Bronkopneumonia Fika
Bronkopneumonia Fika
Bronkopneumonia Fika
Oleh:
KELOMPOK
1.FIKA RAHWANI
2.LIA AMELIA FARMISAH
3.MAYA SARI
4.SITI RAHMAH
5.DEASTRI PUTRI
Oleh:
KELOMPOK
1.FIKA RAHWANI
2.LIA AMELIA FARMISAH
3.MAYA SARI
4.SITI RAHMAH
5.DRASTRI PUTRI
CI Lapangan CI Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa atas
Segala rahmatnya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan
laporan kasus asuhan keperawatan pada An “A” dengan bronkopneumonia di ruang
perawatan anak RSUD Puri Husada Tembilahan.
Laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak,oleh karena itu
pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya kepada :
1. Haryati Astuti,S,SiT.M.Kes Selaku Direktur
2. NS. Dewi Kartika Sari, S.keb Selaku Perseptor Lapangan
3. Ana Verena Puspa Rini, M.K.M Selaku Perseptor Akademik
4. Semua pihak yang telah memberikan dorongan sehingga terwujudnya
laporan ini
Laporan pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat KDK. Dalam
pembuatan laporan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesainya laporan ini. Dimana salah satu tujuan kelompokan laporan
pendahuluan ini agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan mengenai
bronkopnumonia. Kelompok sajikan berdasarkan pengalaman dari lapangan serta
perbandingan dari berbagai sumber.
Kelompok juga mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk kesempurnaan
laporan yang telah kelompok buat ini.
Ketua Kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Ruang Lingkup.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi.................................................................................................5
B. Anatomi Fisologi..................................................................................5
C. Etiologi.................................................................................................7
D. Patofisiologi..........................................................................................8
E. Klasifikasi.............................................................................................11
F. Manifestasi Klinis.................................................................................11
G. Komplikasi............................................................................................12
H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................13
I. Penatalaksanaan....................................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Format Pengkajian................................................................................16
B. SOAP....................................................................................................23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di
sekitarnya. Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena
peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada
bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017). Insiden penyakit
bronkopneumonia pada negara berkembang termasuk Indonesia hampir 30%
terjadi pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang
tinggi (Kemenkes RI, 2015).
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000
hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.
Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan
bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-
penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh
808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi yang
mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta
(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten
(67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan prevalensi di
Kalimantan Timur (29,02%) (Kemenkes RI, 2018).
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami
Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak
efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi
aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit. Apabila tidak segera
ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi seperti empiema, otitis media
akut, atelektasis, emfisema, dan meningitis (Nurarif & Kusuma, 2015).
Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia menimbulkan
manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah
1
satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak
efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Masalah bersihan jalan
nafas ini jika tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah
yang lebih berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa
menimbulkan kematian (PPNI, 2017).
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi,
dan kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup
bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang
sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
secara optimal, professional dan komprehensif, sedangkan pada aspek
rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan pada orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
Banyaknya permasalahan anak dengan bronkopneumonia membuat
perawatan lanjutan di rumah harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menanganinya adalah dengan memberdayakan keluarga
terutama ibu dalam merawat anak ketika kembali ke rumah. Perawatan anak
tidak terlepas dari keterlibatan keluarga terutama orang tua. Oleh karena itu,
perawatan berfokus keluarga menjadi konsep utama perawatan anak selama
hospitalisasi. Keluarga, khususnya ibu, merupakan orang yang paling dekat
dengan anak dan diharapkan mampu merawat anak selama di rumah,
memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah dan menggunakan sumber-
sumber yang tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga (Yuliani et
al, 2016).
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Berdasarkan penjelasan diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada anak A di rungan perawatan anak dengan
memahami konsep bronkopneumonia.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia maka kelompok diharapkan dapat :
1. Mampu melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dasar
yang diperlukan asuhamn keperawatan yang di berikan kepada pasien
anak A dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Mampu menginterpasikan data untuk mengidentifikasi dignosis masalah
pada pelakasanaan asuhan keperawatan pada pasien anak A dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP .
3. Mampu melakukan kebutuhan terhadap tindakan segera pada pelaksaan
asuhan keperawatan pada pasien anak A dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
4. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan secara menyeluruh dengan
tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-
langkah sebelumnya pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
anak A dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
5. Mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada pasien anak A
dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
6. Mampu mengavaluasi hasil asuhan pada pelaksaan asuhan keperawatan
pada pasien anak A dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP
7. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori yang sudah di perolah
dengan kasus nyata dilapamngan termasuk faktor pendukukung dan
penghambat kasus yang ditangani pada pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien anak A dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
3
C. Ruang Lingkup
Ada pun ruang lingkup dari pembuatan makalah ini kelompok melakukan
pendataan,pengkajian dan pemberian asuhan keperawatan serta mengevaluasi
kepada pasien An ”A“ umur 1 thn dilaksanakan diruang perawatan anak di
rumah RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2020.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk
menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan
paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia
lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,
2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga
disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan
dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur
menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung
& Bengkulu, 2017).
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi
menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-
paru.
1. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,
menghangatkan, dan melembapkan udara yang terhirup.
Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai berikut :
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Sumber : (Syaifuddin, 2016)
5
Gambar 2.2
Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas
Sumber : (Syaifuddin, 2016)
a. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk
dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan
alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars
horizontal osis palatum.
b. Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak
lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.
c. Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
6
2. Saluran pernapasan bagian bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan
udara dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai
berikut:
a. Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang
kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun
atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa
cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea
yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan
lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang memiliki
tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.
3. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru
terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh
pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus
dan paru kiri dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru
kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak disebut
apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori, serta
7
berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida
yang dinamakan alveolus.
C. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia
diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan
kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan
jamur, antara lain :
4. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
5. Virus : Legionella Pneumoniae
6. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
7. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam
paru
8. Terjadi karena kongesti paru yang lama
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi
untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau
pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
8
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung &
Bengkulu, 2017)
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk
melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran
pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan
mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme
ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di
nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat
lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat
melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba
di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu (Bradley, 2011):
9
9. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang
terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
10. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
11. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat
ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
12. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.
10
PATHWAY
11
E. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai
berikut :
13. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
interstitialis, bronkopneumonia
14. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia
yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).
15. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,
pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur
16. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan
pneumonia atipikal
17. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten
F. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara
mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi. Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan
cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
18. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan
mulut, retraksi sela iga.
19. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
12
20. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.
21. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras)
disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang..
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai
adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi
satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup
dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses
penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung &
Bengkulu, 2017)
G. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan
orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar
Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin
terjadi, termasuk :
22. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi
organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan
organ.
23. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-
paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi
kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.
24. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar
paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya
dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,
efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk
13
membantu mengeluarkan cairan.
25. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga
tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan
fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat
menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti bernapas
sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus menerima
bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan
diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
26. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
e. Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba
27. Pemeriksaan radiologi
a. Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat
14
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia yaitu:
28. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol
50- 70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki
spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai
bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat
dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)
29. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi
cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien
adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi
(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian
paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta
untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
30. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini
dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang
dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk
mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme
akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis
beta- 2 adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus.
Salbutamol menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell
9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan
dari bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah
penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 18 Juli 2022 jam 15:20 WIB Ruang Strawberry
3.1 Perawatan Anak RSUD Puri Husada Tembilahan. Pengkajian didapat melalui
wawancara dengan pasien dan melalui data status pasien.
