Modul Praktikum Keperawatan Komunitas I: 1. Meriani H, SKM., S.Kep, M.Kep 2. Christina M. TP.B, S.Kep.,Ns, M.Kes
Modul Praktikum Keperawatan Komunitas I: 1. Meriani H, SKM., S.Kep, M.Kep 2. Christina M. TP.B, S.Kep.,Ns, M.Kes
Modul Praktikum Keperawatan Komunitas I: 1. Meriani H, SKM., S.Kep, M.Kep 2. Christina M. TP.B, S.Kep.,Ns, M.Kes
KEPERAWATAN KOMUNITAS I
Tim Penyusun:
1. Meriani H,SKM., S.Kep,M.Kep
2. Christina M. Tp.B,S.Kep.,Ns,M.Kes.
TAHUN 2022/2023
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
VISI
“Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan karakter
kewirausahaan yang mampu bersaing di tingkat perguruan tinggi LLDIKTI Wilayah I pada
Tahun 2024 dan di tingkat nasional pada tahun 2029”.
MISI
1. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif sesuai Standar Nasional Perguruan Tinggi
(SNPT) dan KKNI, terintegrasi dengan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat
terkini untuk menghasilkan lulusan sesuai profil yang diharapkan
2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil penelitian.
4. Membangun kerjasama produktif dengan berbagai institusi pendidikan dan industri di Kota
Medan, Sumatera Utara dan provinsi lainnya dalam pelaksanaan praktek, penelitian serta
pengabdian kepada masyarakat.
TUJUAN
1. Melaksanakan pengelolaan tridarma perguruan tinggi dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya serta keunggulan dalam soft skill
kewirausahaan.
2. Menciptakan kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill pengembangan
karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang
memiliki kompetensi akademik dan daya saing.
3. Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan
dan perkembangan IPTEK
4. Menyelenggarakan pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan
karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.
i
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
SASARAN
1. Melaksanakan pengelolaan tridarma perguruan tinggi dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya serta keunggulan dalam soft skill
kewirausahaan.
2. Menciptakan kualitas pembelajaran dengan program bermuatan soft skill pengembangan
karakter kewirausahaan dalam rangka menciptakan lulusan profesional dan inovatif yang
memiliki kompetensi akademik dan daya saing.
3. Menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang bermutu sesuai dengan standar kebutuhan
dan perkembangan IPTEK
4. Menyelenggarakan pelaksanaan penelitian dosen dan mahasiswa guna menghasilkan
karya-karya inovatif yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memberikan solusi permasalahan stakeholder.
5. Menyelenggarakan pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa yang
bermanfaat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan
bangsa.
6. Menyelenggarakan proses penjaminan mutu sesuai dengan standar internal dan eksternal.
7. Menyelenggarakan layanan IT untuk mendorong inovasi program dan layanan.
8. Menyelenggarakan pengembangan institusi dan penambahan program studi baru sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan stakeholder.
9. Menyelenggarakan kerjasama dan perluasan networking tingkat nasional.
ii
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
VISI
Visi: Menjadi Program Studi Yang Unggul Dibidang Keperawatan Dewasa Yang
Berkarakter Kewirausahaan Sehingga Mampu Bersaing Ditingkat Perguruan Tinggi LLDIKTI
Wilayah I Sumatera Utara Pada Tahun 2024 Dan Tingkat Nasional Pada Tahun 2029
MISI
1. Menyelenggarakan pembelajaran efektif sesuai standart nasional perguruan tinggi (SNPT)
dan KKNI,untuk menghasilkan lulusan Ners professional dalam pelayanan keperawatan
dewasa yang berkarakter kewirausahaan .
2. Menyelenggarakan penelitian ilmiah dan publikasi ilmiah yang mampu memberikan
konstribusi kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pembangunan
dalam bidang keperawatan dewasa.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam membantu menyelesaikan masalah
dibidang keperawatan dewasa berbasis hasil penelitian.
4. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat didalam
maupun luar negeri dalam melaksananakan praktek, penelitian, pengabdian masyarakat,
pengembangan kurikulum dan berbagai aktivitas lainya.
TUJUAN
iii
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
keperawatan dewasa dengan menggunakan teknologi modern yang diperoleh dari hasil
penelitian serta mengandalkan komunikasi interpersonal.
4. Menghasilkan kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, sarasehan, diskusi panel,
workshop, pelatihan, forum diskusi tim medis dan kegiatan lainnya yang mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mencari alternatif solusi berbagai
permasalahan profesi baik ditingkat nasional.
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat didalam
dan luar negeri dalam rangka memberhasilkan pelaksanaan berbagai kegiatan praktik,
penelitian, pengabdian masyarakat, pengembangan kurikulum, dan berbagai aktivitas
lainnya.
SASARAN
1. Terciptanya Ners yang profesional khususnya dalam pelayanan Keperawatan Dewasa serta
penguatan dalam penggunaan teknologi modern dan komunikasi interpersonal yang
efisien, efektif dan optimal.
2. Terselenggaranya penelitian yang dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang keperawatan, dan pembangunan dalam bidang keperawatan
dewasa.
3. Terlaksananya kegiatan pengabdian masyarakat dibidang keperawatan yang mendukung
upaya peningkatan pendidikan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam
keperawatan dewasa dengan menggunakan teknologi modern yang diperoleh dari hasil
penelitian serta mengandalkan komunikasi interpersonal.
4. Terlaksananya kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, sarasehan, diskusi panel,
workshop, pelatihan, forum diskusi tim medis dan kegiatan lainnya yang mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mencari alternatif solusi berbagai
permasalahan profesi baik ditingkat nasional.
5. Terciptanya kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat
didalam dan luar negeri dalam rangka memberhasilkan pelaksanaan berbagai kegiatan
praktik, penelitian, pengabdian masyarakat, pengembangan kurikulum, dan berbagai
aktivitas lainnya.
iv
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
anugerah-Nya sehingga penulis dan tim dapat menyelesaikan penyusunan Modul Praktikum
Keperawatan Komunitas I dengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan pedoman
praktikum yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi S-1 Keperawatan UIM
khususnya pada semester V. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami dan mendemonstrasikan setiap tindakan Keperawatan Komunitas I.
Modul Praktikum Keperawatan Komunitas I ini disusun oleh tim Keperawatan Komunitas I
Universitas Imelda Medan (UIM) berdasarkan pada Kurikulum S-1 Keperawatan, dengan
memperhatikan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah (CPMK). Materi di dalam buku ini berisi penjelasan dan petunjuk prosedur
tindakan Keperawatan Komunitas yang dibutuhkan sesuai CPMK dan kompetensi yang
diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensi Keperawatan Komunitas I bagi
Mahasiswa Keperawatan. Modul ini juga memuat latihan atau tugas mahasiswa dengan petunjuk
yang spesifik sehingga memudahkan mahasiswa mempraktikkan setiap tindakan secara mandiri.
Dalam penyusunan modul ini kami mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dr, dr, Imelda Liana Ritonga, SKp, M.Pd, MN
selaku Rektor Universitas Imelda Medan dan Sarida Surya Manurung,S.Kep,Ns, M.Kes selaku
Warek I Bidang Akademik.
Penulis dan tim telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai dengan kurikulum dan
kebutuhan mahasiswa dengan sebaik mungkin. Namun, penulis dan tim menyadari bahwa modul
ini mungkin masih memiliki kekurangan. Sehingga penulis dan tim mengharapkan adanya saran
atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyempurnakan modul ini.
Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat digunakan oleh mahasiswa dengan baik dan
aktif sehingga dapat meningkatkan skill mahasiswa dalam melakukan tindakan Keperawatan
Komunitas I secara terampil kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
masalah kesehatan masyarakat.
Medan, Agustus 2022
v
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
A. Penjelasan Umum
Pembelajaran praktikum laboratorium Keperawatan Komunitas I memiliki beban 1
sks. Praktikum skill lab dilakukan di laboratorium Keperawatan Komunitas I Universitas
Imelda Medan (UIM) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan
dibimbing oleh dosen/instruktur praktikum untuk melakukan setiap tindakan Keperawatan
Komunitas I dengan menggunakan peralatan laboratorium yang tersedia. Modul ini disusun
untuk membantu dan menuntun mahasiswa untuk memahami dan mendemonstrasikan setiap
prosedur tindakan. Di dalam modul ini juga, mahasiswa akan dipandu melakukan latihan
praktikum secara mandiri yang dapat dilakukan di luar jadwal belajar praktikum setelah
mendapat izin dari dosen/instruktur praktikum. Selanjutnya, mahasiswa akan melakukan
ujian praktikum skill lab (OSCE) dengan penilaian yang telah ditentukan.
B. Ujian Skill Lab
Ujian praktikum skill lab Keperawatan Komunitas I dilakukan di akhir pembelajaran
praktikum untuk mengetahui sejauh mana kemampuan/skill yang telah dikuasai oleh
mahasiswa setelah belajar praktikum. Pada saat praktikum, selain prosedur yang dinilai,
pemahaman mahasiswa secara teori juga dinilai serta pendokumentasian tindakan.
C. Sistem Penilaian
Penilaian praktikum sebesar 20% yang meliputi:
1. Pre tes
2. Proses praktikum
3. Post tes
D. Tata Tertib Skill Lab
Sebelum praktikum, mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Memakai seragam hijau-hijau.
3. Memakai name tag.
4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.
5. Bagi mahasiswa putri:
a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.
vi
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
vii
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
sakit, Membuat Media (Alat Peraga) Pendidikan Kesehatan Masyarakat: Leaflet, poster,
lembar balik, Melakukan penyuluhan kesehatan HIV/AIDS, ISPA, Stunting pada anak,
Praktek posyandu mulai meja 1 sampai meja 5.
Deskripsi Materi
vii
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
PETUNJUK PENGGUNAAN
MODUL PRAKTIKUM SKILL LAB
ix
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………..
VISI DAN MISI UIM ……………………………………………….. . i
VISI DAN MISI PRODI S1 KEPERAWATAN ............................... .. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... .. iii
KONTRAK BELAJAR PRAKTIKUM SKILL LAB…………………. iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PRAKTIKUM SKILL LAB.. vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..… viii
GLOSARIUM ...................................................................................... xvii
BAB I EDUKASI KESEHATAN KOMUNITAS
KEGIATAN PRAKTIKUM I : PENYULUHAN ETIKA BATUK DAN BATUK
YANG HIGINE, PENYULUHAN PADA PASIEN TB PARU............................1
I. PENYULUHAN ETIKA BATUK DAN BATUK YANG HIGINE…… 1
I.Pengertian ………………………………………………………. 1
II. Tujuan …………………………………………………………. 1
III. Persiapan dan alat …..………………………………………… 2
IV. Langkah-langkah.....................................................................................2
V. Hal-hal yang perlu di perhatikan………………………………. 3
Format Prosedur …………………………………………………… 4
Format Penilaian………………………………………………….. 5
x
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xi
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
KEPERAWATAN KOMUNITAS……………………………. 26
a. Pengertian Pengkajian………………………….................. 26
b. Tujuan…………………………………………………………. 26
c. Sasaran Pengkajian…….. …………………………………. 26
d. Alat dan Bahan………………………………………………… 26
e. Persiapan………………………………………………………… 27
f.. Langkah-langkah melakukan pengkajian……….……………… 27
g. Hal-hal yang perlu di perhatikan ……………………………………. 28
Model Tori Betty Newman………………………… ...............……… 28
Rangkuman ............................................................................... ………. 37
Daftar Pustaka…………………………………………………… 38
Format Prosedur …………………………………………………… 39
Format Penilaian…………………………………………………… 41
xii
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xi
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
c. Persiapan…………………………………………………………… 86
d. Langkah-langkah………………………………………………… 87
Rangkuman ……………………………………………………………. 89
A. PENYAKIT HIV/AIDS
a. Pengertian……………………………………………………………… 90
b. Tujuan………………………………………………………………… 90
c. Persiapan……………………………………………………………. 90
SAP HIV/ADS………………………………….........................………. 90
Materi HIV/AIDS………………………………………………………… 93
Rangkuman ……………………………………………………………… 96
Daftar Pustaka…………………………………………………………. 98
Format Prosedur………………………………………………………… 99
Format Penilaian……………………………………………………….. 101
B. ISPA…………………………………………………………………… 102
a. Pengertian……………………………………………………………… 102
b. Tujuan………………………………………………………………… 102
c. Persiapan……………………………………………………………. 102
SAP ISPA……………………………………………… .............……….. 103
Materi ISPA………………………………………………………….. 105
Rangkuman …………………………………………………………….. 108
Daftar Pustaka…………………………………………………………. 109
Format Prosedur………………………………………………………. 110
Format Penilaian………………………………………………………. 112
C. STUNTING…………………………………………………………….. 113
I. Pengertian ………………………………………………. 113
II. Tujuan ……………………………………………………….. 113
III. Persiapan……………………….………………………….. 113
SAP STUNTING ………………………………………………….. 114
xv
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xv
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
GLOSARIUM
Ability : Mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya
ADL : Aktivitas sehari-hari
Air Borne : Penularan melalui udara
APD : Alat pelindung diri
At Risk : Kelompok beresiko
Build Healthy Public Policy : Buat kebijakan public yang sehat
Bias : Bulan imunisasi anak sekolah
Broken Home : Kondisi keluarga yang berantakan
Bullying/perundungan : Tindakan perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang
dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang
tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah
(Soetjipto, 2012).
