Laporan PL Acara Pengolahan CPO (Perbaikan)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PELAKSANAAN

PRAKTEK LAPANGAN
ACARA PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL

Disusun Oleh :
Dika Erlangga
19/21423/THP/STPK

SARJANA TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN


TURUNANNYA
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
ACARA PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL

Disusun oleh :
Dika Erlangga
19/21423/THP/STPK

Laporan Pelaksanan Praktek Lapangan ini diajukan kepada


Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah Praktek Lapangan di
Minat Sarjana Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya dan telah
dipertahankan di hadapan dewan penguji pada tanggal 14 Juni 2022

Yogyakarta, 21 Juni 2022


Mengetahui dan Menyetujui
Dosen Pembimbing, Penyusun,

(Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Partha, MS) (Dika Erlangga)

2
DAFTAR ISI

Contents
I. PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
A. Sejarah Kelapa Sawit.................................................................................................6
A. Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)..............................................................9
III. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA...............................................................16
A. Alat dan Bahan.........................................................................................................16
B. Prosedur Kerja.........................................................................................................16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................18
C. Hasil Pengamatan.....................................................................................................18
D. Pembahasan..............................................................................................................23
V. KESIMPULAN................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26

3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit dan CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan
Indonesia. Dengan usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun
perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi dan pengembangan pertanian
serta pemanfaatan teknologi dalam proses pembibitan dan pengolahan sawit, saat
ini Indonesia menjadi negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia.
(Sawit Cpo)
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini
digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan
juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak
sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit
membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk
memaksimalkan produksinya. Efek samping yang negatif dari produksi minyak
sawit - selain dampaknya kepada kesehatan manusia karena mengandung kadar
lemak yang tinggi - adalah fakta bahwa bisnis minyak sawit menjadi sebab kunci
dari penggundulan hutan di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia.
Indonesia adalah penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik
Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat (AS).
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang
menghasilkan minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit
(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi
perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.

4
5

Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas


produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan
kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas
hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS)
yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya
berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO
yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam
pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi
CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti
dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari
beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain
kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses
berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan norma-norma yang ada. Manfaat dari kegiatan praktek lapangan ini
adalah untuk memberi informasi mengenai proses transformasi bahan baku TBS
menjadi produk (CPO) melalui perlakuan fisik mekanis serta memahami dan
melakukan proses di stasiun penerimaan TBS (penimbangan dan grading),
sterilisasi, threshing, digesting & pressing serta klarifikasi. Dengan adanya acara
pengolahan CPO pada praktek lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami tahap proses pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit (CPO)
sehingga dapat berinovasi dengan olahan berbahan dasar CPO.
B. Tujuan
Memahami dan mengetahui kegiatan yang ada di Pabrik Kelapa Sawit
untuk mengolah TBS menjadi CPO.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Kelapa Sawit
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia), kemudian budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 H. Pada masa kedudukan Belanda,
perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bias menggeser dominasi ekspor
Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan
kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16 % dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di
Indonesia mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/ 1949, padahal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. (Sawit Cpo, 2013)
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meinggalkan Indonesia,
pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).
Untuk mengamankan jalanya produksi , pemerintah meletakan perwira militr di
setiap jenjang perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh militer)
yang merupakan kerjasama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan
menejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan kondisi
dalam negeri yang tidak kondusif , menyebabkan produksi kelapa sawit menurun
dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar didunia tergeser oleh
Malaysia.(sawit cpo,2013. Masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara .
pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan . Sampai
pada tahun 1980,luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude
palm oil)sebesar 721.172 ton . sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan
pemerintahan yang melaksanakan program perusahaan inti rakyat perkebunan
(PIR-BUN). (Sawit cpo,2013)

6
7

Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di


Indonesia . hal ini menunjukan meningkatnya pemerintahan akan produk
olahanya ,Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke
Belanda ,India ,Cina,Malaysia dan Jerman. Sedangkan untuk produk minyak inti
sawit (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda ,Amerika serikat, dan Berasil.
( Sawit cpo ,2013)

B. Jenis kelapa sawit


Jika dilihat tingkat ketebalan cangkang dan daging buah kelpa sawit bisa
dibedakan menjadi 3 jenis. Diantaranya yaitu kelapa sawit dura ,kelapa sawit
pisifera dan kelapa sawit tinera (klpswt,2015).

