Hiskia Puteri BR Sitinjak - M1B120018 - Tugas Metodologi Penelitian
Hiskia Puteri BR Sitinjak - M1B120018 - Tugas Metodologi Penelitian
Hiskia Puteri BR Sitinjak - M1B120018 - Tugas Metodologi Penelitian
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ii
2.9. Scanning Electron Microscopy (SEM) ............................................... 17
2.10 Review Jurnal .................................................................................... 18
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
CPO (crude palm oil) yang menjanjikan. Pada tahun 2020 jumlah produksi
produksi perkebunan kelapa sawit sebesar 47.120,20 ton, dan tahun 2018 sebesar
42883.50 ton (Badan Pusat Statistik (Dirjen Perkebunan, 2020). Provinsi Jambi
termasuk daerah yang komoditas utama dalam sektor perkebunan yakni tanaman
kelapa sawit, hal ini dibuktikan dengan produksi pada perkebunan kelapa sawit
sebesar 3.022,60 ton di tahun 2020. Setiap satu ton tandan buah segar kelapa sawit
bagi masyarakat di sekitar permukiman pabrik. limbah yang tak di tangani dapat
menyebabkan bau busuk dan dapat menimbulkan jamur yang dapat merusak
minyak kelapa sawit perlu adanya inovasi dalam pemanfaatan limbah. Salah satu
limbah yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit yang dimanfaatkan yaitu serat
sawit.
1
2
kimia yang sama dengan selulosa tetapi memiliki sifat yang sama dengan lignin.
dan aromatik. Lignin terdiri dari monomer-monomer yang berasal dari beberapa
macam cincin substitusi phenil propana. Brown (1979) mengatakan bahwa lignin
logam berat dengan memanfaatkan selulosa dan lignin. Selulosa dan lignin
memiliki gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam.
Gugus fungsi dari selulosa dan lignin tersebut adalah gugus karboksil dan
hidroksil (Herwanto & Santoso, 2006). Gugus-gugus polar ini diduga dapat
berinteraksi dengan logam berat. Logam berat dinyatakan sebagai polutan yang
sangat toksik dan berbahaya karena sifatnya yang sukar terurai. Sifat inilah yang
hidup sehingga dapat menyebabkan keracunan secara akut dan kronis bahkan
dapat menyebabkan kematian. Nikel (Ni) termasuk logam berat yang berbahaya.
limbah industry bervariasi antara 6-12 mg/L, sedangkan batas aman konsentrasi
keunggulan seperti bahan baku mudah untuk diperoleh, biaya produksi yang
3
biomassa. Oleh karena itu, studi tentang penggunaan serat kelapa sawit ingin
penyerap larutan Nikel dan juga uji daya serap karbon aktif dalam menyeram
larutan Nikel. Berdasarkan adanya kajian diatas, maka penulis mengambil judul
1% dan 1,5% ?
1% dan 1,5% ?
4
1.4 Hipotesis
maka semakin tinggi pula daya adsorpsi karbon aktif tongkol jagung.
berbeda yaitu 1 mm3, 2 mm3 dan 3 mm3. Maka diduga ketebalan 3 mm3
memiliki daya serap yang lebih bagus dikarenakan semakin tebal media
inovasi dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit yakni serat kelapa sawit menjadi
adsorben yang dapat menyerap larutan logam Nikel, serta dapat mengurangi
Studi Energi dan Nano Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
Bahan baku karbon aktif berupa serat sawit di dapatkan dari limbah industry yang
karbonisasi serat kelapa sawit dengan menggunakan reaktor vertikal pada suhu
300°C selama 2 jam dan dilanjutkan dengan aktvasi karbon menggunakan NaOH
dengan memvariasikan rasio aktivator dengan serat sawit yang telah di lakukan
adsoren dari serat sawit dan dilanjutkan dengan analisa menggunaakan atomic
TINJAUAN PUSTAKA
Serat sawit merupakan salah satu biomassa yang dihasilkan dari kelapa
sawit. Biomassa kelapa sawit terutama terdiri dari lignin, selulosa (selulosa α) dan
heteropolimer amorf dengan struktur yang kompleks. Serat sawit atau serabut
kelapa sawit merupakan salah satu bentuk limbah padat yang dihasikan dari hasil
negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia dan beberapa bagian benua
Eropa. Serat minyak sawit adalah diproduksi dari sekam minyak sawit yang
Unsur Nilai
Selulosa (%) 42.7 – 65
Lignin(%) 13.2 – 25.31
Hemiselulosa (%) 17.1 – 33.5
Holoselulosa (%) 68.3 – 86.3
Kadar abu (%) 1.3 – 6.04
Ekstraktif dalam air panas (100°C) (%) 2.8 – 14.79
Kelarutan dalam air dingin (30°C) (%) 8 – 11.46
Alkali larut (%) 14.5 – 31.17
Alfa selulosa (%) 41.9 – 60.6
Kelarutan alcohol – benzene (%) 2.7 – 12
Pentosan (%) 17.8 – 20.3
Glukosa (%) 66.4
Silika (%) 1.8
Cu (g/g) 0.8
Kalsium (g/g) 2.8
6
7
Mn (g/g) 7.4
Fe (g/g) 10.0
Sodium (g/g) 11.0
Sumber : (S. P. S. Shinoj, 2011)
Menurut Chieng, B (2017), serat kelapa sawit terdiri dari 39,5 % berat
selulosa, 32,8 % berat lignin, 9,8 % berat hemiselulosa, 9,3 % berat abu dan 8,6 %
berat ekstraktif. Kandungan selulosa dan lignin yang terdapat pada serat sawit ini
Nikel adalah logam putih seperti perak yang bersifat keras dan anti karat.
