PERBEDAAN HASIL VISUS ATAU TAJAM PENGLIHATAN RAHMAN 13 Oktober 2022
PERBEDAAN HASIL VISUS ATAU TAJAM PENGLIHATAN RAHMAN 13 Oktober 2022
PERBEDAAN HASIL VISUS ATAU TAJAM PENGLIHATAN RAHMAN 13 Oktober 2022
SKRIPSI
Oleh :
RAHMAN HAKIM
NIM : 20.12.1.050.3
i
PERBEDAAN HASIL TAJAM PENGLIHATAN ATAU VISUS
PASCA OPERASI KATARAK DIABETIK MELLITUS
DAN NON DIABETIK MELLITUS DI
RS MATA UNDAAN SURABAYA
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan
Pada Progam Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ganesha Husada Kediri
Oleh :
RAHMAN HAKIM
NIM : 20.12.1.050.3
ii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 20.12.1.050.3
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ Perbedaan Hasil Tajam Penglihatan Atau
Visus Pasca Operasi Katarak Diabetik Mellitus dan Non Diabetik Mellitus di RS
Mata Undaan Surabaya” bukan skripsi orang lain baik sebagian atau keseluruhan,
Demikian surat pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila surat
Yang Menyatakan
Rahman Hakim
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Pada Ujian Sidang Skipsi Pada
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Progam Studi S1 Keperawatan
STIKES Ganesha Husada Kediri
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Sidang Skripsi di STIKES Ganesha
Tim Penguji
Mengetahui
Ketua Progam Studi S1 Keperawatan
STIKES Ganesha Husada Kediri
v
ABSTRAK
Rahman hakim
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.
Katarak penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 40 tahun atau lebih.
Selain sebab usia (degeneratif) katarak juga disebabkan faktor kongenital (bawaan),
trauma dan komplikasi penyakit metabolik seperti Diabetikes Millitus. Pada keadaan
hyperglikemi terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui adakah perbedaan visus pasca operasu katarak DM
dan non DM di RS Mata Undaan Surabaya.
Desain penelitian yang digunakan Observasional analitik dengan studi Cross
sectional. Populasi penelitian sebanyak 181 pasien. Sedangkan sampel yang diambil
menggunakan sampel random sampling sebanyak 64 pasien, masing- masing untuk
pasien diabet dan non diabet terdiri dari 32 pasien. Instrumen yang dipakai
menggunakan observasi visus pre operasi, pasca operasi hari ketujuh selanjutnya di
tabulasi data dengan prosentase kemudian memakai penghitungan statistik.
Hasil penelitian didapatkan bahwa setelah dilakukan operasi sebagian besar
reponden menglami peningkatan visus sebesar 60 % pada penderita DM dan 70 %
pada penderita non DM.
Kesimpulan tidak ada perbedaan yang bermakna pada visus pasca operasi
katarak pada penderita Diabetes Mellitus maupun non Diabetes Mellitus.
Kata kunci : Visus, Katarak, Diabetik Mellitus dan non Diabetik Mellitus
vi
ABSTRACT
Rahman Hakim
Cataract is a clouding of the lens of the eye inside the eyebal. Cataracts are the
main cause of reduced vision at the age of 40 years or older. In addition to age
(degenerative) cataracts are also caused by congenital (congenital) factors, trauma
and complications of metabolic diseases such as Diabetikes Millitus.On
hyperglycemic states there is a build-up of sorbitol and fructose inside the lens. The
purpose of this study was to determine whether there are differences in visus after dm
and non-DM cataract operasi at Undaan Eye Hospital Surabaya.
The research design used Observational analytics with cross sectional studies.
The study population was 181 patients. while the sample taken using a random
sampling sample of 64 patient, each for diabetic and non-diabetic patients consisted
of 32 patients. The instrument used was preoperative visual observation,
postoperative seventh day then tabulated data with percentage then using statistical
calculations.
The results of the study found that after surgery, most of the repondents
experienced an increase in visus by 60% in DM patients and 70% in non DM patients.
The conclusion no significant difference in the postoperative visus of cataracts
in people with Diabetes Mellitus or non Diabetes Mellitus.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
Skripsi ini tidak terwujud, untuk itu segala kerendahan hati perkenankan kami
1. Agus Priyanto, SKM, M.Pd selaku Ketua STIKES Ganesha Husada Kediri
mengarahkan serta saran-saran dalam pembuatan proposal ini mulai awal sampai
akhir.
Undaan Surabaya.
viii
4. Semua keluargaku yang telah memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa
5. Semua teman sejawat yang telah memberikan dukungan moril demi terselesainya
proposal ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. vi
2.1 Katarak………………………………………………….. 7
x
3.2 Hipotesis ....................................................................... 43
LAMPIRAN ……………………………………………………… 77
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Tajam Penglihatan dalam prosentase sesuai kartu Snellen d i RS. Mata
Tabel 4.1 Jumlah sampel pasca operasi katarak DM dan non DM....................... 46
Tabel 4.2 Definisi Operasional Perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau Visus
Undaan...............................................................................................62
xii
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Prosentase Visus Responden dengan Riwayat
Undaan .............................................................................................. 63
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Visus Responden dengan Riwayat Non Diabetes
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau Visus Pasca
Operasi Katarak Diabetik dan Non Diabetik.................................... 42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya
(Depkes, 2017). Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi
tingginya adalah indera penglihatan yang sehat karena sangat penting bagi kehidupan
manusia. Dengan mata kita dapat melihat indahnya alam, peristiwa di sekitar serta
dapat menyerap informasi visual yang di gunakan untuk melakukan kegiatan. Namun
gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga
Katarak adalah kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata . Katarak
terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan tergantungnya cahaya
masuk ke dalam bola mata, sehingga penglihatan menjadi kabur dan lama kelamaan
1
2
oleh sebab apapun akan menghambat kemampuan manusia untuk bekerja dan
berkarya serta menikmati keindahan alam anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Katarak
dengan peningkatan usia harapan hidup, jumlah orang yang terkena semakin
meningkat. Diberbagai bagian dunia yang sedang berkembang, fasilitas yang tersedia
untuk mengobati katarak jauh dari mencukupi. Kendati berbagai upaya telah
dilakukan untuk menurunkan tingkat kebutaan, khususnya buta katarak tetapi jumlah
( Menurut WHO : tajam penglihatan kedua mata < 3/60 setelah dikoreksi ).