Kelapa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang cukup tebal sekitar 2-
8 mm. Pada bagian luar cangkang hamopir tidak ada serabut yang
menyelimutinya. Daging buah kelapa dura tidak begitu tebal dengan daging biji
yang cukup besar. Jenis dura dikenal dengan kandungan kadar minyak yang
cukup rendah dan sering digunakan sebagai induk betina ketika melakukan
program pemulihan bibit kelpa sawit ( klpswt,2015). Kelapa sawit dura
bercangkang cukup tebal karena mengandung zat alela homozigot yang dominan.
Kebanyakan perusahaan kelpa sawit kurang menyukai jenis ini sebab cangkang
yang tebal dapat memperpendek usia pakai mesin. Kelebihan dari kelpa sawit
dura adalah ukuran buah relatif besar dengan kandungan minyak mencapai
18persen setiap tandanya (klpswt,2015).

Kelapa sawit berjenis pisifera mempunyai cangkang yang sangat tipis


sehingga tidak bercangkang. Hal ini dikarenakan kandungan zat alela homozigot
pada jenis ini bersifat resesif. Buah kelpa sawit pisifera memiliki daging yang
cukup tebal dari pada dura dngan daging yang tipis sekali
(klpswt,2015).Sayangnya , bunga betina kelapa sawit dari jenis pesifera ini
bersifat steril sehingga sulit berkembang menjadi buah. Oleh sebab itu,
8

perbanyakan jenis kelapa sawitini hanya bias dilakukan melalui persilangan


dengan kelapa sawit dari jenis lainnya. Namun beberapa kelapa swit pesifera
memilki kemampuan fertile sehingga bias berkembang biak secara mandiri.
Kelapa sawit dari pesifera ini tidak bias digunakan sebagai tanaman komersial
untuk budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan
(klpswt, 2015).

Kelapa sawit tenera merupakan kelapa sawit dari hasil persilangan antara
kelapa sawit dura dan kelapa sawit pisifera. Oleh karena itu, kelapa sawit ini
memiliki karakteristik yang paling bagus untuk dibudidayakan. Di antaranya
tingkat ketebalan cangkang sekitar 0,5-4 mm dan mempunyai serabut yang
menyelubunginya. Daging buah kelapa sawit ini juga tebal sehingga mampu
menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih banyak. (Daniaqirobbi, 2015).

Biasanya indukan kelapa sawit tenera berkualitas unggul berasal dari kelapa
sawit dura deli dan kelapa sawit pisifera orijin. Kelapa sawit tenera mampu
menghasilkan tandan buah yang lebih banyak. Ukuran diameter buah kelapa sawit
dari jenis ini pun tergolong sedang, terletak di antara dura dan pisife
(Daniaqirobbi, 2015).

C. Komponen Senyawa Kimia Penyusun Kelapa Sawit


Buah sawit terdiri dari pericarp yang terbungkus olehm exocarp atau kulit,
mexocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus inti (kernel). Inti memiliki
testa atau kulit , endocarp yang padat dan sebuah embrio. Minyak sawit dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: minyak sawit yang berasal dari daging buah sawit
yang berserabut (curde plam oil, cpo), minyak sawit inti ( karamel, oil , pko).
Komposisi buah kelapa sawit : tiap 100 g buah kelapa sawit mengandung H 2O
26,2 g, Protein 1,9 g, lemak 58,4 g, total karbohidrat 12.5 g, serat 3,2 g, abu 1,0 g,
mineral Ca, P, Fe, beta karoten, vitamin riboflavin dan sedikit thiamin. Komposisi
lemak : Miristat 0,5-59%, palmitat 32,47,0 %, Strate adalah 1,0-8%, oleat 39,8-
52,4%, linoleat 2,0-11,3 %. Komponen dari gliserida :oleodipalmitin 45%
9

palmitodiliolein 30%, oleopalmotostearin 10%, linoleodiolein 6-8% dan banyak


mengandung gliserida jenuh seperti tripalmitin dan dipalmitostearin 6-8%
(Kimirocimi, 2013).
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentu kumum
tak trigliseridanya hanya berbeda dalam bentuk wujudnya. Minyak bentuknya
cair, lebak bentuknya padatan (Kimirocimi, 2013).

D. Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)


1. Grading
Grading adalah suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar sebagai salah
satu kendali mutu CPO yang akan dihasilkan baik dari segi kuantitas dan
kualitas. Grading menjadi salah satu bagian dalam alur pengolahan TBS
menjadi CPO dimana kegiatan grading memilki beberapa fungsi antara lain:
a. Untuk mengetahui kualitas dari TBS yang masuk ke pabrik dan sebagai
laporan balik ke estate (kebun) akan kualitas dari TBS yang di kirim.
b. Sebagai salah satu parameter yang akan mempengaruhi rendemen/OER
(oil extrasion rendemen) di pabrik, dan kualitas minyak yang akan
dihasilkan.
c. Acuan pembayaran TBS ke pihak 3. Kegiatan grading dilakukan pada
stasiun loading ramp dengan penyortiran tandan buah segar sesuai dengan
kriteria dan standar grading yang telah ditentukan. Adapun standart
grading buah yang dilakukan antara lain : buah mentah (unripe), buah
mengkal (under ripe), buah matang (ripe), buah terlalu matang (over
ripe), tangkai panjang (long stalk), buah-buah abnormal (buah kartasi,
buah kurang polinasi, buah sakit), janjang kosong (empty bunch), sampah
(dirt) dan brondolan (Ucokdamanik, 2007).
10

Kriteria Sortasi dan standarisasi grading buah :


a. Buah mentah (unripe) merupakan tandan buah segar kriteria tidak ada
fraksi yang membrondol dan biasa nya buah akan berwarna hitam.
Persentase standart grading buah mentah (Unripe).
b. Buah mengkal (under ripe) adalah Tandan buah dengan kriteria hanya
membrondol 25 % dari total tandan buah segar dengan fraksi brondolan <
10 brondolan. Persentase standart grading buah Mengkal (Under Ripe): <
5 %.
c. Buah matang (ripe) adalah Tandan buah dengan kriteria sudah
membrondol 2 buah/kg TBS atau > 10 brondolan/ 50 % sudah
membrondolan. Standart persentase grading buah matang (Ripe) : 90 %
d. Buah terlalu matang (over ripe) adalah tandan buah dengan kriteria buah
sudah membrondol lebih dari 75 %, Hal ini dapat terjadi karena adanya
keterlambatan pengiriman TBS dari kebun ke PKS (buah restan). Standart
persentase grading buah terlalu matang ( Over ripe)
e. Tangkai panjang (long stalk) , kriteria nya tangkai janjangkan harus habis
dipotong hingga dekat dengan pangkal buah, dan tangkai yang lulus
grading dapat dibuat hutuf V. Standart persentase grading buah tangkai
panjang ( long stalk) : 0 %.
f. Buah-buah abnormal berupa buah kartasi adalah Buah yang berat nya
dibawah 2,5 kg/janjang sehinnga tidak produksi karena tingkat persentase
minyak yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena buah pasir dari TBM
yang baru berbuah lolos dari grading di TPH sehingga terbawa saat
angkut. Standart persentase grading buah kartasi maksimal < 2 %
g. Buah kurang polinasi terjadi karena adanya pemberian pupuk yang tidak
merata, iklim yang berubah-ubah, dan factor penyerbukan bunga yang
tidak merata pada setiap bunga betina, dengan ciri-ciri pembentukan
brondolan yang tidak merata pada tandan tersebut, hanya sebagian dari
tandan saja yang akan menghasilkan buah. Sehingga akan menurunkan
11