Disability Limitation : Membatasi kemungkinan cacat
Enabling, : Faktor yang memungkinkan atau yang menfasilitasi
perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana,
ketersediaan sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan
puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya tempat
olah raga, dsb.
Health Promotion Peningkatan derajat kesehtan
Case Finding : Penemuan kasus
Case Control : Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik
yang menyangkut bagaimana faktor risiko (Paparan)
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif
Care Provider : Pelaksana layanan keperawatan
Case Report : Laporan kasus
Curation Of Disease : Perwatan/pengobatan penyakit
Core : Inti
Childrencentered : Pola asuh permisif
Community Komunitas
xv
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xv
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
waktu tertentu
Growth : Pertumbuhan
Gudiken : Gatal-gatal/scabies
Health Practice : Praktik kesehatan
Health promotion : Peningkatan/ promosi kesehatan
Health Knowl : Pengetahuan kesehatan
Health Attitude : Sikap terhadap kesehatan
Health Education In School : Pendidikan kesehatan sekolah
Hipertropi : Sel mukosa membesar
Holistic : Menyeluruh yaitu memperhitungkan hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi
Home Care : Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka
Hyperplasia : Kelenjar mucus bertambah banyak
Imigrasi : Masuknya penduduk ke suatu negara
Internally Displaced
: Orang-orang yang terlantar
Persons (IDPs)
Intersectoral : Antar sektor yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau
organisasi Indigenous People : Orang pribumi/penduduk asli
Interest : perhatian
Kiropratik : Bidang ilmu kesehatan yang dapat memperbaiki atau
mengembalikan susunan rangka tubuh
Kwarsiorkor : Tidak adanya cukup protein dan karbohidrat di dalam
diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit,
penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk
mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh,
kelelahan, perubahan rambut (warna atau tekstur),
infeksi meningkat dan lebih parah karena sistem
kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau
xi
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xx
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xx
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xx
M o d u l P r a k t i k u m KeperawatanKomunitas I
xx
M o d u l P r a k t i k u m
BAB I
EDUKASI KESEHATAN KOMUNITAS
KEGIATAN PRAKTIKUM I
PENYULUHAN ETIKA BATUK DAN BATUK YANG HIGINE,
PENYULUHAN PADA PASIEN TB PARU
Meriani H., SKM., S.Kep., M.Biomed
B. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat,
serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya
mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2009). Tercapaianya perubahan
pengetahuan, sikap dan tindakan positif dari individu/masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Mengurangi paparan terhadap lingkungan/orang lain dari partikel yang terpercik ketika
batuk.
2. Menurunkan transmisi patogen droplet.
3. Untuk memperkecil risiko terjadinya infeksi yang penularannya melalui udara
(airborne disease) dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
1
M o d u l P r a k t i k u m
2
M o d u l P r a k t i k u m
3
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
No Hal Ya Tidak
1 Persiapan
1. Membuat format rencana kerja sesuai panduan
2. Air bersih mengalir
3. Sabun/larutan antiseptik
4. Tisu, masker, sapu tangan
5. SAP, Poster, Leaflet, daftar hadir
2 Sikap dan tingkah laku
1. Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu)
2. Menujukka kesiapan mengikuti kegiatan
3. Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan kepada
masyarakat
4. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengikuti
semua kegiatann
3 Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Tutup mulut dan hidung menggunakan tisu, masker, sapu tangan
atau lengan baju anda bila batuk atau bersin
3. Buang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
pencuci tangan berbasis alcohol
5. Saat flu atau batuk gunakan masker agar orang lain tidak
tertular. Tidak meletakkan masker bekas dipakai pada leher
Karena bisa menyebar kembali virus dan bakteri ketika
digunakan kembali.
4 Laporan
1. Isi laporan sesuai tujuan pembelajaran
2. Membuat format laporan sesuai dengan buku pedoman
Jumlah
Keterangan
0 : tidak melakukan Jumlah Nilai
1 : melakukan kurang dari 40% NILAI : --- ----- ---- X 100 = …………..
2 : melakukan 40-60% 40
3 : melakukan 60-80%
4 : melakukan 80-100%
Medan,…………..
Mengetahui,……
Pembimbing
4
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Etika Batuk dan Bersin
Skala
Penilaian Nila
0 1 2 3
Item yang i
Dinilai
Persiapan Tidak Bila alat yang disiapkan Bila alat yang disiapkan Bila alat yang disiapkan
Alat (Bobot menyiap-kan 75% sesuai SOP sesuai SOP namun lengkap sesuai SOP dan
1) alat (minimal 5 item) penempatan alat kurang penempatan alat
atau tidak memperhatikan
memperhatikan keamanan pasien
keamanan pasien
Pra Interaksi Tidak Hanya melakukan 1 Melakukan 3 tahap pra Melakukan semua
(Bobot 1) melakukan tahap pra interaksi interaksi tahap (5 tahap) pra
tahap pra interaksi dengan benar
interaksi
Tahap Tidak Hanya melakukan 1-2 Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan tahap orientasi orientasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) semua tahap orientasi dengan benar
orientasi
Tahap Kerja Tidak Hanya melakukan 1-10 Melakukan 11-21 tahap Melakukan seluruh
(Bobot 6) melakukan tahap kerja dari 14 dari 21 tahap kerja yang tahap (21 tahap) kerja
semua tahap tahap yang harus harus dilakukan dengan baik
kerja dilakukan
Tahap Tidak Hanya melakukan 1-2 Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan tahap dari 5 tahap terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap terminasi terminasi dengan benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3-4 Mendokumentasikan
tasi melakukan mendokumentasikan 1-2 item semua item (6 item)
dokumentasi item
(Bobot 1)
Sikap Tidak Menunjukkan 1 sikap Menunjukkan 2 sikap Menunjukkan seluruh
(Bobot 1) menunjukka interaksi yang baik sikap (3 sikap) dengan
n sikap yang baik pada pasien
baik kepada
pasien
NilaiAkhir=Jumlah totalskorex100 =…
16
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
( ) ( )
5
M o d u l P r a k t i k u m
B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan, menambah informasi pada pasien dan masyarakat
tentang penyakit TB Paru.
2. Tercapaianya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan positip dari
individu/masyarakat dalam bidang kesehatan terutama tentang penyakit TB
3. Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan mata rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Obat Anti Tuberculosis (OAT).
6
M o d u l P r a k t i k u m
D. Langkah-langkah
1 Tahap persiapan
a. Survey dan
pengumpulan data
b. Standarisasi penyuluh
dan materi penyuluhan
c. Pembuatan materi
penyuluhan
2 Tahap pelaksanaan
a. Kegiatan diawali
dengan penyuluhan
tenyang penyakit TB
Parusecra umum
b. Topik yang di berikan
adalah penjelasan
tentang pengertian,
penyebab, gejala serta
factor resiko dari TB
Paru
c. Topi berikutnya
adalah penjelasan
tentan upaya
pencegahan dari
penyakit TB Paru
yang dapat di lakukan
oleh keluarga dan
masyarakat
d. Selanjutnya di berikan
penjelasan tentang
bagaiaman dapat di
7
M o d u l P r a k t i k u m
8
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENYULUHAN TB PARU
NamaMahasiswa : Tingkat/Program :
NIM : Tanggal :
Penguji :
NO ASPEK YANG DINILAI
Persiapan alat
1 Bak cuci tangan dengan air mengalir
2 Sabun cair/sabun biasa
3 Cairan antiseptik
4 Poster/leaflet
5 SAP penyuluhan
6 LCD/Laptop
7 Daftar hadir peserta penyuluhan
TahapPraInteraksi
1 Identifikasi kebutuhan partisipan
2 Siapkan alat-alat yang diperlukan
TahapOrientasi
1 Berisalam pada partisipan
2 Jelaskan prosedur& tujuan tindakan pada partisipan/siswa
3 Berikan kesempatan pada partisipan/siswa bertanya sebelum kegiatan dilakukan
4 Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
5 Menentukan sasaran pendengar
6 Mempersiapkan materi dan metode yang akan di berikan sesuai dengan masalah
7 Menentukan waktu dan tempat penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan,
kelompok atau masyarakat
Tahap Kerja/Pelaksanaan Penyuluhan
1 Penyuluhan TB di laksanakan di dalam gedung dengan cara;
a.Penyuluhan langsung perorangan sasarannya: penderita TB Paru, keluarga penderita
b.Penyuluhan langsung kelompok, sasarannya: kelompok penderita bersama keluarga
c.Penyuluhan tidak langsung seperti menenmpelkan poster dan brosur tentang penyakit
TB Paru
2 Penyuluhan TB Paru di laksanakan di luar gedung dengan cara:
a. Penyuluhan perorangan di rumah penderita
b. Penyuluhan kelompok di posyandu
TahapTerminasi
1 Evaluasi tindakan
a. Tercapainya tujuan yang di harapkan
b. Adanyan perubahan perilakiu penderita
c. Bertambahnya wawasan atau pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB
2 Simpulkan hasil kegiatan
3 Beri salam
9
M o d u l P r a k t i k u m
4 Cuci tangan
Dokumentasi
1 Nama partisipan
2 Tempat
3 Tanggal pelaksanaan
4 Waktu
6 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
Rangkuman
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian nomor empat setelah
penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Kasus penyakit TBC di Indonesia masih terbilang tinggi
yakni mencapai sekitar 450 ribu kasus setiap tahun dan kasus kematian akibat TBC sekitar 65
ribu orang. Penyakit TBC lebih banyak menyerang orang yang lemah kekebalan tubuhnya, lanjut
usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa kanakkanaknya. Penyebab penyakit TBC
adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman Mycobaterium tuberkulosis yang sangat mudah
menular melalui udara dengan sarana cairan yang keluar saat penderita bersin dan batuk, yang
terhirup oleh orang sekitarnya.
Seseorang yang terinfeksi TB paru akan menimbulkan berbagai dampak di kehidupannya, baik
secara fisik, mental, maupun sosial. Secara fisik, seseorang yang telah terinfeksi TB paru akan
sering batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat badan dan nafsu makan menurun, serta berkeringat di
malam hari. Semua hal itu tentunya akan mengakibatkan seseorang tersebut menjadi lemah.
Secara mental, seseorang yang telah terinfeksi TB paru umumnya akan merasakan berbagai
ketakutan di dalam dirinya, seperti ketakutan akan kematian, pengobatan, efek samping dalam
10
M o d u l P r a k t i k u m
11
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
12
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila alat yang Bila alat yang Bila alat yang
Alat menyiap-kan disiapkan 75% disiapkan sesuai disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat sesuai SOP SOP namun sesuai SOP dan
(minimal 3 item) penempatan alat penempatan alat
kurang atau tidak memperhatikan
memperhati-kan keamanan pasien
keamanan pasien
Pra Tidak Hanya Melakukan 1 tahap
Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan pra interaksi tahap (2 tahap)
(Bobot 1) tahap pra tahap pra pra interaksi
interaksi interaksi dengan benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1-2 orientasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) semua tahap tahap orientasi orientasi dengan
orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 5 tahap Melakukan 6
Kerja melakukan melakukan 1-4 dari 6 tahap kerja tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap tahap kerja dari yang harus tahap (6 tahap)
kerja 6 tahap yang dilakukan kerja dengan baik
harus dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1-2 terminasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) tahap tahap dari terminasi dengan
terminasi 4 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen Mendokumentasik
tasi (Bobot melakukan mendokumentasi tasikan 4-5 item an 6 item atau
1) dokumentasi kan 1-3 item semua item (6
item)
Sikap Tidak Menunjukkan 1 Menunjukkan 2-3 Menunjukkan
(Bobot 1) menunjukkan sikap interaksi sikap seluruh sikap (4
sikap yang yang baik sikap) dengan
baik kepada baik pada pasien
pasien
NilaiAkhir=Jumlahtotalskorex100 =…
36
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
TandaTanganMahasiswa TandaTangan Penguji
( ) ( )
13
M o d u l P r a k t i k u m
BAB II
MELAKUKAN EDUKASI KESEHATAN
Meriani H, SKM., S.Kep., M.Biomed
A. KECACINGAN
I. Pengertian
Kecacingan merupakan salah satu parasit pada manusia dan sangat merugikan salah
satunya dapat menghambat pertumbuhan fisik, anemia atau kadar hb rendah.
