2S hidrogen sulfur hidrogen sulfida atau asam sulfida
HCl hidrogen klorin hidrogen klorida atau asam klorida
Copy Right @ La Fayn Print 271213 2
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
5. Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan di atas
Contoh: H2O = air; Catatan:
NH3 = amonia Penulisan nama senyawa
6. Penamaan senyawa kovalen yang unsur nonlogamnya berbiloks lebih dari Satu menggunakan huruf kecil, kecuali
Penamaan senyawa kovalen yang mengandung unsur nonlogam berbiloks lebih terdapat pada awal kalimat.
dari satu macam juga didasarkan pada sistem Stock. Caranya adalah dengan Tata nama senyawa kovalen biner
menuliskan unsur nonlogam bermuatan positif diikuti oleh angka Romawi yang yang lebih umum digunakan adalah
sesuai dengan biloksnya dalam tanda kurung, sedangkan unsur nonlogam dengan cara menyebutkan angka
bermuatan negatif diletakkan di belakang dan diberi akhiran “‐ida”. indeksnya, seperti pada poin (2).
Tabel 1.2 Tata Nama Senyawa Kovalen yang Mengandung Unsur Nonlogam Berbiloks Lebih dari Satu
Biloks Nonlogam Nama Senyawa
Rumus Kimia
Positif Negatif (O) Sistem Stock Lazim (IUPAC)
N2O +1 (N) ‐2 nitrogen (I) oksida dinitrogen monoksida
NO +2 (N) ‐2 nitrogen (II) oksida nitrogen monoksida
N2O3 +3 (N) ‐2 nitrogen (III) oksida dinitrogen trioksida
NO2 +4 (N) ‐2 nitrogen (IV) oksida nitrogen dioksida
N2O5 +5 (N) ‐2 nitrogen (V) oksida dinitrogen pentaoksida
P2O3 +3 (P) ‐2 fosfor (III) oksida difosfor trioksida
P2O5 +5 (P) ‐2 fosfor (V) oksida difosfor pentaoksida
CO +2 (C) ‐2 karbon (II) oksida karbon monoksida
CO2 +4 (C) ‐2 karbon (IV) oksida karbon dioksida
B. Senyawa Biner Ion
Senyawa ion terdiri dari ion positif (kation) berupa unsur logam dan ion negatif (anion) berupa unsur nonlogam. Oleh
karena itu, Anda diharapkan dapat mengetahui terlebih dahulu nama beberapa ion, baik kation maupun anion.
nama logam + nama anion nonlogam
Catatan:
Tabel 1.3 Beberapa Kation Unsur‐unsur nonlogam
Unsur Kation biasanya memiliki
Golongan bilangan oksidasi lebih
Lambang Nama Mutan Lambang Nama
Na natrium +1 Na+ ion natrium IA dari satu, sehingga dapat
Li litium +1 Li+ ion litium IA membentuk anion
K kalium +1 K+ ion kalium IA maupun kation saat
Ca kasium +2 Ca2+ ion kasium IIA membentuk ikatan
Mg magnesium +2 Mg2+ ion magnesium IIA kovalen. Secara umum
Al alumunium +3 Al3+ ion alumunium IIIA jumlah muatan kation
dan anion unsur
nonlogam sesuai nomor
Tabel 1.4 Beberapa Anion
golongannya
Unsur Kation
Golongan (+/‐ golongan).
Lambang Nama Mutan Lambang Nama
H hidrogen ‐1 H‐ hidrida IA Contoh:
3‐
N nitrogen ‐3 N nitrida VA Unsur Nitrogen (N),
O oksigen ‐2 O2‐ oksida VIA terdapat pada golongan
S sulfur ‐2 S2‐ sulfida VIIA VA memiliki biloks:
F fluorin ‐1 F‐ fluorida VIIA Maksimum = +5;
Cl klorin ‐1 Cl‐ klorida VIIA Minimum = –5.
Br bromin ‐1 Br‐ bromida VIIA
I iodin ‐1 I‐ iodida VIIA
Rumus Kimia
Unsur logam ditulis di depan; indeks logam, disusul: nonlogam; indeks
Contoh
Rumus kimia natrium klorida ditulis NaCl; bukan ClNa
Rumus kimia litium oksida ditulis Li2O; bukan Oli2
Rumus kimia alumunium oksida ditulis Al2O3; bukan O3Al2
Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya. Kation dan anion diberikan indeks
sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral (Σ muatan positif = Σ muatan negatif).
Untuk memudahkan Anda menuliskan rumus kimia senyawa ion, cermati langkah‐langkah di bawah ini.
