2B - Kelompok 7 - Tugas Gangsispro

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KONTRASEPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan
gangguan Sistem Reproduksi dan Keluarga Berencana

KELAS 2 B
KELOMPOK 7
Anggota kelompok:
Riska Tanjung R. 6221454
Silmi Ramdhaniati 6221425
Anisa Siti R A 6221464
Rini Fitriani 6221367

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1


KEBIDANAN INSTITUSI KESEHATAN RAJAWALI
2022
1. Efektivitas dari setiap penggunaan kontrasepsi hormonal
Jenis-jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari 2 bagian, yaitu : metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dan metode kontrasepsi jangka pendek (Non-MKJP). Berikut
merupakan jenis kontrasepsi hormonal antara lain :
a. Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) Pil kombinasi merupakan kombinasi dosis
rendah estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan
progesteron atau yang hanya terdiri dari progesteron saja merupakan penggunaan
kontrasepsi terbanyak. Pil kombinasi cocok untuk menunda kehamilan dalam jangka
pendek, jika penggunakan diberhentikan maka kesuburan akan cepat kembali.
b. Mini Pil, pil yang hanya mengandung progesti saja dengan dosis yang sangat rendah
seperti hormon progesteron alami pada tubuh perempuan. Sangat dianjurkan untuk
ibu yang menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI. Jika penggunaan
dihentikan maka kesuburan akan cepat kembali.
c. Suntik
Jenis-jenis KB suntik yaitu, kontrasepsi 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. Kontrasepsi 1
dan 2 bulan mengandung 2 hormon kobinasi yaitu Medroxyprogesterone Acetate
(MPA) dan Estradiol Cypionate. Adapun kontrasepsi suntik 3 bulan hanya
mengandung progesteron sehingga dapat digunakan oleh ibu menyusui.
d. Implan
Implan merukan jenis kontrasepsi hormonal MKJP yang efektif 3 tahun dan ada yang
5 tahun tergantung jenis implan. Kontrasepsi mengandung hormon progesteron
metode ini cocok untuk ibu menyusui. Kesuburan dapat kembali dengan segera
setelah implan dilepas.
Jika dilihat dari efektivitas setiap jenis-jenis kotrasepsi tentu mempunyai
efektivitas yang berbeda-beda. Sehingga perlu dipertimbangkan kembali saat
memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi yang paling aman dan sesuai dengan
kebutuhannya apakah alat kontrasepsi tersebut digunakan untuk menunda kehamilan,
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan.
2. Penyebab kontrasepsi hormonal tidak efektif
a. Pil
Penggunaan kontrasepsi pil berbeda dengan kontrasepsi lainnya, disini yang banyak
berperan adalah akseptor itu sendiri. Sehingga pengetahuan tentang penggunaan
kontrasepsi pil harus benar-benar dimiliki oleh akseptor tersebut. Bila akseptor telah
mengerti dan memiliki kepatuhan dalam penggunaannya diharapkan akseptor tersebut
dapat merubah perilakunya terhadap cara penggunaan kontrasepsi pil. Sehingga
akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi pil mempunyai efektifitas tinggi dan
angka kegagalan yang cukup rendah.
Penyebab kontrasepsi pil tidak efetik karena tidak patuh, tidah teratur minum pil
karena lupa dan tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, selain itu juga karena tidak
melakukan hubungan seksual 40% akseptor malas karena kadang-kadang terasa mual.
Sehingga tingkat kegagalannya sangat tinggi.
b. Suntik
Penyebab KB suntik tidak efektif tergantung pada kembalinya jadwal suntik yang
tepat waktu atau tidak, resiko kehamilan meningkat saat terlambat melakukan suntik
ulang atau melewatkan suatu suntikan.
Kb suntik akan efektif jika dilakukan pada saat 1-5 hari pertama masa haid
perlindungan kehamilan dari KB suntim dapat efektif dan kembali normal. Namun
jika disuntim diluar waktu tersebut diperlukan waktu 7 hari sampai perlindungan
kehamilan mulai efektif. Jika dalam waktu 7 hari sejak KB suntik terjadi pembuahan
maka bisa jadi KB suntik tersebut gagal dan efektivitasnya rendah.
c. Implan
Penyebab implan tidak efektif karena penggunaan kb implan yang sudah melewati
batas pemakaian, pada umumnya kb implan efektif hingga 3 tahun, bila sudah
melewati batas waktu selama 3 tahun tersebut dan belum mengganti dengan yang
baru maka mekanisme kerja kb implan akan berkurang sehingga meningkatkan
kegagalan kb dan menyebabkan terjadinya kehamilan. Selain itu, terjadi reaksi
dengan penggunaan obat-obatan lain yang menyebabkan mekanisme kerja KB implan
berkurang. Seperti penyakit HIV atau epilepsi yang mengharuskan mengkonsumsi
obat rutin, sehingga efektivitas hormon yang terdapat di dalam implan tersebut
berkurang.

Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivtas KB yang sangat tinggi jika digunakan
secara benar dan teratur maka dianjurkan untuk menggunakan KB non hormonal
metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, dan metode kontrasepsi mantap
seperti MOW dan MOP. Sehingga angka kegagalan dalam menggunakan KB dapat
berkurang.
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN
KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Helmi Yenie*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang

Prevalensi kegagalan KB pil di Provinsi Lampung mencapai 1,07% dengan jumlah peserta KB pil 33,79%
dari peserta aktif. Di Kecamatan Rajabasa kegagalan pil mencapai 7,17% dan hasil survey diperoleh
angka kegagalan mencapai 33,3% yang mayoritas disebabkan karena ketidakteraturan dalam
mengkonsumsi pil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah kegagalan pemakaian alat kontrasepsi
pil dan hubungan kepatuhan akseptor terhadap kegagalan kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan Rahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian seluruh akseptor KB pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2016 sebanyak 1115 orang dan sampel sebanyak 96 orang yang diambil dengan
tehnik systematic sampling. Variabel penelitian ini variabel dependen dan independent. Untuk
pengumpulan data digunakan pedoman wawancara dan analisa dengan menggunakan analisa univariat
dan bivariat. Dari hasil penelitian diperoleh69,8% akseptor mengalami kegagalan, 67,7% akseptor tidak
patuh dalam mengkonsumsi pil dan nilai pvalue= 0,004 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan akseptor terhadap kejadian kegagalan kontrasepsi pil. Dengan diperolehnya
hasil tersebut,diharapkan kepada tempat penelitian dapat melakukan berbagai upaya untuk
meningkatan kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan bagi pemberi layanan KB,
meningkatan ketrampilan bidan dalam melakukan konseling KB dan melakukan kejasama lintas sektoral
antara BKKBN dan PLKB agar dapat mengantisipasi terjadinya kegagalan kontrasepsi terutama pil.