tingkat persentase minyak yang akan dihasilkan. Standart persentase


grading buah Polinasi maksimal < 2 %.
h. Buah sakit, dapat terjadi karena adanya jamur marasmius yang hidup pada
kulit buah kelapa sawit, yang jika pada tingkat berat akan masuk kedalam
daging buah sehingga buah membusuk dan gugur serta jika di panen
memiliki kadar asam lemak yang tinggi. Ciri-cirinya brondolan akan
ditumbuhi oleh benang-benag jamur. Serta ada juga buah yang ukuran
pada setiap tandan nya berbeda 50 % berukuran kecil dan 50% berukuran
besar yang di sebut dengan buah paternokarpi. Serta ada juga buah sudah
berwarna matang tetapi tidak dapat membrondol.
i. Standart persentase grading buah sakit maksimal < 1 %.
j. Janjang Kosong (Empty Bunch) : 0 %,
k. Sampah (Dirt) : 0 %,
l. Brondolan : 12 % (Ucokdamanik, 2007).
2. Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)/Sterilisasi
Tahap pertama setelah melalui Loading Ramp, yang harus dijalani
oleh Buah Kelapa Sawit dalam rangka pengolahan untuk memperoleh Minyak
dan Inti Sawit adalah proses perebusan atau lazim disebut proses sterilisasi.
Didalam proses perebusan Buah Kelapa Sawit dibiarkan selama 80 sampai 90
menit berada dibawah pengaruh panas dari uap air (Steam) dengan tekanan
sampai 2.8 kg/cm2. Setiap Pabrik Kelapa Sawit tentunya menginginkan hasil
minyak dengan tingkat keasaman yang rendah, Minyak dengan kwalitas baik,
juga menginginkan Minyak yang mudah dipucatkan (Bleaching). Buah yang
terlalu matang (Over Ripe) dari kebun, pengurasan udara yang kurang baik
dari Ketel Rebusan, waktu perebusan terlalu lama dan suhu perebusan terlalu
tinggi mengakibatkan Minyak yang diperoleh akan lebih sulit dipucatkan
(IfanSusanto, 2012).Maksud dari Sterilisasi antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Menghentikan Perkembangan ALB (FFA)
12

Pada awalnya perebusan dimaksudkan adalah untuk menghentikan


kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid yang
berasal dari buah, dengan cara menghentikan kegiatan enzym penyebab
Hidrolisa Minyak. Telah dibuktikan bahwa untuk menghentikan enzym
sudah cukup dengan merebus sampai suhu 50°C selamma beberapa
menit saja. Ditinjau dari sudut lain perebusan mempunyai sangkut paut
dengan langkah pengolahan selanjutnya jika diinginkan hasil yang lebih
baik. Maksud perebusan tidak dapat ditinjau dari segi menghentikan
kegiatan enzym saja, sehingga perebusan yang baik harus dilakukan
dengan suhu tinggi dan lebih dari beberapa menit (IfanSusanto, 2012).
b. Memudahkan Pemipilan (Stripping/Threshing)
Untuk melepaskan brondolan (Spikelets Fruits) dari tandan secara
manual sebenarnya sudah cukup merebus dalam air mendidih. Akan
tetapi untuk melepaskan buah dari tandan dengan Stripper, perebusan
cara diatas tidak memadai dan disini diperlukan uap jenuh bertekanan
rendah agar diperoleh suhu yang semestinya dibagian dalam tandan
buah. Kenaikan suhu di dalam tandan buah dapat dihambat oleh adanya
udara sekeliling tandan, jadi udara ini harus dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum dimulai perebusan yang sebenarnya. Untuk ini uap masuk
dikeluarkan lagi sampai dua kali sebelum dimulai perebusan. Selama
pengeluaran uap dua kali ini, sekeliling tandan sudah bebas udara dan
pada pemasukan uap yang terakhir diharapkan suhu dalam tandan dapat
bertambah (IfanSusanto, 2012).
c. Penyempurnaan dalam Pengolahan
Selama perebusan tiga puncak kadar air dalam buah menjadi
berkurang atau dengan kata lain kadar air itu sebagian telah diuapkan
dari dalam buah. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah
(Pericarp) menjadi berobah satu sama lain sehingga pengambilan
Minyak dari serat selama proses pengempaan dan memisahkan dari zat
13

