M1-KB 1
M1-KB 1
M1-KB 1
2
DAFTAR ISI
3
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Proses perpindahan bentuk bumi dan permukaannya dalam bentuk peta
topografi membutuhkan sebuah keahlian khusus, yang dimiliki oleh seorang
surveyor, sedangkan pekerjaan seorang surveyor disebut survey topografi.
Survey topografi adalah survey yang bertujuan untuk mencari informasi
permukaan tanah. Informasi tersebut dapat berupa tinggi rendah hingga
keadaan fisik dan posisi suatu benda, baik yang berupa alamiah maupun
buatan manusia, di permukaan lahan yang akan dipetakan. Survey ini sangat
berguna dalam pembuatan peta topografi.
Walaupun penginderaan jarak jauh (remote sensing) sudah menggunakan
teknologi yang sangat maju, survey secara langsung masih dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil/informasi yang lebih akurat mengenai keadaan
suatu permukaan lahan. Survey atau surveying didefinisikan sebagai
pengumpulan data yang berhubungan dengan pengukuran permukaan bumi
dan digambarkan melalui peta atau digital. Sedangkan pengukuran
didefinisikan peralatan dan metode yang berhubungan dengan
kelangsungan survey tersebut. Jadi, surveying adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengumpulan data. Mulai dari pengukuran permukaan
bumi hingga penggambaran bentuk bumi. Sedangkan pengukuran adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan alat mulai dari pita
ukur hingga pengukuran jarak dengan metode elektro magnetik.
Survey umumnya dilakukan pada bidang datar, yaitu dengan tidak
memperhitungkan kelengkungan bumi. Dalam proyek surveying,
kelengkungan buminya kecil, jadi pengaruhnya dapat diabaikan, dengan
menggunakan perhitungan yang rumusnya disederhanakan. Sedangkan
pada proyek yang memiliki jarak jauh, kelengkungan bumi tidak dapat
diabaikan, karena keadaan ini termasuk surveying geodesi.
Modul pemetaan topografi ini disusun berdasarkan capaian pembelajaran
yang telah ditetapkan, yaitu mahasiswa mampu menguasai dan menjelaskan
dengan baik teknik penggunaan alat ukur theodolit (KB 1), teknik pemetaan
4
topografi (KB 2), penggunaan software AutoCAD dalam pembuatan peta
topografi (KB 3), dan pengukuran topografi untuk menghitung volume cut
and fill (KB 4). Mata kuliah pemetaan topografi diberikan kepada
mahasiswa PPG bidang studi Geologi Pertambangan dengan bobot 1 SKS
atau setara dengan 50 menit tatap muka, 60 menit tugas terstruktur
(praktikum) dan 60 menit tugas mandiri. Materi meliputi pengenalan alat
ukur theodolit, pengukuran sudut dan jarak, kesalahan pada survey dan
pemetaan, konsep pemetaan topografi, metode pengukuran, pengolahan
data, penggambaran peta, penggambaran berbantukan program AutoCAD,
perhitungan pekerjaan tanah, dan metode perhitungan volume galian dan
timbunan.
2. Relevansi
Para guru yang mengajar geologi pertambangan perlu memiliki kompetensi
dalam menggunakan alat ukur pemetaan topografi ini. Tujuannya adalah
agar dapat memberikan pembelajaran yang benar kepada peserta didiknya
tentang bagaimana menggunakan alat ukur pemetaan topografi. Melalui
pemahaman yang benar tersebut para peserta didik akan menjadi insan yang
kreatif dan mandiri dengan kompetensi yang dimilikinya, dapat
menyelesaikan proyek agar pekerjaannya berkompeten juga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 7 (program profesi).
Capaian pembelajaran modul melingkupi pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan mahasiswa sebagai pendidik pada program keahlian
Geologi Pertambangan. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam
modul ini relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar (KI/KD)
program keahlian Geologi Pertambangan.
