POA Gizi Tahun 2017
POA Gizi Tahun 2017
POA Gizi Tahun 2017
PENDAHULUAN
b. Misi
Misi dari program gizi untuk mencapi visi tersebut di atas yaitu:
Keadaan gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi dan pada
akhirnya menimbulkan masalah gizi. Sampai saat ini ada 4 masalah gizi utama
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yaitu kurang energi protein ( KEP ),
anemia gizi besi, kurang vitamin A (KVA), dan gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY).
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi
makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan dengan kebutuhan.
A. Keadaan Umum
2. DEMOGRAFI
Luas Jumlah
Jumlah
No Desa Wilayah Kepala
Penduduk
(Km2) Keluarga
343 111
1 Rejo Katon
88,6 4 5
412 123
2 Rama Puja
122,5 3 1
160 46
3 Restu Rahayu
102,2 6 8
4 Rantau Fajar 3486 1041
87,0
320 100
5 Raman Fajar
100,3 5 0
12368 4855
500,6
Sumber: data Kecamatan Raman Utara Agustus 2016
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun 2016
2 Persentase pendidikan
tertinggi yang ditamatkan:
E. Sekolah menengah 17 15 32
kejuruan
F. Diploma I/diploma II 7 4 11
G. Akademi/diploma III 22 19 41
H. Universitas/diploma IV 14 13 12
I. S2/S3 (master/doktor) 0 0 0
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun 2016
petani
buruh
belum bekerja
pelajar
swasta
pns/tni/polri/bumn
wiraswasta
lainnya
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun
2016
Tabel 2.7. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2005-2015
Indikator Kemiskinan
1) Persentase ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan sebesar 95%
2) Persentase ibu hamil yang mendapatkan 90 TTD selama masa kehamilan
sebesar 98%
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar
50%
4) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%
5) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 90%
6) Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 30%
2. SasaranKelompok
Sasaran Kelompok prioritas adalah kelompok rentan dan usia produktif
yaitu: bayi, balita, Ibu hamil,Ibu menyusui dan Remaja Putri
Tabel.3.1 Sasaran Program Gizi Tahun 2017
4 Bumil 301
6 Bufas 288
Indikator dan target program Gizi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini:
Tabel. 3.2 Target Program Gizi
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
NO TARGET KET
(OUTCOME)
1 Presentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat
Perawatan. 100%
2 Presentase Balita yang ditimbang berat badannya D/S. 79,12%
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang Recall
70%
mendapat ASI eksklusif. 24jam
40% 6 bln
4 Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
98,82%
beriodium
5 Presentase Balita 6-59 bln mendapat Kapsul Vit.A 87,04%
6 Persentase Ibu Hamil mendapat tablet tambah darah
(TTD) 90 tablet Fe3 selama masa kehamilan 90%
Pencapaian
No Indikator Target
Tahun 2017
1 Presentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat
100% 0%
Perawatan
2 Presentase Balita yang ditimbang berat badannya D/S 79,12% 75,04 %
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang 70% 39,79 %
mendapat ASI eksklusif 40% 40 %
4 Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
98,82% 100 %
beriodium
5
Presentase Balita 6-59 bln mendapat Kapsul Vit.A 87,04% 91,05 %
Anak balita (bawah lima Tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 Tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
4.1 Etiologi
Banyakfaktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut
UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi
buruk pada balita, yaitu
a) Keluarga miskin;
b) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak;
c) Faktorpenyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluranpernapasan dan diare.
Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu
protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut
akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang
gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu.
Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Dari jumlah balita gizi kurang dan BGM yang ada di Tahun 2017,sudah
mendapatkan penanganan dari Puskesmas maupun dari bidan desa setempat
yaitu dengan dengan memberikan PMT, konseling, dan emotivasi kepada
keluarga balita gizi kurang dan BGM serta pemantauan yang dilakukan oleh
petugas gizi dipuskesmas.