Kata Kunci: Kepatuhan akseptor, Kegagalan kontrasepsi

[203]
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

LATAR BELAKANG

Saat ini pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan
salah satu masalah kependudukan, sehingga memerlukan kebijakan kependudukan melalui
penurunan tingkat pertumbuhan penduduk serendah-rendahnya. Cara efektif untukmenurunkan
angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti Program Keluarga Berencana (KB).
Oleh karenanya program ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan karena program ini
selain berperan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk juga memiliki peranan dalam
upaya membentuk keluarga kecil berkualitas dan bersumber daya manusia yang bermutu
(BKKBN, 2009)
Program Keluarga BerencanaNasional telah berhasil menekan angka kelahiran meskipun
masih belum mencapaiharapan pemerintah (TFR = 2,2 per perempuan). Hal ini dapat dilihat
melalui angka Total Fertility Rate (TFR) yang cenderung menurun yaitu dari 2,7 (SDKI, 2002)
menjadi 2,6 (SDKI,2007).
Keluarga berencana merupakan salah satu dari empat pilar strategi upaya “safe
motherhood” yang dikembangkan oleh WHO-Depkes RI sejak tahun 1999. Sehingga
pelayanan keluarga berencana menjadi pelayanan kesehatan preventif yang paling mendasar
dan utama bagi wanita. Untuk optimalisasi manfaatkesehatan KB, pelayanan tersebut harus
disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi yang sedemikian
tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Salah satu tujuan dari program KB adalah membatasi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi. Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat
kontrasepsi yang sifatnya praktis denganefektifitas tinggi seperti metode non–MJKP(Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) misalnya suntik dan pil, sedangkan metodeimplant, IUD, MOW
dan MOP kurang diminati (Hanafi, 1999).
Di Indonesia didapatkan angka kegagalan (kehamilan) kontrasepsi pil berdasarkan SDKI
tahun 2009 mencapaiangka 87.257 (0,6%) akseptor dari
13.278.351 akseptor. Prevalensi kegagalan (kehamilan) di Propinsi Lampung yaitu mencapai
5.489 akseptor (1,07%). Adapun akseptor yang menggunakan kontrasepsi pil di Propinsi
Lampung yaitu sebanyak 365.988 akseptor dari 1.083.224 (33,79%) peserta KB (BKKBN
Lampung, 2010).
Berdasarkan catatan Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Nasional
Kabupaten Lampung Selatan sampai akhir tahun 2010 jumlah pasangan usia subur (PUS) yang
ada sebanyak 185.338 orang PUS, peserta aktif kontrasepsi non hormonal 13.162(9,98%) dan
peserta aktif kontrasepsi hormonal sebanyak 116.431(70,24%) dan mayoritas menggunakan
kontrasepsi Pil yaitu sebanyak 48.505 (37,2%) peserta KB.
(BPP&KB Lamsel, 2010).
Menurut catatan Badanpemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana
Lampung selatan tahun 2011 sampai dengan akhir bulan juni sudah terjadi peningkatan jumlah
PUS maupun peserta Aktif kontrasepsi hormonal sebanyak 13.971(10,3%),dan peserta aktif
kontrasepsi hormonal sebanyak 119.421(89,5%) dan mayoritas Akseptor peserta aktif
menggunakan kontrasepsi pil yaitu sebanyak 48.800(36,6%)peserta KB.(BPP&KB Lamsel
2011)
Penggunaan kontrasepsi pil berbeda dengan kontrasepsi lainnya, disini yang banyak
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

berperan adalah akseptor itu sendiri. Sehingga pengetahuan tentang penggunaankontrasepsi pil
harus benar-benar dimiliki oleh akseptor tersebut. Bila akseptor telah mengerti dan memiliki
kepatuhan dalam penggunaannya diharapkan akseptor tersebut dapat merubah perilakunya
terhadap cara penggunaan kontrasepsi pil. Sehingga akseptor KB yang menggunakan
kontrasepsi pil mempunyai efektifitastinggi dan angka kegagalan yang cukup rendah (Dunia-
Ibu, 2002 http:// www.infoibu.com./html).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mandasari pada tahun 2009 di lingkungan IV
Kelurahan Margorejo Kota Metro tentang hubungan kepatuhan penggunaan kontrasepsi pil
dengan kejadian kegagalan yang dilakukan terhadap 69 responden diperoleh bahwa dari 27
responden yang tidak patuh sebanyak 74,1% mengalami kejadian kegagalan sedangkan dari
42% responden yang patuh hanya 14,3% yang mengalami kejadian kegagalan. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan penggunaan kontrasepsi
pil dengan kejadian kegagalan dan akseptor KB pil yang menggunakan pilsecara tidak patuh
berpeluang lebih besar untuk mengalami kegagalan.
Menurut catatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010, tingkat pencapaian
peserta KB aktif sebanyak 3033 akseptor (69,48%) dari 4365 PUS dan yang menggunakan
kontrasepsi pil sebanyak 1115 akseptor (36,76%). Dari hasil pra survei yang dilakukan
peneliti pada bulan Mei 2011, diperoleh data dari laporan PWSKB Puskesmas Rajabasa pada
akhir bulan Desember 2010, akseptor KB pil yang mengalami kegagalan (hamil) sebanyak 80
orang (7,17%). Adapun hasil wawancara yang dilakukan pada 15 akseptor pil yang berasal
dari beberapa desa di Puskesmas Rajabasa, diperoleh 5(33,3%) akseptor pernah mengalami
kegagalan(kehamilan),dari 5 akseptor yang hamil 3(60%) mengatakan kurang teratur minum
pil dengan berbagai alasan seperti lupa dantidak tahu bagaimana cara mengatasinya, selain itu
juga karena tidak melakukan hubungan seksual, 2(40%) akseptor malas karena kadang-
kadang terasa mual.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti ”apakah adahubungan
antara kepatuhan akseptor KB pilterhadap kegagalan kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten LampungSelatan Tahun 2016?”
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional, dimana rancangan penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan kepatuhanakseptor KB pil terhadap kegagalankontrasepsi pil.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016 sebanyak 1115 orang dan sampel sebanyak 96 orang,
makaintervalnya adalah 1115 : 96 = 11,6 = 12, sehingga populasi yang terkena sampel adalah
yang memiliki interval 12. Sampel diambil dengan tehnik systematic sampling. Variabel
penelitian ini variabel dependen dan independent. Untuk pengumpulan data digunakan
pedoman wawancara dan analisadengan menggunakan analisa univariat danbivariat dengan uji
chi square dengan bantuan program komputer.