1. Identitas Pasien
Nama : A
Umur : 1
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Datuk
Bandar Tembilahan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Batuk lebih kurang 2 bulan lalu, demam 1 minggu di rumah hilang timbul,
kemudian sesak nafas
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita
-Tidak ada riwayat penyakit kronis yang pernah di derita
c. Usia ibu saat hamil : 30 tahun
-gravida ke :2
-tipe persalinan : normal
- BB lahir : 3200 gram
-panjang badan : 48 cm
-Riwayat imunisasi : tidak lengkap
3. Pemeriksaan Fisik
a. TTV :
TD : -
RR : 46 x /menit
N : 108 x /menit
S : 39.7° C
16
Kesadaran : alert
•Kepala : normal
- Lingkar kepala: 44 cm
•Mata
- Sklera : Normal
- Konjungtiva : Normal
•Paru Paru
- Bentuk Dada : Simetris
- Severe/Batuk : Ada
- Nafas Cuping Hidung : Ya
- Retraksi Otot Bantu Nafas : Ya
•Pola Nafas
- Irama : Teratur
- Suara Nafas : Vesikuler, Ronkhi
- Jenis : Dyspone (Sesak Nafas/Nafas Pendek
- Capillary Refill Time : <2detik
- Akral : Hangat
• Abdomen
Nyeri tekan
- Bising usus: Kuat
Eliminasi
- Frekuensi BAB 1x/hari
- Frekuensi BAK 4/6x/hari
- Integumen
Suhu Kulit : Hangat
Turgor : Elastis
Ruang popok : Tidak
4. Pengkajian Umum
● Sensorik
Penglihatan : Normal
Penciuman : Normal
17
Pendengaran : Normal
● Kognitif
Orientasi penuh : Normal
● Motorik
Aktivitas sehari-hari : Bantuan orang tua atau orang lain
Berjalan : -
PSIKOLOGIS SOSIAL SPIRITUAL
● Status Psikologis : Tenang
● Pasien tinggal di : Rumah Orang Tua
● Status sosial : Hubungan pasien dengan keluarga: Baik
● Spiritual : Apakah memerlukan pelayanan / bimbingan rohani selama
dirawat : Ya
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan nafas
- Hipertermi
-
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
18
a. Cor Tidak Membesar
b. Sinuses dan Diafragma Normal
c. Pulmo :
- Hili sebagian normal
- Corakan bronkovaskuler normal
- Tampak di medial lapang paru kanan
2. Pemeriksaan Labor
Imunologi : CRP (-)
Mikrobiologi : Rapid Tes Anti Gen Covid (-)
19
LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 11.3
Lekosit 11.0
Hemtokrit 33.7
Trombosit 244
Tritrosit 4.57
MCV L 73.7
MCH L 24.7
MCHC 33.5
RDW-SD 44.7
RDW-CV H 16.7
PDW 9.6
MPV 9.3
P-LCR 19.3
PCT 0.23
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 94
3. Pemeriksaan Labor
Imunologi : CRP (-)
Mikrobiologi : Rapid Tes Anti Gen Covid (-)
20
Therapy :
21
PENDOKUMENTASIAN SOAP
A:
22
- bersihan Jalan nafas menurun
- termoregulasi Memburuk
P:
- Manajemen jalan nafas
- Terapi oksigen
- Manajemen Hipertermi
Pagi minggu S : - ● Pantau ttv
17.07.2022 O: ● Beri anak minum air
13.15 WIB kesadaran alert hangat
- Nadi : 120×/menit ● Lakukan Clapping dada
- RR : 36×/menit dan punggung jika anak
- Suhu : 36°c batuk
- Rongki ada
- Batuk tidak efektif
- Anak tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
A:
- bersihan jalan nafas menurun
- Termogulasi Membaik
P:
- manajemen jalan napas,
- manajemen hipertermi
dihentikan
- therapy oksigen dihentikan
Siang S: -
minggu O: ● Pantau ttv
23
- Suhu : 36°c dan punggung jika anak
- Spo²:99℅ batuk
- Rongki ada ● berikan nebulizer
24
Pagi senin S: - ● Pantau ttv
18.07.2022 O: ● Beri anak minum air
13.35 WIB kesadaran alert hangat
- Nadi : 108×/menit ● Lakukan Clapping Dada
- Suhu : 37,1°c dan punggung jika anak
- Pernapasan : 34×/menit batuk
- Rongki berkurang
- Sputum berkurang
- Batuk tidak efektif
A:kebersihan jalan napas sedang
P: manajemen jalan napas
Malam senin S: -
06.45wib O: kesadaran alert ● Pantau TTV
25
S: - ● Pantau TTV
Pagi selasa O: ● Beri anak minum air
19.07.202 Kesadaran alet hangat
2 - Nadi : 118x/menit ● lakukan Clapping Dada
13.10 WIB - Suhu : 36,8°c dan punggung jika anak
- Pernapasan : 37x/menit batuk
- Spo²:99%
- Rongki berkurang
- Sputum berkurang
A:
Bersihan jalan napas sedang
P:
Manajemen jalan napas
- Spo²:99%
- Rongki berkurang
- Sputum berkurang
A:bersihan jalan napas sedang
P:manajemen jalan napas
26
Malam S. -
selasa O: pantau ttv
6.15 WIB Kesadaran alert Beri anak minum air
- Nadi : 115x/menit hangat
- Suhu : 36,7 °c Lakukan Clapping Dada
- Pernapasan : 36x/menit dan punggung jika anak
- Spo²:99% batuk
- Rongki berkurang
- Sputum berkurang
A:
Bersihan jalan nafas membaik
P:
Manajemen jalan napas
27
