Final Test Cyber Media Isti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

“E-COMMERCE”

UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH :


CYBER MEDIA
DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD IQBAL S.PD, M.KOM

Di susun oleh :
ISTIANA YULIARNY
200104010250

PEMBAHASAN
1. Pengertian E-commerce
E-Commerce merupakan suatu transaksi saling tukar menukar barang antar satu dengan
yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara digital. Seiring perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sistem transaksi secara on-line (E-Commerce)
sangat memudahkan bagi para pelaku bisnis untuk berinteraksi dan bertransaksi melalui
media internet. Transaksi On-line (E-commerce) merupakan suatu transaksi yang melibatkan
penjual dan pembeli dalam satu media internet dan melakukan transaksi secara langsung
melalui website dan situs transaksi seperti : tokopedia, shopee, buka lapak, lazada, JD.id dan
lain-lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
yaitu dengan menggunakan kajian pustaka (Library Research) dengan mengambil referensi
dari beberapa buku yang didapatkan dari perpustakaan dan sumber dari website atau
internet. Selain itu, keterlibatan langsung oleh penulis dalam melakukan transaksi secara on-
line (E-Commerce) bisa mendapatkan dan mempertegas data-data yang dibutuhkan. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa transaksi on-line ( E-Commerce) sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi islam selama tidak ada unsur penipuan/gharar, perjudian/maysir dalam
praktiknya serta tidak terdapat unsur kecacatan pada produk yang ditransaksikan. Apabila
terjadi hal-hal yang disebutkan tadi, maka pihak-pihak yang bertanggung jawab wajib untuk
mengganti kerugian yang dialami oleh pembeli selaku pihak yang dirugikan.
Hukum jual beli pada dasarnya adalah mubah, namun ada kalanya sunnah apabila ada unsur
kerjasama dan tolongmenolong, dan ada kalanya juga haram apabila mengandung unsur-
unsur penipuan, kecurangan, dan merugikan salah satu pihak, serta jual beli yang samar
(gharar). Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan perhatian kepada sistem transaksi On-
Line (E-Commerce). Dalam jual beli ini seseorang hanya mengirimkan pesan kepada satu
alamat perusahaan di Internet yang menawarkan produk tertentu kemudian memesan atau
membeli produk yang ditawarkan tersebut. Produk akan dikirim dalam jangka beberapa hari
dan pembayaran akan dilakukan dengan cara mentransfer sejumlah uang ke rekening situs
penjualan tersebut sesuai harga produk yang dipesan atau dibeli. Secara umum dapat
diketahu bahwa, studi Ekonomi Islam menjelaskan adanya ketentuan yang mengharuskan
dalam transaksi bersifat fisik menghadirkan benda sebagai obyek perjanjian tertentu. Jika
transaksi dilakukan terhadap barang pesanan, maka harus dinyatakan sifat barang tersebut
secara kongkrit, sehingga tidak menimbulkan sengketa di kemudian hari.2 Perkembangan
teknologi sangat mempengaruhi hukum transaksi di dunia modern sekarang ini. Transaksi
dilakukan secara cepat, bahkan antara penjual dan pembeli tidak bertemu dalam suatu
tempat yang dipahami sebagai majelis aqad. Secara kasat mata, bila dilihat dari praktik
transaksi OnLine (E-Commerce), banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam baik itu dari
segi aqad, syarat dan rukun jual beli serta kerelaan atau suka sama suka yang menjadi inti
utama dalam jual beli, sebagaimana firman Allah Swt :
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
jalan yang tidak sah, kecuali dengan jalan perniagaan/dagang serta suka sama suka di antara
kalian.”3 Dengan melihat permasalahan di atas, maka peneliti mencoba untuk mengangkat
permasalahan ini untuk dikaji dalam jurnal Penelitian yang berjudul: ”Transaksi On-Line (E-
Commerce)
Transaksi on-line (E-Commerce) dan jenis-jenisnya
 Transaksi on-line (E-Commerce)
Istilah transaksi on-line (E-Commerce) sampai saat ini belum ada satu pengertian
yang seragam. Hal ini disebabkan karena pengembangan E-Commerce yang terus
berkembang, sehingga hampir setiap saat ECommerce mengalami perubahan dan
mempunyai bentuk baru. Namun demikian, bukan berarti dengan tidak adanya
pengertian yang seragam ini mengakibatkan tidak ada sama sekali pengertian
ECommerce. Pada kesempatan ini akan dikemukakan beberapa pengertian dari
ECommerce.
Ecommerce dapat dilakukan dari berbagai macam perspektif, di antaranya adalah :
1. Dari perspektif komunikasi, ECommerce adalah penyerahan informasi,
produk/jasa, atau pembayaran melalui jaringan telepon, jaringan computer/Internet,
atau dengan maksud elektronik lainnya.
2. Dari perspektif proses bisnis, ECommerce adalah aplikasi teknologi melalui
transaksi bisnis otomatis dan aliran kerja.
3. Dari perspektif pelayanan, ECommerce adalah alat yang mengalamatkan hasrat
dari perusahaan konsumen dan menejemen untk memotong biaya pelayanan,
sedangkan memperbaiki kualitas barang dan mempercepat pelayanan.
4. Dari perspektif On-line, ECommerce menyediakan kemampuan pembelian dan
penjualan produk dan informasi di Internet dan jasa on-line lainnya.
Sebenarnya ada banyak definisi mengenai E-Commerce, tetapi yang pasti setiap kali
masyarakat berbicara tentang ECommerce, mereka biasa memahaminya sebagai
bisnis yang berhubungan dengan Internet. E-Commerce juga dikenal dengan E-
business, E-tailing (untuk penjualan vital) Jadi E-Commerce merupakan satu set
dinamis ekonomi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,
konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan
barang, pelayanan/jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik.