Serangkaian kegiatan dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan dengan materi
tentang masalah cacingan.Cacingan adalah penyakit infeksi cacing atau parasit yang
tinggal dalam usus manusia
II. Tujuan
14
M o d u l P r a k t i k u m
5. Berikan penjelasan pada partisipan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
dijelaskan alasan tindakan yang dilakukan.
6. Waktu
7. Tempat
8. Koordinasi
IV. Langkah-langkah
1 Tahap persiapan
a. Survey dan
pengumpulan data
b. Standarisasi penyuluh
dan materi
penyuluhan
c. Pembuatan materi
penyuluhan
2 Tahap pelaksanaan
a. Kegiatan diawali
dengan penyuluhan
tentang kecacingan
secara umum
b. Topik yang di
berikan adalah
penjelasan tentang
pengertian,
penyebab, gejala
serta factor resiko
dari kecacingan
c. Topi berikutnya
adalah penjelasan
tentang upaya
pencegahan dari
penyakit kecacingan
yang dapat di lakukan
oleh keluarga dan
masyarakat
15
M o d u l P r a k t i k u m
d. Selanjutnya di
berikan penjelasan
tentang bagaiaman
dapat di mulai kontak
serumah dengan
penderita kecacingan
16
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENYULUHAN KECACINGAN
NamaMahasiswa : Tingkat/Program :
NIM : Tanggal :
Penguji :
NO ASPEK YANG DINILAI
Persiapan alat
1 Bak cuci tangan dengan air mengalir
2 Sabun cair/sabun biasa
3 Poster/leaflet kecacingan
4 SAP penyuluhan Kecacingan
5 LCD/Laptop
6 Daftar hadir peserta penyuluhan
TahapPraInteraksi
1 Identifikasi kebutuhan partisipan
2 Siapkan alat-alat yang diperlukan
TahapOrientasi
1 Berisalam pada partisipan
2 Jelaskan prosedur& tujuan tindakan pada partisipan/siswa
3 Berikan kesempatan pada partisipan/siswa bertanya sebelum kegiatan dilakukan
4 Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
5 Menentukan sasaran pendengar
6 Mempersiapkan materi dan metode yang akan di berikan sesuai dengan masalah
7 Menentukan waktu dan tempat penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan,
kelompok atau masyarakat
Tahap Kerja/Pelaksanaan Penyuluhan
1 Penyuluhan kecacingan di laksanakan di dalam gedung dengan cara;
a.Penyuluhan langsung perorangan sasarannya: penderita kecacingan, keluarga
b.Penyuluhan langsung kelompok, sasarannya: kelompok penderita bersama keluarga
c.Penyuluhan tidak langsung seperti menenmpelkan poster dan brosur tentang penyakit
kecacingan
2 Penyuluhan kecacingan di laksanakan di luar gedung dengan cara:
a. Penyuluhan perorangan di rumah penderita
b. Penyuluhan kelompok di posyandu
TahapTerminasi
1 Evaluasi tindakan
a. Tercapainya tujuan yang di harapkan
b. Adanyan perubahan perilakiu penderita
c. Bertambahnya wawasan atau pengetahuan masyarakat tentang kecacingan
2 Simpulkan hasil kegiatan
3 Beri salam
4 Cuci tangan
17
M o d u l P r a k t i k u m
Dokumentasi
1 Nama partisipan
2 Tempat
3 Tanggal pelaksanaan
4 Waktu
6 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan, Juni
.........................................
18
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang di
sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh inangnya.
· Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah
CACING GELANG: (Ascaris lumbricoides)
CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura)
CACING TAMBANG: (Ancylostomiasis)
CACING KREMI: (Enterobius Vermicularis)
· Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa sakit
di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi
dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala demam,
adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing,
infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.
· Penderita cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan
otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan
intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya. Jika
anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik,
mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
· Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak
berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
· Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat, menjaga
kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali, dan konsultasi
kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan keluarga kita.
19
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
20
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila alat yang Bila alat yang Bila alat yang
Alat menyiap-kan disiapkan 75% disiapkan sesuai disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat sesuai SOP SOP namun sesuai SOP dan
(minimal 3 item) penempatan alat penempatan alat
kurang atau tidak memperhatikan
memperhati-kan keamanan pasien
keamanan pasien
Pra Tidak Hanya Melakukan 1 tahap
Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan pra interaksi tahap (2 tahap)
(Bobot 1) tahap pra tahap pra pra interaksi
interaksi interaksi dengan benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1-2 orientasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) semua tahap tahap orientasi orientasi dengan
orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 5 tahap Melakukan 6
Kerja melakukan melakukan 1-4 dari 6 tahap kerja tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap tahap kerja dari yang harus tahap (6 tahap)
kerja 6 tahap yang dilakukan kerja dengan baik
harus dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1-2 terminasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) tahap tahap dari terminasi dengan
terminasi 4 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen Mendokumentasik
tasi (Bobot melakukan mendokumentasi tasikan 4-5 item an 6 item atau
1) dokumentasi kan 1-3 item semua item (6
item)
Sikap Tidak Menunjukkan 1 Menunjukkan 2-3 Menunjukkan
(Bobot 1) menunjukkan sikap interaksi sikap seluruh sikap (4
sikap yang yang baik sikap) dengan
baik kepada baik pada pasien
pasien
NilaiAkhir=Jumlahtotalskorex100 =…
40
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
TandaTanganMahasiswa TandaTangan Penguji
( ) ( )
21
M o d u l P r a k t i k u m
B. SCABIOSIS
I. Pengertian
Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh tungau
Sarcoptes scabiei dan produknya. Penularan terjadi, karena Kontak langsung kulit dengan
kulit penderita skabies,seperti menjabat tangan, hubungan seksual, tidur bersama, dan
kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur bersama
dan saling meminjam pakaian, handuk danalat-alat pribadi lainnya miliki alat-alat pribadi
sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya.
II. Tujuan
22
M o d u l P r a k t i k u m
IV. Langkah-langkah
1 Tahap persiapan
a. Survey dan
pengumpulan data
b. Standarisasi penyuluh
dan materi
penyuluhan
c. Pembuatan materi
penyuluhan
2 Tahap pelaksanaan
a. Kegiatan diawali
dengan penyuluhan
tentang scabiosis
secara umum
b.Topik yang di berikan
adalah penjelasan
tentang pengertian,
penyebab, gejala
serta factor resiko
dari scabiosis
c. Topi berikutnya
adalah penjelasan
tentang upaya
pencegahan dari
penyakit kecacingan
yang dapat di lakukan
oleh keluarga dan
masyarakat
d. Selanjutnya di
berikan penjelasan
tentang bagaiaman
dapat di mulai kontak
serumah dengan
penderita scabiosis
23
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENYULUHAN
SCABIOSIS
NamaMahasiswa : Tingkat/Program :
NIM : Tanggal :
Penguji :
NO ASPEK YANG DINILAI
Persiapan alat
1 Bak cuci tangan dengan air mengalir
2 Sabun cair/sabun biasa
3 Poster/leaflet scabies
4 SAP penyuluhan scabies
5 LCD/Laptop
6 Daftar hadir peserta penyuluhan
7 Tensi Meter
8 Stetoskop
Tahap Pra Interaksi
1 Identifikasi kebutuhan partisipan
2 Siapkan alat-alat yang diperlukan
Tahap Orientasi
1 Beri salam pada partisipan
2 Jelaskan prosedur & tujuan tindakan pada partisipan/siswa
3 Berikan kesempatan pada partisipan/siswa bertanya sebelum kegiatan dilakukan
4 Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
5 Menentukan sasaran pendengar
6 Mempersiapkan materi dan metode yang akan di berikan sesuai dengan masalah
7 Menentukan waktu dan tempat penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan,
kelompok atau masyarakat
Tahap Kerja/Pelaksanaan Penyuluhan
1 Penyuluhan kecacingan di laksanakan di dalam gedung dengan cara;
a.Penyuluhan langsung perorangan sasarannya: penderita scabies, keluarga
b.Penyuluhan langsung kelompok, sasarannya: kelompok penderita bersama keluarga
c.Penyuluhan tidak langsung seperti menenmpelkan poster dan brosur tentang penyakit
scabies
2 Penyuluhan kecacingan di laksanakan di luar gedung dengan cara:
a. Penyuluhan perorangan di rumah penderita
b. Penyuluhan kelompok di posyandu
TahapTerminasi
1 Evaluasi tindakan
a. Tercapainya tujuan yang di harapkan
b. Adanyan perubahan perilakiu penderita
c. Bertambahnya wawasan atau pengetahuan masyarakat tentang scabies
2 Simpulkan hasil kegiatan
24
M o d u l P r a k t i k u m
3 Beri salam
4 Cuci tangan
Dokumentasi
1 Nama partisipan
2 Tempat
3 Tanggal pelaksanaan
4 Waktu
6 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan, Juni
.........................................
25
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Skabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varietas hominis (Susanto dkk, 2008). Skabies adalah
penyakit yang sangat menular. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung dengan kulit
pasien atau tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi tungau. Pendidikan sebagai solusi
pencegahan penyakit scabies berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan. Pengetahuan tentang
pencegahan, cara penularan penyakit, serta upaya pengobatan jika telah terinfeksi skabies
berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat yang menjaga kebersihan diri sendiri maupun
lingkungan selanjutnya diharapkan mampu menekan bahkan meniadakan prevalensi skabies.
Domain perilaku pada hakekatnya perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Menurut (Ratnasari, 2014) Faktor yang memengaruhi kejadian skabies yaitu: (1) sanitasi
lingkungan, seperti ventilasi dan kelembaban udara, dapur dan fasilitas pengelolaan makanan,
pengelolaan sampah (2) kepadatan penghuni menyebabkan tidak terjaga kebersihannya juga akan
berpengaruh terjadinya skabies di pesantren dan tidak tersedianya air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan di pesantren (3) pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba, sebagian
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010), (4) perilaku,
suatu keadaan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung seperti santri dipesantren berjabat tangan, bertukar atau minjam
meminjam pakaian, handuk, sarung, bantal,guling dan kasur (Notoadmodjo, 2010).
Dampak yang ditimbulkan akibat skabies karena masalah personal hygiene yang pertama adalah
dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit seperti merasakan gatal-gatal dimalam hari dan
gangguan fisik pada kuku.
26
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, R.P. 2000. Skabies. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Eds ketiga. Ed Djuanda
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Herman, M.J. 2001. Penyakit Hubungan Seksual Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit. Cermin
Dunia Kedokteran No 130. pp 12-16.
Ma‟rufi, I., Keman, S., Notobroto, H.B. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan
Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies, Studi Pada Santri di Pondok Pesantren kabupaten
Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingungan, Vol 2 No.1 p 11-18.