60 60
50
40
30
20
10
0
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
C. ASI Eksklusif
1. Definisi Operasional
a. Bayi umur 0-6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai
5 bulan 29 hari;
b. Bayi umur 6 bulan adalah seluruh bayi yang mencapai umur 5 bulan
29 hari;
c. Bayi mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan adalah bayi 0-6 bulan yang
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin,
dan mineral berdasarkan recall 24 jam;
d. Bayi umur 0-6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah jumlah
seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat
pada register pencatatan pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan di
suatu wilayah pada periode tertentu;
e. Persentase bayi umur 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah
proporsi bayi mendapat ASI E ksklusif 0-6 bulan terhadap jumlah
seluruh bayi umur 0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/Buku KIA/KMS di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%;
51 50
50
40 40 40 40 40 40 40 40 39.79
40
30 29
20
10
0
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
Dari grafik.4.8 diatas dapat kita lihat Persentase Asi Eksklusif di Tahun
2017. Persentase Asi Eksklusif Tahun 2017 yang besarnya 39.79 % belum
mencapai target SPM yang besarnya 40%, hal ini perlu adanya upaya tindak lanjut
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
beriodium sesuai target.
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium, yang
dibutuhkan tubuh untuk membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan.
Garam beryodium dapat mencegah Gangguan Akibat Kurang Yodium
( GAKY).Yang ditunjukkan dengan tanda–tanda adanya pembesaran kelenjar
99.8
99.6
99.4
99.2
99
98.82 98.82 98.82 98.82 98.82 98.82
98.8
98.6
98.4
98.2
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Cakupan
Grafik.4.10
Persentase Balitausia 6-59 bulan yang Mendapat kapsul vitamin A
Puskesmas Rejo Katon 2017
98
96
96
94
94
92 91.5
91 91
90
87.8
88 87.4 87.4 87.4 87.4 87.4 87.4
86
84
82
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Traget Capaian
98
96
94
92
90 90 90 90 90 90
90
88
86
84
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Traget Capaian
120
100
100
80
60 50 50 50 50 50 50
40
40 29 31.7
20
0 0
0
Rejo katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
Grafik4.13
Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon
Tahun 2017
80
60
40 40 40 40 40 40
40
20
0
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase Remaja puteri mendapat dan mengkonsumsi
TTD sesuai target.
90
80
70
60
50 Target
40 Cakupan
30
20
10
0
Rejo Katon Rama Puja Restu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Rahayu
Dari grafik.4.14 di atas, persentase remaja putri yang mendapat tablet tambah
darah di wilayah kerja Puskesmas Raawat Inap rejo katon pada Tahun 2017 yaitu
mencapai 83 % , sudah mencapai target Indikator Program Perbaikan Gizi sebesar
20 %. Tablet Tambah Darah yang diberikan kurang dari 48 butir, sehingga belum
sesuai dengan DO, hal ini disebabkan karena keterbatasan persediaan tablet tambah
darah yang ada di Kabupaten Lampung Timur.
Pemberian tablet tambah darah masih dilakukan di lingkungan sekolah SMP dan
SMA bagi remaja putri kelas I,2 dan 3.
Pemberian Vitamin A pada ibu nifas selain untuk mencegah kebutaan juga
akan meningkatkan kualitas ASI sehingga meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah bersalin.
Manfaat vitamin A bagi ibu nifas :
1. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI)
2. Bayi yang menyusu ASI yang mengandung cukup vitamin A akan lebih
kebal dan jarang terkena penyakit infeksi
3. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
Mengapa ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A :
1. Karena bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah
105
100
100
95 95 95
95 94
93
90
87.04 87.04 87.04 87.04 87.04 87.04
85
80
Rejo Katon Rama Puja Restu Rahayu Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
sesuai dengan target.IMD adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi)
menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi menempel di
dada ibu. Bayi dibiarkan merayap aktif mencari puting payudara ibu dan
berusaha untuk merangsang produksi ASI. Proses ini berlangsung selama 30
menit sampai 60 menit, bahkan lebih.
