Kel.4 Kelainan Mental Dan Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

KELAINAN MENTAL DAN JIWA

Dosen

Risma Alivianti Putri, S.Si.T., M.Kes

OLEH
Kelompok 4

Hanis Permayanti (152212028) Ikka Bella Seftiyani (152212034)


Eni Suarini (152212029) Frisca Anggraeni Manik (152212035)
Fitrianti Rahayu (152212031) Denil Shintiya (152212036)
Ratutriya (152212032) Rini Septianasari (152212037)
Ucia Rorin (152212033)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SEMARANG
2022
ARTIKEL

1. Judul : Pengalaman Pencapaian Kesehatan Mental Ibu dari Anak Berkebutuhan


Khusus dengan Yoga Sebagai Salah Satu Upaya Pencapaiannya.

Fenomena :
Sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab terhadap proses pengasuhan
anak, ibu dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat rentan mengalami
kondisi atau situasi hidup yang penuh dengan tekanan. Berbagai penelitian juga
telah menunjukkan bahwa kondisi kesehatan mental ibu dengan ABK cenderung
lebih berisiko dibandingkan dengan ibu dari anak dengan perkembangan normal.
Padahal, kondisi kesehatan mental ibu dengan ABK sangat berpengaruh pada
keberhasilan upaya optimalisasi perkembangan bagi anaknya. Sayangnya, belum
ada terapi yang terevaluasi mampu mengatasi permasalahan kesehatan mental ibu
dengan ABK secara efektif. Di sisi lain, yoga sebagai salah satu bentuk terapi
alternatif menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan bagi peningkatan kualitas
kesehatan fisik dan mental, bukan hanya bagi ibu tapi juga bagi ABK sendiri.

Artikel : https://repository.usd.ac.id/17788/2/139114169_full.pdf

Pembahasan :
Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi setiap individu untuk tumbuh,
begitu pula dengan ABK. Intensitas interaksi dan tuntutan perhatian penuh dari
ABK terhadap orangtuanya tentunya akan memberikan dampak secara timbal
balik baik bagi orangtua maupun bagi ABK sendiri. Ganz dan Tendulkar (2005).
Dampak tersebut dan menemukan bahwa keluarga dengan anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap
kesehatan mentalnya sendiri. Mereka juga merasa membutuhkan penanganan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mentalnya. Secara garis besar, terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi mental dan tingkat stres dari
orangtua dengan ABK. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari sisi kondisi anak,
kondisi kognitif orangtua, serta dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial
(Dervishaliaj, 2013).
Rice dan Richmond (dalam Harrison, Manocha, & Rubia, 2004) juga
menyatakan bahwa intervensi yang paling menjanjikan bagi ABK adalah
intervensi yang melibatkan sistem keluarga dan diasosiasikan dengan intervensi
non-medis. Mengenai yoga dan meditasi sebagai terapi keluarga untuk anak
dengan ADHD menunjukkan hasil bahwa orangtua secara personal mendapatkan
manfaat dari terapi yang dilakukan bersama dengan anak mereka. Orangtua
menyatakan bahwa mereka lebih mampu mengontrol stres, konflik, dan
kemarahan terkait dengan tekanan pengasuhan, sehingga hal tersebut membuat
hidup mereka secara umum lebih bahagia.
Hasil dari pembahasan yang menunjukkan bahwa kesehatan mental ibu dan
anak memiliki hubungan timbal balik menjadi landasan bahwa aktivitas
peningkatan kualitas kesehatan fisik dan mental secara bersama merupakan salah
satu pilihan yang tepat. Melalui aktivitas yoga bersama, ibu tetap dapat
memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental dari anaknya tanpa perlu
mengabaikan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya sendiri.