5
3. Panduan Belajar
Agar proses pembelajaran pemetaan topografi dapat dilaksanakan dengan
lancer sesuai konsep Hybrid Learning, maka langkah-langkah belajar yang
dapat diikuti sebagai berikut :
a) Pelajari daftar isi dengan cermat, daftar isi akan menuntun Anda dalam
mempelajari materi ini.
b) Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian
pembelajaran kemudian catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang
sudah Anda kuasai.
c) Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila
belum cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku
bacaan di daftar pustaka. Selain itu, materi yang belum dikuasai dapat
didiskusikan dengan rekan sejawat ataupun dosen pengampu mata
kuliah
d) Manfaatkan tautan/link media pembelajaran pada modul untuk
penjelasan secara visual agar mendukung pemahaman yang lebih
komprehensif.
e) Kerjakan soal evaluasi dengan cermat. Jika menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal evaluasi, kembalilah mempelajari materi yang terkait.
f) Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat
kegiatan belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas
akhir dan tes akhir.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
a) Mampu menguasai penggunaan alat ukur theodolit dengan terampil.
b) Mampu melakukan metode pengukuran teristris untuk pemetaan
topografi dengan benar.
c) Mampu mengoperasikan perangkat lunak pengolah peta topografi
dengan terampil.
6
d) Mampu melakukan pengukuran topografi untuk menghitung volume
cut and fill dengan tepat.
3. Pokok-pokok Materi
a) Pengenalan Alat Theodolit
b) Centering Unting-unting
c) Centering Optis
d) Pengukuran Sudut
e) Pengukuran Jarak
f) Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi
4. Uraian Materi
a) Pengenalan Alat Theodolit
1) Penjelasan Theodolite
Theodolit adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu
sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Dimana sudut-sudut
tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan. Theodolit digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Pada alat ukur theodolite, sudut yang dapat dibaca sampai dengan
satuan sekon (detik).
7
Pada dasarnya theodolit berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada
piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat
tinggi (Farrington,1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila objek yang
akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama
bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang
besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau
gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington,
1997).
2) Fungsi Theodolite
Dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon,
pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa
berubah fungsinya menjadi seperti pesawat penyipat datar bila sudut
vertikalnya dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan ke segala arah. Dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
8
3) Bagian-bagian Theodolite
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
• Teropong / Telescope
• Nivo tabung
• Sekrup okuler dan objektif
• Sekrup gerak vertikal
• Sekrup gerak horizontal
• Teropong bacaan sudut vertikal dan horizontal
• Nivo kotak
• Sekrup pengunci teropong
• Sekrup pengunci sudut vertikal
• Sekrup pengatur menit dan detik
• Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
9
GAMBAR 1. THEODOLIT DIGITAL
10
tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran
terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian
mendatar. Diatasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-
sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.
11
GAMBAR 3. KONSTRUKSI DASAR THEODOLITE
12
Bagian theodolite dapat Anda lihat pada video pada tautan
berikut :
Nama tautan Tautan QR Code
Bagian https://www.youtube.
theodolite T0 com/watch?v=wFoX5
NaafuQ
4) Macam-macam/jenis theodolite
1. Dari segi konstruksi theodolite terbagi atas :
• Theodolite repetisi
Alat ukur tanah repetisi merupakan alat ukur tanah yang
mempunyai skala mendatar dapat diatur dan mengelilingi
sumbu tegak sehingga bacaan skalanya dapat ditentukan ke
sudut mana yang diinginkan.
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu
tegak. Bila skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka,
maka tidak dapat dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut
yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan ke dua buah
target hanya dapat diukur kalau skrup pengunci lingkaran skala
mendatarnya terkunci. Sebab bila sekrup pengunci skala
lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada saat diputar,
13
piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama dengan
indek pembaca lingkaran mendatar. Keuntungannya adalah
dimungkinkannya mengubah bacaan pada suatu arah garis bidik
tertentu. Misalpada suatu arah garis bidik di A bacaan skala
mendatarnya dibuat 0o, kemudian garis bidik diarahkan ke B,
maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB.