mencapai tujuan yang ideal. Tujuan yang dimaksud antara lain terpenuhi kriteria,
yaitu : Prosedur operasi yang aman, mempunyai efektifitas dan prediktabilitas yang
tinggi, hasilnya stabil untuk jangka panjang, serta memberikan kepuasan bagi pasien.
di dunia mencapai 36 juta orang dan 180 juta lainnya mengalami gangguan
12,3 %, Age macula degeneratin (AMD) 8,7 %, Trakhoma 3,6 % dan corneal
opacicy 5,1 %. Ironisnya, sepertiga dari kasus tersebut ada di Asia Tenggara.
2016, Indonesia menempati posisi pertama. Bahkan, kasus kebutaan disebabkan oleh
3
katarak di Indonesia mencapai 78 persen dari jumlah kasus di Asia Tenggara. Saat ini
penderita katarak 300 ribuan orang per tahun, dan angka bedah katarak 250.000 orang
pertahun sehingga terjadi backlog atau penumpukan jumlah penderita katarak yang
negara lain di Asean, kondisi Indonesia adalah yang paling memprihatinkan. Kita
meraih peringkat nomor satu di Asean dan nomor tiga di dunia. Menurut data
pelayanan kamar operasi Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya di dapatkan data
jumlah operasi katarak dari total operasi yang telah dilakukan pada tahun 2021
(RSMU 2021 ). Dari data di atas didapatkan bahwa jumlah pasien yang dilakukan
tahun atau lebih. Selain sebab usia (degeneratif) katarak juga disebabkan faktor
Millitus. Katarak Diabetikes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit
Diabetikes Mellitus. Menurut CDC ( Centers For Deseas Control ) terdapat 32,2 %
diabetikes berusia di atas 45 tahun yang mengalami katarak diabetik. Pada keadaan
tinggi konsentrasi gula darah semakin banyak sorbitol yang diproduksi sehingga
memicu peningkatan insiden maturasi katarak diabetik. Saat glukosa darah tidak
terkontrol maka dapat menyebabkan lensa mata menjadi bengkak, mak ula edema,
4
timbulnya perdarahan pada saraf mata yang menyebabkan penurunan visus ( Riordan
dan Whitcher, 2012 ). Pada bulan Februari 2022 di RS Mata Undaan dilakukan
operasi katarak sebanyak 225 pasien, dimana 85 pasien menderita diabetik dan 140
pasien non diabetik. Hasil studi penelitian dari 20 pasien katarak diabetik yanng telah
dilakukan operasi sebanyak 17 pasien penglihatan menjadi lebih jelas dengan catatan
tetapi kebutaan akibat kekeruhan lensa ini bisa disembuhkan dengan jalan dilakukan
suatu tindakan pembedahan atau operasi. Untuk tindakan pembedahan maka perlu
faktor resiko lain sesuai penyebab dari katarak dan untuk pasien diabetik harus
teregulasi terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan optimasi fungsi
penglihatan yang optimal dan bercirikan pemulihan yang cepat, terukur, denga n efek
samping yang seminimal mungkin serta memberikan kepuasan pada penderita atas
pelayanan yang diberikan. Salah satu tehnik pembedahan yang sedikit menimbulkan
peneltian ini adalah “Apakah ada perbedaan hasil tajam penglihatan atau visus
5
pasca operasi katarak pada pasien diabetik mellitus dan non diabetik mellitus
hasil tajam penglihatan atau visus pasca operasi katarak pada pasien diabetik
2. Mengidentifikasi hasil visus pasca operasi katarak pada pasien non diabetik
dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui
adanya katarak dan menjaga pola makan yang sehat dapat mencegah
6
2. Untuk katarak diabetik, persiapan operasi harus sesuai prosedur dan harus lebih
diperhatikan untuk mecegah komplikasi pasca operasi. Selain itu untuk inform
hasil visus pasca operasi katarak pada pasien diabetik dan non diabetik.
4. Manfaat bagi peneliti adalah dapat mengetahui perbandingan hasil visus pasca
5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data awal dalam melakukan penelitian yang akan datang dan bisa
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini, kami akan memberikan penjelasan mengenai masalah
2. 1. Katarak
Katarak adalah kelainan pada lensa mata yang keruh di dalam bola
mata. Katarak terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan
2014).
diseluruh dunia, biasanya terjadi ada usia lanjut karena peningkatan kejad ia
Katarak yang biasanya terjadi ada usia lanjut akibt kelainan kongenital.
7
8
ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik misalnya
katarak senilis, juvenil, herediter atau kelainan kongenital mata ( Ilyas, 2015 ).
1. Usia
akan tumbuh terus menerus dan membentuk serat lensa dengan arah
seseorang lensa mata akan menjadi lebih tebal, berat dan keras. Sehinga lensa
tidak dapat meneruskan cahaya serta lensa tidak dapat menembus cahaya.
2. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memilik i satu atau lebih
kerusakan protein, lipid, karbohidrat hingga asam nukleat pada sel lensa.
