LP Faringitis 2
LP Faringitis 2
LP Faringitis 2
A. Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). (http://medicastore.com).
Fringitis adalah peradangan pada mukosa faring. (Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000).
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
(http://id.wikipedia.org).
B. Etiologi
Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu,
adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah
streptokokus grup A (organism bakteri paling umum yang berkenaan dengan faringitis
akut, yang kemudian disebut sebagai “strep throat”), korinebakterium,
arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
C. Manifestasi Klinis
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan
dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat
atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan
nanah.
Gejala lainnya adalah:
Demam
1
2. Jenis faringitis (http://medicastore.com)
D. PATOFISIOLOGI
Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet
infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit ini dapat
sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis ,
varisela, arthritis, atau radang bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas
yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik
terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta
hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral
band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi,
udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring.
2
E. PATHWAY
FARINGITIS Inflamasi
2
Penguapan Kesulitan Menelan Sputum
mukosa
1
Gangguan nutrisi
3 4
F. Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.
Abses peritonsiler terjadi
• Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu :
sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya
terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan
antibiotik, atau adanya paparan baru.
• Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal
glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses,
• Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré
syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan
karsinoma nasofaring (Kazzi,at.al.,2006).
G. Penatalaksanaan
3
Apabila penyebabnya diduga infeksi firus, pasien cukup diberikan analgetik dan tablet
isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram
positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. Penisilin dapat diberikan
untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti,
spektrum sempit,aman dan murah harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan
dosis 250 mg, 2 atau 3 kali sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500
mg 2 kali sehari selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti
dengan eritromisin. (Alan,at.al.,2001).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu
diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil
yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring
posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase
sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang
lebih dari 10 hari.
4
I. ANALISA DATA
Gangguan nutrisi
Demam
Penguapan
Resti Devisit
Volume cairan
5
J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan
pemasukan oral
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang
sekunder dengan kesulitan menelan.
Intervensi :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif ditujukkan dengan tidak ada sekret yang
berlebihan
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan:
6
a. Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
R/ : mudah menentukan kualitas nyeri
b. Identifikasi adanya tanda-tanda radang
R/ : untuk mengetahui adanya infeksi
c. Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
R/ : mengetahui ADL pasien yang beresiko memperburuk keadaan
d. Kompres es di sekitar leher
R/ : untuk mengurangi rasa nyeri di sekitar leher
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
R/ : Analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
7
R/ : untuk mengetahui status gizi pasien
c. Berikan makanan cair / lunak
R/ : memudahkan makanan masuk ke lambung
d. Beri makan sedikit tapi sering
R/ : makanan sedikit tapi sering baik untuk pasien yang mengalami gangguan
pencernaan
e. Kolaborasi pemberian roborantia
R/ : terapi roborantina melengkapi kebutuhan gizi pasien
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC.
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
http://id.wikipedia.org
Kelompok 5 :
Anang Rosandy ( 02 )
Arya Bagus Aji Saputra ( 05 )
M. Tri Septian ( 22 )
Nesya Widora ( 26 )
Yeni Nurhayati ( 44 )