Tabel IMPLEMENTASI Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 1 tahun dengan
Bronkopneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan :
TANGGAL/ IMPLEMENTASI PARAF
JAM
Sabtu
malam, 16
Juli 2022 Aplusan dengan dinas sore
20:30 Membina hubungan baik antara mahasiswa dan pasien,hubungan baik telah terbina
21:15 Melakukan informet consent
Memberikan oksigen masa kanula 1 Lpm
21:20 Menginjeksikan Ceftriaxone 380mg
21:30 Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
22:00 Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
23:00 Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
23:30 Auksultasi suara nafas
23:40 Lakukan Claping dada dan punggung jika anak batuk
23:50 beri anak minum air hangat
23:55 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
24:00 Melakukan TTV
06:15 Menginjeksikan Paracetamol 80mg intra vena
06:20 Mengompres anak
06:30 Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
06:35 Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
07:00 Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
07:05 Aplusan dengan dinas pagi
07:10
07:30
Pagi minggu
17 juli 2022
07:30
Aplusan dengan dinas malam
08:00
Merapikan tempat tidur
10:00
Menginjeksikan Ceftriaxone 380mg intra vena
10:30
Lakukan Claping dada dan punggung jika anak batuk
10:40
Beri anak minum air hangat
11:00
Mengkaji ulang keadaan umum pasien
11:05
Melakukan TTV
12:00
Memberikan obat oral Ceftrizin syr 1x1,5cc
13:00
Memberikan Vitamin A
13:30
Aplusan dengan dinas sore
Minggu sore
17 juli 2022
13:30
Aplusan dengan dinas pagi
14::00
Melakukan perawatan infus D5 ¹/² 10Tpm
15:00
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
15:05
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
15:10
Memberikan obat oral amboroxol syr 3x2, 5cc
15:15
28
17:00 Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
17:05 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
19:00 Melakukan TTV
19:10 Berikan minum air hangat
20:30 Lakukan Clapping dada dan punggung jika anak batuk
Aplusan dengan dinas Malam
Minggu
malam
17 juli 2022
Aplusan dengan dinas sore
20:30
Menginjeksikan Ceftriaxone 380mg intra vena
22:00
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
23:00
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
23:05
Memberikan obat orang Ambroxol syr 3x2,5cc
23:10
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
23:15
Mengkaji ulang keadaan umum pasien
06:10
Melakukan TTV
06:15
Clapping dada dan punggung jika anak batuk
06:25
Beri minum air hangt
06:30
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
07:00
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
07:05
Memberikan obat orang Ambroxol syr 3x2, 5cc
07:10
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
07:15
Aplusan dengan dinas pagi
07:30
Pagi senin
18 juli 2022
07:30 Aplusan dengan dinas malam
08:00 merapikan tampat tidur
10:00 Menginjeksi ceftriaxone 380mg/8jam
10:30 Claping dada dan punggung jika anak batuk
10:40 Beri anak minum air hangat
11:00 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
11:05 Melakukan TTV
12:00 Memberikan Obat oral Cetrizin syr 1x, 5cc
13:00 Memberikan Vitamin A
13:30 Aplusan dengan dinas sore
Sore senin
18 juli 2022 Aplusan dengan dinas Pagi
13:30 Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
15:00 Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg
15:05 Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
15:10 Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
15:15 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
29
17:00 Melakukan TTV
17:05 Beri minum air hangat
19:00 Lakukan Clapping dada dan punggung jika anak batuk
19:10 Aplusan dengan dinas malam
08:30
Malam senin
18 juli 2022
08:30
Aplusan dengan dinas sore
22:00
Menginjeksikan Ceftriaxone 380mg intra vena
23:00
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
23:05
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg
23:10
Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
23:15
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
06:10
Mengkaji ulang keadaan umum pasien
06:15
Melakukan TTV
06:25
Beri minum air hangat
06:30
Lakukan Clapping dada jika anak batuk
07:00
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
07:05
