2B - Kelompok 7 - Tugas Gangsispro
2B - Kelompok 7 - Tugas Gangsispro
2B - Kelompok 7 - Tugas Gangsispro
KONTRASEPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan
gangguan Sistem Reproduksi dan Keluarga Berencana
KELAS 2 B
KELOMPOK 7
Anggota kelompok:
Riska Tanjung R. 6221454
Silmi Ramdhaniati 6221425
Anisa Siti R A 6221464
Rini Fitriani 6221367
Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivtas KB yang sangat tinggi jika digunakan
secara benar dan teratur maka dianjurkan untuk menggunakan KB non hormonal
metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, dan metode kontrasepsi mantap
seperti MOW dan MOP. Sehingga angka kegagalan dalam menggunakan KB dapat
berkurang.
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357
PENELITIAN
HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN
KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Helmi Yenie*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang
Prevalensi kegagalan KB pil di Provinsi Lampung mencapai 1,07% dengan jumlah peserta KB pil 33,79%
dari peserta aktif. Di Kecamatan Rajabasa kegagalan pil mencapai 7,17% dan hasil survey diperoleh
angka kegagalan mencapai 33,3% yang mayoritas disebabkan karena ketidakteraturan dalam
mengkonsumsi pil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah kegagalan pemakaian alat kontrasepsi
pil dan hubungan kepatuhan akseptor terhadap kegagalan kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan Rahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian seluruh akseptor KB pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2016 sebanyak 1115 orang dan sampel sebanyak 96 orang yang diambil dengan
tehnik systematic sampling. Variabel penelitian ini variabel dependen dan independent. Untuk
pengumpulan data digunakan pedoman wawancara dan analisa dengan menggunakan analisa univariat
dan bivariat. Dari hasil penelitian diperoleh69,8% akseptor mengalami kegagalan, 67,7% akseptor tidak
patuh dalam mengkonsumsi pil dan nilai pvalue= 0,004 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan akseptor terhadap kejadian kegagalan kontrasepsi pil. Dengan diperolehnya
hasil tersebut,diharapkan kepada tempat penelitian dapat melakukan berbagai upaya untuk
meningkatan kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan bagi pemberi layanan KB,
meningkatan ketrampilan bidan dalam melakukan konseling KB dan melakukan kejasama lintas sektoral
antara BKKBN dan PLKB agar dapat mengantisipasi terjadinya kegagalan kontrasepsi terutama pil.
[203]
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357
LATAR BELAKANG
Saat ini pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan
salah satu masalah kependudukan, sehingga memerlukan kebijakan kependudukan melalui
penurunan tingkat pertumbuhan penduduk serendah-rendahnya. Cara efektif untukmenurunkan
angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti Program Keluarga Berencana (KB).
Oleh karenanya program ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan karena program ini
selain berperan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk juga memiliki peranan dalam
upaya membentuk keluarga kecil berkualitas dan bersumber daya manusia yang bermutu
(BKKBN, 2009)
Program Keluarga BerencanaNasional telah berhasil menekan angka kelahiran meskipun
masih belum mencapaiharapan pemerintah (TFR = 2,2 per perempuan). Hal ini dapat dilihat
melalui angka Total Fertility Rate (TFR) yang cenderung menurun yaitu dari 2,7 (SDKI, 2002)
menjadi 2,6 (SDKI,2007).
Keluarga berencana merupakan salah satu dari empat pilar strategi upaya “safe
motherhood” yang dikembangkan oleh WHO-Depkes RI sejak tahun 1999. Sehingga
pelayanan keluarga berencana menjadi pelayanan kesehatan preventif yang paling mendasar
dan utama bagi wanita. Untuk optimalisasi manfaatkesehatan KB, pelayanan tersebut harus
disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi yang sedemikian
tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Salah satu tujuan dari program KB adalah membatasi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi. Pada umumnya masyarakat lebih memilih alat
kontrasepsi yang sifatnya praktis denganefektifitas tinggi seperti metode non–MJKP(Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) misalnya suntik dan pil, sedangkan metodeimplant, IUD, MOW
dan MOP kurang diminati (Hanafi, 1999).
