Makalah Rahmat Islam Bagi Nusantara
Makalah Rahmat Islam Bagi Nusantara
Makalah Rahmat Islam Bagi Nusantara
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
KELAS XII IPS 5
Anggota :
1. ADRIAN RAMDHANI
2. ELIS OKTAVIA
3. ERLANGGA ROSDIANA
4. RIZKY HERDIANSYAH
5. RIFQI MAULANA
6. GIAN MARDANI
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Rahmat
Islam Bagi Nusantara” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun
penyusunan makalah ini berdasarkan data-data yang diperoleh melalui buku –
buku pedoman, serta data-data dan keterangan dari internet. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat,
khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
a. Teori Gujarat..........................................................................................................3
b. Teori Persia............................................................................................................3
c. Teori Mekkah.........................................................................................................3
a. Perdagangan...........................................................................................................4
b. Perkawinan.............................................................................................................4
c. Pendidikan..............................................................................................................4
d. Tasawuf..................................................................................................................5
e. Kesenian.................................................................................................................5
f. Politik.....................................................................................................................5
g. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat..............................................................5
D. Kerajaan Islam..........................................................................................................8
a. Kerajaan Perlak......................................................................................................8
b. Kerajaan Samudra Pasai.........................................................................................9
ii
c. Kerajaan Aceh Darussalam...................................................................................10
d. Kerajaan Demak...................................................................................................11
e. Kerajaan Pajang....................................................................................................12
f. Kerajaan Mataram Islam.......................................................................................12
g. Kerajaan Islam Cirebon........................................................................................13
h. Kerajaan Islam Banten.........................................................................................14
i. Kerajaan Islam Banjar...........................................................................................14
j. Kerajaan Kutai Kalimantan Timur........................................................................15
A. Kesimpulan.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke
nusantara yang dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya
para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun
setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia
1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya
agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada
abad ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama
Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan
antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa
para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China
yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan
muslim di pantai barat Sumatera.
1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya
kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.
Aktivitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia,
termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya. Mereka turut
ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara,
dan Timur Benua Asia.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social
ekonomi yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini
menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para wanita, yang
tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus
diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa
keberatan, karena proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua
kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan.
Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa
4
pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu
keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri
mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka
dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk
mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan
demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami
perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.
4. Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah
akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak
masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui
pertunjukkan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh
ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera,
Jawa, maupun Indonesia bagian Timur.
5
kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali
menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4) Sunan Giri (Raden Paku)
5) Sunan Derajat (Syarifuddin)
6) Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
9) Sunan Gunung Jati (Faletehan)
6
2. Perkembangan Islam di Jawa
Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam,
cikal kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada
tahun ke tujuh masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M
– 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah
singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai
pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja,
namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i
yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur
perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.
7
ini semakin mempercepat perkembangan Islam di Maluku dan
mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima
paham ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di
Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai
masuk ke Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang
menyiarkan ajaran Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang
dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.
G. Kerajaan Islam
1. Kerajaan Perlak
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia,
yang pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak
merupakan salah satu kota dagang yang sangat terkenal. Raja pertama dari
kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar petengahan
abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1
Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang
8
menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di
Indonesia.
Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh
Syeh Syamsul Bahri Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah
yang dikarangan oleh Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi, naskah yang dikarang oleh
Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan
kerajaan islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari
kerajaan ini, yaitu :
9
dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase
dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa
daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari
Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja
yang mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al
Saleh meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir
(1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan
penyebaran agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan
oleh putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir
(1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan
Samudra Pasai berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama
dengan beberapa kerajaan islam di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan
di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan Ahmad meninggal dan
digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M
kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa
peninggalan, seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal
Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra
donya, dan stempel kerajaan.
10
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh
putranya Sultan Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh
adiknya yang bernama Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang
medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan keberhasilannya mengusai
beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan
Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini
juga berhasil menjalin kerjasama dengan para pemimpin islam di Arab.
Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah
satunya adalah karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka.
Kemunduran tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa wilayah
kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena faktor
tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris
kerajaan.
Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman,
makam Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng
indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan.
4. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada
awalnya wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Karena semakin lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal
tersebut mengakibatkan beberapa penguasa daerah mulai membangun
wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di pesisir pantai
Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden
Patah sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah
diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
11
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar,
dan wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Demak. Pada saat ulama penempati peranan penting di dalam
kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan.
Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati
Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering
dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh
menyerang Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu
Sultan Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan
kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu
Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek,
Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan
Makrusah.
5. Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang
lebih dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari
Sultan Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka
Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah Sultan Trenggono meninggal
Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, dan memindahkan
kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan
digantikan oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan
Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk
merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan. Pangeran
Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya, Sutowijoyo.
12
Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun 1601
Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang memiliki
gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati
Martapura, karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya
meninggal. Selanjutnya ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang
bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti
gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia
mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga
Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat
luas. Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu,
namun Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue
kipo, kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah
kotagede, batu datar, dan sastra gendhing karya Sultan Agung.
13
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’
Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa benda pusaka.
14
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah
dan Candi Agung Amuntai.
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang
berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang
dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia
merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di
dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia
mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas
penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang
berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi,
dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh
khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-
abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya
15
Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini
sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu.
Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena
sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum
Sufi dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya
ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.
Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan
yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan
ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan
Budha. Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara
sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat
kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha
dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit
dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah
mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7
bagi orang yang sedang hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang,
meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.
Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi
dari pelajaran tentang dakwah islam di nusantara antara lain,sebagai berikut :
16
2. Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk
mendapatkan informasi terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat
terbatasnya sumber data dan perdebatan para pakar tentang validitas data-data
sejarah
3. Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam
yang mengedepankan cara damai.
4. Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian,
dan lain-lain) sebagai sarana dakwah.
5. Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah
dalam berdakwah dengan penghasilan.
6. Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi
muda.
7. Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali
Kejayaan Islam.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
http://semuabaruthursina.blogspot.com/2016/04/rahmat-islam-bagi-nusantara.html
http://silmiasuniarizki.blogspot.com/2013/11/makalah-perkembangan-islam-di-
nusantara.html
https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-islam-di-indonesia/
19