HASIL

Analisis Univariat
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

Tabel 1: Distribusi Frekuensi KejadianKegagalan Kontrasepsi Pil

Akseptor KB Pil f %
Gagal 67 69,8
Tidak Gagal 29 30,2
Jumlah 96 100

Dari tabel di atas diketahui bahwayang terbanyak adalah akseptor KB yang mengalami
kegagalan yaitu sebanyak 67akseptor (69,8%).

Tabel 2: Distribusi Frekuensi KepatuhanAkseptor KB Pil

Dari tabel diatas didapatkan bahwa yang terbanyak adalah akseptor KB Pil yang tidak
patuh yaitu 65 akseptor (67,7%).

Analisis Bivariat

Tabel 3: Analisa Hubungan Antara Kepatuhan Akseptor KB dengan Kejadian Kegagalan


KontrasepsiPil

Kejadian Kegagalan Total


Kepatuhan Tidak Gagal p OR
Akseptor Gagal f value 95% CI
%
f % f %
Patuh 1 51, 15 48,4 31 100 4,26
Tidak Patuh 2 52 80 65 100 0,004 (1,68-
Jumlah 2 30, 67 69,8 96 100 10,81)

Berdasarkan tabel diatas didapat kepatuhan akseptor KB dalammengkonsumsi pil ada


16 responden (51,6%). Sedangkan responden yang patuh dalam menggunakan kontrasepsi pil
mengalami kegagalan sebanyak 15 (48,4%) responden. Akseptor KB pil yang tidak patuh
menkonsumsi pil ada 13 (20%),dan akseptor yang tidak patuh dalam mengkonsumsi pil KB
dan mengalami kegagalan (kehamilan) sebanyak 52 (80%) responden.Sehingga terdapat
kecendrungansemakin tidak patuh akseptor dalammengkonsumsi pil KB maka semakin besar
kemungkinan kejadian kegagalan (kehamilan). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004
berarti p value ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan
akseptor dengan kejadiankegagalan kontrasepsi pil. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR
4,26, artinya akseptor KB pil yang tidak patuh mempunyai peluang 4,26 kali mengalami
kegagalan kontrasepsi pil dibandingkan dengan akseptor KB pil yang patuh dalam
menggunakan kontrasepsi pil.

PEMBAHASAN

Kegagalan
Distribusi kejadian kegagalan
Kepatuhan Akseptor f % kontrasepsi pil didapatkan bahwa sebanyak
Patuh 31 32,3 69,8% akseptor mengalami kegagalan
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

Tidak Patuh 65 67,7 dalam menggunakan kontrasepsi pil,


Jumlah 96 100

sedangkan akseptor KB pil yang tidak mengalami kegagalan dalam menggunakankontrasepsi


pil sebanyak 30,2%.
Kegagalan merupakan suatu bentuk penyimpangan baik nyata ataupun
imajinasiseseorang terhadap suatu harapan (Rustam, 2005). Kontrasepsi yang mempunyai
efektivitas dan tingkat kelangsungan yang tinggi akan memberikan daya lindung lebih besar
dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu tingkat kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi
yang digunakan ditentukan oleh empat unsur salah satunya adalah angka kegagalan
kontrasepsi. Kegagalan biasanya disebabkan oleh faktor kelalaian. Kesalahan yang sering
terjadi adalah karena tidak teratur minum pil, lupamenelan pil ataupun terlambat memulai
kemasan yang baru.
Seperti yang diungkapkan oleh dr. Didi Kusmarjadi, Sp.OG, (2007), bahwa beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi pil, antara lain
kepatuhan (berkaitan dengan tidak teraturnya minum pil atau sering lupa), konsumsi alkohol,
obat antibiotika, obat antijamur, dan obat anti kejang.
Dalam penelitian ini, mayoritasakseptor mengalami kegagalan yang disebabkan karena
ketidakteraturan akseptor dalam mengkonsumsi pil KB. Adapun kegagalan yang sering timbul
adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Tentunya hal ini dapat memberikan dampak yang
kurang baik terhadap kualitas janin yang akan dilahirkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ketidakteraturan akseptor dalam mengkonsumsi pil KB dapat mempengaruhi kejadian
kegagalan pemakaian kontrasepsi pil. Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari
terjadinya kegagalan antara lain adalah pemberian informasi yang efektif, hal ini sebagai salah
satu cara untuk memperbaiki kepatuhan akseptor. Informasi tersebut anatara lain menjelaskan
bagaimana kontrasepsi pil bekerja, diperlihatkan dan ditunjukkan kepada akseptor kemasan pil
yang akan digunakan dan diberitahu dengan jelas bagaimana cara mengkonsumsi pil,
menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi dan meminta akseptor untuk mengulangi
kembali informasi yang penting untuk menyakinkan bahwa akseptor telah mengerti.
Kepatuhan
Distribusi kepatuhan akseptor KB pildidapatkan bahwa sebanyak 32,3% akseptor patuh
dalam menggunakan kontrasepsi pil, sedangkan akseptor KB pil yang tidak patuh dalam
menggunakankontrasepsi pil sebanyak 67,7%.
Menurut Kaplan dkk, 1997 kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran
klinis dari dokter yang mengobatinya, sedangkan menurut Sacket kepatuhan adalah sejauh
mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002)
antara lain seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan
pendidikan.Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan menurut
Niven (2002) adalah pemahaman tentang intruksi yang diberikan kepada seseorang, kualitas
interaksi antara profesional kesehatan dan klien, isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan,
sikap dan kepribadian dari seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian Mandasari di lingkungan IV Kelurahan Margorejo Metro
tahun 2009 dengan judul hubungan kepatuhan penggunaan kontrasepsi pil dengan kejadian
kegagalan diperoleh hasil sebanyak 74,1% mengalami kejadian kegagalan dengan nilai P
value = 0,012. Akseptor KB pil yang menggunakan pil secara tidak patuh berpeluang lebih
besar untuk mengalami kegagalan dibandingkan dengan akseptor KB pil yang patuh.
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