bukan lemak (Non Oil Solid) pada proses pemurnian akan lebih mudah
dikerjakan. Pada waktu bersamaan sel-sel Minyak akan pecah dan
berada dalam keadaan bebas saat pengeluaran uap perebusan (puncak
ketiga). Senyawa Protein dalam hal ini merupakan cairan Emulsi yang
berbeda sehingga lapisan Minyak lebih mudah dipisahkan sewaktu
proses pemurnian. Untuk keseluruhannya dengan perebusan tiga puncak,
akibat dari penguapan sebagian air dalam daging buah, maka
kemungkinan kehilangan Minyak didalam serat maupun dalam lumpur
buangan pada proses pemurnian akan menjadi lebih kecil (IfanSusanto,
2012).
d. Penyempurnaan dalam Pengolahan Inti Sawit.
Yang utama dihadapi pada proses pengolahan Inti Sawit adalah sifat
lekat dari Inti Sawit terhadap cangkang, dimana Inti terikat kuat pada
cangkangnya. Dengan proses perebusan maka kadar air dalam biji
sebagian dikurangi sehingga daya lekat Inti Sawit terhadap cangkangnya
menjadi berkurang. Pada proses perebusan tiga puncak pengurangan
kadar air dalam biji juga relatif lebih besar hingga proses pengolahan
biji tidak akan mengalami kesulitan lagi (IfanSusanto, 2012).
3. Proses Pemipilan / Thressing
Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan
cara membanting tandan buah segar (TBS) ke dalam drum thresher. Thresher
ini berupa drum silinder panjang yang berputar secara horizontal dengan
kecepatan putar 21 rpm. Drum dirancang dengan kisi–kisi yang berfungsi
untuk meloloskan berondolan. Thresher ini berkapasitas 30 ton/jam. Stasiun
Threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau mesin dan dalam proses
pengoperasiannya sangat berkaitan satu sama lain. Maksud dan tujuan desain
dari pada stasiun ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melepaskan buah (tandan buah segar yang sudah direbus) dengan
tandannya dengan sistem bantingan.
14

b. Untuk menjaga kestabilan/pemerataan secara kontinu agar kapasitas


pengolahan Tandan Buah Segar dapat tercapai sesuai desain pabrik
dengan pengoperasian hoist cycle, rpm auto feeder maupun supervisi
yang benar.
c. Menjaga oil loss maupun kernel loss seoptimal mungkin agar berada
dibawah target/parameter yang sudah disepakati perusahaan.
d. Hasil proses pada stasiun ini adalah memisahkan brondolan (cook
fruitless) dari tandannya dengan cara beberapa kali bantingan pada drum
thresher. Brondolan (cook fruitless) dibawa ke stasiun press dengan fruit
elevator maupun conveyor untuk diekstraksi, kemudian tandan
kosongnya (janjangan kosong/jjk) dibawa ke lokasi penimbunan
sementara (empty bunch area) di luar Pabrik Kelapa Sawit dan
dimanfaatkan menjadi pupuk. Stasiun Threshing merupakan satu desain
dengan sistem yang sederhana, namun tak kalah pentingnya untuk
menjembatani kelangsungan dan keberhasilan proses pengolahan tandan
buah segar (TBS) pada Pabrik Kelapa Sawit (Ucokdamanik, 2007).
4. Proses Ekstraksi (Digester and Press)
Digester merupakan satu mesin pengadukan brondolan untuk
memisahkan fibre dari nut dan melepaskan minyak dari “oil bearing cells”.
Screw Press merupakan pengepresan brondolan untuk mendapatkan rendemen
yang maksimal dan kernel pecah yang minimal. Digester atau bejana
pengaduk dilengkapi dengan lengan pengaduk (long and short arms) yang
berfungsi untuk merajang buah, sehingga terjadi pelepasan pericarp dan biji
sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Disamping itu dilengkapi pula
dengan pemanas untuk mempersiapkan massa brondolan agar lebih mudah
dipress oleh screw press. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan
minyak. Digester yang terlalu penuh akan memperlama proses pengadukan,
sehingga perajangan akan menjadi sempurna, karena ketinggian buah dalam
digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi dan
15