Keunggulan dan kekurangan transaksi On-Line(E-Commerce)


 keunggulan transaksi On-Line (ECommerce)
Kalangan bisnis melihat E-Commerce adalah sebagai suatu kemungkinan bisnis yang
baru, dengan banyak sekali keunggulan yang dipunyainya. Berbagai keunggulan itu
antara lain :
1. Jangkauan atau cakupan yang luas dan basis konsumen yang besar. Para pengecer
yang menggunakan website akan menikmati keuntungan dari jumlah konsumen yang
terus bertambah. Berbagai hambatan geografis yang ada selama ini menjadi hilang
dan tidak ada batasan mengenai jangka waktu kegiatan. Jam beroperasi hanya
dibatasi oleh hardware dan software.
2. Pendapatan yang terus bertambah. Website membuka berbagai kemungkinan
dalam melakukan penjualan dan distribusi. Merchants mendapatkan berbagai
keuntungan dari besarnya pasar yang ada, baik dilihat secara geografis maupun
dilihat dari sisi jumlah konsumen.
3. Peghematan biaya. Penggunaan transaksi on-line (E-Commerce) akan dapat secara
drastis mengurangi biaya inventaris/persediaan yang harus disediakan oleh
merchants dalam suatu waktu. Terdapat berbagai perusahaan yang tidak mempunyai
persediaan, tetapi mereka dapat menawarkan berbagai macam produk kepada
pelanggannya. Mereka hanya menghubungkan antara berbagai macam permintaan
yang ada ke dalam sistem yang dipergunakan oleh produsen.
4. Hubungan yang lebih baik dengan konsumen. Perdagangan secara online (E-
Commerce) mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan konsumen secara
lebih dekat dan cepat. Konsep ini dikenal sebagai one to one marketing, dimana
marchent dapat secara langsung beriteraksi dengan konsumen.
Sementara, Anastasia Diana secara lebih rinci menyebutkan manfaat transaksi on-
line (E-Commerce) bagi organisasi, perdagangan dan perusahaan, bagi konsumen
dan manfaat bagi masyarakat luas, sebagai berikut :
1. Bagi organisasi, pedagang dan perusahaan.

a. Memperluas pasar hingga mencakup pasar nasional dan pasar global, sehingga
perusahaan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik,
dan menjalin relasi dengan mitra bisnis yang dinilai paling cocok.

b. Menekan biaya menyusun, memperoses, menyimpan dan mengakses informasi


berbasis kertas.

c. Memungkinkan perusahaan mewujudkan bisnis yang sangat terspesialisasi.

d. Menekan waktu antara pembayaran dan penerimaan produk/jasa.


e. Meningkatkan biaya telekomunikasi.

f. Meningkatkan produktifitas karyawan melalui rekayasa ulang proses bisnis.

2. Bagi konsumen.

a. Memungkinkan konsumen berbelanja atau melakukan transaksi lainnya setiap


saat (24 jam sehari) dan dari hampir semua lokus.

b. memberikan pilihan produk dan pemasukan yang lebih banyak kepada


pelanggan.

c. Memungkinkan konsumen dalam mendapatkan barang dan jasa lebih murah,


karena konsumen bisa berbelanja di banyak tempat dan melakukan perbandingan
secara cepat.

d. Memungkinkan pelanggan bisa berpartisipasi dalam lelang virtual.

e. Mempasilitasi kompetisi yang mengarah pada diskon substansial bagi


pelanggan.

f. Memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam


electronic communies dan saling bertukar gagasan serta pengalaman.

3. Bagi masyarakat luas.

a. Memungkinkan orang lebih banyak bekerja di rumah dan jarang bepergian


untuk berbelanja, sehingga kemacetan dan polusi bisa berkurang.

b. Memungkinkan beberapa jenis barang dijual dengan harga lebih murah,


sehingga bisa terjangkau oleh orang-orang yang kurang mampu.

c. Kemungkinan masyarakat di negara yang berkembang dan kawasan pedalaman


menikmati produk barang dan jasa yang relative langka di tempat tinggalnya,
termasuk di dalam belajar jarak jauh lewat University.

d. Mempasilitasi penyampaian jasa publik, seperti pelayanan kesehatan,


pendidikan dan distribusi layanan sosial pememrintah secara lebih murah dan
berkualitas.