Kontrasepsi pil merupakan alat kontrasepsi oral dengan efektifitas yang tinggi apabila
digunakan dengan benar.
Berdasarkan hasil penelitian dan teoridiatas maka dapat disimpulkan bahwakepatuhan
akseptor dapat mempengaruhi kejadian kegagalan pemakaian kontrasepsi, oleh karena itu hal
yang paling penting dalam penggunaan kontrasepsi oral adalah kepatuhan setiap hari untuk
minum pil olehpemakainya. Penggunaan kontrasepsi pil berbeda dengan kontrasepsi lainnya,
disini yang banyak berperan adalah akseptor itu sendiri. Sehingga pengetahuan tentang
penggunaan kontrasepsi oral harus benar- benar dimiliki oleh akseptor tersebut.
Pada hasil penelitian ini, kejadian kegagalan KB Pil dapat disebabkan karena usia,
pendidikan, pengetahuan dan sosialekonomi dari akseptor seperti yang dikatakan oleh Suddart
dan Bruner (2002), selain itu juga mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman dari
akseptor tentang instruksi yang diberikan oleh pemberi pelayanan, kurang baiknya kualitas
interaksi antara pemberi pelayanan dan klien dan sikap dari akseptor sendiri yang kurang
mendukung. Hal ini tentunya akan mempengaruhi efektifitas dari alat kontrasepsi yang
digunakan. Karena dalam penggunaan kontrasepsi pil baik tipe kombinasi, mini pil ataupun
pasca senggama yang sangat dibutuhkan adalah kepatuhan akseptor dalam mengikuti anjuran
klinis yang telah ada. Tingkat kepatuhan ini akan berdampak pada efektifitas kerja pil
kontrasepsi untuk membuat barier sehingga kegagalan dapat diminimalisir dan kehamilan yang
tidak direncanakan dapat dicegah. Untuk itu diharapkan bagi tenaga kesehatan terutamabidan
dapat meningkatkan konseling terhadap akseptor KB terutama pil agar akseptor KB pil dapat
meningkatkan kedisiplinan dalam mengkonsumsi pil dan diharapkan akseptor tersebut dapat
merubah perilaku nya terhadap carapenggunaan kontrasepsi oral.

Hubungan Kepatuhan Akseptor dengan Kegagalan Kontrasepsi Pil


Distribusi kepatuhan akseptor dengan kejadian kegagalan kontrasepsi pil, diperoleh
bahwa sebanyak 52 (80%) responden yang tidak patuh dalam menggunakan kontrasepsi pil,
mengalami kegagalan (kehamilan). Sedangkan responden yang patuh dalam menggunakan
kontrasepsi pil mengalami kegagalan sebanyak 15 (48,4%) responden.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004 yang artinya ada hubungan antara kepatuhan
akseptor dengan kejadian kegagalan kontrasepsi pil. Diperoleh pula nilai OR 4,26 artinya
akseptor KB pil yang tidak patuh mempunyai peluang 4,26 kali mengalami kegagalan
kontrasepsi pil dibandingkan dengan akseptor KB pil yang patuh dalam menggunakan
kontrasepsi pil.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kegagalan merupakan suatu bentuk
penyimpangan baik nyata ataupun imajinasi seseorang terhadap suatu harapan, dan beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penggunaan kontrasepsi pil, antara lain
kepatuhan (berkaitan dengan keteraturan minum pil), konsumsi alkohol, obat antibiotika,
obat antijamur,dan obat antikejang (Kusumarjadi, 2007). Pada umumnya kegagalan pada alat
kontrasepsi pil disebabkan oleh faktor kelalaian yang berkaitan dengan kepatuhan. Kesalahan
yang sering terjadi adalah karenatidak teratur minum pil, lupa menelan pil ataupun terlambat
memulai kemasan yang baru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori diatas, bahwa kegagalan kontrasepsi pil sangat
dipengaruhi oleh kepatuhanakseptor. Jadi meskipun alat kontrasepsi pilmempunyai efektivitas
dan tingkat kelangsungan yang tinggi serta dapat memberikan daya lindung lebih besar dalam
jangka waktu tertentu namun tidak diikuti dengan kepatuhan akseptor dalam
mengkonsumsinya maka efektivitas dari alat kontrasepsi tersebut akan tidak berarti. Sehingga
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

kehamilan yang tidak diinginkan oleh akseptor dapat terjadi. Hal ini tentunya akan
menimbulkan masalah yang kompleks karena apabila ibu yang mengalami kegagalan
kontrasepsi tidak mampu untuk menerima kondisi/kehamilannya, selain dapat berdampak
buruk terhadap kualitas pertumbuhan dan perkembangan janin juga akan berdampak buruk
terhadap kesehatan reproduksi ibu, seperti aborsi yang tidak aman. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan akseptor KB Pil berhubungan dengan kejadian kegagalan
kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan pada pengguna
kontrasepsi pil adalah konseling yang baik dan benar melalui pemberian informasi yang
efektif, hal ini sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kepatuhan akseptor. Informasi
tersebut antara lain menjelaskan bagaimana kontrasepsi pil bekerja, diperlihatkan dan
ditunjukkan kepada akseptor kemasan pil yang akan digunakan dan diberitahu bagaimana cara
mengkonsumsi pil, menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi dan meminta akseptor
untuk mengulangi kembali informasi yang penting untuk meyakinkan bahwa akseptor telah
mengerti (Speroff. L & Darney.P, 2003:76).
Oleh karenanya diharapkan kepada tempat penelitian perlu adanya upaya peningkatan
kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan terhadap pemberi layanan untuk
diberi pengarahan akan arti pentingnya menjaga kualitas pelayanan. Selain itu juga perlu
memberikan bekal keterampilan secara cukup bagi petugas pelayanan KB dalam memberikan
informasi secara tepat seperti tata cara penggunaan, masa berlaku, waktu kontrol, konseling
(KIE) dan seterusnya terhadap alat kontrasepsi pil, kondom, suntik, implant dan lain-lain. Dan
tidak kalah pentingnya perlu adanya peningkatan keterampilan dalam mengadakan hubungan
antar manusia antara petugas dan pemakai layanan agar kejadian kegagalan dalam penggunaan
alat kontrasepsi dapat dihindari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa kegagalan kemakaian kontrasepsi