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
07:10
Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
07:15
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
07:30
Aplusan dengan dinas pagi
Pagi selasa
19 juli 2022
07:30 Aplusan dengan dinas malam
08:00 Merapikan tempat tidur pasien
10:00 Injeksi ceftriaxone 380mg/8jam
10:30 Lakukan Claping dada dan punggung jika anak batuk
10:40 Beri anak minum air hangat
11:00 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
11:05 Melakukan TTV
12:00 Memberikan obat oral Ceftrizin syr 1x1, 5cc
13:00 Memberikan vitamin A
13:30 Aplusan dengan dinas sore
Sore selasa
19 juli 2022
13:30 Aplusan dengan dinas pagi
15:00 Menginjeksikan Injeksi ampicilin 380mg intra vena
15:05 Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
15:10 Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
15:15 Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
17:00 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
17:05 Melakukan TTV
19:00 Beri minum air hangat
30
19:10 Lakukan Clapping dada dan punggung jika anak batuk
20:30 Aplusan dengan dinas malam
Malam
selasa
19 juli 2022
Aplusan dengan dinas sore
20:30
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
23:00
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
23:05
Memberikan obat oral Ambroxol syr 3x2, 5cc
23:10
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
23:15
Mengkaji ulang keadaan umum pasien
06:10
Melakukan TTV
06:15
Lakukan Claping dada dan punggung jika anak batuk
06:25
Beri mium air hangat
06:30
Menginjeksikan Ampicilin 380mg intra vena
07:00
Menginjeksikan dexamethasone 2,5mg intra vena
07:05
Membrikan obat oral Ambroxol syr 3x2,5cc
07:10
Memberikan Nebulizer ventolin 1cc+Nacl 0,9%
07:15
Aplusan dengan dinas pagi
07:30
Pagi rabu
20 juli 2022
07:30 Aplusan dengan dinas malam
08:00 Merapikan tempat tidur pasien
10:00 Menginjeksikan Ceftriaxone 380mg intra vena
10:30 Melepaskan infus
11:00 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
11:05 Melakukan TTV
13:20 Menjelaskan obat pulang
13:30 Memberikan obat pulang
13:40 Edukasi kesehatan
14:00 Pasien dipulangkan
31
No. MR : 38.56
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama Pasien : An. A
Tanggal Lahir :03-07-2021 Umur : 1 thn
TANGGAL/JAM DIAGNOSIS KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSIAlamat : Jln. Datuk Bandar PARAF
Managemen hipertermia observasi 2.Regulasi temperatur observasi 1. edukasi dehidrasi observasi 2.Edukasi Pengukuran Suhu
monitor suhu bayi sampai stabil (36,5 C - 37,5C)
identifikasi
penyebab hipertermia(mis, identifikasi kemampuan pasien dan Tubuh Observasi
monitor suhu anak tiap 2 jam, jika perlu
dehidrasi,terpapar lingkungan keluarga menerima infomasi
panas,penggunaan inkubator
monitor tekanan darah,frekuensi,pernafasan dan nadi
monitor suhu dan warna kulit Terapeutik
identifikasi kesiapan dan
monitor suhu tubuh monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau persiapan materi,media, alat, dan kemampuan menerima informasi
monitor kadar elektrolit hipertermia
Terapeutik
formulir balans cairan Terapeutik
monitor haluaran urine pasang alat pemantau suhu, jika perlu tentukan waktu yang tepat untuk sediakan materi dan media
monitor
komplikasi akibat hipertermia tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang kuat memberikan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan sesuai
Terapeutik bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan sesuai kesepakatan dengan pasien dan
sediakan lingkungan yang dingin panas
keluarga
kesepakatan
longgarkan
atau lepaskan pakaian
masukkan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah
lahir(polyethylene,polyurethane) berikan kesempatan pasien dan berikan kesempata untuk
basahi dan kipasi permukaan kulit gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada keluarga bertanya bertanya
berikan
cairan oral bayi baru lahir
tempatkan bayi baru lahir dibawah radiant warmer
Edukasi dokumentasikan hasil
ganti linen setiap hari atau lebih sering pertahankan kelembapan inkubator 50% atau lebih untuk
Jelaskan tanda dan gejala dehidrasi pengukuran suhu
jika mengalami hiperhidrosis(keringat anjurkan tidak hanya minum air
berlebih)
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi.