1. tuliskan lambang unsur netral masing‐masing atom
2. tentukan muatan ion masing‐masing atom
3. tuliskan lambang ion masing‐masing atom
4. pindahkan muatan ion pada kation ke anion dan pindahkan muatan ion pada anion ke kation
5. hilangkan muatan positif (+) dan negatif (–), sehingga tersisa angka indeks untuk masing‐masing atom
Contoh Soal 1.1
Tuliskan rumus kimia senyawa:
a. magnesium klorida
b. alumunium oksida
Copy Right @ La Fayn Print 271213 4
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Catatan:
Jika kedua atom penyusun senyawa ion
Jawab memiliki angka muatan ion yang sama, maka
rumus kimia senyawa ion tersebut ditulis tanpa
a. magnesium klorida ada angka indeksnya
Berdasarkan langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa ion di atas:
Lambang unsur netral Muatan ion Lambang ion
Mg +2 Mg2+
Cl ‐1 Cl‐
Jadi, rumus kimia magnesium klorida adalah MgCl2
b. alumunium oksida
Berdasarkan langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa ion di atas:
Lambang unsur netral Muatan ion Lambang ion
Al +3 Al3+
O ‐2 O2‐
Jadi, rumus kimia alumunium oksida adalah Al2O3
Nama Senyawa
Senyawa biner ionik adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anionnya (di belakang), angka indeks tidak
disebut. Penamaan senyawa biner ionik diberikan dengan menyebut nama logamnya terlebih dahulu, disusul nama anion
nonlogamnya. Nama anion merupakan penyebutan nama unsur nonlogam ditambah dengan akhiran –ida. Kation
biasanya dalam bentuk logam, dimana muatan kation untuk logam golongan utama (A), sesuai dengan nomor
golongannya.
Contoh Soal 1.2
Jawab
Tentukan nama kimia senyawa‐
senyawa berikut: Perhatikan kembali Tabel 1.3 dan 1.4 di atas.
a. CaO Lambang Nama Rumus
Nama ion Nama Senyawa
b. Li3N unsur unsur Kimia
a. Ca kalsium kalsium
CaO kalsium oksida
O oksigen oksida
b. Li litium litium
Li3N litium nitrida
N nitrogen nitrida
Latihan Soal 1.2
2. Tentukan nama kimia senyawa‐senyawa berikut:
1. Tuliskan rumus kimia senyawa‐senyawa ion di a. Li2O d. MgS
bawah ini: b. NaH e. AlBr3
a. kalsium sulfida c. natrium oksida c. KI f. CaCl2
b. kalium hidrida d. magnesium nitrida
Senyawa Biner Ion yang Mengandung Unsur Logam Transisi
Unsur‐unsur logam transisi dapat membentuk senyawa dengan lebih dari satu macam tingkat oksidasi. Salah satu cara
yang disarankan IUPAC untuk membedakan senyawa‐senyawa seperti itu adalah dengan menuliskan bilangan oksidasinya
dalam tanda kurung dengan angka Romawi, sistem ini kemudian disebut sistem tata nama Stock.
Perhatikan contoh‐contoh berikut.
Angka Romawi dibubuhkan yang sesuai biloks logam dalam tanda kurung di belakang nama logam dan
diikuti dengan nama unsur nonlogam, lalu diberi akhiran “‐ida”.
Copy Right @ La Fayn Print 271213 5
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Tabel 1.5 Contoh Penamaan Senyawa Ion Biner yang Unsur Logamnya Berbiloks Lebih dari Satu
Unsur
Jenis Nama Jenis Nama Rumus
Logam Biloks Biloks Nama Senyawa
Kation Kation Anion anion Kimia
Transisi
Cu+ +1 tembaga(I) O2‐ ‐2 oksida Cu2O tembaga(I) oksida
Cu 2+
Cu +2 tembaga(II) O2‐ ‐2 oksida CuO tembaga(II) oksida
Fe2+ +2 besi(II) Cl‐ ‐1 klorida FeCl2 besi(II) klorida
Fe 3+
Fe +3 besi(III) S2‐ ‐2 sulfida Fe2S3 besi(III) sulfida
2+ 2‐
Pb +2 timbal(II) O ‐2 oksida PbO timbal(II) oksida
Pb
Pb4+ +4 timbal(IV) O2‐ ‐2 oksida PbO2 timbal(IV) oksida
Ada juga cara lain memberi nama suatu senyawa yang mengandung unsur logam dengan biloks lebih dari satu. Unsur
logam dengan biloks lebih rendah diberi akhiran “o”, sedangkan biloks yang lebih tinggi diberi akhiran “i”.