pil sebesar 67 akseptor (69,8%) di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Sedangkan akseptor KBpil yang tidak patuh dalam menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 65
orang (67,7%).
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menyimpulkan terdapat
hubungan kepatuhan akseptor terhadap kegagalan kontrasepsi pil didapatkan hasil p
value=0,004 berarti nilai p ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara kepatuhan akseptor terhadap
kegagalankontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan perlu adanya upaya peningkatan
kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan terhadappemberi layanan KB untuk
diberi pengarahan akan arti pentingnya menjaga kualitas pelayanan. Selain itu dipelukan juga
adanya peningkatan ketrampilan pada bidan dalam hal konseling KB pemberian bekal
keterampilan secara cukup bagi petugas pelayanan KB dalam memberikan informasi secara
tepat seperti tata cara penggunaan, masa berlaku, waktu kontrol, konseling (KIE) dan
seterusnya terhadap alat kontrasepsi pil, kondom, suntik, implant, IUD dan lainnya.
Selanjutnya perlu adanya kerjasama lintas sektoral antara BKKBN dan PLKB agar dapat
mengantisipasi terjadinya kejadian kegagalan kontrasepsi terutama pil.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2009, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan


Kependudukan,Jakarta.

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hartanto, Hanafi, 1999, KeluargaBerencana dan Kontrasepsi, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan.

Mandasari. 2009. Hubungan kepatuhan penggunaan kontrasepsi pil dengan kejadian


kegagalan di lingkungan IVKelurahan Margorejo Metro tahun2009.
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu
Penyebab Kenaikan Berat Badan

Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)sebagai Salah Satu


Penyebab Kenaikan Berat Badan

I. Ratna Novalia Sari

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya proses kehamilan baik yang bersifat sementara, maupun yang
bersifat permanen. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Penggunaan alat kontrasepsi
disarankan pada pasangan usia subur, ibu yang mempunyai banyak anak dan ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kehamilan. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu alat kontrasepsi hormonal suntik. Salah satu macam alat
kontrasepsi hormonal suntik yaitu Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang mengandung hormon progesteron,
dan dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
nafsu makan dan berat badan.

Kata kunci: Berat badan, DMPA, kontrasepsi, kontrasepsi hormonal

Injectable Hormonal Contraceptive Depo Medroxyprogesterone Acetate(DMPA)


as One of the Causes Increase Weight

Abstract

Contraception is an attempt to prevent pregnancy either temporary, or permanent. Contraception is derived from the word
that means to prevent or fight, while the concept is a meeting between a mature egg cells and sperm cells resulting in
pregnancy. The use of contraception is recommended in couples of childbearing age, mothers with many children and
mothers who have a high risk of pregnancy. Contraceptives are the most widely used injectable hormonal contraceptives.
One kind of injectable hormonal contraceptives is Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) which contains the
hormone progesterone, and can stimulates the appetite control center in the hypothalamus, causing an increase in appetite
and weight.

Keywords: Weight, DMPA, contraceptives, hormonal contraception

Korespondensi: I.Ratna Novalia Sari e-mail [email protected]

Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 67


I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

Pendahuluan objektif tertentu,


Menurut World Population Data
Sheet 2013, Indonesia merupakan menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
negara ke-5 di dunia dengan estimasi mengatur jarak kelahiran, mendapatkan kelahiran
jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 yang diinginkan, mengontrol waktu keahiran
juta.1 Salah satu faktor penambah bagi dalam hubungan dengan umur suami isteri,
jumlah penduduk yaitu fertilitas atau menentukan jumlah anak dalamkeluarga.5
kelahiran. Pemerintah Indonesia Data Badan Kependudukan dan Keluarga
menerapkan suatu program untuk Berencana Nasional menunjukan bahwa pada
dapat mengatasi masalah ini, yaitu tahun 2013 ada 8.500.247 pasangan usia subur
program Keluarga Berencana (KB) (PUS) yang merupakan peserta KB baru, dan
yang dimulai sejak tahun 1968 dengan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan
didirikannya Lembaga Keluarga metode kontrasepsi hormonal suntikan.1 Sebelum
Berencana Nasional (LKBN) dan pada menggunakan alat kontrasepsi sebaiknya
tahun 1970 diubah menjadi Badan diperlukan pertimbangan mengenai efek samping
Koordinasi Keluarga Berencana yang akan timbul terhadap fungsi reproduksi dan
Nasional (BKKBN) dengan tujuan juga kesejahteraan umum. Salah satu alasan
dapat mewujudkan keluarga kecil penghentian atau perubahan penggunaan alat
yang bahagia dan sejahtera. Program kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan
Keluarga Berencana ini mendukung tersebut.6
untuk diadakannya suatu pelayanan Penggunaaan alat kontrasepsi hormonal
kontrasepsi.2 dapat menimbulkan berbagai efek samping yang
Keluarga Berencana merupakan salah satu di antaranya adalah perubahan berat
salah satu pelayanan kesehatan badan akseptor. Hal ini disebabkan oleh hormon
preventif yang paling dasar dan utama progesteronyang mempermudah terjadinya
bagi wanita, meskipun tidak selalu perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
diakui demikian. Pelayanan keluarga sehingga lemak di bawah jaringan kulit
berencana merupakan salah satu di bertambah.7 Penambahan berat badan merupakan
dalam paket pelayanan kesehatan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan
reproduksi essensial yang perlu oleh akseptor kontrasepsi hormonal terutama
mendapatkan perhatian serius karena kontrasepsihormonal suntik KB Depo
dengan mutu pelayanan keluarga Medroxyprogesterone Acetate (DMPA).6
berencana berkualitas akan Beberapa studi penelitian didapatkan
meningkatkan tingkat kesejahteraan, peningkatan berat badan akibat penggunaan
kesehatan bayi dan anak serta kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan
kesehatan reproduksi.3 lemak tubuh dan adanya hubungan dengan
Program KB di Indonesia sudah regulasi nafsu makan. Salah satu studi
dimulai sejak tahun 1957, namun menemukan peningkatan nafsu makan yang
masih menjadi urusan kesehatan dan dilaporkan sendiri oleh wanita yang
belum menjadi urusan kependudukan. menggunakan kontrasepsi DMPA setelah
Namun sejalan dengan semakin 6 bulan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
meningkatnya jumlah penduduk kandungan pada DMPA yaitu hormon
Indonesia serta tingginya angka progesteron, yang dapat merangsang pusat
kematian ibu dan kebutuhan akan pengendalian nafsu makan di hipotalamus
kesehatan reproduksi, program KB sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
selanjutnya digunakan sebagai salah nafsu makan.2
satu cara untuk menekan pertumbuhan
jumlah penduduk serta meningkatkan
kesehatan ibu dan anak.4 Menurut Isi
World Health Organization (WHO) Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang
expert komite 1970, keluarga berarti mencegah atau melawan, sedangkan
berencana adalah tindakan yang konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
membantu individu atau pasangan matang dan sel sperma yang mengakibatkan
suami istri mendapatkan objektif- kehamilan. Maksud dari
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 68
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