Namun ada alasan lain tidak dilakukan IMD karena ibu mengalami
pendarahan pascapersalinan. Ibu harus diberi tindakan, sementara jumlah tenaga
kesehatan tidak memadai.
Terdapat 7 kontak plus antara petugas kesehatan dengan ibu dan bayi dalam
pelayanan kesehatan untuk mempertahankan kegiatan menyusui. Kontak pertama
dan kedua adalah pada saat ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya pada
saat Antenatal Care (K1 dan K4). Pada kesempatan ini ibu diberi informasi tentang
manfaat ASI dan pentingnya melakukan IMD. Selanjutnya dilakukan kontak saat
persalinan dan pasca salin (postnatal) sampai bayi usia 2 bulan atau lebih.
Persentase Bayi Baru Lahir yang mendapat IMD di Puskesmas Rawat Inap
Rejo Katon dapat di lihat pada grafik.4.16 :
Grafik.4.16
Persentase Bayi Baru Lahir yang Mendapat IMD
Puskesmas Rejo Katon Tahun 2017
50
40 39
30
20
10
0
cakupan bayi yang mendapat IMD di wilayah Puskesmas Rejo Katon
Target Capaian
Dari grafik.4.16 di atas, persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD di wilayah
Kerja Puskesmas rawat Inap Rejo Katon pada Tahun 2017 yaitu mencapai 61,54 %
sudah mencapai target Indikator Program Perbaikan Gizi sebesar 39 %.
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai
dengan target.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin
prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Pada Tahun 1961,
WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
A. Etiologi
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
a. Faktor Ibu
1. Hipertensi;
2. Perokok;
3. Gizi buruk;
4. Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya;
5. Pendarahan antepartum;
6. Malnutrisi;
7. Hidraminon;
8. Umur ibu kurang dari 20 Tahun atau lebih dari 35 Tahun;
9. Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat;
10. Infeksi dan trauma.
b. Faktor Janin
1. Kehamilan ganda;
2. Kelainan kromosom;
3. Cacat bawaan;
4. Infeksi dalam kandungan;
5. Hidramnion;
6. Ketuban pecah dini.
C. Gambaran klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur
kehamilan. Makin muda umur kehamilan mangkin jelas tanda-tanda
immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat badan lahir sama
dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit
tipis, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus,
tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif, daya isap lemah, kulit
mengkilatdan licin (Winkjosastro, 2006).
D. Diagnosis
Menurut Mochtar (1998), diagnosis BBLR yaitu:
a. Sebelum Bayi Lahir
E. Komplikasi
Alat tubuh bayi lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Dalam
hubungan ini sebagian besar kehamilan perinatal terdapat bayi-bayi BBLR
(Prawirohardjo,2006).
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera
ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran
bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi
(Saifuddin,2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
1. Hipotermia;
2. Hipoglikemia;
3. Gangguan cairan dan elektrolit;
4. Hiperbilirubinemia;
5. Sindraoma gawat nafas;
6. Paten duktus arteriosus;
7. Infeksi;
8. Pendarahan intraventrikuler.
Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan;
2. Gangguan pertumbuhan;
F. Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi
angka kematian), afiksia/iskemia otok, sindroma gangguan pernapasan,
perdarahan interaventrikuler, displasia bronkopulmonia, retrolental fibroplasias,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilubinemia) kadaan
sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan,
persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan,
mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, dll) (Winkjosaatro, 2006).
G. Pencegahan
Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat
badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:
H. Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2006).
a. Mempertahankan Suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat
badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu
inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi,
karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu bayi prematur harus
dirawat di dalam indikator sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C
dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator
tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol
yang berisi air panas, sehingga panas badanya dapat dipertahankan.
(Muhammad, 2008).