hangatkan terlebih dahulu barang-barang yang akan kontak saat haus, jika sedang berolahraga
Edukasi
Lakukan pendinginan eksternal (misal dengan bayi atau beraktivitas berat jelaskan pengukuran suhu tubuh
selimut hipotermia atau kompres dingin hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau di area
lingkungan pendingin ruangan atau kipas angin
anjurkan memperbanyak minum anjurkan terus memegang bahu
pada dahi, leher, dada,abdomen,aksila gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat anjurkan memperbanyak dan menahan dada saat pengukuran
hindari pemberian aspirin dan penghangat ruangan untuk menaikan suhu tubuh, jika mengkonsumsi buah yang suhu
þberikan oksigen jika perlu perlu mengandung banyak air(mis,
gunakan kasur pendingin, water circulating blankets,ice ajarkan cara meletakkan ujung
Edukasi semangka dan pepaya)
ajarkan
tirah baring
pack atau gel pad dan intra vascular
cooling catheterization untuk menurunkan suhu tubuh ajarkan cara pemberian oralit, jika termometer dibawah lidah atau
Kolaborasi sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien perlu dibagian tengah aksila
kolaborasi
pemberian cairan dan elektrolit Edukasi
jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan head stroke
ajarkan cara menilai status ajarkan cara membaca hasil
intravena, jika perlu Jelaskan cara pencegahan hiportermi karena terpapar udara dehidrasi berdasarkan warna urin termometer raksa dan atau elektrolit
dingin
demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK)
untuk bayi BBLR
Kolaborasi
kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
No. MR : 38.56
Nama Pasien : An. A
Tanggal Lahir :03-07-2021 Umur : 1 thn
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Alamat : Jln. Datuk Bandar
TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI PARAF
1. Latihan Batuk Efektif 2.Manajemen jalan nafas 1. Pengaturan Posisi 2.manajemen jalan nafas buatan
Observasi Observasi Observasi Observasi
identifikasi kemampuan batuk monitor status oksigenasi sebelum
monitor adanya retensi sputum
monitor pola nafas dan sesudah mengubah posisi
monitor posisi selang ETT
monitor tanda/gejala infeksi saluran nafas (frekuensi,kedalam,usaha nafas) Terapeutik monitor tekanan balon ETT setiap 4-8
monitor bunyi nafas tambahan jam
monitor input dan output cairan atur posisi untuk mengurangi sesak
Terapeutik monitor
sputum tinggikan tempat tidur bagian Terapeutik
atur posisi semi fowler Terapeutik kepala pasang OPA untuk mencegah
pasang perlak dan bengkok dipangkuan pertahankan kepatenan jalan nafas Edukasi ETT tergigit
pasien dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust informasikan saat akan dilakukan cegah ETT terlipat
buang sekret pada tempat sputum perubahan posisi ganti fiksasi ETT setiap 24 jam
Edukasi
jika curiga trauma servikal) ajarkan cara menggunakan postur
posisikan semi fowler ubah posisi ETT secara bergantian (kiri
jelaskan tujuan dan prosedur batuk efktif yang baik dan mekanika tubuh yang dan Kanan) setiap 24 jam
berikan
minuman hangat
anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung baik selama melakukan perubahan lakukan perawatan mulut
lakukan
fisioterapi dada, jika perlu
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, posisi Edukasi
lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir Kolaborasi
dibulatkan selama 8 detik
detik
kolaborasi pemberian premedikasi
jelaskan pasien dan/ keluarga
Kolaborasi
lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
sebelum mengubah posisi, jika perlu tujuan dan prosedur pemasangan
endoktrakeal
jalan nafas buatan
kolaborasi pemberian mukolitik atau
keluarkan benda padat dengan forcep McGill
ekspektoran, jika perlu
Berikan Oksigen jika perlu
Kolaborasi
kolaborasi intubasu ulang jika terbentuk
Edukasi mucous plug ang tidak dapat dilakukan
anjurkan
asupan cairan penghisapan
2000ml/hari,jika tidak kontraindikasi
ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An.
A selama tiga hari dan melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis
maupun secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
31
Daerah Puri Husada Tembilahan.
B. Saran
1. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang tenaga kesehatan,
diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan keterampilan dan
kemampuannya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional.
2. Tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan harus sesuai
kewenangannya. Oleh karena itu manajemen asuhan kebidanan merupakan
alat yang membantu seorang bidan untuk memecahkan masalah klien
dalam berbagai situasi.
3. Sebagai tenaga kesehatan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang
baik antara petugas professional lain (dokter, perawat dan sesama bidan)
untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan.
32
DAFTAR PUSTAKA