Logam ini membantu dalam proses pengubahan beberapa logam olahan dalam
bentuk larutan yang menghasilkan energi panas. Selain itu Ni juga berperan
penting dalam beberapa proses pengendapan logam keras dalam bentuk paduan
(Rusmini, 2010).
nomor atom 28 merupakan unsur logam transisi dengan nomor massa 58,71 yang
terletak dalam golongan VIII periode 4 dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d8 4s2 .
Pada umumnya tingkat oksidasi dari Ni adalah +2. Ni pada tingkat oksidasi +3
hanya sedikit dikenal. Hidrat ion Ni2+ berwarna hijau dan garam-garam Ni2+
Menurut (Miaratiska dan Azizah (2015), Nikel (Ni) termasuk logam berat
Konsentrasinya dalam air limbah industri bervariasi antara 6-12 mg/L, sedangkan
8
batas aman konsentrasi Nikel dalam air ialah 1 mg/L. Hal ini berarti bahwa
konsentrasi Nikel dalam air limbah di atas batas aman dan dapat menyebabkan
2.3 Adsorpsi
lain. Partikel yang terakumulasi disebut adsorbat dan material terjadinya adsorpsi
ditempatkan dalam suatu hamparan tetap dan fluida dialirkan melalui hamparan
itu sampai adsorben mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak
kelembaban udara, penghilangan bau, dan penyerapan gas yang tidak diinginkan
dalam fase fluida dan konsentrasi didalam partikel adsorben pada suhu tertentu.
Untuk gas, konsentrasi itu biasanya dinyatakan dalam dalam persen mol atau
tekanan-bagian. Untuk zat cair, konsentrasi itu biasanya dinyatakan dalam satuan
massa, seperti bagian per sejuta (parts per million, ppm). Konsentrasi adsorbat
pada zat padat dinyatakan sebagai massa yang teradsorpsi per satuan massa
9
adsorben semula (McCabe dkk, 1999). Adsorpsi memiliki dua jenis isoterm, yakni
a. Metode Freundlich
Adsorpsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben merupakan
hal yang penting. Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan dijelaskan
oleh H. Freundlich. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram
adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Dari konsep tersebut
(2.1)
persamaan linear dari isoterm adsorpsi Freudlich terlihat dalam persamaan 2.2.
( (2.2)
dimana:
C = konsentrasi zat
pada jenis adsorben dan suhu adsorpsi. Bila dibuat kurva log (Xm /m) terhadap
log C akan diperoleh persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan 1/n,
b. Metode Langmuir
dengan kecepatan desorpsi. Ada empat asumsi dalam isoterm jenis ini, yaitu
(Ruthven, 1984):
10
d. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site sekitarnya.
Nilai Qe adalah jumlah adsorbat yang teradsorp per berat adsorben (mg/g).
(mg/g) dan energi adsorpsi (l/mg). Nilai dari Qm dan b dapat dihitung dari
Karbon aktif atau arang aktif merupakan karbon yang mempunyai rumus
kimia C dan berbentuk amorf, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar
antara 300 – 2000 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal
yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif
adsorbsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori- pori dan luas
11
permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
Karbon aktif diatur oleh atom karbon kovalen tertentu selama kisi sudut
kimia atom C, H, dan O yang terikat secara kimia membentuk gugus fungsional.