Masukan :
a. Pengalaman pencapaian kesehatan mental para ibu dari ABK yang kiranya
memiliki kesehatan mental yang cukup baik perlu mendapatkan perhatian
lebih besar sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi ibu-ibu lainnya agar
tetap mampu mengembangkan kesehatan mental secara optimal di tengah
berbagai faktor yang menghambat optimalisasi kesehatan mental mereka.
b. Bagi para ibu dari anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan kesadaran
terhadap kondisi kesehatan mentalnya sendiri. Menyadari faktor yang dapat
mendukung kondisi kesehatan mentalnya dapat membantu para ibu untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang suportif dalam upaya pencapaian
kondisi mental yang sehat.
c. Dengan tidak menunjukkan penolakan dan sikap negatif lainnya, lingkungan
telah membantu mengurangi tekanan yang dirasakan ibu selama masa
pengasuhan. Terlebih jika dapat menunjukkan dukungan secara moral dan
finansial, maka pencapaian kondisi mental yang sehat dari ibu akan lebih
berpotensi untuk terelaisasi, sehingga optimalisasi perkembangan anak juga
bisa berjalan dengan lebih baik.

2. Judul : Pendidikan Inklusif Mental Health Bagi wanita Berkebutuhan Khusus.

Fenomena : Dalam kehidupan masa modern ini begitu banyak kasus yang terjadi
pada wanita terutuma bagi mereka yang berkubutuhan khusus seperti dianggap
rendah yang membuat kesehatan mental mereka terganggu. kesehatan mental
didunia secara khususnya di indonesia masih menjadi stigma yang dapat
berdampak buruk pada penderitanya,seperti halnya dilecahkan,diskriminasi dan
dikucilkan dari masayarakat dan organisasi.

Artikel : https://osf.io/yhg8m/download

Pembahasan :
Kesehatan Jiwa dan mental adalah merupakan kondisi mental jiwa seseorang
yang sejahtera dan memberi dampak kepada kehidupan yang harmonis dan
produktif. ciri- ciri individu yang sehat jiwanya yaitu dapat mengegola stress dan
tekanan kehidupan secara wajar,memiliki kemampuan berpikir berperan serta
dalam lingkungan, dan memiliki kemampuan memelihara rasa nyaman kepada
orang lain. Pengimpelementasian mental Health bagi wanita yang berkubutuhan
khusus karna penanaman nilai dapat membangun mental dan kepercayaannya
dan pembentukan karakater bisa dimulai dari antusias mereka melalui minta dan
bakat yang mereka miliki.
Nilai pendidikan karakter manusia yang otentis sering kali mengandalkan
intuisi manusia,dari hal ini kita boleh berimijinasi melalui nalar dan pikiran kita
sendiri dalam artian bahwa para wanita yang berkebuthan khusus pun mereka
pasti memiliki hal seperti ini untuk itu mereka menggunakan dengan sebaik
mungkin agar mereka dapat terus mengautkan kesehatan mental mereka dan
dengan perdomankan melalui nalar dan pikiran baik.

Masukan :
a. Pendidikan inklusif bagi wanita berkebutuhan khusus harus memerlukan
pendampingan yaitu melalui sistem layanan segregasi dan penyedian layanan
pendidikan terpadu. Layanan ini merupakan sistem yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal dimana penyelengaraan ini dilakukan secara khusus
bagi mereka yang terbagi menjadi tiga sistem pendidikan yaitu sekolah luar
biasa berasrama,kelas jauh dimana lembaga ini menyediakan untuk tetap
mengontrol emosi mereka,sekolah luar biasa dengan guru dengan guru
berkunjung dimana setiap para penididk datang kerumah mereka untuk
memberikan ilmu kepada setiap wanita yang berkebutuhan khusus.
b. Pendidikan mental heath bagi wanita berkebutuhan khusus itu sangat penting
perlunya dukungan dari semua pihak, merangkul mereka agar tidak merasa
terasingkan dan harus melakukan pendekatan melalui keluarga dan lingkungan
sekitar dimana mereka bergaul.

3. Judul : Pengembangan Panduan Layanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah


Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

Fenomena :
Anak berkebutuhan khusus (ABK) mempunyai risiko tinggi mengalami
berbagai masalah gangguan kesehatan mental. Wujud dari gangguan kesehatan
mental tersebut berupa gangguan mental di luar karakteristik dan kebutuhan
khusus anak. Tingginya kasus dan variasi masalah kesehatan mental pada ABK
tidak diimbangi dengan akses layanan kesehatan mental yang mereka dapatkan.
Penelitian Chan, Hudson dan Vulic (2004:5), yang menyatakan jumlah ABK
yang mengakses layanan kesehatan mental lebih rendah jika dibandingkan
populasi pada umumnya. Hudson dan Chan (2002:47) menyebutkan tiga
hambatan utamanya, yaitu kurangnya pengetahuan para praktisi kesehatan mental
mengenai ABK, kurangnya ahli yang khusus mendalami, dan hambatan
komunikasi antara klinisi dan individu berkebutuhan khusus.