tahanan lawan terhadap pisausemakin tinggi dan pemecahan kantong minyak


danpemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna (Ucokdamanik,
2007).
Adapun proses digester and press berfungsi untuk ;
a. Melepaskan sel-sel minyak dari pericarp dengan cara mencabik dan
mengaduk.
b. Memisahkan pericarp dan nut.
c. Menghomogenkan massa brondolan sebelum diumpan ke press.
d. Menaikkan dan mempertahankan temperatur brondolan pada suhu antara
90 – 95 oC.
e. Mengalirkan minyak yang timbul dalam digester akibat adanya proses
digestion
5. Proses Klarifikasi.
Clarification Station adalah lanjutan tahapan proses dari Press Station
dimana stasiun ini terdiri dari beberapa mesin pemisah dan pemurni minyak
dari sludge (lumpur), air, pasir, dan lain-lain yang terdapat pada DCO
(dillution crude oil) hasil dari mesin press. Tujuan utama dari proses
klarifikasi pada station pemisahan minyak ini adalah untuk menghasilkan
CPO (crude palm oil) sesuai dengan standar dan mendapatkan ekstraksi yang
maksimum dengan melaksanakan kontrol yang optimal untuk memperkecil
kehilangan minyak dan pemakaian biaya yang serendah mungkin. Adapun
komposisi crude palm oil yang dihasilkan setelah di press adalah sebagai
berikut : Oil : 40 - 50 %, Water : 30 - 35 % dan Sludge : 30 – 35 %
Pada dasarnya prinsip pengolahan di pemurnian adalah:
a. Proses pemisahan minyak dengan pengendapan secara gravitasi
b. Proses pemisahan minyak oleh gaya sentrifugal
c. Adapun tujuan pengolahan di stasiun pemurnian adalah:
d. Melakukan penjernihan minyak kasar.
16

e. Melakukan pemisahan antara minyak dengan air dan zat padat yang ada
pada sludge.
f. Menurunkan kandungan kotoran dan air yang ada di CPO.
g. Mendapatkan minyak CPO yang memenuhi standard mutu yang
disyaratkan.
17

III. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada proses pengolahan TBS menjadi CPO
yaitu Timbangan TBS, Sterilizer, Santrap tank, Gancu, Thresher, Tojok, Digester
& Press, dan Boiler.
Adapun bahan yang digunakan pada proses pengolahan TBS menjadi CPO
yaitu TBS, Lembar pengamatan/logsheet, dan Air

B. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan dan menghidupkan boiler, sehingga saat proses pengolahan
dimulai steamnya siap untuk digunakan
b. Menimbang berat TBS yang datang dari kebun
c. Melakukan grading sesuai tata cara grading yang berlaku
d. Memasukkan TBS ke dalam lori sesuai dengan kapasitas lori
e. Memasukkan lori yang berisi TBS ke dalam sterilizer, kemudian pintu
sterilizer ditutup rapat. Sterilisasi dilakukan selama 80 menit menggunakan
steam yang berasal dari boiler.
f. Menutup valve steam setelah selesai, sisa steam di sterilisasi dikeluarkan
sampai habis
g. Membuka pintu sterilizer dan lori yang berisi TBS rebus dikeluarkan
h. Memasukkan TBS ke dalam thresher untuk dilakukan pemipilan. Hitung
USBnya
i. Memasukkan brondolan/buah yang diperoleh ke dalam digester untuk
dilumatkan. Digester sebelumnya harus dihidupkan dan diberi aliran steam
j. Memasukkan lumatan buah sawit ke dalam presser untuk memisahkan press
cake dan cairannya (minyak)
k. Menambahkan water dilution (1:1) ke dalam cairan minyak yang diperoleh,
selanjutnya dimasukkan ke dalam sand trap tank
18

l. Mengalirkan minyaknya (dibagian lapisan atas) ke tangki penampungan.


