Acara 5 Baru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Keanekaragaman merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan
bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran,
bentuk, tekstur dan lainnya. Pada dasarnya semua makhluk hidup memiliki keanekaragaman.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk
hidup. Keanekaragaman ada yang terjadi secara alami dan ada juga yang terjadi secara
buatan. Keanekaragaman alami merupakan keanekaragaman yang terjadi akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan  ligkungannya . Keanekaragaman  hewan
menunjukkan  berbagai  variasi  dalam bentuk,  struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat
lainnya di suatu daerah. Sedangkan keanekaragaman dari  makhluk  hidup  dapat terlihat
dengan adanya persamaan ciri antar  makhluk  hidup (Putra 1994: 102).
 Insekta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini sering kita
jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik,
belalang,dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam. Karena itu pula
sering juga disebut hexapoda. Insekta dapat hidup diberbagai habitat , yaitu air tawar, laut,
dan daratan. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrate yang dapat terbang.
Insekta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Tubuh insekta dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang biak,
yaitu adanya sepasang antenna, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insekta
memiliki organ perasa yang disebut palpus. Insekta yang memiliki sayap pada segmen kedua
dan ketiga. Bagian abdomen insekta tidak memiliki anggota tubuh (Iskandar 2013: 56).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai
enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang
berarti berkaki enam). Kajian mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga
termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo Di
Indonesia  memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak heran jika beberapa  jumlah
spesies  kelompok  utama makhluk  hidup hanya ditemukan di daerah  atau pulau tertentu.
Dalam dunia entomologi,  pengawetan   serangga   termasuk   kedalam  kegiatan 
koleksi  serangga  atau   insektarium. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh
aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya
kebutuhan sumber makanannya (Anonim 2013: 1).
Di alam, serangga membantu penyerbukan sekitar dua per tiga dari total tanaman
berbunga dan sekitar 400 spesies tanaman pertanian. Serangga yang berperan dalam
penyerbukan tanaman adalah kumbang, lalat, lebah, tawon, gonteng (ordo Hymenoptera),
kupu-kupu dan ngengat. Diantara serangga tersebut, lebah yang memiliki sekitar 20.000
spesies, merupakan agen penyerbuk paling penting. Serangga dapat dijumpai di semua daerah
di atas permukaan bumi. Di darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup
sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia
dan mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah kehidupan sosial
yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan rayap yang hidup di dalam sebuah
koloni (Johnson 1995: 211).
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal untuk semua jenis
tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu meningkatkan produksi buah-
buahan dan biji-bijian. Produksi buah-buahan dan biji-bijian meningkat sebesar 40 % berkat
bantuan serangga dengan kualitas yang sangat bagus. Di Eropa dan Australia berkembang
jasa penyewaan koloni serangga untuk penyerbukan yang melepas kawanan lebah menjelang
tanaman berbuah. Serangga juga berperan sebagai organism perombak (dekomposer) yang
mendegradasi kayu yang tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa
kotoran hewan (Jumar 2000: 112).

1.2         Tujuan

Tujuan percobaan tentang Morfologi dan Reproduksi Serangga ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagian-bagian tubuh serangga secara umum.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Serangga (Insecta), merupakan kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda)


yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari
bahasa Yunani) yang berarti berkaki enam. Kajian mengenai kehidupan serangga disebut
entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insecta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi
menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang),
Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu
dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya
tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena
memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi (Borror
1992: 154).
Keanekaragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta
tahun yang lalu). Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok
serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang. Sayap pada serangga mungkin
pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu
menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang  Pandangan lain menyarankan
bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan
berfungsi sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap
serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang. Salah satu
alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah
kemampuan reproduksinya yang tinggi (Anonim 2013: 1).
Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan
beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan
Hymenoptera. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion. Setelah eclosion,
serangga yang baru ini dapat serupa atau mirip sekali dengan induknya.
Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat
badan, biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya
kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena itu pada setiap tahapan,
serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi
dan seterusnya sampai sempurna (Suin 1997: 132).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk didalam ovum serangga betina.
Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya benar. Oleh karena
iu, dapat dimengerti mengapa serangga cepet berkembang biak. Masa perkembangan
serangga didalam telur dinamakan perkembang embrionik dan setelah serangga ke luar
(menetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca-embrionik. Walaupun serangga
berkembang dari telur, namun tidak semua serangga meletakkan telurnya. Sesungguhnya
reproduksi dapat terjadi dari telur yang tidak mengalami pembuahan (Putra 1994:
91).                            
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa
capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa
kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000
spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan
110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera). Pada Ordo Lepidoptera Ketika fase
larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut
penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan. Ordo Coleoptera memliki tipe
mulut pengunyah dan termasuk herbivora. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada
beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah (Anonim
2013: 1).
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas
toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Hemiptera memiliki
tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian
sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan,
tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari
tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk. Ordo Odonata memiliki tipe mulut
pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan
sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan.
Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan
(Christina 1991: 189).
Ordo Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa
kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya
menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan
daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di
lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran
pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah.
Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk,
selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman. Setiap  serangga  mengalami
proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk  dewasa  yang siap melakukan
reproduksi (Iskandar 1970: 143).
Serangga dapat ditemukan di mana-mana. Cara mengumpulkan serangga pun
bermacam-macam, tergantung pada maksud dan tujuannya. Jika kita bermaksud membuat
daur (siklus) hidupnya, maka kita harus mengumpulkan mulai dari telur, nimfa atau larva,
pupa hingga imago (dewasa). Jika kita bermaksud mengumpulkan serangga terbang , maka
kita harus membawa jaring atau jala udara (butterdly net). Jika kita ingin mendapatkan kupu-
kupu atau mengumpulkan ulat, pupa atau nimfa, maka kita perlu membawa pinset atau
penjepit serta tempat penyimpan sementara yang tertutup rapat. Lain lagi, jika kita ingin
mengumpulkan serangga tanah, maka kita perlu membawa cangkul kecil serta peralatan
bantu lainnya (Johnson 1995: 213).
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama,
sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas  mirip
cacing. Ketiga  bagian tubuh serangga  dewasa  adalah  kepala (caput),  dada (thorax), dan
perut (abdomen). Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya
yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan
wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman,
pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, dan juga penghasil madu (Borror 1992 :
94 ).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1   Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi   ini  dilaksanakan  pada hari kamis tanggal   20 November 2014
pada pukul 09.40 – 11.00 WIB bertempat di Gedung OECF lantai 2 Lab. Agronomi.
3.2   Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum tentang Morfologi dan Reproduksi Serangga ini
adalah belalang dewasa(Ordo : Orthoptera), alkohol/formalin, kertas gambar, pensil, kaca
pembesar.
3.3 Prosedur kerja
1. Gambarlah dari arah lateral tubuh belalang (secara utuh), tunjukan bagian tubuh seperti :
caput, Thorax dan Abdomen pada lembar hasil pengamatan yang ada pada buku paduan.
2. gambarlah secara terpisah :
a) Kepala/caput tunjukkan letak : axilla, mata fecet, ocelli, front, clypeus, gena, occiput,
alat mullut, labrum, labium, mandibula dan maxilla.
b) Thorax, tunjukkan : protarax, mesotharax, dan metatharax.
c) Abdomen : tunjukan ruas abdomen, letak tympanum (kalau ada) dan spiraculum.
d) Tungkai : coxa, femur, tibia, frochanter, tarsus.
e) Gambarlah dari arah darsal, sayap yang dikembangkan, tusuk dengan jarum pentul.
Tunjukan costa, subcosta, radius, media, cubitus dan anal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Belalang adalah serangga. Sehingga tubuhnya dibagi tiga: Kepala, Thorax, dan Perut.
Gambar ini adalah penampakan umum (morfologi) belalang.