3. Radiasi Ultraviolet
radiasi ini mampu memberikan efek peningkatan jumlah radikal bebas pada
lensa, hal ini di akibatkan karena adanya penetrasi jumlah cahaya ultraviolet
yang menuju lensa sangat tinggi. Enegi foton yang di miliki sinar ultaviolet
4. Merokok
Sementara itu kuprum berguna sebagai anti oksidan yang sangatlah penting
untuk aktifits fisiologis superoksida dismutase pada lensa, akan tetapi jika
5. Dehidrasi
elektrolit. Oleh karena itu kekeruhan lensa dapat terjadi dan disebabkan oleh
6. Trauma
7. Infeksi
8. Obat kortikosteroid
terjadinya katarak.
6. Pandangan ganda
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital
tepat.
2. Katarak Juvenil
Katarak Juvenil yaitu katarak yang terjadi sesudah usia satu tahun.
Katarak tersebut lembek dan terdapat pada orang muda dan biasanya
3. Katarak Sinil
Katarak Sinil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab katarak sinil sampai saat ini belum
4. Katarak komplikata
penyakit lain seperti radang dan proses degenerasi seperti ablatio retina,
5. Katarak diabet
6. Katarak sekunder
2. 1. 5. Katarak Diabetes
diabetes millitus. Katarak pada pasien diabetes Millitus dapat terjadi dalam 3
lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.
Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang
2. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau
piring subkapsular.
1. Stadiun Insipien, akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
dibatasi bagian lensa yang masih jernih. Disini biasanya belum ada
gangguan visus.
2. Stadium Imatur, sebagian lensa keruh atau katarak, dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
3. Stadium Matur
4. Stadium Hypermatur
atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Diagnosis Katarak ditegakkan atas dasar tanda – tanda klinik subyektif dan
obyektif.
14
1. Tanda Subyektif
menjadi lebih dari satu pada satu mata, dapat terjadi pada katarak
2. Pemeriksaan Obyektif
(1) Visus : Tajam penglihatan ini akan menurun sesuai dengan tebal
dapat 6/6 ,stadium imatur visus bisa turun sampai 6/20, dan pada
Dengan alat ini dapat dilihat luas, tebal, dan lokalisasi kekeruhan
Lensa mata adalah suatu jaringan atau organ yang berbe ntuk
bikonveks, transparan, avaskuler, dan tidak berwarna, yang terletak pada bilik
belakang mata diantara iris dan badan kaca. Lensa mempunyai dua permukaan,
berhubungan dengan bilik depan mata, melalui pupil dan permukaan belakang
lensa tetap stabil, oleh karena adanya sabut zonuler yang menghubungkan
equator lensa denga epitel badan silier, yang disebut Zonula Zini.
16
sifat- sifat khas dan fungsi dari lensa mata sebagai media penglihatan yang
lensa sendiri.
hal pengiriman nutrisi ke dalam lensa mata. Kebutuhan kapsul dan epitel
lensa sebagai selaput yang dapat di lalui oleh bahan metabolisme , penting
dan protein menurun. Glutation tidak ditemukan pada lensa yang keruh ini.
4. Sejak beberapa tahun yang lalu diduga sinar ultra violet merupakan salah
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
melalui incisi 9-10 mm, lens intraokular diletakan pada kapsul posterior.
pada zonula zini yng telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.
18
3. Phacoemulsifikasi
2. Pengkajian :
(2) Pemeriksaan fisik : Tensi Badan, nadi, BB, TB, Gula Darah, visus.
1) Persiapan operasi :
a. Inform consent :
(1) Tanda tangan persetujuan operasi dari pasien, saksi keluarga, saksi
c. Baju operasi
h. Bila operasi dengan bius lokal persiapan tanpa puasa, bila dengan bius
rambut dirapikan.
j. Bila pupil mata sudah lebar, mata yang akan di operasi di beri betadin
3. Terapi obat – obatan sesuai pesanan dokter : antibiotika per oral / injeksi
h. Posisi tidur bila miring, sebaiknya miring kesebelah mata yang tidak
j. Cara memberikan obat mata dan obat – obatan yang harus diberikan
dari yang ringan seperti luka yang kurang baik penyembuhannya, sampai
Luka operasi yang tidak menutup dengan baik merupakan komplikasi yang
ringan karena bisa langsung diatasi, tetapi dapat menjadi sumber resiko
2. Edema kornea
Komplikasi ini terjadi karena sisa korteks yang tertingal masih cukup
4. Atonic Pupil
5. Pupillary capture
Adalah keadaan dimana haptic iol berada dibilik mata belakang tetapi
sebagian optic IOL tersebut terjepit oleh iris sehingga terjepit pada bilik
mata depan.
6. Endoptalmitis
Komplikasi ini merupakan kejadian yang sangat berat dan jarang sekali
adanya kerusakan terhadap sekresi insulin atau kerja insulin (Smeltzer, 2016).
Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel – sel
tidak diproduksi secara optimal dan insulin berkurang. Selain itu Diabetes
melitus juga terjadi karena adanya gangguan pada sistem insulin yang berpe ran
23
kegemukan atau obesitas atau yang disebabkan yang lainya ( Hasdianah, 2012).
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin membuat
diabetes
2. Obesitas
kerja insulin juga ditentukan dengan banyaknya jaringan tubuh, otot dan
dikatakan obesitas jika terjadi kelebihan berat badan minimal 20% dari berat
3. Faktor usia
fisiologis dan biokimia dimulai dari tingkat sel, jaringan maupun organ yaitu
4. Faktor genetik
Diabetes dapat di turunkan dari keluarga yang memiliki riwayat DM. Anak-
anak dari pasien diabetes memiliki peluang sebesar 15% untuk terkenan
diabetes dan seberas 30% resiko terjadi intoleransi glukosa (LeMone, 2012).
6. Pola hidup
diabetes, karena olahraga mampu membakar kalori yang berlebih dalam tubuh.
Salah satu pemicu diabetes yaitu adanya penumpukan kalori dalam tubuh
(Tandra, 2018).