Tabel 1.6. Penamaan Senyawa Ion Biner dengan Sistem Akhiran ”o” dan ”i”
Rumus Kimia Biloks logam Nama Senyawa
HgCl +1 Merkuro klorida
HgCl2 +2 merkuri klorida
FeCl2 +2 ferro klorida Catatan:
FeCl3 +3 ferri klorida Boraks = Natrium tetra
borat/ natrium piroborat =
SnO +2 stano oksida
Na2B4O7.10H2O
SnO2 +4 stani oksida
2.1 Tata Nama Senyawa Kimia Poliatomik
Suatu unsur nonlogam dengan unsur nonlogam lainnya dapat bergabung membentuk suatu ion poliatomik. Ion‐ion
poliatomik lainnya dapat terbentuk dari Logam‐logam golongan transisi dengan atom oksigen. Contoh‐contoh ion
poliatomik disajikan pada Tabel 1.7 di bawah ini. Anda disarankan untuk menghafal jenis‐jenis ion poliatomik agar lebih
mempermudah pemahaman Anda mengenai materi kimia selanjutnya.
Tabel 1.7 Beberapa Jenis Ion Poliatomik
Rumus Rumus Rumus
Nama Ion Nama Ion Nama Ion Rumus Ion Nama Ion
Ion Ion Ion
+ 2‐ ‐ 3‐
NH4 amonium S 2O 4 ditionit ClO2 klorit SbO3 antimonit
CO32‐ karbonat S2O82‐ peroksidisulfat ClO3‐ klorat SbO43‐ antimonat
C2O42‐ oksalat HSO3‐ bisulfit ClO4‐ perklorat SiO32‐ silikat
‐ ‐ ‐
HCO3 bikarbonat HSO4 bisulfat BrO hipobromit CH3COO‐ asetat
OH‐ hidroksida PO3‐ metafosfat BrO2‐ bromit HCOO‐ format
NO2‐ nitrit PO33‐ fosfit BrO3‐ bromat C4H4O62‐ tartarat
‐ 3‐ ‐
NO3 nitrat PO4 fosfat BrO4 perbromat C6H5O73‐ sitrat
CN‐ sianida HPO42‐ hidrogen fosfat CrO42‐ kromat C7H5O3‐ salisilat
SCN‐ tiosianat H2PO4‐ dihidrogen fosfat Cr2O72‐ dikromat C6H5COO‐ benzoat
OCN‐ sianat P2O74‐ pirofosfat MnO4‐ permanganat C4H4O42‐ suksinat
SO42‐ sulfat IO4‐ periodat MnO42‐ manganat BO33‐ ortoborat
SO32‐ sulfit IO3‐ iodat AsO33‐ arsenit BO2‐ metaborat
S2O32‐ tiosulfit ClO‐ hipoklorit AsO43‐ arsenat B4O72‐ piroborat
S2O72‐ tiosulfat
BiO3‐ bismutat
Senyawa poliatomik adalah senyawa kimia yang dibentuk oleh lebih dari 3 unsur. Perhatikan Bagan 1.2 di bawah ini.
Copy Right @ La Fayn Print 271213 6
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Senyawa poliatomik
terdiri atas
Senyawa poliatomik ionik Senyawa poliatomik kovalen
terdiri dari terdiri dari
Senyawa Senyawa basa Senyawa asam Senyawa organik
garam poliatomik poliatomik
poliatomik
tersusun dari tersusun dari
tersusun dari
tersusun dari
Kation logam Kation logam Kation H+ + Unsur‐unsur
(kecuali NH4+) (kecuali NH4+) anion penyusun
+ anion + anion OH‐ poliatomik yang utama:
poliatomik C; H: N; O; P; S
Bagan 1.2 Pengelompokkan dan Penyusun Senyawa Poliatomik
Bagan 1.2 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan ikatannya, senyawa poliatomik dikelompokkan menjadi senyawa
poliatomik ionik dan senyawa poliatomik kovalen.
1. Senyawa poliatomik ionik terbentuk dari kation unsur logam (kecuali NH4+) dan anion poliatomik (nonlogam).
Senyawa poliatomik ionik terdiri dari senyawa poliatomik garam dan senyawa poliatomik basa.
Senyawa poliatomik garam terdiri dari kation logam (kecuali NH4+) dan anion nonlogam atau anion poliatomik.
Contoh: NH4Cl; Na2SO4; CaCO3
Senyawa basa poliatomik terdiri dari kation logam (kecuali NH4+) dan anion OH‐.
NH4OH; LiOH; Mg(OH)2
2. Senyawa poliatomik kovalen adalah senyawa poliatomik yang partikel terkecilnya adalah molekul. Senyawa
poliatomik kovalen dikelompokkan menjadi senyawa poliatomik asam dan senyawa organik.
Senyawa poliatomik asam terbentuk dari kation ion hidrogen dan anion poliatomik.
Contoh: H2SO4; H3PO4; HIO3; CH3COOH
Senyawa organik kebanyakan dalam bentuk poliatomik. Senyawa organik adalah senyawa‐senyawa karbon dengan
sifat‐sifat tertentu. Pada awalnya senyawa organik tidak dapat dibuat di laboratorium melainkan hanya dapat
diperoleh dari makhluk hidup. Oleh karena itu, senyawa‐senyawa karbon tersebut dinamakan senyawa organik.
