Tugas Bu Yuli KLP 1 Ambar (Pijat Oksitosin)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PIJAT OKSITOSIN PADA IBU MENYUSUI


DI BANGSAL ANNISA RS. PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR

Disusun Oleh :

Ambarwati Khairunnisak (022021060089)


Mila SEptia Nanda (022021060104)
Nur Supriyati (022021060107)
Yesi Puspita sari (022022060124)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHANTENTANG PIJAT OKSITOSIN
PADA IBU MENYUSUI

PokokBahasan : Pijat Oksitosin


Sub PokokBahasan : 1. Definisi pijat oksitosin
2. Tujuan Pijat Oksitosin
3. Manfaat Pijat Oksitosin
4. Tekhnik Pijat Oksitosin
5. Cara menyimpan ASI
WaktuPelaksanaan : Jumat, 30 Desember 2022
Pelaksana : Mahasiswa Program AJ 2021 ITS PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Sasaran : Ibu Menyusui di RS PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR

A. Tujuan
1. TujuanInstruksionalUmum (TIU)
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatans selama 1x 30 menit, di
harapkan klien dan keluarga mampu memahami tentang pijat oksitosin
sesuai dengan petunjuk yang diberikan
2. TujuanInstruksionalKhusus (TIK)
a. Mampu menjelaskan pengertian pijat oksitosin
b. Mampu menjelaskan tujuan pijat oksitosin
c. Mampu menjelaskan manfaat pijat oksitosin
d. Mampu menjelaskan tekhnik pijat oksitosin
e. Mampu memahami cara menyimpan ASI
B. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
C. Media
Leaflet
D. RencanaPelaksanaan
No. Kegiatan Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
(waktu + 5  Memperkenalkan diri  Menyimak
menit)  Menjelaskan tujuan
penyuluhan  Menyimak
 Memberikan waktu untuk
tanya jawab
2 Inti (waktu + 20  Menjelaskan pengertian  Menyimak
menit) pijat oksitosin penjelasan
 Menjelaskan tujuan pijat
oksitosin  Bertanya
 Menjelaskan manfaat  Menyimak
pijat oksitosin
 Menjelaskan tekhnik pijat
oksitosin
3 Penutup  Memberikan kesempatan  Menjawab
(waktu + 15 kepada peserta untuk pertanyaan
menit) bertanya  Menyimak
 Mengucapkan terima kesimpulan
kasih &salam penutup.  Menjawab salam

E. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyaji

: Moderator

: Fasilitator

: Peserta

F. Pengorganisasian
1. Penyaji : Ambarwati Khairunnisak
2. Moderator : Yesi Puspitasari
3. Notulen : Nur Supriyati
4. Dokumentasi : Mila Septia Nanda

G. RencanaEvaluasi
1. EvaluasiStruktur
a. Kontrak waktu, tempat, kader posyandu dan ibu bidan
b. SAP dan media disiapkan sebelum acara pendidikan kesehatan
c. Persiapan ibu menyusui
2. Evaluasi Proses
a. Ibu
menyusuimendengarkanmateripenyuluhandenganbaikdanadaresponpo
sitifdari ibu menyusui
b. Ibu
menyusuimengajukanpertanyaandanmampumenjawabpertanyaansecar
abenar
c. Ibu menyusuitidak meninggalkan tempat penyuluh sebelum acara
selesai.
d. Waktu sesuai dengan yang telah disepakati
e. Media dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasihasil
Pesertadapatmenyebutkan :
a. 60% peserta dapat menjelaskan kembali pengertian perawatan
payudara
b. 60% peserta dapatmenjelaskan kembali tujuanpijat oksitosin
c. 60% peserta dapat menjelaskan kembali manfaat pijat oksitosin
d. 60% peserta dapat menjelaskan kembalitekhnikpijat oksitosin
e. 60% peserta dapat menyebutkan cara menyimpan ASI
Lampiran Materi
MATERI PIJAT OKSITOSIN

