Maftur Al Rafi - K011181069 - Kelas e
Maftur Al Rafi - K011181069 - Kelas e
Maftur Al Rafi - K011181069 - Kelas e
Wibowo, A., 2015. Uji komparasi perhitungan indeks masa tubuh (IMT)
menggunakan type-1 fuzzy logic (T1FL) dan interval type-2 fuzzy logic
(I2FL) metode mamdani. Jurnal SWABUMI, 2 (1), hal. 1.
2. Sepasang kakek yang berusia 65 tahun dan nenek yang berusia 63 tahun
diantar oleh anaknya untuk berobat dirumah sakit, keduanya sulit berjalan dan
tidak dapat berdiri dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga tinggi
keduanya tidak dapat diukur menggunakan microtoice. Tentukan metode
pengukuran apa saja yang dapat digunakan untuk mendapatkan hasil tinggi
keduanya, lalu bila kakek dan nenek tersebut diukur dengan pengukuran tinggi
lutut dan didapatkan hasil tinggi lututnya 55 cm dan 42 cm, berapa prediksi
tinggi badannya?
Jawab:
Penilaian status gizi lansia dapat diukur dengan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) yaitu perbandingan berat badan dan kuadrat tinggi badan. Tinggi
badan (TB) merupakan indikator status gizi sehingga pengukuran TB
seseorang secara akurat sangatlah penting untuk menentukan nilai IMT. Akan
tetapi untuk memperoleh pengukuran TB yang tepat pada lansia cukup sulit
karena masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur dan juga
imobilitas. Selain itu, tinggi badan juga dapat diperoleh melalui prediksi dari
rentang lengan (arm span), tinggi lutut (knee hight), dan panjang ulna. Tinggi
lutut dapat digunakan untuk melakukan estimasi tinggi badan lansia dan orang
cacat. Dimana, tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibulake tumit.
Langkah ini digunakan untuk individu ≥ 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau
memiliki kelainan bentuk tulang belakang. Tinggi lutut merupakan salah satu
pengukuran yang dapat memprediksi tinggi badan dengan diuji metode regresi
statistik yang menghasilkan nilai relasi yang tinggi, dan juga menunjukkan
korelasi yang sangat kuat dengan tinggi badan dengan tingkat eror yang
sedikit. Beberapa penelitian internasional menunjukkan bahwa estimasi
pengukuran tinggi badan berdasarkan tinggi lutut mudah dilakukan pada
lansia (60 tahun lebih). Prediktor tinggi lutut juga dapat diterapkan pada orang
yang diamputasi bagian kaki, mengalami pembengkokan tulang belakang, atau
yang tidak dapat bangun dari tempat tidur. Proses penuaan tidak
mempengaruhi panjang tulang di tangan, kaki (lutut), dan tinggi tulang
vertebral. Rentang lengan relatif kurang dipengaruhi oleh penambahan usia.
Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai rentang lengan yang
lebih lambat dibandingkan dengan penurunan TB sehingga dapat disimpulkan
bahwa rentang lengan cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan
usia. Rentang lengan direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi
badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara rentang
lengan dan tinggi badan. Panjang ulna telah terbukti reliabel dalam
memprediksi tinggi badan seseorang pada penelitian yang dilakukan di
Amerika, Eropa, India dan Thailand. Penggunaan panjang tulang ulna dalam
memprediksi tinggi badan di Eropa dan Amerika telah banyak dilakukan
terutama dengan menggunakan tabel perhitungan baku. Penelitian tersebut
juga menunjukkan panjang tulang ulna di pengaruhi oleh jenis kelamin. Akan
tetapi dari penelitian tersebut terdapat perbedaan rumus estimasi panjang
tulang ulna terhadap tinggi badan karena perbedaan genetik, lingkungan,
asupan gizi, dan tempat pengambilan data. Adapun untuk memprediksi tinggi
badan berdasarkan tinggi lutut dapat digunakan persamaan penghitungan
tinggi badan diperoleh dengan menggunakan rumus regresi linier. Hasil
pengukuran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan
rumus Chumlea:
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut (cm) )
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm) )
atau
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut (cm) –
75−Umur
x 1,2
5
Maka, diperoleh:
TB kakek = 64,19 – (0,04 x 65 tahun) + (2,02 x 55 cm)
= 64,19 – (2,6) + (111,1)
= 172,69 cm
Menggunakan Rumus 1:
TB nenek = 84,88 – (0,24 x 63 tahun) + (1,83 x 42 cm)
= 84,88 – (15,12) + (76,86)
= 146,62 cm
Menggunakan Rumus 2:
75−63 tahun
TB nenek = 84,88 – (0,24 x 63 tahun) + (1,83 x 42 cm) – x 1,2
5
12
= 84,88 – (15,12) + (76, 86) – x 1,2
5
12
= 84,88 – (15,12) + (76, 86) – x 1,2
5
= 84,88 – (15,12) + (76, 86) – 2,4 x 1,2
= 84,88 – (15,12) + (76, 86) – 2,88
= 69,76 + 73,98
= 143,74 cm
Sumber:
Astriana, K, Wiboworini, B., & Kusnandar., 2018. Hubungan rentang lengan,
tinggi lutut, panjang ulna dengan tinggi badan lansia perempuan di
Kecamatan Sewon. Jurnal Ilmu Gizi Indonesia, 1 (2), hal. 88.