Diagram Alir
Pengolahan CPO
Tandan Buah Segar (TBS)

Perebusan (Sterillizer)

Perontokan (Thereaser)

Pengadukan (Digester)

Pengepresan (Screw
presser)

Penyaringan Pemisahan Ampas

Pengendapan Pengeringan

hidrocyclon
Pemurnian Pemecahan

Cangkang
Pengeringan
Pemisahan

Penyimpanan CPO
Pengeringan

Penyimpanan Kernel
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengolahan Bioetanol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Pengolahan TBS menjadi CPO
Acara Kegiatan Hasil

Stasiun A. Penimbangan TBS tandan = 304,8 kg


Penerimaa
n TBS B. Grading :

1. TBS Mentah (%) /= 4,7 %

2. TBS Lewat Matang / = 85,7 %


(%)

3. TBS busuk (%) / = 4,7 %

4. Janjang kosong (%) / = 4,7 %

5. Tangkai Panjang (%) / = 14,2 %

Stasiun 1. Penimbangan TBS 50 kg


Sterilisasi
yang akan di

Sterilisasi

2.Pengamatan tingkat Fraksi 1

kematangan TBS

20
yang direbus

21
22

Acara Kegiatan Hasil

3. Pengamatan Waktu

Steam sampai 52 menit

tekanan 2,8-3,0 bar

4. Pengamatan waktu,
Waktu :80 menit, Suhu : 120 oC,
suhu dan steam
Tekanan : 2 bar
selama sterilisasi

5. Pengamatan jumlah
22,5 liter
Kondensat

6. Pengamatan oil
70/1000 = 0,070 liter
losses in condensate

7. Pengamatan

perubahan berat 44 Kg

setelah proses

8. Pengamatan

perubahan warna Merah Kehitaman

setelah proses

9. Pengamatan jumlah
33,264 liter
steam yang digunakan
23

10. Mengamati Proses dan Pressure Gate, Timbangan,


bagian/ komponen alat Pipa Kondensat, Lori,
yng digunakan Termometer,
24

Acara Kegiatan Hasil

1. Mengamati proses dan Kisi – kisi, outlet, inlet, dan


bagian dari alat stipler`
Thresher
Stasiun 2. Menimbang janjang Jangkos = 6,5 kg
Threshin
kosong dan brodolan Brondolan = 40 kg
g
yang diperoleh

1
3. Menghitung % USB ×100=2 %
50

Stasiun 1. M engamati proses dan


Digesting bagian/komponen Inlet, Long raw, Short raw,
& Press digester dan presser Presser, Double Scraw

2. Menghitung jumlah

minyak kasar yang 17 liter

diperoleh

3. Mengamati suhu
120 oC
steam pada digester

4. Mencatat jumlah air 17 liter

panas (water

dilution) yang
25

digunakan

5. Menghitung broken
40 %
nut / biji pecah (%)
26

Acara Kegiatan Hasil

1. Mengamati proses dan


peralatan yang - Sand Trap Tank
digunakan
Stasiun
2. Menghitung jumlah
Klarifikas 5,7 kg
i CPO yang didapatkan

3. Menghitung
5,7 kg
× 100 %=11,4 %
50 Kg
Rendemen CPO

B. Pembahasan
Pada praktek lapangan kali ini, dilakukan pengolahan tandan buah segar
kelapa sawit yang diproses menjadi minyak kasar atau crude palm oil (CPO).
Proses awal sebelum dilakukannya pengolahan adalah proses penimbangan,
sortasi dan grading pada TBS. Proses penimbangan dilakukan agar dapat
menghitung rendemen. Sedangkan proses sortasi dan grading bertujuan untuk
memilah-milah TBS berdasarkan tingkat kematangan, tangkai panjang, maupun
janjang kosong yang mungkin saja ikut terbawa. Dalam skala perusahaan, buah
yang memiliki kriteria tidak baik seperti terlalu matang, terlalu mentah, memiliki
tangkai panjang, ataupun ditemukan janjang kosong, maka akan dikenai denda
bagi sipenjual TBS.
Pada proses pengolahan TBS menjadi CPO dilakukan penimbangan TBS
yang berasal dari kebun sejumlah 304,8 kg, kemudian dilakukan grading dengan
jumlah TBS mentah 4,7 %, TBS lewat matang 85,7 %, TBS busuk 4,7 %, janjang
kosong 4,7 %, tangkai panjang 14,2 %.
Proses kedua adalah proses sterilisasi, proses ini bertujuan untuk melunakan
buah dan untuk menonaktifkan enzim lipase serta agar buah sawit mudah lepas
27