1. Diabet tipe 1
mengontrol gula darah. Diabetes tipe 1 terjadi karena adanya kerusakan sel
2. Diabet tipe 2
kualitas yang buruk, dan tidak dapat bekerja secara maksimal untuk
dan otot menyebabkan glukosa tidak dapat berdifusi dengan sel dan
Diabetes ini baru diketahui pada usia kehamilan trimester kedua, namun
sering dijumpai pada trimester ketiga (tiga bulan terakhir kehamilan) akibat
persalinan. Hal yang harus diwaspadai yaitu ibu hamil dengan diabetes dapat
2.2.4 Patofisiologi
dinding vaskuler.
Manifestasi klinik menurut Tarwoto dkk ( 2016 ) Tandra ( 2018 ) tanda dan
2. Polidipsia ( Peningkatan rasa haus ) akibat volume urine yang sangat besar
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
gula dan energi yang cukup, sehingga pemecahan jaringan lemak dan otot
sehingga timbul sensasi gatal, jamur dan bakteri pun mudah menyerang
area kulit.
28
rasa kesemutan atau mati rasa. Selain itu juga sering munculnya rasa nyeri
pada bagian tubuh tertentu seperti lengan, betis, dan kaki bahkan timbul
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan luka sulit sembuh yaitu: (1)
infeksi, bakteri akan mudah berkembang ketika kadar gula darah tinggi,
pemyembuhan luka, (3) gangguan saraf atau mati rasa membuat pasien
gusi menjadi merah dan bengkak, timbulnya infeksi, serta gigi mudah
tanggal.
29
2.2.6. Komplikasi
a. Koma hipoglikemia
darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam
sel.
b. Ketoasidosis
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada
glukosa maka benda – benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
type yaitu :
baru pada retina dan perdarahan pada rongga vitreum dan juga
kemih.
31
2.2.7. Penatalaksanaan
1. Obat
a. Golongan sulfoniluria
b. Golongan Biguanid
Cara kerja : golongan obat ini tidak merangsang sekresi insulin dan dapat
prandial.
2. Insulin
jam.
kerja 18 – 24 jam.
3. Diit
normal.
tiap makanan.
4. Olah Raga
otot- otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur yang akan merangsang
Yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olah raga
sebelum makan dan harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan
hypoglikemi.
Pada diabetes juvenilis yang parah, kadang – kadang timbul katarak bilateral
secara akut dan lensa mungkin akan menjadi opak dalam beberapa minggu.
posterior, dan kekeruhan korteks terjadi lebih sering, dan lebih dini.
34
kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk melihat suatu objek. Visus
normal adalah kemampuan mata atau daya refraksi mata untuk membedakan
dua titik secara terpisah dengan membentuk sudut 1 menit pada jarak 5 meter
atau 6 meter.
dengan kartu snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan di
melihat kemampuan mata untuk membaca huruf- huruf berbagai ukuran pada
jarak baku kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20
untuk penglihtan normal. Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada
jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut ( Widyawati &
Bani, 2017 ).
warna, waktu papar dan klainan refraksi mata dapat merubah tajam
tidak terlalu terang, karena akibat dari rasa silau maka akan terjadi akomodasi.
Pengukuran untuk uji penglihatan menggunakan kartu snellen dan jarak pengukuran
dilakukan 5 sampai 6 meter dari kartu snellen. Ditentukan baris huruf terkecil yang
masih dapat dibaca dan dilihat baris huruf yang terbaca maka tajam penglihatan
dinyatakan 6 dibagi jarak huruf baris yang masih terbaca.Untuk penglihatan normal
Kartu snellen merupakan kartu untuk uji penglihatan jauh, dimana pada
tajam penglihatan 6/6 berarti dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut juga dapat dilihat pada jarak 6 meter. Beberapa contoh
1. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti pasien dapat melihat huruf pada
jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka
3. Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkan angka
4. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti pasien hanya dapat melihat pada
jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat
1. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat diihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
2. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai
1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
37
pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan
atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya dapat melihat
1/300.
4. Biala pasien hanya dapat melihat sinar saja dan tidak dapat melihat
bagi orang normal melihat adanya sinar pada jarak tak terhingga.
5. Bila pasien sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
1. Kelelahan Mata
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang intensif pada fungsi tunggal
(single function) dari mata. Stress yang persisten pada otot akomodasi dapat
terjadi pada saat seseorang menyalakan inspeksi pada obyek yang berukuran
kecil dan pada jarak dekat serta dalam waktu lama. Stress pada retina terjadi
bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapang penglihatan dan waktu
b. Penglihatan ganda
c. Sakit kepala
menurun
obyek pada retina sehingga titik dekat akan bergerak menjauhi mata. Titik
3. Masa kerja
Mata yang berakomodasi terus menerus dalam waktu yang lama akan
kepala dan nyeri pada mata. Stress pada retina dapat terjadi bila terdapat
Posisi mata terhadap obyek yang kecil dan dekat penting sekali diperhatikan.
Mata yang terakomodasi dalam waktu yang lama akan cepat menurunkan
5. Perawatan Mata
Mata sebaiknya dibiarkan basah dengan berkedip, karena saat berkedip air
b. Lindungi mata dari sinar UV, debu angina dan cahaya yang terlalu
semakin teriritasi.