Murbawani, E, Puruhita, N., & Yudomurti., 2012. Tinggi badan yang diukur
dan berdasarkan tinggi lutut menggunakan rumus chumlea pada lansia. Jurnal
Media Medika Indonesiana, 46 (1), hal. 3.
3. Nilai Waist to Hip Ratio dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Jelaskan
keterkaitannya!
Jawab:
Lemak tubuh merupakan akumulasi lemak yang terdistribusi pada bagian
tubuh tertentu, penilaiannya dapat dengan pengukuran waist hip ratio yang
merupakan cara mudah dan sederhana dalam penentuan obesitas yang ditandai
dengan distribusi lemak pada daerah-daerah tertentu di tubuh yang
terlokalisasi pada bagian pinggang dan panggul (Ahmad et al 2012).
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam
lemak bebeas, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam
lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan
tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Ukuran
yang umum digunakan adalah rasio lingkar pinggang-pinggul atau Waist to
Hip Ratio. Umur memiliki hubungan yang signifikan dengan lingkar pinggang
serta memiliki korelasi yang sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya umur seseorang, semakin meningkat pula ukuran lingkar
pinggangnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jafar, Bahar, dan
Lusiana (2009), Ford et al. (2003), Nurviati (2012), dan Pascot et al. (1999).
Selain itu, sesuai dengan teori yang disebutkan Wardlaw (1999) bahwa
dengan bertambahnya umur individu, tubuh akan semakin banyak menimbun
lemak.
Sumber:
Ellenora, I, Marisa, D., & Asnawati., 2019. Hubungan indeks massa tubuh dan
waist hip ratio terhadap daya tahan otot pada penari modern. Jurnal
Homeostatis, 2 (3), hal. 426.
Prasasti, H, Utari, D., 2013. Jenis kelamin dan umur sebagai faktor
predominan lingkar pinggang pada guru sekolah dasar di Kecamatan Cilandak
Jakarta Selatan. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, hal. 12.
4. Sebutkan nama tulang yang berada pada titik tulang rusuk terkahir dan titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dalam menentukan mid point
pengukuran lingkar perut! Dan jelaskan interpretasi hasil pengukuran LP laki-
laki di Indonesia jika diatas 90 cm.
Jawab:
Lingkar perut diukur dari titik tengah batas/margin tulang rusuk bawah dan
batas tulang Krista iliaka kanan dan kiri kemudian diukur secara horizontal
dengan dengan menggunakan pita pengukur. Pengukuran dilakukan dengan
cara subjek diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian bagian
atas untuk menentukan titik pengukuran namun jika keberatan maka
responden boleh memakai pakaian yang tipis tidak terlalu tebal. Pengukuran
lingkar perut lebih memberi arti dibandingkan dibandingkan IMT dalam
menentukan timbunan lemak didalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunan lemak diperut tercermin dari meningkatnya lingkar
perut. Kelebihan simpanan lemak pada bagian perut/obesitas sentral dapat
dinilai salah satunya dengan mengukur lingkar perut 90 cm pada laki-laki dan
80 cm pada wanita (ras asia) yang berhubungan dengan pe-ningkatan risiko
obesitas dan sindrom meta-bolik (LeMone, et al., 2014). Lingkar perut dapat
menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam rongga perut. Semakin
panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin banyak timbunan lemak
di dalam rongga perut yang dapat memicu timbulnya antara lain penyakit
jantung dan diebetes mellitus. Artinya, untuk laki-laki dengan lingkar perut
diatas 90 cm dikategorikan obesitas.
Sumber:
Martiningsih, H, Abdul., 2019. Risiko penyakit kardiovaskuler pada peserta
program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) di puskesmas kota bima:
korelasinya dengan ankle brachial index dan obesitas. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22 (3), hal. 205.
Thamaria, N, Par’i, H, Wiyono, S., & Harjatmo, T., 2017. Buku bahan ajar
penilaian status gizi. 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Thamaria, N, Par’i, H, Wiyono, S., & Harjatmo, T., 2017. Buku bahan ajar
penilaian status gizi. 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Munjidah, A., 2016. Hubungan tebal lemak tubuh dengan panjang siklus
menstruasi. Jurnal Ners dan Kebidanan, 3 (1), hal. 9.