Bagian kepala belalang dapat dipelajari pada gambar berikut:

1. Ocellus:
Adalah mata belalang sederhana belalang yang bertugas mendeteksi perbedaan benda
berdasarkan intesitas cahaya
2. Compund Eye:
Adalah mata majemuk. Sebuah mata yang terdiri dari titik-titik mata
3. Antena:
Sungut beruas-ruas di bagian kepala. Di bagian atas mulut. Terdiri dari fungsi-fungsi
sensor seperti menyentuh, membaui, dan kadang digunakan untuk sedikut mendengar.
4. Gena:
Bagian kepala di bawah mata majemuk
5. Frons:
Bagian kepala di bagian depan, diantara mata majemuk dan mulut
6. Clypeus:
Bagian kepala diantara Frons dan Labrum
7. Mandible:
Bagian rahang yang digunakan untuk mengunyah
8. Labium:
Rahang bagian bawah
9. Palps:
Bagian beruas-ruas, perpanjangan dari maxillae dan labium

Meskipun tak bertulang belakang, tetapi tubuhnya tetap keras karena mempunyai kerangka
luar (eksoskeleton).

Belalang tidak mempunyai telinga. Namun demikian belalang masih dapat mendengar
dengan alat pendengar disebut tympanum. Letaknya pada perut dekat sayap. Tympanum
bekerja seperti gendang telinga, yaitu dengan merasakan getaran.

Bagaimana membedakan antara jantan dan betina? Gampang! Pertama perhatikan besar
badannya. Yang betina lebih besar dari pejantan. Kedua, perhatikan bagian belakang
belalang. Pada ini terdapat alat kelamin belalang. Pada jantan
4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan anatomi luar belalang ( Valanga nigricornis ), bahwa terdapat 

Kepala (caput), Antena, Dada (Thorax), Tungkai, Sayap dan Perut (Abdomen).

Belalang (Valanga nigricornis), merupakan hewan yang berciri-ciri antenna pendek,

pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar,

ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan yang jantan.

Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan atau beberapa lainnya berwarnah cerah di

bagian beberapa lainnya (Riordi,  2009 ). 

Berdasarkan pengamatan anatomi luar caput belalang (Valanga nigricornis),  diperoleh

frons, Maxilla, Maxilla, Mata Majemuk, Mata oceli, Antenna, Mandibula dan Labirin.

Berdasarkan pengamatan anatomi luar antena belalang (Valanga nigricornis) diperoleh

Flagelium, Pedisel dan Scape.

Mengenai antena pada serangga, dimana pada umumnya antena serangga terbagi

menjadi 3 ruas utama yaitu scape yang merupakan ruas pertama melekat pada kepala, ruas

kedua disebut dengan pedisel, dan dan ruas ketiga disebut dengan flagellum.  Bentuk dan

ukuran antena pada setiap jenis serangga berbeda beda. Beberapa bentuk antena tersebut

adalah : filiform yaitu bentuknya menyerupai benang dan pada setiap ruas mempunyai ukuran

bentuk silindris yang sama. Sedangkan Adapun fungsi antena pada setiap jenis serangga

sangat beragam, namun pada umumnya fungsi utama dari antena tersebut adalah sebagai alat

peraba dan pencium.  Selain dua fungsi utama antena yang telah disebutkan diatas beberapa

fungsi lain dari antena serangga yang sama pentingnya adalah sebagai alat untuk mengetahui

tempat-tempat makanan (mangsa) (Jumar, 2000).

Berdasarkan pengamatan anatomi luar thoraks belalang (Valanga nigricornis) terdiri

atas 3 bagian prothorakx, Mesothorakx dan Metathorakx.


   Pada dasarnya tiap ruas toraks pada serangga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Prothorax : bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang

tungkai depan. Mesothorax : bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi

sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan. Metathorax : bagian belakang dari thorax

dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap

belakang  (Riordi,  2009 ). 

`  Berdasarkan pengamatan anatomi luar abdomen belalang (Valanga nigricornis)

terdiri atas Membran lateral, Tergum, Serkus, Epiprok, Anus, Paraprok, Spirakel, dan

Sterhum (1-9).