Senyawa organik mempunyai tata nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik mempunyai nama
lazim atau nama dagang (nama trivial). Pembahasan secara lebih detail akan dibahas tersendiri pada jenjang kelas XI
dan XII. Beberapa contoh senyawa organik yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari‐hari disajikan pada Tabel
1.8 di bawah ini.
Tabel 1.8 Beberapa Contoh Senyawa Organik
No. Rumus Kimia Nama IUPAC Nama Lazim
1. CH4 metana gas rawa; gas alam
2. CH3COOH asam asetat asam cuka
3. C12H22O11 sukrosa gula tebu
4. HCOOH asam metanoat asam format
5. HCHO metanal formaldehida (bahan formalin)
6. CH3OCH3 dietil eter eter (suatu bahan pembius)
7. CH3CH2OH etanol alkohol (antiseptik)
8. CH3COCH3 aseton aseton (pembersih kuteks)
Rumus Kimia
Penulisan rumus kimia senyawa poliatomik ionik sama unsur logam atau kation di tulis di depan;
dengan penulisan rumus kimia senyawa biner ionik. disusul anionnya
Copy Right @ La Fayn Print 271213 7
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Contoh
Rumus kimia natrium sulfat ditulis Na2SO4; bukan SO4Na2
Senyawa poliatomik yang mengandung anion senyawa organik seperti ion asetat, ion format, ion tartarat, ion salisilat, ion
benzoat, ion suksinat; maka penulisan anion‐anion tersebut diperbolehkan ditulis di depan; disusul kationnya.
Contoh: natrium atetat ditulis NaCH3COO atau CH3COONa
Catatan:
Langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa poliatomik ionik: penulisan rumus kimia senyawa poliatomik ionik untuk
1. identifikasi jenis kation dan anion penyusun senyawa tiap‐tiap kation atau anion poliatomik adalah
2. identifikasi muatan masing‐masing ion menggunakan tanda dalam kurung (); bukan tanda
3. tuliskan rumus kimia masing‐masing ion kurung tegas [] atau kurung kurawal {}
4. pindahkan muatan ion pada kation ke anion dan pindahkan
muatan ion pada anion ke kation
5. penempatan angka indeks untuk kation atau anion poliatomik adalah setelah tanda tutup kurung, karena angka
indeks tersebut milik bersama dari atom‐atom penyusun kation atau anion poliatomik. Sehingga, penulisan rumus
kimia senyawa poliatomik ionik untuk tiap‐tiap kation atau anion poliatomik adalah menggunakan tanda dalam
kurung.
6. hilangkan muatan positif (+) dan negatif (–), sehingga tersisa angka indeks untuk masing‐masing kation dan anionnya
Contoh Soal 1.3
Catatan:
Tuliskan rumus kimia dari senyawa‐senyawa di bawah ini: Senyawa asam, basa dan garam akan
a. kalium manganat dipelajari lebih terperinci di kelas XI
b. alumunium fosfat dan XII
c. kalsium arsenat
Jawab
a. kalium permanganat
Berdasarkan langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa poliatomik ionik di atas:
Rumus Muatan ion
Nama ion
Kation/anion
kalium K+ +1
manganat MnO42‐ ‐2
Jadi, rumus kimia kalium manganat adalah K2MnO4
b. alumunium fosfat
Berdasarkan langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa
poliatomik ionik di atas: Catatan:
Nama ion Rumus Muatan ion Ingat! Jika jumlah muatan ion
Kation/anion senyawa ionik sama antara kation
Alumunium Al3+ +3 dan anionnya, maka angka indeksnya
dihilangkan.
fosfat PO43‐ ‐3
Jadi, rumus kimia alumunium fosfat adalah AlPO4
c. kalsium arsenat
Berdasarkan langkah‐langkah penulisan rumus kimia senyawa poliatomik ionik di atas:
Nama ion Rumus Kation/anion Muatan ion
Kasium Ca2+ +2
Arsenat AsO43‐ ‐3
Jadi, rumus kimia kalsium arsenat adalah Ca3 (AsO4)2
Copy Right @ La Fayn Print 271213 8
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
Nama Senyawa
1. Senyawa Garam
Penamaan senyawa poliatomik garam sama dengan penamaan senyawa biner ionik garam, yaitu dengan
menyebutkan kationnya terlebih dahulu (umumnya logam); disusul menyebutkan anionnya (sisa asam).
Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Nama Depan Nama Belakang Nama Lengkap
Rumus Kimia
Kation Nama Anion Nama Senyawa
K+ kalium PO33‐ fosfit K3PO3 kalium fosfit
Ca2+ kalsium CO32‐ karbonat CaCO3 kalsium karbonat
3+
Al alumunium SO42‐ sulfat Al2(SO4)3 alumunium sulfat
Na+ natrium C6H5O73‐ sitrat Na3 C6H5O7 natrium sitrat
2. Senyawa Basa
Penamaan senyawa poliatomik basa dimulai dengan menyebutkan kationnya (biasanya logam); disusul menyebutkan
nama anion hidroksida.