27
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila alat yang Bila alat yang Bila alat yang
Alat menyiap-kan disiapkan 75% disiapkan sesuai disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat sesuai SOP SOP namun sesuai SOP dan
(minimal 3 item) penempatan alat penempatan alat
kurang atau tidak memperhatikan
memperhati-kan keamanan pasien
keamanan pasien
Pra Tidak Hanya Melakukan 1 tahap
Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan pra interaksi tahap (2 tahap)
(Bobot 1) tahap pra tahap pra pra interaksi
interaksi interaksi dengan benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1-2 orientasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) semua tahap tahap orientasi orientasi dengan
orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 5 tahap Melakukan 6
Kerja melakukan melakukan 1-4 dari 6 tahap kerja tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap tahap kerja dari yang harus tahap (6 tahap)
kerja 6 tahap yang dilakukan kerja dengan baik
harus dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1-2 terminasi tahap (4 tahap)
(Bobot 1) tahap tahap dari terminasi dengan
terminasi 4 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen Mendokumentasik
tasi (Bobot melakukan mendokumentasi tasikan 4-5 item an 6 item atau
1) dokumentasi kan 1-3 item semua item (6
item)
Sikap Tidak Menunjukkan 1 Menunjukkan 2-3 Menunjukkan
(Bobot 1) menunjukkan sikap interaksi sikap seluruh sikap (4
sikap yang yang baik sikap) dengan
baik kepada baik pada pasien
pasien
NilaiAkhir=Jumlahtotalskorex100 =…
32
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
TandaTanganMahasiswa TandaTangan Penguji
( ) ( )
28
M o d u l P r a k t i k u m
BAB III
A. Pengertian Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Supaya dapat mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat
penting untuk merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu
B. Tujuan
C. Sasaran Pengkajian
Individu, keluarga, masyarakat dan kelompok
a. Tensi meter
b. Stetoskope
c. Termometer
29
M o d u l P r a k t i k u m
d. ATK
e. Laptop dan LCD
f. Format pengkajian komunitas
E. Persiapan
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 6-7 orang.
2. Mempelajari dan memahami Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan silabus, dan
penyusunan, tata cara dan sistematika penulisan
3. Harus konsisten menjelaskan pedoman praktikum ini sesuai urutan penyajian dalam
RPS dan substansi yang tercantum dalam modul.
4. Menguasai dan memahami buku/bahan referensi termasuk peraturan perundang-
undangan yang terkait.
5. Setiap kelompok mendapat satu masalah kesehatan komunitas yang digunakan sebagai
pemicu dalam kegiatan penyusunan angket pengkajian keperawatan komunitas.
Alat:
1) Peralatan pengkajian yang dibutuhkan disiapkan (misalnya, buku catatan, kuesioner,
timbangan, alat ukur, tensimeter, stetoskop, snellen test, hearing test, isihara, obat
sederhana, dll)
2) Instrumen pengkajian (kuesioner dll)
30
M o d u l P r a k t i k u m
11 Pemeriksaan fisik
B Pengkajian 8 sub sistem
1 Lingkungan fisik
2 Pendidikan
3 Keamanan dan transportasi
4 Politik dan pemerintah
5 Pelayanan kesehatan
6 Pelayanan sosial
7 Komunikasi
8 Ekonomi
9 Rekreasi
C Ucapkan terimakasih
D Cuci tangan
E Dokumentasikan:
1. Daftar hadir peserta penyuluhan
2. Pengkajian komunitas
31
M o d u l P r a k t i k u m
sebagai persyaratan untuk mencapai tahap kesehatan yang optimum. Memfasilitasi kesehatan
yang optimum untuk pasien melalui memperkuat atau memelihara stabilitas system klien.
Sehat Adalah keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada rentang negentrophy
paling besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian pada klien berada dalam keadaan
harmonis atau seimbang ketika semua dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal tercapai.
kesehatan adalah juga energi.
Manusia terdiri dari Fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Diwakili
untuk struktur sentral, garis pertahanan dan garis perlawanan.
Klien adalah manusia yang diancam atau diserang oleh stressor lingkungan. Lingkungan adalah
semua faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi klien dan system klien. Tiga type
lingkungan yang telah diidentifikasi ; internal, eksternal dan , lingkungan yang diciptakan.
Stressor adalah bagian dari lingkungan, lingkungan internal berisi dalam batas system klien.
Lingkungan eksternal berisi kekuatan-kekuatan diluar system klien.
Lingkungan yang diciptakan merupakan mobilisasi yang tidak disadari klien terdiri dari struktur
komponen-komponen sebagai faktor energi, stabilitas dan integritas.
Masalah keperawatan merupakan kesehatan system klien yang terancam atau manifestasi aktual
respon terhadap stressor. Proses Keperawatan Neuman menggambarkan 3 langkah
fokus:diagnosa keperawatan, tujuan keperawatan dan hasil.
Intervensi keperawatan adalah intervensi yang diidentifikasi oleh Neuman, yaitu tiga komponen
tipologi intervensi :
a. tahap pencegahan primer
b. sekunder
c. tersier.
Rekontitusi merupakan bagian dari tahap pencegahan tersier.
Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua aktor utama : komunitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5
tahapan :
1. Pengkajian
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi secara berbeda.
Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat
pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari kemungkinan
32
M o d u l P r a k t i k u m
untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan kebutuhannya. Jika stressor telah
menembus garis pertahanan normal (tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak
untuk menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive.
Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha
untuk membatasi atau mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber
rehabilitasi.
Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman
menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan klien harus dikaji karena
persepsi klien dan caregiver mungkin bervariasi.Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi
tindakan caregiver.Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji prasangka, kebutuhan
dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat
keputusan. Hal ini penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena
ini akan sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuanmengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada
kelompokatau komunitas adalah:
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):
ng dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan.
menimbulkan stress.
cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk uk
kesehatan.
33
M o d u l P r a k t i k u m
Komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan dikomunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet
yang diberikan kepadakomunitas.
dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau misalnya anjuran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya.Elemen
pengkajian komunitas terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai
keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan;
pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi. Hal diatas perlu dikaji untuk
menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format
yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
34
M o d u l P r a k t i k u m
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan
seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa
keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
35
M o d u l P r a k t i k u m
3. Perencanaan (Intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dansasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan.
Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua
faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu
sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat sepertidana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam
pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah
suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan
masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan diwilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
◊ Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
◊ Melakukan pengkajian
◊ Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
◊ Melatih kader◊ Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
36
M o d u l P r a k t i k u m
f) Tahap akhir Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatanlebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
ö Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
ö Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
ö Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik
dan laboratorium
ö Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas
bila stressor dari lingkungan
ö Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama
telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk intervensi
apa yang harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi
antara perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakanyang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu:x
Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasisehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingandini dalam kesehatan keluarga.x
Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
37
M o d u l P r a k t i k u m
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat
proses penyakit, Contoh: Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi
keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.x
Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga
yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan
secara teratur ke Posyandu.
Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam memberikan
tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress (gangguan mental)
perawatan harus melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan secara total.
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan
tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu :
1. Intervensi yang bersifat promosi
Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang
berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien dirumah
atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2. Intervensi yang bersifat prevensi
Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
a. Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling pra nikah
3. Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4. .Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
38
M o d u l P r a k t i k u m
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran sta atau
pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puasterhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
39
M o d u l P r a k t i k u m
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan
penilaian, yaitu:
a. Daya guna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Rangkuman
40
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Christensen, Paula J. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Ed. 4. Jakarta: EGC
Efendy. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Effendi, Ferry. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: teori, dan praktik dalam keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dam praktek. Ed.3. Jakarta: EGC
Friedman., Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan praktik. Ed.5.
Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas buku 2: konsep dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W.I. & Santoso, B.A. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas: teori & aplikasi
dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga.
Jakarta: Sagung Seto
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. (Ed.1). Jogjakarta: Graha Ilmu
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
41
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENGKAJIAN
KOMUNITAS
1 Persiapan awal
1. Siapkan alat untuk pengkajian keperawatan komunitas
(format pengkajian keperwatan komunitas)
2. Siapkan PHN KIT (lengkap)
3. Buat surat izin kepada instansi terkait berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan pengkajian keperawatan komunitas
(Pukesmas, kelurahan, RW)
4. Beritahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan dilakukan
kegiatan keperwatan komunitas
5. Beritahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan dilakukan
kegiatan pengkajian keperawatan komunitas
2 Pelaksannaan Kegiatan Pengkajian
1. Sampaikan salam terapeutik
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengkajian
3. Lakukan kontrak waktu
4. Lakukan pengkajian data inti
5. Lakukan pengkajian data 8 sub system yang
mempengaruhi kesehtan komunitas
6. Kaji kesehtan komunitas, meliputi TB, BB, TD, dan lain-
lain)
7. Lakukan pemeriksaan snellen test dan hearing test
8. Kaji pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas, posyandu, Pos obat desa)
42
M o d u l P r a k t i k u m
( ) ( )
43
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun isinya disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat belum sesuai dengan topik sesuai SOP dan
penyuluhan topik penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap)
(Bobot 1) tahap pra tahap pra pra interaksi
interaksi interaksi dengan benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap dari Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- 8 tahap kerja yang harus tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari 5 terminasi dengan
terminasi tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan Mendokumentasik
tasi (Bobot melakukan mendokumen- 3 item an semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
21
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
44
M o d u l P r a k t i k u m
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM RENTANG SEHAT SAKIT
Meriani H.SKM., S.Kep., M.Biomed
A PENGKAJIAN
I. Pengertian
Upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok
lanjut usia dan dilaksanakan secara terorganisir secara terus menerus.
II. Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok lansia untuk dapat
menolong diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
b. Identifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok lansia
c. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang dan
pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.
III. Persiapan
Persiapan alat
1) Peralatan pengkajian yang dibutuhkan disiapkan (misalnya; buku catatan, kuesioner,
alat ukur, tensimeter, stetoskop, snellen test, hearing test, obat sederhana, dll).
2) Instrumen pengkajian (kuesioner, dll).
Persiapan lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman
2) Libatkan seluruh petugas yang terkait dengan asuhan lansia
45
M o d u l P r a k t i k u m
IV. Langkah-langkah
I.Persiapan
Persiapan alat
1) Peralatan pengkajian yang dibutuhkan
disiapkan (misalnya; buku catatan,
kuesioner, alat ukur, tensimeter, stetoskop,
snellen test, hearing test, obat sederhana,
dll).
2) Instrumen pengkajian (kuesioner, dll).
Persiapan lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman
2) Libatkan seluruh petugas yang terkait
dengan asuhan lansia
II. Pelaksanaan
1. Kaji data umum (identitas klien)
2. Kaji status kesehatan saat ini, dan dahulu
3. Kaji riwayat kesehatan keluarga
4. Kaji pola aktivitas sehari-hari lansia (lihat
SOP ADL)
5. Lakukan pemeriksaan fisik (tanda vital,
kebersihan perorangan)
6. Kaji psiko, sosio dan spiritual
7. Kaji penyakit yang sering diderita
8. Kaji ketersediaan dana atau upaya kesehatan
9. Kaji emosional lansia
10. Kaji fungsi kognitif lansia,
meliputi Katz Indeks, Barthel
Index, Short
Portable Status Quesioner (lihat SOP fungsi
intelektual)
11. Kaji pemanfaatan sarana kesehatan
46
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Berdasarkan dari hasil pengkajian yang diperoleh maka perawat harus benar-benar mampu
membina hubungan dengan klien lansia agar klien dapat memberikan keterangan yang
dibutuhkan perawat dengan benar dan jelas. Dan berdasarkan konsep proses penuaan lansia
maka lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahn baik secara fisik maupun
psikologis. Langkah penyelesaian masalah secara ilmiah ini disebut dengan proses keperawatan.
Langkah dalam keperawatan mengarah pada hasil spesifik, karakteristik lima proses keperawatan
yaitu pengumpulan data/pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,perencanaan,
implementasi,dan evaluasi.
47
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik ma‟rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Ernawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Psibernetika
Universitas Bunda Mulya.