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi
dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi
dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5
hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka
pemberian air susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di
samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari),
agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar
lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram
diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya,
bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro,
2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) reflek menelan belum sempurna oleh
sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cepat (Sarwono, 2006).
Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 5 gram/kg/BB, dan
kalori 110 kal/kg/BB. Sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minuman bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi lebih sering.
Pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan
beratnya. Minuman utama dan pertama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah
tidak diragukan lagi keutungan atau kelebihanya. Disarankan Bayi menyusu ASI
ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang cocok untuknya,
karena didalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serta elektrolit
minimal, Refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah,
untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau
bila sangat terpaksa dengan pipa lambung.
Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan
karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan
ikterus atau bayi kuning (Badriul, 2009). Berat badan rata-rata 2500-4000 gram
kurang dari 2500 gram menunjukan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi
harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum
dengan tetes ASI/sonde karena reflek menelan BBLR belum sempurna,
kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg BB/ hari. (Muhammad,
2008).
d. Mencegah Infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan
demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
Grafik.4.17
Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Puskesmas SukaRawat Inap Rejo Katon
10
9
9
4
2.98
3
0
Capaian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon
Target Capaian
Grafik.4.18
Persentase Balita Mempunyai Buku KIA/KMS
Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon Tahun 2017
100
80
60 Target
Capaian
40
20
0
Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja Rantau Fajar raman Fajar Puskesmas
Grafik.4.19
Persentase Balita Ditimbang Yang Naik Berat Badannya (N)
Puskesmas Rawat Inap Rejo katon Tahun 2017
94 93
92
92 91
90 89.24
88
86
86
84 83 83 83 83 83 83 83
82
80
78
Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
4. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya
sesuai dengan target.
Grafik.4.19
Persentase Balita Ditimbang Yang Tidak Naik Berat Badannya (T)
Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon Tahun 2017
8 7.6
7.2
7 6.8 6.73
6
6
5.2
5
4
3
2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2
2
1
0
Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
P. Persentase Balita Ditimbang yang Tidak Naik Berat Badannya dua kali
berturut ( 2T )
6. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya
dua kali berturut-turut sesuai denagn target.
7. Persentase balita 2T
Persentase balita 2T Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon sebesar 0,72 % sudah
mencapai target yang tetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lapung Timur
Grafik.4.20
Persentase Balita 2T
Puskesmas Rawat Inap Rejo katon Tahun 2017
4
3 3 3 3 3 3
3
2
1
1 0.8
0.4 0.5
0
0
Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja Rantau Fajar Raman Fajar Puskesmas
Target Capaian
1 1 1 1 1 1
1
0.8 0.78
0.6
0.45 0.45 0.46 0.45
0.4
0.2
0
0
Rejo Katon Restu Rahayu Rama Puja Rantau Fajar Raman Fajar Pusskesmas
Target Capaian
Dari grafik.4.21 diatas jumlah balita yang berada di bawah garis merah pada
KMS di Tahun 2017 berdasarkan laporan yaitu sebesar 0,78%, dari target yang di
tetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten lampung Timur sebesar 1 %. Balita yang
dalam kondisi seperti ini berpotensi untuk statusnya menjadi gizi buruk, dalam
mengatasi hal tersebut Puskesmas Rawat Inap Rejo Katon telah melakukan
kunjungan rumah keluaarga balita BGM untuk memberikan edukasi, motifasi dan
PMT.
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan
Grafik.4.23
PersentaseIbu Hamil Anemia Puskesmas rawat Inap Rejo Katon Tahun 2017
35
31.7
30
25
20
15
10
5
1.38
0
Capaian Bumil Anemia di Wilayah Puskesmas Rejo Katon
Target Capaian
1 orang BOK
Mencegah terjadinya
Transport petugas Semua balita yang ada diwilayah kerja rawat inap
- SWEEPING VITAMIN A kekurangan vitamin A pada Vitamin A
50% petugas rejo katon mendapat vitamin A.
balita
Timbangan dan
- SWEEPING BALITA Memantau status gizi balita
Transport mikrotoice 1 oramg BOK
YANG TIDAK dan mencegah terjadinya 80% Semua balita ditimbang berat badannya
petugas petugas
MENIMBANG masalah gizi.