6. Riwayat Pekerjaan
menyebabkan kerja otot terlalu berat sehingga mata mudah lelah dan pedih
40
punya bakat. Penyebabnya karena sudah terbiasa melihat benda atau tulisan
7. Riwayat Penyakit
Pengidap kencing manis dan tekanan darah tinggi akan mengalami diplopia,
pada banyak kasus diabetes adalah penyebab paling dominan pada gangguan
retina. Pembuluh darah yang lemah ini dapat bocor dan menyebabkan
maka cahaya yang masuk melalui lensa mata tersebut akan mmbentuk
penting diperhatikan pola makan agar gula darah tidak semakin tinggi.
pandang penglihatan dan atrofi saraf optic, konjungtivitis pun juga bias
melapisi mata. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, AMD, macular hole,
1. Kategori 1 :
2. Kategori 2 :
3. Kategori 3 :
4. Kategori 4 :
5. Kategori 5 :
Tabel 2.2 Tajam Penglihatan dalam prosentase sesuai kartu Snellen di RS. Mata
Undaan Surabaya
Kerangka konsep adalah abstraksi dari variabel yang diamati dalam bentuk
Faktor penyebab
Penatalaksanaan post op
Usia
Pasien Post Op
Radikal bebas Diit
Radiasi ultraviolet Banyak istirahat
Merokok Tidak boleh
Dehidrasi membungkuk
Trauma Visus Tidak boleh
Infeksi Pasca Op mengangkat berat
Obat kortikosteroid katarak Tidak boleh mengejan
Penyakit sistemik H+7 Sholat sambil duduk
Jangan terkena air
Tidur miring ke arah
mata yang tidak
operasi
Jangan menggosok
area mata
DM Non DM Berikan obat mata
Jadwal kontrol
Baik Baik
Kurang Kurang
Cukup Cukup
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau
Keterangan :
42
43
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu asumsi dari pernyataan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih, variabel yang diharapkan dapat menjawab suatu pertanyaan dalam
Ha : Tidak terdapat perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau Visus Pasca Operasi
Katarak Diabetik dan Non Diabetik, dengan catatan bahwa kadar gula darah pada
pasien Diabet harus terkontrol pada persiapan pra dan pasca operasi katarak.
BAB 4
METODE PENELITIAN
sesuatu langkah- langkah sistematis untuk mendapatkan fakta atau prinsip baru
yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian atau hal baru dan menaikan
dengan studi Cross sectional yaitu suatu penelitian yang mencoba mencari
hubungan antar variabel. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data
2. Tempat penelitian berada di Rawat Inap dan Rawat Jalan Rumah Sakit Mata
penelitian karena rumah sakit khusus mata ini memiliki jumlah operasional
pasien yang menjalani pembedahan yang tinggi dan memiliki teknologi terkini
43
44
Populasi
Semua pasien pasca operasi katarak DM dan non DM di RSMU Surabaya
dengan jumlah 181 pasien
Sampling
random sampling
Sampel
Pasien pasca operasi katarak DM dan non DM di RSMU Surabaya dengan
jumlah 64 pasien
Pengumpulan data
Dilakukan dengan koding, scoring, tabulating
SPSS uji T
Hasil
Kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau Visus Pasca
Surabaya
45
yang mempunyai kualitas dan karateristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek atau subyek
penderita katarak DM dan non DM pasca operasi katarak di Rawat Inap dan
Rawat Jalan Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya dengan jumlah 181 pasien.
Sampel adalah bagian dari jumlah objek atau subyek yang mempunyai
Sedangkan menurut Arikunto ( 2016 ) sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang di ambil untuk di teliti. Dapat disimpulkan dari kedua pendapat
di atas sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek atau subyek sebagai
wakil yang memiliki kualitas dan karateristik yang dimiliki oleh populasi
untuk diteliti.
46
Sampel dalam Penelitian ini adalah pada pasien dengan DM dan tanpa
DM pasca operasi katarak di Rawat Inap dan Rawat Jalan di Rumah Sakit
atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
3. Domisili pasien
n= N
1 + N (d2 )
n= 181
1 + 181 (0,12 )
47
n= 181
2,81
n = 64,4 responden
n = 64 responden
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
Katarak DM 32 Pasien
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Dalam pemilihan
mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak setelah semuanya
terkumpul. Pada penelitian ini jumlah populasi pasien pasca operasi katarak
sebanyak 181 pasien, maka secara acak kami mengambil masing – masing 32
anggota - anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
bebas ( Sopiyudin, 2014). Variabel dependent pada penelitian ini adalah Tajam
Definisi opersional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
Definisi Operasional dalam penelitian ini, adalah pada tabel di bawah ini
Tabel 4.2 Definisi Operasional Perbedaan Hasil Tajam penglihatan atau Visus
Prosentase
Definisi Instrumen
No Variabel Indikator Skala Skor dalam
Operasional / alat ukur
penglihatan
1. Hasil Visus Pengukuran Pasien Kartu Rasio 6/6 100%
Pasca opersi tajam non DM Snellen 6/7 90%
katarak non penglihatan 6/9 80%
DM Pasca 6/12 70%
operasi 6/20 60%
katarak 6/25 50%
6/30 40%
6/40 30%
6/50 20%
6/60 10%
data yang valid, andal (reliable), dan aktual. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil visus dalam hal ini alat yang digunakan snellen
Ganesha Husada Kediri yang telah disetujui oleh Ketua Stikes Ganesha
ijin dari Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya, peneliti mengadakan observasi
katarak. Hasil dari pengumpulan data dicatat dalam lembar observasi dalam
bentuk prosentase dan narasi, tanpa di beri nama melainkan hanya kode
khusus.
52
Stikes Ganesha Husada Kediri dan izin dari RS Mata Undaa n Surabaya.
3. Kerahasiaan ( Confidentiality )
analisa data secara observasi. Variabel data yang terkumpul dengan metode
ditentukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada
2. Scoring
Menentukan skor atau nilai untuk tiap kali item data dan tentukan nilai
3. Tabulating
uji statistik t. Uji t digunakan untuk membandingkan rata – rata visus pada
hasil pasca operasi katarak dengan pasien diabet dan non diabet.