Hayati, R. & Nurviyandari D., 2014. Depresi Ringan Pada Lansia Setelah Memasuki Masa
Pensiun. Depok : Skripsi Universitas Indonesia
Kaharingan, E., Bidjuni, H. & Karundeng , M., 2015. Pengaruh Penerapan terapi Okupasi
Terhadap Kebermaknaan Hidup Pada Lansia di Panti Werdha Damai Ranamuut Manado,
ejournal Keperawatan
48
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENGKAJIAN
KOMUNITAS
1 Persiapan awal
1. Siapkan alat untuk pengkajian keperawatan komunitas
(format pengkajian keperwatan komunitas)
2. Siapkan PHN KIT (lengkap)
3. Buat surat izin kepada instansi terkait berhubungan
dengan pelaksanaan kegiatan pengkajian keperawatan
komunitas (Pukesmas, kelurahan, RW)
4. Beritahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan
dilakukan kegiatan keperwatan komunitas
5. Beritahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan
dilakukan kegiatan pengkajian keperawatan komunitas
2 Pelaksannaan Kegiatan Pengkajian
1. Sampaikan salam terapeutik
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengkajian
3. Lakukan kontrak waktu
4. Lakukan pengkajian data inti
5. Lakukan pengkajian data 8 sub system yang
mempengaruhi kesehtan komunitas
6. Kaji kesehatan lansia, meliputi TB, BB, TD, dan lain-
lain)
7. Kaji riwayat kesehatan keluarga
8. Kaji pola aktivitas sehari-hari lansia (ADL)
9. Lakukan pemeriksaan fisik (tanda vital, kebersihan
peorangan)
49
M o d u l P r a k t i k u m
50
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun isinya disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat belum sesuai dengan topik sesuai SOP dan
penyuluhan topik penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap)
(Bobot 1) tahap pra tahap pra pra interaksi
interaksi interaksi dengan benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap dari Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- 8 tahap kerja yang harus tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan Mendokumentasik
tasi (Bobot melakukan mendokumen- 3 item an semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
28
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
51
M o d u l P r a k t i k u m
Pada tahap ini sangat diperlukan keterampilan intelektual, kemampuan berfikir yang didasari
dengan pengetahuan teori yang cukup. Perlu anda ketahui bahwa kegiatan merumuskan diagnosa
keperawatan komunitas dilakukan bersama atau dengan melibatkan masyarakat dalam acara atau
forum Musyawarah Masayarakat RW/Desa. Praktik merumuskan diagnosa keperawatan
komunitas, dilakukan setelah anda melakukan analisa data keperawatan komunitas. Proses
kegiatan merumuskan diagnosa keperawatan komunitas ini akan kita lakukan melalui tiga tahap
yaitu persiapan, pelekasaan dan pelaporan.
I. Pengertian
Diagnosis keperawatan komunitas adalah kegiatan untuk menetapkan data subjektif dan
objektif, membuat problem, etyologi, sign dan membuat prioritas masalah keperawatan
komunitas.
II. Tujuan
Peserta didik mampu melakukan diagnosis keperawatan komunitas pada lansia dengan DM
III. Persiapan
Persiapan komunitas lansia
1. Kontrak praktek dengan pembimbing
b. Pastikan peserta dididk sudah membuat pengkajian keperawatan lansia
Persiapan lingkungan
Atur lingkungan yang nyaman dan kondusif
52
M o d u l P r a k t i k u m
2. Pelaksanaan
a. Melibatkan masyarakat
b. Dilakukan saat musyawarah masyarakat
desa/kelurahan
c. Siapkan table analisa data
d. Rumusan diagnose dengan benar
e. Diagnosa sesuai dengan kondisi yang ada
3. Ucapkan salam atau kontrak selanjutnya
4 Cuci tangan
5 Dokumentasikan
a.Daftar hadir peserta didik
b.Perumusan diagnose keperawatan komunitas
Rangkuman
Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas merupakan suatu proses yang memerlukan
keterampilan intelektual dan kemampuan berfikir yang didasari dengan pengetahuan teori yang
cukup. Perlu anda ketahui bahwa kegiatan merumuskan diagnose keperawatan komunitas
dilakukan bersama atau dengan melibatkan masyarakat dalam acara atau forum Musyawarah
Masayarakat RW/Desa. Praktik merumuskan diagnose keperawatan komunitas, dilakukan
setelah anda melakukan analisa data keperawatan komunitas. Langkah berikutnya adalah
merumuskan diagnosa keperawatan dengan cara menyusun kalimat yang berasal dari kolom
masalah yang digabungkan dengan kalimat yang ada di kolom data sehingga tersusunlah
diagnosa keperawatan komunitas.
53
M o d u l P r a k t i k u m
Daftar Pustaka
54
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
55
M o d u l P r a k t i k u m
a. Respon verbal
1. Komunitas mengatakan mengetahui masalah
keperawatannya
2. Komunitas mengatakan telah mengetahui masalah
masalah keperwatan yang harus diatasi lebih awal
b. Respon non verbal
1. Komunitas senang di bantu merumuskan masalahnya
5 Dokumentasi
1. Daftar hadir peserta
2. Dokumentasi diagnose keperawatan
3. Laporan diagnose keperawatan penyakit infeksi
Jumlah Nilai
Nilai Akhir
56
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
23
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
57
M o d u l P r a k t i k u m
I. Pengertian
Perencanaan adalah kegiatan untuk menetapkan tujuan, intervensi dan evaluasi
(kriteria dan standar) keperawatan komunitas .
II. Tujuan
Peserta didik mampu melakukan perencanaan keperawatan komunitas
III. Persiapan
Persiapan komunitas
a. Kontrak praktek dengan pembimbing
b. Pastikan peserta didik sudah membuat diagnosis keperawatan
komunitas Persiapan lingkungan
Atur lingkungan yang nyaman dan kondusif
IV. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Persiapan komunitas
b. Kontrak praktek dengan pembimbing
c. Pastikan peserta didik sudah membuat
diagnosis keperawatan komunitas
d. Persiapan lingkungan:
e. Atur lingkungan yang nyaman dan kondusif
58
M o d u l P r a k t i k u m
2. Pelaksanaan:
a. Ciptakan pengaturan tempat dan lingkungan
yang nyaman dan kondusif
b. Lakukan tanya jawab dan pembahasan
c. Susun rencana pemecahan masalah
berdasarkan kesepakatan masyarakat
d. Arahkan masyarakat untuk membentuk
kelompok kerja kesehatan
e. Bantu Pokjakes untuk menyusun POA
f. Berikan penghargaan/pujan atas partisipasi
masyarakat
3. Ucapkan salam atau kontrak selanjutnya
4 Dokumentasikan
a.Daftar hadir loka karya mini
b.Implementasi keperawatan komunitas
Rangkuman
Perencanaan keperawatan komunitas terdiri atas beberapa tahapan, yaitu memprioritaskan
diagnosis komunitas, menetapkan sasaran intervensi yang diharapkan, menetapkan tujuan yang
diharapkan, dan menetapkan intervensi keperawatan. Ada lima faktor yang perlu diperhatikan
dalam memperioritaskan masalah, yaitu luasnya perhatian masyarakat, sumber-sumber yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah (dana, tenaga, waktu, alat, dan penyaluran),
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, kebutuhan pendidikan khusus, serta penambahan
sumber dan kebijakan yang dibutuhkan.
Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas berorientasi pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisis. Dalam menetapkan
rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka harus mencakup apa yang akan
dilakukan, kapan melakukannya, berapa banyak, siapa yang menjadi sasaran, dan lokasinya di
mana? Pengorganisasian komunitas adalah suatu proses ketika suatu masyarakat tertentu
59
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.N., & Spredley, B.W. 2001. Community health nursing: concept and practice.
Philadelphia: Lippincot.
Anderson, E.T. & McFarlane, J. 2000. Community as partner: Theory and practice in nursing.
Philadelphia: Lippincot.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Kemitraan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
Entjang., Indan., 2000., Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ervin, N.E. 2002. Advanced community health nursing practice: population focused care. New
Jersey: Pearson Education,Inc.
60
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
No Keterampilan/sikap yang harus di tampilkan Ya Tidak
1 Persiapan
Persiapan komunitas
1. Kontrak praktek dengan pembimbing
2. Pastikan peserta didik sudah membuat diagnosis keperawatan
komunitas
Persiapan lingkungan
1. Atur lingkungan yang nyaman dan kondusif
2 Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan kegiatan perencanaan.
3 Fase kerja
1. Sampaikan hasil pengkajian dan prioritas masalah kepada
masyarakat melalui pra loka karya mini
2. Rumuskan tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan
SMART
3. Jelaskan tujuan setiap tindakan yang akan dilakukan
4. Membuat kriteria hasil
5. Membuat standar
6. Menjelaskan strategi intervensi
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang akan dilakukan
8. Mengidentifikasi sumber yang akan digunakan dalam tindakan
61
M o d u l P r a k t i k u m
keperawatan
9. Menyiapkan tempat untuk pelaksanaan tindakan keperawatan
10.Menentukan penanggung jawab kegiatan pelaksanaan asuhan
keperawatan
11.Merumuskan rencana kerja (POA) bersama masyarakat melalui
loka karya mini
12. Mendokumentasikan tujuan umum dan khusus
13. Mendokumentasikan kriteria dan standar
14. Mendokumentasikan strategi intervensi yang digunakan
15. Mendokumentasikan rencana tindakan yang akan dilakukan
16. Mendokumentasikan sumber pada pelaksanaan kegiatan
17. Mendokumentasikan tempat pada pelaksanaan kegiatan
18.Mendokumentasikan penanggung jawab pada pelaksanaan
kegiatan
3 Fase Terminasi
1. Menyimpulkan perencanaan yang telah di tetapkan bersama
2. Menyebutkan manfaat kegiatan yang akan dilakukan
3. Memberi salam
4 Evaluasi
a.Respon verbal
1. Komunitas mengatakan sangat memerlukan perencanaan dalam
asuhan keperawatan komunitas
2. Komunitas mengatakan akan melaksanakan tindakan sesuai
rencana keperawatan komunitas
b.Respon non verbal
1. Komunitas senang di bantu merencanakan tindakan yang akan
di lakukan untuk mengatasi masalah kesehtannya.
5 Dokumentasi
1. Daftar hadir mahasiswa
2. Dokumentasi perencanaan keperawatan
3. Laporan perencanaan keperawatan kelompok kerja
62
M o d u l P r a k t i k u m
Jumlah Nilai
Nilai Akhir
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
33
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
63
M o d u l P r a k t i k u m
( ) ( )
I. Pengertian
Melaksanakan musyawarah di komunitas adalah mendiskusikan masalah kesehatan atau
resiko masalah kesehatan yang muncul dari hasil identifikasi masalah serta mendiskusikan
upaya pemecahan masalah kesehatan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat
II. Tujuan
Melaksanakan musyawarah dengan masyarakat di komunitas sesuai dengan hasil
pengumpulan data degan melibatkan peran serta masyarakat
64
M o d u l P r a k t i k u m
III.Persiapan
Persiapan awal/pre lokmin
a. Kumpulkan TOMA untuk menyepakati pelaksanaan musyawarah masyarakat
b. Bentuk pengorganisasian kegiatan musyawarah masyarakat
c. Buat undangan dan sebarkan undangan
d. Pastikan data yang akan disajikan dengan media yang
menarik Persiapan lingkungan
a. Ciptakan pengaturan tempat dan lingkungan yang nyaman dan kondusif
b. Lakukan tanya jawab dan pembahasan
c. Susun rencana pemecahan masalah berdasarkan kesepakatan masyarakat
d. Arahkan masyarakat untuk membentuk kelompok kerja kesehatan
e. Bantu Pokjakes untuk menyusun POA
f. Berikan penghargaan/pujan atas partisipasi masyarakat
1. Persiapan
a. Lakukan kerjasam lintas sektoral
b. Alat-alat bahan praktik yang harus
disiapkanpada jenis tindakan keperawtan yang
akan di lakukan
c. Undangan telah disebarkan kepada pemangku
perangkat desa/ketua RT/RW
d. Tempat lokakarya mini
e. Sound system
f. Laptop da LCD
g. Alat peraga atau media
h. Flipchart
65
M o d u l P r a k t i k u m
2. Pelaksanaan:
a. Ciptakan pengaturan tempat dan lingkungan
yang nyaman dan kondusif
b. Lakukan tanya jawab dan pembahasan
c. Susun rencana pemecahan masalah
berdasarkan kesepakatan masyarakat
d. Arahkan masyarakat untuk membentuk
kelompok kerja kesehatan
e. Bantu Pokjakes untuk menyusun POA
f. Berikan penghargaan/pujan atas partisipasi
masyarakat
3. Ucapkan salam atau kontrak selanjutnya
4 Dokumentasikan
a.Daftar hadir loka karya mini
b.Implementasi keperawatan komunitas
Rangkuman
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan kegiatan keperawatan komunitas
dalam proses keperawatan komunitas. Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam
66
M o d u l P r a k t i k u m
67
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.N., & Spredley, B.W. 2001. Community health nursing: concept and practice.
Philadelphia: Lippincot.
Anderson, E.T. & McFarlane, J. 2000. Community as partner: Theory and practice in nursing.
Philadelphia: Lippincot.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Kemitraan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
Entjang., Indan., 2000., Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung: Citra Aditya Bakti.