Kekurangan transaksi On-Line (E-Commerce)

Meskipun transaksi on-line (ECommerce) merupakan sistem yang menguntungkan


karena dapat mengurangi biaya transaksi bisnis dan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan kepada pelanggan, namun sistem E-Commerce beserta infrastructur
pendukungnya mudah sekali disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan juga bisa terkena kesalahankesalahan yang mungkin timbul
melalui berbagai cara. Kerusakan hebat bisa terjadi pada semua elemen yang
berkaitan dengan sistem ini, baik itu dalam system perdagangan komersial, institusi
financial, service provider, bahkan konsumen sekalipun. Harus diakui bahwa sesuatu
yang dibuat manusia itu memang tidak ada yang sempurna. Dari segi pandangan
bisnis, penyalah gunaan dan kegagalan sistem (kelemahan system) yang terjadi,
terdiri atas :
1. Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang penipu
yang berasal dari dalam ataupun dari luar, yang mentransfer sejumlah uang dari
rekening yang satu ke rekening yang lainnya, atau dia telah
menghancurkan/mengganti semua data financial yang ada.

2. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Pada umumnya banyak organisasi


atau lembaga-lembaga yang menyimpan data yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup mereka, misalnya kepemilikan teknologi atau informasi
pemasaran maupun informasi yang berhubugan dengan kepentingan
konsumen/client mereka. Gangguan yang timbul bisa menyikap semua infoprmasi
rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan
kerugian yang besar bagi si korban.

3. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Bergantung pada


pelayanan elektronik dapat mengakibatkan gangguan selama periode waktu yang
tidak dapat diperkirakan. Kesalahan ini bersifat kesalahan nonteknis, seperti aliran
listrik tiba-tiba padam, atau jenis-jenis gangguan yang tak terduga lainnya.

4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Pihak luar
mendapatkan akses yang sebenarnya bukan menjadi haknya dan menggunakan
hal itu untuk kepentingan pribadi. Misalnya, seorang hacker yang berhsil
membobol sebuah sistem perbankan. Setelah itu, dengan seenaknya sendiri dia
memindahkan sejumlah rekening orang lain ke dalam rekeningnya sendiri.

5. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap


sebuah perusahaan/ lembaga/ institusi tertentu, dapat hilang karena berbagai
macam faktor, seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang
berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut, dan juga bisa berupa
kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh perusahaan itu, yang
mengakibatkan kepercayaan konsumen berkurang

6. Kerugian-kerugian yang tidak terduga. Gangguan terhadap transaksi bisnis,


yang disebabkan oleh gangguan dari luar yang dilakukan dengan sengaja,
ketidakjujuran, praktik bisnis yang tidak benar, kesalahan factor manusia,
kesalahan system elektronik, mengakibatkan kerugian.