Artikel:
https://www.researchgate.net/publication/312933468_PENGEMBANGAN_PAN
DUAN_LAYANAN_KESEHATAN_MENTAL_BERBASIS_SEKOLAH_BAGI
_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS
Pembahasan :
a. Masalah Kesehatan Mental pada Anak Berkebutuhan Khusus
Yang dibahas dalam buku ini terbatas pada masalah kesehatan mental yang banyak
terjadi pada anak berkebutuhan, terutama berbagai masalah yang telah teridentifikasi
pada tahap penelitian sebelumnya. Masalah tersebut meliputi depresi,
anxietas/kecemasan, gangguan stres paska trauma, gangguan perilaku, psikosis, dan
gangguan seksual. Pada masing-masing masalah tersebut dijelaskan pengertian serta
gejala-gejala yang muncul sebagai landasan untuk mengenali terjadinya gangguan
kesehatan mental pada anak berkebutuhan khusus.
b. Model Layanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Bagian ini menjelaskan tentang model layanan yang telah dikembangkan pada
penelitian sebelumnya. Selain itu, pada bagian ini dijelaskan pula tentang faktor
protektif dan risiko terhadap kesehatan mental anak berkebutuhan khusus serta faktor
penunjang keberhasilan program. Model layanan kesehatan mental yang
dikembangkan terdiri dari empat dimensi layanan (Purwandari, Atien Nur Chamidah,
Aini Mahabbati, 2013) yaitu:
 Pengembangan komunitas sekolah yang positif.
 Pembelajaran sosial emosi.
 Dukungan dan pendidikan untuk orang tua.
 Intervensi dini masalah kesehatan mental.
c. Kolaborasi Antar Profesional dalam Layanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah
bagi Anak Berkebutuhan Khusus; Kolaborasi antar ahli merupakan bagian penting
dari terselenggaranya layanan kesehatan mental di sekolah. Pada buku ini dijelaskan
tentang peran masing-masing ahli serta kerjasama yang perlu dikembangkan oleh
sekolah dengan pihak lain yang dapat mendukung pelaksanaan layanan.

Masukan :
a. Pendahuluan diperbaiki dengan menambahkan tentang kriteria mental yang
sehat, sasaran pengguna bukuyang terdeskripsi dengan jelas, serta
mendeskripsikan prosedur penggunaan buku dengan rinci.
b. Masalah kesehatan mental diperbaiki dengan menambahkan contoh-contoh
kecemasan yang sering muncul pada ABK seperti fobia. Pada bagian
gangguan perilaku juga ditambahkan contoh yang nyata dan jelas.
c. Model layanan kesehatan mental diperbaiki dengan menambahkan pemberian
feedback yang realistis sebagai salah satu faktor protektif terhadap masalah
kesehatan mental.
d. Memperbaiki kolaborasi antarprofesional diperbaiki dengan memperjelas
peran masing-masing ahli serta menambahkan peran psikolog dalam
memberikan layanan kesehatan mental bagi ABK di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Stuttard, L., Beresford, B., Clarke, S., Beecham, J., & Morris, A. (2016). An
evaluation of Cygnet parenting support programme for parents of children
with autism spectrum condition. Journal of Research in Autism Spectrum
Disorder, 23, 166-178. doi: 10.1016/j.rasd.2015.12.004
Adreani, Elisabeth. “Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dengan
Nggangguan Emosi Dan Perilaku” (n.d.).
Purwandari, Aini Mahabbati, & Atien Nur Chamidah. (2013). Pengembangan Model
Layanan Kesehatan Mental Berbasis Sekolah bagi Anak Berkebutuhan
Khusus di Yogyakarta. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 2014. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNY. Tidak diterbitkan.
Chan, J., Hudson, C., & Vulic, C. (2004). Services for adults with intellectual
disability and mental illness: Are we getting it right? Australian e-Journal for
the Advancement of Mental Health, 3 (1), 1-6.

Anda mungkin juga menyukai