Tablet Fe
- SWEEPING FE IBU Mencegah anemia pada ibu Transport 1 orang BOK
80% Semua ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
HAMIL hamil petugas petugas
Mencegah terjadinya maslah Yodium test
- PEMANTAUAN GARAM Transport 2 oramg Semua masyarakat menggunakan garam BOK
Gangguan Akibat 5 sekolah 100%
BERYODIUM petugas petugas beryodium
Kekurangan Yodium
- PENYULUHAN ANEMIA Meningkatkan pengetahuan
Transport Proyektor, 4 orang BOK
GIZI BESI BAGI SMP siswi SMP dan SMA tentang 3 sekolah 20 % Siswi faham, mengerti dan mau mencegah
petugas materi. petugas
DAN SMA anemia terjadinya anemia
- PENGAWASAN MINUM Mencegah terjadinya anemia 3 Sekolah 5 desa Transport Tablet Fe 2 orang BOK
TABLET FE pada siswi SMP dan SMA petugas petugas
Proyektor ,mater
- PENYULUHAN ASI i,
EKSLUSIF PADA IBU Meningkatkan pengetahuan Transport 2 orang BOK
5 desa Tercapainya cakupan Asi ekslusif
HAMIL DAN SUS ibu hamil dan calon pengantin petugas Leaflet petugas
CANTIN
- Survalens gizi Upaya kesehatan bayi balita Bayi/Balita/ 100 % transport ATK, 2 orang Terjaringnya kasus gizi buruk,/gizi BOK
dan bumil dalam penjaringan Ibu Hamil petugas petugas kurang/stunting/ibu hamil KEK/Ibu hamil Anemia
kasus gizi buruk/gizi
kurang/stunting/ibu hamil
KEK/IBU Hamil anemia
Konsultasi Program GIZI Agar Mengetahui catatan Dinas 100% transport Kendaraan 2 orang Target cakupan gizi terpenuhi BOK
laporan yang benar Kesehatan petugas bermotor petugas
LAMTIM
Feb, Maret,
POSYANDU
seluruh orang April, Juni,
PENYULUHAN MP 2 orang x 22 KENANGA DESA
tua balita yang 100% Penyuluhan di posyandu Petugas gizi Juli, Sept, 3.300.000 BOK
ASI DI POSYANDU Posyandu x 1 kl RQ/FLAMBOYAN
ada diposyandu Okt, Nov dan
RQ/MEKARSARI RR
Des
Seluruh sasaran kunjungan kerumah - rumah SDN 1 RQ /SDN 4
posyandu yang balita untuk memberikan RQ /SDN 1 RR /SDN
SWEEPING VITAMIN 1 orang x 5 desa
belum 100% vitamin A. 1 RTF /SDN 2 RTF Bidan Desa Feb & agustus 250.000 BOK
A x 1 kali
mendapat
vitamin A
SMP N 2 RQ/MTS
Mebagi tablet Fe dan Feb, April,
PENGAWASAN semua siswi 2 orang x 3 TRI BHAKTI RAMA
100% mengawasi siswa untuk Petugas Gizi Juni, agsts, 450.000 BOK
MINUM TABLET FE SMP dan SMA sekolah x 1 kl PUJA/MA TRI
minum Tablet Fe Okt dan Des
BHAKTI RAMA PUJA
sekuruh kader pembuatan cetakan kloset
posyandu yang leher angsa
ada diwilayah
REFRESING KADER 118 orang x 1
kerja 100% Petugas Gizi Mei 8.850.000 BOK
POSYANDU Desa x 1 kli
puskesmas
rawat inap rejo
katon