2. E-COMMERCE: STUDI TENTANG BELANJA ONLINE DI INDONESIA


Perkiraan terbaru oleh Macquarie Bank menunjukkan pasar Indonesia telah tumbuh 60-70
persen setiap tahun sejak 2014 dan akan berkembang dari US $ 8 miliar pada tahun 2016
menjadi US $ 60 miliar pada tahun 2020. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan peluang
baru untuk situs e-commerce dan bisnis mereka . Beberapa faktor telah mendorong
kebangkitan industri e-commerce Indonesia. Peningkatan penetrasi smartphone dan
internet, investasi asing yang intensif di platform terkemuka, kelas menengah Indonesia yang
sedang tumbuh, dan perombakan pembayaran online yang lebih baru-baru ini semuanya
berkontribusi terhadap pertumbuhan pasar dan kecanggihan pemain lokal. Industri e-
commerce di Indonesia tidak bisa dipandang sepele. berdasarkan data Ernst & Young,
disimpulkan bahwa pertumbuhan angka penjualan bisnis online di Indonesia meningkat 40
persen. Angka tersebut diperoleh dari 93,4 juta para pengakses internet dan 71 juta
pengguna telepon seluler di Indonesia. Penggunaan internet dan telepon seluler tidak hanya
sekedar untuk mencari berbagai informasi dan ngobrol, masyarakat saat kini menjadikan
internet terutama e-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Sebagian masyarakat
kelas menegah selalu berperilaku konsumtif hal tersebut menjadi alasan kenapa e-commerce
di Indonesia diyakini mempunyai potensi besar Indonesia telah lama membuntuti rival
regionalnya yang lebih besar, Cina dan India, dalam hal ukuran pasar ecommerce dan
kecanggihan. Tetapi setelah bertahun-tahun mengawasi perusahaan internasional dan lokal
bersaing di dua pasar yang lebih besar ke utara, Indonesia sekarang menikmati beberapa
sorotan global. Investasi internasional ke pasar mencapai tertinggi sepanjang waktu sebagai
jajaran raksasa internet global joki untuk posisi di negara keempat terpadat di dunia.
Kondisi lokal yang kompleks sering mengakibatkan Indonesia menjadi tidak berdomisili oleh
perusahaan-perusahaan global yang ingin mengakses pasar konsumen Asia, terutama
mengingat ukuran dan kemudahan komparatif menjual produk ke China. Tren positif yang
diuraikan di bawah ini menyarankan peninjauan kembali sikap ini dibenarkan. Penyesuaian
akan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi adalah sebuah keyakinan yang harus
dilakukan agar menjadi pemain aktif pada era globalisasi. Potensi ekonomi digital ini perlu
dan harus diutamakan sebagai salah satu akar pertumbuhan ekonomi baru yang dapat
ditingkatkan lagi. Berdasarkan informasi dari Kemenlu RI di Jakarta, laporan McKinsey Global
Institute (2016) dikatakan bahwa ekonomi digital menyumbang kontribusi sebanyak 22
persen akan output ekonomi global. Aplikasi teknologi digital diramalkan bakal meningkatkan
PDB global sekitar 2 trilliun dollar AS di tahun 2020. Akan tetapi, pemakaian ekonomi digital
di Indonesia sampai dengan sekarang belum dimanfaatkan secara optimal. Asian
Development Bank (2016) menginformasikan bahwa sumbangan ecommerce pada
perkembangan ekonomi di Indonesia sekitar kurang dari 1 persen. Hal ini masih rendah jika
dibandingkan dengan Tiongkok yang e-commerce-nya berkontribusi hingga 9-10 persen.
Diperlukan roadmap peningkatan ecommerce Indonesia yang sudah dirancang Pemerintah
dapat menolong menghasilkan ekosistem yang kondusif agar tercapainya 1000
technopreneurs dan mengangkat angka e-commerce nasional sekitar 130 milliar dollar AS
ada tahun 2020. Kerjasama dari semua pihak terkait untuk imlementasi roadmap adalah
kunci keberhasilan dari pengembangan e-commerce di Indonesia.
Kemunculan e-commerce bukanlah sesuatu yang baru secara revolusioner seperti yang
telah ada selama beberapa waktu (OECD, 1997). Sejak tahun 1970-an dan 1980-an, bisnis
telah menyebarkan ecommerce melalui pertukaran data elektronik (EDI) untuk pertukaran
komputer-ke-komputer dari dokumen transaksi elektronik standar dalam suatu organisasi
atau antarorganisasi menggunakan jaringan bernilai tambah pribadi (VAN) swasta sebagai
media komunikasi. Namun, bentuk e-commerce tradisional ini menggunakan jaringan nilai
tambah pribadi sebagai media komunikasi yang mahal untuk dipasang dan dipelihara, dan
telah menempatkan e-commerce di luar jangkauan dalam banyak bisnis skala kecil dan
menengah (Margherio, 1998). Kedatangan penggunaan komersial Internet dan World Wide
Web (WWW) telah mendefinisikan e-commerce baru sejak 1993 (Zwass, 1996). Dengan
munculnya Internet dan World Wide Web (WWW) sebagai media untuk transaksi komersial,
ia telah mendorong e-commerce menjadi sorotan, menjadi fokus utama masyarakat
internasional. Internet dan WWW telah membuatnya lebih mudah, lebih sederhana, lebih
murah dan mudah diakses untuk bisnis dari semua ukuran dan konsumen untuk berinteraksi
dan melakukan transaksi komersial secara elektronik dibandingkan dengan pendekatan
tradisional menggunakan jaringan nilai tambah pribadi (Margherio, 1998). Berdasarkan
arsitektur jaringan Internet, e-commerce lahir global, di mana batas-batas geografis dan
batasbatas politik sangat kecil dalam lingkungan jaringan ini (OECD, 1997). Akibatnya,
ecommerce melalui internet secara dramatis mengurangi jarak antara produsen dan
konsumen, yang dapat melakukan pembelian secara langsung tanpa melibatkan 'perantara'
tradisional seperti penjual, grosir, dan distributor. Meskipun perantara baru diperlukan
(misalnya penyedia akses jaringan, system pembayaran elektronik, dan layanan otentikasi
dan sertifikasi), ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan saluran tradisional (Wyckoff,
1997). Elektronik ritel melalui Internet atau belanja online pertama kali dimulai pada tahun
1994 (Hsin, 2000). Ini dianggap sebagai salah satu bentuk pemasaran konsumen langsung
dari non-toko ritel menggunakan saluran online. Konsep baru ritel ini telah menarik minat
banyak penjual dan pedagang karena pengakuan umum bahwa belanja online akan
memantapkan dirinya sebagai saluran alternatif bersama saluran ritel offline tradisional
seperti toko ritel fisik (Rowley, 2000). Retailing elektronik terutama dimulai dalam bentuk
etalase online tempat produk dari satu pedagang ditawarkan kepada konsumen melalui
katalog online. Pedagang cenderung memilih untuk membangun etalase online sebagai
metode penjual online ketika nama dan reputasi merek produk sudah dikenal dan dikenal
luas di kalangan konsumen. Contoh yang baik adalah The Dell Online Store yang menjual
komputer pribadi (The Economist, 1997) ke konsumen di mana saja. Namun, sebagian besar
kesesuaian Internet untuk pemasaran tergantung pada karakteristik produk dan layanan yang
dipasarkan (Peterson et al., 1997).