Karbon aktif terdiri dari 87-97% karbon dan sisanya adalah hidrogen, oksigen,
sulfur dan N dan senyawa lain yang dibentuk dari proses produksinya. Jumlah
pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2 cm3 / gram. Sedangkan luas
permukaan internal karbon aktif yang telah diteliti umumnya lebih besar dari 400
m2 /gr dan bahkan bisa mencapai di atas 1000 m2 /gr (M.Sudibandriyo, 2003).
Proses pembuatan arang aktif dapat dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama adalah proses karbonisasi bahan baku untuk menghasilkan arang. Tahap
kedua adalah proses aktivasi arang untuk menghilangkan hidrokarbon. Pada kedua
unsur karbon.
Persyaratan
NO Uraian Satuan
Butiran Serbuk
1. Kadar Air % Maks 4,5 Maks 15
2. Kadar Abu % Maks 2,5 Maks 10
3. Zat mudah Menguap % Maks 15 Maks 25
4. Daya Serap I2 Mg/g Min 750 Maks 750
Sumber: SNI 06-3730-1995
1. Karbon penyerap gas (gas adsorben carbon). Jenis karbon ini biasanya
digunakan pada penyerap kotoran berupa gas. Karbon jenis ini memiliki
2. Karbon fasa cair (liquid-phase carbon). Karbon jenis ini digunakan untuk
menyerap kotoran atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan.
molekul besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Fungsi umum penggunaan dalam proses pembuatan kertas NaOH ada pada proses
NaOH bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan
dalam industry yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan
Larutan NaOH bersifat basa dan biasanya dapat bereaksi dengan asam
lemah, dimana asam lemah seperti natrium karbonat tidak efektif. NaOH tidak
bisa terbakar meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti aluminium, timah,
seng menghasilkan gas nitrogen yang bisa menimbulkan ledakan NaOH biasanya
14
baku asal menjadi karbon bewarna hitam melalui pembakaran dalam ruang
tertutup dengan udara terbatas atau seminimal mungkin. Proses karboniasi atau
yang dindingnya tertutup seperti didalam tanah atau tangki yang terbuat dari plat
baja dan nyala api dikontrol. Bahan organic yang sudah menjadi arang tersbut
Lamanya proses pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organic,
ukuran parsial bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen
berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik
secara perlahan. Apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba - tiba ketika
bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi arang yang berwarna
kehitaman. Pada bahan masih terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk
organik yang sudah menjadi arang tersebut akan mengeluarkan sedikit asap
Aktivasi adalah perubahan secara fisik dimana luas permukaan dari karbon
senyawa sisa-sisa pengkarbonan. Daya serap karbon aktif semakin kuat Aktivasi
adalah perubahan secara fisik dimana luas permukaan dari karbon meningkat
dengan tajam dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dan senyawa sisa-
sisa pengkarbonan. Daya serap karbon aktif semakin kuat bersamaan dengan
pengaruh yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa tar keluar melewati mikro
pori-pori dari karbon aktif sehingga permukaan dari karbon aktif tersebut semakin
lebar atau luas yang mengakibatkan semakin besar pula daya serap karbon aktif
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara
arang mengalami perubahan sifat, baik fisika atau kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi disebut aktivasi karbon.
Aktivasi dapat dilakukan secara fisika maupun kimia. Aktivasi secara fisika dapat
didefinisikan sebagai proses memperluas pori dari arang aktif dengan bantuan
16
panas, uap dan gas CO2, sedangkan aktivasi secara kimia merupakan aktivasi
dengan pemakaian bahan kimia yang disebut aktivator. Aktivator yang sering
digunakan antara lain hidroksida logam alkali, klorida, sulfat, fosfat dari logam
alkali tanah dan khususnya ZnCl2, serta senyawa asam seperti H2SO4 dan
H3PO4.
berprinsip pada adsorpsi cahaya oleh aton. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
absorption spectroscopy (AAS) pertama kali dikembangkan oleh Sir Alan Walsh
pada tahun 1950. Jika seberkas cahaya tepat mengenai suatu medium yang
mengandung atom dalam keadaan dasar dari suatu unsur, maka sebagian cahaya
keadaan bebas. Yang dimaksud atom bebas di sini adalah atom yang tidak atom
Natrium dalam air laut bergabung dengan atom Klor menjadi molekul Natrium
Klorida (NaCl). Agar atom Na yang terikat dalam molekul ini dapat menjadi atom
Na yang bebas maka molekul NaCl harus diputuskan ikatannya, proses ini disebut
atomisasi. Cara yang paling umum digunakan untuk mengatomisasi ialah dengan
energi panas, panas pada temperatur yang tinggi dapat memutuskan ikatan antar
atom sehingga terbentuk atom yang bebas. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk atomisasi yaitu, dengan nyala (flame) dari pembakaran gas,
17
tanpa nyala (flameless) yaitu dengan cara mereduksi dan panas dari pijarnya
Metode analisis ini bersifat cepat, selektif, dan sensitif dan mempunyai
akurasi yang tinggi serta dapat digunakan secara rutin. Di dalam AAS dijumpai
1. Gangguan Kimia
2. Gangguan Fisika
3. Gangguan Spektral
yang sebenarnya dari serapan atom. Pengaruh gangguan ini dapat dikurangi atau
mengganggu.