Adapun contoh dari alat ukur tanah repetisi diantaranya tipe TM
6 dan TL 60-DP (sokkisha), TL 6-DE (topcon) dan TH-51
(zeiss). Theodolite tipe ganda mempunyai dua buah sumbu pada
bagian dalam dan bagian luar, sehingga memungkinkan
pengukuran sudut dengan pengulangan (repetition) tertentu,
yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi dalam
pembuatannya dipabrik amatlah sulit untuk membuat
sedemikian rupa sehingga kedua sumbu tersebut sungguh-
sungguh terpusat, maka theodolit tipe ini tidak cocok untuk
pengukuran teliti. Theodolite tipe sumbu tunggal kadang-
kadang disebut instrument pengukuran satu arah dan theodolit
tipe sumbu ganda disebut instrumen pengukurandengan
perulangan.
14
• Theodolite reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal)
menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu
pada kiap sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada
jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius. Dalam theodolit
ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap,
sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit
yang dimaksud adalah theodolite tipe T0 (wild) dan tipe DKM-
2A (Kem). Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar
mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas dimana terdapat
sekrup-sekrup tangens untuk sedikit menggeser kedua pelat
tersebut. Agar dapat dipergunakan untuk pengukuran sudut
vertikal, maka pada theodolit dipasang niveau teleskop dan
dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk mengencangkan
teleskop dan sekrup tangennya.
15
2. Theodolit menurut sistem bacaannya:
• Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
• Theodolite sistem baca dengan Nonius
• Theodolite sistem baca dengan Micrometer
• Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
• Theodolite sistem baca dengan Digital
16
[TUTORIAL] https://www.youtube.
Penggunaan com/watch?v=8Q3SE
Dasar Digital B575rk
Theodolite
Topcon 205L
b) Centering Unting-unting
• Gantungkan unting-unting pada kaitan (bagian tengah kepala statip)
• Agar lebih diperhatikan, jarak antara unting-unting dengan titik atau
patok tidak terlalu jauh (sekitar 5 mm). Gangguan utama pada
pengaturan alat adalah faktor angin yang dapat menggoyangkan
unting-unting
• Kombinasikan theodolite dan statip dan kunci dengan skrup
pengatur. Pasang alat diatas titik/patok. Buka kaki statip sehingga
posisi sumbu mendatar (sb-II) setinggi mata. Atur kaki statip agar
kepala statip mendatar (step-1)
• Angkat statip tanpa merubah kedudukan sebelumnya dan unting
mendekati ujung titik/patok (step-2)
• Tancapkan kaki statip secukupnya (step-3)
• Buat posisi kepala statip mendatar dengan menaik turunkan kaki
statip (step-4)
• Atur sumbu tegak agar vertikal dengan bantuan skrip penyetel dan
nivo alhidade. Menepatkan unting agar tepat di atas titik/ patok
dilakukan dengan menggeser alat
17
GAMBAR 6. LANGKAH-LANGKAH CENTERING UNTING-UNTING
c) Centering Optis
• Atur alat di atas titik patok setinggi bahu. Posisi antara ketiga kaki
statip simetris. Bila perkiraan kepala statip telah berada diatas
titik/patok, injak kaki-kaki statip .
• Gabungkan alat theodolite dengan kepala statip, lalu kunci.
• Atur lingkaran pengunting optis dengan menggerakan ketiga sekrup
penyetel kiap agar lingkaran tersebut mendekati ujung titik/patok
• Tengahkan gelembung nivo dengan cara menaik turunkan kaki-kaki
statip
• Periksa melalui pengintai optis apakah kedudukan lingkaran masih
dalam posisi sebelumnya. Apabila bergeser, gerakan theodolite agar
lingkaran tersebut berada diatas titik/patok.
• Tengahkan nivo tabung alhidade dengan mengatur satu dua skrup
penyetel
18
• Putar alat arah 900 dan 1800, perhatikan pegeseran nivo tabung
alhidade. Bila terjadi pergeseran gelembung nivo, lakukan
penyetelan dengan skrup. Alat dianggap siap pakai bila diputar lebih
dari 3600 posisi gelembung nivo tabung alhidade telah stabil (berada
di tengah).