Perhatikan contoh pada tebel berikut:
Nama Depan Nama Belakang Nama Lengkap
Rumus Kimia
Kation Nama Anion Nama Senyawa
+ ‐
K kalium OH hidroksida KOH kalium hidroksida
Ca2+ kalsium OH‐ hidroksida Ca(OH)2 kalsium hidroksida
Al3+ alumunium OH‐ hidroksida Al(OH)3 alumunium hidroksida
Na+ natrium OH‐ hidroksida NaOH natrium hidroksida
Senyawa Garam dan Basa yang terbentuk dari kation logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi (umumnya
logam‐logam transisi), maka penamaannya dimulai dengan menyebut nama kation logam, kemudian menuliskan jumlah
bilangan oksidasi logam dalam tanda kurung dengan angka Romawi; dan diakhiri dengan menyebut nama anionnya.
Tabel 1.9. Penamaan Senyawa Garam dan Basa yang Unsur Logamnya Berbiloks Lebih dari Satu
Unsur
Jenis Nama Jenis Nama Rumus
Logam Biloks Biloks Nama Senyawa
Kation Kation Anion anion Kimia
Transisi
Cu+ +1 tembaga(I) SO42‐ ‐2 sulfat Cu2SO4 tembaga(I) sulfat
Cu 2+
Cu +2 tembaga(II) PO43‐ ‐3 fosfat Cu3(PO4) 2 tembaga(II) fosfat
Cu+ +1 tembaga(I) OH‐ ‐1 hidroksida CuOH tembaga(I) hidroksida
Cu
Cu2+ +2 tembaga(II) OH‐ ‐1 hidroksida Cu(OH)2 tembaga(II) hidroksida
2+
Fe +2 besi(II) CN‐ ‐1 sianida Fe(CN)2 besi(II) sianida
Fe
Fe3+ +3 besi(III) SCN‐ ‐1 tiosianat Fe(SCN)3 besi(III) tiosianat
Fe2+ +2 besi(II) OH‐ ‐1 hidroksida Fe(OH)2 besi(II) hidroksida
Fe
Fe3+ +3 besi(III) OH‐ ‐1 hidroksida Fe(OH)3 besi(III) hidroksida
2+
Pb +2 timbal(II) ClO4‐ ‐1 perklorat Pb(ClO4)2 timbal(II) perklorat
Pb
Pb4+ +4 timbal(IV) C2O42‐ ‐2 oksalat Pb2 C2O4)4 timbal(IV) oksalat
2+ ‐
Pb +2 timbal(II) OH ‐1 hidroksida Pb(OH) 2 timbal(II) hidroksida
Pb
Pb4+ +4 timbal(IV) OH‐ ‐1 hidroksida Pb(OH)4 timbal(IV) hidroksida
3. Senyawa Asam
Penamaan senyawa asam poliatomik dimulai dengan menyebutkan kation ion hidrogen sebagai kata asam disusul
nama anionnya. Perhatikan contoh pada Tabel 1.10 di bawah ini.
Tabel 1.10 Beberapa Contoh Penamaan Senyawa Asam Poliatomik
Nama Depan Nama Belakang Nama Lengkap
Rumus Kimia
Kation Nama Anion Nama Senyawa
H+ asam S2O82‐ peroksidisulfat H2 S2O8 asam peroksidisulfat
H+ asam CN‐ Sianida HCN asam sianida
+
H asam P2O74‐ Pirofosfat H4 P2O7 asam pirofosfat
H+ asam BO33‐ Ortoborat H3BO3 asam ortoborat
+
H asam ClO‐ Hipoklorit HClO asam hipoklorit
Copy Right @ La Fayn Print 271213 9
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
MATERI PENGAYAAN
KIMIA ORGANIK DAN SENYAWA ORGANIK
Kimia organik adalah salah satu cabang ilmu kimia yang membahas tentang senyawa‐senyawa yang dihasilkan
akbat aktivitas dari makluk hidup. Walaupun awalnya senyawa organik dihasilkan oleh aktivitas makhluk hidup, tetapi
dalam perkembangannya, senyawa‐senyawa tersebut dapat disintesis di laboratorium. Dengan demikian, batasan tentang
kimia organik lebih mengarah pada senyawa‐senyawa dalam bentuk rantai karbon dengan sifat‐sifat yang lebih mudah
terurai dibandingkan senyawa‐senyawa anorganik. Senyawa‐senyawa ini aka dibahas khusus pada materi kelas XI dan
kelas XII.