BAB 5
Pada bab ini berisi tentang hasil analisa penelitian . Penelitian ini telah
dilaksanakan pada bulan 7 Maret – 1 April 2022 di RS Mata Undaan Surabaya. Hasil
penelitian ini meliputi data umum berisi tentang data demografi dan karakteristik
responden (jenis kelamin dan usia), sedangkan data khusus adalah data yang diteliti
sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yaitu meliputi hasil visus
pasca operasi katarak dengan DM dan non DM serta perbedaan hasil visus keduanya.
Pada hasil penelitian akan diuraikan tentang data umum dan data khusus. Pada
data umum akan disajikan profil Rumah Sakit Mata Undaan, yang saat ini digunakan
sebagai tempat penelitian dan karakteristik sampel penelitian sebagai data khususnya.
Rumah Sakit Mata Undaan merupakan rumah sakit khusus mata yang
diresmikan pada 29 April 1944 dan berada di bawah yayasan P4M yang terletak di Jl.
54
55
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga
Rumah sakit ini memiliki jumlah 45 tempat tidur inap dan 20 tempat tidur
untuk perawatan satu hari. Rumah Sakit Mata Undaan memiliki jumlah dokter
Sakit Mata Undaan Surabaya telah melakukan peremajaan secara fasilitas gedung,
peralatan medis, dan non- medis serta peningkatan mutu SDM, Klinik Subspesialis
dan penunjang diagnostik canggih berada di lantai 1 dengan lobby dan ruang tunggu
yang luas dan nyaman, dilengkapi apotik, optik, dan mini cafetaria. Dilantai 2
terdapat ruang rawat inap VVIP, VIP, kelas I, Kelas II, kelas III, bangsal, dan ruang
perawatan satu hari. Delapan kamar operasi, masing- masing dengan mikroskop
operasi, mesin fakoemulsifikasi dan dilengkapi serta ruang pemulihan, melayani tidak
kurang dari 50 operasi besar dan kecil setiap hari. Ruang administrasi, perpustakaan,
dan ruang pertemuan yang dilengkapi dengan CCTV dari kamar operasi untuk demo
live surgery dan teaching. Pelayanan poliklinik spesialis mata dan pelayanan 24 jam
56
dibuka untuk melayani keadaan darurat mata (UGD Mata) setiap hari, sekalipun hari
libur.
1. Opthalmologi Umum
2. Bedah Refraktif
3. Subspesialis Vitreoretina
4. Subspesialis Glaukoma
7. Lasic
9. Anastesi
Rumah Sakit Mata Undaan memiliki 4 unit utama dalam pelayanan rumah
sakit yaitu :
1. Unit rawat inap yang terdiri dari 3 subunit yaitu zaal, ruang one day care,
2. Unit Poliklinik yang terdiri dari sub unit rekam medis, rawat jalan, ruang
3. Unit Penunjang medis yang terdiri dari sub unit laboratorium, dan
penunjang medis.
5. Unit Lasic
57
Adapun visi, misi, tujuan, dan motto Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya adalah :
2. Misi:
Harga Terjangkau.
Kesehatan Mata.
3. Tujuan:
Kerja.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien yang telah melakukan operasi katarak
1. Domisili Responden
Domisili Jumlah
Surabaya 19 Responden
responden ( 41 % ).
59
Domisili Jumlah
Surabaya 20 Responden
responden ( 37 % ).
2. Jenis Kelamin
Perempuan 11 Responden
Perempuan 15 Responden
yaitu 15 responden ( 47 % ).
3. Usia
Usia Jumlah
40 – 50 Tahun 7 Responden
51 – 60 Tahun 9 Responden
61 – 70 Tahun 13 Responden
71 – 80 Tahun 3 Responden
Usia Jumlah
40 – 50 Tahun 4 Responden
51 – 60 Tahun 15 Responden
61 – 70 Tahun 11 Responden
71 – 80 Tahun 2 Responden
Pada bagian ini akan diuraikan deskripsi atau gambaran visus (ketajaman
penglihatan) responden dengan riwayat diabetes mellitus dan non – diabetes mellitus
62
setelah operasi katarak pada hari ketujuh, di mana sebagian besar pada hari ini
1. Visus Responden Dengan Riwayat Diabetes Pasca Operasi Katarak Pada Hari ke 7
riwayat diabetes mellitus pasca operasi katarak pada hari ketujuh mengalami
6 6
perubahan cukup signifikan. Visus mereka berkisar antara /60 sampai /6
visus hingga mencapai pada ukuran 6 /20 , yaitu 13 orang (41%) dan ada seorang
sebesar 60%, yaitu sebanyak 13 orang (41%). Dan terdapat seorang responden
katarak pada hari ketujuh mengalami perubahan yang juga cukup signifikan,
berkisar antara 6 /60 sampai 6 /9 , sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan
visus hingga mencapai pada ukuran 6 /12 , yaitu 12 orang ( 38 % ) dan ada 1
responden (3%) yang mengalami peningkatan ukuran visus 6 /40, 6 /30, 6 /25 .
65
visus sebesar 70%, yaitu sebanyak 12 orang (41%), tetapi tak seorangpun yang
a. Dari segi kuantitas ukuran visus pada kartu Snellen, responden dengan
6
riwayat Diabetes Mellitus sebagian besar pada ukuran /20 , sedangkan
Group Statistics
Dengan memperhatikan Tabel 5.11, dapat diketahui bahwa rata-rata visus dari
95% Confidence
Keterangan:
Pada penghitungan tersebut, diketahui hasil uji t baik dengan menggunakan
varian sama maupun berbeda sebesar -0,542 dengan F pada angka 0,056. Dengan
67
demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini Ha diterima, artinya tidak
ada perbedaan visus antara pasien dengan riwayat Diabetik Mellitus dan Non –
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan
Sebagian besar pasien katarak dioperasi ketika mereka merasa penglihatannya sudah
terganggu (97%), dengan visus atau ketajaman penglihatan pada ukuran Lp (+) (Light
perceptions) atau hanya merespon adanya cahaya saja hingga ukuran 6 /60 atau
penglihatan mereka berfungsi kurang dari 10%. Menurut kriteria WHO , visus atau
6.1.1. Visus Pasien Dengan Riwayat Diabetes Mellitus Pasca Operasi Katarak Pada
Hari ke 7
responden mengalami peningkatan visus hingga mencapai pada ukuran 6 /20 , yaitu 13
orang (41%) dan ada seorang responden (3%) yang mengalami peningkatan sampai
mencapai ukuran 6 /6. Jenis kelamin didominasi oleh laki – laki sebanyak 21 responden
dan karakteristik usia sebagian besar memiliki usia diatas 40 tahun yang merupakan
dewasa akhir dan usia lanjut. Faktor utama dari terjadinya katarak adalah karena
perubahan fisiologis dan biokimia dimulai dari tingkat sel, jaringan maupun organ
yaitu sel beta pada pankreas yang memproduksi insulin (Lestari, 2013).