3. PERAN E-COMMERCE DALAM PENGEMBANGAN BISNIS


Perkembangan pesat yang seakan tidak pernah berhenti dalam bidang Teknologi Informasi
(IT) yang secara langsung juga mendukung perkembangan internet, memberikan kemudahan
bagi para user (pengguna) dalam hal ini pelaku bisnis untuk menjalankan dan
mengembangkan aktivitas bisnis dan usahanya. Kelajuan dunia Internet memungkinkan
adanya berbagai teknologi yang membantu dalam hal publikasi informasi yang beragam
dalam bentuk elektronik, tidak hanya dalam cara yang efektif dan ramah terhadap pengguna
(user friendly), tetapi juga dengan jalan menawarkan mekanisme untuk menyediakan basis
data terpusat dan sistem navigasi umum yang dapat digunakan oleh siapapun dengan cara
yang tidak terlalu sulit. Dalam bisnis, hal ini di aplikasikan dalam pemasaran, penjualan dan
pelayanan pelanggan, dan pemasaran di internet cenderung menembus berbagai rintangan,
batas bangsa, dan tanpa aturanaturan yang baku yang berlaku seperti pada pemasaran
secara konvensional. Pemasaran di internet sama dengan direct marketing, dimana pembeli
terhubung langsung dengan penjual, walau pun mereka berada di negara yang berbeda.
Berdasarkan data yang dipublikasikan WeAreSocial, kini ada 88,1 juta orang Indonesia yang
menggunakan internet dari total populasi 259 juta jiwa. Data yang dikutip dari Digital, Social,
and Mobile Report in 2016 tersebut memaparkan bahwa active user di Indonesia meningkat
15% daripada Januari 2015 silam. Terang saja, tahun ini, penetrasi internet menginjak angka
34%, sementara penetrasi tahun lalu masih 28%. Sementara itu secara global, sekarang ada
sekitar 3,4 miliar pengguna internet di dunia. Dilihat dari total populasi manusia yang
mencapai 7,4 miliar, artinya internet sudah hampir digunakan oleh 50% penduduk Bumi.
Dengan semakin maraknya penggunaan internet, semakin marak pula perdagangan secara
elektronik (ecommerce) dijalankan oleh pelaku bisnis dalam berbagai ukuran, mulai dari
perusahaan raksasa sampai online shop (toko online) rumahan. Pembeli dan penjual dengan
mudah dapat terkoneksi secara cepat hingga melakukan transaksi, dan apa yang diinginkan
pembeli dapat cepat pula ditanggapi oleh penjual, sehingga tercapai kepuasan pelanggan
dan peningkatan keuntungan bagi penjual. E-commerce merupakan bagian dari e-business,
di mana cakupan ebusiness lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga
pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi
jaringan www, e-commerce juga memerlukan teknologi basis data atau pangkalan data
(database), e-surat atau surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang
lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-commerce ini.
STANDAR TEKNOLOGI ECOMMERCE
Di samping berbagai standar yang digunakan di Intenet, e-commerce juga menggunakan
standar yang digunakan sendiri, umumnya digunakan dalam transaksi bisnis-ke-bisnis.
Beberapa diantara yang sering digunakan adalah:
a. Electronic Data Interchange (EDI), Dibuat oleh pemerintah di awal tahun 70-an dan
saat ini digunakan oleh lebih dari 1000 perusahaan Fortune di Amerika Serikat, EDI
adalah sebuah standar struktur dokumen yang dirancang untuk memungkinkan
organisasi besar untuk mengirimkan informasi melalui jaringan private. EDI saat ini
juga digunakan dalam situs perusahaan (corporate website).
b. Open Buying on the Internet (OBI), Adalah sebuah standar yang dibuat oleh Internet
Purchasing Roundtable yang akan menjamin bahwa berbagai sistem ecommerce dapat
berbicara satu dengan lainnya. OBI yang dikembangkan oleh konsorsium OBI
(http://www.openbuy.org/) didukung oleh perusahaan-perusahaan yang memimpin di
bidang teknologi seperti Actra, InteliSys, Microsoft, Open Market, dan Oracle.
c. Open Trading Protocol (OTP), OTP dimaksudkan untuk menstandarisasi berbagai
aktifitas yang berkaitan dengan proses pembayaran, seperti perjanjian pembelian, resi
untuk pembelian, dan pembayaran. OTP sebetulnya merupakan standar kompetitor
OBI yang dibangun oleh beberapa perusahaan, seperti AT&T, CyberCash, Hitachi, IBM,
Oracle, Sun Microsystems, dan British Telecom.
d. Open Profiling Standard (OPS), Sebuah standar yang di dukung
oleh Microsoft dan Firefly http://www.firefly.com/. OPS memungkinkan pengguna
untuk membuat sebuah profil pribadi dari kesukaan masing-masing pengguna yang
dapat dia bagi (share) dengan merchant. Ide dibalik OPS adalah untuk menolong
memproteksi privasi pengguna tanpa menutup kemungkinan untuk transaksi informasi
untuk proses marketing dan sebagainya.
e. Secure Socket Layer (SSL), Protokol ini di didesain untuk membangun sebuah saluran
yang aman keserver. SSL menggunakan teknik encription public key untuk
memproteksi data yang di kirimkan melalui Internet. SSL dibuat oleh Netscape tapi
sekarang telah di publikasikan di public domain.
f. Secure Electronic Transaction (SET), SET akan mengenkodekan nomor kartu kredit
yang di simpan diserver merchant. Standar ini di buat oleh Visa dan MasterCard,
sehingga akan langsung di dukung oleh masyarakat perbankan. Ujicoba pertama kali
dari SET di ecommerce dilakukan di Asia.
g. Truste, Adalah sebuah partnership dari berbagai perusahaan yang mencoba
membangun kepercayaan public dalam e-commerce dengan cara memberikan cap
good housekeeping yang memberikan approvepada situs yang tidak melanggar
kerahasiaan konsumen.