Tata nama senyawa organik sangat kompleks karena senyawa organik umumnya merupakan senyawa dengan
rantai karbon yang dapat membentuk ikatan dengan atom‐atom oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang dan fosfor,
halogen atau bahkan dengan logam. Olehnya itu, sistem tata namanya didasarkan pada kelompok senyawanya masing‐
masing. Pembagian kelompok senyawanya umumnya berdasarkan gugus fungsi yang mencirikan sifat fisik dan sifat
kimianya. Secara umum, dalam kimia organik, senyawa karbon dibagi menjadi:
1. Kelompok senyawa hidrokarbon: alkana, alkena dan alkuna;
2. Kelompok senyawa turunan alkana: alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, ester dan haloalkana;
3. Kelompok senyawa turunan benzena
4. Kelompok senyawa makromolekul: polimer;
5. Kelompok senyawa biomolekul: karbohidrat, protein, asam amino, lemak, dan steroid.
Tugas
Buatlah ringkasan tentang sistem tata nama kelompok‐kelompok senyawa karbon di atas!
RANGKUMAN
1. Senyawa kimia sederhana terdiri dari senyawa biner dan poliatomik.
2. Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur.
3. Senyawa poliatomik adalah senyawa kimia yang dibentuk oleh lebih dari 3 jenis unsur.
4. Berdasarkan ikatannya, senyawa biner dikelompokkan menjadi senyawa biner kovalen (molekul) dan senyawa biner
ion.
a. Senyawa biner kovalen
‐ Tersusun dari: atom/unsur nonlogam dan nonlogam
‐ Penulisan rumus senyawa: unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan. B – Si – C
– S – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
‐ Penamaan: (nama Yunani jumlah atom unsur ke‐1) (nama unsur ke‐1) + (nama Yunani jumlah atom unsur ke‐
2) + ida
‐ Khusus senyawa biner kovalen yang mengandung atom hidrogen (asam) tata namanya adalah:
hidrogen + nama unsur nonlogam selain H + ida atau asam + nama unsur nonlogam selain H + ida
b. Senyawa biner ionik
‐ Tersusun dari: ion positif (kation) berupa unsur logam dan ion negatif (anion) berupa unsur nonlogam.
‐ Rumus senyawa: unsur logam ditulis di depan; indeks logam, disusul: nonlogam; indeks
‐ Penamaan: rangkaian nama kation (di depan) dan nama anionnya (di belakang), angka indeks tidak disebut.
Nama anion merupakan penyebutan nama unsur nonlogam ditambah dengan akhiran –ida.
‐ Penamaan senyawa biner ion yang logamnya memiliki tingkat oksidasi lebih dari satu: angka Romawi
dibubuhkan yang sesuai biloks logam dalam tanda kurung di belakang nama logam dan diikuti dengan nama
unsur nonlogam, lalu diberi akhiran “‐ida” atau unsur logam dengan biloks lebih rendah diberi akhiran “o”,
sedangkan biloks yang lebih tinggi diberi akhiran “i”.
5. Senyawa poliatomik terdiri dari: poliatomik ion dan poliatomik kovalen
a. Senyawa poliatomik ion
‐ Terbentuk dari: kation unsur logam (kecuali NH4+) dan anion poliatomik (nonlogam).
‐ Terdiri dari: garam dan basa
‐ Rumus senyawa: unsur logam atau kation di tulis di depan; disusul anionnya
‐ Penamaan senyawa poliatomik garam sama dengan penamaan senyawa biner ionik garam, yaitu dengan
menyebutkan kationnya terlebih dahulu (umumnya logam); disusul menyebutkan anionnya (sisa asam).
Copy Right @ La Fayn Print 271213 10
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
‐ Penamaan senyawa poliatomik basa dimulai dengan menyebutkan kationnya (biasanya logam); disusul
menyebutkan nama anion hidroksida.
‐ Senyawa Garam dan Basa yang terbentuk dari kation logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi
(umumnya logam‐logam transisi), maka penamaannya dimulai dengan menyebut nama kation logam,
kemudian menuliskan jumlah bilangan oksidasi logam dalam tanda kurung dengan angka Romawi; dan
diakhiri dengan menyebut nama anionnya.
b. Senyawa poliatomik kovalen
‐ Senyawa poliatomik kovalen adalah senyawa poliatomik yang partikel terkecilnya adalah molekul.
‐ Terdiri dari: asam dan senyawa organik
‐ Senyawa poliatomik asam terbentuk dari: kation ion hidrogen dan anion poliatomik.
‐ Penamaan senyawa asam poliatomik: dimulai dengan menyebutkan kation ion hidrogen sebagai kata asam
disusul nama anionnya.
‐ Contoh senyawa organik: C6H12O6 = glukosa
Latihan Soal 1.3
Lengkapi tabel penamaan senyawa asam, basa dan garam poliatomik di bawah ini!