A. Perawatan Payudara
1. Definisi
Melakukan perawatan payudara setelah melahirkan atau pada masa nifas.
Perawatan payudara pada ibu post partum sangat diperlukan untuk
merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet,
mempertahankan kelancaran ASI serta menstimulasi reflex oksitosin untuk
memperlancar produksi ASI (Astutik, 2014).
2. Tujuan
Tujuan perawatan payudara (Astutik, 2014) antara lain :
a. Membantu mengurangi pembengkakan payudara
b. Memperlancar pengeluaran ASI
c. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu
agar terhindar dari infeksi
d. Mengetahui secara dini kelainan puting susu (datar) dan
memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu
dengan baik
e. Mencegah bendungan ASI
Segeralah atasi keluhan yang muncul agar tidak semakin parah. Adapun
keluhan yang umum terjadi saat menyusui (Astutik, 2014) adalah :
1) Payudara bengkak atau keras
Hal ini biasanya ditimbulkan akibat produksi ASI yang berlebihan
tetapi belum dihisap oleh bayi atau akibat adanya sumbatan.
Kompreslah payudara dengan air hangat selama beberapa menit,
setelah itu keluarkan ASI sedikit secara manual lalu menyusui bayi.
2) Puting terasa perih
Bila hal ini terjadi, batasi setiap waktu menyusu selama 10 menit atau
hentikan kegiatan menyusui (minimal 24 jam) agar tidak terjadi
infeksi. Jaga payudara dalam kondisi kering, saat masih terluka
gunakan pelindung puting yang terbuat dari bahan karet lunak saat
menyusui. Pastikan cara dan posisi menyusui bayi sudah tepat ,
masukkan semua bagian puting sampai areola ke dalam mulut bayi.
3) Air susu merembes
Adanya air susu yang merembes selain mengurangi keindahan
penampilan juga kurang baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Payudara
yang lembab bisa menjadi media yang efektif bagi bakteri dan jamur
sehingga mudah menimbulkan iritasi dan infeksi. Untuk
menghindarinya pilihlah breast pad (bantalan dalam BH) dengan bahan
yang halus dan berdaya serap baik. Jangan lupa sering mengganti
breast pad minimal 2 kali sehari. Pemakaian BH tidak boleh terlalu
ketat karena dapat menekan payudara dan membuat tidak nyaman.
4) Puting tenggelam
Bagi ibu yang memiliki puting susu datar dianjurkan untuk melakukan
gerakan menarik puting susu secara manual dan dilakukan rutin hingga
puting susu menonjol.