   Abdomen pada serangga primitive tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh

bagian seperti selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga

primitif (belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi

serangga menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya

ruas abdomen. Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota, seperti Thysanura,

memiliki ovipositor yang primitive dimana bentuknya terdiri dari dua pasang embelan yang

terdapat pada bagian bawah ruas abdomen kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya,

terdapat sejumlah serangga yang tidak memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini

menggunakan cara lain untuk meletakkan telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam

ordo Thysanoptera, Mecoptera, Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya

akan menggunakan abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat

memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-telurnya

(Jumar, 2000).
Berdasarkan pengamatan anatomi luar sayap belalang (Valanga nigricornis) terdiri atas

Kosta, Subkosta, Radius, Median, Kubitus, Anal dan Radius

Sayap pada serangga merupakan tonjolan integumen dari bagian mesothorax dan

metathorax.  Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena

menebal/mengeras dan disebut tegmina.  Sayap belakang membranus dan melebar dengan

vena-vena yang teratur.  Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat

dari bahan khitin yang tipis.  Bagian-bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis

tebal disebut sebagai pembuluh sayap atau rangka sayap (Jumar, 2000).

Berdasarkan pengamatan anatomi luar tungkai belalang (Valanga nigricornis) terdiri

atas Koska, Tibia (betis), Tarsus, Arolium, Femur (paha), dan Trokhanter.

Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa) memiliki tungkai pada

bagian toraksnya. Akan tetapi, terdapat serangga muda yang apodous (tidak bertungakai),

seperti pada larva lalat (sering disebut tampayak). Bahkan pada serangga dewasa yang tidak

bertungkai secara jelas,Sejumlah bentuk tungkai serangga yang khas beserta fungsinya

dijelaskan sebagai berikut: Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan

berlari. Misalnya pada lipas (Periplaneta sp.) dan kumbang. Tipe fossorial, adalah tungkai

yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku depan yang keras sekali.

Misalnya tungkai depan orong-orong (Gryllotalpa africana). Tipe saltatorial, adalah tungkai

yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran femur tungkai belakang. Tipe

raptorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa,

ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan. Tipe natatorial, adalah tungkai yang

berfungsi untuk berenang, ditandai dengan bentuk yang pipih serta adanya sekelompok

“rambut-rambut renang” yang panjang. Tipe ambolatorial, adalah tungkai yang berfungsi

untuk berjalan ditandai dengan femur dan tibia yang lebih panjang dari bagian tungaki

lainnya. Tungkai ini merupakan bentuk umum tungkai serangga (Jumar,2000).


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Serangga adalah jenis hama aktifitasnya dapat menimbulkan kerugian baik dalam segi

kualitas maupun kuantitas maupun kuantitas hasil produksi.

2.      Serangga memiliki cara merusak tanaman yang berbeda-beda antara lain yaitu mengisap,

menjilat dan menusuk. 

3.      Serangga memiliki morfologi yang terdiri dari caput (kepala) yaitu mata, mulut, antena, dan

cula serta dada yang terdiri dari kaki dan perut (abdomen)

4.      Struktur tubuh serangga bagian dalam terdiri dari beberapa sitem yaitu system pencernaan,

system saraf, system pernafasan, sistem sirkulasi, dan system reproduksi. 

5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disarankan untuk
pengamatan terhadap serangga
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Keragaman Jenis Serangga. (www.wordpress.com). Diakses pada tanggal 29


November 2013, 10.00 WIB
Anonim. 2013.Keanekaragaman Pada Serangga. (www.blogspot.com). Diakses pada tanggal 29
November 2013, 10.00 WIB
Anonim. 2013. Periode Kemunculan Serangga (www.scribd.com). Diakses pada tanggal 29  
November 2013, 10.00 WIB
Borror, D. et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta:
          UGM  press (hal : ix + 154).
Johnson, Jung. 1995. Binatang Merayap. Gramedia: Jakarta. (hal: viii +
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Lilies, Christina. 1991.  Kunci dterminasi serangga. Yogyakarta. Kanisius. (hal: x+278)
Putra, N.S. 1994. Serangga Disekitar Kita. Yogyakarta. Kanisius (hal : xi + 84 – 85 )
Suin, Muhammad.1997.  Ekologi hewan tanah .   Jakarta : PT  Bumi  Aksara               (hal :  vii + 
143 - 144)
Sunjaya, Iskandar.1970. Dasar - dasar Ekologi Serangga. Bogor : Insitut Teknologi Bandung (hal :
vi + 56-57)

Anda mungkin juga menyukai