• Teknik centering optis dapat Anda lihat pada video pada tautan
berikut :
Nama tautan Tautan QR Code
teknik centering https://www.youtube.
optis com/watch?v=ptiVcP
GwD58
d) Pengukuran Sudut
• Setelah centering alat selesai dilakukan, pasang target ditempat titik
yang akan ditentukan. Prinsip pemasangan target unting sama
dengan centering alat dimana ujung unting harus berada tepat diatas
titik/patok.
19
GAMBAR 7. POSISI ALAT DAN TARGET
20
e) Pengukuran Jarak
Pengertian jarak dalam ilmu ukur tanah adalah mendapatkan suatu
besaran panjang antara 2 titik di permukaan tanah dalam keadaan
mendatar.
Cara melakukan pengukuran jarak terbagi atas :
• Pengukuran dengan pita ukur (langsung)
Pengukuran jarak 2 titik yang mempunyai ketinggian relatif sama.
Bentangan pita ukur dengan tegangan secukupnya. Misalnya titik A
sebagai titik belakang dan titik B sebagai titik muka. Pembacaan
dititik A = mb dan pembacan di titik B = mm
21
Jarak dari A ke B menjadi :
dAB = d1 + d2 + d3 + d4
22
GAMBAR 11. PENGUKURAN JARAK METODA TACHIMETRI
23
Setiap pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai
ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
pada kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan
si pengukur. Kesalahan dalam pengukuran–pengukuran yang
dinyatakan dalam persyaratan bahwa:
1. Pengukuran tidak selalu tepat,
2. Setiap pengukuran mengandung galat,
3. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui,
4. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui
24
a. Akurasi dan Presisi
Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan
nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar
(accepted value). Jika tidak ada data sebenarnya atau nilai yang
dianggap benar tersebut, tidak mungkin untuk menentukan berapa
akurasi pengukuran tersebut. Presisi menyatakan seberapa dekat
nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin
dekat nilai-nilai hasil pengulangan pengukuran, semakin presisi
pengukuran tersebut.
25
b. Kesalahan dalam Pengukuran
Dalam pekerjaan survei dan pemetaan, terutama pada penggunaan
alat theodolit, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan hasil pengukuran menjadi tidak valid. Kesalahan-
kesalahan tersebut harus dipahami dan dikenali sebelum
melakukan pekerjaan pengukuran (Survei dan Pemetaan).
1. Kesalahan Sistematis (Instrument Error)
Kesalahan sistematis adalah kesalahan pengamatan yang
disebabkan karena oleh faktor instrumen pengukuran.
Kesalahan sistematik akan berdampak pada akurasi
pengukuran. Jika kesalahan sistematik terjadi, akurasi
pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan
pengulangan pengukuran. Sumber kesalahan sistematik terjadi
karena instrumen pengukuran tidak terkalibrasi terlebih dahulu
atau kesalahan pembacaan seperti edm error. Kesalahan alat
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kesalahan Alat Ukur
Kesalahan pada alat ukur sudut terdiri dari:
1) Kesalahan alat ukur sudut sendiri
a) Kesalahan sudut kolimasi atau kesalahan bacaan
sudut horizontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan
dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong
biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.
b) Kesalahan sumbu horizontal disebabkan sumbu
horizontal tidak tegak lurus sumbu vertikal.
Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara
mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan
luar biasa lalu hasil ukurannya dirata-rata.
c) Kesalahan sumbu vertikal disebabkan sumbu vertikal
tidak berimpit dengan arah garis vertikal. Kesalahan
ini dieliminernya dengan cara berhati-hati, terutama
26
pada pembacaan sudut vertikal yang sudut elevasinya
besar.
d) Kesalahan eksentris disebabkan sumbu vertikal tidak
berimpit dengan pusat graduasi horizontal. Kesalahan
ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut
dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil
ukurannya dirata-rata.
e) Kesalahan graduasi, kesalahannya bisa dihilangkan
dengan cara merubah lingkaran graduasi pada awal
pembacaan misalnya 00, 900.
b. Kesalahan alat penyipat datar.