69
Menurut WHO 2018 Diabetes Melitus merupakan suatu Penyakit kronis yang
terjadi ketika pangkreas tidak mampu menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak
hiperglikemi. Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel
– sel beta pulau langerhans yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya insulin
tidak diproduksi secara optimal dan insulin berkurang. Selain itu Diabetes melitus
juga terjadi karena adanya gangguan pada sistem insulin yang berperan dalam
memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan tersebut terjadi karena kegemuk an atau
obesitas atau yang disebabkan yang lainya ( Hasdianah, 2012). Pada keadaan
tinggi konsentrasi gula darah semakin banyak sorbitol yang diproduksi sehingga
memicu peningkatan insiden maturasi katarak diabetik. Saat glukosa darah tidak
terkontrol maka dapat menyebabkan lensa mata menjadi bengkak, makula edema,
timbulnya perdarahan pada saraf mata yang menyebabkan penurunan visus ( Riordan
Mellitus setelah dilakukan operasi berpeluang sama besar dengan pasien Non-
Diabetes Mellitus, bahkan ada seorang pasien yang mencapai tingkat kemajuan
tertinggi yaitu mendapatkan kembali penglihatannya sebesar 100%. Dengan kata lain
dapat diasumsikan bahwa visus pada penderita katarak dengan riwayat Diabetes
Mellitus tidak sebaik penderita katarak Non – Diabetes Mellitus jika Diabetes
Mellitus pasien tidak teregulasi. dan kurangnya perawatan mata pasca operasi
70
dan perawat instrument dan sarana penunjang operasi juga sangat mempengaruhi
hasil operasi dan tidak semua dokter dan perawat instrument mampu untuk
Tingkat keberhasilan ini juga dipengaruhi oleh teknik operasi yang akan
digunakan. Dengan demikian pemulihan luka relatif lebih cepat, dan hal ini sesuai
6.1.2. Visus Responden Dengan Riwayat Non - Diabetes Mellitus Pasca Operasi
responden mengalami peningkatan visus hingga mencapai pada ukuran 6 /12 , yaitu 12
orang ( 38 % ) dan ada 1 responden (3%) yang mengalami peningkatan ukuran visus
6 6 6
/40, /30, /25. Sebagian besar responden dengan riwayat Non - Diabetes Mellitus
berjenis kelamin laki- laki, yaitu 17 orang ( 53 % ), Sedangkan sebagian kecil berjenis
memiliki usia diatas 40 tahun yang merupakan dewasa akhir dan usia lanjut.
Menurut Ilyas 2014 Katarak merupakan kelainan pada lensa mata yang keruh
di dalam bola mata. Katarak terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang
penglihatan mata menjadi kabur dan lama kelamaan dapat menyebabkan kebutaan.
71
Semakin bertambah usia seseorang dapat mempengaruhi lensa. Lensa akan tumbuh
terus menerus dan membentuk serat lensa dengan arah pertumbuhan yang konsentris.
Oleh karena itu semakin bertambah usia seseorang lensa mata akan menjadi lebih
tebal, berat dan keras. Sehinga lensa tidak dapat meneruskan cahaya serta lensa tidak
Tingkat kemajuan visus yang dicapai pasien dengan riwayat Non – Diabetes Mellitus
berkisar antara 10% sampai dengan 80%, sebagian besar mencapai peningkatan 70%.
Menurut Ilyas salah satu faktor penyebab dari katarak adalah usia. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian, di mana hampir semua pasien berusia 40 tahun ke atas
yang mengalami katarak. faktor usia pada hal ini disebabkan tidak adanya faktor yang
6.1.3. Perbedaan Visus Responden Dengan Riwayat Diabetes Mellitus dan Non -
Berdasarkan hasil penelitian, secara kuantitatif ada sedikit perbedaan visus antara
pasien dengan riwayat Diabetes Mellitus dengan Non-Diabetes Mellitus, akan tetapi
secara statistik, perbedaan itu tidak bermakna. Dengan dimikian hasil penelitian ini
72
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada visus pasca operasi katarak
bagi penderita dengan riwayat Diabetes Mellitus maupun Non-Diabetes Mellitus pada
hari ketujuh
6.2 Keterbatasan
ada beberapa keterbatasan yang di alami dan dapat menjadi faktor yang dapat
menjadi perhatian bagi peneliti yang akan datang dalam lebih menyempurnakan
penelitiannya karena penelitian ini sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu di
antara lain :
BAB 7
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian yang
7.1. Simpulan
sebagai berikut :
1. Sebagian besar Visual outcome atau visus setelah operasi katarak pada hari
kategori buruk ke kategori sedang dan baik yang mencapai ukuran 6/20 yaitu
13 orang ( 41 % ).