4. Analisis bisnis dan data: Inovasi baru untuk pengelolaan e-commerce


Keberhasilan berbagai jenis operasi e-bisnis bergantung pada data dan informasi, dan
bagaimana penggunaannya untuk mengoptimalkan operasi, mendorong penjualan dan
pemasaran, serta mengembangkan bisnis.
Kemampuan untuk mengelola dan melindungi data sebagai aset strategis, mengubahnya
menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti, dan menggunakannya sebagai pembeda
strategis adalah kontributor utama keberhasilan bisnis apa pun operasi. Apa yang membuat
ini menjadi tantangan yang lebih menarik adalah kecepatan di mana data telah tumbuh
dalam beberapa tahun terakhir, karena ke jejaring sosial, Internet, telepon seluler dan segala
macam teknologi baru yang membuat dan menangkap data. Yang popular pers, McKinsey
Consulting, IBM Research dan banyak organisasi lain sekarang mengacu pada perkembangan
ini dengan frase '' besar data''. Pengakuan luas dalam industri adalah bahwa operasi e-
commerce harus dirancang untuk memanfaatkan data yang ada menjadi tersedia, sebagai
dasar untuk meningkatkan layanan pelanggan,mencapai kesadaran yang kuat dan
menjadikan pasar sebagai tempat yang efektif untuk pertukaran ekonomi. Akibatnya,
manajemen data tradisional,rekayasa data, dan teknik analisis data tampaknya tidak
bekerja dengan baik dengan jumlah data historis yang banyak operasi e-commerce
menghadapi hari ini. Memang, hari ini elektronik perdagangan adalah semua tentang data!
Kami senang menampilkan artikel baru tentang bisnis dan data analitik dari penulis yang
memiliki beberapa ide, metode menarik dan wawasan yang ditawarkan. Jelas tidak mungkin
untuk menutupi jangkauan penuh isu-isu yang berkaitan dengan tema edisi khusus dalam
satu jilid,dan karenanya tidak ada upaya yang dilakukan untuk melakukannya. Kami berharap
pembaca ECRA akan menganggap liputan yang ditawarkan bermanfaat untuk merangsang
ide-ide baru dalam penelitian dan aplikasi manajerial yang inovatif.
Topik yang diterapkan dalam edisi khusus berkisar dari pendukung keputusan dan
penetapan harga dalam industri penerbangan untuk memahami cara mengurangi dampak
anomali harga rendah dalam pengadaan elektronik. Mereka juga menyertakan analisis
adopsi layanan baru untuk saat ini pelanggan jasa telekomunikasi 3G, dan penilaian
efek jaringan dalam operasi e-commerce '' Bisnis 2.0 ''. Di sana juga beberapa kontribusi yang
bermanfaat di bidang desain mekanisme, bidang penting untuk analisis bisnis dan data
dalam e-commerce. Mereka menyentuh masalah yang berkaitan dengan identifikasi shill
tawaran dalam lelang online, hubungan melingkar antara produk popularitas dan peringkat
dalam penjualan berbasis internet, desain pendekatan personalisasi, dan penyempurnaan
statistik dan metode pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi cluster data yang relevan
dalam operasi bisnis. Juga ditawarkan karya-karya yang menggugah pikiran yang membahas
pemilihan teknologi e-niaga yang memaksimalkan nilai berdasarkan metode ''penambangan
emas'', dan transformasinya data operasional dalam layanan elektronik melalui analitik bisnis
sehingga mereka menjadi alat yang berarti untuk manajemen bisnis.
Salah satu tantangan besar yang harus dihadapi manajer saat set data besar yang tersedia
adalah bagaimana menentukan apa yang relevan dan kemudian menggunakannya untuk
keuntungan bisnis. Dalam artikel awal dari edisi khusus, Li-Chen Cheng dan Li-Min Sun
menggunakan lima puluh juta poin data pada pelanggan berlangganan dari ponsel 3G
terbesar penyedia layanan di Taiwan, sebagai dasar untuk memahami perilaku pembelian
mereka di pasar tersebut. Para penulis mengamati itu sekarang adalah waktu yang sangat
menantang bagi perusahaan layanan seluler 3G, karena margin tinggi mereka terkikis dalam
menghadapi persaingan pasar baru, sebagai produk baru layanan mengalir ke pasar. Penulis
mengembangkan metode untuk menganalisis pelanggan dan cara menempatkannya
segmen yang sesuai. Mereka juga menilai perilaku penggunaan mereka di seluruh
cluster berdasarkan berbagai jenis layanan yang mereka konsumsi, dan karakteristiknya
sebagai nilai rendah, nilai sedang dan nilai tinggi pelanggan. Mereka juga mengembangkan
aturan untuk membedakan antara pelanggan di segmen nilai yang berbeda, dan memetakan
satu set terkait jaringan ketergantungan. Jaringan ketergantungan berguna untuk
memahami hubungan antara suara, data, dan pesan layanan, serta pembayaran mikro dan
barang hiburan. Ini pekerjaan penting untuk teknik yang berlaku melibatkan
desain dan kontrol eksperimental, dan analisis data besar. Dengan demikian, kami yakin ini
akan bermanfaat bagi peneliti dan manajer tertarik untuk menerapkan metode penelitian
eksperimental di penelitian akademik-industri bersama.
Lebih dari sebelumnya, pelanggan mengharapkan personalisasi dari aplikasi e-commerce
yang mendukung layanan yang mereka terima. Makalah kedua dari edisi khusus berjudul ''
Bagaimana Merancang Personalisasi dalam Konteks Retensi Pelanggan: Siapa
Personalisasikan Apa dan Sejauh Apa?’’ Para penulis, Kwiseok Kwon dan Cookhwan Kim,
mendefinisikan metode untuk merancang sistem personalisasi yang melibatkan empat
konstruksi utama:
(1) objek dari personalisasi,
(2) tingkat personalisasi yang disediakan,
(3) subjek personalisasi, apakah pengguna atau pelanggan atau diprakarsai, dan
(4) metode pembelajaran yang disukai untuk personalisasi
perusahaan, apakah melibatkan pelanggan atau melibatkan perusahaan atau perusahaan
riset pemasaran. Penulis melakukan survey pengguna portal Internet Korea, Naver.com,
sebagai sarana menemukan kemanjuran pilihan pendekatan personalisasi retensi pelanggan.
Temuan utama mereka menunjukkan bahwa personalisasi antarmuka itu penting
personalisasi satu-ke-satu mungkin kurang menguntungkan daripada yang diyakini secara
luas, dan perusahaan perlu mempertimbangkan insentif yang harus diterapkan untuk
meningkatkan pelanggan komitmen dan inisiatif diri dalam proses personalisasi.