1) Kesalahan alat penyipat datar sendiri. Arah garis visir
tidak sejajar sumbu nivo.
2) Kesalahan akibat rambu
a) Rambu tidak tegak.
b) Rambu tidak stabil (karena tempat dudukannya
lunak).
c) Harga nol rambu sudah tidak tepat, harus dikalibrasi.
d) Sambungan rambu tidak tepat, harus dikalibrasi.
e) Graduasi rambu yang tidak teliti, harus dikalibrasi.
3) Alat pengukur jarak
Pengukuran jarak bisa dilaksanakan secara langsung dan
tidak langsung.
c. Kesalahan surveyor
1) Penyetelan instrumen
a) Levelling pengaturan nivo kotak atau nivo tabung
kurang teliti.
b) Centering kurang teliti
c) Paralak optis.
27
2) Kurang memahami karakteristik alat, perbedaan
centring dengan alat penegak unting-unting, optis, dan
sinar laser.
3) Jarak ke muka ≠ jarak ke belakang.
4) Salah baca.
5) Salah catat.
28
3. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak akan berdampak pada presisi pengukuran.
Kesalahan ini muncul memberikan hasil pengukuran yang
fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang
diangap benar. Presisi pengukuran akibat kesalahan acak ini
dapat diperbaiki dengan melakukan pengukuran secara repetisi
yaitu pengulangan pengukuran pada satu titik. Dalam
penggunaan alat ukur dilakukan pengukuran seri rangkap yaitu
B-LB-LB-B. Contoh kesalahan acak adalah:
a. Kesalahan yang dipengaruhi kondisi alam
a) Pengaruh sinar matahari langsung
b) Selama pengukuran alat ukur harus dilindungi.
c) Koreksi perubahan rambu harus diperhitungkan.
b. Perubahan posisi alat dan rambu
Pengukuran ditanah yang lembek, gambut. Harus dibuat
patok pembantu penyangga alat.
c. Pengaruh refraksi cahaya
a) Jarak titik ukur jangan terlalu jauh
b) Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore
d. Pengaruh lengkung bumi
Pengaruh lengkung bumi baru diperhitungkan untuk jarak
300 meter sebesar 0,01 meter. Harga ini dihitung dengan
persamaan:
dD={(1-K)s2 }/2R
Keterangan:
dD = Koreksi jarak
K = Koefisien refraksi
(0,13) R = Jari-jari lengkung bumi
S = jarak horizontal
29
5. Forum Diskusi
1. Lakukan pengukuran topografi menggunakan alat ukur
theodolite/waterpass/total station.
2. Dari pengukuran yang Anda lakukan, apakah terjadi kesalahan dalam
pengukuran topografi? Kesalahan pengukuran apa yang telah Anda
lakukan?
3. Bagaimana mengoreksi kesalahan yang dilakukan pada pengukuran
topografi Anda!
C. PENUTUP
1. Rangkuman
1. Theodolit adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu
sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal.
2. Dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah
fungsinya menjadi seperti pesawat penyipat datar bila sudut vertikalnya
dibuat 90º.
3. Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian yaitu
benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat. Karena
ketidaksempurnaan masing-masing bagian ini ditambah dengan
pengaruh lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun
pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.
4. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga
hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena yang
absolut benar tidak diketahui.
5. Setiap pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai
ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
pada kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan
si pengukur.
30
2. Daftar Pustaka
Brinker, Russell C, Section 12 Surveying (Merrit, Frederick S, Standard
Handbook for Civil Engineers, Second Edition, McGraw-Hill Inc.,
New York, 1976)
Sukatiman dkk., Dasar-dasar Survey dan Pemetaan Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Pemetaan, Cetakan 1, Surakarta, UNS Press, 2012
Wongsotjitro, Soetomo, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
1991.
31