Nama Depan Nama Belakang Nama Lengkap
No. Rumus Kimia
Kation Nama Kation Nama Senyawa
Copy Right @ La Fayn Print 271213 11
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
TOKOH INSPIRATIF
Antonie‐Laurent de Lavoisier (1743‐1794) – Sarjana Hukum Penama Oksigen –
Pencetus Hukum Kekekalan Massa
Lavoisier lahir di Paris, 26 Agustus 1743 dan meninggal di Paris, 8
Mei 1794 pada umur 50 tahun. Ia memberikan nama unsur oksigen pada
tahun 1774. Perkataan oksigen terdiri dari dua kata Yunani, oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan).
Lavoisier justru belajar hukum di saat remajanya. Meski dia
mendapat gelar sarjana hukum dan diangkat dalam lingkungan ahli
hukum, namun tak sekali pun dia pernah mempraktekkan ilmunya, walau
memang dia berkecimpung dalam dunia perkantoran administrasi
Perancis dan pelayanan urusan masyarakat. Tetapi yang terutama, dia
giat didalam Akademi Pengetahuan Kerajaan Perancis.
Pada saat kelahirannya di Paris tahun 1743, ilmu pengetahuan
kimia ketinggalan jauh ketimbang fisika, matematika dan astronomi.
Sejumlah besar penemuan yang berdiri sendiri‐sendiri sudah banyak
Antonie Lauret de Lavoisier (1743‐1794) diketemukan oleh para ahli ilmu kimia, tetapi tak satu pun kerangka teori
(Sumber: http//:id.wikipedia.org) yang dapat jadi pegangan yang dapat merangkum informasi yang
terpisah‐pisah. Pada saat itu tersebar semacam kepercayaan yang tak
meyakinkan bahwa air dan udara merupakan substansi yang elementer.
Lebih buruk lagi, adanya kesalahfahaman mengenai hakekat daripada api. Kepercayaan yang berkembang saat itu
adalah bahwa semua proses pembakaran benda mengandung substansi duga‐dugaan yang disebut “phlogiston,” dan
bahwa selama proses pembakaran, substansi barang yang terbakar melepaskan phlogiston‐nya ke udara.
Dalam jangka waktu antara tahun 1754 ‐ 1774, ahli‐ahli kimia berbakat seperti Joseph Black, Joseph Priestley,
Henry Cavendish dan lain‐lainnya telah mengisolasi beberapa gas penting seperti oksigen, hidrogen, nitrogen dan karbon
diosida. Tetapi, sejak orang‐orang ini menerima teori phlogiston, mereka tidak mau memahami hakikat atau arti penting
substansi kimiawi yang telah mereka ketemukan. Oksigen, misalnya, dipandang sebagai udara yang semua phlogiston‐nya
telah dialihkan. (Sebagaimana diketahui bahwa serpihan kayu lebih sempurna terbakar dalam oksigen ketimbang dalam
udara; mungkin ini akibat udara lebih mudah menghisap phlogiston dari kayu yang terbaru). Jelas, kemajuan nyata di
bidang kimia tidak bisa terjadi sebelum dasar‐dasar utamanya dapat difahami.
Lavoisier berhasil menangani bagian‐bagian yang menjadi teka‐teki menjadi satu kesatuan yang dapat dibenarkan
dan menemukan arah yang tepat dalam teori ilmu kimia. Pertama, kata Lavoisier, teori phlogiston sepenuhnya meleset:
”tidak ada benda yang namanya phlogiston”. Proses pembakaran terdiri dari kombinasi kimiawi tentang terbakarnya
barang dengan oksigen. Kedua, air bukanlah benda elementer samasekali melainkan satu campuran antara oksigen dan
hidrogen. Udara juga bukanlah substansi elementer melainkan campuran terutama terdiri dari dua jenis gas, oksigen dan
nitrogen. Semua pernyataan ini kini tampak gamblang, tetapi belum bisa ditangkap baik oleh pendahulu‐pendahulu
Lavoisier maupun rekan sejamannya. Bahkan sesudah Lavoisier merumuskan teorinya dan mengajukan kepada kalangan
ilmuwan, toh masih banyak juga pemuka‐pemuka ahli kimia yang menolak gagasan teori ini. Tetapi, buku Lavoisier yang
brilian ”Pokok‐pokok Dasar Kimia” (1789), begitu terang dan jernihnya mengedepankan hipotesa ini dan begitu
meyakinkan serta mengungguli pendapat‐pendapat lain, barulah ahli‐ahli kimia angkatan lebih muda dengan cepat
mempercayainya.
Seraya membuktikan bahwa air dan udara bukanlah unsur kimia, Lavoisier mencantumkan pula dalam bukunya
daftar substansi benda‐benda itu yang dianggapnya punya arti mendasar dan bersifat elementer meski daftarnya
mengandung beberapa kekeliruan (bekerja sama dengan Berthollet, Fourcroi dan Guyton de Morveau). “Daftar Periodik
Unsur” modern sekarang dasarnya merupakan perluasan dari daftar Lavoisier. Dalam sistem Lavoisier, komposisi kimia
dilukiskan dengan namanya. Untuk pertama kalinya penerimaan suatu sistem kimia yang seragam dijabarkan sehingga
memungkinkan para ahli kimia di seluruh dunia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam hal penemuan‐penemuan
mereka.