5. Pengaruh fitur komersial Internet pada adopsi e-commerce oleh konsumen


Jadi kami berangkat dari pendekatan berorientasi teknologi yang berfokus pada atribut
teknologi e-commerce, dan kami memfokuskan penelitian kami atribut komersial belanja
online, yang jauh lebih banyak relevan dari perspektif pemasaran. Berdasarkan tinjauan
mendalam dari literatur yang ada, kami dikembangkan dan diperiksa model global dan
integratif tentang bagaimana Atribut komersial internet memengaruhi perilaku konsumen
online. Sementara penelitian sebelumnya terutama menguji efek langsung dari Atribut
internet pada sikap terhadap e-commerce dan online niat beli, dalam penelitian ini kami
telah mengusulkan model struktural yang mencakup keterkaitan kausal antara konstruksi
yang diperiksa. Pendekatan ini sangat relevan dari perspektif akademis dan praktis, karena
memberikan wawasan yang lebih besar tentang perilaku pembelian online. Jadi,
mengusulkan dan menguji model perilaku global memungkinkan kita tidak hanya untuk
mengidentifikasi yang mana variabel penjelas yang relevan, tetapi juga untuk menentukan
bagaimana mereka memengaruhi perilaku. Selain itu, efek karakteristik sosio-demografis
pengguna terhadap perilaku pembelian online mereka juga dianalisis. Dengan demikian,
variabel-variabel ini diperiksa sebagai moderator dari pengaruh atribut komersial internet
pada belanja online perilaku. Kami menawarkan tiga kontribusi utama:
(1) untuk mengidentifikasi rangkaian atribut e-niaga yang relevan secara lebih lengkap,
dipertimbangkan dari perspektif komersial, yang mempengaruhi perilaku pembelian
internet;
(2) untuk mengusulkan dan memvalidasi model global dan integratif jelaskan bagaimana
fitur-fitur ini memengaruhi niat untuk membeli on line; dan
(3) untuk menguji efek moderator dari karakteristik sosio-demografis konsumen terhadap
pembelian online mereka perilaku. Untuk tujuan ini kami mempertimbangkan dua kerangka
teoritis dasar: Teori Perilaku Terencana dan klasifikasi atribut komersial Internet seperti yang
diusulkan oleh Jarvenpaa dan Todd (1996). Kami mengusulkan model pembelian online yang
mencakup efek dari empat atribut Internet sebagai sistem penjualan: persepsi tentang
produk yang ditawarkan, belanja pengalaman, akses informasi dan risiko yang dirasakan.
Sejauh anteseden sikap terhadap Internet sebagai sistem penjualan yang bersangkutan,
hanya persepsi produk, pengalaman belanja dan persepsi risiko ditemukan memiliki
pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, sikap konsumen terhadap e-commerce
dipengaruhi pertama-tama oleh sejauh mana mereka menganggap belanja online sebagai
pengalaman positif. Dalam arti ini, kompatibilitas yang dirasakan adalah faktor utama yang
menentukan mereka pengalaman berbelanja. Oleh karena itu, untuk menerima e-
commerce, konsumen harus menemukan perilaku ini koheren dengan perilaku mereka
sebelumnya nilai dan kebiasaan. Selain itu, pendapat konsumen sehubungan dengan
pengalaman belanja online juga tergantung pada tingkat ke yang mereka anggap perilaku ini
menyenangkan dan mudah bawa. Penentu utama kedua sikap terhadap e-commerce
adalah persepsi tentang nilai produk yang tersedia di Internet. Bukti empiris yang kami
peroleh menunjukkan bahwa kualitas dan variasi produk yang ditawarkan merupakan faktor
utama yang mengkondisikan persepsi pengguna tentang penawaran produk, sedangkan
harga sepertinya kurang penting. Dengan demikian, konsumen mengembangkan opini yang
lebih positif terhadap pembelian online sejauh mereka merasa dapat menemukan produk
yang diinginkan melalui saluran ini dan bahwa produk ini memiliki kualitas yang sesuai. Di sisi
lain tangan, dan meskipun keunggulan harga secara tradisional dikaitkan dengan e-niaga,
harga tampaknya bukan aspek yang begitu penting ketika konsumen mengevaluasi
penawaran produk yang tersedia di Internet.
Sedangkan kemudahan akses informasi tidak berpengaruh signifikan
pendapat pengguna tentang e-commerce. Meskipun konsumen dapat menggunakan
Web sebagai sumber informasi belanja, ini belum tentu berarti mereka memiliki sikap positif
terhadap e-commerce atau bahwa mereka toko online. Dengan demikian, penggunaan
internet akan mendukung pencarian untuk informasi untuk transaksi posterior dari
konvensional pengecer, tetapi tidak untuk membeli secara online. Oleh karena itu, selain itu
kegunaan sebagai sumber informasi, keputusan pembelian dari pengecer online terutama
akan bergantung pada perkiraan pengguna beberapa faktor yang berhubungan langsung
dengan proses pembelian, seperti produk yang tersedia atau pengalaman pribadi mereka
selama proses pembelian. Akhirnya, bukti empiris juga diperoleh dari penelitian kami
menyoroti fakta bahwa karakteristik sosial-demografis pengguna memiliki efek yang
berbeda pada keputusan mereka untuk membeli dari online toko. Misalnya, jenis kelamin
dan pendidikan pengguna ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan usia dan
pekerjaan mereka tidak ditemukan begitu relevan. Secara khusus, jenis kelamin dan
pendidikan secara signifikan mempengaruhi pembentukan sikap pengguna terhadap sistem
dan pendahulu dari fitur komersial yang dirasakan. Pada di sisi lain, usia dan pekerjaan
hanya mempengaruhi pentingnya anteseden spesifik dari persepsi produk dan belanja
pengalaman.
mencapai memotivasi sejumlah pertanyaan untuk penelitian selanjutnya terkait pembelian
online. Misalnya, analisis pengaruh kategori produk tertentu pada adopsi e-commerce harus
dilakukan. Juga lebih aspek spesifik dari sikap pembeli online harus dipelajari.
Misalnya, mekanisme yang digunakan pembeli untuk mencari informasi, kriteria yang
menentukan pilihan toko online atau bagaimana perilaku pengguna saat menjelajahi
Internet dan membeli dari jaring komersial, antara lain, akan menjadi faktor yang menarik
untuk memeriksa.