Di Indonesia didapatkan angka kegagalan (kehamilan) kontrasepsi pil berdasarkan SDKI
tahun 2009 mencapaiangka 87.257 (0,6%) akseptor dari
13.278.351 akseptor. Prevalensi kegagalan (kehamilan) di Propinsi Lampung yaitu mencapai
5.489 akseptor (1,07%). Adapun akseptor yang menggunakan kontrasepsi pil di Propinsi
Lampung yaitu sebanyak 365.988 akseptor dari 1.083.224 (33,79%) peserta KB (BKKBN
Lampung, 2010).
Berdasarkan catatan Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Nasional
Kabupaten Lampung Selatan sampai akhir tahun 2010 jumlah pasangan usia subur (PUS) yang
ada sebanyak 185.338 orang PUS, peserta aktif kontrasepsi non hormonal 13.162(9,98%) dan
peserta aktif kontrasepsi hormonal sebanyak 116.431(70,24%) dan mayoritas menggunakan
kontrasepsi Pil yaitu sebanyak 48.505 (37,2%) peserta KB.
(BPP&KB Lamsel, 2010).
Menurut catatan Badanpemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana
Lampung selatan tahun 2011 sampai dengan akhir bulan juni sudah terjadi peningkatan jumlah
PUS maupun peserta Aktif kontrasepsi hormonal sebanyak 13.971(10,3%),dan peserta aktif
kontrasepsi hormonal sebanyak 119.421(89,5%) dan mayoritas Akseptor peserta aktif
menggunakan kontrasepsi pil yaitu sebanyak 48.800(36,6%)peserta KB.(BPP&KB Lamsel
2011)
Penggunaan kontrasepsi pil berbeda dengan kontrasepsi lainnya, disini yang banyak
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357
berperan adalah akseptor itu sendiri. Sehingga pengetahuan tentang penggunaankontrasepsi pil
harus benar-benar dimiliki oleh akseptor tersebut. Bila akseptor telah mengerti dan memiliki
kepatuhan dalam penggunaannya diharapkan akseptor tersebut dapat merubah perilakunya
terhadap cara penggunaan kontrasepsi pil. Sehingga akseptor KB yang menggunakan
kontrasepsi pil mempunyai efektifitastinggi dan angka kegagalan yang cukup rendah (Dunia-
Ibu, 2002 http:// www.infoibu.com./html).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mandasari pada tahun 2009 di lingkungan IV
Kelurahan Margorejo Kota Metro tentang hubungan kepatuhan penggunaan kontrasepsi pil
dengan kejadian kegagalan yang dilakukan terhadap 69 responden diperoleh bahwa dari 27
responden yang tidak patuh sebanyak 74,1% mengalami kejadian kegagalan sedangkan dari
42% responden yang patuh hanya 14,3% yang mengalami kejadian kegagalan. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan penggunaan kontrasepsi
pil dengan kejadian kegagalan dan akseptor KB pil yang menggunakan pilsecara tidak patuh
berpeluang lebih besar untuk mengalami kegagalan.
Menurut catatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010, tingkat pencapaian
peserta KB aktif sebanyak 3033 akseptor (69,48%) dari 4365 PUS dan yang menggunakan
kontrasepsi pil sebanyak 1115 akseptor (36,76%). Dari hasil pra survei yang dilakukan
peneliti pada bulan Mei 2011, diperoleh data dari laporan PWSKB Puskesmas Rajabasa pada
akhir bulan Desember 2010, akseptor KB pil yang mengalami kegagalan (hamil) sebanyak 80
orang (7,17%). Adapun hasil wawancara yang dilakukan pada 15 akseptor pil yang berasal
dari beberapa desa di Puskesmas Rajabasa, diperoleh 5(33,3%) akseptor pernah mengalami
kegagalan(kehamilan),dari 5 akseptor yang hamil 3(60%) mengatakan kurang teratur minum
pil dengan berbagai alasan seperti lupa dantidak tahu bagaimana cara mengatasinya, selain itu
juga karena tidak melakukan hubungan seksual, 2(40%) akseptor malas karena kadang-
kadang terasa mual.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti ”apakah adahubungan
antara kepatuhan akseptor KB pilterhadap kegagalan kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten LampungSelatan Tahun 2016?”
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional, dimana rancangan penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan kepatuhanakseptor KB pil terhadap kegagalankontrasepsi pil.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB pil di Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016 sebanyak 1115 orang dan sampel sebanyak 96 orang,
makaintervalnya adalah 1115 : 96 = 11,6 = 12, sehingga populasi yang terkena sampel adalah
yang memiliki interval 12. Sampel diambil dengan tehnik systematic sampling. Variabel
penelitian ini variabel dependen dan independent. Untuk pengumpulan data digunakan
pedoman wawancara dan analisadengan menggunakan analisa univariat danbivariat dengan uji
chi square dengan bantuan program komputer.
HASIL
Analisis Univariat
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357
Akseptor KB Pil f %
Gagal 67 69,8
Tidak Gagal 29 30,2
Jumlah 96 100
Dari tabel di atas diketahui bahwayang terbanyak adalah akseptor KB yang mengalami
kegagalan yaitu sebanyak 67akseptor (69,8%).
Dari tabel diatas didapatkan bahwa yang terbanyak adalah akseptor KB Pil yang tidak
patuh yaitu 65 akseptor (67,7%).
Analisis Bivariat
PEMBAHASAN
Kegagalan
Distribusi kejadian kegagalan
Kepatuhan Akseptor f % kontrasepsi pil didapatkan bahwa sebanyak
Patuh 31 32,3 69,8% akseptor mengalami kegagalan
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1907 - 0357
Kontrasepsi pil merupakan alat kontrasepsi oral dengan efektifitas yang tinggi apabila
digunakan dengan benar.
Berdasarkan hasil penelitian dan teoridiatas maka dapat disimpulkan bahwakepatuhan
akseptor dapat mempengaruhi kejadian kegagalan pemakaian kontrasepsi, oleh karena itu hal
yang paling penting dalam penggunaan kontrasepsi oral adalah kepatuhan setiap hari untuk
minum pil olehpemakainya. Penggunaan kontrasepsi pil berbeda dengan kontrasepsi lainnya,
disini yang banyak berperan adalah akseptor itu sendiri. Sehingga pengetahuan tentang
penggunaan kontrasepsi oral harus benar- benar dimiliki oleh akseptor tersebut.
Pada hasil penelitian ini, kejadian kegagalan KB Pil dapat disebabkan karena usia,
pendidikan, pengetahuan dan sosialekonomi dari akseptor seperti yang dikatakan oleh Suddart
dan Bruner (2002), selain itu juga mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman dari
akseptor tentang instruksi yang diberikan oleh pemberi pelayanan, kurang baiknya kualitas
interaksi antara pemberi pelayanan dan klien dan sikap dari akseptor sendiri yang kurang
mendukung. Hal ini tentunya akan mempengaruhi efektifitas dari alat kontrasepsi yang
digunakan. Karena dalam penggunaan kontrasepsi pil baik tipe kombinasi, mini pil ataupun
pasca senggama yang sangat dibutuhkan adalah kepatuhan akseptor dalam mengikuti anjuran
klinis yang telah ada. Tingkat kepatuhan ini akan berdampak pada efektifitas kerja pil
kontrasepsi untuk membuat barier sehingga kegagalan dapat diminimalisir dan kehamilan yang
tidak direncanakan dapat dicegah. Untuk itu diharapkan bagi tenaga kesehatan terutamabidan
dapat meningkatkan konseling terhadap akseptor KB terutama pil agar akseptor KB pil dapat
meningkatkan kedisiplinan dalam mengkonsumsi pil dan diharapkan akseptor tersebut dapat
merubah perilaku nya terhadap carapenggunaan kontrasepsi oral.
kehamilan yang tidak diinginkan oleh akseptor dapat terjadi. Hal ini tentunya akan
menimbulkan masalah yang kompleks karena apabila ibu yang mengalami kegagalan
kontrasepsi tidak mampu untuk menerima kondisi/kehamilannya, selain dapat berdampak
buruk terhadap kualitas pertumbuhan dan perkembangan janin juga akan berdampak buruk
terhadap kesehatan reproduksi ibu, seperti aborsi yang tidak aman. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan akseptor KB Pil berhubungan dengan kejadian kegagalan
kontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan pada pengguna
kontrasepsi pil adalah konseling yang baik dan benar melalui pemberian informasi yang
efektif, hal ini sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kepatuhan akseptor. Informasi
tersebut antara lain menjelaskan bagaimana kontrasepsi pil bekerja, diperlihatkan dan
ditunjukkan kepada akseptor kemasan pil yang akan digunakan dan diberitahu bagaimana cara
mengkonsumsi pil, menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi dan meminta akseptor
untuk mengulangi kembali informasi yang penting untuk meyakinkan bahwa akseptor telah
mengerti (Speroff. L & Darney.P, 2003:76).
Oleh karenanya diharapkan kepada tempat penelitian perlu adanya upaya peningkatan
kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan terhadap pemberi layanan untuk
diberi pengarahan akan arti pentingnya menjaga kualitas pelayanan. Selain itu juga perlu
memberikan bekal keterampilan secara cukup bagi petugas pelayanan KB dalam memberikan
informasi secara tepat seperti tata cara penggunaan, masa berlaku, waktu kontrol, konseling
(KIE) dan seterusnya terhadap alat kontrasepsi pil, kondom, suntik, implant dan lain-lain. Dan
tidak kalah pentingnya perlu adanya peningkatan keterampilan dalam mengadakan hubungan
antar manusia antara petugas dan pemakai layanan agar kejadian kegagalan dalam penggunaan
alat kontrasepsi dapat dihindari.
KESIMPULAN
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menyimpulkan terdapat
hubungan kepatuhan akseptor terhadap kegagalan kontrasepsi pil didapatkan hasil p
value=0,004 berarti nilai p ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara kepatuhan akseptor terhadap
kegagalankontrasepsi pil di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan perlu adanya upaya peningkatan
kualitas pelayanan KB berupa pertemuan dan pembinaan terhadappemberi layanan KB untuk
diberi pengarahan akan arti pentingnya menjaga kualitas pelayanan. Selain itu dipelukan juga
adanya peningkatan ketrampilan pada bidan dalam hal konseling KB pemberian bekal
keterampilan secara cukup bagi petugas pelayanan KB dalam memberikan informasi secara
tepat seperti tata cara penggunaan, masa berlaku, waktu kontrol, konseling (KIE) dan
seterusnya terhadap alat kontrasepsi pil, kondom, suntik, implant, IUD dan lainnya.
Selanjutnya perlu adanya kerjasama lintas sektoral antara BKKBN dan PLKB agar dapat
mengantisipasi terjadinya kejadian kegagalan kontrasepsi terutama pil.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi, 1999, KeluargaBerencana dan Kontrasepsi, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan.
Abstrak
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya proses kehamilan baik yang bersifat sementara, maupun yang
bersifat permanen. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Penggunaan alat kontrasepsi
disarankan pada pasangan usia subur, ibu yang mempunyai banyak anak dan ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kehamilan. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu alat kontrasepsi hormonal suntik. Salah satu macam alat
kontrasepsi hormonal suntik yaitu Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang mengandung hormon progesteron,
dan dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
nafsu makan dan berat badan.
Abstract
Contraception is an attempt to prevent pregnancy either temporary, or permanent. Contraception is derived from the word
that means to prevent or fight, while the concept is a meeting between a mature egg cells and sperm cells resulting in
pregnancy. The use of contraception is recommended in couples of childbearing age, mothers with many children and
mothers who have a high risk of pregnancy. Contraceptives are the most widely used injectable hormonal contraceptives.
One kind of injectable hormonal contraceptives is Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) which contains the
hormone progesterone, and can stimulates the appetite control center in the hypothalamus, causing an increase in appetite
and weight.
jam sebelum senggama. Efektivitasnya penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam
sangat kecil, karena itu harus sebulan.11
digunakan bersama spermatisida untuk
mencapai efektivitas 80%. KB suntik adalah suatu alat kontrasepsi
d. Intra Uterine Device (IUD) atau spiral hormonal yang cara penggunaannya disuntikkan
adalah alat kontrasepsi yang terbuat secara intramuscular (IM).10 Carakerja KB suntik
dari bahan polyethylene yang diberi menurut Saifudin (2003), diantaranya adalah:
lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) menekan ovulasi, mengentalkan lendir servik
dan dipasang di mulut rahim. sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
Kelemahan alat ini yaitu bisa sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
menimbulkan rasa nyeri di perut, atropi dan menghambat transportasi gamet oleh
infeksi panggul, pendarahan di luar tuba.10 Komposisi suntik kombinasi terdiri dari 25
masa menstruasi atau darah mg depo medroksi progesterone asetat dengan 5
menstruasi lebih banyak dari biasanya. mg estradiol sipinoat dan 50 mg norethindrone
4. Kontrasepsi hormonal adalah enantat dengan 5 mg etradiol valerat. Komposisi
kontrasepsi yang cara kerjanya suntik progestin terdiri dari
bersifat hormonal bisa berupa pil KB 150 mg depo medroksi progesterone asetat
yang diminum sesuai petunjuk
hitungan hari yang ada pada setiap dan 200 mg depo norestisteron enantat.12
blisternya, suntikan, susuk/implan
yang ditanam untuk periode tertentu, Jenis KB suntik golongan progestin menurut
koyoKB atau spiral berhormon. Saifudin (2003) adalah 1). Depo Medroxyprogesteron
Kontrasepsi hormonal terdiri dari: Acetate (DMPA) mengandung 150 mg DMPA diberikan
a. Pil Kombinasi Oral Contraception
3 bulan sekali secara intramuscular, dan 2).Depo
(OC) Pil kombinasi merupakan
noretisterone (Depo Noristerate) yang mengandung
kombinasidosis
rendah estrogen dan 200 mg noretindron enantat,diberikan setiap 2 bulan
progesteron. Penggunaan secara intramuscular.10
kontrasepsipil kombinasi
d anp ro ge estrog
st eroneanarat a u y a n g han y a t e rdiridari p
ker ja D M P A C di a n t ar a n y a a d al a h
b. Koyo KB kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya
Digunakan dengan ditempelkan
di kulit setiap minggu.
Kekurangannya adalah
menimbulkan reaksi alergi bagi
yang memiliki kulit sensitif dan
kurang cocok untuk digunakan
pada daerah beriklim tropis.
c. Susuk KB ( Implan )
Implan terdiri dari 6 kapsul
silastik, setiap kapsulnya berisi
levornorgestrel sebanyak 36
miligram dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 cm.
Kapsul yang dipasang harus
dicabut menjelangakhir masa 5
tahun. Terdapat dua jenis
Implan yaitu Norplant dan
Implanon.
d. Suntik KB
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon
sintetik. Cara pemakaiannya dengan
menyuntikkan zat hormonal ke dalam
tubuh. Zat hormonal yang terkandung
dalam cairan suntikan dapat mencegah
Majority | Volume 4 | Nomor 7 | Juni 2015 | 70
I.Ratna Novalia Sari | Kontrasepsi Hormonal Suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Sebagai Salah Satu
mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim
tipis dan atrofi, menghambat
transportasi gamet oleh tuba,
gangguan haid.13
Gejala dan keluhanbiasanya
yaitu amenorhoe (tidak
datangnya haid pada setiap
bulan selama akseptor
mengikuti suntik KB),
metrhoragia (perdarahan yang
berlebihandiluar masa haid),
spotting (bercak –
bercakperdarahan diluar masa
haid yang terjadi selalaakseptor
mengikuti KB suntik),
menorrhagia(datangnya darah
haid dalam jumlah
banyak).13Alat kontrasepsi
hormonal suntik DMPA adalah
satu- satunya kontrasepsi
hormonalyang konsisten terkait
dengan penambahanberat
badan.
Sebuah studi
prospektifmenemukan bahwa
wanita yang
menggunakanDepo-Provera
memperoleh penambahan
beratbadan rata-rata sebesar
5,1 kg selama 36bulan,
sedangkan wanita yang
menggunakankontrasepsi oral
kombinasi tidak mendapatkan
kenaikan berat badan.14
Perdebatan mengenai
meningkatnya berat badan sebagai
akibat dari penggunaan DMPA-IM