karakteristik komposisi kimia. Prinsip kerja dari SEM ini adalah dengan
yang dipantulkan dengan energy tinggi. Permukaan material yang disinari atau
membandingkan penelitian yang sudah ada dengan hasil yang di dapat. Adapun
jurnal terdahulu
Judul Metode
Peneliti Variabel Produk
Penelitian
Yanti, R. N., Karakteristik Konsentrasi Impregnasi Perlakuan arang aktif dengan
Hambali, E., Arang Aktif dan aktifator asam fosfat yang
Pari, G., & Tandan Kosong karbonisasi memenuhi SNI adalah arang aktif
Suryani, A. Kelapa Sawit TKKS dengan konsentrasi asam
(2020) Yang fosfat 10% dengan daya serap iod
Dimpregnasi 756 mg/g dan daya serap metilen
Logam Nikel biru 90 mg/g. Impregnasi logam
Sebagai Katalis Nikel ke dalam arang aktif mampu
meningkatkan luas permukaan yang
optimal pada konsentrasi 3%,yaitu
218,38 m2/g dan meningkatkan
nilai kristalinitas yang optimal pada
konsentrasi 2%..
Atminingtyas, Pengaruh Konsentrasi Aktivasi, Hasil analisis variasi pada proses
S., Oktiawan, Konsentrasi aktivator dan batch menunjukkan konsentrasi
W., & Aktivator NaOH dan variasi adsorpsi aktivator terbaik adalah NaOH 1 M
Wardhana, I. dan Tinggi tinggi dengan dipengaruhi semakin
W. (2016). Kolom pada media tingginya konsentrasi awal limbah
Arang Aktif dari kolom maka semakin besar daya serap
Kulit Pisang adsorben dan waktu kesetimbangan
Terhadap dicapai pada menit ke 120. laju
Efektivitas adsorpsi logam berat Cu
Penurunan dipengaruhi juga oleh model
Logam Berat kinetika Intraparticle Diffusion
Tembaga (Cu) karena nilai konstanta laju
dan Seng (Zn) adosrpsinya semakin besar seiring
Limbah Cair semakin kecilnya konsentrasi awal
19
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1. Alat
a. Oven
b. Cawan
c. Timbangan
d. Erlenmeyer
e. Gelas beaker
f. Sendok/Sudip
g. Stirrer
h. Magnetic Stirrer
i. Reaktor vertikal
j. Furnace silinder
k. Kertas Saring
l. Corong Bunchner
m. Manual Press
n. Hot Plate
21
22
3.2.2. Bahan
a. Serat Sawit
b. NaOH
a. Variabel Terkontrol
b. Variabel Bebas
Larutan Ni 0,5%, 1,0% , 1,5% dan variasi ketebalan (1 mm3, 2 mm3, 3mm3).
c. Variabel Tetap
Dalam penelitian ini variabel tetap yang digunakan adalah rasio aktivator
dengan serat sawit yang digunakan (1:10), waktu tinggal (48 jam), waktu
Persiapan Bahan
Proses Karbonisasi Aktivasi Karbon
Baku
Proses Penyerapan
Analisa Adsorben
Larutan Ni
dari limbah industri kelapa sawit di provinsi Jambi. Selanjutnya dilakukan proses
pembersihan serat sawit dari cangkang dan sisa-sisa kotoran yang menempel pada
serat sawit.