6. Prioritas Permintaan Berbasis Hadiah untuk situs web e-Commerce


Dalam makalah ini kami telah mengusulkan mekanisme Reward-Driven Request
Prioritization (RDRP), yang memaksimalkan keuntungan (atau lainnya hadiah khusus aplikasi)
yang diperoleh oleh layanan e-Commerce, dengan secara dinamis menetapkan prioritas
eksekusi yang lebih tinggi untuk permintaan sesi yang cenderung membawa lebih banyak
keuntungan (hadiah) ke layanan. Kami telah menerapkan metode yang diusulkan sebagai
pluggable mekanisme middleware di server aplikasi Java EE JBoss (JBoss 2010), dan
mengujinya pada aplikasi benchmark TPC-W (TPC-W 2005) menggunakan beban kerja web
berbasis CBMG. Eksperimen kami menunjukkan bahwa teknik RDRP menghasilkan manfaat
di kedua underload dan situasi kelebihan beban, baik untuk perilaku klien yang lancar
maupun meledak-ledak,terhadap alternatif canggih seperti kontrol penerimaan berbasis sesi
dan pendekatan prioritas sesi berbasis sejarah.
Dalam situasi layanan underload mekanisme yang diusulkan memberikan waktu respons
yang lebih baik untuk klien yang menghasilkan lebih banyak keuntungan.
Dalam situasi kelebihan layanan, mekanisme memastikan hal itu sesi yang membawa lebih
banyak keuntungan lebih mungkin untuk diselesaikan dengan sukses dan keuntungan
agregat yang diperoleh oleh layanan meningkat dibandingkan dengan solusi lain. Selain itu,
kami menunjukkan bahwa pendekatan berbasis sejarah cocok dengan kinerja RDRP kami
mekanisme hanya jika korelasi antara perilaku masa lalu dan masa depan klien mencapai
tanda 75% untuk keuntungan yang diperoleh, dan 50% – untuk waktu respons permintaan.
DAFTAR PUSTAKA

(TRANSAKSI ON-LINE (E-COMMERCE) : PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PERSPEKTIF


EKONOMI ISLAM, Mei 2019)
(E-COMMERCE: STUDI TENTANG BELANJA ONLINE DI INDONESIA, Mei-Agustus 2018)
(Tantangan dan Peluang E-Commerce sebagai basis bisnis global di indonesia, juni 2013)
(PERAN E-COMMERCE DALAM PENGEMBANGAN BISNIS, 2019)
(Penerapan E-Commerce Dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha, juli 2020)
(Reward-Driven Request Prioritization for e-Commerce web sites, 6 March 2010)
(Business and data analytics: New innovations for the management of e-commerce, 2012)
(The influence of the commercial features of the Internet on the adoption of e-commerce by
consumers, 5 May 2010)
(Transforming e-services evaluation data into business analytics using value models, 2012)
(An analysis of the importance of the long tail in search engine marketing, 12 May 2010)

Anda mungkin juga menyukai