Lavoisier merupakan orang pertama yang dengan gamblang mengemukakan prinsip‐prinsip penyimpanan jumlah
reaksi zat kimia tanpa bentuk tertentu: yakni reaksi dapat mengatur kembali elemen yang benar dalam substansi semula
tetapi tak ada hal yang hilang dan pada akhirnya, hasil berada dalam berat yang sama seperti komponen asal. Pernyataan
inilah yang kemudian dikenal sebagai ”Hukum Kekekalan Massa”. Keyakinan Lovoisier tentang pentingnya kecermatan
menimbang bahan kimiawi melibatkan reaksi yang mengubah ilmu kimia menjadi ilmu eksakta dan sekaligus menyiapkan
jalan bagi banyak kemajuan‐kemajuan di bidang kimia pada masa‐masa sesudahnya.
Lavoisier juga memberi sumbangan dalam bidang penyelidikan geologi, dan menyumbangkan pula dalam bobot
yang meyakinkan di bidang fisiologi. Dengan percobaan yang teramat hati‐hati (bekerja sama dengan Laplace), dia
mampu menunjukkan bahwa proses fisiologi mengenai keringatan atau bersimbah peluh pada dasarnya adalah sama
Copy Right @ La Fayn Print 271213 12
Materi Kimia‐X‐MIPA‐SMS‐2: Bab 1. Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana
dengan proses pembakaran lambat. Dengan kata lain, manusia dan binatang mengambil energi dari proses pembakaran
organik yang perlahan dari dalam, menggunakan oksigen dari udara yang hirupnya. Lavoisier adalah sosok yang punya
makna amat penting berkat formulasinya tentang teori kimia sebagai titik tolak tak tergoyahkan bagi sektor pengetahuan
kimia pada jalur yang tepat. Dia umumnya dianggap sebagai “Pendiri ilmu kimia modern”, dan memang dia patut
mendapat julukan itu.
Lavoiser merupakan anggota Ferme Generale, suatu organisasi yang berkecimpung dalam dunia urusan pajak.
Akibatnya, sesudah Revolusi Perancis 1789, pemerintahan revolusioner teramat mencurigainya. Akhirnya dia ditangkap,
bersama‐sama dua puluh tujuh anggota Ferme Generale. Pengadilan revolusi mungkin tidak terlampau teliti, tetapi
proses pemeriksaan berjalan cepat. Pada suatu hari tanggal 8 Mei 1794 kedua puluh tujuh orang itu diadili, dinyatakan
bersalah dan dipenggal kepalanya dengan guillotine. Lavoisier dapat hidup terus dengan istrinya yang cerdas yang
senantiasa membantunya dalam kerja penyelidikan.
Pada saat pengadilan, ada permintaan agar kasus Lavoisier dipisahkan, seraya mengedepankan sejumlah
pengabdian yang sudah dilakukannya untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan. Hakim menolak permintaan dengan
komentar ringkas “Republik tak butuh orang‐orang genius.” Ahli matematika besar Langrange dengan ketus dan tepat
membela temannya: “Memang diperlukan waktu sekejap untuk memenggal sebuah kepala, tetapi tak cukup waktu
seratus tahun untuk menempatkan kepala macam itu pada posisinya semula.”
Sumber:
http://id.wikipedia.org
http://www.googlebottle.com/tokoh‐dunia/antoine‐laurent‐lavoisier‐tokoh‐dunia.html
TOKOH INSPIRATIF
Joseph Louis Proust – Pencetus Hukum Perbandingan Tetap
Joseph Louis Proust, pencetus hukum perbandingan tetap, setelah
serangkaian eksperimen pada tahun 1797 dan 1804. Hal ini telah sering
diamati sejak lama sebelum itu, namun Proust‐lah yang mengumpulkan
bukti‐bukti dari hukum ini dan mengemukakannya. Pada saat Proust
mengemukakan hukum ini, konsep yang jelas mengenai senyawa kimia
belum ada (misalnya bahwa air adalah H2O dsb.). Hukum ini memberikan
kontribusi pada konsep mengenai bagaimana unsur‐unsur membentuk
senyawa. Pada 1803, John Dalton mengemukakan sebuah teori atom, yang
berdasarkan pada hukum perbandingan tetap dan hukum perbandingan
berganda, yang menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur
membentuk senyawa.
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi
untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa
Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).
Stoikiometri didasarkan pada hukum‐hukum dasar kimia, yaitu
hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum
Joseph Louis Proust perbandingan berganda.
Sumber: http://id.wikipedia.org
Sumber:
http://id.wikipedia.org
Copy Right @ La Fayn Print 271213 13