B. Pijat Oksitosin
1. Pengertian
Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebratae) sampai tulang
costae kelima sampai keenam.
Pijat Oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu
menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk
meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang
dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga
akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Anggaini, 2010).
2. Tujuan
Adapun tujuan pijat oksitosin menurut WHO (2011) yaitu untuk
meningkatkan kenyamanan, meningkatkan gerakan ASI ke payudara,
menambah pengisian ASI ke payudara dan melancarkan pengeluaran ASI.
3. Manfaat
Adapun manfaat dari pijat oksitosin (Anggaini, 2010) adalah sebagai
berikut:
a. Membantu ibu secara psikologis, menenangkan, tidak stress
b. Membangkitkan rasa percaya diri
c. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang
bayimya
d. Meningkatkan ASI
e. Memperlancar ASI
f. Melepas lelah
g. Ekonomis
h. Praktis
4. Tekhnik
Adapun langkah-langkah pijat oksitosin (Anggaini, 2010).sebagai berikut:
a. Sebelum pijat dimulai sebaiknya ibu dalam keadaan telanjang dada dan
menyiapkan cangkir yang diletakkan di depan payudara untuk
menampung ASI yang mungkin menetes saat dilakukan pemijatan.
b. Jika mau, ibu bisa melakukan kompres hangat dan pijat pada payudara
terlebih dahulu.
c. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat, lebih baik jika
dibantu oleh suami.
d. Ada 2 posisi yang ibu coba, pertama telungkup di meja atau posisi ibu
telungkup pada sandaran kursi.
e. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk atau
leherbagian belakang (cervical vertebrae 7).
f. Dari titik tonjolan tulang tadi, turun ke bawah kurang lebih 2 cm dan
ke kiri kanan 2 cm. disitulah posisi jari diletakkan untuk memijit.
g. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau
punggung telunjuk kiri dan kanan.
h. Untuk ibu yang gemuk bisa dengan posisi tangan dikepal, lalu gunakan
tulang-tulang disekitar punggung tangan.
i. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus ke
arah bawah sampai batas garis bra. Dapat juga diteruskan sampai ke
pinggang.
j. Pijat oksitosin dapat dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5
menit. Lebih disarankandialkukan sebelum menyusui atau memerah
ASI.
5. Tinjauan tentang dukungan suami dan pijat oksitosin (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).
Pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu selama memberikan
ASI memunculkan istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika
ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan, maka akan muncul emosi
positif yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga
produksi ASI pun lancar. Membantu ibu saat mulai proses menyusui,
memberi waktu ibu untuk beristirahat dan memberi kenyamanan sehingga
meningkatkan psikologis ibu.
Dukungan suami terhadap ibu bertujuan untuk menggugah hormon
oksitosin. Untuk kelancaran proses menyusui diperlukan kerja gabungan
antara hormon prolaktin dan oksitosin. Reflek prolaktin berguna untuk
merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI sedangkan oksitosin
berfungsi melancarkan ASI yang keluar dari payudara. Tanpa hormon
oksitosin, bayi akan kesulitan menyusu karena ASI tidak lancar.
Hari pertama setelah melahirkan, ibu mengalami kelelahan fisik dan
mental. Akibatnya, ibu merasa cemas, tidak tenang, hilang semangat, dan
sebagainya. Ini merupakan hal normal yang perlu diantisipasi suami
maupun pihak keluarga. Namun dalam beberapa kasus, terutama pada
anak pertama, banyak ayah yang lebih sibuk dengan bayinya daripada
memperhatikan kebutuhan sang istri. Jika kondisi ini terus-menerus
berlanjut maka ibu akan merasa bahwa perhatian suami padanya telah
menipis sehingga muncul asumsi-asumsi negatif. Terutama yang terkait
erat dengan penampilan fisiknya setelah bersalin.
Tubuh yang dianggap tak lagi seindah dulu membuat suami lebih
mencintai anak daripada dirinya sebagai istri. Perasaan negatif ini akan
membuat refleks oksitosin menurun dan produksi ASI pun terhambat.
Sehingga untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin diperlukan
dukungan ayah selama proses menyusui.
Hormon oksitosin disebut juga ‘hormon kasih sayang’ karena hampir
80% hormon ini dipengaruhi oleh pikiran ibu (positif atau negatif). Pikiran
negatif ibu akan menghambat pengeluaran hormon ini, demikian pula
sebaliknya. Jadi bila seorang ibu berpikir ASI-nya kurang, oksitosin akan
turun dan ASI tak banyak dialirkan kedalam sinus laktiferus. Jalan
somatosensori untuk merangsang refleks pengeluaran oksitosin.
Ketika bayi menyusu, memicu mengalirnya hormon oksitosin yang
melepaskan air susu ibu (ASI). Secara bersamaan dapat mendorong
peraaan dicintai serta keperayaan dalam diri ibu dalam memastikan
terpenuhinya kebutuhan bayi. Refleks semacam itu telah lama menjadi
teka-teki karena mendorong pengeluaran oksitosin dalam jumlah besar.
Dengan menggunakan program komputer khusus, para peneliti dari Cina,
Prancis, Itali dan Inggris berhasil memahami cara kerjanya.
Penelitian yang dilakukan para ahli tersebut dilaporkan pada jurnal
PLoS Computational Biology. Kesimpulannnya, proses menyusui tidak
hanya membuka jalan untuk perkembangan sel otak, termasuk
mengeluarkan oksitosin.Proses menyusui juga menghasilkan dendrites,
yang tugasnya membentuk hubungan komunikasi antara sel otak untuk
menghasilkan hormon. Meningkatnya hubungan antara neuron dan
pembentukan pusat produksi oksitosin menghasilkan ledakan pengeluaran
hormon sewaktu-waktu.
Kerja dari hormon oksitosin dipengaruhi pikiran dan perasaan ibu.
Dengan demikian untuk tercapainya proses menyusui yang lancar, ibu
harus dalam keadaan tenang, nyaman, dan senang saat menyusui. Untuk
itu diperlukan peran ayah dalam memberikan dukungan kepada ibu
terutama saat menyusui, sehingga ibu akan dijalari perasaan dicintai dan
diperhatikan. Keadaan tersebut membuat ibu senang, sehingga reflek
oksitosin akan bekerja dengan baik dan ASI akan keluar dengan lancar.
Refleks turunnya susu penting dalam menjaga kestabilan produksi
ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu
sebaiknya ibu tidak mengalami stres. Refleks turunnya susu yang kurang
baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan
payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila
ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat
dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi
air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang, suami memberi
perhatian dengan memberi pijat oksitosin.
Breastfeeding father bisa diwujudkan dengan menggendong bayi,
memberikan sentuhan lembut pada punggung ibu pada saat menyusui,
memijat punggung ibu ketika lelah menyusui sangat membantu dalam
proses pemberian ASI Sentuhan tersebut memberikan kenyamanan pada
ibu. Secara psikologis perasaan tersebut membantu kelancaran proses
keluarnya ASI. Kenyamanan pada diri ibu bisa menular pada bayi
sehingga akan menyusu dengan lebih baik. Secara fisiologis hal tersebut
meningkatkan hormon oksitosin yang mengirimkan sinyal ke otak untuk
memproduksi ASI. Hal ini juga menimbulkan bonding antara ayah dan
bayi.
Dukungan tersebut bisa diwujudkan dengan memberikan pijatan pada
punggung minimal 1-2 kali setiap selesai menyusui. Jadi, peran ayah
memang cukup berpengaruh dalam proses menyusui. Keberhasilan
menyusui adalah keberhasilan sang ayah, dan kegagalan menyusui adalah
kegagalan sang ayah.