68
M o d u l P r a k t i k u m
Ervin, N.E. 2002. Advanced community health nursing practice: population focused care. New
Jersey: Pearson Education,Inc.
Kemenkes RI. 2012. Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Helvie (2004). Community nursing.
Philadelpia. Mosby
FORMAT PROSEDUR
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
69
M o d u l P r a k t i k u m
70
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
71
M o d u l P r a k t i k u m
( ) ( )
Mahasiswa yang berbahagia, sekarang berada pada tahap akhir dariproses keperawatan
komunitas, yaitu evaluasi. Pada tahap ini, andadituntutmemilikiketerampilan kritis untuk menilai
apakah intervensi yang dilakukan sudah tepat dan apakah tujuan keperawatan telah dicapai.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria waktu dan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program yang disusun dan
dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan
efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai
72
M o d u l P r a k t i k u m
dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat. Evaluasi ditujukan untuk
menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan program apa yang dibutuhkan
masyarakat, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat
diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang menjadi target
sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Evaluasi juga bertujuan mengidentigikasi masalah dalam perkembangan program dan
penyelesaiannya. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah
sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program, sumber daya dan waktu
pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah
prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan memandingkan
perbedaan program terkait keefektifannya.
Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perubahan
perilaku masyarakat. Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Pada asuhan keperawatan komunitas, evaluasi
formatif dialkukan du setuap tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian komunitas sampai
pada implementasi. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Panduan ini membahan
evaluasi sumatif.
I. Pengertian
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan komunitas
yang telah dilakukan.
II. Tujuan
Peserta didik mampu melakukan penilaian asuhan keperawatan komunitas
III.Persiapan
a. Menyiapkan alat evaluasi sesuai rencana dan kriteria evaluasi yang telah di rumuskan dan
di sepakati (dapat melalui pertemuan langsung atau melalui penyebaran angket)
b. Membuat kontrak dengan pembimbing
73
M o d u l P r a k t i k u m
74
M o d u l P r a k t i k u m
2. Pelaksanaan:
Mengukur pencapaian tujuan
a. Kognitif (pengetahuan)
b. Afektif (status emosional)
c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan)
3 Evaluasi kegiatan
a. Relevansi (relevance): Apakah tujuan program
mendukung tujuan kebijakan?
b. Keefektifan (effectiveness): Apakah tujuan
program dapat tercapai?
c. Efisiensi (efficiency): Apakah tujuan program
tercapai dengan biaya paling rendah?
d. Hasil (outcomes): Apakah indikator-indikator
tujuan program membaik?
e. Dampak (impact): Apakah indikator-indikator
tujuan kebijakan membaik?
f. Keberlanjutan (sustainability): Apakah
perbaikan indikator-indikator terus berlanjut
setelah program selesai?
3. Dokumentasikan
a.Daftar hadir loka karya mini
b.Evaluasi keperawatan komunitas
1. Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan
tandahiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut
maupuncronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam
tubuh,dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai
jugagangguan metabolisme protein dan lemak.Diabetes mellitus merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai olehkenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
75
M o d u l P r a k t i k u m
(Brunner dan Suddarth, 2002).Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkanoleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baikabsolut maupun relatif (Arjatmo, 2002)
2. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensiinsulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas
insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel–sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel– sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin
76
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk mengetahui
seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan egektif
untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan
rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses
mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan
cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada urutasn
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui
perubahan pengetahuan, sikap dan peribahan perilaku masyarakat. Evaluasi terdiri atas evaluasi
formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program berlanssung. Sementara
itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang
efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektivitas program dapat dilakukan dengan cara
mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Catatlah semua kegiatan praktik
tindakan keperawata komunitas) ke dalam logbook sebagai bukti bahwa anda telah
melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
77
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
78
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
EVALUASI KOMUNITAS
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
79
M o d u l P r a k t i k u m
kegiatan
5. Membuat perencanaan kembali
3 Fase Terminasi
1. Menyimpulkan hasil pertemuan
2. Menyebutkan manfaat kegiatan yang telah di lakukan
3. Memberi salam
4 Evaluasi
Respon Verbal
1. Masyarakat mengatakan sangat memerlukan pelayanan
keperawatan komunitas
2. Masyarakat mengatakan akan melanjutkan tindakan
keperawatan komunitas
Respon Non Verbal
1. Antusiasme selama kegiatan evaluasi
2. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan yang di
sepakati
3. Masyarakat melakasanakan kegiatan keperwatan
komunitas sesuai dengan jadwal
Dokumentasi
1. Dokumentasi evaluasi
2. Laporan evaluasi asuhan keperawatan komunitas
Jumlah Nilai
Nilai Akhir
80
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
22
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
81
M o d u l P r a k t i k u m
( ) ( )
I. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan
atau pengajaran. Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena
berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Prisnsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
diterima atau ditangkap melalui panca indera.
II. Tujuan
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis
f. Mencapai sasaran lebih banyak
g. Membantu mengatasi hambatan bahasa
h. Merangsang peserta melaksanakan pesan
i. Membantu peserta belajar lebih banyak & cepat
j. Merangsang pesera meneruskan pesan
k. Mempermudah penyampaian pesan/mempermudah penerima informasi
l. Mendorong keinginan org u/ mengetahui, mendalami, memberi pengertian yg lebih baik
j. Membantu menegakkan pengertian
82
M o d u l P r a k t i k u m
III. Persiapan
1. Laptop
2. Kertas
3. ATK
4. Printer
IV. Langkah-langkah
No Persiapan
1 Siapkan dokumen kosong pada Word atau
mulai dengan salah satu template brosur.
Di Word sendiri menawarkan template
brosur yang bisa di pilih.
3 Piih tema
Selanjutnya, ke tab „Design‟ dan pilih
„Theme‟ sesuai dengan selera yang kamu
inginkan. Tema akan otomatis mengisi ke
bagian laman kerjamu.
83
M o d u l P r a k t i k u m
5 Masukkan konten
Sekarang telah memiliki enam kolom pada
desain brosur. Setelah itu kamu bisa
masukkan konten tentang produk barang
atau jasa. Tak hanya menambahkan teks
tentang konten produkmu. Di sini juga bisa
menambahkan gambar, bentuk, dan bagan.
6 Buat group content
Konten akan masuk ke dalam grup konten
seperti header dan subjudul, atau
sekumpulan bentuk yang membentuk
desain tadi. Pilih masing-masing objek ini
dan ubah ke dalam „Group‟. Hal ini akan
memungkinkan untuk memindahkan
masing-masing komponen tersebut secara
bersamaan saat ingin mengeditnya.
Rangkuman
Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik
dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat
tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat.
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran. Tujuan dari media promosi kesehatan yaitu untuk mempermudah penyampaian
informasi dan memperjelas informasi kesehatan. Manfaat media promosi kesehatan yaitu
menarik minat sasaran pada promosi yang dilakukan.
84
M o d u l P r a k t i k u m
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, atau pesan itu untuk
menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
Himbauan dalam pesan terdiri dari, himbauan rasional, himbauan emosional, himbauan
ketakutan, himbauan ganjaran, dan himbauan motivasional. Media promosi kesehatan dapat
dibagi menjadi 2 yaitu, pembagian media secara umum dan pembagian media berdasarkan
fungsinya. Pembagian media secara umum terdiri dari alat bantu lihat (visual aids), dan alat
bantu dengar (audio aids ). Pembagian media berdasarkan fungsinya dibagi 2 yaitu media cetak
yang terdiri dari leaflet, flyer dan poster dan media elektronik yang terdiri dari televisi, radio,
video dan slide. Ada berbagai macam hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media
promosi kesehatan.
Sebelum membuat media kita harus menentukan bahan pembuatan media promosi kesehatan
yang sebagian besar membutuhkan kertas, laptop/ PC, printer dan gunting. Dalam membuat
media promosi baik leaflet, flyer maupun poster membutuhkan desain grafis agar terlihat lebih
menarik. Kemudian desain tersebut dibuat pada laptop atau PC. Setelah selesai hasil desain
media kemudian di print dan digunting sesuai ukuran. Setelah selesai membuat media promosi
kita menyebarkannya pada sasaran media promosi kesehatan.
Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai
berikut, menetapkan tujuan, menetapkan segmentasi sasaran, memposisikan pesan (positioning),
menentukan strategi positioning, dan memilih media promosi kesehatan.
85
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Cullen, Ann. et al. 2006. Evaluating Community-based Child Health Promotion Programs:A
Snapshot of Strategies and Methods. Nemours : National Academy for State Health Policy
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA : Jakarta
86
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
MEMBUAT MEDIA/ALAT PERAGA PENDKES
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
No Keterampilan/sikap yang harus di tampilkan YA TIDAK
1 Fase orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan kegiatan
2 Fase Kerja
1. Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa
yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur,
seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama
dan dimana pengukuran dilakukan).
2. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih
kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat
menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-
masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan
jangkauan produk, serta menghitung jenis dan
penempatan media
3. Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya
menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau
apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau
konsumennya. Positioning membentuk citra.
4. Menentukan strategi positioning
87
M o d u l P r a k t i k u m
88
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
17
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
89
M o d u l P r a k t i k u m
BAB V
PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN/ UTAMA DI KEBIJAKAN DALAM
MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN INDONESIA
Meriani Herlina, SKM., S.Kep., M.Biomed
I. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu
dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan (Machfoedz, 2009).
II. Tujuan
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara kesehatan, berperan aktif
mewujudkan kesehatan yang optimal sesuai hidup sehat baik fisik, mental dan sosial.
III. Persiapan
1. Undangan yang telah disebarkan kepada masyarakat
2. Surat peminjaman tempat (telah disampaikan kepada kepala desa/ketua RW)
3. Panitia pelaksana penyuluhan (termasuk MC (pembawa acara)
4. Tempat penyuluhan (balai RW/balai desa)
5. Sound system
6. Laptop dan LCD (kalau ada)
7. Alat peraga atau media (lembar balik)
8. Flipchart pencegahan penularan HIV/AIDS, ISPA dan STUNTING pada anak.
9. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) HIV/AIDS, ISPA, STUNTING pada anak
10. SOP penyuluhan kesehatan
90
M o d u l P r a k t i k u m
IV. Langkah-langkah
I.Persiapan
Persiapan alat
1. Menentukan tujuan.
2. Menenukan Sasaran,
3. Mempersiapkan Materi.
4. Topik yang dikemukakan hanya satu
masalah sesuai dengan kebutuhan
sasaran.
5. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai
dengan topic.
6. Menentukan waktu dan tempat.
7. Mempersiapkan bahan bacaan bila
diperlukan.
II.Pelaksanaan
1. Perkenalan diri, sampaikan pula jika
diakhir acara akan ada hadiah bagi yang
dapat menjawab pertanyaan
2. Menjelaskan tujuan ceramah.
3. Menjelaskan pokok permasalahan yang
akan dibahas.
4. Menyampaikan materi ceramah dengan
suara yang jelas dan bahasa yang
mudah dimengerti.
5. Penceramah dalam menyampaikan
materi merata keseluruh sasaran.
6. Bila bisa selingi dengan humor.
7.Gunakan alat peraga untuk memudahkan
pengertian pendengar dan bawakan
ceramah secara santai.
91
M o d u l P r a k t i k u m
III. Evaluasi/Penilaian
1. Ada respons dari pendengar dengan
banyaknya pertanyaan.
2. Adanya usulan dari sasaran untuk
meneruskan kegiatan ceramah.
3. Besarnya perhatian pendengar dari
ceramah yang diberikan.
4. Penceramah bertanya kepada pendengar
tentang materi yang dibawakannya dan
pendengar dapat menjawab pertanyaan
tersebut sekali tidak terhadap seluruh
pendengar.
IV. Dokumentasi
1. Daftar hadir peserta penyuluhan
2. Laporan hasil penyuluhan
2. Dokumentasi: foto dan video
92
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Tujuan akhir setiap program dimasyarakat adalah melakukan perubahan masyarakat. Program
dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan
norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang,
situasi politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat
dijadikan daya pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan perilaku
masyarakat. Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan meodel berubah.
Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga,
masyarakat, dan sistem di masyarakat. Pada kegiatan praktik implementasi keperawatan
komunitas anda juga harus berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu: pencegahan primer, skunder
dan tersier.