dari tandannya (berondolan) juga memudahkan pemisahan daging buah sawit dari
cangkang dan inti. TBS yang dimasukan ke mesin sterilizer adalah 50 kg dengan
tekanan 2bar, waktu 80 menit, oil losses condensate-nya 0,070 liter, perubahan
berat setelah sterilisasi menjadi 44 kg.
Proses ketiga adalah stasiun Treshing atau disebut juga stasiun bantingan yang
bertujuan untuk memisahkan buah dari brondolan yang diperoleh jangkos dan
brondolan 46.5 kg
Proses ke empat adalah digesting & press bertujuan untuk untuk memisahkan
daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya dengan diperoleh minyak kasar
sebanyak 17 liter, suhu stemanya 120 ℃ , water dillution yang digunakan adalah
17 liter, dan broken nut 40 %. Proses terakhir adalah klarifikasi alat yang dipakai
dalam preses ini hanya dengan menggunakan sand trap tank yang bertujuan untuk
untuk menampung pasir. Memisahkan antara frkasi pasir dengan minyak serta
dengan air
28

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat dalam kegiatan kali ini yaitu :
1. Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia.
2. Buah sawit terdiri dari pericarp yang terbungkus olehm exocarp atau kulit,
mexocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus inti (kernel).
3. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia), kemudian budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
4. Jika dilihat tingkat ketebalan cangkang dan daging buah kelpa sawit bisa
dibedakan menjadi 3 jenis. Diantaranya yaitu kelapa sawit dura ,kelapa sawit
pisifera dan kelapa sawit tinera.
5. Tiap 100 g buah kelapa sawit mengandung H2O 26,2 g, Protein 1,9g, lemak
58,4g, total karbohidrat12.5g, serat 3,2g, abu 1,0g, mineral Ca,P,Fe, beta
karoten , vitamin riboflavin dan sedikit thiamin. Komposisi lemak : Miristat 0,5-
59% palmitat 32,47,0 %, Strate adalah 1,0-8%,oleat 39,8-52,4%, linoleat 2,0-
11,3 %. Komponen dari gliserida : oleodipalmitin 45% palmitodiliolein
30%,oleopalmotostearin 10%, linoleodiolein 6-8% dan banyak mengandung
gliserida jenuh seperti tripalmitin dan dipalmitostearin 6-8%.
6. Pengolahan CPO dilakukan bertahap dari stasiun sterilisasi sampai klarifikasi.
7. Pengolahan CPO banyak menggunakan steam dan Steam berasal dari boiler.
29

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2019. Buku petunjuk praktek kerja lapangan. Institut Pertanian STIPER.
Yogyakarta.
Daniaqirobbi, 2015. Makalah Pengecilan Ukuran Hasil Pertanian.
www.petanicantik.blogspot.com
FAO Corporate Document Respository, 2007. The Oil Palm. http://www.fao.org
Ifan susanto, 2012. Sterilisasi (Perebusan). Epc (Engineer, Procurement, Contruction) :
Jurnal Ivanemoy
Kimirocimi, 2013. Bisnis Komoditas Minyak Sawit. http://www.indonesia-
investments.com
Klpswt, 2015. Manajemen Agrobisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sawit Cpo, 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Tiga Serangkai, Surabaya
Ucok Damanik, 2007. Palm Oil Industrial Engineering.
http://surgapetani.blogspot.co.id

LAMPIRAN
30

Anda mungkin juga menyukai