kemudian dipanaskan di dalam furnace pada suhu 300 selama 1 jam, suhu
terseebut diplih untuk mendapatkan titik bakar dari serat sawit. Proses penguraian
untuk mengecilkan ukuran dan dilanjutkan poses pengayakan 300 mesh untuk
dan morfologi arang dari serat sawit menggunakan SEM (Scanning Electron
Microscopy)
24
Proses Karbonisasi
Serat
T = 300 C
Sawit
t = 1 jam
Pendinginan
Penghancuran
Pengayakan
350 mesh
Arang Serat
Analisa SEM
Sawit
300 mesh . Perbandingan campuran antara larutan aktivator dan berat adsorben
atau Serat Sawit adalah 1 :10. Disiapkan larutan NaOH 1 M. Sebanyak 2 gram
kemudian ditambahkan aquades hingga 100 ml. NaOH sebagai aktivator dipilih
pori-pori dari adsorben. Sebanyak 20 gram arang serat sawit dimasukkan kedalam
dilakukan dengan pemanasan pada suhu 30°C selama 1 jam, proses selanjutnya
difiltrasi dan dicuci dengan aquadest beberapa kali untuk menghilangkan sisa
garam, kemudian arang tersebut dikeringkan pada suhu 105°C selama 4 jam dan
ditimbang berat arang yang telah teraktivasi tersebut. Setelah aktivasi karbon
pengujian gugus fungi, dan morfologi arang aktif dari serat sawit menggunakan
Penyaringan
Pencucian Aquades
Pengujian pH
Pengeringan
T = 105 C
t = 24 jam
Arang Aktif
Analisa SEM
Serat Sawit
logam Nikel dengan variasi konsentrasi yakni 0,5%, 1 %, 1,5%. Proses adsorpsi
dilakukan dengan mencampurkan larutan nikel dengan adsorben dengan rasio 5:1
Proses Adsorpsi
t = 24 jam
Penyaringan
Uji karakteristik karbon aktif dilakukan dengan menggunakan SEM. Uji ini
diarahkan oleh koil pemindai. Ketika elekton mengenai sampel, maka akan terjadi
hamburan elektron dari permukaan sampel dan akan dideteksi oleh detektor dan
pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas, maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan
pengujian awal Nikel sebelum ditambahkan karbon aktif dengan rasio karbon
aktif dan larutan nikel 1:10 serta pengujian akhir Nikel setelah ditambahkan
sebagai berikut:
(3.1)
Keterangan :
Co = Konsentrasi awal
Ce = Konsentrasi akhir
waktu kontak optimum dan massa optimum yang sudah didapat antara karbon
aktif. Kapasitas adsorpsi dianalisa dari karbon aktif yang mampu mengadsorpsi
(3.2)
regresi linier terhadap persamaan orde nol, orde satu, orde dua, dan orde tiga.
Ce = -k0t + Co (3.3)
In Ce = -k1t + In Co (3.4)
Melalui pengaluran data Ce, In Ce, 1/Ce, 1/Ce 2 terhadap t dapat diketahui
kesesuaian data terhadap model kinetika, yaitu dari nilai korelasi (R 2 ) sedangkan
nilai konstanta reaksi orde 0 (k0), orde 1 (k1), orde 2 (k2) dan orde 3 (k3),
diperoleh dari kemiringan (slope) dan perpotongan (intercept) (Singh dkk., 2008).
hasil dari penentuan kapasitas adsorpsi dengan isoterm Langmuir dan Freundlich.
Keterangan:
kesetimbangan (mg/g),
Qe = KfCe1/n
Keterangan :
Rasio Rasio
Percobaan Waktu Serat Adsorben :
Logam Ketebalan Percobaan
ke- Tinggal Sawit : Larutan
Aktivator Nikel
1 0,5 cm3
Larutan Ni
2 1 cm3
0,5 %
3 1,5 cm3
4 0,5 cm3
5 48 jam 1:10 1:10 1 cm3
6 1,5 cm3
7 0,5 cm3
8 1 cm3
9 1,5 cm3
30
DAFTAR PUSTAKA
Adiningtyas, A., & Mulyono, P. (2016). Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam
Aryani, F. (2019). Aplikasi Metode Aktivasi Fisika dan Aktivasi Kimia Pada
Lempang, M. (2014). Pembuatan dan kegunaan arang aktif. Buletin Eboni, 11(2),
65-80.
Miaratiska, N., & Azizah, R. (2015). Hubungan paparan Nikel dengan gangguan
Riama, Glory, dkk. 2012. Pengaruh H2O2 Konsentrasi Naoh Dan Waktu
Sriwijaya Press.
Salamah, S. (2008). Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Buah Mahoni dengan
Nasional Teknoin.
Chieng, B. W., Lee, S. H., Ibrahim, N. A., Then, Y. Y., & Loo, Y. Y. (2017).
dan Mn (Mangan) Pada Air Sumur Gali di desa Gelam Candi. WAKTU:
dan Mn (Mangan) Pada Air Sumur Gali di desa Gelam Candi. WAKTU:
Zhou, W., Apkarian, R., Wang, Z. L., & Joy, D. (2006). Fundamentals of