Implementasi penyuluhan kesehatan dilakukan dengan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
mulai dari alat peraga, materi yang sesuai, sampai pada pemilihan tempat yang representatif
untuk melaksanakan penyuluhan. Materi penyuluhan disampaikan dengan jelas, sederhana
sehingga mudah dicerna dan diterima serta dipahami oleh audien sehingga mudah diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat.
93
M o d u l P r a k t i k u m
I. HIV/AIDS
A. Pengertian
HIV AIDS adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pengetahuan kesehatan
tentang penyakit HIV AIDS meliputi cara penularan, gejala atau tanda serta pengobatannya,
kepada masyarakat kelompok atau individu dengan harapan masyarakat atauindividu
memperoleh pengetahuan tetang penyakit HIV AIDS
B. Tujuan
Agar supaya sasaran:
Dapat memahami pengertian penyakit HIV AIDS
Mengetahuitanda-tanda / gejalapenyakit HIV
AIDS Mengetahui Cara penularanya
Mengetahui Cara pencegahannya
Mengetahui Cara pengobatannya
C. Persiapan
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
4. OHP
5. Laptop
6. SAP
7. ALat tulis
94
M o d u l P r a k t i k u m
6. Media
Leaflet
95
M o d u l P r a k t i k u m
PPT
Poster
7.Kriteria Evaluasi
Kriteria struktur
:• Peserta para remaja dan masyarakat.
• Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Balai Desa.
• Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
Kriteria Proses :
• Remaja dan masyarakat antusias terhadap materi penyuluhan.
• Remaja dan masyarakat konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
• Remaja dan masyarakat mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap
dan benar
Kriteria Hasil :
• Remaja dan masyarakat mengetahui tentang pengertian HIV / AIDS.
• Remaja dan masyrakat mengetahui tentang penyebab HIV / AIDS.
• Remaja dan masyarakat mengetahui tentang tanda dan gejala HIV / AIDS.
• Remaja dan masyarakat mengetahui tentang cara penularan HIV / AIDS.
• Remaja dan masyarakat mengetahui tentang pencegahan HIV / AIDS
MATERI
A. Pengertian AIDS
AID Satau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Acquired : didapat, bukan
penyakit keturunan.Immune : system kekebalan tubuh Deficiency : kekurangan. Syndrome :
kumpulan gejala-gejala penyakit
B. Penyebab AIDS
AIDS disebabkan oleh suatu jenis Retrovirus yang disebut Human Deficiency Virus atau
disingkat menjadi HIV. Apakah HIV itu? HIV atau Human Immuno deficiency Virus, adalah
virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darahputih yang bertugas menangkal infeksi.
97
M o d u l P r a k t i k u m
D. Cara Penularan
1. Melalui hubungan seksual dengan seorang yang sudah terinfeksi HIV tanpa memakai kondom.
2. Melalui transfuse darah atau alat-alat yang telah tercemar HIV.
3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau kepada bayi yang
disusuinya.
4. Melalui pemakaian jarum suntik yang
bergantian HIV Tidak Ditularkan melalui:
1. Jabatan tangan
2. Ciuman persahabatan
3. Kloset
4. Cangkir, pisau, alat dapur, serbet yang dipakai bersama
5. Alas tidur yang dipakai bersama
6. Tinggal bersama dalam rumah, flat atau tempat kerja.
7. Makanan yang dimakan bersama
8. Batuk dan bersin
9. Menangis
10. Makan di restoran
11. Dari memijat, mencium, mansturbasi atau kontak tubuh non seksual
12. Sebagai donor darah. Tindakan ini aman
98
M o d u l P r a k t i k u m
13. Bila yang dipakai untuk tindik telinga dan tattoo adalah baru atau tekah disterilisasi dengan
baik sebelum digunakan pada anda.
14. Bila jarum akupuntur dan alat elektrolisis adalah baru atau telah di sterilisasi dengan baik.
E. Perjalanan HIV-AIDS
Bagaimana Perjalanan Penyakit HIV-AIDS itu?
Stadium I
infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan di ikuti terjadinya perubahan serologic ketika
antibody terhadap virus tersebut dari negative berubah menjadi positif. Lamanya antara 1-3
bulan bahkan bisa sampai 6 bulan.
Stadium II (asimptomatik/ tanpa gejala) Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh
terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung
rata-rata selama 5-10 tahun
Stadium III (pembesaran kelenjar limfe)
Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenja limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalize Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih
dari satu bulan.
Stadium IV (AIDS)
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional,
penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekunder
99
M o d u l P r a k t i k u m
G.Pencegahan HIV-AIDS
Bagaimana cara mencegah penularan HIV lewat hubungan seks ?
Untuk mencegah penularan HIV lewat hubungan seksual ada 3 cara, yaitu :
1. Abstinensi (atau puasa, tidak melakukan hubungan seks)
2. Melakukan prinsip monogamy yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia pada
pasangannya.
3. Untuk melakukan hubungan seksual yang mengandung resiko, dianjurkan melakukan seks
aman termasuk menggunakan kondom.
Bagaimana cara mencegah penularan lewat alat-alat yang tercemar HIV ? Untuk mencegah
penularan lewat alat-alat yang tercemar darah HIV ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
1. Semua alat yang menembus kulit dan darah (seperti jarum suntik, jarum tattoo, atau pisau
cukur) harus disterilisasi dengan cara yang benar.
2. Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain.
Bagaimana cara mencegah penularan HIV lewat tranfusi darah atau produk darah yang lain ?
Untuk mencegah penularan lewat tranfusi darah atau produk darah lain, perlu screening terhadap
semua darah yang akan ditranfusikan atau yang akan dipergunakan untuk diproses sebagai
produk darah. Jika darah ini ternyata sudah tercemar harus dibuang. Screening darah sudah
dilakukan darah oleh PMI.
Bagaimana cara mencegah penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya ?
Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya tidak selalu dapat dicegah.
H.Pengobatan
Sementara ini pengobatan untuk AIDS masih bersifat memperpanjang hidup dan memperbaiki
kualitas hidupnya. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat membasmi HIV. Walaupun
demikian, akhir-akhir ini terdapat racikan baru yang dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan
HIV dan dianggap potensial untuk mengatasi AIDS.
Ada beberapa jenis obat yang diperlukan ODHA yaitu :
1. Obat penghambat HIV berkembang biak atau disebut obat golongan anti retroviral.
2. Obat anti jamur
3. Obat untuk kanker Kaposi
10
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
AIDS disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu suatu lentivirus dari
golongan retroviridae. Transmisi infeksi HIV dapat melalui hubungan seksual, darah atau produk
darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, serta transmisi vertikal dari ibu ke anak
Gejala klinis pada infeksi HIV meliputi stadium: Serokonversi, periode inkubasi, AIDS – related
complex atau persistent generalized lymphadenopathy, periode AIDS Diagnosis infeksi HIV dan
AIDS dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang
meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Penatalaksanaan penderita dengan infeksi HIV atau AIDS meliputi pengobatan suportif,
pengobatan infeksi oportunistik dengan antibiotik, antijamur, antiparasit, antivirus dan
glukokortikoid, pengobatan neoplasma, serta pengobatan dengan antiretroviral (ARV). Dalam
penatalaksanaan infeksi HIV, saat ini digunakan kombinasi dari beberapa obat sekaligus, yang
disebut highly active antiretroviral therapy (HAART). WHO menganjurkan pemberian ARV
untuk negara yang mempunyai dana yang terbatas dengan kombinasi: 2NRTI + INNRTI atau
abacavir atau PI. Penderita HIV/AIDS seringkali tidak mau membuka status mereka ke orang
lain karena mereka takut dan khawatir orang-orang akan menjauhi bahkan mengucilkan mereka
dari lingkungan sekitarnya. Sebaliknya bagi mereka yang bersedia untuk open status, biasanya
mereka yang telah mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman dekat mereka,
sehingga mereka tidak khawatir akan pengakuan keberadaan mereka. Penatalaksanaan HIV
secara klinis pada kehamilan terus dikembangkan untuk menekan transmisi secara vertikal. Salah
satunya dengan pemberian antiretrovirus yang bertujuan untuk mengurangi viral load serendah
mungkin. Oleh karena itu, peranan konseling dan tes HIV bagi ibu hamil sangat penting sebagai
deteksi dini terhadap infeksi HIV. Untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi masyarakat
terhadap ODHA perlu diadakannya penyuluhan dan edukasi yang benar tentang apa itu
10
M o d u l P r a k t i k u m
HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga masyarakat tidak perlu sampai
mengucilkan ODHA tetapi justru dapat memberikan dukungan dan motivasi kepada mereka
untuk dapat bertahan hidup dan berdaya di lingkungan masyarakat. Pemerintah telah menetapkan
program nasional berupa Kebijakan dan Strategi dalam mencegah dan menberantas AIDS di
Indonesia. Dan hal ini tentunya dapat lebih disosialisasikan lagi, ditambah dengan adanya subsidi
pemerintah berupa pemberian obat-obatan ARV bagi penderita HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA
Chrimayanti, Desi. 2016. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Kelas X Tentang HIV/
AIDS di SMA Santo Fransiskusisi Pontianak
Indraswari, Gusti Ayu. 2015. Pengaruh penyuluhan HIV/ AIDS terhadap Peningkatan
Pengetahuan tentang HIV/ AIDS.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Info HIV dan AIDS. Jakarta
Nasronudin. 2007. Pengembangan Pengetahuan Penyakit Infeksi HIV dan AIDS.
Surabaya: Airrlangga University Press
Natalia, Yohana Dian. 2014. Penyuluhan tentang HIV dan AIDS terhadap Sikap Remaja pada
Orang dengan HIV dan AIDS.
Siregar, F. A. 2004. Pengertian dan pencegahan AIDS. Sumut (Indonesia): Universitas Sumatera
Utara
10
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
PENYULUHAN KESEHATAN
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
10
M o d u l P r a k t i k u m
10
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari 5 terminasi dengan
terminasi tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
32
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
10
M o d u l P r a k t i k u m
II. ISPA
I.Pengertian
Definisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur
yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli berserta organ adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomi mencakup saluran
pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru)
dan organ saluran pernapasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernapasan (respiratory tract).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Kemenkes RI, 2017).
II. Tujuan
1. Tujuan kegiatan ini diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap infeksi
saluran pernafasan akut/ ISPA dikalangan masyarakat
2. Untuk menurunkan kejadian ISPA dalam masyarakat dengan menerapkan kehidupan
bersih dan sehat.
III. Persiapan
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
4. OHP
5. Laptop
6. SAP
7. ALat tuli
10
M o d u l P r a k t i k u m
IV. Evaluasi
Cara : Tanya jawab
Jenis : lisan
Waktu : setelah dilakukan penyuluhan
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah diberikan penyuluhan tentang pengertian ISPA,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, penanganan ISPA, pasien diharapkan dapat
memahami tentang penyakit ISPAdan cara penanganannya.
10
M o d u l P r a k t i k u m
C. Media
O Lembar balik pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, dan penanganan
ISPA.
O Leaflet pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, dan penanganan ISPA
0 Poster
10
M o d u l P r a k t i k u m
MATERI
10
M o d u l P r a k t i k u m
11
M o d u l P r a k t i k u m
11
M o d u l P r a k t i k u m
d. Bersihkan hidung
e. Membersihkan hidung dengan memakai kain bersih yang lunak untuk membersihkan
lubang hidung,jika hidung tersumbat karena ingus yang telah mengering, tetesilah dengan
air garam untuk membasahinya.
f. Mengatasi panasUntuk anak usia 2 bulan sampai 5tahun,demam diatasi dengan
paracetamol dan atau dengan kompres (bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk). Pemberian kompres dengan cara: gunakan kain bersih celupkan
pada air (air hangat kuku) peras seperlunya, kemudian letakkan diatas dahi anak,
lipat paha, lipat ketiak, ulangi bila kan sudah dingin.
g. Istirahat
Berikan istirahat yang cukup karena dengan istirahat gejala bisa berkurang.
h. Berikan obat batuk herbal
Jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diminumtiga kali sehari.Mengamati tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul seperti
sesak nafas, nafas cepat, anak tidak mampu minum, suhu tubuh tinggi, bila terjadi
segera bawa anak ke pelayanan kesehatan agar komplikasi tidak terjadi.
Rangkuman
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para ahli, daya tahan tubuh
anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat.
Apabila dalam satu rumah anggota keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah tertular.