2. Sebagian besar Visual outcome atau visus setelah operasi katarak pada hari
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna mengenai visual outcome pada pasien
7.2. Saran
1. Responden
Bagi penderita katarak dengan diabet mellitus tidak usah merasa khawatir
atau takut terhadap bedah katarak dengan penanaman lensa intra okuler,
kerena setelah operasi dapat memperoleh visus yang optimal asalkan dapat
2. Institusi
Bedah katarak pada diabet mellitus cukup aman dan efek samping relative
lebih intensif, tetap melakukan pengontrolan kadar gula darah pre operasi,
3. Peneliti selanjutnya
Dalam hal ini peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan pemikiran,
factor factor lain yang dapat menghasilkan visus yang lebih baik pasca
operasi katarak.
75
DAFTAR PUSTAKA
Hasdianah, HR. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak -
anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuh Medika.
Ilyas S dan Yuliati S. R. 2015. Ilmu penyakit mata, Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Le Mone, Priscilla, K.M Burke & Bauldoff. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Riordan-eva, P., Whitcher, J.P. 2012. Ofthalmologi Umum Vaughan dan Asbury,
Ed17. Jakarta: EGC
Smeltzer , S. C. 2016. Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Edisi 12.
Jakarta : EGC
Tandra, H. 2018. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan
Mudah. Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia
Lampiran :-
Kepada Yth. :
Direktur RS Mata Undaan
Surabaya
di
Tempat
Dengan hormat,
NIM : 20.12.1.050.3
Judul : Perbedaan Hasil Visus Atau Tajam Penglihatan Pasca Operasi Katarak DM Dan
No DM di RS Mata Undaan
Demikian surat permohonan dari kami, atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu
kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
STIKes Ganesha Husada Kediri
Ketua
Kode Respoden :
Alamat :
Nim : 20.12.1.050.3
Judul : Perbedaan Tajam Penglihatan atau Visus Pasca Operasi Katarak DM dan
non DM
diberi kesempatan untuk bertanya terkait hal- hal yang belum saya pahami dan
mendapat jawaban yang sesuai. Penelitian ini tidak memberikan dampak dan
resiko yang merugikan bagi saya. Peneliti akan menjaga kerahasiaan terkait informasi
yang sudah saya berikan. Saya menyatakan sadar dan sukarela menjadi responden
benarnya.
Nim : 20.12.1.050.3
Penglihatan atau Visus Pasca Operasi Katarak DM dan non DM. Kerahasian semua
informasi akan di jaga dan dipergunakan untuk kepentinga n penelitian. Oleh karena
itu penelitian ini tidak perlu saya tuliskan nama lengkap, hanya inisial saja. Saya
mohon kesediannya pihak rekam medis untuk mendatangani lembar persetujuan yang
Demikian permohonan dari saya, atas bantuan nya saya mengucapkan terima
kasih.
Hormat saya
Rahman Hakim
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN
Setelah saya membaca dan memahami isi dari penjelasan permohonan izin,
maka saya petugas rekam medis bersedia untuk turut serta dalam proses penelitian
Nim : 20.12.1.050.3
dan non DM
Saya memahami bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat dan tidak
membahayakan Rumah Sakit sehingga saya atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan jawablah pertanyaan sesuai keadaan
Bapak/Ibu yang sesungguhnya. Jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti mohon
3. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh
Karakteristik Responden
1. Kode Responden :
2. Usia :
/ Ya
Tidak
Lampiran 5
SNELLEN CHART
Lampiran 6
T-Test
Group Statistics
Keterangan:
a. Jumlah data valid 64; 32 untuk pasien dengan riwayat DM dan 32 untuk
pasien dengan riwayat non-DM.
b. Nilai rata-rata 61,88 untuk pasien dengan riwayat DM dan 64,38 untuk pasien
dengan riwayat non-DM
c. Standar deviasi 18,393 untuk pasien dengan riwayat DM dan 18,481 untuk
pasien dengan riwayat non-DM
d. Standar error rata-rata 3,251 untuk pasien dengan riwayat DM dan 3,267
untuk pasien dengan riwayat non-DM
95% Confidence
Jika Sig > α , maka H0 diterima atau Sig < α, maka H0 ditolak
Nilai Sig (0,814) > α (0,05), maka H0 diterima, jadi kedua kelompok memiliki
varian yang sama.
Uji T-Test
a. Jika t Hitung < t tabel, maka H0 diterima atau t Hitung > t tabel, maka maka
H0 ditolak
b. Jika Sig (2 tailed) > α , maka H0 diterima atau Sig < α, maka H0 ditolak
Hipotesis:
H0 = Tidak ada perbedaan visus atau tajam penglihatan antara pasien pasca operasi
katarak dengan riwayat DM dan Non-DM
H1 = Terdapat perbedaan visus atau tajam penglihatan antara pasien pasca operasi
katarak dengan riwayat DM dan Non-DM
Jadi Tidak ada perbedaan visus atau tajam penglihatan antara pasien pasca operasi
katarak dengan riwayat DM dan Non-DM
Persiapan operasi katarak
Ditetapkan Direktur,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
Pengertian Persiapan operasi katarak salah satu tahapan operasi dimu lai ketika
keputusan untuk melaku kan pembedahan di buat dan berakir ketika
pasien di rujuk ke kamar operasi
Kebijakan Sesuai Peraturan Direktur Ru mah Sakit Mata Undaan Surabaya No mor:
185/PER/DIR/RSMU/ II/2019 tentang Panduan operasi katarak
Prosedur Sebelu m melaku kan ruju kan kepada pasien katarak yang akan
melakukan operasi di lakukan pemeriksaan fisik yaitu :
1. Pengkajian terkait keadaan pasien, riwayat penyakit, riwayat alerg i
dan riwayat pengobatan
2. Melakukan pemeriksaan kesadaran,tensi darah, Gu la darah, v isus
dan biometri
3. Hasil pemeriksaan dikonsultasikan dengan dokter penyakit dalam