6. Cara Menyimpan ASI Perah


Beberapa Cara Menyimpan ASI perah diantaranya :
1. Menyediakan tempat untuk menyimpan ASI perah, yaitu berupa botol
kaca atau botol dari plastic keras yang mempunyai penutup rapat dan
polos. Volumenya sesuai dengan kebutuhan bayi untuk sekali minum
yaitu sekitar 80 ml-100 ml.
2. ASI perah didinginkan terlebih dahulu selama 30 menit di dalam lemari
pendingin. Setelah itu barulah ASI perah dimasukan kedalam freezer.
3. Menuliskan hari, tanggal dan jam saat ASI diperah.
4. Apabila akan diberikan kepada bayi maka ASI perah dicairkan terlebih
dahulu dengan cara diletakan di baskom yang berisi air hangat dan
setelah ASI dicairkan tidak diperbolehkan dimasukan lagi ke dalam
freezer untuk di simpan, dengan kata lainnya sekali minum saja.
5. Walaupun ASI yang sudah dibekukan dapat diberikan kepada bayi di
saat ibu berada di luar rumah namun setelah ibu berada di rumah
sedapat mungkin diusahakan untuk memberikan ASI langsung dari
payudara ibu kepada bayi. Karena ASI yang telah dibekukan
kehilangan sebagian dari zat anti infeksinya.
Perlu diperhatikan juga untuk daya tahan ASI perah, diantaranya sebagai
berikut:
1. ASI dapat bertahan selama 6-8 jam di udara biasa
2. ASI dapat bertahan selama 24 jam di dalam termoses (chiller)
3. ASI dapat bertahan selama 2 hari dalam lemari es (pintullemaries)
4. ASI dapat bertahan selama 2 minggu di dalam freezer
5. ASI dapat bertahan selama 3 bulan di freezer lemari es 2 pintu
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press.
Anggraini, Yeni. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihana.
Astutik, Reni Yuli. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai