Stress Yang Dialami Pelajar
Stress Yang Dialami Pelajar
Stress Yang Dialami Pelajar
Marilah kita semua panjatkan rasa puji dan syukur ke hadirat Allah Swt., Tuhan semesta alam yang
telah memelihara dan tidak pernah berhenti memberikan hidayat bagi umatnya. Atas nikmat dan
berkah-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat. Hadirin dan hadiraat
sekalian, pada kesempatan kali ini izinkanlah saya membawakan sedikit petuah atau nasehat yang akan
bermanfaat bagi kita semua nantinya. Adapun topik pembicaraan yang akan dibahas pada ceramah kali
ini adalah “stress yang dialami pelajar”
Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada
perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami
dan penting dari kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita.
Remaja bereaksi terhadap stres dengan cara yang berbeda-beda. Meskipun stres dapat membantu
menjadi lebih waspada dan antisipasi ketika dibutuhkan, namun dapat juga menyebabkan gangguan
emosional dan fisik.
Selama ini mungkin kita sering mendengar keluh kesah siswa yang merasa jenuh atau lelah saat
belajar, dan mengatakan kalau dirinya stres. Sayangnya, kondisi stres yang dialami tersebut tidak
langsung disadari oleh lingkungan, orang tua, atau guru di sekolah. Kebanyakan mungkin mengira siswa
terlalu banyak mengeluh atau malas belajar, dan akhirnya berdampak buruk pada prestasi akademik
mereka.
Kehidupan sekolah adalah salah satu faktor utama penyebab stress pada remaja. Tuntutan akademis
yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang kurang memuaskan dan tugas yang menumpuk. Penyebab
stress pada pelajar bisa juga karena ekspetasi orang tua yang terlalu tinggi pada anak, tuntutan dalam
keluarga, tekanan dari teman-teman sebaya, maupun kekhawatiran terhadap masa depan, baik tentang
kemana jurusan kuliah maupun universitas yang ingin dituju.
Berdasarkan jumlah data siswa SMA di Indonesia saat ini adalah 4.783.645 anak. Berbagai survei
dilakukan untuk memantau tingkatan stress yang dialami oleh pelajar di Indonesia khususnya pelajar
SMA. Menurut survei dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa beberapa
siswa diduga mengalami stress belajar daring selama masa pandemi hal ini merujuk pada proses belajar
jarak jauh yang dilakukan di 20 provinsi.
Stress tidak senantiasa merupakan respon negatif yang merugikan untuk penderitanya. Nyatanya
stress memiliki berbagai jenis, antara lain distress atau stress negative dimana penderita merasa camas
dan terancam akan berbagai peristiwa, stress ini-pun menjadi salah satu gejala dari gangguan depresi.
Kemudian ada-pula eustress atau stress positif dimana penderita merasa tekanan yang diberikan dapat
ia ubah menjadi motivasi hingga rasa bangga. Ada pula stress akut yang merupakan gangguan psikis
yang tidak menyenangkan akibat suatu peristiwa tromatik pada diri penderita. Selain bebrapa jenis
diatas, stress memiliki satu jenis terakhir yaitu stress kronis dimana stress ini dialami penderita dalam
jangka waktu yang lama.
Sebagian besar pelajar menganggap diri mereka mungkin saja mengalami distress atau stress
negative, namun tidak sedikit dari mereka menganggap bahwa belajar di sokolah dan mengejar prestasi
memanglah sebuah tekanan, namun memberikan mereka rasa bangga atas diri mereka sendiri atau
dapat dikatakan mereka mungkin saja mengalami eustress. (opsional) Namun kita semua tidak dapat
mendiagnosis diri kita sendiri, jika kamu merasa terlalu tertekan, berhentilah, ambil napas panjang dan
rehatlah sejenak. Namun jika kamu merasa cemas dan menderita setiap harinya karena statusmu
sebagai pelajar, cobalah untuk membantu dirimu sendri dengan mendatangi seorang psikiater.
Akibat banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh gangguan depresi maka dibuat suatu
pencegahan dalam menangani gangguan depresi pada individu-individu sebelum mereka mengalami
gangguan depresi tersebut. Beberapa penelitian menerapkan terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi
interpersonal yang dapat mencegah onset awal terjadinya gangguan depresi pada individu-individu yang
mempunyai faktor resiko tinggi terjadinya gangguan depresi, sebagai contoh CBT dapat digunakan untuk
mencegah gangguan depresi pada individu-individu dengan pendapatan yang rendah, yang terpapar
dengan stressor stressor yang ada.
Penelitian yang menjelaskan gangguan depresi terjadi pertama kali pada masa remaja telah
meyakinkan para peneliti untuk melakukan pencegahan awal pada anak remaja yang mempunyai faktor
resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi. Sebagai contohnya anak remaja yang sudah
menunjukkan gejala-gejala depresi ringan sedang secara acak mendapatkan terapi CBT dan control
group. Para remaja mendapatkan terapi CBT sebanyak 15 sesi dalam suatu kelompok-kelompok kecil
setelah pulang sekolah. Terapi ini berfungsi untuk membantu mereka menangani cara berpikir negative.
Memang sudah sewajarnya para siswa diberi tugas beserta aturan yang harus diterapkan dari
sekolah. Namun perlu diingat bahwa para siswa hanyalah manusia. Usia yang muda bukan berarti bisa
melakukan dan menguasai semua hal tanpa adanya jeda. Tim pendidik sendiri seharusnya dapat
menjalankan kewajibannya tanpa melupakan aspek bahwa setiap siswa memiliki keterbatasannya
masing masing. Karena sejatinya, kewajiban dan hak setiap manusia di lingkungan pendidikan harus
berjalan beriringan.
Demikian ceramah yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon dimaklumi. Semoga dengan
ceramah ini dapat membuka kesadaran kita akan stress yang dihadapi oleh kebanyakan pelajar di
Indonesia.