Penyebab Kenaikan Berat Badan


komplikasi yang potensial, biaya
kontrasepsi adalah menghindar dan kontrasepsi progesterone yang terjangkau.9
mencegah terjadinya kehamilan Berbagai jenis metode atau alat
sebagai akibat pertemuan antara sel kontrasepsi dibagi menjadi:11
telur yang matang dengan sel sperma 1. Kontrasepsi Sterilisasi yaitu pencegahankehamilan
tersebut. Cara kerja kontrasepsi dengan mengikat sel indung telur pada wanita
bermacam-macam tetapi pada (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi).
umumnya mempunyai fungsi Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh
mengusahakan agar tidak terjadi ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila
memang ingin melakukan pencegahan kehamilan
ovulasi, melumpuhkan sperma,
secarapermanen, misalnya karena faktor usia.
menghalangi pertemuan sel telur
dengan sperma.8 2. Kontrasepsi teknik, dibagi menjadi :
Syarat-syarat yang harus a. Coitus Interruptus adalah ejakulasi yang
dipenuhi dalam pemilihan alat dilakukan di luar vagina. Faktor kegagalan
kontrasepsi adalah tidak memiliki biasanya terjadi karena ada sperma yang
efek samping yang merugikan, lama sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme
kerja dapat diatur menurut berulang atau terlambat menarik penis keluar.
keinginan, tidak mengganggu b. Sistem kalendar adalah tidak melakukan
persetubuhan, harganya murah senggama pada masa subur, perlu
supaya dapat dijangkau masyarakat kedisiplinan dan pengertian antara suami istri
luas, dapat diterima pasangan suami karena sperma maupun sel telur (ovum)
istri, tidak memerlukan bantuan mampu bertahan hidup sampai dengan
medik atau kontrol yang terlambat 48 jam setelah ejakulasi. Faktor kegagalan
selama penatalaksanaan.9 karena salah menghitung masa subur (saat
Sasaran dalam penggunaan alat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur
kontrasepsi yaitu 1) pasangan usia sehingga perhitungan tidak akurat.
subur, semua pasangan usia subur c. Prolonged lactation adalah selama tiga bulan
yang ingin menunda, menjarangkan setelah melahirkan saat bayi hanya minum air
kehamilan dan mengatur jumlah susu ibu (ASI) dan menstruasi belum terjadi,
anak; 2) ibu yang mempunyaibanyak otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi
jika ibu hanya menyusui kurang dari enam jam
anak dianjurkan memakai
per hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup
kontrasepsi untuk menurunkan angka
besar.
kematian ibu dan angka kematian
3. Kontrasepsi mekanik, terdiri dari:
bayi yang disebabkan karena faktor
a. Kondom adalah suatu alat kontrasepsi yang
multiparitas (banyak melahirkan
terbuat dari latex. Terdapatkondom untuk pria
anak);
maupun wanita serta berfungsi sebagai
3) Ibu yang mempunyai resiko tinggi pemblokir sperma. Kegagalan pada umumnya
terhadap kehamilan, Ibu yang karena kondom tidak dipasang sejak
mempunyai penyakit yang bisa permulaan senggama atau terlambat menarik
membahayakan keselamatan jiwanya penis setelah ejakulasi sehingga kondom
jika dia hamil, maka ibu tersebut terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam
dianjurkan memakai kontrasepsi.10 vagina.
Faktor yang perlu diperhatikan b. Spermatisida adalah suatu bahan kimia aktif
dalam pemilihan metode kontrasepsi untuk membunuh sperma, berbentuk cairan,
yaitu efektifitas kontrasepsi krim atau tisu vaginayang harus dimasukkan ke
progestin tinggi, efek samping minor dalam vagina lima menit sebelum senggama.
(gangguan siklus haid, perubahan Kegagalan sering terjadi karena waktu larut
berat badan, keterlambatan yang belum cukup, jumlah spermatisida yang
kembalinya kesuburan dan digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah
osteoporosis pada pemakaian jangka dibilas dalam waktu kurang dari enam jam
panjang), kerugian hanya sedikit dan setelahsenggama.
jarang terjadi pada wanita yang c. Vaginal diafragma adalah lingkaran cincin
mengunakan kontrasepsi dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut
progesterone, komplikasi- rahim bila dipasang dalam liang vagina enam
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 69
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