Tunjung, E., 2017. Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam PP
dengan menggunakan glukometer dan analyzer pada penderita diabetes
melitus. The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist, 1
(2), hal. 17-20.
Wijaya, I., 2018. Hubungan usia dengan nilai tes toleransi glukosa oral
(TTGO) pada generasi pertama penderita diabetes melitus (DM) tipe 2.
Skripsi Sarjana. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Lestari, I., 2019. Aplikasi pemberian susu kedelai dan jahe terhadap
penurunan kadar kolesterol pada penderita penyakit jantung koroner. Skripsi
Sarjana. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Magelang,
Magelang.
10. Mengapa peningkatan kadar LDL dalam darah dapat menyebabkan PJK?
Jawab:
Keterlibatan kolesterol dalam menyebabkan terjadinya penyakit jantung
koroner umumnya karena resistensi reseptor LDL, oksidasi pada LDL (Low
Density Lipoprotein) dan kerusakan endotelial. Dalam proses transport
kolesterol , agar kolesterol dapat di angkut kedalam aliran darah kolesterol
terlebih dahulu terikat dengan protein yang disebut apoprotein. Gabungan
lipid dengan protein itulah yang disebut lipoprotein, komponen lipoprotein
inilah yang akan membawa kolesterol serta trigliserida kedalam
darah/mengalir keseluruh jaringan tubuh. Proses aterosklerosis dimulai dengan
kerusakan atau disfungsi endotel pada dinding arteri. Kemungkinan penyebab
dari kerusakan endotel ini dapat deisebabkan oleh meningkatnya level low-
density liporotein (LDL). Bila kadar LDL tinggi, maka kolesterol yang
diangkut oleh LDL dapat mengendap pada lapisan subendotelial, oleh sebab
itu LDL bersifat aterogenik, yaitu bahan yang dapat menyebabkan terjadinya
aterosklerosis. Ruang subendotelial ini mempunyai proteksi oleh antioksidan
yang rendah, sehingga LDL mudah memasuki ruangan ini. Setelah LDL
masuk ke dalam sel endotel, LDL kemudian dioksidasi dan akhirnya terbentuk
LDL yang teroksidasi. Bukti terbaru menjelaskan bahwa LDL yang
teroksidasi ini berkontribusi dalam kerusakan endotel, migrasi monosit dan
limfosit ke tunika intima, merubah monosit menjadi makrofag, dan kejadian-
kejadian lainnya yang terjadi dalam kemajuan proses aterosklerosis. Selain itu,
dalam penelitian Prasetya, M, dkk pada tahun 2015 menemukan bahwa
adanya hubungan yang significant antara LP dengan kadar LDL pada
Penderita Jantung Koroner. Yaitu LP yang tidak normal akan meningkatkan
resiko 2,64 kali meningkatkan kadar LDL dalam darah, yang beresiko
terjadinya jantung Koroner. Kolesterol LDL lebih popular dikenal sebagai
kolesterol jahat/bad cholesterol. Berbagai penelitian, baik pada hewan, uji
klinis dan penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa hiperkolesterol LDL
merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kolesterol LDL
menyebabkan pengapuran pembuluh koroner dan menimbun kolesterol di
pembuluh koroner. Terlalu banyak kolesterol di dalam darah dapat
mengakibatkan terjadinya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh-
pembuluh arteri. PJK biasanya terjadi karena ada kelainan sehingga arteri
yang mengalirkan darah ke otot jantung menyempit, yaitu arteri koroner.
Penyempitan pada arteri koroner mengakibatkan aliran darah ke otot jantung
berkurang atau berhenti sama sekali sehingga terjadilah PJK. Sumbatan seperti
ini juga dapat melemahkan arteri utama tubuh, yaitu aorta, yang disebut
aneurisma (aneurysm). Jika aneurysm ini pecah, akan berakibat fatal.
Sebagaimana telah dikemukakan, LDL kolesterol merupakan penyebab
langsung terjadinya aterosklerosis. Oleh karena itu, peningkatan kadar LDL
kolesterol akan meningkatkan resiko aterosklerosis sehingga akan
meningkatkan pula resiko PJK.
Sumber:
Ma’rufi, R, Rosita, L., 2014. Hubungan dislipidemia dan kejadian penyakit
jantung koroner. Jurnal JKKI, 6 (1), hal. 52.
Susilowati, D., 2017. Gambaran kadar kolesterol total pada wanita menopause
di Desa Pamijen Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Jurnal Publikasi
Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya Mandiri Brebes, 2 (2), hal.
9.
Syaiful, H, Oenzil, F., & Afriant, R., 2014. Hubungan umur dan lamanya
hemodialisis dengan status gizi pada penderita penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3 (3), hal. 742.