Dengan kondisi anak yang lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA
mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, akan tetapi menyebabkan kecacatan
seperti otitis media akuta (OMA) dan mastoiditis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal
yakni pneumonia (Anonim, 2010: 111). Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan
tetapi dapat juga disebabkan oleh inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia dan inhalasi
bahanbahan debu yang mengandung allergen. Debu merupakan salah satu penyebab penyakit
akibat kerja (PAK) yang masuk ke dalam tubuh melalui jalan pernapasan. Debu-debu yang
berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan napas bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5
11
M o d u l P r a k t i k u m
mikron ditahan dibagian tengah jalan napas. Partikel-partikel yang berukuran 1-3 mikron akan
ditempatkan langsung dipermukaan jaringan dalam paru-paru (Antaruddin, dalam Rizki, 2014)
11
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Kandun, I. N., & MPH, D. (2000). Manual pemberantasan penyakit menular. Dirjen P2PL
Departemen Kesehatan.
Kemenkes, R. I. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Rahayu, Y. S. (2011). Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Pengetahuan Ibu, Karakteristik
balita, sumber pencemar dalam ruang dan lingkungan fisik rumah di wilayah kerja
puskesmas DTP Cibeber Kabupaten Lebak Propinsi Banten tahun 2011= Incident of ARI
considered from mother knowledge, child under five characteristic, air pollution source
Of Inside Room And Home Physical Environment In Working Area Of Cibeber
community health centers to care at regency Of Lebak Banten Province 2011.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius, 329-30.
Wardah, L. A. (2019). Peran Puskesmas Melalui Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian Ispa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara).
World Health Organization. (2008). Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang: Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior.
11
M o d u l P r a k t i k u m
11
M o d u l P r a k t i k u m
11
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
32
( ) ( )
11
M o d u l P r a k t i k u m
III.Stunting
A. Pengertian
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang
lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan
lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit
degenerative.
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa
yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah
dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan kegiatan ini diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap stunting
dikalangan masyarakat
2. Untuk menurunkan angka kejadian stunting dalam masyarakat, khusus bayi dan balita
dengan menerapkan kehidupan bersih dan sehat.
3. Memberikan pemahaman kepada ibu tentang gizi balita, tentang pencegahan stunting,
sehingga dapat meningkatkan gizi balita melalui praktik pemberian makanan.
C. Persiapan
1. Laptop
2. LCD
3. Leaflet
4. Poster
5. SAP
6. Alat tulis
11
M o d u l P r a k t i k u m
VII. TUJUAN
1. Tujuan instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit tentang stunting terhadap
masyarakat, peserta penyuluhan diharapkan mampu memahami mengenai stunting.
.
2. Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, di harapkan peserta penyuluhan mampu:
1. menjelaskan pengertian stunting
2. menjelaskan penyebab stunting
3. menjelaskan dampak stroke
4. menjelaskan tanda dan gejala stunting
5. menjelaskan mencegah stunting
11
M o d u l P r a k t i k u m
MATERI STUNTING
A. Definisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun (TNP2K, 2017). Sedangkan definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan adalah anak balita dengan indeks PB/U atau TB/U
dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut
berada pada ambang batas (Z-Score)
B. Penyebab stunting
1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
2. Retardasi pertumbuhan intrauterine
3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak
6. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan
7. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal (setelah melahirkan)
8. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
9. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
12
M o d u l P r a k t i k u m
C. Dampak stunting
Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari
pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun,
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan
memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang
E. Pencegahan stunting
Mencegah Stunting akibat asupan gizi yang kurang dapat dilakukan dengan memenuhi
kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang
paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.
Pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
1. Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan
untuk perkembangan otak anak.
2. Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari.
3. Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup.
Rangkuman
Masalah stunting merupakan permasalahan gizi yang dihadapi dunia khususnya negara-negara
miskin dan berkembang. Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai dengan usia 24
bulan. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejadian stunting pada balita. Masyarakat
belum menyadari stunting sebagai suatu masalah dibandingkan dengan permasalahan kurang gizi
lainnya. Secara global kebijakan yang dilakukan untuk penurunan kejadian stunting difokuskan
pada kelompok 1000 hari pertama atau yang disebut dengan Scaling Up Nutrition. WHO
12
M o d u l P r a k t i k u m
merekomendasikan penurunan stunting sebesar 3,9% pertahun dalam rangka memenuhi target
40% penurunan stunting pada tahun 2025. Intervensi dilakukan pada sepanjang siklus kehidupan
baik di sektor kesehatan maupun non kesehatan yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat
seperti pemerintah, swasta, masyarakat sipil, PBB melalui tindakan kolektif untuk peningkatan
perbaikan gizi, baik jangka pendek (intervensi spesifik) maupun jangka panjang (sensitif).
12
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Atmarita, 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI
Anisa, 2012. Faramita. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada anak
usia dini Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Skripsi S-1
Program Studi Gizi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Depok.
Adriani M, Kartika V. Pola Asuh Makan pada anak usia dini dengan Status Gizi Kurang
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Tengah, Tahun 2011. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. 2013 Nov 22;16(2 Apr).
Bahrudin, Ahmad dkk. 2016. Mengasuh Anak dengan Kecerdasan Rohani dan Perasaan.
Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Dasar Kementerian Desa, Pembangunan Desa
Tertinggal dan Transmigrasi
Cholifatun dkk. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu
dengan Wasting dan Stunting pada anak usia dini Keluarga Miskin. Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia.
Hana Sofia, dkk. 2012. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di
Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Jurnal ilmiah Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.
12
M o d u l P r a k t i k u m
12
M o d u l P r a k t i k u m
12
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari 5 terminasi dengan
terminasi tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
32
( ) ( )
12
M o d u l P r a k t i k u m
I. Pengertian
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan disuatu wilayah kerja
Puskesmas,dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,
maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Posyandu merupakan
langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia
bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu
ditinggkatkan pembinaannya. Peningkatan pembinaan posyandu sebagai pelayanan KB
dan kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan
teknis dari petugas perlu tumbuh kembangkan perlu serta aktif (Sulistyorini, 2010).
Pelayanan posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang di selenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang di bantu oleh petugas kesehatan.
II. Tujuan
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran dalam
rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga.
b. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan masyarakat.
c. Acuan penerapan lengkahlangkah pelaksanaan pelayanan posyandu
III. Persiapan
Persiapan alat
1) Peralatan meja 1 sampai 5 meja
2) ATK
3) Timbangan bayi dan dewasa
4) Kursi
5) SAP penyuluhan
6) Obat-obatan medis dan alat suntik
7. Alat pemeriksaan fisik
12
M o d u l P r a k t i k u m
Persiapan lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman
2) Libatkan seluruh petugas yang terkait dengan posyandu
IV. Langkah-langkah
Petugas melakukan koordinasi dengan kader Posyandu sehari sebelum pelaksanaan posyandu.
Petugas meminta kader Posyandu untuk memberitahukan sasaran tentang jadwal pelaksanaan posyandu.
Petugas menyiapkan peralatan pemeriksaan kegiatan Posyandu sebelum berangkat Ke posyandu.
Petugas membimbing kader dalam
12
M o d u l P r a k t i k u m
MATERI
5 Meja Posyandu Langkah ke Posyandu
dikenal dengan nama “sistem 5 meja”, dimana
kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja
tersebuttidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaanya,
tetapi kegiatanPosyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan:
8. Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
9. Meja 2 Penimbangan balita
10. Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
11. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
12. Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit
Kegiatan di meja 1
1. Pendaftaran Balita
a. Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta
KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS,
kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan.
c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS
lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anakdicatat
pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita
diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.
2. Pendaftaran ibu hamil
1. Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
2. Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4 untuk
mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan dimeja 5.
12
M o d u l P r a k t i k u m
3. Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu
menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas kesehatan di meja 5.
Kegiatan di meja 2
1. Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik
kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam KMS.
2. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.
Kegiatan di meja 3
1. Buka KMS balita yang bersangkutan.
2. Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.
3. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS
4. Penyuluhan kesehatan dengan topik ASI dan gizi bayi
5. Penyuluhan KB
6. Perawatan jalan lahir pasca melahirkan
7. Pemberian vitamin A dan tablet zat besi
8. Perawatan payudara
9. Senam ibu nifas
Kegiatan di meja 4
Penyuluhan ibu balita dan ibu hamil
Kegiatan meja 5
Pelayanan kesehatan
13
M o d u l P r a k t i k u m
Rangkuman
Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, baik
dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan
pengabdian para pengelolanya termasuk kader. Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan
baik akan memberikan kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak balita. Diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan
Posyandu karena Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan
ditujukan untuk kepentingan umum. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader
kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka perlu dibarengi
dengan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader posyandu baik untuk
posyandu balita maunpun posyandu lansia.
13
M o d u l P r a k t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI. 2000. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha PerbaikanGizi Keluarga
Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha PerbaikanGizi Keluarga
Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI. 2008. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha PerbaikanGizi Keluarga
Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. 2012. Buku Saku Posyandu Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI
Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran SertaMasyarakat
dalam UPKM .http://www.library.usu.ac.id diunduh pada 16November 2013
13
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PROSEDUR
POSYANDU DENGAN SISTEM 5 MEJA
Nama Mahasiswa : Tingkat/Program:
NIM : Tanggal :
Penguji :
No Keterampilan/sikap yang harus di tampilkan Ya Tidak
1 Persiapan Klien:
1. Sampaikan salam dan perkenalkan diri
2. Sampaikan maksud dan tujuan melakukan posyandu
3. Pastikan peserta posyandu hadir dan sudah memahami
2 Persiapan alat
1. Alat
a. Register ibu hamil, bayi, dan balita.
b. Lembar Kertas,
c. Timbangan dewasa, mengukur tinggi dan panjang
badan, tensimeter, stetoskop
d. ATK
e. Buku tbantu
f. Alat suntik
g. KMS
h. Meja kursi
2. Bahan :
a. Vaksin
b. PMT
c. Obat-obatan
3 Pelaksannaan Kegiatan Posyandu
1. Sampaikan salam terapeutik
2. Jelaskan tujuan dan prosedur posyandu
3. Lakukan kontrak waktu
4. Lakukan proses sesuai dari meja 1 sampa meja 5
5. Dilaksanakan 1 bulan sekali.
13
M o d u l P r a k t i k u m
13
M o d u l P r a k t i k u m
FORMAT PENILAIAN
Skala
Penilaian
0 1 2 3 Nilai
Item yang
Dinilai
Persiapan Tidak Bila hanya Bila alat yang disiapkan Bila alat yang
Alat menyiapkan menyiapkan sesuai SOP namun disiapkan lengkap
(Bobot 1) alat 1-2 item alat isinya belum sesuai sesuai SOP dan
dengan topik topik penyuluhan
penyuluhan
Pra Tidak Hanya Melakukan 2 tahap pra Melakukan semua
Interaksi melakukan melakukan 1 interaksi tahap (3 tahap) pra
(Bobot 1) tahap pra tahap pra interaksi dengan
interaksi interaksi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Orientasi melakukan melakukan 1- orientasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) semua tahap 2 tahap orientasi dengan
orientasi orientasi benar
Tahap Tidak Hanya Melakukan 4-6 tahap Melakukan 7-8
Kerja melakukan melakukan 1- dari 8 tahap kerja yang tahap atau seluruh
(Bobot 6) semua tahap 3 tahap kerja harus dilakukan tahap (8 tahap)
kerja dari 8 tahap kerja dengan baik
yang harus
dilakukan
Tahap Tidak Hanya Melakukan 3-4 tahap Melakukan semua
Terminasi melakukan melakukan 1- terminasi tahap (5 tahap)
(Bobot 1) tahap 2 tahap dari terminasi dengan
terminasi 5 tahap benar
terminasi
Dokumen- Tidak Hanya Mendokumen tasikan 3 Mendokumentasika
tasi (Bobot melakukan mendokumen- item n semua item (4
1) dokumentasi tasikan 1-2 item)
item
Sikap Tidak Menunjuk- Menunjukkan 2-4 sikap Menunjukkan 5
(Bobot 1) menunjukkan kan 1-2 sikap atau seluruh sikap
sikap yang (6 sikap) dengan
baik kepada baik
pasien
NilaiAkhir = Jumlah total skore x100 =…
32
Nilai ≥ 75 : Selamat Buat Anda
Nilai <75 : Ulangi materi dan latihan praktikum
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Penguji
( ) ( )
13