jam sebelum senggama. Efektivitasnya penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam
sangat kecil, karena itu harus sebulan.11
digunakan bersama spermatisida untuk
mencapai efektivitas 80%. KB suntik adalah suatu alat kontrasepsi
d. Intra Uterine Device (IUD) atau spiral hormonal yang cara penggunaannya disuntikkan
adalah alat kontrasepsi yang terbuat secara intramuscular (IM).10 Carakerja KB suntik
dari bahan polyethylene yang diberi menurut Saifudin (2003), diantaranya adalah:
lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) menekan ovulasi, mengentalkan lendir servik
dan dipasang di mulut rahim. sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
Kelemahan alat ini yaitu bisa sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
menimbulkan rasa nyeri di perut, atropi dan menghambat transportasi gamet oleh
infeksi panggul, pendarahan di luar tuba.10 Komposisi suntik kombinasi terdiri dari 25
masa menstruasi atau darah mg depo medroksi progesterone asetat dengan 5
menstruasi lebih banyak dari biasanya. mg estradiol sipinoat dan 50 mg norethindrone
4. Kontrasepsi hormonal adalah enantat dengan 5 mg etradiol valerat. Komposisi
kontrasepsi yang cara kerjanya suntik progestin terdiri dari
bersifat hormonal bisa berupa pil KB 150 mg depo medroksi progesterone asetat
yang diminum sesuai petunjuk
hitungan hari yang ada pada setiap dan 200 mg depo norestisteron enantat.12
blisternya, suntikan, susuk/implan
yang ditanam untuk periode tertentu, Jenis KB suntik golongan progestin menurut
koyoKB atau spiral berhormon. Saifudin (2003) adalah 1). Depo Medroxyprogesteron
Kontrasepsi hormonal terdiri dari: Acetate (DMPA) mengandung 150 mg DMPA diberikan
a. Pil Kombinasi Oral Contraception
3 bulan sekali secara intramuscular, dan 2).Depo
(OC) Pil kombinasi merupakan
noretisterone (Depo Noristerate) yang mengandung
kombinasidosis
rendah estrogen dan 200 mg noretindron enantat,diberikan setiap 2 bulan
progesteron. Penggunaan secara intramuscular.10
kontrasepsipil kombinasi
d anp ro ge estrog
st eroneanarat a u y a n g han y a t e rdiridari p
ker ja D M P A C di a n t ar a n y a a d al a h
b. Koyo KB kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya
Digunakan dengan ditempelkan
di kulit setiap minggu.
Kekurangannya adalah
menimbulkan reaksi alergi bagi
yang memiliki kulit sensitif dan
kurang cocok untuk digunakan
pada daerah beriklim tropis.
c. Susuk KB ( Implan )
Implan terdiri dari 6 kapsul
silastik, setiap kapsulnya berisi
levornorgestrel sebanyak 36
miligram dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 cm.
Kapsul yang dipasang harus
dicabut menjelangakhir masa 5
tahun. Terdapat dua jenis
Implan yaitu Norplant dan
Implanon.
d. Suntik KB
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon
sintetik. Cara pemakaiannya dengan
menyuntikkan zat hormonal ke dalam
tubuh. Zat hormonal yang terkandung
dalam cairan suntikan dapat mencegah
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 70
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu
mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim
tipis dan atrofi, menghambat
transportasi gamet oleh tuba,
gangguan haid.13
Gejala dan keluhanbiasanya
yaitu amenorhoe (tidak
datangnya haid pada setiap
bulan selama akseptor
mengikuti suntik KB),
metrhoragia (perdarahan yang
berlebihandiluar masa haid),
spotting (bercak –
bercakperdarahan diluar masa
haid yang terjadi selalaakseptor
mengikuti KB suntik),
menorrhagia(datangnya darah
haid dalam jumlah
banyak).13Alat kontrasepsi
hormonal suntik DMPA adalah
satu- satunya kontrasepsi
hormonalyang konsisten terkait
dengan penambahanberat
badan.
Sebuah studi

prospektifmenemukan bahwa
wanita yang
menggunakanDepo-Provera
memperoleh penambahan
beratbadan rata-rata sebesar
5,1 kg selama 36bulan,
sedangkan wanita yang
menggunakankontrasepsi oral
kombinasi tidak mendapatkan
kenaikan berat badan.14
Perdebatan mengenai
meningkatnya berat badan sebagai
akibat dari penggunaan DMPA-IM

Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 71


I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

yang terus menerus, serta penambahan 4. Fisiologi


jumlah berat dilaporkan naik dari waktu ke Energi yang dikeluarkan menurun
waktu, bervariasi dari sekitar 1-2 kg setelah dengan bertambahnya usia dan ini
1 tahun penggunaan menjadi antara 4- 10 sering meningkatkan berat badan pada
kg setelah penggunaan yang lama sekitar usia pertengahan.
3-5 tahun. Menurut WHO, dalam
menyelidiki efek samping dan alasan 5. Gangguan hormon
penghentian DMPA-IM menemukan Gangguan hormon hypotyroid dapat
bahwa wanita dewasa mempengaruhi peningkatan berat badan
memperoleh rata-rata 1,9 kg pada tahun atau kecenderungan untuk meningkatkan
pertama penggunaan DMPA-IM, dan berat berat badan.
badan dikutip sebagai salah satu alasan 6. Aktivitas fisik
utama untuk penghentian penggunaan Peningkatan berat badan dapat
DMPA-IM ini.15 Perhitungan untuk disebabkan asupan energi yang melebihi
mengetahui berat badan normal (BBN) kebutuhan tubuh yang biasanya dialami
dihitung dengan mengurangi ukuran oleh orang yang kurang olahraga atau
tinggi badan (dalam cm) dengan angka kurang aktivitas fisik. Hal ini
100. Berat badan ideal (BBI) diperoleh menyebabkan energi yang masuk
dengan mengurangi BBN dnegan 10% dari kedalam tubuh tidak dibakar atau
BBN, sedangkan berat badan berlebih jika digunakan yang kemudian disimpan
berat badan seseorang lebih dari 15% dari dalam bentuk lemak. Adapun faktor-
BBN.16 faktor pendukung yang
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan mempengaruhi perubahan
berat badan seseorang menurut Wijayanti berat badan.
(2006) adalah:6 Selain faktor utama, adapun faktor-
1. Herediter faktor pendukung yang mempengaruhi
Kencenderungan menjadi gemuk pada perubahan berat badan menurut BKKBN
keluarga tertentu telah lama diketahui. (2013), diantaranya adalah:1
Hal ini disebabkan oleh kebiasaan 1. Pola makan
keluarga makan banyak dan berkali-kali Pola makan dapat dikendalikan dengan
tiap harinya. Dengan demikian masukan memilih responden yang mempunyai
energi tiap harinya melebihi pola makan yang teratur karena efek dari
kebutuhannya. hormon progesteron disini dapat
2. Bangsa atau suku meningkatkan nafsu makan.
Pada bangsa atau suku tertentu kadang- 2. Umur
kadang terlihat lebih banyak anggota- Usia 20-35 tahun adalah usia yang lebih
anggotanya yang menderita obesitas. aman dari resiko kematian maternal,
Dalam hal ini sukar untuk menentukan sehingga mengatur kehamilan pada usia
faktor yang lebih menonjol. Keturunan tersebut dengan kontrasepsi adalah
atau latar belakang kebudayaan seperti mengurangi resiko kematian maternal
biasa makan makanan yang pada bayi dan anak. Terbukti bahwa
mengandung banyak energi, tidak jarak kehamilan kurang dari 2 tahun akan
berolah raga dansebagainya. meningkatkan kematian bayinya.
3. Gangguan emosi Disamping itu wanita yang melahirkan
Gangguan emosi merupakan sebab pada usia dibawah 18 tahun cenderung
terpenting obesitas pada remaja. Pada prematur dan meninggal dunia. Dengan
anak yang bersedih hati dan demikian program KB secara langsung
memisahkan diri dari lingkungannya maupun tidak langsung dengan
timbul rasa lapar yang berlebihan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak.
sebagai kompensasi terhadap Selain faktor- faktor yang dapat
masalahnya. Adanya kebiasaan meningkatkan berat badan adapun usaha-
makanan yang terlampau banyak akan usaha untuk mengurangi berat badan.6
menghilang dengan menyembuhnya
gangguan emosi yang dideritanya.
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 72
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

Ringkasan pengendalian nafsu makan di hipotalamus


kontrasepsi adalah menghindar sehingga menyebabkan terjadinya
dan mencegah terjadinya kehamilan peningkatan berat badan akseptor.
sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma
tersebut. Cara kerja kontrasepsi Daftar Pustaka
bermacam-macam tetapi pada 1. BKKBN. Pemantauan pasangan usia subur
umumnya mempunyai fungsi melalui mini survei indonesia. Jakarta.
mengusahakan agar tidak terjadi BKKBN. 2013.
ovulasi, melumpuhkan sperma, 2. Pratiwi, D, Syahredi, Erkadius. Hubungan
menghalangi pertemuan sel telur antara penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan sperma. Sasaran dalam suntik DMPA dengan peningkatan berat
penggunaan alat kontrasepsi yaitu badan di Puskesmas Lapai Kota Padang.
semua pasangan usia subur yang ingin Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3):367–371.
menunda, menjarangkan kehamilan 2013.
dan mengatur jumlah anak; ibu yang 3. Suyati. Hubungan jenis kontrasepsi suntik
mempunyai banyak anak dianjurkan dengan perubahan berat badan. Jurnal Edu
memakai kontrasepsi untuk Health, 3(2): 84 – 88. 2013.
menurunkan angka kematian ibu dan 4. Kemenkes RI. Situasi dan analisis keluarga
angka kematian bayi karena faktor berencana. Jakarta. Kementerian Kesehatan
multiparitas; ibu yang mempunyai RI. 2014.
resiko tinggi terhadap kehamilan; ibu 5. Irnawati. Analisis faktor-faktor yang berhubungan
yang mempunyai penyakit yang bisa dengan perubahan pola menstruasi pada
membahayakan keselamatan jiwanya akseptor KB suntik depo medroxyprogesterone
jika dia hamil, maka ibu tersebut acetate diPuskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal
dianjurkan memakai kontrasepsi. Ilmiah Kebidanan, 1(1): 1–8. 2012.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam 6. Purnamasari, D. Hubungan lama pemakaian
pemilihan metode kontrasepsi yaitu KB suntik depo
efektifitas kontrasepsi tinggi, efek medroxyprogesterone asetat (DMPA) dengan
samping minor, kerugian hanya perubahan berat badan di BPS (Bidan praktek
sedikit, biaya kontrasepsi yang swasta) “Yossi Trihana” Jogonalan Klaten.
terjangkau. Macam-macam alat [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
kontrasepsi yaitu kontrasepsi 2009.
sterilisasi, kontrasepsi mekanik, 7. Mayulu, N, Kawengian, S, Hasan, M. Hubungan
kontrasepsi teknik, dan kontrasepsi penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
hormonal. DMPA merupakan salah obesitas pada wanita usia subur (WUS) di
satu kontrasepsi hormonal suntik yang Puskesmas Wawonas Kecamatan Singkil Manado.
paling sering digunakan yang [Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
memiliki efek samping peningkatan 2008.
berat badan. Cara kerja DMPA 8. Alexander, N, J. Contraception: present and
diantaranya adalah mencegah ovulasi, future. Medical Journal of Indonesia, 8(1) : 7-8.
mengentalkan lendir serviks sehingga 1999.
menurunkan kemampuan penetrasi 9. Hartanto, H. Keluarga berencana dan kontrasepsi.
Jakarta. Pustaka SinarHarapan. 2003.
sperma, menjadikan selaput lendir
rahim tipis dan atrofi, menghambat 10. Saifuddin, A,B. Buku panduan praktis
transportasi gamet oleh tuba, pelayanan kontrasepsi. Jakarta. Yayasan
gangguan haid. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2003.
11. Wulandari, P. Sistem penunjang
Simpulan keputusan pemilihan metode/alat
Alat kontrasepsi hormonal suntik kontrasepsi. [Skripsi]. Depok: Universitas
DMPA yaitu alat kontrasepsi yang Indonesia. 2013.
mengandung hormon progesteron, 12. Apreliasari, H. Risiko riwayat pemakaian
yang dapat merangsang pusat kontrasepsi hormonal terhadap kejadian
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 73
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu
kanker payudara di
RSUD Dr. Moewardi

Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 74


I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu

Surakarta. [Skripsi]. Surakarta:


Universitas Sebelas Maret. 2009.
13. Haryani, D,D, Santjaka, A, Sumarni.
Pengaruh frekuensi kontrasepsi
suntik DMPA terhadap kenaikan
berat badan pada akseptor
kontrasepsi suntik DMPA. Jurnal
Ilmiah Kebidanan, 1(1): 59–72.
2010.
14. Barr, N,G. Managing adverse
effects of hormonal
contraceptives. American Family
Physician, 82(2):1499–1506. 2010.
15. Beksinska, M,E, Smit, J,A , Guidozzi,
F. Weight change and hormonal
contraception: fact and fiction.
Expert Rev of Obstet Gynecol,
6(1):45-56. 2011.
16. Arisman, Dr. Gizi dalam daur
kehidupan. Jakarta. EGC. 2010.

Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 75

Anda mungkin juga menyukai