Sari, F., 2012. Pengaruh pemberian kefir susu sapi terhadap kadar
trigliserida tikus jantan sprague dawley. Skripsi Sarjana. Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sinaga, D, Welkriana, P., & Farizal, J., 2019. Perbedaan kadar trigliserida
wanita sebelum dan sesudah terapi bekam. Jurnal Media Kesehatan, 12 (2)
hal. 46.
12. Selain dengan menggunakan metode Kecap Smith, uji apa yang dapat
dilakukan untuk menganalisis status Seng pada manusia? Jelaskan!
Jawab:
Yaitu menggunakan pengukuran kadar seng pada rambut. Pengukuran kadar
seng rambut dilakukan melalui 2 tahap yaitu proses destruksi basah dan
pembacaan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) yang dilakukan 3
kali. Pengambilan sampel rambut yaitu sampel rambut dipotong 4-5 cm dari
kulit kepala atau jika rambut kurang dari 4 cm maka diambil dari ujung
sampai pangkal rambut. Rambut diambil secara acak di daerah occipital
kepala menggunakan gunting stainless steel. Sampel rambut yang diambil
kira-kira 50-80 mg dan disimpan di plastik polyethelene. Sampel rambut yang
telah terkumpul dikeringkan dan dicuci dengan air kemudian dimasukkan ke
dalam elemeyer dan ditambahkan 10 mL aquaregia yang terdiri dari HCl
(chloric acid) dan HNO3 (nitric acid) pekat dengan perbandingan 3:1. Sampel
rambut tersebut didiamkan 1 malam, kemudian dipanaskan sampai mendidih
menggunakan hotplane sampai sampel rambut tercampur, kemudian
didinginkan. Sampel rambut yang sudah tercampur menjadi larutan tersebut
diencerkan menggunakan aquadest sampai volume 25 mL. Larutan tersebut
merupakan larutan hasil destruksi sampel rambut untuk dianalisis dengan
pembacaan AAS. Hasil pembacaan AAS kadar seng rambut dinyatakan dalam
parts per million (ppm). Kadar seng rambut menunjukkan hasil yang stabil,
tidak mudah mengalami fluktuasi, sebagian besar trace element memiliki
konsentrasi tinggi pada rambut daripada bagian tubuh lainnya. Rendahnya
kadar seng rambut pada anak menjadi indikator rendahnya status seng dalam
tubuh. Seng rambut menggambarkan status seng dalam jangka lama dan tidak
cepat mengalami fluktuasi yang berhubungan dengan asupan makanan dan
variasi diurnal. Rambut kepala dapat digunakan sebagai bahan biopsi untuk
skrining populasi yang berisiko mengalami defisiensi trace element seperti
seng. Rambut kepala menggambarkan status trace element secara kronis.
Kadar seng rambut merupakan biomarker untuk mengetahui adanya defisiensi
seng, dimana seng rambut akan diambil sebagai seng endogen untuk
mencukupi kebutuhan seng. Selain itu, Kadar zinc tubuh dapat diketahui
dengan mengunakan biomarker kadar zinc rambut. Analisis rambut sangat
penting karena menunjukkan status aktual organisme, status gizi aktual,
jumlah disimpan dan akumulasi racun, yang semuanya dapat ditentukan hanya
oleh analisis mineral rambut. Analisis rambut memberikan hasil yang tidak
bervariasi setiap hari dan tidak mengalami beberapa perubahan seperti darah
hitungan, tes darah atau urin (Mutap, 2016). Analisis kadar zinc rambut lebih
tepat menggambarkan kadar zinc kronis pada masa lampau sehingga tepat
untuk mengukur kadar zinc pada kondisi stunting yang merupakan kondisi
malnutrisi yang sudah berlangsung lama. Penelitian yang dilakukan pada anak
stunting dan non stunting di kelurahan Tambak Wedi Kenjeran Surabaya
melaporkan bahwa rata-rata kadar zinc rambut pada balita stunting lebih
rendah (Oktiva and Adriani, 2017). Rahmawati (2012) juga menyatakan
terdapat perbedaan antara kadar zinc rambut berdasarkan derajat stunting dan
terdapat korelasi positif antara kadar zinc rambut dengan z-score TB/U. Kadar
zinc rambut meningkat dengan meningkatnya z-score TB/U.
Sumber:
Noftalina, E, Mayetti., & Afriwardi., 2019. Hubungan kadar zinc dan pola
asuh ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 2 – 5 tahun di Kecamatan
Panti Kabupaten Pasaman. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19
(3), hal. 566.
13. Gambarkan alat dan bahan dan prosedur kerja dari pemeriksaan hemoglobin
sesuai pada buku Penuntun Praktikum. Dan mengapa pria memiliki nilai
normal Hb lebih tinggi daripada Wanita?
Jawab:
Alat dan bahan:
Microcuvet
Prosedur Kerja:
1. Persiapkan alat dan bahan: